KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah,
kesempatan, kekuatan dan kesehatan pada penyusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Sistem Wilayah, Lingkungan dan
Hukum Pertanahan, Magister Manajemen Aset Infrstruktur, Fakultas Teknik Sipil,
Lingkungan dan Kebumian dengan baik dan lancar.
Makalah yang berjudul ”Kebutuhan Infrastruktur Sumber Daya Air dalam
Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Timur”.
Makalah ini masih banyak dijumpai kekurangan dikarenakan dalam
penyusunannya terdapat keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya.
Semoga penyusunan makalh ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
DAFTAR ISI
ii | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Kecamatan dan Desa menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2013 ............................................................................................ 8
Tabel 3.2 Luas Catchment Area (Km2) pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa
Timur ..................................................................................................... 11
Tabel 3.3 Jumlah Waduk, Volume Tampung, Kapasitas Efektif dan Luas Daerah
Genangan pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur ..................... 11
Tabel 3.4 Jumlah Mata Air, Debit Rerata Tahunan dan Volume Tahunan di Wilayah
Sungai UPT PSDA di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 ...................... 12
Tabel 3.5 Produksi Padi, Jagung dan Kedelai pada Provinsi Jawa Timur Tahun
2009-2013 .............................................................................................. 14
Tabel 3.6 Wilayah Potensi Tanah Longsor di Provinsi Jawa Timur ..................... 16
Tabel 3.7 Lokasi Potensi Banjir di Provinsi Jawa Timur ...................................... 17
Tabel 3.8 Kawasan Rawan Letusan Gunung Api di Provinsi Jawa Timur ............ 18
Tabel 3.9 Struktur Penduduk Provinsi Jawa Timur Menurut Jenis Kelamin ........ 19
Tabel 4.1 Bendungan yang Sudah Beroperasi ....................................................... 22
Tabel 4.2 Produktivitas dan Surplus Padi .............................................................. 22
Tabel 4.3 Bendungan/Waduk yang Akan Dibangun ............................................. 25
Tabel 4.4 Pengembangan Daerah Irigasi pada Infrastruktur yang Telah Terbangun,
namun Belum Dibangun Jaringan Irigasinya ........................................ 26
Tabel 4.5 Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Kewenangan Provinsi ......... 27
Tabel 4.6 Sungai Rawan Banjir ............................................................................. 27
iii | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
DAFTAR GAMBAR
iv | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
BAB 1
PENDAHULUAN
1|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
1.2. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas, rumusan permasalahan pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi potensi infrastruktur sumber daya air yang ada pada provinsi Jawa Timur.
2. Identifikasi kebutuhan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung pengembangan
wilayah pada provinsi Jawa Timur.
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui potensi infrastruktur sumber daya air yang ada pada provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui kebutuhan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung
pengembangan wilayah pada provinsi Jawa Timur.
2|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. INFRASTRUKTUR
2.1.1. Pengertian Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur menurut beberapa ahli dalam Kodoatie, R.J., 2005 :
a. Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam
Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-
pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi.
b. Menurut Grigg, 1988 infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi pengairan, drainase, bangunan-banguna gedung, dan fasilitas publik yang
lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi.
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sistem infrastruktur dapat
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial
dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).
Sebagai salah satu konsep pola pikir dibawah ini diilustrasikan diagram
sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjukkan bahwa secara ideal
lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi
didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan sasaran didukung
oleh sistem ekonomi.
Gambar 2.1
Hubungan antara Sistem, Ekonomi, Infrastruktur
3|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
4|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Gambar 2.2
Sistem Infrastruktur Dalam Pengelompokan
5|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
6|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
7|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
BAB 3
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
8|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Gambar 3.1
Peta Administrasi Wilayah dan Pulau – Pulau Jawa Timur
Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan
berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen dan Kwarter. Salah satu
faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah banyaknya gunung
9|Page
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
berapi yang masih aktif yang tersebar mulai mulai dari perbatasan barat ke timur meliputi
Gunung Lawu, Gunung Kelud, Gunung Bromo, Gunung Argopuro, dan Gunung Ijen
dengan gunung tertinggi yaitu Gunung Semeru.
