DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK:
NURUL AULA (1052019054)
SARIFAH ZUHRA (1052019060)
SEMESTER/UNIT : 5/3
MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MI/SD
DOSEN PEBIMBING : RITA SARI M.Pd
IAIN LANGSA
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan Rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini merupakan suatu tugas mata kuliah RENCANA PEMBELAJARAN
MI/SD. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada
ibu RITA SARI M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi,
kalimat, tata letak dan desain. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membantu. Semoga dalam makalah ini dapat berguna khusunya bagi para pembaca.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini dari awal hingga akhir.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum ............................................................................3
B. Model Pengembangan Kurikulum .........................................................5
C. Landasan Pengembangan Kurikulum Secara Umum ............................8
D. Landasan Pemgembangan Kurikulum Dari Tahun 1947 Sampai
2013…………………………………………………………………………………………14
BAB III PENUTUP ................................................................................................23
A. Kesimpulan ..........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..……………..24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum
atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi terutama
harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para
pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas
pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan
terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan
kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar
mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan
efisien.
1
Kurikulum 1968 Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK),
Kurikulum 2006 (KTSP) dan yang terakhir Kurikulum 2013.
Oleh karena itu, penulis membuat analisis sejarah perekembangan kurikulum Sekolah
Dasar (SD) dari masa kolonial hingga Kurikulum 2013 baik secara aspek pengertian kurikulum
model pengembangan, filosofi, , landasan pengembangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum berasal dari bahasa yunani kuno Curriculum, yang berasal dari
kata curiryang artinya pelari ; dan Curere yang artinya tempat terpacu. Jadi Curriculum dapat
diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari.dari kata tersebut dapat diperluas menjadi
kurikulum dalam pendidikan merupakan sebuah rancangan dasar pendidikan dimana terdapat mata
pelajaran-mata pelajaran yang harus ditempuh dan pada akhirnya peserta didik harus mempunyai
ijazah.
Dalam arti yang lebih luas (modern) kurikulum bukanlah sekedar sejumlah mata pelajaran,
tetapi memiliki cakupan yang lebih luas. Beberapa ahli berpendapat bahwa kurikulum dalam
pengertian ini adalah “semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau
bimbingan sekolah”. Ada juga pengertian “semua pengalaman murid di bawah tanggungjawab
sekolah. Dengan kata lain kurikulum merupakan seperangkat rencana dalam upaya merancang
pendidikan sesuai dengan jenjang dan tujuan pendidikan tertentu dengan berlandaskan berbagai
pengalaman yang disajikan. Berikut pengertian kurikulum menurut para ahli berdasarkan tahun
ketika mempresepsikan kurikulum :
Pada tahun 1966 tepatnya ketika kuriulum 1964 diberlakukan Inlow (1966) berpendapat
bahwa Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk
membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan. Kemudian Pengertian
Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang
dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
3
Sedangkan Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan
kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
Pada sekitar tahun tahun 1977 tepatnya ketika kurikulum diterapkan pada kurikulum
1975 Franklin Bobbit (1918), dalam McNeil (1977) mengungkapkan pengertian kurikulum.
Kurikulum adalah seluruh atau segenap pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung dalam
kaitan dengan pembentukan kemampuan individu, atau serangkaian pelatihan pengalaman yang
terarah yang dilakukan secara sadar yang digunakan sekolah untuk membentuk dan
menyempurnakan yang tidak tumpang tindih.
Di era 90-an pengertian kurikulum berkembang dan semakin meluas menurut Hollis L.
Caswell and Doak S. Campbell dalam Oliva,1991:6 Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa
di bawah bimbingan guru. Kurikulum adalah sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki
seperangkat pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen Saylor, William M.
Alexander, and arthur J. Lewis dalam Oliva 1991:6).
Dalam perkembangan pengertian menurut berbagai ahli dalam Olivia 1991 banyak para
ahli yang mengungkapkan pengertian kurikulum pada saat itu, selain pengertian diatas beberapa
ahli ternama juga mengontribusikan diri untuk memberikan pendapat mengenai kurikulum.
Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan seleksi dan
organisasi konten, mengimplikasikan dan meanifestasikan pola belajar mengajar tertentu, karena
tujuan menuntut mereka atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya,
termasuk di dalamnya program evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva, 1991:6).
Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di mana pebelajar
memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan tingkah laku, apresiasi,
dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah (Ronald C. Doll dalam Oliva, 1991:7)
Richards (2001) mengungkapkan bahwa Kurikulum adalah kegiatan yang esensial karena
kegiatan tersebut mencoba menelaah bagaimana meningkatkan kualitas pengajaran melalui
penggunaan perencanaan, pengembangan, penelaahan dan pelaksanaan dalam semua aspek
program secara sistematis.
4
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Di era abad ke 20, perkembangan pengertian kurikulum semakin kompleks dan meluas
dari segi arti, konsep dan pemikiran yang berbeda-beda.
Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum
sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan
dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum
operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum
experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh
dari penerapan kurikulum.
5
menyebutkan dengan sebutan The Broad Field of Subject Matter. Broad fields menghapuskan
batas-batas dan menyatukan matapelajaran (subject matter) yang berhubungan erat.
Dengan kata lain Hida Taba mengungkapkan bahwa Broad-fields kurikulum merupakan
model pengembangan kurikulum yang yang menyatukan antar mata pelajaran sebagai contoh ilmu
pengetahuan sosial yang didalamnya terdapat dari berbagai gabungan antar mata pelajaran,
khususnya di Sekolah Dasar tanpa disadari bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan ilmu dari
berbagai gabungan mata pelajaran seperti ilmu sejarah, geografi, ekonomi yang secara spesifik
diurai pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
3. Kurikulum 1994-2006
Pada model perkembangan selanjutnya pada tahun 1994 sampai tahun 2006, kurikulum
berkembang menggunakan dua model sekaligus yaitu Broad-fields dan integrated. Seperti
halnya broad-field yang telah dipaparkan pada Kurikulum SD dari tahun 1975-1984 bahwa
kurikulum Broad-fields merupakan model kurikulum yang menggabungkan antar mata pelajaran
sedangkan kurikulum terpadu atau Integrated curriculum menurut Prabowo (2000 : 2),
pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang
studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman
yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran
terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka
pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah mereka pahami. Menurut Fogarty (1991:78), integrated curriculum meliputi keterampilan
berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan
mengorganisir (organizing skill).
6
mata pelajaran sehingga kedua model kurikulum ini merupakan model kurikulum yang
mengkolaborasikan antara dua model untuk menyempurnakan kurikulum.
4. Kuikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru pada saat ini, namun pelaksanaan serta
penerapan di lembaga pendidikan sekarang ini diberhentikan sementara dan menunggu hingga
semua siap untuk diberlakukan kembali. Seiring berkembangnya waktu dan teknologi kurikulum
berubah dari waktu ke waktu dengan berlandaskan bahwa kkurikulum bersifat dinamis. Dalam
model perkembangannya khususnya pada jenjang sekolah dasar (SD) kurikulum ini menerapkan
konsep tematik integratif. Tematik integratif merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa aspek/topik sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bersifat humanisme
dengan makna kurikulum yang berlandaskan asas kemanusiaan. Jika ditelaah dari karakteristiknya,
semakin jelas bahwa pembelajaran berpusat pada anak menjadikan kurikulum ini juga bersifat
demokratis dengan sistem pembelajaran sesuai minat bakat anak serta menekankan pendidikan
karakter seperti sikap, perilaku yang baik dan bermoral.
7
C. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SECARA UMUM
1. Landasan Filosofis
a. Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja
kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup yang dianut
oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum
pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada
masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada
kepentingan politik Belanda.
Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah
yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit
itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh menggunakan
pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan
pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.
8
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh filsafat dan
ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa
memerluka pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.
2. Landasan Psikologis
Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang harus
disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian
dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.
Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar bisa
diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku
baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena prosespengalaman
dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi secara
insting atau terjadi karena kematangan, atau perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk
belajar. Mengetahui tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas
pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke
dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme,
dan Organismik atau kognitif Gestalt Field.
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah memiliki otensi-potensi atau
daya-daya tertentu (faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya
mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan
masalah, dan daya-daya lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan
baik. Daya-daya yang telah terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya-daya lain.
Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian mengajar
9
menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada
umumnya melalui hapalan dan latihan.
b. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau teori asosiasi, teori
kondisioning, dan teori reinforcement (operant conditioning). Behaviorisme berangkat dari asumsi
bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh
lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Teori ini tidak mengakui sesuatu yang sifatnya
mental, perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat dan diamati. Teori
Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme. Menurut teori ini kehidupan tunduk
kepada hokum stimulus-respon atau aksi-reaksi. Belajar merupakan upaya untuk membentuk
hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-
bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian.
Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal akan tetapi memecahkan masalah, dan
metoda belajar yang dipakai adalah metoda ilmiah dengan cara anak dihadapkan pada berbagai
permasalahan, merumuskan hipotesis atau praduga, mengumpulkan data yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, menguji hipotesis yang telah dirumuskan, dan pada akhirnya para siswa
dibimbing untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Teori ini banyak mempengaruhi praktek
pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip sebagai berikut :
10
4. Landasan Sosiologis
a. Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan lain sebagainya.
b. Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang
berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
c. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga
gejala, yaitu:
Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Adanya
perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh
kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain kebutuhan
masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai sebagai anggota
masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada
keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat
teknologis dan mengglobal.
11
merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan
yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat
maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan
faktor perkembangan masyarakat.
5. Landasan Lain
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan- kemampuan tersebut, maka ada hal-hal yang
dijadikan sebagai dasar, yakni:
1) Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif
dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek,
pelaksanaan dan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan
jasa.
3) Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur
budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
12
5) Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang memberikan nilai
tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan
perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b. Landasan Historis
Kurikulum yang dikembangkan pada saat ini, perlu mempertimbangkan apa yang telah
dilakukan dan apa yang telah kita capai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula selanjutnya,
kita perlu mempertimbangkan kurikulum yang yang ada sekarang waktu mengembangkan
kurikulum di masa depan, karena apa yang telah kita lakukan sekarang akan berpengaruh terhadap
kurikulum yang akan dikembangkan di masa depan.
13
c. Landasan Yuridis
Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui keputusan
menteri Pendidikan Nasional RI. Sebagai pengejawantahan dari kebijakan pendidikan yang
ditetapkan oleh lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan pada konstitusi/UUD. Dengan
demikian landasan yuridis pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945 (pembukaan
alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan perundangan seperti: UU tentang pendidikan
(UU No.20 Tahun 2003), UU Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, Surat
Keputusan dari Dirjen Dikti, peraturan-peraturan daerah dan sebagainya.
1. Kurikulum 1947
2. Kurikulum 1952
Seiring dengan berlakunya undang-undang pendidikan No. 4 Tahun 1950 yang baru
dilaksanakan pada tahun 1954, kurikulum yang berlaku bukan lagi kurikulum 1947, tetapi
kurikulum tahun 1952. Dengan kata lain, kurikulum 1952 merupakan kurikulum pertama yang
memiliki dasar hukum operasional.
Landasan yuridis kurikulum 1952 tidak berbeda jauh dari kurikulum 1947. Landasan
idiilnya adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sedangkan landasan
konstitusionalnya adalah
14
3. UUD 1945.
Landasan operasional kurikulum 1952 adalah UU No. 4 Tahun 1950. Undang-undang itu
telah dirancang sebelum tahun 1950. Rancangan undang-undang itu yang awalnya dibahas oleh
BPKNIP tahun 1948 tidak dapat dilakukan karena terjadinya clash II. Baru pada tanggal 29
Oktober 1949, RUU itu diterima oleh BPKNIP dan disahkan oleh pemerintah RI pada tanggal 2
April 1950.
4. Kurikulum 1964
Rencana Pendidikan sepenuhnya dipengaruhi oleh Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1964
dan merupakan dokumen yang ditujukan kepada para petugas, kepala dan guru Sekolah Dasar dan
TK. Yang ditekankan dalam Rencana Pendidikan tahun1964 ini ialah “ anak didik yang harus
berkembang secara harmonis menjadi manusia Pancasila yang bertanggungjawab atas terapainya
tiga kerangka tujuan Revolusi Nasional.
