Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muh.

Nabil A’thallah

Kelas : VI Abdurrahman bin Auf

(Judul)
PERJALANAN EMAS
Lead (kepala)

Dalam kehidupan ini, terdapat perjalanan emas bagi hamba-Nya yang terus berjuang.
Untuk melalui perjalanan emas tersebut, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada
doa, usaha, ikhtiar yang harus ditunaikan.

Tubuh (Isi)

Perjalanan emas menghampiriku. Pada tahun 2015, saya mengikuti lomba Olimpide
Matematika yang diselenggarakan oleh TOPAZ bertempat di SDIT Anak Sholeh Praya.
Sebelum lomba, saya mempersiapkan diri dengan belajar, berharap saat lomba saya bisa
memahami deretan angka dan tulisan yang memandangiku. Di dunia ini tidak ada yang datang
secara tiba-tiba. Atas izin Allah SWT, saya mendapat juara 1 ditingkat provinsi. Rasa syukurku
kepada Allah SWT yang telah memberiku kesempatan menjadi seorang pemenang.

Tidak sampai di situ, perjalanan emas akan berlanjut di Surabaya. Sebelum berangkat ke
Surabaya, saya mempersiapkan semua barang yang diperlukan. Setelah semuanya siap, saya
pun berangkat ke bandara bersama para pejuang lainnya ditemani pembimbing dan pahlawan
sejatiku yaitu ayah, ibu dan adik-adikku tercinta. Tiba saatnya membeli tiket. Kemudian saya
menunggu pesawat yang akan membawa saya terbang seperti burung yang ada di langit.
Setelah menunggu cukup lama bagaikan menunggu buah yang jatuh dari pohonnya, pesawat
yang akan digunakan siap. Dengan bismillah, saya melangkahkan kaki ini masuk ke dalam
perut burung besi itu, dan saatnya untuk terbang menikmati ciptaan-Nya Yang Maha dahsyat. .

Saat sampai di Surabaya, saya menginap di hotel. Di hotel, saya mengawali waktuku
untuk belajar supaya bisa memahami soal saat berada di ruang panas nanti. Setelah beberapa
lama, rasanya mataku mulai lelah bertatapan dengan buku. Saya mengambil hakku bermain
bersama teman-teman. Tidak terasa, malam sudah semakin larut. Kata istirahat mulai
memanggilku untuk tidur. Harapanku, semoga ketika lomba esok, saya bisa memahami angka-
angka yang kupandang. Hari yang dinanti pun tiba. Jantungku berdebar kencang bagaikan
suara petir yang menggelegar, karena disana banyak orang yang jauh lebih tua dari saya.
Namun, saya tetap menikmati kesempatan ini. Lomba usai, saya kembali beristirahat,
merebahkan diri di dunia kapuk dan raga ini seperti tidak ingin beranjak darinya. Suara panitia
terdengar memberi pengumuman hasil lomba yang sudah terlaksana. Qadarullah, saya tidak
mendapat juara. Sebagai manusia biasa, rasa kecewa menghampiri. Namun, hal itu tidak
menjadi penghalang untuk berhenti di tengah jalan. Saya tidak patah semangat. Saya akan
selalu berusaha untuk mendapat juara di peluang emas dihari-hari berikutnya. Saatnya fokus ke
depan. Yang lalu biarlah berlalu. Saya dan teman-teman pergi refreshing ke Jatim park. Di
Jatim park saya melepas rasa lelah yang menyelimuti raga. Sepulang kami dari tempat
refreshing, sungguh rasa bantal yang kurindukan.

Hari terakhir di Surabaya, kembali menyibukkan diri merapikan barang-barang. Karena


saatnya pulang ke tanah yang dirindukan yaitu tanah kelahiran. Setelah barang-barang siap,
perut memberi isyarat untuk di isi. Saya pun langsung meluncur ke tempat makan. Kemudian
ceritaku berlanjut ke perjalanan pulang menuju bandara. Saat saya sampai di bandara, saya
membeli tiket dan menunggu pesawat yang akan saya gunakan untuk pulang. Selang beberapa
menit, burung besi itu pun memberi isyarat untuk saya terbang bersamanya. Di dalam pesawat
saya melihat alam ciptaan Allah SWT yang sangat luas. Laut, gunung, pohon memanggilku
untuk memujinya. Mata ini seolah-olah tak ingin berpaling darinya. Setelah cukup lama di
pesawat, saya sampai di sangkar burung besi Lombok. Saat sampai di Lombok saya sangat
senang, karena saya sudah sampai ke tanah kelahiran. Saat sampai rumah, saya langsung
istirahat.

Penutup

Jika kita mendapat ajakan untuk berbuat suatu kebaikan, janganlah menganggap itu hal
biasa. Karena bisa jadi, hal itu adalah jalan takdir Allah untuk kita menjemput berlian. Oleh
karena itu, langitkan ikhtiarmu untuk mencapai tujuan indahmu.

Anda mungkin juga menyukai