Anda di halaman 1dari 36

2

Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan


Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah,
kesempatan, kekuatan dan kesehatan pada penyusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Sistem Wilayah, Lingkungan dan
Hukum Pertanahan, Magister Manajemen Aset Infrstruktur, Fakultas Teknik Sipil,
Lingkungan dan Kebumian dengan baik dan lancar.
Makalah yang berjudul ”Kebutuhan Infrastruktur Sumber Daya Air dalam
Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Timur”.
Makalah ini masih banyak dijumpai kekurangan dikarenakan dalam
penyusunannya terdapat keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya.
Semoga penyusunan makalh ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2018

Penyusun

i|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Permasalahan .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................... 2
1.4. RuangLingkup ................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Infrastruktur ...................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Infrastruktur ........................................................ 3
2.1.2. Jenis Infrastruktur .................................................................. 4
2.2. Pengembangan Wilayah .................................................................... 5
BAB 3 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ............................................ 8
3.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah ..................................................... 8
3.2. Potensi Pengembangan Wilayah ....................................................... 13
3.3. Wilayah Rawan Bencana .................................................................. 15
3.4. Demografi ......................................................................................... 19
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................ 20
4.1. Potensi Infrastruktur Sumber Daya Air di Provinsi Jawa Timur ...... 20
4.2. Kebijakan Kewilayahan di Provinsi Jawa Timur............................... 23
4.3. Kebutuhan Infrastruktur Sumber Daya Air Untuk Mendukung
Pengembangan Wilayah Pada Provinsi Jawa Timur ........................ 24
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 29
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 29
5.2. Saran ................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... v

ii | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Kecamatan dan Desa menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2013 ............................................................................................ 8
Tabel 3.2 Luas Catchment Area (Km2) pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa
Timur ..................................................................................................... 11
Tabel 3.3 Jumlah Waduk, Volume Tampung, Kapasitas Efektif dan Luas Daerah
Genangan pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur ..................... 11
Tabel 3.4 Jumlah Mata Air, Debit Rerata Tahunan dan Volume Tahunan di Wilayah
Sungai UPT PSDA di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 ...................... 12
Tabel 3.5 Produksi Padi, Jagung dan Kedelai pada Provinsi Jawa Timur Tahun
2009-2013 .............................................................................................. 14
Tabel 3.6 Wilayah Potensi Tanah Longsor di Provinsi Jawa Timur ..................... 16
Tabel 3.7 Lokasi Potensi Banjir di Provinsi Jawa Timur ...................................... 17
Tabel 3.8 Kawasan Rawan Letusan Gunung Api di Provinsi Jawa Timur ............ 18
Tabel 3.9 Struktur Penduduk Provinsi Jawa Timur Menurut Jenis Kelamin ........ 19
Tabel 4.1 Bendungan yang Sudah Beroperasi ....................................................... 22
Tabel 4.2 Produktivitas dan Surplus Padi .............................................................. 22
Tabel 4.3 Bendungan/Waduk yang Akan Dibangun ............................................. 25
Tabel 4.4 Pengembangan Daerah Irigasi pada Infrastruktur yang Telah Terbangun,
namun Belum Dibangun Jaringan Irigasinya ........................................ 26
Tabel 4.5 Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Kewenangan Provinsi ......... 27
Tabel 4.6 Sungai Rawan Banjir ............................................................................. 27

iii | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan antara Sistem, Ekonomi, Infrastruktur ............................ 3


Gambar 2.2 Sistem Infrastruktur Dalam Pengelompokan .................................... 5
Gambar 3.1 Peta Administrasi Wilayah dan Pulau – Pulau Jawa Timur ............. 9
Gambar 4.1 Pelaksanaan Pembangunan Embung Geomembrane ........................ 26
Gambar 4.2 Manfaat Embung Geomembrane ...................................................... 26

iv | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1950, yang ditetapkan pada tanggal 2 Pebruari 1950, merupakan gabungan dari
Pemerintahan Daerah Karisidenan Surabaya, Madura, Besuki, Malang, Kediri, Madiun
dan Bojonegoro, yang berkedudukan di Kota Surabaya. Undang-undang tersebut diatas,
telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan atas
Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 32).
Perkembangan pembangunan Provinsi Jawa Timur sampai dengan saat ini telah
dirasakan peningkatan hasil dan manfaatnya bagi masyarakat. Namun seiring dengan
dinamika pembangunan serta kebutuhan masyarakat dan tantangan pada masa
mendatang, diperlukan keberlanjutan dan perubahan kearah yang lebih baik (sustain and
change) dari aktivitas pembangunan sehingga dapat mewujudkan visi pembangunan
jangka panjang Jawa Timur 2005-2025 menjadi “Pusat Agrobisnis terkemuka, berdaya
saing global dan berkelanjutan menuju Jawa Timur makmur dan berakhlak”.
Berpijak pada upaya untuk mewujudkan Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis
terkemuka, sesuai dengan visi pembangunan jangka panjang Jawa Timur 2005-2025,
maka diperlukan pengembangan wilayah yang bertujuan untuk mendorong percepatan
dan perluasan pembangunan wilayah Jawa Timur dengan menekankan keunggulan dan
potensi daerah pangan, khususnya padi. Tentu saja hal tersebut harus didukung oleh
penyediaan infrastruktur, khususnya infrastruktur sumber daya air.
Pembangunan berkelanjutan bidang infrastruktur sumber daya air, fokus
penanganannya akan meliputi pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan
kebutuhan air baku khususnya untuk pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga dan
pertanian, terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis,
di samping penanganan konservasi dan pengendalian banjir.

