Anda di halaman 1dari 11

2.1.

Asbuton

Asbuton ad aspal au yang berasal dari pulau ñutoang merupakan

campuran antara n dengan iiaha ineral iainnva d bentuk batuan

(Daiimin, i960). A oeroentu atu casas rna nitam yang

menyembul di atas kaan uriun ) dan sebagian

lagi lapisan tersebu a terda •afi per an tanah.

Partikei As daiam a dikeloi Oerdasarxan

Kanoungan oitumena (Dairi, i 09 i ). s t oiiinat pan

abel 2.1. Al buton Mumi

A.sbuto

Asbuton B20

Asbuton B301 27 50d - 32,2ñ°fi


Sumber . Lasbutag, No. A9/PT/M I9SJ

Asbuton tergolong aspai oatu yang daiam bañasa asing diseout rock asphalt

atau asphaitic rock. Fsahan penyusun Asouton paaa riinunya terdiri ñari
1 . 30 %+ bahan

bitiimen, bN %o

badan mineral.

3. 5 ' o bahan lain

Bahan bitumen terdiri dari

1. Asphaltenes 68,42 %’o

2. Maltcnese 31,5 %o, acidaftins I 5,48


o, acida %'o, parafin

Bahan mine 1 ya g terkandung di m Asbuton terdiri da berbagai jenis,

seperti yang dapat ihat pada tabel

el 2 UtOfl

Min ngan
K sium Karbona
Fla cs Karbonat
( 1,70
iuin Sulfat
(CaS
m Sulfida (C

Aluminium Ok

Sisa
Sumber Soeprapto Totomihardjo, 1995

Partikel Asbuton adalah merupakan material yang terdiri dari kombinasi

mineral, bitumen (aspal), dan air. berivarna kecoklat-coklatari. Sangat porous, relatif"

ringan dan pada umumnya mineral asbuton terdiri dari batu kapur dari ukuran

debu sampai ukuran pasir. Partikel asbuton sampai pada siihu 30°C, masih

bersifat rapuh
dan mudah dipecan. sedangkan pada suhu di atas 4G' - ñ0'C, bersifat agak plastis

dan sugar dipecah. Pada suhu 60° - 10G°C, bersifat plastic dan sugar pccah, dan

akan hancur bila suhu inencapai 100* - I 50°U

Proses terjadinya asbuton disebabkan oieh proses alam, maka asbuton

sangat bervariasi mengandung bitumen. Kadang-kaaang asbuton tersebut

rnenganaung cukup banyaK aspai teiapi ada pula yang hanya mengandung sedikit

aspal. Selairi itu sitat asbuton sangat dipengaruhi oleh sifat porositas partikel,

kondisi cuaca, KeieinDaban dan faktor sekeliiingnya. flat ini menyebabkan kadar

air dalam asbuton sangat bervariasi pula ierutama aipengaruhi oieh curah hujan.

Pada umumnya kadar air yang ierkandung di dalam pariikei asouton berkisar

antara 2% - 5* o.

Gradasi mineral asbuton hasil ekstraksi, digolongkan dalam kelompok

agregat harus sampai dengan fiiler, dengan spesifikasi 99o â loios saringan to. 4 i CP.

Come. i 987 . Graaasi panther asouton yang dipe dagangkan adalah 98.7o/o i()0oo

loios saringan 1” (25,4 mm .

Ukuran mineral dalam asbuton pada umumnya diDagi dalam tiga jenis

1. Rapur mengandung aspal (Rock-asphalt) dan berukuran debu, (lewat saringan

to. 200d dan berukuan pasir naius, (lewat saringan antara two. 6 to. 2G0 .

2. Sandy Asphalt rock, berukuran deou mineral, pasir harus ‹ian pasir Dasar.

3. Conglomerat Ashalt Rock berukuran debu mineral, pasir kasar dam kerikil.

Asbuton selain berfungsi sebagai bahan pengikat juga berfungsi sebagai

oahan pengisi (fitters, aikarenakan adanya mineral yang terkandung diaalamnya

(Daiirnin, 1980).
10

jenis HRA biasanya digunakan untuk lapis perkerasan neon struktural. ini disebabkan

karena ketahanan terhadap deforrnasi yang rendah dari HRA

Suatu perkerasan yang baik harus memenuhi faktor-faktor sebagai berikut

1. Stabilitas (Stability)

Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan deformasi

yang terjadi akibat beban 1 ›esekan antar

batuan (interna1 fricti dan k Gesek internal tergant g dari tekstur

permukaan gra si 'regat, bentuk kepadatan c an dan jumlah

aspal

*. Keaivetan/daya Dura

Durabilitas ada mamp ari pen cuaca, air dan

perubahan suh ataupun keaus n kendar ilai durabilitas

dapat diperting ngan menam aspal, Brad rig rapat, dan

pemadatan yang

3 kelenturan (Fle

Fleksibilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk inenyesuaikan diri

dengan lendutan atau perubahan bentuk pada lapis pondasi (base) dan tan'ah

dasar (subguade) tanpa mengalami keretakan. Nilai fleksibilitas yang tinggi

dapat diperoleh dengan menggunakan kadar aspal Yang tinggi dan campuran

bergradasi timpang.

