Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS PENATAUSAHAAN ASET TETAP

(Studi pada Pemerintah Kabupaten Batang)

Raden Ajeng Ratna Puspitaningtyas

Abstrak

Dalam rangka peningkatan good governance, peraturan perundangan mewajibkan Keuangan


Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Bentuk
transparansi dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan Keuangan Negara ialah pelaporan
keuangan yang kualitasnya akan dinilai oleh BPK melalui opini yang dihasilkan dari proses
pemeriksaan. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2016 yang diterbitkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), 188 pemerintah daerah belum WTP dikarenakan akun
aset tetap, salah satu di antaranya Kabupaten Batang. Kabupaten Batang menerima opini WDP
sejak tahun awal pemeriksaan sampai dengan tahun 2015 dengan pengecualian penyajian aset tetap
dan temuan SPI penyajian dan penatausahaan aset tetap.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif studi kasus dengan alat analisis berupa
analisis data tekstual dan analisis deskriptif persentase. Data penelitian ini berasal dari wawancara,
dokumen serta observasi. Penelitian dimulai penyusunan instrumen penelitian berupa panduan
wawancara dan panduan penilaian kesesuaian terhadap standar dan regulasi. Tujuan penelitian ini
ialah memahami proses penatausahaan aset tetap hingga terbentuk neraca, menilai seberapa sesuai
proses tersebut dengan standar akuntansi dan regulasi terkait aset tetap, mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab terjadinya kendala serta mengidentifikasi upaya perbaikan yang dapat dilakukan
agar pencatatan dan penatausahaan aset tetap sesuai dengan standar akuntansi dan regulasi terkait
aset tetap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pencatatan aset tetap hingga menjadi neraca
di Pemkab Batang dilakukan mulai dari catatan akuntansi pada saat pembayaran (khusus untuk
perolehan dari belanja modal) dilanjutkan dengan perekaman catatan teknis pada SIMDA BMD
menu penatausahaan untuk semua aset tetap di akhir periode pelaporan. Tingkat kesesuaian proses
pencatatan dan penatausahaan aset tetap terhadap standar akuntansi dan regulasi hanya sebesar
30% dengan kendala terbesar terdiri dari kendala SDM, kendala yang berasal dari komitmen,
kendala aplikasi, kendala peraturan, kendala komunikasi dan keterbatasan waktu. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan ialah meningkatkan SDM baik secara kualitas maupun kuantitas,
memperbaiki peraturan dan menjaga ketertiban pelaksanaannya, mengembangkan aplikasi agar
lebih sesuai kebutuhan termasuk meningkatkan sarana dan prasarana, serta meningkatkan
komitmen dan komunikasi antar pihak terkait.

Kata kunci: aset tetap, Barang Milik Daerah (BMD), pencatatan aset tetap, penatausahaan aset
tetap, penatausahaan Barang Milik Daerah (BMD), laporan keuangan

1
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Dalam rangka peningkatan good governance, Aset Tetap


peraturan perundangan mewajibkan Keuangan Beberapa organisasi penyusun standar telah lebih
Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan dulu mendefinisikan aset seperti FASB, IASC,
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, AASB serta APB. Suwardjono (2014, 254)
transparan, dan bertanggung jawab dengan menarik benang merah dari berbagai definisi aset
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. yang dinyatakan oleh FASB, IASC, AASB serta
Bentuk transparansi dan pertanggungjawaban APB tersebut bahwa karakteristik utama yang
dalam pengelolaan Keuangan Negara ialah harus dipenuhi suatu barang agar dapat disebut
pelaporan keuangan yang kualitasnya akan dinilai sebagai aset adalah manfaat ekonomik masa
oleh BPK melalui opini yang dihasilkan dari datang yang cukup pasti, dikuasai atau
proses pemeriksaan. Berdasarkan Ikhtisar Hasil dikendalikan oleh entitas dan timbul akibat
Pemeriksaan Semester I Tahun 2016 yang transaksi masa lalu.
diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Untuk entitas sektor publik, The
(BPK), 188 pemerintah daerah belum WTP International Public Sector Accounting Standards
dikarenakan akun aset tetap. Hal ini menunjukkan Board (IPSASB) mengembangkan suatu standar
bahwa kualitas pertanggungjawaban pengelolaan akuntansi untuk dapat dijadikan acuan oleh entitas
Keuangan Negara/Daerah di Pemkab Batang sektor publik yang dikenal sebagai International
belum sepenuhnya transparan dan akuntabel. Public Sector Accounting Standards (IPSASs)
Dengan demikian, informasi yang disajikan belum (IPSASB Handbook 2016 vol I, 1). Dalam IPSAS
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan 1 Paragraf 7, aset didefinisikan sebagai
keputusan yang memadai. Di lain pihak, “sumber daya yang dikendalikan oleh
Kabupaten Batang merupakan salah satu inovator entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas lalu yang dari aset tersebut diharapkan
pengelolaan Keuangan Negara/Daerah yaitu manfaat ekonomik mendatang atau potensi
dengan transparansi anggaran (Majalah Keuangan layanan akan mengalir ke entitas.”
Negara 2016). Kondisi ini dapat menghambat Untuk aset tetap, dalam IPSAS digunakan
kebijakan transparansi anggaran Pemkab Batang terminologi property, plant, and equpment sebagai
Belum memadainya pelaporan aset pada nama lain dari aset tetap (Prihadi 2013, 353).
Pemerintah Kabupaten Batang layak untuk diteliti Property, plant, and equipment dalam IPSAS 17
agar fenomena tersebut dapat dipahami untuk Paragraf 13 merupakan
dicarikan pemecahan masalah terbaik. Penelitian “barang berwujud yang ditahan untuk
dilakukan dengan mengeksplorasi prosedur digunakan dalam proses produksi atau
pencatatan dan penatausahaan (termasuk penyediaan barang atau jasa, untuk
kebijakan akuntansi) aset tetap di Kabupaten disewakan kepada pihak lain, atau untuk
Batang. Hasil eksplorasi dibandingkan dengan tujuan administratif; dan diharapkan untuk
beragam kriteria untuk selanjutnya ditentukan digunakan selama lebih dari satu periode
upaya yang tepat untuk menangani belum pelaporan.”
memadainya prosedur pelaporan aset tetap yang di Property, plant, and equipment dapat diakui
Kabupaten Batang. sebagai aset menurut IPSAS 17 Paragraf 14 jika
dan hanya jika besar kemungkinan manfaat
ekonomis di masa depan atau potensi layanan yang
terkait dengan aset tersebut akan mengalir ke
entitas; dan biaya atau nilai wajar aset dapat diukur
secara andal.