1|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

1.2. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas, rumusan permasalahan pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi potensi infrastruktur sumber daya air yang ada pada provinsi Jawa Timur.
2. Identifikasi kebutuhan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung pengembangan
wilayah pada provinsi Jawa Timur.

1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui potensi infrastruktur sumber daya air yang ada pada provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui kebutuhan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung
pengembangan wilayah pada provinsi Jawa Timur.

1.4. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pada makalah ini yaitu hanya membahas kebutuhan infrastruktur
sumber daya air untuk mendukung pengembangan wilayah pada provinsi Jawa Timur.

2|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. INFRASTRUKTUR
2.1.1. Pengertian Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur menurut beberapa ahli dalam Kodoatie, R.J., 2005 :
a. Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam
Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-
pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi.
b. Menurut Grigg, 1988 infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi pengairan, drainase, bangunan-banguna gedung, dan fasilitas publik yang
lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi.
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sistem infrastruktur dapat
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial
dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).
Sebagai salah satu konsep pola pikir dibawah ini diilustrasikan diagram
sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjukkan bahwa secara ideal
lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi
didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan sasaran didukung
oleh sistem ekonomi.

Gambar 2.1
Hubungan antara Sistem, Ekonomi, Infrastruktur

3|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa lingkungan alam merupakan


pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator antara
sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam
menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang (bahkan tidak) berfungsi akan
memberikan dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya infrastruktur yang berlebihan
untuk kepentingan manusia tanpa memperhitungkan kapasitas daya dukung lingkungan
akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia termasuk makhluk
hidup yang lain. Berfungsi sebagai suatu sistem pendukung sistem sosial dan sistem
ekonomi, maka infrastuktur perlu dipahami dan dimengerti secara jelas terutama bagi
penentu kebijakan.
2.1.2. Jenis Infrastruktur
Dari definisi-difinisi di atas, infrastruktur dibagi dalam 13 kategori (Grigg, 1988)
sebagai berikut :
1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, dan
fasilitas pengolahan air (treatment plant).
2. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, dan daur
ulang.
3. Fasilitas pengelolaan limbah (padat).
4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi.
5. Fasilitas lintas air dan navigasi.
6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk di dalamnya adalah tanda-
tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol.
7. Sistem transit publik.
8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi.
9. Fasilitas gas alam.
10. Gedung publik : sekolah, rumah sakit.
11. Fasilitas perumahan public.
12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion.
13. Fasilitas komunikasi.
Tiga belas jenis infrastruktur tersebut kemudian lebih diperkecil
pengelompokannya (Grigg 1988; Grigg dan Fontane, 2000) sebagai berikut :
1. Transportasi (jalan, jalan raya, jembatan).

4|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

2. Pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan).


3. Komunikasi.
4. Keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran
terbuka, pipa).
5. Pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat).
6. Bangunan.
7. Distribusi dan produksi energi.

Gambar 2.2
Sistem Infrastruktur Dalam Pengelompokan

2.2. PENGEMBANGAN WILAYAH


Pengembangan wilayah adalah upaya pembangunan dalam suatu wilayah
administratif atau kawasan tertentu agar tercapai kesejahteraaan (people property)
melalui pemanfaatan peluang-peluang dan pemanfaatan sumber daya secara optimal,
efisien, sinergi dan berkelanjutan (Sembiring, 2012).
Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Prinsip-prinsip dasar dalam
pengembangan wilayah adalah :
1. Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal
wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect)

5|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara


nasional
2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar daerah
dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.
3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-
daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.
Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat
bagi perencanaan pengembangan kawasan. Dalam pemetaan pengembangan wilayah,
satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain
berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan
dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan
sifat sinergisme di antaranya (Direktorat Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi,
2003).
Pendekatan Pengembangan Wilayah antara lain :
1. Pendekatan Sektoral
Dimana seluruh kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan dikelompokan atas
sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu persatu. Setiap sektor akan
dilihat potensi dan peluangnnya dan menetapkan hal yang dapata ditingkatkan serta
menetukan lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Sektor-sektor dalam
pembangunan antara lain : pertanian, pertambangan, konstruksi, perindustrian,
perdagangan, perhubungan, keuangan, perbankan dan sebagainya.
2. Pendekatan Regional masing-masing konsentarsi.
Pendekatan yang mengabaikan faktor ruang (spasial) untuk kegiatan produksi atau
jasa serta memprediksi konsentrasi kegiatan dan memeperkirakan kebutuhan fasilitas
untuk masing-masing konsentrasi. Pembangunan wilayah dilancarkan melaui pusat-
pusat pertumbuhan umumnya kota-kota besar.
Kebijakan Pengembangan Wilayah adalah suatu kebijakan dalam suatu daerah
baik provinsi atau kabupaten yang merupakan suatu aturan hukum yang diharapkan
mampu menjadi acuan dalam pengambilan tindakan. Peran/fungsi Kebijakan
Pengembangan Wilayah antara lain :
1. Perlu ada pengendalian pengelolaan wilayah akibat perubahan dan dinamika spasial,
sosial, dan ekonomi (urbanisasi dan globalisasi).

