Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL: MENARIK DIRI

by: Desi Ariyana R., SKep.,Ns.

A. PENDAHULUAN
Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai

tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling

ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan

mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu

individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.

Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses

berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan

yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik yang

sinkron (Stuart&Sundeen,1995). Peran serta dalam proses hubungan dapat

berfluktuasi sepanjang rentang tergantung ( dependen) dan mandiri (independen),

artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain

tergantung pada individu.

Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap

proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan

yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan

untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain).

B. RENTANG RESPON SOSIAL


Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam rentang respon yang adaptif

sampai dengan maladaptive. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima

oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan

respon maladaptive merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan

masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya setempat. Respon

sosial yang maladaptive yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah

menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi dan

kesepian. Rentang respon sosial

Respon adaptif Respon maladaptive

- Menyendiri - merasa sendiri - manipulasi


- Otonomi
Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 - menarik diri - impulsif 1
- Bekerjasama - tergantung - narcisssism
- Saling tergantung
Gbr.1 Rentang respon sosial

o Menyendiri (solitude): merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dialkukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara

mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya

dilakukan setelah melakukan kegiatan.

o Otonomi : merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

o Bekerjasama (mutualisme) : adalah suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan

menerima.

o Saling tergantung (interdependen) : merupakan kondisi saling tergantung


antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

o Dalam kehidupan sehari-hari respon maladptif yang sering ditemukan antara


lain: menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi dan curiga.

o Tergantung (dependen), terjadi apabila seseorang gagal mengembangkan rasa


percaya diri atau kemampuannya berfungsi secara sukses.

o Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu


yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat

membina hubungan sosial secara mendalam.

o Curiga, terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan


orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-

tanda cemburu, iri hati dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan

humor yang kurang dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin

dan tanpa emosi.

C. PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL


Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan

sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses sehingga kemampuan

membina hubungan sosial dapat menghasilkan kepuasan bagi individu.

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 2


o Bayi. Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang

sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya menangis

untuk semua kebutuhan. Konsistensi ibu dan anak seperti stimulus sentuhan,

kontak mata, komunikasi yang hangat merupakan aspek penting yang harus

dibina sejak dini karena akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang

mendasar. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada

orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri serta

menarik diri (Haber, dkk, 1987).

o Prasekolah. Materson menamakan masa antara usia 18 bulan-3 tahun adalah


taraf pemisahan pribadi. Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan

sosialnya di luar lingkungan keluaga khususnya ibu. Anak menggunakan

kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan

lingkungan luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan

bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap

perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar otonomi anak yang

berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan interdependen.

Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai respon

keluarga yang negative akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu

mengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang

percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah (haber, dkk, 1987).

o Anak-anak. Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri


dan mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, dimana anak mulai membina

hubungan dengan teman-temannya. Pada usia ini anak mulai mengenal

bekerjasama, kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua

karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dan orang

dewasa di luar keluarga merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.

Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman di sekolah, kurangnya

dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari

orang tua mengakibatkan frustasi terhadap kemampuanya, putus asa, merasa

tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan (Haber, dkk, 1987).

o Remaja. Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman
sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 3


teman sangat tergantung sedangkan hubungan dengan orang tua mulai

independent.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan dari

orang tua akan menyebabkan keraguan identitas, ketidakmampuan

mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri kurang.

o Dewasa muda. Pada usia ini individu mempertahankan hubungan

interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar

mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat dari orang

lain, seperti: memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan pernikahan.

Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan akan

mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain,

putus asa akan karir.

o Dewasa tengah. Individu pada usia ini umumnya telah pisah tempat tinggal
dengan orang tua, khususnya yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka

peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa

merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.

Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua dan menjalin hubungan antar

orang dewasa mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,

produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang.

o Dewasa lanjut. Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, anggota keluarga. Individu tetap

memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang

mengalami kegagalan akan merasa tidak berguna, tidak dihargai dan hal ini

dapat membuat individu menarik diri dan rendah diri.

D. GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL: MENARIK DIRI


1. Pengertian
 Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain dan menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,

1993).

 Menarik diri merupakan ketidakmampuan untuk membina hubungan yang intim,

hangat, terbuka dan interdependen dengan orang lain (Workshop Standar

Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa, Magelang, 2007).