2
Informasi mengenai aset tetap yang Peristiwa yang dapat terjadi terkait dengan
dimiliki oleh suatu entitas akan disajikan sebagai pencatatan aset ialah data aset tidak mutakhir
bagian dari neraca. Neraca merupakan bagian dari dan/atau terjadi ketidaksamaan antara data aset
laporan keuangan yang pada entitas pemerintah tetap dengan aset tetap secara fisik (Mavrodin dan
daerah merupakan suatu pertanggungjawaban Ilie 2014, 115; Prihadi 2013, 385). Hal ini terlihat
pengelolaan Keuangan Negara/Daerah. Selain itu, dari banyaknya entitas pemerintah yang gagal
informasi aset tetap dalam neraca tersebut juga untuk mempertahankan catatan komprehensif atas
akan berguna dalam pengambilan keputusan apa yang mereka miliki (Dent 1997, 226). Prihadi
terkait pengelolaan aset tetap itu sendiri dan (2013, 389) menyatakan bahwa agar data mutakhir
keputusan lainnya. dan akurat serta bermanfaat, hal berikut
seharusnya dapat dicatat dalam sistem: a) kelas
Pencatatan Aset Tetap aset; b) nomor identifikasi; c) jenis aset; d) kode
Agar dapat tersaji di neraca, aset harus mengalami lokasi; e) kode organisasi; f) identifikasi
suatu prosedur akuntansi. Prosedur akuntansi aset penjagaan; g) deskripsi; h) tanggal akuisisi; i)
merupakan suatu proses pencatatan dan pelaporan harga beli aset; j) nama pemasok atau pembuat; k)
akuntansi terhadap aset dalam suatu siklus aset perkiraan nilai sisa; l) perkiraan umur ekonomis;
yang dapat dilakukan secara manual maupun m) umur yang diharapkan; n) metode
terkomputerisasi dan digunakan sebagai alat depresiasi; o) biaya untuk membuatnya kembali;
pengendali dalam pengelolaan aset (Halim 2012, p) asuransi yang ditanggung; q) biaya perawatan
91). yang tercatat setiap tahun; r) estimasi biaya
Prihadi (2013, 353) membagi tahapan aset perawatan; s) aset sewa; t) unit yang dibiayakan.
ke dalam tiga bagian yaitu pengadaan, Hal tersebut dimasukkan ke dalam catatan
penggunaan, dan pelepasan. Pada tahap pengadaan teknis yang disimpan sebagai atribut dari setiap
akan dilakukan pencatatan perolehan, kemudian aset tetap. Selanjutnya, daftar dari aset tetap
pada tahap penggunaan akan dilakukan pencatatan tersebut membentuk catatan akuntansi yang secara
penyusutan, biaya perawatan, dan kapitalisasi, unik terdiri atas nomor aset tetap, hak
serta pada tahap pelepasan akan dilakukan kepemilikan, tanggal pembelian, pusat biaya, akun
pencatatan penghapusan atas aset tetap. Dalam umum, kelompok penyusutan dan langkah
konteks pemerintahan, pencatatan untuk aset penghapusan, nilai tercatat bersih, dan sebaliknya
dilakukan untuk memenuhi tahapan tersebut yaitu (Pergar dan Polajnar 2013, 2). Ketersediaan
dimulai saat perolehan untuk mencatat pengadaan; informasi akuntansi tersebut secara akurat dan
penyusutan, pemeliharaan, dan rehabilitasi untuk objektif merupakan merupakan salah satu ukuran
mencatat penggunaan; hingga penghapusan dan good governance dalam pemerintahan (Biondi dan
pemindahtanganan untuk mencatat pelepasan; Lapsley 2014, 147). Dengan demikian, informasi
serta perubahan klasifikasi untuk mencatat saat akuntansi dari pencatatan aset akan dapat
pelepasan dan perolehan saat reklasifikasi (Halim menjawab pertanyaan berikut (Vanier 2001).
2012, 91). a) Apa aset tetap yang kita miliki?
Kualitas pencatatan aset tersebut dapat b) Berapa nilai aset tetap?
diukur dengan menilai derajat kesesuaiannya c) Berapa nilai sisa aset tetap?
dengan standar atau kriteria (Mulyana 2010, 96). d) Bagaimana status kualitas aset tetap?
Penilaian kualitas tersebut dapat dilakukan dengan e) Berapa lama sisa manfaat aset tetap?
memberi nilai atau skor pada setiap aspek yang Informasi mengenai apa yang dimiliki
dinilai. Jika praktik pencatatan aset sesuai dengan merupakan prioritas yang harus dimiliki oleh
standar atau kriteria maka diberi nilai atau skor 1 entitas karena selain sebagai dasar dari manajemen
sementara itu jika standar atau kriteria tidak aset itu sendiri, aset register juga dapat menjadi
dipenuhi dalam pencatatan aset maka diberi nilai dasar untuk manajemen strategis dan operasional
atau skor 0 (Ritonga 2010, 58). (Byrne 1994, 7; Hasbi, Trigunarsyah dan
3
Susilawati 2011, 40). Informasi mengenai status (Halim 2012, 93). Saat pengakuan tersebut pada
kualitas aset apabila dilengkapi dengan informasi umumnya adalah ketika terdapat transaksi,
biaya yang mungkin diperlukan untuk kejadian atau keadaan yang memengaruhi aset dan
memperbaiki atau meningkatkan kondisi aset memenuhi kriteria pengakuan definisi aset tetap,
tersebut serta nilai penggantian aset dan nilai pasar keterukuran, keberpautan serta keterandalan
aset akan memudahkan para pengambil keputusan (Suwardjono 2014, 287-289). Kriteria pengakuan
untuk menyesuaikan kebutuhan keuangan terkait aset tetap pemerintah diatur dalam Standar
proyeksi utang dan proyeksi manfaat masa Akuntansi Pemerintahan (SAP).
mendatang (Walker, Clarke dan Dean 1998, 446; Sesuai dengan basis akuntansi akrual yang
Hanis, Trigunarsyah dan Susilawati 2011, 40). digunakan dalam SAP, maka aset tetap diakui
Untuk pemerintahan daerah, sebagaimana ketika manfaat ekonomi masa depan dapat
diatur dalam peraturan yang mengatur mengenai diperoleh. Selain itu, untuk dapat diakui maka nilai
pengelolaan aset, informasi teknis aset tetap aset tetap harus dapat diukur dengan handal.
dihasilkan dari kegiatan penatausahaan aset tetap Dalam PSAP 07 tentang Aset Tetap Paragraf 13,
yaitu pembukuan, inventarisasi dan pelaporan. diatur kriteria pengakuan aset tetap sebagi berikut:
Laporan-laporan yang dihasilkan dari informasi 1) berwujud;
ini akan menjadi bahan penyusunan neraca 2) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
pemerintah daerah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut belas) bulan;
pada bagian mengenai regulasi lain terkait aset 3) biaya perolehan aset dapat diukur secara
tetap. andal;
4) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
Pengendalian Internal dalam Pencatatan Aset operasi normal entitas; dan
Tetap 5) diperoleh atau dibangun dengan maksud
Untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data untuk digunakan.
akuntansi, diperlukan pengendalian internal yang Terkait dengan hal tersebut, dalam PSAP 07
baik (Prihadi 2013, 387). Pengendalian internal Paragraf 19 dinyatakan bahwa “Pengakuan aset
yang efektif juga merupakan langkah terpenting tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau
menuju kewajaran nilai aset tetap dalam laporan diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
keuangan (Widya 2013, 154). Widya (2013, 154) penguasaannya berpindah.”
menyarankan langkah-langkah meningkatkan Ketentuan pencatatan aset tetap mengikuti
efektivitas pengendalian internal aset tetap sebagai regulasi yang mengatur pengelolaan Barang Milik
berikut. Daerah. Ketentuan umum terkait pencatatan aset
1) Komitmen serius untuk mengelola aset tetap tetap khususnya sebagai bagian dari
secara tertib. penatausahaan aset tetap diatur dalam Peraturan
2) Organisasi pengelola aset tetap berfungsi Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
dengan optimal. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
3) Peraturan intern pengelolaan aset tetap telah Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor
disusun secara representatif. 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
4) Prosedur akuntansi aset tetap telah Negara/Daerah, hasil dari penatausahaan barang
diselenggarakan dengan memadai. milik negara/daerah salah satunya digunakan
5) Komunikasi yang intensif antar para pengelola dalam rangka penyusunan neraca pemerintah
aset tetap. pusat/daerah setiap tahun.
6) Pemantauan (dan pengawasan) telah efektif. Ketentuan teknis mengenai pencatatan
Barang Milik Daerah mengacu pada Permendagri
Dasar Hukum Nomor 19 tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengakuan aset tetap dilakukan dengan cara Pengelolaan Barang Milik Daerah. Penngelolan
mencatat aset tetap, yaitu dengan cara menjurnal ini dimaksudkan agar pengelola aset tetap dapat
4
mengelola aset tetap di bawah kuasanya berada dalam penguasaannya dengan sebaik-
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, baiknya.
transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian 4. Pengurus Barang merupakan pegawai yang
nilai. Untuk beberapa hal yang tidak diatur dalam diserahi tugas untuk mengurus barang daerah
Permendagri Nomor 19 tahun 2016, digunakan dalam proses pemakaian yang ada di setiap
ketentuan yang ditetapkan dalam Permendagri satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.
Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Menurut aturan terbaru, Permendagri Nomor
Pengelolaan Barang Milik Daerah. 19 tahun 2016. Pengurus Barang terdiri atas dua
Hal-hal terkait pencatatan aset yang diatur pihak yaitu:
dalam ketiga peraturan mengenai pengelolaan a. Pengurus Barang Pengguna, yaitu Jabatan
Barang Milik Daerah tersebut meliputi ruang Fungsional Umum yang diserahi tugas
lingkup aset tetap; pihak yang terkait dalam menerima, menyimpan, mengeluarkan,
penatausahaan BMD; kegiatan pengelolaan BMD; menatausahakan barang milik daerah pada
dan kegiatan penatausahaan BMD. Pengguna Barang. Fungsi tata usaha pada
Pengguna Barang dilaksanakan oleh Pejabat
Ruang lingkup aset tetap Penatausahaan Pengguna Barang.
Barang Milik Negara/Daerah menurut PP Nomor b. Pengurus Barang Pengelola, yaitu pejabat
27 tahun 2014 meliputi barang yang dibeli atau yang diserahi tugas menerima, menyimpan,
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan mengeluarkan, dan menatausahakan barang
Belanja Negara/Daerah; dan barang yang berasal milik daerah pada Pejabat Penatausahaan
dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lain Barang. Pejabat Penatausahaan Barang
yang sah dapat berupa perolehan adalah kepala SKPD yang mempunyai
hibah/sumbangan atau yang sejenis, sebagai fungsi pengelolaan barang milik daerah
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, diperoleh selaku pejabat pengelola keuangan daerah.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan atau diperoleh berdasarkan putusan Kegiatan pengelolaan BMD
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Pengelolaan BMN/D menurut menurut PP Nomor
Aset tetap merupakan bagian dari Barang Milik 27 tahun 2014 meliputi: a. perencanaan kebutuhan
Negara/Daerah (BMN/D) yang memenuhi kriteria dan penganggaran; b. pengadaan; c. penggunaan;
sebagaimana diatur dalam SAP. d. pemanfaatan; e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. penilaian; g. pemindahtanganan; h.
Pihak yang terkait dalam penatausahaan BMD pemusnahan; i. penghapusan; j. penatausahaan;
Pihak-pihak yang terkait dalam penatausahaan dan k. pembinaan, pengawasan dan
BMD menurut PP Nomor 27 tahun 2014 dan pengendalian.
Permendagri Nomor 17 tahun 2007 adalah sebagai Proses pencatatan aset tetap terdapat pada
berikut. tahap penatausahaan BMN/D. Penatausahaan
1. Pengelola Barang adalah pejabat yang merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi
berwenang dan bertanggung jawab menetapkan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang
kebijakan dan pedoman serta melakukan Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. peraturan perundang-undangan.
2. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang
kewenangan Penggunaan Barang Milik Kegiatan penatausahaan BMD
Negara/Daerah. Rangkaian kegiatan penatausahaan yang terdiri
3. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan atas pembukuan, inventarisasi dan pelaporan
kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang Milik Negara/Daerah menurut PP Nomor
Barang untuk menggunakan barang yang 27 tahun 2014 adalah sebagai berikut.
1. Pembukuan