6|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di suatu wilayah &


meminimalisasi dampak negatif yang dapat terjadi.
3. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan memperkuat masyarakat
(peningkatan daya saing wilayah).

7|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

BAB 3
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

3.1. KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH


Wilayah Provinsi Jawa Timur dengan luas 48.039,14 Km2 memiliki batas-batas
sebagai berikut : sebelah Utara Laut Jawa, sebelah Timur Selat Bali, sebelah Selatan
Samudera Hindia, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Secara
astronomis terletak antara 111o,0’-114o,4’BT dan 7o,12’-8o,48’LS. Sebagian besar
wilayah Jawa Timur terdiri dari 90% wilayah daratan dan 10% wilayah Kepulauan
termasuk Madura. Secara administrasif berdasarkan Permendagri No. 18 Tahun 2013
tentang Buku Induk Kode Wilayah, Jawa Timur terdiri dari 38 Kabupaten/Kota (29
Kabupaten dan 9 Kota) yang mempunyai 664 Kecamatan dengan 783 Kelurahan dan
7.722 Desa.
Tabel 3.1
Jumlah Kecamatan dan Desa
menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013

8|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Gambar 3.1
Peta Administrasi Wilayah dan Pulau – Pulau Jawa Timur

Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan
berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen dan Kwarter. Salah satu
faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah banyaknya gunung

9|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

berapi yang masih aktif yang tersebar mulai mulai dari perbatasan barat ke timur meliputi
Gunung Lawu, Gunung Kelud, Gunung Bromo, Gunung Argopuro, dan Gunung Ijen
dengan gunung tertinggi yaitu Gunung Semeru.
Berdasarkan struktur fisik dan kondisi geografis, Jawa Timur dapat
dikelompokkan sebagai berikut : (1) Bagian Utara dan Madura merupakan daerah yang
relatif kurang subur yang berupa pantai, dataran rendah dan pegunungan; (2) Bagian
Tengah merupakan daerah yang relatif subur; (3) Bagian Selatan-Barat merupakan
pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; (4) Bagian Timur pegunungan
dan perbukitan yang memiliki potensi perkebunan, hutan dan tambang.
Kondisi geologi Jawa Timur yang cukup kaya akan potensi sumberdaya mineral,
memiliki sekitar 20 jenis bahan galian yang mendukung sektor industri maupun
konstruksi, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama
Lajur Rembang terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan
cekungan tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua Lajur Kendeng terbentuk
batu lempung dan batupasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga lajur Gunung
Api Tengah terbentuk oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian
konstruksi berupa batu pecah, krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan
terbentuk oleh batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami
tekanan, potensi mineral logam, marmer, onyx, batu gamping, bentonit, pospat.
Secara hidrologi wilayah Provinsi Jawa Timur terdiri dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan meliputi Wilayah Sungai (WS) dan Waduk, sedangkan air tanah
berupa mata air. Pembagian WS di meliputi tujuh WS yaitu : WS Bengawan Solo, WS
Brantas, WS Welang – Rejoso, WS Pekalen – Sampean, WS Baru – Bajulmati, WS
Bondoyudo – Bedadung dan WS Madura.
Provinsi Jawa Timur memiliki 686 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tercakup
dalam wilayah sungai, WS Bengawan Solo memiliki 94 DAS, WS Brantas memiliki 220
DAS, WS Welang – Rejoso memiliki 36 DAS, WS Pekalen–Sampean memiliki 56 DAS,
WS Baru – Bajulmati memiliki 60 DAS, WS Bondoyudo – Bedadung memiliki 47 DAS,
dan WS Madura memiliki 173 DAS.
Berdasarkan data Pengairan dalam angka dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2012, luas Catchment Area yang dapat diidentifikasi berdasarkan wilayah sungai,
cenderung nilainya tetap.

10 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Tabel 3.2
Luas Catchment Area (Km2) pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur

Selain sungai, sumber daya air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air adalah waduk-waduk tersebar hampir di seluruh Jawa Timur. Jumlah waduk yang ada
di Jawa Timur berjumlah 89 buah waduk.
Tabel 3.3
Jumlah Waduk, Volume Tampung, Kapasitas Efektif dan Luas Daerah Genangan
pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah mata air yang cukup banyak dan tersebar
di seluruh Wilayah sungai. Berdasarkan data Pengairan dalam angka dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2013 jumlah mata air yang ada masih tetap tidak mengalami

11 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

perubahan yaitu sebanyak 4.389 mata air, yang memiliki debit rerata tahunan yang sama
yaitu 73,20 m3/detik, serta memiliki volume tahunan 2.308,57 m3.
Tabel 3.4
Jumlah Mata Air, Debit Rerata Tahunan dan Volume Tahunan di Wilayah Sungai
UPT PSDA di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

12 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Kondisi Iklim Provinsi Jawa Timur secara umum termasuk iklim tropis yang
mengenal 2 (dua) perubahan putaran musim, yaitu musim Kemarau (Mei-Oktober) dan
musim Penghujan (Nopember-sampai sekitar bulan April). Hingga bulan Desember
seluruh wilayah di Jawa Timur sudah memasuki musim penghujan. Hampir setiap hari
hujan mengguyur semua wilayah dengan intensitas ringan hingga lebat.