Berdasarkan struktur fisik dan kondisi geografis, Jawa Timur dapat
dikelompokkan sebagai berikut : (1) Bagian Utara dan Madura merupakan daerah yang
relatif kurang subur yang berupa pantai, dataran rendah dan pegunungan; (2) Bagian
Tengah merupakan daerah yang relatif subur; (3) Bagian Selatan-Barat merupakan
pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; (4) Bagian Timur pegunungan
dan perbukitan yang memiliki potensi perkebunan, hutan dan tambang.
Kondisi geologi Jawa Timur yang cukup kaya akan potensi sumberdaya mineral,
memiliki sekitar 20 jenis bahan galian yang mendukung sektor industri maupun
konstruksi, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama
Lajur Rembang terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan
cekungan tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua Lajur Kendeng terbentuk
batu lempung dan batupasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga lajur Gunung
Api Tengah terbentuk oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian
konstruksi berupa batu pecah, krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan
terbentuk oleh batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami
tekanan, potensi mineral logam, marmer, onyx, batu gamping, bentonit, pospat.
Secara hidrologi wilayah Provinsi Jawa Timur terdiri dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan meliputi Wilayah Sungai (WS) dan Waduk, sedangkan air tanah
berupa mata air. Pembagian WS di meliputi tujuh WS yaitu : WS Bengawan Solo, WS
Brantas, WS Welang – Rejoso, WS Pekalen – Sampean, WS Baru – Bajulmati, WS
Bondoyudo – Bedadung dan WS Madura.
Provinsi Jawa Timur memiliki 686 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tercakup
dalam wilayah sungai, WS Bengawan Solo memiliki 94 DAS, WS Brantas memiliki 220
DAS, WS Welang – Rejoso memiliki 36 DAS, WS Pekalen–Sampean memiliki 56 DAS,
WS Baru – Bajulmati memiliki 60 DAS, WS Bondoyudo – Bedadung memiliki 47 DAS,
dan WS Madura memiliki 173 DAS.
Berdasarkan data Pengairan dalam angka dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2012, luas Catchment Area yang dapat diidentifikasi berdasarkan wilayah sungai,
cenderung nilainya tetap.
10 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Tabel 3.2
Luas Catchment Area (Km2) pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur
Selain sungai, sumber daya air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air adalah waduk-waduk tersebar hampir di seluruh Jawa Timur. Jumlah waduk yang ada
di Jawa Timur berjumlah 89 buah waduk.
Tabel 3.3
Jumlah Waduk, Volume Tampung, Kapasitas Efektif dan Luas Daerah Genangan
pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah mata air yang cukup banyak dan tersebar
di seluruh Wilayah sungai. Berdasarkan data Pengairan dalam angka dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2013 jumlah mata air yang ada masih tetap tidak mengalami
11 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
perubahan yaitu sebanyak 4.389 mata air, yang memiliki debit rerata tahunan yang sama
yaitu 73,20 m3/detik, serta memiliki volume tahunan 2.308,57 m3.
Tabel 3.4
Jumlah Mata Air, Debit Rerata Tahunan dan Volume Tahunan di Wilayah Sungai
UPT PSDA di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
12 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Kondisi Iklim Provinsi Jawa Timur secara umum termasuk iklim tropis yang
mengenal 2 (dua) perubahan putaran musim, yaitu musim Kemarau (Mei-Oktober) dan
musim Penghujan (Nopember-sampai sekitar bulan April). Hingga bulan Desember
seluruh wilayah di Jawa Timur sudah memasuki musim penghujan. Hampir setiap hari
hujan mengguyur semua wilayah dengan intensitas ringan hingga lebat.
13 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
2.020.491,71 ha dengan rincian pertanian lahan basah sebesar 911.863 ha dan pertanian
lahan kering/tegalan/kebun campur sebesar 1.108.627,71 ha. Rencana penggunaan lahan
untuk pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi teknis dengan luas sekurang-
kurangnya 957.239 Ha atau 20,03% dari luas Jawa Timur dengan peningkatan jaringan
irigasi semi teknis dan sederhana menjadi irigasi teknis yang tersebar di masing-masing
wilayah sungai. Rencana pengembangan pertanian lahan kering di wilayah Provinsi Jawa
Timur ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 849.033 Ha atau 17,76% dari luas
Jawa Timur yang diarahkan pada daerah-daerah yang belum terlayani oleh jaringan
irigasi.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dan kebutuhan pangan Provinsi
Jawa Timur, perlu dilakukan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan sehingga
dapat menjamin ketersediaan pangan. Berdasarkan hal tersebut provinsi Jawa Timur
menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Jawa Timur Seluas kurang
lebih 1.017.549,72 Ha dengan rincian lahan basah seluas 802.357,9 Ha dan lahan kering
seluas 215,191.83 Ha.