5
a. Pengelola Barang harus melakukan a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi
pendaftaran dan pencatatan Barang Milik barang milik daerah paling sedikit 1 (satu)
Negara/Daerah yang berada di bawah kali dalam 5 (lima) tahun.
penguasaannya ke dalam Daftar Barang b. Dalam hal barang milik daerah berupa
Pengelola menurut penggolongan dan persediaan dan konstruksi dalam
kodefikasi barang. pengerjaan, inventarisasi dilakukan oleh
b. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang Pengguna Barang setiap tahun.
harus melakukan pendaftaran dan c. Pengguna Barang menyampaikan laporan
pencatatan Barang Milik Negara/Daerah hasil Inventarisasi kepada Pengelola
yang status penggunaannya berada pada Barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang selesainya Inventarisasi.
ke dalam Daftar Barang Pengguna/Daftar Kegiatan inventarisasi dalam rangka
Barang Kuasa Pengguna menurut mendukung pelaporan keuangan sampai
penggolongan dan kodefikasi barang. dengan tahun 2015 mengikuti ketentuan
c. Pengelola Barang menghimpun Daftar diatur dalam Permendagri Nomor 17 tahun
Barang Pengguna/Daftar Barang Kuasa 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Pengguna sebagaimana dimaksud. Barang Milik Daerah. Inventarisasi dilakukan
d. Pengelola Barang menyusun Daftar Barang dalam bentuk sensus untuk menyusun Buku
Milik Negara/Daerah berdasarkan Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta
himpunan Daftar Barang Pengguna/Daftar rekapitulasi barang milik pemerintah daerah
Barang Kuasa Pengguna sebagaimana (format terlampir). Selanjutnya, buku
dimaksud dan Daftar Barang Pengelola inventaris tersebut disampaikan kepada
menurut penggolongan dan kodefikasi pengelola untuk kemudian direkapitulasi oleh
barang. pembantu pengelola menjadi Buku Induk
Pencatatan dan pendaftaran BMN dalam rangka Inventaris. Buku Induk Inventaris tersebut
pelaporan keuangan tahun 2015 mengikuti merupakan saldo awal pada daftar mutasi
ketentuan yang diatur dalam Permendagri barang tahun berikutnya, selanjutnya untuk
Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis tahun-tahun berikutnya pengguna/kuasa
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pencatatan pengguna dan pengelola hanya membuat
dan pendaftaran atas BMD dimuat dalam Kartu Daftar Mutasi Barang untuk mencatat
Inventaris Barang A sampai dengan F sesuai pertambahan dan/atau pengurangan barang
dengan klasifikasi barang (format terlampir). dalam bentuk rekapitulasi barang milik
Klasifikasi barang tersebut adalah sebagai daerah.
berikut. 3. Pelaporan
a) Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah; a. Kuasa Pengguna Barang harus menyusun
b) Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan Laporan Barang Kuasa Pengguna
dan Mesin; Semesteran dan Tahunan sebagai bahan
c) Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung untuk menyusun neraca satuan kerja untuk
dan Bangunan; disampaikan kepada Pengguna Barang.
d) Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, b. Pengguna Barang menghimpun Laporan
Irigasi dan Jaringan; Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan
e) Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Tahunan sebagai bahan penyusunan
Lainnya; Laporan Barang Pengguna Semesteran dan
f) Kartu Inventaris Barang (KIB) F Konstruksi Tahunan.
dalam Pengerjaan; dan c. Laporan Barang Pengguna sebagaimana
g) Kartu Inventaris Ruangan (KIR). dimaksud digunakan sebagai bahan untuk
2. Inventarisasi menyusun neraca
6
Kementerian/Lembaga/satuan kerja Dengan terbitnya Permendagri Nomor 19
perangkat daerah untuk disampaikan tahun 2016 maka Permendagri Nomor 17 tahun
kepada Pengelola Barang. 2007 dinyatakan tidak berlaku. Walaupun
d. Pengelola Barang harus menyusun Laporan demikian, terdapat beberapa ketentuan dalam
Barang Pengelola Semesteran dan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 yang masih
Tahunan. digunakan karena belum diatur dalam
e. Pengelola Barang harus menghimpun Permendagri Nomor 19 tahun 2016 yaitu
Laporan Barang Pengguna Semesteran dan mengenai Kartu Inventaris Barang (KIB) dan
Tahunan serta Laporan Barang Pengelola Buku Inventaris (BI).
sebagai bahan penyusunan Laporan Barang
Milik Negara/Daerah. Penelitian Terdahulu
f. Laporan Barang Milik Negara/Daerah Penelitian terdahulu telah banyak menggali
digunakan sebagai bahan untuk menyusun tentang aset tetap dan permasalahannya termasuk
neraca Pemerintah Pusat/Pemerintah dalam konteks pemerintah baik pusat maupun
Daerah. daerah. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
Hal lain terkait penatausahaan yang Widyaningrum (2011) mengevaluasi prosedur
menjadi tanggung jawab Pengurus Barang akuntansi aset tetap pada Dinas Pendidikan,
Pengguna atau jika diperlukan dapat dibantu Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten
oleh Pengurus Barang Pembantu sebagaimana Magelang TA 2009 dan menemukan bahwa
diatur dalam Permendagri Nomor 19 Tahun derajat kesesuaian prosedur akuntansi aset tetap
2016 yaitu sebagai berikut. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga tersebut
a. Pemberian label barang milik daerah. hanya 78% terhadap peraturan seperti
b. Penyimpanan dokumen, antara lain: Permendagri No 13 Tahun 2006, Standar
fotokopi/salinan dokumen kepemilikan Akuntansi Pemerintahan dan Perbup Magelang No
barang milik daerah dan penyimpanan 36 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi
asli/fotokopi/salinan dokumen Pemerintah Daerah. Selain itu, Ni’mah (2016)
penatausahaan. menemukan bahwa pada lima daerah yang
c. Pelaksanaan rekonsiliasi dalam rangka menjadi objek penelitiannya, semuanya belum
penyusunan Laporan Barang Pengguna mencapai derajat kesesuaian 100% terhadap SAP
Barang dan laporan Barang Milik Daerah. serta menemukan ketidakcocokan catatan antara
d. Pembuatan laporan mutasi barang setiap Neraca dan Kartu Inventaris Barang (KIB) serta
bulan yang disampaikan kepada Pengelola Buku Inventaris (BI). Untuk Pemerintah Pusat,
Barang melalui Pengguna Barang setelah Hauliyah (2016) mengevaluasi tingkat kesesuaian
diteliti oleh Pejabat Penatausahaan penatausahaan persediaan dan aset tetap pada
Pengguna Barang salah satu kantor wilayah Kementerian Agama dan
Dalam Permendagri Nomor 19 Tahun menunjukkan bahwa kesesuaian implementasi
2016 tersebut diatur bahwa pencatatan barang tersebut belum mencapai 100% dikarenakan
milik daerah dan pelaporan barang semesteran kurangnya petugas, ketidaklancaran koordinasi
maupun tahunan dilakukan oleh Pengurus serta ketiadaan sanksi dan apresiasi.
Barang Pengguna atau jika diperlukan dapat Peneliti lainnya mengeksplorasi praktik
dibantu oleh Pengurus Barang Pembantu. terbaik model pencatatan aset hingga dapat
Pengurus Barang Pengguna ini secara digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
administratif bertanggung jawab kepada yang baik dalam manajemen aset di Slovenia yaitu
Pengguna Barang dan secara fungsional dengan cara mengintegrasikan catatan teknis
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya dengan catatan akuntansi aset tetap (Pergar dan
kepada Pengelola Barang melalui Pejabat Polajnar, 2013). Di samping itu, Epps (1979)
Penatausahaan Barang. memaparkan perjalanan Richmond County, suatu

