Anda di halaman 1dari 81

MASA

PENJAJAHAN
BELANDA
STANDAR KOMPETENSI:
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan mempertahankaan
kemerdekaan Indonesia

KOMPETENSI DASAR:
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
INDIKATOR:
2.1.1 Menjelaskankan sebab jatuhnya
daerah-daerah nusantara ke dalam
kekuasaan pemerintah Belanda
2.1.2 Menjelaskan sistem kerja paksa dan
tanam paksa yang memberatkan rakyat
2.1.3 Menjelaskan perjuangan tokoh daerah
dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro,
Imam Bonjol, P. Antasari,
Sisingamangaraja XII)
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan sebab jatuhnya
daerah-daerah nusantara ke dalam
kekuasaan pemerintah Belanda
BANTEN

PORTUGAL INDIA

“KEPULAUAN
REMPAH-REMPAH”
2 April 1595
Pieter Cornelis De
Keyzer Houtman
22 Juni 1596
JACOB VAN NECK

2 tahun kemudian…
20 MARET 1602
VOC berkedudukan di Batavia (sekarang Jakarta) juga
disebut dengan nama Perusahaan Hindia Timur atau East
India Company karena mereka ingin menyaingi
perusahaan yang didirikan oleh Inggris bernama VWC
yang memiliki julukan sebagai Perusahaan Hindia Timur.

Tujuan dari pembentukan VOC adalah sebagai berikut:


1. Berusaha menguasai baik pelabuhan penting serta
kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia.
2. Melakukan monopoli perdagangan.
3. Mengatasi persaingan yang ada antara pedagang
Belanda dengan pedagang Eropa lainnya.
Hak istimewa ( hak octroi ) VOC
1. Hak monopoli perdagangan
2. Hak mencetak dan mengedarkan uang
3. Hak mengangkat dan memperhentikan
pegawai
4. Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja
5. Hak memiliki tentara sendiri
6. Hak mendirikan benteng
7. Hak menyatakan perang dan damai
8. Hak mengangkat dan memberhentikan
penguasa-penguasa setempat.
Karena hak-hak yang dimiliki VOC ini,
menyebabkan VOC berkembang pesat, bahkan
Portugis mulai terdesak. Untuk mengusung
kepentingan VOC diangkatlah gubernur jendral
VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-
1614).
Karena hak-hak yang dimiliki VOC ini,
menyebabkan VOC berkembang pesat, bahkan
Portugis mulai terdesak. Untuk mengusung
kepentingan VOC diangkatlah gubernur jendral
VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-
1614).
Pada tahun 1619 ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat
menjadi Gubernur Jenderal VOC, serangan terhadap
Banten dilaksanakan dengan pasukan yang berisi 19
kapal, dan dari sisa-sisa Jayakarta, mereka membangun
kota baru yang diberi nama Batavia sebagai markas baru.
Pada tahun 1799, VOC yang mengalami banyak masalah dan
akhirnya bangkrut dibubarkan. Berikut alasan-alasan pembubaran
VOC:
1. Pegawai VOC banyak yang tidak terlalu cakap dalam
mengendalikan monopoli perdagangan, selain itu mereka juga
banyak yang melakukan korupsi.
2. Hutang VOC yang semakin menumpuk dikarenakan
peperangan dengan Inggris dan juga rakyat Indonesia sendiri.
3. Para penguasa semakin merosot moralnya akibat sistem
monopoli yang dilakukan.
4. Prajurit VOC banyak yang tewas dalam peperangan.
5. Aturan pringan dan penyerahan wajib yang dilakukan untuk
mengisi kas VOC tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bangsa Belanda mendarat pertama
kali di Indonesia pada tahun …
Tujuan Belanda datang ke Indonesia
adalah untuk mencari …
Armada Belanda berhasil mendarat di
Banten di bawah pimpinan …
Gubernur jenderal VOC yang
pertama adalah …
VOC didirikan pada tanggal …
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan sebab jatuhnya
daerah-daerah nusantara ke dalam
kekuasaan pemerintah Belanda
DISKUSIKANLAH DENGAN TEMAN
KELOMPOKMU “APAKAH YANG
MENJADI PENYEBAB INDONESIA
DIJAJAH OLEH BELANDA?”
BACALAH BUKU PAKET HALAMAN
128 - 129
LIHAT
VIDEO
Sistem Tanam Paksa, adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den
Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa
menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami
komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila).
Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial
dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen
diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa
yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam
setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang
menjadi semacam pajak.
Sistem tanam paksa diperkenalkan secara
perlahan sejak tahun 1830 sampai tahun 1835.
Menjelang tahun 1840 sistem ini telah
sepenuhnya berjalan di Jawa.