3.2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH


Potensi pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur dapat di tinjau dalam
berbagai aspek antara lain potensi kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan
pertambangan.
Potensi Kehutanan di Provinsi Jawa Timur dapat di tinjau pada kawasan
peruntukan hutan produksi dengan luas sekurang – kurangnya 782.772 Ha atau 16,38%
dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur dan hutan rakyat dengan luas sekurang –
kurangnya 361.570,30 Ha atau 7,56% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur.
Potensi Pertanian berdasarkan Perda Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, luas eksisting kawasan pertanian sebesar

13 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

2.020.491,71 ha dengan rincian pertanian lahan basah sebesar 911.863 ha dan pertanian
lahan kering/tegalan/kebun campur sebesar 1.108.627,71 ha. Rencana penggunaan lahan
untuk pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi teknis dengan luas sekurang-
kurangnya 957.239 Ha atau 20,03% dari luas Jawa Timur dengan peningkatan jaringan
irigasi semi teknis dan sederhana menjadi irigasi teknis yang tersebar di masing-masing
wilayah sungai. Rencana pengembangan pertanian lahan kering di wilayah Provinsi Jawa
Timur ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 849.033 Ha atau 17,76% dari luas
Jawa Timur yang diarahkan pada daerah-daerah yang belum terlayani oleh jaringan
irigasi.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dan kebutuhan pangan Provinsi
Jawa Timur, perlu dilakukan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan sehingga
dapat menjamin ketersediaan pangan. Berdasarkan hal tersebut provinsi Jawa Timur
menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Jawa Timur Seluas kurang
lebih 1.017.549,72 Ha dengan rincian lahan basah seluas 802.357,9 Ha dan lahan kering
seluas 215,191.83 Ha.
Tabel 3.5
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai pada Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Potensi Perkebunan berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan


dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan dan perkebunan
tanaman semusim. Berdasarkan total luasan rencana kawasan peruntukan perkebunan,
Provinsi Jawa Timur mampu mencapai produksi terutama pada komoditas tanaman
tahunan berupa tebu dan tembakau serta tanaman musiman berupa kopi dan kakao.
Potensi Perikanan Provinsi Jawa Timur pada dasarnya adalah pengembangan
perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pengelolaan serta pemasaran hasil perikanan
yang dikemas dalam sebuah sistem minapolitan. Pengembangan kawasan perikanan
tangkap di Jawa Timur memiliki prospek yang bagus, didukung oleh pengembangan
pelabuhan perikanan Brondong yang terletak di Pantai Utara Jawa Timur, pengembangan

14 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

pelabuhan perikanan Muncar di Kabupaten Banyuwangi, dan Prigi di Kabupaten


Trenggalek.
Pengembangan kawasan peruntukan perikanan budidaya terdiri dari perikanan
budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut. Sektor
perikanan budidaya air payau berada pada kawasan Ujung Pangkah dan Panceng di
Kabupaten Gresik, serta Sedati di Kabupaten Sidoarjo dengan komoditas ikan bandeng
dan garam. Sedangkan potensi garam yang merupakan salah satu potensi budidaya air
payau berada pada Kabupaten Bangkalan, Gresik, Lamongan, Pamekasan, Pasuruan,
Probolinggo, Sampang, Sumenep, Tuban, serta Kota Pasuruan, dan Surabaya.
Perikanan budidaya air tawar berada pada Kabupaten Bojonegoro, Lamongan,
Magetan, Malang, Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Jember, dan Banyuwangi. Perikanan
budidaya air laut tersebar pada wilayah pesisir seperti adanya sentra pengembangan ikan
laut di bagian pantai utara Jawa Timur.
Potensi Pertambangan di Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi potensi
pertambangan mineral (logam, bukan logam, batuan dan batubara), potensi pertambangan
minyak dan gas bumi dan potensi panas bumi.
Potensi Pariwisata berdasarkan Perda Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, kawasan peruntukan pariwisata di Provinsi Jawa
Timur meliputi daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya Tarik wisata
hasil buatan manusia.