7
pemerintah daerah di Georgia, Amerika Serikat, 2. Bagaimana kesesuaian praktik pencatatan dan
untuk memperoleh opini WTP dari kondisi awal penatausahaan aset tetap di Kabupaten Batang
belum memiliki catatan aset hingga akhirnya dapat dengan SAP dan regulasi terkait aset tetap?
memenuhi kriteria minimum pelaporan aset. 3. Apa faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian
Kriteria minimum pelaporan aset yang diperlukan praktik pencatatan dan penatausahaan aset tetap
tersebut berupa daftar ringkas akun kelas aset tetap di Kabupaten Batang dengan SAP dan regulasi
dan investasi dengan catatan pembantu yang terkait aset tetap?
terdiri dari: a) kode kelas yang mengindikasikan 4. Bagaimana upaya perbaikan yang dapat
tipe aset; b) nomor urut kupon atau pembayaran; dilakukan agar pencatatan dan penatausahaan
c) tanggal perolehan; d) deskripsi; e) departemen aset tetap di Pemerintah Kabupaten Batang
yang ditugaskan; f) nama dan alamat penyedia sesuai SAP dan regulasi terkait aset tetap?
aset; g) lokasi aset; h) biaya; i) rekening pendanaan
atau investasi; j) metode perolehan; k) estimasi Metode Penelitian
masa manfaat aset; l) tanggal, metode dan Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami
pengesahan pelepasan aset. berbagai fenomena terkait pencatatan aset tetap
Assey, Kalegele, dan Chachage (2016) yang terjadi pada pemerintah daerah dalam
meneliti faktor yang memengaruhi hilangnya aset konteks untuk mengidentifikasi kendala yang
tetap pada pemerintah daerah di Tanzania dan menjadi penyebab belum memadainya pencatatan
merekomendasikan pemerintah agar fokus dalam aset tetap di Kabupaten Batang dan upaya yang
mereviu strategi dan pedoman dalam dua area dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab
yaitu peningkatan frekuensi verifikasi aset secara kendala tersebut. Dengan demikian, metode yang
fisik dan penelusuran aset tetap agar informasi lebih tepat untuk digunakan adalah metode
penting aset secara individu dapat tersedia setiap kualitatif dari pandangan constructivism yaitu
saat untuk meningkatkan akuntabilitas. untuk memahami dunia tempat hidup dan bekerja
serta mengonstruksi makna-makna menggunakan
Kerangka Berpikir pertanyaan berdasarkan perspektif historis dan
Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada sosial (Creswell 2014, 10).
Gambar 1 berikut. Secara lebih spesifik, akan digunakan
pendekatan studi kasus sebagai bagian dari metode
kualitatif untuk mengeksplorasi fenomena terkait
pencatatan aset di Pemerintah Kabupaten Batang.
Dalam penelitian dengan studi kasus, penulis
mengembangkan analisis mendalam atas suatu
kasus yang salah satunya adalah peristiwa dengan
pembatasan waktu dan aktivitas tertentu
(Cresswell 2014, 19).
Gambaran umum proses penelitian yang
dilakukan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 1 Kerangka Berpikir

Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana praktik pencatatan aset tetap pada
Pemerintah Kabupaten Batang?