15
b. Fungsi Penyelenggaraan pendidikan di Taman kanak-kanak adalah sebagai alat untuk
menyusun masyarakat Sosial Indonesia di mana setiap anak dapat mengembangkan
bakatnya agar hasilnya dapat disumbangkan kembali untuk kebahagiaan masyarakat.
5. Kurikulum 1968
Penerbitan kurikulum sekolah dasar 1968 merupakan suatu peralihan menuju integritas
kurikulum mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Kurikulum SD 1968
terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok pembinaan jiwa pancasila, kelompok
pembinaan pengetahuan dasar, dan kelompok pembinaan kecakapan khusus. Dasar
pengembangannya merupakan bentuk penyempurnaan dari kurikulum 1964.
6. Kurikulum 1975
Perubahan dalam tujuan pendidikan pada masa pemerintahan Orde Baru terus berkembang.
Dapat dikatakan hampir pada setiap sidang MPR lima tahunan menghasilkan tujuan pendidikan
baru. Dalam Sidang Umum MPRS pada tahun 1973 MPRS menghasilkan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1973 yaitu mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
7. Kurikulum 1984
Pada GBHN 1983 dinyatakan bahwa pendidikan berdasarkan Pancasila dan bertujuan
untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan
16
cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional menjadi acuhan dari tujuan pendidikan sekolah dasar dan
kurikulum 1984 ini, yaitu:
a. Pendidik murid agar menjadi manusia yang seutuhnya berdasarkan pancasila yang
mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan
bangsa.
8. Kurikulum 1994
Isi kurikulum SD tahun 1994, sesuai dengan UU no.2/1989 dan PP no.28/1990, sekurang-
kurangnya memuat bahan kajian tentang pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, pengantar sains dan
teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, ketajian tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar serta bahasa inggris. Bahkan kajian tersebut
bukan merupakan nama mata pelajaran melainkan satuan yang mengacu pada pmbentukan
kepribadian dan unsure-unsur kemampuan yang diajarkan melalui Pendidikan Dasar.
17
9. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Pada perkembangan landasan kurikulum, KBK mempunyai berbagai landasan yang cukup
untuk diterapkannya pada masa itu, namun sesuai dnegan track recordnya kurikulum ini tidak
bertahan lama , hanya dua tahun sejak dibentuknya kurikulum ini. Pada dasarnya memang
kurikulum KBK tidak dan KTSP memang tidak jauh berbeda melainkan hanya bentuk
transformasi kurikulum dengan alasan penyempurnaan. Berikut landasan dasar kurikulum KBK :
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan
takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik,
keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan
dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan
global, persatuan nasional, dan nilai-nilai kebangsaan.
18
Dalam undang-undang sisdiknas juga dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar
dan menengah wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa,
Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,
Ketrampilan/Kejuruan, dan Muatan Lokal.
Peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam peraturan tersebut dikemukakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujun,isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum oprasional yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar isi. SKL adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Sedang
standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi tersebut mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar
dan struktur kurikulum , beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik.
19
Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah diorganisasikan kedalam lima kelompok yaitu:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi
untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup
lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
20
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006
3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Dalam Permendiknas tersebut dikemukakan pula bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan
menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sementara bagi satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah yang belum atau tidak mampu mengembangkan kurikulum
sendiri dapat mengadopsi atau mengadaptasi model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang disusun oleh BSNP, ditetapkan oleh kepala satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah, dan
penerapannya bisa dimulai tahun ajaran 2006/2007.
a. Aspek Filosofis
Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat • Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
21
b. Aspek Yuridis
Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang memuat
strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam
rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
c. Aspek Konseptual
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003: tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Dalam pengertian tersebut kurikulum merupakan seperangkat rancangan, landasan,
model, pedoman dan sistem pembelajaran yang berorientasi pada tujuan sesuai jenjang pendidikan.
Dapat dianalogikan bahwa kurikulum merupakan suatu hal kompleks yang bersifat ‘urgen’ serta
menjadi sebuah tolok ukur kualitas pendidikan dan kualitas bangsa.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, Mohammad dan Nurtei. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Bandung :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti.
Karyadi, Benny dan Ibrahim. (1996). Pengembangan Inovasi dan Kurikulum Modul 1 – 6. Jakarta
: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. (1996). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar
Baru Algerindo.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan. (1996). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No.XX Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.
24