3.3. WILAYAH RAWAN BENCANA


Kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai
kawasan yang sering terjadi bencana. Kawasan rawan bencana wilayah Provinsi Jawa
Timur dikelompokkan dalam kawasan rawan bencana tanah longsor, gelombang pasang,
banjir dan kebakaran hutan serta angin kencang dan puting beliung. Untuk antisipasi
dampak bencana perlu upaya-upaya antara lain deteksi dini bencana, melestarikan
kawasan lindung dan penanggulangan bencana.
1. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Wilayah rawan

15 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

longsor di Jawa Timur dengan potensi gerakan tanah menengah-tinggi sebagaimana


tabel berikut :
Tabel 3.6
Wilayah Potensi Tanah Longsor di Provinsi Jawa Timur

16 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang


Kawasan rawan gelombang pasang di Provinsi Jawa Timur berada di kawasan
sepanjang pantai di wilayah Jawa Timur baik yang berbatasan dengan Laut Jawa,
Selat Bali, Selat Madura, Samudera Hindia maupun di kawasan kepulauan.
3. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Lokasi dengan potensi banjir di Provinsi Jawa Timur meliputi :
Tabel 3.7
Lokasi Potensi Banjir di Provinsi Jawa Timur

4. Kawasan Rawan Kebakaran Hutan dan Puting Beliung


Kawasan rawan bencana kebakaran hutan dan puting beliung di Jawa Timur meliputi
: Kawasan di Gunung Arjuno, Kawasan di Gunung Kawi, Kawasan di Gunung
Welirang, Kawasan di Gunung Kelud dan Kawasan Tahura R.Soeryo.

17 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

5. Kawasan Rawan Letusan Gunung Api


Kawasan rawan letusan gunung api di Jawa Timur berada pada lereng gunung api
yang masih aktif. Terdapat 7 gunung api aktif di Jawa Timur serta lokasi yang
merupakan wilayah rawan bencana letusan. Kawasan yang diindikasikan dapat
meletus/mengeluarkan lava, asap beracun dan mengeluarkan debu pasir, meliputi :
Tabel 3.8
Kawasan Rawan Letusan Gunung Api di Provinsi Jawa Timur

6. Kawasan Rawan Gempa Bumi


Kawasan rawan bencana gempa bumi di Provinsi Jawa Timur berada di wilayah :
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten
Jember, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten
Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Ponorogo,Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung.
7. Kawasan Rawan Tsunami
Di wilayah Jawa Timur wilayah rawan gempa utamanya pada pantai selatan Jawa
Timur yang diklasifikasi berdasarkan tingkat risikonya, yakni :
a. Risiko besar tsunami, meliputi : Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember,
Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Trenggalek.

18 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

b. Risiko sedang tsunami, meliputi : Kabupaten Malang (bagian selatan),


Kabupaten Blitar (bagian selatan), Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Tulungagung.
8. Kawasan Luapan Lumpur
Kawasan luapan lumpur meliputi area terdampak dari bahaya luapan lumpur, polusi
gas beracun, dan penurunan permukaan tanah (land subsidence) di wilayah
Kabupaten Sidoarjo.

3.4. DEMOGRAFI
Pertumbuhan jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur terus mengalami
peningkatan setiap tahun, baik laki-laki mapun perempuan. Jumlah penduduk Jawa Timur
tahun 2009 sebanyak 37.236.149 jiwa dan terus bertambah hingga tahun 2012 menjadi
38.052.950 jiwa, dimana pertumbuhan paling banyak adalah perempuan, sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 3.9
Struktur Penduduk Provinsi Jawa Timur Menurut Jenis Kelamin

Pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Timur disetiap Kabupaten/Kota sangat


bervariasi, dari yang tertinggi Kota Surabaya dengan jumlah penduduk sekitar 2.801.409
jiwa dengan laju pertumbuhan 0,56 persen dan terendah yaitu Kota Mojokerto dengan
jumlah penduduk sebesar 122.550 jiwa.

19 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. POTENSI INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA


TIMUR
Provinsi Jawa Timur beribukota di Surabaya, memiliki wilayah terluas diantara
6 Provinsi lain di Pulau Jawa dengan luas wilayah 47,113 Km2, yang mana merupakan
2,5% luas Indonesia. Provinsi ini memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua setelah
Jawa Barat yaitu 38.052.950 jiwa. Adapun potensi infrastruktur sumber daya air yang ada
di provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
1. Sungai
Terdiri dari 7 Wilayah Sungai (WS), antara lain :
1. WS Brantas
WS Brantas adalah salah satu sungai terbesar di Provinsi Jawa Timur yang terdiri
dari 220 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas WS sebesar ±13.880 km2 atau
kurang lebih 25% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Panjang sungai ini ±
320 km, bermata air di kaki Gunung Arjuno, selanjutnya mengalir melingkari
sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud melintasi 15
Kab/Kota, yaitu : Batu, Malang, Kota Malang, Blitar, Kota Blitar, Tulungagung,
Trenggalek, Nganjuk, Kediri, Kota Kediri, Jombang, Mojokerto, Kota
Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya.
2. WS Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo, merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa yang terdiri
dari 96 DAS dengan panjang sungai sekitar 600 km dan luas total mencapai
20.125 km2 terbagi menjadi :
a. Bagian hulu dan tengah (35%) atau 7.055 km2 mencakup wilayah Provinsi
Jawa Tengah .
b. Bagian Hilir (65%) atau 13.070 km² di Provinsi Jawa Timur (Sub DAS Kali
Madiun dan DAS Bengawan Solo Hilir).
Aliran air mengalir dari Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan dari Sub DAS Kali
Madiun yang kemudian keduanya bertemu di Ngawi dan mengalir ke Pacitan,