8
(BPKPAD) selaku Satuan Kerja Pengelola
Identifikasi kriteria
dengan kajian
Membandingkan
Keuangan Daerah (SKPKD) serta Dinas
literatur dan regulasi
kriteria dengan
peristiwa
Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan
Menyusun instrumen Dinas Kesehatan (Dinkes) selaku Satuan Kerja
Reliabilitas

Mencari penyebab

Validitas
penelitian (panduan
wawancara dan
fenomena dan Perangkat Daerah (SKPD) yang pencatatan
permasalahan
panduan penilaian
kesesuaian)
asetnya belum memadai di Kabupaten Batang.
Mencari pemecahan
fenomena dan
Selain itu, untuk tujuan triangulasi data diperlukan
Wawancara dan
observasi untuk
permasalahan juga partisipan dari Aparat Pengawasan Internal
memahami peristiwa Pemerintah APIP yaitu Inspektorat Pemda
Gambar 2 Gambaran Umum Penelitian
Kabupaten Batang dan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan sebagai penyedia
Tahap awal penelitian dimulai dengan identifikasi aplikasi. Pemilihan partisipan sebagaimana
kriteria dengan kajian literatur dan regulasi yang dimaksud bertujuan agar partisipan tersebut benar-
ada. Dari kriteria yang telah ditetapkan selanjutnya benar dapat menginformasikan topik penelitian
disusun instrumen penelitian berupa panduan dengan baik karena memahami fenomena yang
wawancara dan panduan penilaian kesesuaian. diteliti (Hennink 2011, 84). Selama wawancara
Berikutnya dilakukan wawancara mendalam mendalam, penulis juga akan melakukan observasi
beserta observasi untuk memahami peristiwa. atas aplikasi. Terkait data sekunder, penulis
Hasil dari wawancara dan observasi tersebut melakukan inspeksi berbagai dokumen yang
digunakan untuk membandingkan kriteria dengan tersedia hingga materi berupa audio dan visual
peristiwa, mencari penyebab fenomena dan guna mendapatkan pemahaman lebih menyeluruh
permasalahan serta mencari pemecahan atas mengenai fenomena yang diteliti.
fenomena dan permasalahan tersebut. Instrumen yang digunakan dalam
Objek dari penelitian ini adalah penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu panduan
Pemerintah Kabupaten Batang dengan sumber wawancara mendalam dan panduan reviu praktik
data penelitian ini terdiri dari data primer pencatatan aset tetap. Panduan wawancara disusun
diperoleh langsung dari partisipan melalui berdasarkan kriteria yang terdiri atas regulasi dan
wawancara mendalam serta observasi selama hasil kajian literatur sementara panduan reviu
wawancara; dan data sekunder diperoleh dari praktik pencatatan aset tetap disusun berdasarkan
berbagai dokumen sumber baik yang tersedia pada regulasi terkait pencatatan aset tetap.
Pemerintah Kabupaten Batang maupun dari Target partisipan wawancara mendalam
dokumen publik. dan observasi sebagai berikut.
Wawancara mendalam sebagai data primer 1. Pengurus Barang Pengguna selaku pejabat
akan dilakukan secara semi terstruktur kepada yang bertugas menerima, menyimpan,
partisipan yang dipilih berdasarkan kriteria mengeluarkan, menatausahakan barang milik
tertentu. Kriteria pemilihan partisipan ialah daerah pada Pengguna Barang berikut atasan
terlibat dalam penatausahaan dan pelaporan aset langsung. Pengurus Barang Pengguna yang
tetap yaitu pengurus barang dan petugas akuntansi dituju adalah pada satuan kerja Dinas
(penatausaha keuangan) pada SKPD, koordinator Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan
pengelola aset pada SKPKD, dan APIP Dinas Kesehatan (Dinkes).
(Inspektorat dan BPKP). 2. Petugas akuntansi/keuangan berikut atasan
Partisipan dipilih dari Badan Pengelolaan langsung pada satuan kerja Dinas Pendidikan
Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah

9
dan Kebudayaan (Disdikbud) dan Dinas Analisis dan interpretasi data dilakukan
Kesehatan (Dinkes). dengan analisis data tekstual dan analisis
3. Kepala Bidang Aset Daerah berikut staf terkait deskriptif persentase. Analisis data tekstual
pada SKPD yang mempunyai fungsi diawali dengan mendeskripsi data dari transkripsi
pengelolaan barang milik daerah (BPKPAD) wawancara dan catatan observasi untuk
selaku pembantu pengelola. membentuk kode-kode. Langkah berikutnya
4. Kepala Subbidang Akuntansi Aset dan adalah membandingkan kode tersebut, lalu
Penyusunan Laporan Keuangan Daerah di mengategorikan kode dengan atribut yang sama
Bidang Akuntansi berikut staf terkait pada pada dalam satu label. Selanjutnya, label-label
BPKPAD selaku penyusun Neraca Pemerintah dikonseptualisasi hingga hubungan antar label
Kabupaten Batang. tersebut dapat dijelaskan menjadi sebuah teori
5. Auditor Inspektorat Daerah Kabupaten Batang induktif. Teori tersebut dikembangkan secara
selaku APIP. sistematis dan didukung dengan baik oleh data
6. Auditor BPKP Provinsi Jawa Tengah selaku serta diuji kembali apakah teori tersebut telah
pengawas dan penyedia sistem aplikasi. masuk akal (Hennink, Hutter dan Bailey 2011,
Disdikbud dan Dinkes dipilih karena terdapat 234). Analisis yang dilakukan bersifat spiral serta
temuan pencatatan aset tetap dan memiliki banyak dilakukan secara berulang dan berkelanjutan
unit kerja di bawahnya yaitu UPT dan sekolah (Hennink, Hutter dan Bailey 2011, 237). Dari
untuk Disdikbud dan UPT Puskesmas untuk analisis data tekstual awal akan diperoleh jawaban
Dinkes. Banyaknya unit kerja tersebut atas pertanyaan penelitian pertama yaitu tentang
mengakibatkan besarnya jumlah aset tetap yang bagaimana praktik pencatatan aset tetap di objek
harus dikelola sehingga berperan penting dalam penelitian.
pelaporan keuangan Kabupaten Batang.Rincian Selanjutnya, digunakan analisis dengan
partisipan ditampilkan dalam Tabel 1. teknik deskriptif persentase yaitu dengan cara
mereviu sistem dan prosedur praktik pencatatan
Tabel 1 Daftar Partisipan
Jabatan Instansi
aset tetap berdasarkan wawancara, observasi dan
Kasubbag Umpeg Disdikbud dokumen untuk dibandingkan dengan standar atau
Kasubbid Akt. Aset & Penyusunan BPKPAD kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan
LK Daerah perundangan dan menilai persentase
Auditor Pelaksana Lanajutan BPKP kesesuaiannya (Hauliyah 2016, 33; Ni’mah 2016,
Staf Bagian Sarpras Disdikbud 40; Ritonga 2010, 58). Teknik tersebut bertujuan
Kasubbag Program dan Keuangan Dinkes
untuk mengukur kualitas pencatatan aset tetap
Analis Evalap Inspektorat
Staf Bidang Akuntansi BPKPAD
pada objek penelitian yang akan menjadi jawaban
Kabid Aset Daerah BPKPAD pertanyaan penelitian kedua. Setelah kadar
Kasubag Keuangan Disdikbud kualitas pencatatan aset tetap diketahui maka
P2UPD Muda/tim reviu Inspektorat dilakukan analisis mengenai penyebab kondisi
Staf Keuangan Disdikbud tersebut untuk menjawab pertanyaan penelitian
Pengurus Barang Dinkes ketiga dengan kembali menggunakan analisis data
Staf Bidang Aset (Admin) BPKPAD tekstual. Selanjutnya, dilakukan analisis mengenai
Petugas Akuntansi Dinkes
upaya peningkatan kualitas pencatatan aset tetap
Auditor Madya BPKP
Kasubbag Umpeg Dinkes sesuai dengan kriteria dan kondisi yang ada untuk
menjawab pertanyaan penelitian keempat juga
dengan menggunakan analisis data tekstual.

