ANSIETAS
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADAVENT INDONESIA
A. DEFINISI ANSIETAS
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut
terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 2007).
Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan
respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasan
yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapi.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak
psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.
B. PENYEBAB ANSIETAS
Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik.
Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan
menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat
pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung,
jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian,
penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.
a. Teori Biologis
- Biokimia
Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-kelainan ini telah
diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat
ditentukan.
- Genetik
Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas paling sering
ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih
umum antara hubungan kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi
pertama dari populasi umum.
b. Teori Psikososial
- Psikodinamik
Teori ini (Erikson, 2003) menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-tugas
yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon
terhadap stres, prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada
seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
- Interpersonal
Sullivan (2003) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal
yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan
kasih sayang dan pemeliharaan.
- Sosiokultural
Horney (2009) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang
banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi perasaan tidak aman atau
ketidakberdayaan.
c. Faktor predisposisi
- Terpapar racun
- Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup
- Berhubungan dengan herediter
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Transmisi inter personal
- Krisis situasional/maturasi
- Ancaman kematian
- Ancaman terhadap konsep diri
- Stres
- Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan,
status ekonomi
e. Akibat
- Pola nafas inefektif
- Kerusakan komunikasi verbal
- Resiko terhadap cedera
- Perubahan nutrisi
- Ketidakberdayaan
- Ketakutan
- Isolasi sosial
- Gangguan pola tidur
- Gangguan harga diri
- Respon pasca trauma
- Kerusakan interaksi sosial
C. JENIS ANSIETAS
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah
sebagai berikut :
a. Respons fisik
b. Respon kognitif
c. Respons emosional
o Perilaku otomatis
o Sedikit tidak sadar
o Aktivitas menyendiri
o Terstimulasi
2. Ansietas sedang
merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu
menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut :
a. Respon fisik
b. Respons kognitif
c. Respons emosional
o Tidak nyaman
o Mudah tersinggung
o Kepercayaan diri goyah
o Tidak sabar
o Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons
takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai
berikut :
a. Respons fisik
b. Respons kognitif
c. Respons emosional
o Sangat cemas
o Agitasi
o Takut
o Bingung
o Merasa tidak adekuat
o Menarik diri
o Penyangkalan
o Ingin bebas
4. Panik
Panik : individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol,
maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008),
respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
b. Respons kognitif
c. Respon emosional
o Merasa terbebani
o Merasa tidak mampu, tidak berdaya
o Lepas kendali
o Mengamuk, putus asa
o Marah, sangat takut
o Mengharapkan hasil yang buruk
o Kaget, takut
o Lelah
1. Perilaku
Subyektif :
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien menyatakan resah
- Klien mengatakan banyak pikiran
Obyektif :
- Penurunan produktifitas
- Kewaspadaan dan menatap
- Kontak mata buruk
- Gelisah
- Pandangan sekilas
- Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)
- Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
2. Afektif
Subyektif :
- Klien menyatakan rasa penyesalan
- Klien mengatakan takut pada sesuatu
- Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
Obyektif :
- Iritabel
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Gugup
- Mudah tersinggung
- Nyeri hebat, persisten bertambah
- Rasa tidak menentu
- Kewaspadaan meningkat
- Fokus pada diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Distress
- Khawatir
3. Fisiologi
Subyektif : -
Obyektif :
- Suara gemetar
- Gemetar, tangan tremor
- Goyah
- Peningkatan respirasi (simpatis)
- Keinginan berkemih (parasimpatis)
- Ganguan tidur (parasimpatis)
- Nyeri abdomen (parasimpatis)
- Peningkatan nadi (simpatis)
- Peningkatan reflek (simpatis)
- Dilatasi pupil (simpatis)
- Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)
- Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)
- Peningkatan keringat
- Wajah tegang
- Anoreksia (simpatis)
- Jantung berdetak kuat (simpatis)
- Diare (parasimpatis)
- Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)
- Kelelahan (parasimpatis)
- Mulut kering (simpatis)
- Kelemahan (simpatis)
- Pulsasi menurun (parasimpatis)
- Wajah memerah (simpatis)
- Vasokonstriksi superfisial (simpatis)
- Gugup (simpatis)
- Penurunan tekanan darah (parasimpatis)
- Mual (parasimpatis)
- Sering berkemih (parasimpatis)
- Pusing (parasimpatis)
- Kesulitan bernafas (simpatis)
- Peningkatan tekanan darah (simpatis)
4. Kognitif
Subyektif :
- Klien menyatakan bingung
- Klien sering mengatak lupa
- Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama
Obyektif :
- Bloking
- Keasikan
- Merenung
- Kerusakan perhatian
- Penurunan lapang persepsi
- Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Sulit berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
- Gejala kewaspadaan fisiologis
1. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal.
Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah,
dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut
individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif.
2. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor
utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati,
2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
F. PENATALAKSANAAN ANSIETAS
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di
susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang serig di pakai adalah
obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCL, meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatic (fisik) itu
dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan pada organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain :
- Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika keyakinan serta percaya diri.
- Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila diulang bahwa
ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
- Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekontruksi)
kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
- Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
- Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan
yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stresor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
- Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya
tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. RENCANA KEPERAWATAN