Anda di halaman 1dari 20

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Cuci Tangan

1. Pengertian

Cuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran

dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air

(Depkes, 2007 diakses pada tanggal 20 April 2017).

Mencuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2000).

Cuci tangan merupakan tindakan membersihkan seluruh permukaan

tangan dari kotoran dengan menggunakan air sabun (Sigalingging, 2011).

Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk

menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar

hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan

menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan

dan lengan.

Cuci tangan merupakan metode yang paling penting dalam pencegahan

dan pengendalian terjadinya infeksi nosokomial. Mencuci tangan yang

kurang tepat baik pada pasien dan tenaga perawat dapat berisiko terhadap

infeksi atau penyakit (Menurut Schaffer, 2000).

10
11

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mencuci

tangan merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga hygiene tangan

dari kotoran yang ada pada kedua tangan, membersihkannya dengan sabun

antiseptik dan air yang mengalir sehingga terbebas dari segala infeksi yang

ada.

2. Tujuan Cuci Tangan

Tujuan mencuci tangan meurut Sigalingging (2013:67) adalah :

a. Mencegah infeksi terjadinya infeksi silang melalui tangan.

b. Menjaga kebersihan seseorang.

c. Menekan/mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan.

d. Memberikan rasa nyaman.

3. Macam-macam cuci tangan

Menurut Kusyati, dkk (2013:34) mencuci tangan ada 2 macam, yaitu :

a. Mencuci tangan biasa

Mencuci tangan biasa adalah tindakan membersihkan seluruh

permukaan tangan dari kotoran dengan menggunakan air dan sabun.

Bertujuan untuk mengurangi mikroorganisme pada tangan dan mencegah

kontaminasi, mencegah atau mengurangi peristiwa infeksi dan

memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat.

b. Mencuci tangan steril

Mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci

hama), khususnya jika akan melakukan tindakan steril. Bertujuan untuk


12

mencegah infeksi silang dan mengurangi mikroorganisme dan mencegah

kontaminasi tangan.

4. Indikasi Untuk Mencuci Tangan

Tangan merupakan salah satu wahana yang paling penting untuk

penularan mikroorganisme patogen pada pasien. Mencuci tangan

mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada kuku, tangan, lengan. Fasilitas mencuci tanganpun

harus tersedia untuk membantu prosedur- prosedur tersebut. Indikasi untuk

mencuci tangan adalah sebagai berikut (Schaffer, 2000:51):

a. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau melakukan prosedur.

b. Sebelum dan setelah memegang peralatan yang digunakan pasien.

c. Setelah menggunakan ruang istirahat dan setelah membersihkan atau

mengelap hidung.

d. Bila tangan kotor.

e. Sebelum dan setelah makan.

5. Peralatan untuk mencuci tangan

Seperti di poliklinik, maupun ruang rawat inap, puskesmas, tempat

pelayanan publik seperti kamar mandi umum, perlu disediakan area cuci

tangan seperti wastafel, minimal yang juga terdapat: Sabun ( batang atau

cair, yang antiseptik maupun non antiseptik), wadah sabun yang berlubang

supaya air bisa terbuang keluar, air mengalir (pipa atau ember dengan keran)

dan handuk/ lap sekali pakai (tissue atau kain yang dicuci setelah sekali

pakai).
13

6. Cara Mencuci Tangan Dengan Baik Dan Benar

a. Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air :

1) Basuh tangan dengan air

2) Tuang sabun cair antiseptik secukupnya

3) Ratakan dengan kedua telapak tangan.

4) Gosok punggung dan sela- sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya.

5) Gosok kedua telapak dan sela- sela jari.

6) Jari- jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.

7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya.

8) Gosok dengan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri

dan sebaliknya.

9) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan

dan lakukan sebaliknya.

10) Bilas kedua tangan dengan air.

11) keringkan dengan tissue sekali pakai sampai benar- benar kering.

12) Gunakan tissue tersebut untuk menutup keran.

13) Tangan anda kini sudah bersih.

b. Tekhnik mencuci tangan antiseptik berbasis alkohol dikutip menurut

nursing begin.com, 2008 :

1) Tuangkan 2-3 cc antiseptik berbasis alkohol kedalam seluruh

permukaan tangan.
14

2) Gosok kedua telapak tangan hingga merata.

3) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya.

4) Gosok kedua telapak dan sela-sela jarinya.

5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan dan saling mengunci..

6) Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan

sebaliknya.

7) Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan

kiri dan sebaliknya.

8) Jari tangan anda sudah bersih.

Dilakukan selama 20-30 detik.