10
Untuk menjamin hasil dari analisis dan
interpretasi data, dilakukan uji reliabilitas dan
validitas. Reliabilitas bermakna bahwa pendekatan
yang dilakukan peneliti akan sama apabila
diterapkan oleh peneliti lain dan pada penelitian
lain sementara itu validitas bermakna bahwa
peneliti menguji akurasi temuan dengan
melaksanakan prosedur tertentu (Gibbs 2007).
Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan
pemeriksaan transkripsi untuk memastikan tidak
ada kesalahan selama transkripsi dan memastikan
tidak ada penyimpangan dalam definisi kode Gambar 3 Pencatatan Aset Tetap pada Pemerintah
(Cresswel 2014, 203). Validitas data dalam Kabupaten Batang
penelitian ini akan diperoleh dengan triangulasi Kesesuaian Pencatatan Aset Tetap dengan SAP
berbagai sumber data untuk membangun Kesesuaian antara praktik pencatatan dan aset
justifikasi tema serta dengan member checking tetap di Pemerintah Kabupaten Batang dengan
dengan melakukan konfirmasi laporan akhir atau Standar Akuntansi Pemerintah khususnya
deskripsi tertentu atau tema kepada partisipan mengenai pengakuan aset tetap dapat dilihat pada
untuk memastikan akurasinya (Cresswel 2014, Tabel 2 pada halaman berikut.
201).
Tabel 2 Petikan Kertas Kerja Penilaian Kesesuaian
HASIL PENELITIAN Praktik Pencatatan Aset Tetap
No Aspek yang Kondisi Keterangan
Langkah Penilaian
Proses Pencatatan Aset Tetap . Dinilai 01 02
Pengakuan Aset Tetap berdasarkan SAP
Pencatatan aset Dapatkan catatan aset Dikarenakan
Proses pencatatan aset tetap di Pemkab Batang tetap yang telah dan dokumen dasar dokumen dasar
diawali dengan pencatatan neraca sementara aset 1. telah diterima
atau diserahkan
pengakuan lalu
bandingkan tanggal
Tidak
sesuai
Tidak
sesuai
pengakuan aset
tetap tidak dapat
tetap (catatan akuntansi tanpa rincian) khusus hak perolehan dengan diperoleh, penulis
kepemilikannya. tanggal perekaman. membandingkan
untuk aset tetap yang berasal dari belanja modal Dapatkan catatan aset
tanggal
pembelian
ketika terdapat realisasi. Kemudian belanja modal Pencatatan aset dan dokumen dasar
sebagai perolehan
2. tetap yang saat pengakuan lalu Tidak Tidak
dengan tanggal
ini ditelusuri rinciannya agar dapat dilakukan penguasaannya bandingkan tanggal sesuai sesuai
pembukuan pada
berpindah perolehan dengan
peng-input-an aset tetap pada SIMDA BMD. tanggal perekaman.
aplikasi SIMDA
BMD
Penelusuran juga dilakukan untuk perolehan selain
belanja modal dan pelepasan aset tetap melalui
rekonsiliasi di akhir periode pelaporan (tahun Kesesuaian Penatausahaan Aset Tetap dengan
2015 di akhir tahun). Informasi ini menjadi dasar Permendagri
pencatatan teknis atribut aset tetap untuk Temuan di lapangan terkait kesesuaian antara
selanjutnya diolah sebagai dasar penyusunan praktik penatausahaan aset tetap di Pemerintah
neraca. Proses ini didampingi dan diawasi oleh Kabupaten Batang dengan Permendagri yang
Inspekorat selaku APIP. Proses ini dapat terdiri dari kegiatan pembukuan, inventarisasi dan
digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut. pelaporan dapat dilihat pada Tabel 3 pada halaman
berikut.

11
Tabel 3 Ikhtisar Kertas Kerja Penilaian Kesesuaian Persentase kesesuaian praktik pencatatan
Praktik dengan Regulasi aset tetap di Pemerintah Kabupaten Batang hanya
SKPD 01 SKPD 02 SKPD 01 SKPD 02
Nomor Item
Skor Skor
Nomor Item
Skor Skor
sebesar 30% terhadap SAP dan Permendagri.
Pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan Aset Tetap berdasarkan Permendagri Persentase kesesuaian tersebut sebagian besar
1. 0 0 16. 0 0 disumbang dari kesesuaian terhadap format yang
2. 0 0 17. 0 0
ada di Permendagri. Sementara itu,
3. 0 0 18. 0 0
ketidaksesuaian terbesar disumbang dari
4. 0 0 19. 0 0
5. 1 1 20. 0 0
ketidakpatuhan terhadap basis akrual yang diatur
6. 1 1 21. 0 0 dalam SAP dan ketidaksesuaian aliran angka
7. 1 1 22. 0 0 mulai dari KIB pada SKPD hingga menjadi
8. 1 1 23. 0 0 Neraca pada Bidang Akuntansi SKPKD. Hal ini
9. 1 1 24. 0 0 menunjukkan bahwa penyajian aset tetap pada
10. 25. 1 1
Pemkab Batang belum memenuhi karakteristik
11. 0 0 26. 1 1
kualitatif pelaporan keuangan yaitu andal dan
12. 1 1 27. 0 0
13. 0 0 28. 0 0
dapat diuji yang dipenuhi dengan rincian yang
14. 1 1 29 0 0
memadai atas saldo neraca serta keselarasan data
15. 0 0 30. antara SKPKD dengan SKPD (Widya 2013, 147).
Jumlah 9 9
Ketidakselarasan data antara SKPKD dengan
Sumber: kertas kerja penelitian SKPD dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keterangan: nomor 10 tidak dilakukan penilaian Faktor-faktor yang Menyebabkan
karena ketiadaan Konstruksi Dalam Pengerjaan Ketidaksesuaian Praktik Pencatatan dan
dan nomor 30 tidak dilakukan penilaian karena Penatausahaan Aset Tetap di Pemerintah
dokumen tidak ditemukan.
Kabupaten Batang dengan SAP dan Regulasi
Berdasarkan analisis data secara Terkait Aset Tetap
keseluruhan dengan menggunakan Instrumen
Panduan Penilaian Kesesuaian Praktik Pencatatan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,
dan Penatausahaan Aset Tetap yang telah disusun kendala terbesar yang mengakibatkan
penulis, jumlah skor yang diberikan kepada ketidaksesuaian praktik pencatatan aset tetap di
Pemkab Batang baik SKPD 01 maupun SKPD 02 Pemkab Batang terdiri dari enam hal utama yaitu
sama besar yaitu 9 (0 untuk SAP dan 9 untuk kendala SDM, kurangnya komitmen pimpinan,
Permendagri) dengan nilai maksimal 30 (2 untuk kendala aplikasi, kendala peraturan, kurangnya
SAP dan 28 untuk Permendagri). Dengan komunikasi, dan kendala waktu.
demikian, kesesuaian praktik pencatatan aset tetap Ikhtisar hasil wawancara yang memuat
di Pemkab Batang terhadap SAP dan regulasi kendala-kendala tersebut disajikan dalam Tabel 4
disajikan pada Gambar 4. pada halaman berikut.