Pemerintah kolonial memobilisasi lahan


pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga kerja yang
serba gratis. Komoditas kopi, teh, tembakau,
tebu, yang permintaannya di pasar dunia sedang
membubung, dibudidayakan.
Berikut adalah isi dari aturan tanam paksa
1. Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar
menyediakan tanah pertanian untuk cultuurstelsel
tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari
tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.
2. Pembebasan tanah yang disediakan untuk
cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya
dianggap sebagai pembayaran pajak.
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat
menggantinya dengan bekerja di perkebunan milik
pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah
Belanda selama 66 hari atau seperlima tahun.
4. Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah
pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh melebihi
waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
5. Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan
akan dikembalikan kepada rakyat
6. Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen
yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana
alam dan terserang hama, akan di tanggung
pemerintah Belanda
7. Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa
kepada kepala desa
Usaha kaum liberal di negeri Belanda agar Tanam Paksa
dihapuskan telah berhasil pada tahun 1870, dengan
diberlakukannya UU Agraria, Agrarische Wet.

Kaum liberal di negeri Belanda berpendapat bahwa


seharusnya pemerintah jangan ikut campur tangan dalam
kegiatan ekonomi. Mereka menghendaki agar kegiatan
ekonomi ditangani oleh pihak swasta, sementara
pemerintah bertindak sebagai pelindung warga negara,
menyediakan prasarana, menegakkan hukuman dan
menjamin keamanan serta ketertiban.
Kondisi kemiskinan dan penindasan sejak tanam paksa
dan UU Agraria, ini mendapat kritik dari para kaum
humanis Belanda. Seorang Asisten Residen di Lebak,
Banten, Eduard Douwes Dekker mengarang buku Max
Havelaar (1860). Dalam bukunya Douwes Dekker
menggunakan nama samaran Multatuli. Dalam buku itu
diceritakan kondisi masyarakat petani yang menderita
akibat tekanan pejabat Hindia Belanda.
Seorang anggota Raad van Indie, C. Th van Deventer
membuat tulisan berjudul Een Eereschuld, yang
membeberkan kemiskinan di tanah jajahan Hindia
Belanda. Van Deventer dalam bukunya menghimbau
kepada Pemerintah Belanda, agar memperhatikan
penghidupan rakyat di tanah jajahannya.
KERJAKANLAH KEGIATAN YANG ADA
DI HALAMAN 131
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perjuangan tokoh
daerah dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro, Imam
Bonjol, P. Antasari, Sisingamangaraja XII)
Bacalah buku paket halaman
132 - 133
Pada bulan Mei 1817, meletus perlawanan
rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh
Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura.
Benteng kompeni Duurstede di Saparua
diserbu dan direbut rakyat Maluku hingga
banyak pasukan dan penghuni di benteng
terbunuh.
Pada bulan Oktober 1817, pasukan Belanda
mulai menyerang rakyat Maluku secara besar-
besaran hingga dapat memadamkan
perlawanan rakyat dan menangkap Kapitan
Pattimura (tahun 1817) yang kemudian
dihukum mati pada tanggal 16 Desember
1817.
Sebelum menghadapi eksekusi hukuman
gantung, Pattimura masih sempat memberi
semangat perlawanan terhadap rakyat Maluku,
yaitu "Pattimura tua boleh mati, tetapi akan
muncul Pattimura-Pattimura muda."
Bacalah buku paket halaman
133 - 134
Tuanku Imam Bonjol adalah salah seorang tokoh
ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda dalam sebuah peperangan yang
dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun
1803-1837. Tuanku Imam Bonjol lahir dengan
nama asli Muhammad Shahab di Bonjol pada
tahun 1772.

Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi


atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam
Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan
ajaran agama islam yang telah banyak
diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran
agama islam yang murni. Dalam beberapa
perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum
Padri dengan Kaum Adat.
Pada 21 Februari 1821, kaum Adat secara
resmi bekerja sama dengan pemerintah
Hindia-Belanda berperang melawan kaum
Padri dalam perjanjian yang ditandatangani di
Padang.

Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan


padri cukup tangguh sehingga sangat
menyulitkan Belanda untuk mengalahkannya.
Oleh sebab itu Belanda melalui Gubernur
Jendral Johannes van den Bosch mengajak
pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah
dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk
berdamai dengan maklumat Perjanjian
Masang pada tahun 1824.
Pada tahun 1833 perang berubah menjadi
perang antara kaum Adat dan kaum Paderi
melawan Belanda, kedua pihak bahu-
membahu melawan Belanda, Pihak-pihak
yang semula bertentangan akhirnya bersatu
melawan Belanda.

Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam


Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding.
Tiba di tempat tersebut dia langsung
ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa
Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan
akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado.
Di tempat terakhir itu ia meninggal dunia
pada tanggal 8 November 1864.
Bacalah buku paket halaman
134 - 136
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari
Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di
Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11
November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati.

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda


memasang patok di tanah milik Diponegoro di
desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak
dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai
adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi
rakyat dengan pembebanan pajak.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan
terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem
benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada
tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual
pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian
Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya
Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya
pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock
berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang.
Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia
menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota
laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro
ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian
dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di
Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Bacalah buku paket halaman
137 - 138
Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari
dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu
bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April
1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan
dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah
Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima
dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari
menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu
Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong,
sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan


hadiah kepada siapa pun yang mampu
menangkap dan membunuh Pangeran Antasari
dengan imbalan 10.000 gulden.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat,
Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-
tengah pasukannya tanpa pernah menyerah,
tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu
Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah
Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia
lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia
terkena sakit paru-paru dan cacar yang
dideritanya setelah terjadinya pertempuran di
bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Bacalah buku paket halaman
138 - 139
Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda,
tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat
Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I
Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali
mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di
Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849
Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan
akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu
Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

I Gusti Ketut Jelantik bersama seluruh laskarnya


setelah memperoleh kemenangan, bertekad untuk
mempertahankan Benteng Jagaraga sampai titik darah
penghabisan demi kehormatan kerajaan Buleleng dan
rakyat Bali.
Bacalah buku paket halaman
139 - 140
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama
tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak
250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1 Mei 1878,
Bangkara pusat pemerintahan Si Singamangaraja diserang
pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara dapat
ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta pengikutnya
dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi.
Sementara para raja yang tertinggal di Bakara dipaksa Belanda
untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada
dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.

Walaupun Bakara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus


melakukan perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir
Desember 1878 beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar,
Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh
pasukan kolonial Belanda.

Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah


pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perjuangan tokoh
daerah dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro, Imam
Bonjol, P. Antasari, Sisingamangaraja XII)
MODEL KOOPERATIF
JIGSAW
RA. KARTINI DOUWES DEKKER

DEWI SARTIKA HAJI SAMANHUDI

KI HAJAR MUHAMMAD
DEWANTARA HUSNI THAMRIN

KELOMPOK AHLI
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perjuangan tokoh
daerah dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro, Imam
Bonjol, P. Antasari, Sisingamangaraja XII)
ORGANISASI
PERGERAKAN
NASIONAL
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perjuangan tokoh
daerah dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro, Imam
Bonjol, P. Antasari, Sisingamangaraja XII)
SUMPAH PEMUDA
(Buku Paket Halaman 158 – 163)
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perjuangan tokoh
daerah dalam upaya mengusir penjajah
Belanda (Pattimura, P. Diponegoro, Imam
Bonjol, P. Antasari, Sisingamangaraja XII)
GAMES
KELOMPOK
MASA
PENJAJAHAN
JEPANG
STANDAR KOMPETENSI:
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan mempertahankaan
kemerdekaan Indonesia

KOMPETENSI DASAR:
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
INDIKATOR:
2.1.4 Menjelaskan pendudukan Jepang di
Indonesia
2.1.5 Menceritakan sebab dan akibat
pengerahan tenaga romusa oleh Jepang
terhadap penduduk Indonesia
2.1.6 Menjelaskan perlawanan rakyat
terhadap Jepang
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Siswa dapat menjelaskan pendudukan
Jepang di Indonesia
2. Siswa dapat menceritakan sebab dan
akibat pengerahan tenaga romusa oleh
Jepang terhadap penduduk Indonesia
Meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan
Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di
Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941.
Keesok harinya, yakni tanggal 8 Desember 1941, Amerika
Serikat, Inggris, dan Belanda mengumumkan perang
kepada Jepang sehingga berkobarlah Perang Asia Pasifik.

Untuk menghadapi agresi dan ofensif militer


Jepang, pihak Sekutu membentuk pasukan
gabungan yang dalam komando ABDACOM
(American, British, Dutch, and Australia
Command = gabungan tentara Amerika
Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di
bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang
juga menjabat Panglima Tentara Hindia
Belanda (KNIL).
Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan
Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah
pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di
Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda
di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan
Jepang.
Karena zaman Jepang merupakan pemerintahan
militer, tentara Jepang merubah Indonesia menjadi
tiga wilayah pengaturan, yaitu:
1. Tentara XVI bertugas untuk memerintah wilayah
Jawa dan Madura dengan Jakarta sebagai
pusatnya.
2. Tentara XXV ditugaskan untuk memerintah
Sumatra dengan Bukittinggi sebagai pusatnya.
3. Armada Selatan II dengan wilayah yang terdiri
dari Kalimantan sampai Sulawesi termasuk Nusa
Tenggara, Maluku, Papua dengan Makassar
sebagai pusatnya.
Alasan Jepang Masuk Ke Indonesia
• Indonesia kaya akan bahan-bahan mentah,
seperti minyak bumi dan batu bara.
• Wilayah Indonesia menghasilkan banyak
produksi pertanian yang dibutuhkan tentara
Jepang dalam peperangan.
• Indonesia memiliki tenaga manusia dalam
jumlah besar yang diperlukan untuk
membantu perang Jepang.
Ada tiga hal yang dilakukan Jepang untuk
menarik simpati rakyat Indonesia, yaitu:
1. Mengijinkan mengibarkan bendera Merah
Putih
2. Mengijinkan rakyat Indonesia menyanyikan
lagu Indonesia Raya;
3. larangan menggunakan bahasa
Belandadalam pergaulan sehari-hari. Bahasa
pergaulan sehari-hari diganti dengan bahasa
Indonesia.
ROMUSHA
Romusha (労務者 rōmusha: "buruh", "pekerja")
adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang
dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan
Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak
Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani
menjadi romusha.[1] Mereka dikirim untuk bekerja di
berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perlawanan rakyat
terhadap Jepang
ORGANISASI
BENTUKAN JEPANG
(Buku Paket Halaman 169 - 173)
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Siswa dapat menjelaskan perlawanan rakyat
terhadap Jepang
Perlawanan
rakyat Aceh Perlawanan
rakyat Singaparna
Perlawanan
rakyat Pontianak Pemberontakan
Perlawanan PETA
rakyat Biak

Anda mungkin juga menyukai