2. Tanda dan Gejala

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 4


Tingkah laku klien yang menarik diri antara lain: kurang spontan, apatis (acuh

terhadap lingkunagn), ekspresi wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak merawat

diri, komunikasi verbal menurun/tidak ada, mengisolasi diri, kurang sadar dengan

lingkungannya, masukan makanan/minuman terganggu, aktivitas menurun, kurang

energi, harga diri rendah, selalu menunduk, duduk menyendiri, posisi janin saat

tidur, menolak berhubungan dengan orang lain.

3. Penyebab
Beberapa faktor pendukung (predisposisi) terjadinya gangguan hubungan

sosial yaitu:

a. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman

selama proses tumbuh kembang, apabila tugas perkembangan dalam tiap

tahap perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat masa perkembangan

selanjutnya.

b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Kelainan pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan

berat dan volume otak, serta perubahan struktur limbik diduga dapat

menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosial-budaya
Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya

gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota

keluarga yang tidak produktif diasingkan dari lingkungannya.

Stresor presipitasi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah: stresor

sosial-budaya (misalnya: keluaga yang labil, dirawat di RS) dan stresor psikologis

yaitu tingkat kecemasan yang berat yang dapat menurunkan kemampuan individu

untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan

memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah

diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan/menarik diri.

4. Akibat
Klien yang mengalami gangguan dalam melakukan hubungan sosial akan

cenderung menarik diri dan tidak mau bersosialisasi. Sehingga pemenuhan

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 5


kebutuhan dasarnya menjadi kurang terpenuhi karena klien tidak lagi

memperhatikan perawatan dirinya sendiri.

Klien dengan menarik diri lebih berfokus pada dirinya sendiri. Stimulus

internal menjadi lebih dominant dibandingkan dengan stimulus eksternal. Klien

lama-kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus interna dan stimulus

eksterna. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

5. Pohon Masalah

Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi…

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

6. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi…

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data yang Perlu Dikaji

a. Data subyektif biasanya sukar didapat, karena klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain, kalaupun menjawab biasanya dengan kata-kata singkat.

b. Data obyektif yang dapat dilihat dari klien: Apatis, ekspresi sedih, afek
tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang,

(menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang,

posisi tidur seperti janin.

c. Data Mayor (data yang harus ada utk merumuskan diagnosa keperawatan, min
1 datum).

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 6


 Subyektif :

Kl mengatakan malas berinteraksi

Kl mengatakan oral tdk mau menerima dirinya.

Kl merasa oral tdk selevel.

 Obyektif :

Menyendiri

Mengurung diri

Tidak mau bercakap-cakap dengan orla.

d. Data Minor (data yg boleh ada, boleh tdk ada utk merumuskan diagnosa
keperawatan).

 Subyektif :

Curiga dgn orla

Mendengar suara-suara/melihat bayangan

Merasa tak berguna

 Obyektif :

Mematung

Mondar-mandir tanpa arah

Tidak berinisiatif berhubungan dengan orla

2. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi…


b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Perencanaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan adalah untuk

menumbuhkan perasaan yang menyenangkan dalam hubungan interpersonal secara

maksimal dan mempertahankan perubahan yang telah dicapai dalam hubungan yang

telah dibina.

Pendekatan yang utama dalam tindakan keperawatan klien menarik diri adalah:

a. Memenuhi kebutuhan biologis

o Memonitor pemasukan dan pengeluaran


o Memperhatikan kebersihan diri klien
o Mempertahankan sikap empati dan kesabaran perawat untuk mengenali
kebutuhan klien.

b. Komunikasi verbal dan non verbal

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 7


o Pilih topic pembicaraan yang disukai klien
o Gunakan pertanyaan terbuka
o Kaji bahasa tubuh klien
o Pertahankan kontak mata antara perawat dank lien
o Sentuhan halus dapat mempererat hubungan antara perawat dan klien.
o Sentuhan halus dapat mempererat hubungan antara perawat dank lien.
o Tatap klien waktu berbicara, badan agak membungkuk ke depan untuk
memperlihatkan bahwa perawat siap untuk membantu klien.

c. Melibatkan orang lain dengan klien

o Diawali dengan membina hubungan antara perawat dengan klien secara one to
one kemudian dilanjutkan / ditingkatkan dengan orang lain.

d. Intervensi keluarga

o Bantu keluarga untuk mengerti kebutuhan klien.


o Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien.
o Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun klien mengenai proses
pengobatan.

e. Terminasi

o Bantu klien untuk melewati perasaan kehilangannya.


o Bantu klien untuk mengatasi rasa takutnya atas ketidakmampuanya untuk
mempertahankan hubungan yang sehat.