Tabel 3.5
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai pada Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
14 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
15 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
16 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
17 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
18 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
3.4. DEMOGRAFI
Pertumbuhan jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur terus mengalami
peningkatan setiap tahun, baik laki-laki mapun perempuan. Jumlah penduduk Jawa Timur
tahun 2009 sebanyak 37.236.149 jiwa dan terus bertambah hingga tahun 2012 menjadi
38.052.950 jiwa, dimana pertumbuhan paling banyak adalah perempuan, sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 3.9
Struktur Penduduk Provinsi Jawa Timur Menurut Jenis Kelamin
19 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
BAB 4
PEMBAHASAN
20 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
21 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
2. Bendungan
Berikut jumlah bendungan yang ada di Provinsi Jawa Timur :
Tabel 4.1
Bendungan yang Sudah Beroperasi
LOKA SI DA TA TEKNIS MA NFA A T KEBUTUHA N
NO BENDUNGA N LA HA N
TA MPUNGA N TINGGI IRIGA SI A IR BA KU LISTRIK BA NJIR PA RIWISA TA &
KECA MA TA N KA BUPA TEN KONSERVA SI (hA )
(106 m3 ) (m) (hA ) (lt/det) (kW) (hA ) PERIKA NA N
I BEROPERA SI
1 Sutami Sumper Pucung Malang 209.27 97.50 34,000.00 - 75,000.00 Ada Ada Ada
2 Selorejo Ngantang Malang 42.70 49.00 5,700.00 - - Ada Ada Ada
3 Sengguruh Kepanjen Malang 3.50 33.00 - - 11,000.00 Ada Ada Ada
4 Bening Saradan Madiun 37.50 35.60 9,120.00 - 650.00 Ada Ada Ada
5 Lahor Sumper Pucung Malang 32.01 - - - - Ada Ada Ada
6 Wlingi Sutojayan Blitar 3.14 47.00 15,132.00 - 2,700.00 Ada Ada Ada
7 Lodoyo Wlingi Blitar 5.20 - - - 4,700.00 Ada Ada Ada
8 Wonorejo Pagerwojo T ulungagung 121.26 100.00 1,200.00 8,000.00 6,300.00 Ada Ada Ada
9 Klampis Kedundung Sampang 10.00 20.00 2,080.00 - - Ada Ada Ada
10 Nipah Banyuates Sampang 3.00 35.00 1,150.00 - - Ada Ada Ada
11 Bajulmati Wongsorejo Banyuwangi 10.00 46.80 1,800.00 60.00 340.00 Ada Ada Ada
12 Sampean Baru T apen Bondowoso - 41.00 9,800.00 - - Ada Ada Ada
13 Notopuro Pilang Kenceng Madiun 2.34 - 2,433.00 - - Ada Ada Ada
14 Dawuhan Wonosari Madiun 4.90 - 1,273.00 - - Ada Ada Ada
15 Saradan Saradan Madiun 2.34 - 990.00 - - Ada Ada Ada
16 Kedungbrubus Pilang Kenceng Madiun 20.03 - 521.00 - - Ada Ada Ada
17 Pondok Bringin Ngawi 28.40 32.00 3,450.00 - 600.00 Ada Ada Ada
18 Kedung Bendo Padas Ngawi 1.97 17.50 1,341.00 - - Ada Ada Ada
19 Sangiran Bringin Ngawi 9.23 - 1,535.00 - - Ada Ada Ada
20 Gondang Sugiyo Lamongan 23.71 27.00 6,523.00 - - Ada Ada Ada
21 Prijetan Kedung Pring Lamongan 9.75 47.00 4,007.50 - - Ada Ada Ada
22 Pacal T emayang Bojonegoro 26.42 41.00 16,688.00 - - Ada Ada Ada
23 Nglambangan Ngambon Bojonegoro 12.80 53.78 803.00 - - Ada Ada Ada
24 Bojonegoro Barrage T rucuk Bojonegoro 13.00 12.70 5,196.00 1,079.00 - Ada Ada Ada
25 Babat Barrage Babat Lamongan 25.00 12.90 - - - Ada Ada Ada
26 Mrican Barrage Gampingrejo Kediri - - 24,413.00 - - Ada Ada Ada
3. Irigasi
Irigasi sebagai salah satu komponen pendukung keberhasilan ketahanan pangan
mempunyai peran yang sangat penting. Di Provinsi Jawa Timur sendiri terdapat
8.911 Daerah Irigasi (DI) dengan luas baku sawah beririgasi sebesar 934.683 ha (baik
DI kewenangan pusat, provinsi maupun kabupaten).