4. Kekesatawtahanan geseL (Skid Resistance)

Kekesatan adalah kemampuan lapisan permukaan pada lapisan perkerasan

untuk inencegah terjadinya selip dam tergelincirnya roda kendaraan. Permukaan

lapisan
perkerasan yang kasar mempunyai tahanan gesek yang lebih baik dari

perrnukaan yang hal us.

5. Ketahanan kelelahan (Fatigue Resistance)

Ketahanan kelclahan adalah ketahanan lapisan perkerasan dalam menerima

beben berulang tanpa terjadi kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak

(cracking). Kadar aspal yang rendah akan menyebabkan lapisan perkerasan

cepat inengalami kelelahan (fatigue).

6. Kemudahan pengerjaan (Workability)

Kemudahan pengerjaan adalah mudahn;a suatu campuran untuk dihampar dan


tan yang diharapkan.
dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepad‹

Workabilitas sangat dipengaruhi oleh gradasi agregat, teinperatur cainpuran.

dan kandungan bahan pengisi filler.

7. Kekedapan terhadap air (Impermeability)

Kekedapan adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk inencegah masuknya

udara dan air ke dalam lapis perkerasan. Lapisan perkerasan vang kurang

kedap air dan udara me gakib tk ngurangi daya

lekat aspal.

2.3. Bahan Pereroaja

Bahan peremaja adalah bahan cair berupa minyak yang ditambahkan pada

asbuton vang berguna untuk melunakkan bitumen asbuton, agar bitumen dalam

asbuton dapat berfungsi sebagai bahan perekat. Pelunakkan ini diperlukan karena
asbuton keras seperti batu dan mempunyai banvak rongga/porous, sehingga dapat

dengan inudah diresapi cairan flux asbuton (Dalimin, 1980).

Fungsi bahan peremaja adalah sebagai berikut ini

a. Menggerakkan bitumen murni yang ada di dalam asbuton oleh aksi pelarut
secepat

rnungkin

b. Mengubah komposisi bitumen asbuton yang ada supava kombinasi bitumen

a.sbuton dan modifier terhadap ketahanan, viskositas, dan stabilitas menjadi

optimum.

c. Mendapatkan bitumen bebas yang cukup untuk inemastikan pelapisan awal

dari seluruh agregat dan pasir tambahan.

d. Mendapatkan bitumen tainbahan untuk inengganti setiap pengurangan jumlah

kadar bitumen efektif dari lasbutag pada batasan perencanaan yang diijinkan

e. Mengubah viskositas dari jumlah bitumen bebas dalam lasbutag, sampai

dengan balas optimum untuk pencampuran dan pemadatan

Bahan percmaja ini antara lain

1. Flux oil

2. Bunker oil (minya

3. Cairpuran solar dan AC

4. AC, Slow Curing 70 (SC 70).

5. Flux butas buatan.

Bahan peremaja yang sampai saat ini digunakan adalah Bunker Flux Oil

(BFO), Flux Oil (FO) yaitu sisa residu pengilangan minyak bumi yang

mengandung minyak berat.


.Iurn1ah berat bahan peliinaâ yang dibutuhkan sebanyaâ 3' o - 5 o i›erat

asouton kering (âuprapto I in, 1994). Menurut Bina Marga (Latasbum No.

i 1/PT/B/ 1993, jumiah I ahan pclunak didalam campuran ditentukan berdasarkan

niiai penetrasi Bitumen (40-5G), untuk mencapai riiiai penetrasi tersebut penambahan

bahan pelunaK adaiafl

?5 "o terhadap kadar

15 o » terhadap kbitume

2.4. Perencanaan ran >eca

Pada pemb camp as ebagai fiahan

pengikat, dikenai a ara yan

Para panas trot

ASpai dipanasi t oarluiu ajar bih encer,se inuaah aiaduk

merata dengan atuann› a. A a aspal dicampudengan batu-

batuannya temp idak turu annva diaskan terlebih

dahulu. Temperatur peinanasan ini tidak boleh lebih dari 325' F atau 163' C,

sebao aspai aKan terbakar atau menjaai kering keras. Temperatur minimum

diambi1 ?*80° L atau 140’ U.

2. Cara ciingin (Cold mix).

Sada cara dingin, untuk mengencerkan aspal dipakai minyak pengencer y’ang

langsung dicainpurKan pada aspal. Cara lain untuK mendapatkan aspai van s

encer agar mudah diaduk adalah dengan membuat emulsi aspai. Cara dingin ini
14

lebih praktis dan murah, tetapi pada umumnya memiliki mutu yang lebih

rendah bila dibandingkan dengan cara panas (hot mi x). karena

- butir-butir batuan belum tentu kering benar,

- homogenitas campuran kalah dengan cara panas (hot mix),

kepadatan permulaan setelah diwalls inasih terlalu rendah bila dibandingkan

dengan cara panas

Nainun demikiaekurangan tersebut sangat tergantung kepa ketaatan kedaesifikasi,


alat yang dirgunakan.

kemampuan ana.