4. Rencana Keperawatan

a. Tujuan Umum :
Klien dapat bersosialisasi; tidak lagi menarik diri

b. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.

5) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang


lain.

6) Klien mendapatkan dukungan keluarga.


c. Intervensi Keperawatan:

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 8


1) Membina hubungan saling percaya.
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
2) Klien dapat menyebut penyebab menarik diri.
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkap perasaan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul.

b) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda


serta penyebab yang muncul.

c) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.


3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
a) Beri kesempatan pada lien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.

b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang


lain.

c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan


perasaaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap


a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b) Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap: klien-perawat, klien-perawat-klien lain, klien-perawat-perawat

lain, klien-kelompok.

c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.


d) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan.
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu.

f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.


g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.

a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan


dengan orang lain.

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 9


b) Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan


perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

6) Klien mendapat dukungan dari keluarga


a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebab, akibat dan cara keluarga menghadapi kien yang menarik diri.

c) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk


berkomunikasi dengan orang lain.

d) Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian


menjenguk klien.

e) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang dilakukan keluarga.


4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Sebelum melakukan interaksi dengan klien, perawat perlu menyusun strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan (SP).

a. SP klien
 SP 1

1) Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien


2) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4) Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.
5) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 SP 2

1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.


2) Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 SP 3

1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya


2) Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 10


b. SP keluarga
 SP 1

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien

2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala social yang dialami


pasien beserta proses terjadinya

3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial


 SP 2

1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


isolasi sosial

2) Melatih keluarga melakukan melakukan cara merawat langsung


kepada pasien isolasi social.

 SP 3

1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk


minum obat (discharge planning).

2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.


5. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatn berfokus pada perawat dan

klien.

a. Fokus pada perawat

o Evaluasi diri sendiri


o Supervisi oleh perawat lain yang berpengalaman.
b. Fokus pada klien

o Perilaku klien berubah, validasi dengan klien.


o Dengan komunikasi non verbal: kontak mata, sentuhan.
o Klien dapat memulai percakapan.
o Klien mampu mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat
sehingga harga diri dan rasa percaya diri klien meningkat.

o Klien mengunakan sumber koping yang adekuat.

--GOOD LUCK—

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 11


GAMBARAN KASUS :

Kl Nn.B, 24 thn, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 org adik lain ibu), dr klg Bpk.A (alm) dan

Ibu I (alm), bertempat tinggal di Jkt Barat. Kl masuk RSJ tgl 14 Maret 2007, dirawat

untuk ketiga kalinya dgn keluhan utama kl sering merobek-robek bajunya, telanjang dan

ingin lari dr rumah. Sejak kecil, kl dianggap mengalami ggn jiwa, dianggap bodoh shg kl tdk

disekolahkan. Di rumah sll dikucilkan dan tdk pernah diajak berkomunikasi, tdk mempunyai

teman dekat, tdk ada anggota klg yg dianggap teman dekat kl. Akibatnya, kl sering

menyendiri, melamun dan mengatakan bhw ada suara yg menyuruh pergi. Klg merasa tdk

mampu utk merawat dan akhirnya membawa kl ke RSJ dgn alasan mau diajak nonton film.

Selama di RSJ, ibu tiri kl tdk pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung kl datang

ke RSJ utk membawakan pakaian serta membayar biaya pengobatan.

Dr hsl observasi didapat data ttg kl, yaitu rambut kotor dan bau banyak kutu, wajah lusuh,

tatapan mata kosong. Kl jarang mandi.

1. Sebutkan factor predisposisi ggn jiwa pada klien!


2. Buat analisa data yang mendukung terjadinya ggn isolasi social pada klien!
3. Buat pohon masalah berdasar analisa data yang telah Anda susun!
4. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul!
5. Susun rencana keperawatan yang tepat bagi klien!

Psychiatric nursing/ S1 LJ/dc / 2008 12

Anda mungkin juga menyukai