Gambar 4 Persentase Kesesuaian Pencatatan dan Penatausahaan


Aset Tetap

12
Tabel 4 Ikhtisar Hasil Wawancara Kendala itu bidan, perawat, itu kan memegang
Kendala Faktor Penyebab
SDM kompetensi SDM kurang atau tidak sesuai, jumlah SDM kurang,
keuangan.” (9P10-100)
ketidakpahaman pada peraturan, serta pegawai non-PNS lebih
kompeten. “Jadi kan kita yang jelas personel yang ada
Komitmen kurangnya komitmen untuk menyediakan sdm pengurus barang
berkualitas, pola pikir lama, kurangnya dukungan pimpinan, di sekolah, terutama yang di SD itu sangat
kurangnya komitmen pegawai, keterbatasan dana dan sarana kurang sekali.” (12P13-139)
prasarana, serta keengganan memanfaatkan aplikasi secara optimal
Aplikasi aplikasi belum memadai, aplikasi akuntansi belum tersedia
Peraturan ketidakselarasan Permendagri Aset dan Keuangan, kurang “Sebenarnya sudah mbak, cuman tidak
representatifnya peraturan intern, dan ketidaktertiban pelaksanaan qualified. Bukan dari akuntansi mbak,
peraturan intern.
Komunikasi koordinasi aset dengan pengadaan kurang lancar, komunikasi antar kebanyakannya itu bukan dari akuntansi jadi
pengelola aset kurang lancar mereka tidak paham apa itu neraca apa itu
Waktu keterbatasan waktu
penyusutan apa itu ini mereka nggak paham.
sumber: kertas kerja penelitian
(15P16-119)

Kendala SDM Kendala yang berasal dari komitmen


Pengurus barang maupun petugas akuntansi di Salah satu bentuk komitmen dalam pengelolaan
Pemkab Batang baik dari segi kualitas maupun aset tetap ialah terbentuknya organisasi pengelola
kuantitas masih kurang. Masih terdapat banyak aset yang memadai, termasuk penempatan
SDM yang merangkap dan masih juga banyak personil (Widya, 2013, 155). Menurut partisipan,
SDM yang tidak sesuai kompetensinya dalam hal komitmen serius hanya ditunjukkan oleh pimpinan
mengurus barang maupun menatausahakan level atas (Bupati, Wakil Bupati, Sekda) dan
keuangan. Hal ini dikarenakan masih lekatnya Inspektorat (dalam hal pemantauan tindak lanjut).
pola pikir lama bahwa aset bukanlah hal penting Namun demikian, komitmen ini tidak disertai
sehingga pimpinan tidak menyediakan SDM dengan pemilihan SDM yang tepat untuk
berkualitas untuk mengurusi aset. Hal ini terlihat mengelola aset serta penyediaan dana dan sarana
dari kurangnya jumlah SDM berkualitas maupun prasarana yang dibutuhkan. Di samping itu,
sesuai kompetensi yang dibutuhkan, atau masih komitmen di tingkat SKPD dan unit-unit di
terdapatnya pengurus barang yang sudah tua bawahnya juga di tingkat pegawai masih
maupun tidak memiliki kompetensi yang bervariasi, ada yang bagus dan ada yang kurang,
dibutuhkan. Termasuk dalam kendala SDM adalah walaupun sudah ada perubahan setahun
adanya kebutuhan penyediaan SDM berlatar belakangan.
pendidikan akuntansi untuk mengurus aset serta Faktor komitmen ini menyebabkan
menatausahakan keuangan. Kurangnya beberapa kendala dalam proses pencatatan dan
kompetensi SDM juga mengakibatkan terjadinya pelaporan aset tetap di antaranya pemilihan SDM
kesalahan peng-input-an data ke dalam aplikasi yang kurang tepat, pemanfaatan aplikasi yang
maupun kesalahan penganggaran. Contoh kendala belum optimal, dan ketersediaan dana serta sarana
SDM diungkapkan beberapa partisipan sebagai prasarana.
berikut. Pemilihan SDM yang kurang tepat
“TU-nya kadang nggak bisa komputer.” disampaikan oleh salah satu partisipan, P5,
(2P2-53) Pemilihan SDM pengurus barang yang kurang
tepat disampaikan salah satunya oleh P5,
“Terus kemudian dari puskesmas, ini
memang kami agak kesulitan, karena “Jadi SDM yang ada di pengurus barang
kekurangan tenaga. Di mana di sana ini tidak diberikan SDM yang dalam tanda
tenaganya banyak yang merangkap. Kadang kutip ya sebanding dengan bendahara

13
pengeluaran, atau istilahnya yang pilihan membuatkan jurnal setiap kali ada itu gitu.
gitu lho.” (4P5-19) “(15P16 -27)
Selain itu, hal tersebut dibuktikan melalui
Hal ini menunjukkan pola pikir lama yang tampilan aplikasi pada SKPD 01 yaitu tidak
menganggap aset bukanlah hal yang penting. digunakannya menu pengadaan (Gambar 5).
Bahkan, pola pikir lama tersebut bukan hanya ada
pada level pimpinan melainkan juga masih tampak
di segala tingkatan Pemkab Batang, termasuk
selain pengurus barang –walaupun terdapat
pimpinan dan pengurus barang yang menunjukkan
komitmennya–. Contoh lekatnya pola pikir lama
ini disampaikan oleh beberapa partisipan sebagai
berikut.
"Bayangan orang awam, ngurusin aset itu
mudah. (8P9-18)
“Mereka itu kadang-kadang setelah
membeli, sungkan untuk laporan ya.”
(10P11-6)
Bentuk lain kurangnya komitmen di Gambar 5 Tampilan Aplikasi SIMDA BMD Menu
Pemkab Batang ialah keengganan untuk Pengadaan pada SKPD 01
memanfaatkan aplikasi secara optimal. Aplikasi
SIMDA BMD telah terhubung dengan SIMDA Berikutnya, terkait ketersediaan dana serta
Keuangan dalam hal penarikan data realisasi sarana dan prasarana, dianggap kurang memadai
belanja. Dengan demikian, catatan akuntansi dapat oleh beberapa partisipan sebagaimana diungkap
diunduh seketika untuk dijadikan catatan teknis sebagai berikut.
dengan menambahkan beberapa hal. Selanjutnya, “Ada sebenarnya dananya, tapi kan kurang
untuk catatan aset selain dari realisasi belanja memenuhi. Jadi, dengan apa yang dicita-
dapat di-input melalui jurnal pada aplikasi SIMDA citakan, terus dengan apa namanya sarana
BMD. Sayangnya fitur ini tidak dimanfaatkan oleh yang ada itu kurang memadai. Targetnya
Pemkab Batang. Hal ini diungkap oleh beberapa tinggi, tapi untuk menuju ke sananya itu
partisipan sebagai berikut. yang, yang kurang.” (12P13-141)
"... kita kan mengelolanya yang aset ini aja “Kemudian, mbak, di—alat-alatnya,
yang ini aja (menunjuk menu prasarana, sarana prasarananya. Itu
penatausahaan). (1P1-367) kendala utama, ya paling ndak itu ya.
“Tapi kami kami di Kabupaten Batang kan Kendala di hardware-nya yah. Kita masih
belum mulai dari perencanaan.” (10P11-38) belum punya spek komputer yang bagus
untuk menangani itu. (13P14-66)
“Neraca, saya tidak pernah nyetak neraca
dari sini. Karena nggak digunakan.” (6P7- Faktor keterbatasan dana, sarana dan prasarana ini
88) dialami oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
“... jadi kita belum maksudnya itu sumber karena jumlah unit yang diampu sangat banyak.
daya manusianya belum mencukupi untuk