Gambar 2.1
7 Langkah Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
15

7. Mikroorganisme Yang Terdapat Pada Telapak Tangan

Dalam lingkungan perawatan kesehatan, tangan merupakan salah satu

cara penularan yang paling efisien untuk infeksi nosokomial. Oleh karena

itu, mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian yang

paling penting. Mencuci tangan yang kurang tepat menempatkan baik

pasien dan tenaga perawatan kesehatan beresiko terhadap infeksi atau

penyakit. Tenaga perawatan kesehatan yang tidak cuci tangan atau kurang

adekuat memindahkan organisme – organisme seperti staphylococcus,

Escheriscia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella secara langsung kepada

hospes yang rentan yang menyebabkan infeksi nosokomial dan epidemik

disemua jenis lingkungan pasien. Pada saat yang bersamaan, mencuci

tangan yang tidak adekuat menempatkan tenaga perawatan kesehatan

berisiko terhadap penyakit virus seperti hepatitis A, B, C, human

immunodeficiency virus, cacat air, dan infeksi bakteri staphylococcus,

streptococcus dan E. Coli (Schaffer, 2000:48 ).

B. Konsep Kepatuhan

Menurut Sacket dalam Niven (2002) Kepatuhan adalah sejauh mana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan.

Kepatuhan adalah tingkat perilaku individu (misal, minum obat, mematuhi

diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi atau

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tidak mengindahkan setiap


16

aspek anjuran hingga mematuhi semua rencana terapi (Barbara & Kozier,

2008).

Teori Lawrence Green (1980) dikutip dalam buku Soekidjo

Notoatmodjo (2007:45), Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu : Faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-

behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk

dari tiga faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan,dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam

manajemen SOP, sosialisasi, pengawasan dan sikap serta perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan dan sebagainya. Disamping itu ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart

dan Brunner (2002) adalah :


17

1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial

ekonomi dan pendidikan.

2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat

terapi.

3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek

samping yang tidak menyenangkan.

4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau

budaya dan biaya finansial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti

regimen.

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam

Mencuci Tangan Sebelum Dan Sesudah Kontak Dengan Pasien

Dari sudut pandang pencegahan infeksi, praktik kesehatan dan kebersihan

tangan (cuci tangan) dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan

melalui tangan dengan menyingkirkan kotoran dan debu serta menghambat

atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Hal ini tidak hanya terdiri dari

sebagaian besar organisme yang ditularkan melalui kontak dengan pasien dan

lingkungan. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang paling

penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi

selama lebih dari 150 tahun.

Yang juga sudah diketahui adalah bahwa kesehatan dan kebersihan tangan

yang baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi


18

frekuensi infeksi nosokomial (Boyce,1999 dan Larson, 1995). Walaupun

demikian, masalah yang timbul terus menerus adalah memungkinkan para

petugas kesehatan untuk menjalankan praktik cuci tangan yang

dianjurkan.Dalam penelitian ini akan membahas tentang beberapa faktor- faktor

yang mempengaruhi cuci tangan, yaitu:

1. Faktor Predisposisi

a. Pendidikan

Pendidikan menurut Notoatmodjo (2010: 53) pendidikan adalah

suatu bantuan yang diberikan pada individu, kelempok, atau masyarakat

dalam rangka mencapai peningkatan kemampuan yang diharapkan.

Pendidikan formal memiliki pengaruh terbesar dalam membuka

wawasan dan pengawasan terhadap nilai-nilai baru yang ada di

lingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

lebih mudah untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi

dilingkungannya dan seseorang tersebut akan mudah menyerap apabila

merasa bahwa hal tersebut bermanfaat bagi dirinya. Seseorang yang

pernah mengenyam pendidikan formal akan lebih mudah menerima dan

mengerti tentang pesan-pesan kesehatan yang disampaikan melalui

penyuluhan maupun di media massa

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancraindera manusia, yakni indra


19

penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2010) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan (Notoatmodjo, 2010:50).

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2) Memahami ( comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap materi tersebut harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.


20

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi yang nyata. Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-


21

penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di

ketahui atau di ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di

atas.

c. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,(Notoatmodjo, 2007).

Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut (Allport,1954) yang dikutip Notoatmodjo (2007:58)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu:

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek

Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi)

orang tersebut terhadap objek.


22

3) Kecenderungan untuk bertindak,

Artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010:

54). Berikut ini merupakan berbagai tingkatan sikap yaitu :

1) Menerima (receiving)

Yaitu sikap dimana seseorang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2) Menanggapi (responding)

Yaitu sikap memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3) Menghargai (valuing)

Yaitu sikap dimana objek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahayakan

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang

lain merespon.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Yaitu sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang diyakininya.


23

Sikap dapat diukur melalui :

1) Secara langsung

Dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap

suatu objek.

2) Secara tidak langsung

Dapat dilakukan dengan petanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden.

Sikap juga merupakan cara orang berreaksi terhadap suatu

kejadiaan yang mereka alami atau yang mereka lihat langsung atau

tidak langsung. Seperti salah satu contoh kepatuhan perwat dalam

mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dirumah

sakit umum depati hamzah.

