Anda di halaman 1dari 3

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak–anak 

menuju dewasa yang mencakup kematangan


mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 206: 1999). Oleh karena itu, pada masa ini emosi
seseorang bisa meletup-letup. Bisa juga dikatakan pencarian jati diri, senang mencoba berbagai hal
baru, dan penasaran. 

Pembimbingan Remaja yang Berpacaran

Dilihat dari segi usianya seorang remaja (siswa) yang berpacaran suka atau tidak suka
harus ada pendampingan yang intensif.  Pendampingan ini diharapkan bisa meminimalis
hal-hal yang berdampak negatif. Karena bagaimana pun sebagai remaja yang masih labil
peran orang dewasa atau peran orang yang lebih tua bisa memonitoring  para remaja
khususnya yang masih duduk dibangku SMP dan SMA supaya mereka tetap berjalan pada
jalan yang benar.Oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat di perlukan untuk
membimbing para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku negative yang ditimbulkan
oleh karena berpacaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah
memantau dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu
yang tepat atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat
mereka tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain
itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh agama kepada
seseorang yang bukan muhrimnya sehingga prilaku negative dapat dihindarkan akibat
berpacaran.

Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang
siswa dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan
ibu,peran guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi
belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada
siswa dan tak lupa mengajarakan bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan
kewajiban belajaranya selain hal tersebut seorang guru dapat pula mengajarkan mana hal
yang baik dan buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat mengerti dan
menghindari perilaku yang tidak baik pada saat berpacaran.

ALEMBANG --  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, siswa

yang bermasalah dengan hukum dilarang dikeluarkan dari sekolah. Sebaliknya, mereka

seharusnya diberikan pembinaan.

"Jadi, salah bila sekolah mengeluarkan anak didiknya karena terkait kenakalan mereka,"

kata Anies, Senin (16/5).


Lebih lanjut dia mengatakan, memang bila ada permasalahan siswa di sekolah, ada pelaku

dan korban, dan keduanya memerlukan pembinaan. "Jadi bukan jalan keluar terbaik bila

siswa melakukan kekerasan (lalu) dikeluarkan, dan itu keliru," ujar dia.

Namun, lanjut dia, keduanya memerlukan bimbingan baik melalui guru maupun psikologi,

sehingga mereka tidak berbuat lagi. "Keduanya perlu pembinaan dan bukan hanya korban

saja," katanya.

Memang, lanjut menteri, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kenakalan siswa di sekolah,

pihaknya sekarang telah membentuk gugus pencegahan kekerasan di sekolah - sekolah.

"Jadi, sekolah wajib membentuk gugus pencegahan kekerasan dan itu sudah ada

keputusannya," ujar dia.

Dia mengatakan, kesemuanya itu tidak lain untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan

hukum terhadap anak didik. Gugus pencegahan kekerasan tersebut anggotanya terdiri dari

orangtua dan guru. "Yang jelas, gugus pencegahan itu untuk mendeteksi agar dapat

mencegah supaya tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan," kata dia.

Salah satu daerah yang mengeluarkan siswa bermasalah adalah DKI Jakarta. Gubernur DKI

Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) beberapa waktu lalu  mengatakan, para siswa yang

melakukan perundungan atau bullying di lingkungan sekolah tidak akan diluluskan dan akan

dikeluarkan dari sekolah.

"Pertimbangan dewan guru dan dinas pendidikan dikeluarkan dari sekolah sesuai tata tertib.

Siapa pun yang melakukan bullying, berantem di sekolah negeri, pasti akan langsung

dikeluarkan dari sekolah," ujarnya.

Ahok mengatakan, selama tiga tahun siswa SMP dan SMA menempuh pendidikan, yang

lebih penting dari prestasi akademis adalah karakter. Maka, jika ada siswa yang berperilaku

buruk, akan dikeluarkan.


"Percuma orang itu pintar, tapi karakternya tidak teruji. Lebih baik dia agak bodoh, tapi

karakternya sudah teruji. Kalau terlalu pintar repot," ujarnya.

Ahok juga menanggapi perundungan yang terjadi di SMAN 3 Jakarta sepekan lalu yang

dilakukan oleh siswa kelas III. Ahok memastikan bahwa mereka yang terlibat telah

dikeluarkan.

"Kita kelulusan (SMA) 99,6 persen, itu pun banyak yang IPS tidak lulus karena dia

melakukan bullying. Kita tidak luluskan enam orang. Bukan karena pelajaran, tapi karena

karakternya," kata Ahok.

Aturan tegas ini terutama berlaku bagi siswa tingkat akhir atau kelas III di SMA negeri.

"Bukan dikeluarkan lagi, langsung tidak lulus dan dikeluarkan, karena tahun depan dia harus

ujian di sekolah swasta. Kalau pindah ke swasta masih berantem juga, maka dikeluarkan

dari sekolah di Jakarta," katanya.

Ahok juga menekankan, kepala sekolah dan guru yang tidak menjalankan tata tertib dengan

tegas dapat dicopot dari jabatannya.    ed: Muhammad Hafil

Anda mungkin juga menyukai