20 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Ponorogo, Madiun, Kota Madiun, Magetan, Bojonegoro, Tuban, Lamongan


hingga Gresik.
3. WS Welang Rejoso
WS Welang Rejoso mencakup 4 Kabupaten/Kota yaitu : Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Probolinggo. Dengan luas ±
2.601 km2, WS Welang Rejoso terdiri atas 36 DAS dengan karakteristik sebagian
besar sungai pendek dan terjal sehingga sifat banjirnya bandang dan belum ada
bangunan pengendali banjir pada bagian hulu dan hilir sebagian besar belum
memiliki sistem pengendali banjir yang memadai.
4. WS Pekalen Sampean
WS Pekalen Sampean mencakup 3 Kabupaten yaitu : Kabupaten Situbondo,
Kabupaten Bondowoso dan sebagian Kabupaten Probolinggo. Dengan luas ±
3.953 km2 terdiri dari 56 DAS dengan karakteristik sebagian besar sungai pendek
dan terjal.
5. WS Baru Bajulmati
WS Baru Bajulmati mencakup 4 Kabupaten yaitu : Kabupaten Banyuwangi,
sebagian Kabupaten Bondowoso, sebagian Kabupaten Situbondo dan sebagian
Kabupaten Jember. Dengan luas ± 3.675 km2, WS Baru Bajulmati terdiri atas 60
DAS yang sebagian besar belum memiliki sistem pengendali banjir yang
memadai.
6. WS Bondoyudo Bedadung
WS Bondoyudo Bedadung mencakup 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Jember dan sebagian Kabupaten Malang. Dengan luas ± 5.364 km2,
WS Bondoyudo Bedadung terdiri atas 47 DAS, dengan sistem pengendali banjir
tanggul sungai : Kali Tanggul dan Kali Bedadung, sedangkan pada beberapa
DAS yang merupakan sistem pengendali banjiir lahar Gunung Semeru,
pengendali banjir berupa Tanggul dan Sabo Dam.
7. WS Madura Bawean
WS Madura mencakup 4 Kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep. Dengan luas ± 4.575 km2, WS Madura terdiri atas 173 DAS yang
sebagian besar belum memiliki sistem pengendali banjir yang memadai.

21 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

2. Bendungan
Berikut jumlah bendungan yang ada di Provinsi Jawa Timur :
Tabel 4.1
Bendungan yang Sudah Beroperasi
LOKA SI DA TA TEKNIS MA NFA A T KEBUTUHA N
NO BENDUNGA N LA HA N
TA MPUNGA N TINGGI IRIGA SI A IR BA KU LISTRIK BA NJIR PA RIWISA TA &
KECA MA TA N KA BUPA TEN KONSERVA SI (hA )
(106 m3 ) (m) (hA ) (lt/det) (kW) (hA ) PERIKA NA N

I BEROPERA SI

1 Sutami Sumper Pucung Malang 209.27 97.50 34,000.00 - 75,000.00 Ada Ada Ada
2 Selorejo Ngantang Malang 42.70 49.00 5,700.00 - - Ada Ada Ada
3 Sengguruh Kepanjen Malang 3.50 33.00 - - 11,000.00 Ada Ada Ada
4 Bening Saradan Madiun 37.50 35.60 9,120.00 - 650.00 Ada Ada Ada
5 Lahor Sumper Pucung Malang 32.01 - - - - Ada Ada Ada
6 Wlingi Sutojayan Blitar 3.14 47.00 15,132.00 - 2,700.00 Ada Ada Ada
7 Lodoyo Wlingi Blitar 5.20 - - - 4,700.00 Ada Ada Ada
8 Wonorejo Pagerwojo T ulungagung 121.26 100.00 1,200.00 8,000.00 6,300.00 Ada Ada Ada
9 Klampis Kedundung Sampang 10.00 20.00 2,080.00 - - Ada Ada Ada
10 Nipah Banyuates Sampang 3.00 35.00 1,150.00 - - Ada Ada Ada
11 Bajulmati Wongsorejo Banyuwangi 10.00 46.80 1,800.00 60.00 340.00 Ada Ada Ada
12 Sampean Baru T apen Bondowoso - 41.00 9,800.00 - - Ada Ada Ada
13 Notopuro Pilang Kenceng Madiun 2.34 - 2,433.00 - - Ada Ada Ada
14 Dawuhan Wonosari Madiun 4.90 - 1,273.00 - - Ada Ada Ada
15 Saradan Saradan Madiun 2.34 - 990.00 - - Ada Ada Ada
16 Kedungbrubus Pilang Kenceng Madiun 20.03 - 521.00 - - Ada Ada Ada
17 Pondok Bringin Ngawi 28.40 32.00 3,450.00 - 600.00 Ada Ada Ada
18 Kedung Bendo Padas Ngawi 1.97 17.50 1,341.00 - - Ada Ada Ada
19 Sangiran Bringin Ngawi 9.23 - 1,535.00 - - Ada Ada Ada
20 Gondang Sugiyo Lamongan 23.71 27.00 6,523.00 - - Ada Ada Ada
21 Prijetan Kedung Pring Lamongan 9.75 47.00 4,007.50 - - Ada Ada Ada
22 Pacal T emayang Bojonegoro 26.42 41.00 16,688.00 - - Ada Ada Ada
23 Nglambangan Ngambon Bojonegoro 12.80 53.78 803.00 - - Ada Ada Ada
24 Bojonegoro Barrage T rucuk Bojonegoro 13.00 12.70 5,196.00 1,079.00 - Ada Ada Ada
25 Babat Barrage Babat Lamongan 25.00 12.90 - - - Ada Ada Ada
26 Mrican Barrage Gampingrejo Kediri - - 24,413.00 - - Ada Ada Ada