Tabel 4.2
Produktivitas dan Surplus Padi
22 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
23 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
24 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Tabel 4.3
Bendungan/Waduk yang Akan Dibangun
25 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Gambar 4.1
Pelaksanaan Pembangunan Embung Geomembrane
Gambar 4.2
Manfaat Embung Geomembrane
2. Untuk mengatasi belum dikembangkannya daerah irigasi pada infrastruktur yang
baru saja dikembangkan maka segera dilakukan DED jaringan irigasi baru setelah itu
dibangun konstruksinya. Diharapkan akan menambah areal baku sawah beririgasi
seluas 26.500 ha.
Tabel 4.4
Pengembangan Daerah Irigasi pada Infrastruktur yang Telah Terbangun,
namun Belum Dibangun Jaringan Irigasinya
26 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
3. Untuk mengatasi menurunnya kinerja jaringan irigasi tingkat Primer, Sekunder dan
Tersier, dilakukan :
a. Operasi dan pemeliharaan (OP) pada 176 DI Kewenangan Provinsi melalui APBD
dan 32 DI Kewenangan Pusat melalui kegiatan tugas pembantuan operasi dan
pemeliharaan dalam hal ini APBN.
Tabel 4.5
Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Kewenangan Provinsi
b. Rehabilitasi pada 176 DI Kewenangan Provinsi melalui APBD dan Dana Alokasi
Khusus (DAK).
4. Upaya untuk mengatasi banjir/genangan pada areal sawah irigasi yaitu dengan :
a. Melakukan perbaikan sarana pengendali banjir serta normalisasi sungai-sungai
(sebanyak 21 ruas sungai tersebar di Provinsi Jawa Timur) yang rutin
menimbukan banjir dan menggenangi areal sawah berakibat gagal panen.
Tabel 4.6
Sungai Rawan Banjir
27 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
28 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 yang
diarahkan pada pemantapan perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan
Jawa Timur, pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan peningkatan produksi
utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti
pengembangan sistem agropolitan yang merupakan bagian dari kebijakan pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur, maka diperlukan dukungan infratruktur sumber daya air
sebagai berikut :
1. Guna menambah ketersediaan air baku :
a. Perlu adanya revitalisasi tampungan air pada 26 bendungan/waduk yang telah ada.
b. Perlu adanya pembangunan waduk tampungan air baru, baik skala besar (16
bendungan) maupun skala kecil (86 embung geomembrane).
2. Pengembangan Jaringan Irigasi akan menambah luas tanam sekitar 26.500 ha.
Diharapkan dengan bertambahnya luas tanam maka Index Pertanaman (IP) Padi pada
di Jawa Timur yang saat ini 1,55 dapat meningkat menjadi 1,67.
3. Kegiatan OP dan Rehabilitasi Jaringan irigasi bertujuan meningkatkan dan
mengembalikan fungsi dan kinerja Jaringan Irigasi dengan tujuan mempertahankan
IP yang ada.
4. Pengurangan lahan puso akibat banjir dengan :
a. Perbaikan sarana pengendali banjir serta normalisasi 21 ruas sungai tersebar di
Provinsi Jawa Timur.
b. Peningkatan kapasitas floodway Plangwot – Sedayu Lawas dari 640 m3/dt
menjadi 1400 m3/dt.
4.2. SARAN
Di dalam upaya memenuhi kebutuhan infrastruktur untuk pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur tentu saja ditemui beberapa permaslahan baik dari segi
teknis maupun non teknis, oleh karena itu diperlukan keterpaduan pengelolaan sumber
29 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
daya air dari beberapa sektor terkait pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring serta evaluasi.
30 | P a g e
Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
DAFTAR PUSTAKA
v|Page