3. Cara setengah p semi h

Pelaksanaan car semi hot mix i erikut

Tahap ke I : asp gan fraksi III sir halus dan dicainpuT dulu

secara panas, sengga didapat spesi

Tahap ke II ainpuran al deng ksiI dan

(keriki1e’splitdan pasir kasar) cukup dicampur dengan pasir dingin.

Campuran aspal dengan menggunakan sistem ini memiliki mutu sedikit di

bawah sistem hot mix tetapi jauh diatas sistem cold mix, karena hoirogenitas

campuran lebih sempurna dibandingkan dengan sistem cold mix (Sudarsono,

1976).

2.5. Flux Butas Buatan

Flux butas merupakan salah satu bahan peremaja untuk aspal buton. Flux

butas (biasa disebut juga flux-oil) terdiri dari


1 minyak i›erat t oiie fierat diperlukan rintuk meremajakan aspal.

2 minyak ringan (irinyak 3•ang mudah irenguap) diperlukan untuk,

a meinbaiva/menyebarluaskan ininyak beTat teTsebut agar tersebar merata ke

seluruh butir butas, dan

b. untuk inenarik sebagian aspal aari butas dan kemudian diberikan kepada
batu-

batuannya,agar aspalsehingg

ineinudahka madata

Kadang-kadanerc input atau sengaicampurkan A(se ’akan tambahan

AC pada prinsiya tidak diperlu 1976).

Pada flux b tan d at afar berikut

- minyak berat dipa e beka

- minyak rins a n dip ai ininyak tana ar


Beberapa conto
ux butas buatan ( ng bisa diper n, yaitu :

Kerosinoli (k

2. Solaroli (solo

o. Flux aspal ( fluxas).

Beberapa jenis peremaja yans ' e la h dicoba di laboratorium Puslitbang

Jalan antara lain jenis peremaja inodifikasi, yaitu campuran minyak tanah dengan

BFO, premium dengan BFO, diesel fuel oil dengan BFO, bahkan telah dicoba

juga menggunakan minyak kelapa dan minyak mesin (Dairi. 1991). Penelitian

yang

dilakukan Ulupi. dkk, akan pelunak modifikasi lain untuk mendapatkan nilai

penetrasi 100 adalah sebagai berikut

1. 5 %o Premium 14 % BFO 81 'ñ Bitumen Asbuton,


â. 6,25 ?ñ Diesel fuel oil I 6,25 *ñ BFO 77,5 *» Bitumen Asbuton

Penclitian lain yang dilakukan Fadhilatunnisak, dengan mencoba premium, solar

dan l7iinyak tanah sebagai t3 ux butas buatan menghas1lkah st fat-sifat Marshall

yang paling i›aik pada bitumen asDuton yang menggunakan bahan pe einaja soiar

2.6. Lama pemeraman

P lux-oil yang telah dicampurkan be dalam butas perlu dineri kesempatan

untuk meresap ke dalam split butas. Wa2tu yang aiperlukan untuK meresap ini

berlainan tergantung lninyak ringan yang dlpakai dalam flux.

Minyak ringan bersifat agresif sehingga inudañ ineresap ke dalam butas,

sedangkan waktu yang dibutiihkan iintuk bekerjxmeresap ini diset›ut waktu

peineraivan t Suaarsono, 1976).

Lamanya waktu peirerairan sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran

asbuton Seinakin kecil ukuran butiran asbuton maka seinakin cepat bahan

peremaja untuk meresap ke dalaivnya dan ireiepaskan tiitumen aktifnya TetapL

proses pelepasan Bitumen dalam asbuton paaa lam a peinerairan tertentu akan

ierhenti diirana kemampuan untuk proses peremajaan sudah tidak ada.

2.7. Agregat

Agregat aaalah sekuirpulan butir-butir batu pecah, pasir atau mineral

lainnya yang diperoleh dari alain atau dari hasil pengolahan. Agregat merupakan

komponen utama lapisan perkerasan jalan, yaitu mengandung 9000 - 95%+ agregat

berdasarkan
k*cnurut asalnya, agre3at dapat dibapi menjadi 3 jenis, yaitu

1. Agregat alain, umumnya berbentuk bulat.

2. Apwegat dengan pengo

3. Agregat buatan.

Agregat ya di nakan umumny iklasilikasikan be as kan ukurannya

yang terdiri dari 4 f

i . Agregat kasar, y tuan

2. Agregat halus, atuan 8 dan t n saringan no

Mineral pengisi, aitu batuan yang an no. 30 da an di saringan

1 no. 200

Filler, yaitu trak agregat ha1 ringan no.

Anda mungkin juga menyukai