3. Irigasi
Irigasi sebagai salah satu komponen pendukung keberhasilan ketahanan pangan
mempunyai peran yang sangat penting. Di Provinsi Jawa Timur sendiri terdapat
8.911 Daerah Irigasi (DI) dengan luas baku sawah beririgasi sebesar 934.683 ha (baik
DI kewenangan pusat, provinsi maupun kabupaten).
Tabel 4.2
Produktivitas dan Surplus Padi

22 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

4.2. KEBIJAKAN KEWILAYAHAN DI PROVINSI JAWA TIMUR


Secara umum, kebijakan pengembangan kewilayahan di Provinsi Jawa Timur
adalah :
1. Pemerataan pembangunan antar wilayah dengan memperkecil dikotomi antara
Kawasan pedesaan dan perkotaan melalui kegiatan ekonomi serta keseimbangan
wilayah utara-selatan Jawa Timur dan Pulau Madura dengan tetap didasarkan pada
potensi sumber daya yang ada.
2. Peningkatan pembangunan kewilayah melalui pembangunan infrastruktur yang
saling terkait sehingga meningkatkan daya saing daerah terutama pada wilayah yang
relatif tertinggal dalam rangka memacu pertumbuhan wilayah dan menyeimbangkan
pengembangan ekonomi wilayah.
3. Peningkatan ketahanan pangan dan ketahanan energi pada wilayah-wilayah terpencil
dalam rangka keningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
4. Peningkatan fungsi Kawasan lindung, kelestarian sumber daya alam/buatan dan
ekosistemnya dalam rangka pembangunan berwawasan lingkungan.
5. Peningkatan konservasi ekosistem Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang
menjadi fungsi perlindungan dengan meningkatakan peran aktif masyarakat dan
swasta dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.
6. Pengembangan Kawasan strategis ekonomi dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, mengurangi tingkat
pengangguran, mempercepat perkembangan wilayah dan kemajuan Kawasan
tertinggal untuk mengurangi kesenjangan antar Kawasan.
7. Peningkatan kerjasama antar daerah dalam pengembangan wilayah agar terjadi
keselarasan di dalam pembangunan Kawasan perbatasan antar provinsi dan anatar
kabupaten/kota sesuai dengan potensi daerah.
Fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 diarahkan pada
pemantapan perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan Jawa Timur,
pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan peningkatan produksi utama di Jawa
Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem
agropolitan.

23 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

4.3. KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR UNTUK


MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH PADA PROVINSI JAWA
TIMUR
Isu terkait pengembangan kewilayahan di Provinsi Jawa Timur, khususnya poin
peningkatan ketahanan pangan adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya ketersediaan air baku irigasi
a. Terjadinya penurunan kapasitas tampungan air yang ada (waduk) rata-rata sekitar
50% dari rencana awal yang disebabkan terjadinya sedimentasi.
b. Terhambatnya pembangunan waduk baru.
c. Peningkatan Kebutuhan air sesuai prioritas : domestik, irigasi, listrik, industri.
2. Belum dikembangkannya Jaringan Irigasi
Terdapat Jaringan Irigasi yang belum dikembangkan pasca selesainya pembangunan
infrastruktur sumber daya airnya misalnya, Daerah Irigasi (DI) Bajulmati 1.000 ha,
DI Nipah 500 ha, DI Bengawan Jero Lamongan (Intake Babat Barrage) 8.000 ha, DI
Mrican Kanan (Sal. Sek. Papar-Peterongan 12,5 km) 7.000 ha dan DI Bojonegoro
Barrage (pompa) 10.000 ha.
3. Menurunnya kinerja jaringan irigasi tingkat Primer, Sekunder dan Tersier
a. Terjadinya penurunan pelayanan akibat umur bangunan dan fungsi layanan
Jaringan Irigasi tingkat Primer, Sekunder dan Tersier.
b. Terjadinya kerusakan bendung-bendung irigasi  470 buah.
c. Pengelolaan Irigasi belum terpadu dari tingkat Primer, Sekunder sampai Tersier.
4. Banjir/genangan pada areal sawah irigasi
Terdapat Sawah Irigasi yang gagal panen akibat bencana banjir rutin seluas  30.000
ha pada daerah Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Madiun, Ngawi dan Ponorogo.
Adapun solusi atau upaya yang dilakukan pemerintah provinsi Jawa Timur untuk
menyelesaikan permasalahan atau isu tersebut di atas adalah dengan pembangunan
infrastruktur maupun pengembangan infrastruktur yang telah ada. Berikut uraiannya.
1. Untuk mengatasi menurunnya ketersediaan air baku irigasi, dilakukan :
a. Revitalisasi bendungan/waduk yang telah ada
b. Pembangunan bendungan baru oleh Pemerintah Pusat, dimana pemerintah
Provinsi Jawa Timur berkontribusi dalam hal pembebasan tanah

