A. PENDAHULUAN
Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai
tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling
mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan
yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik yang
artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain
proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan
yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan
untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain).
sampai dengan maladaptive. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya setempat. Respon
sosial yang maladaptive yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah
menerima.
tanda cemburu, iri hati dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan
humor yang kurang dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin
untuk semua kebutuhan. Konsistensi ibu dan anak seperti stimulus sentuhan,
kontak mata, komunikasi yang hangat merupakan aspek penting yang harus
dibina sejak dini karena akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang
orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri serta
lingkungan luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan
perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar otonomi anak yang
mengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang
karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dan orang
dewasa di luar keluarga merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.
dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari
tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan (Haber, dkk, 1987).
o Remaja. Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman
sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan
independent.
o Dewasa tengah. Individu pada usia ini umumnya telah pisah tempat tinggal
dengan orang tua, khususnya yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka
peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua dan menjalin hubungan antar
o Dewasa lanjut. Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, anggota keluarga. Individu tetap
mengalami kegagalan akan merasa tidak berguna, tidak dihargai dan hal ini
dengan orang lain dan menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,
1993).
terhadap lingkunagn), ekspresi wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak merawat
diri, komunikasi verbal menurun/tidak ada, mengisolasi diri, kurang sadar dengan
energi, harga diri rendah, selalu menunduk, duduk menyendiri, posisi janin saat
3. Penyebab
Beberapa faktor pendukung (predisposisi) terjadinya gangguan hubungan
sosial yaitu:
a. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman
selanjutnya.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
berat dan volume otak, serta perubahan struktur limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosial-budaya
Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
sosial-budaya (misalnya: keluaga yang labil, dirawat di RS) dan stresor psikologis
yaitu tingkat kecemasan yang berat yang dapat menurunkan kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
4. Akibat
Klien yang mengalami gangguan dalam melakukan hubungan sosial akan
Klien dengan menarik diri lebih berfokus pada dirinya sendiri. Stimulus
5. Pohon Masalah
6. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data yang Perlu Dikaji
a. Data subyektif biasanya sukar didapat, karena klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain, kalaupun menjawab biasanya dengan kata-kata singkat.
b. Data obyektif yang dapat dilihat dari klien: Apatis, ekspresi sedih, afek
tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang,
c. Data Mayor (data yang harus ada utk merumuskan diagnosa keperawatan, min
1 datum).
Obyektif :
Menyendiri
Mengurung diri
d. Data Minor (data yg boleh ada, boleh tdk ada utk merumuskan diagnosa
keperawatan).
Subyektif :
Obyektif :
Mematung
2. Diagnosa Keperawatan
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan adalah untuk
maksimal dan mempertahankan perubahan yang telah dicapai dalam hubungan yang
telah dibina.
Pendekatan yang utama dalam tindakan keperawatan klien menarik diri adalah:
o Diawali dengan membina hubungan antara perawat dengan klien secara one to
one kemudian dilanjutkan / ditingkatkan dengan orang lain.
d. Intervensi keluarga
e. Terminasi
4. Rencana Keperawatan
a. Tujuan Umum :
Klien dapat bersosialisasi; tidak lagi menarik diri
b. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
lain, klien-kelompok.
a. SP klien
SP 1
SP 3
klien.
--GOOD LUCK—
Kl Nn.B, 24 thn, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 org adik lain ibu), dr klg Bpk.A (alm) dan
Ibu I (alm), bertempat tinggal di Jkt Barat. Kl masuk RSJ tgl 14 Maret 2007, dirawat
untuk ketiga kalinya dgn keluhan utama kl sering merobek-robek bajunya, telanjang dan
ingin lari dr rumah. Sejak kecil, kl dianggap mengalami ggn jiwa, dianggap bodoh shg kl tdk
disekolahkan. Di rumah sll dikucilkan dan tdk pernah diajak berkomunikasi, tdk mempunyai
teman dekat, tdk ada anggota klg yg dianggap teman dekat kl. Akibatnya, kl sering
menyendiri, melamun dan mengatakan bhw ada suara yg menyuruh pergi. Klg merasa tdk
mampu utk merawat dan akhirnya membawa kl ke RSJ dgn alasan mau diajak nonton film.
Selama di RSJ, ibu tiri kl tdk pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung kl datang
Dr hsl observasi didapat data ttg kl, yaitu rambut kotor dan bau banyak kutu, wajah lusuh,