Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Disusun oleh : Steven Hezkia Tri Kurnia


NIM : 2053001

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADAVENT INDONESIA
A. Pengertian

Kehilangan
Merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. 

Berduka 
Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

B. Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe :


a.       Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang
sangat berarti / di cintai.

b.      Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.

C. Faktor Penyebab Kehilangan

Tergantung dari :
1. Arti dari kehilangan
Misalnya Kehilangan orang yang dicintai atau dihormati.

2. Sosial budaya 
Misalnya kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.

3. Kepercayaan / spiritual
Misalnya kehilangan rasa kepercayaan kepada orang lain.

4. Status social ekonomi


Misalnya kehilangan harta dikarnekan bangkrut atau yang lainnya.

5. Kondisi fisik dan psikologi individu


Misalnya kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.
D. Tahap Reaksi Berduka 

1.      Pengingkaran (Denail)
Tahap kejutan dan penolakan : merupakan awal diagnosa penyakit.
Respons individu : seperti “itu tidak mungkin!” atau “saya tidak percaya”.
Fokus pada pengingkaran disebabkan tidak dapat memperhatikan fakta yang dijelaskan.
Perasaan tidak percaya dan syok.
Tanda : 
·         menangis 
·         gelisah
·         lemah
·         letih

2.      Marah (Anger)
Perasaan marah yang tidak terkendali. Perasaan ini dapat diproyeksikan pada benda
atau orang.
Respons individu : “saya…?, tidak, mengapa saya?”  dan muncul perasaan sedih, rasa
bersalah dan marah.
Tanda :
·         Muka merah
·         Suara keras
·         Tangan mengepal
·         Nadi cepat
·         Gelisah dan prilaku agresif. Merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan pada
kesehtan dan kehidupan. 

3.      Tawar menawar (bargaining)


Individu mampu mengungkapkan marah akan kehilangan, ia akan merefleksikan rasa
bersalah, takut dan rasa berdosa
Respons individu/keluarga: “ya, benar”., “tapi…, kalau terjadi sesuatu pada saya, biarlah
setelah saya tobat”
Kesempatan menyelesaikan urusan dunia at, pembagian harta).
Semua permohonan hendaknya dipenuhi karena merupakan hal yang harus dibereskan
sebelum mati.

4.      Depresi
Proses menghadapi kematian sehingga klien dan keluarga mengalami perasaan
kehilangan yang mendalam disertai depresi dan putus asa
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Prilaku : menolak makan dan susah tidur
Respons Klien : “ya, benar saya…”. 
5.      Menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang terpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang.
Individu menyadari dan menerima proses kematian sehingga minat dan aktivitas jangka
panjang menurun.

E. Proses Kehilangan 

a.       Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna
positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif – perbaikan (beradaptasi dan
merasa nyaman).
b.      Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna –
merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekpresikan ke dalam diri – muncul
gejala sakit fisik.
c.       Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna –
merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
d.      Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna -
merasa tidak brdaya – marah dan berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah – ketidakberdayaan.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Data yang dapat dikumpulkan adalah:


a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Diagnosa Keperawatan :
Berduka 
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang
melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan
(orang, objek, fungsi, status, hubungan)
Diagnosa keperawatan :
Berduka, antisipasi
Keadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam berespons
terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.

Diagnosa keperawatan :
Berduka Disfungsional
Keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami berduka yang
berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang.

III. INTERVENSI

Tujuan Umum;
 Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.

Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.

IV. TINDAKAN KEPERAWATAN :

1.1 Lakukan pendekatan dengan prinsip hu


bungan perawat – klien yang terapiutik
• Empati dan perhatian
• Jujur dan tepati janji
• Terima klien apa adanya

I.2 Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya

1.3 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum /


menghakimi.

2.1 Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.

2.2 Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal 
yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.

2.3 Beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.

2.4 Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.


3.1 Sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur

3.2 Ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang 
berhubungan dengan setiap tahapan.

3.3 Dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling 
berbagi.

4.1 Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.

4.2 Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk
melaksanakannya

4.3 Libatkan klien dalam aktivitas motoric

4.4 Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.

5.1  Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan 
pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.

5.2 Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan 


ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.

V. EVALUASI

Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :


1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan
kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan orang
lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi
akibat kehilangan ?

Anda mungkin juga menyukai