24 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Tabel 4.3
Bendungan/Waduk yang Akan Dibangun

c. Selain bendungan, pemerintah Provinsi Jawa Timur juga membangun embung


geomembrane pada daerah-daerah yang rawan terjadi kekeringan pada musim
kemarau. Dimana airnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik, sehingga
supply air untuk irigasi tidak berkurang.
Embung geomembrane adalah tampungan air permanen dengan desain yang
sederhana, terbuat dari geomembrane yang kedap air, membutuhkan tanah yang
tidak terlalu luas sehingga cepat pelaksanaannya, membutuhkan biaya murah
namun dapat memberikan manfaat yang panjang. Sampai dengan tahun 2018 telah
terbangun 86 geomembrane yang tersebar di Provinsi Jawa Timur.

25 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Gambar 4.1
Pelaksanaan Pembangunan Embung Geomembrane

Gambar 4.2
Manfaat Embung Geomembrane
2. Untuk mengatasi belum dikembangkannya daerah irigasi pada infrastruktur yang
baru saja dikembangkan maka segera dilakukan DED jaringan irigasi baru setelah itu
dibangun konstruksinya. Diharapkan akan menambah areal baku sawah beririgasi
seluas 26.500 ha.
Tabel 4.4
Pengembangan Daerah Irigasi pada Infrastruktur yang Telah Terbangun,
namun Belum Dibangun Jaringan Irigasinya

26 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

3. Untuk mengatasi menurunnya kinerja jaringan irigasi tingkat Primer, Sekunder dan
Tersier, dilakukan :
a. Operasi dan pemeliharaan (OP) pada 176 DI Kewenangan Provinsi melalui APBD
dan 32 DI Kewenangan Pusat melalui kegiatan tugas pembantuan operasi dan
pemeliharaan dalam hal ini APBN.
Tabel 4.5
Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Kewenangan Provinsi

b. Rehabilitasi pada 176 DI Kewenangan Provinsi melalui APBD dan Dana Alokasi
Khusus (DAK).
4. Upaya untuk mengatasi banjir/genangan pada areal sawah irigasi yaitu dengan :
a. Melakukan perbaikan sarana pengendali banjir serta normalisasi sungai-sungai
(sebanyak 21 ruas sungai tersebar di Provinsi Jawa Timur) yang rutin
menimbukan banjir dan menggenangi areal sawah berakibat gagal panen.
Tabel 4.6
Sungai Rawan Banjir

27 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

b. Pengurangan lahan puso akibat banjir (Peningkatan kapasitas floodway Plangwot


– Sedayu Lawas dari 640 m3/dt menjadi 1400 m3/dt untuk mengurangi lahan puso
di Lamongan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Tuban dan Bojonegoro seluas 32.732
ha).

28 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 yang
diarahkan pada pemantapan perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan
Jawa Timur, pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan peningkatan produksi
utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti
pengembangan sistem agropolitan yang merupakan bagian dari kebijakan pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur, maka diperlukan dukungan infratruktur sumber daya air
sebagai berikut :
1. Guna menambah ketersediaan air baku :
a. Perlu adanya revitalisasi tampungan air pada 26 bendungan/waduk yang telah ada.
b. Perlu adanya pembangunan waduk tampungan air baru, baik skala besar (16
bendungan) maupun skala kecil (86 embung geomembrane).
2. Pengembangan Jaringan Irigasi akan menambah luas tanam sekitar 26.500 ha.
Diharapkan dengan bertambahnya luas tanam maka Index Pertanaman (IP) Padi pada
di Jawa Timur yang saat ini 1,55 dapat meningkat menjadi 1,67.
3. Kegiatan OP dan Rehabilitasi Jaringan irigasi bertujuan meningkatkan dan
mengembalikan fungsi dan kinerja Jaringan Irigasi dengan tujuan mempertahankan
IP yang ada.
4. Pengurangan lahan puso akibat banjir dengan :
a. Perbaikan sarana pengendali banjir serta normalisasi 21 ruas sungai tersebar di
Provinsi Jawa Timur.
b. Peningkatan kapasitas floodway Plangwot – Sedayu Lawas dari 640 m3/dt
menjadi 1400 m3/dt.

4.2. SARAN
Di dalam upaya memenuhi kebutuhan infrastruktur untuk pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur tentu saja ditemui beberapa permaslahan baik dari segi
teknis maupun non teknis, oleh karena itu diperlukan keterpaduan pengelolaan sumber

29 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

daya air dari beberapa sektor terkait pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring serta evaluasi.

30 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, Robert, 2005, Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.
Pengairan Dalam Angka Tahun 2017, Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur.
Pengembangan Infrastruktur Pengairan untuk Mendukung Produktifitas Pertanian dan
Kesejahteraan Petani Tahun 2017, Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Timur.
Perda No. 3 tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) .Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019.
Rencana Strategis (Renstra) 2014 – 2019 Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Timur.

v|Page

Anda mungkin juga menyukai