Berdasarkan penelitian Sobur (2015) di RSUD Kota Semarang

menunjukkan bahwa hubungan sikap dan kepatuhan cuci tangan

menunjukkan tingkat positif sebanyak 75 % dan tingkat kepatuhan

terhadap cuci tangan menunjukkan 63,3 % .dalam hal ini membuktikkan

bahwa sikap yang baik akan meningkatkan kepatuhan cuci tangan pada

perawat ,sikap dapat mempengaruhi kepatuhan cuci tangan pada

perawat di samping itu bisa di lakukan dengan peningkatan sikap juga

perlu diupayakan melalui penerapan prosedur kerja dan

persamaan,persepsi terhadap pentingnya cuci tangan dalam upaya

pencegahan infeksi di rumah sakit.


24

d. Keyakinan

Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang

tentang suatu hal. Keyakinan itu membentuk citra produk dan merek,dan

orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Jika beberapa

keyakinan tempat salah dan menghambat pembeliaan,perusahaan

manufaktur akan meluncurkan kampaye untuk mengoreksi keyakinan-

keyakinan tersebut (Azwar, 2012:45)

2. Faktor Pendukung

a. Lingkungan

Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi

perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup. Segala sesuatu yang

ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan

manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan

pengertian lingkungan (Bahrudin, 2009:11).

b. Fasilitas Kesehatan

Respon seseorang apabila sakit adalah mencari pengobatan ke

fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah

atau lembaga-lembaga kesehatan yang dikategorikan ke dalam balai

pengobatan, puskesmas dan Rumah Sakit (Notoatmodjo, 2010).

Pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memfasilitasi pasien atau

keluarga pasien agar mendapatkan kehidupan yang berkualitas atau

sejahtera.Perawat sebagai bagian integral dari tim pelayanan kesehatan


25

sangat berperan dalam mengupayakan terwujudnya kehidupan yang

berkualitas bagi pasien atau keluarga pasien dengan cara memberikan

Asuhan Keperawatan yang bersifat komprehensif dan holistik yang

meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual (Potter & Perry, 1997:46).

Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat

meyelengarakan upaya kesehatan dengan memperdayakan berbagai

kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan

menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan

kesehatan yang baik. Upaya kesehatan yang bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat/ pasien

dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan disebut sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan

dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya

kesehatan di selenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan kesinambungan

(Siregar, 2004:52).

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya

dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut (Subroto, 2009:44) “ fasilitas adalah segala sesuatu

yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha

dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang


26

pengertian fasilitas (Arikonto, 2010) berpendapat, “fasilitas dapat

diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan

memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha.

3. Faktor Pendorong

a. Sosialisasi

Sosialiasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar

dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara berpikir kelompoknya,

agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya (Bahrudin,

2009:19) .

b. Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang

berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil

kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-

rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau

direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan

flowchart di bagian akhir (Laksmi, 2008:52).

c. Pengawasan

Pengawasan adalah proses kegiatan yang yang membandingkan

apa yang di!alankan, dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan apa

yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan (Prayudi, 2011:67)


27

Sistem pengawasan yang baik menurut William H. Newman seperti

yang dikutip dari(Leni, 2012:27), memerlukan beberapa syarat sebagai

berikut, yaitu:

1) Harus memperlihatkan atau disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan

organisasi.

2) Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan (cheking,

reporting, corrective action).

3) Harus luwes.

4) Harus memperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi di dalam

pengawasan yang akan dilaksanakan.

5) Harus ekonomis dalam hubungan dengan biaya.

6) Harus memperhatikan pula prasyarat sebelum pengawasan itu

dimulai, yaitu:

a) Harus ada rencana yang jelas.

b) pola/ tata organisasi yang jelas (jelas tugas-tugas dan kewenangan-

kewenangan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan)

Menurut Kelman tahun 1958 dalam Herlinda, (2011: 88)

pengawasan yaitu perubahan perilaku individu dimulai dengan tahap

kepatuhan (compliace), indifikasi kemudian baru menjadi internalisasi.

Mula-mula individu mematuhi tanpa keralaan melakukan tindakan

tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman (punishment)

ataupun sanksi, jika seseorang tersebut tidak patuh atau memperoleh

imbalan yang di janjikan jika dapat mematuhi anjuran tersebut maka


28

biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya sementara,

artinya bahwa tindakan dilakukan selama masih ada pengawasan.

Namun pada saat pengawasan mengendur perilaku itu pun

ditinggalkannya lagi.
29

D. Kerangka Teori

Melalui berbagai kajian teoritik sebagaimana telah dikemukakan di atas,

maka kerangka teori dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Faktor Predisposisi
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Keyakinan

Kepatuhan Perawat
Dalam Mencuci Tangan
Faktor Pendukung
Sebelum Dan Sesudah
1. Lingkungan
Kontak Dengan Pasien
2. Fasilitas Kesehatan

Faktor Pendorong
1. Sosialisasi
2. SOP
3. Pengawasan

Sumber: L. Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2007)

Tabel 2.1
Kerangka Teori
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci
Tangan Sebelum Dan Sesudah Kontak Dengan Pasien

Anda mungkin juga menyukai