14
Kendala aplikasi tersedia aplikasi untuk penyusunan laporan
Aplikasi menjadi satu kendala tersendiri di keuangan. Contoh kendala ini disampaikan
Pemkab Batang dikarenakan berbagai faktor yaitu sebagai berikut.
aplikasi yang belum sempurna, belum sesuai
“.. nek di SIMDA kan yang harus kita
kebutuhan, belum terintegrasi dengan akuntansi,
laporkan kan biaya operasional dan biaya
belum tersedianya aplikasi untuk penyusunan
modal yah. Nek di SIMDA kan belanja
laporan keuangan, belum mutakhir, dan belum
barang sendiri, belanja pegawai sendiri.
online. Belum sempurnanya aplikasi dirasakan
Padahal belanja pegawai dengan belanja
karena sering terjadi kesalahan perhitungan dan
barang itu kan sama-sama belanja
kesalahan teknis. Contoh kesalahan perhitungan
operasional. Itu kita konversi.” (6P7-50)
dan kesalahan teknis yang mungkin dan telah
terjadi disampaikan oleh beberapa partisipan “Misalnya untuk perolehan barang yang
sebagai berikut. terutama dari sumber dana yah. Misalnya
kan, misalnya kan di sini kan untuk barang-
“... kemapanan dari SIMDA ini kita masih
barang dinas pendidikan biasanya ada
rapuh juga. Kalau yang SIMDA keuangan
sumber dana dari DAK, dari Block Grant,
sudah. Kalau yang SIMDA barang itu
APBD1, APBD2, yang ini belum ter-cover
takutnya double entry.” (12P13-69)
di SIMDA.” (13P14-60)
“Aplikasinya sementara sudah sesuai sih,
“Nggak nyambung. Ya nyambung tapi
tapi kadang ada error-error nya juga si
mbak” (1P1-66) harus dimanualkan. Tidak software, begitu
masuk di SIMDA berarti otomatis di
“Jadi misalnya kayak kemarin itu ya, di akuntansi anu, nggak” (3P3-83)
laporan kita itu seperti perubahan Faktor lain yang menjadi kendala ialah aplikasi
penyusutannya, perubahan penyusutan
SIMDA BMD yang digunakan oleh Pemkab
aset, aset tetap. Kan dulunya tahunan
Batang yang bukan versi yang terakhir. Selain itu,
sekarang jadi bulanan. Nah pada saat
seharusnya, seharusnya itu kan yang sudah aplikasi SIMDA BMD juga belum online sehingga
ter-, terakomodasi tahun 2015 kemarin kan dalam proses pengiriman data secara ekspor impor
akumulasi penyusutannya sudah segitu masih ditemui kesalahan.
harusnya kan tetap segitu tidak berubah.
Pada saat berubah jadi bulanan, ini ikut Kendala peraturan
berubah, harusnya kan tidak mbak.” Kendala peraturan yang ditemui terdiri dari
(15P16-135) ketidakselarasan peraturan induk, yakni
permendagri tentang pengelolaan aset dan
Kemudian, aplikasi dianggap belum sesuai permendagri tentang keuangan, keidakpahaman
kebutuhan dikarenakan tidak dapat menampilkan peraturan intern mengenai prosedur akuntansi aset
aset yang diperoleh berdasarkan sumber dana tetap, dan ketidaktertiban pelaksanaan peraturan
tertentu dan tidak dapat menampilkan laporan intern. Ketidakselarasan permendagri ini diungkap
dengan format tertentu sehingga harus disajikan oleh APIP penyedia sistem sebagai berikut.
secara manual. Selain itu, laporan keuangan selain
LRA, yaitu neraca, laporan operasional, dan “... kalau rekening Permen 17 dengan
laporan perubahan ekuitas harus disusun dan rekening penganggaran di Permen itu
disajikan secara manual. Hal ini dikarenakan enggak sama. Itu yang jadi masalah,
walaupun SIMDA Keuangan dan BMD telah rekening asetnya beda. Rekening
terhubung dalam hal realisasi belanja, tetapi tidak Permendagri 2017 itu rekeningnya gini,
gini, gini. Ketika disusun anggaran, mau

15
milih belanja modal itu sudah beda, dalam Peraturan Bupati Batang Nomor 69 Tahun
strukturnya. Itu ya makanya tidak akan ada 2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan
media rekon. Antara Permendagrinya Kabupaten Batang. Meskipun demikian, peraturan
sendiri itu aturannya enggak sama. ini tidak tersosialisasi dengan baik sehingga ketika
Panjenengan bisa download, kalau yang penulis menanyakan mengenai prosedur akuntansi
Permendagri 9/13, mungkin pakai yang aset tetap ini, partisipan tidak mengetahuinya.
lengkap ya 13/59/21 itu panjenengan Contohnya disajikan sebagai berikut.
download semua lampirannya. Lihat
rekening penganggarannya, belanja “Seharusnya ada mbak, cuman ya gimana
modalnya apa. Di sini Permendagri 17, ya kayaknya nggak ada sih peraturannya,
jadinya aset itu apa itu beda.”( 4P5-86) nggak ada.” (15P16-168)

Rekening yang berbeda ini nantinya “Yang sistem akuntansinya, belum ada
memengaruhi aplikasi yang digunakan oleh SKPD aplikasi khusus. Itu belum ada. Kalau di
dan menimbulkan permasalahan lebih lanjut akuntansi masih manual semuanya. Dan di
ketika tidak terjalin komunikasi yang lancar di aplikasi baru SIMDA barangnya.” 12P13-
antara petugas keuangan dan pengurus barang. 41
Terkait peraturan intern, Pemkab Batang
telah menerbitkan peraturan intern mengenai “Aturannya kan bukan dari—biasanya
pengelolaan aset tetap yang terdiri dari peraturan yang menyusun kan di perbup yah. Perbup
daerah pengelolaan aset/barang daerah, peraturan seharusnya ada yah.” (9P10-24)
kepala daerah tentang Susunan Organisasi dan Dengan belum tersosialisasinya peraturan intern
Tata Kerja (SOTK), peraturan kepala daerah mengenai prosedur akuntansi aset tetap, maka
tentang sistem dan prosedur penatausahaan aset pelaksanaan prosedur akuntansi aset tetap
daerah, sistem akuntansi serta kebijakan menjadi belum memadai. Hal ini dapat
akuntansi. Peraturan daerah pengelolaan barang mengurangi ketertiban pelaksanaan dari
milik daerah diatur dalam Peraturan Daerah peraturan-peraturan tersebut.
Kabupaten Batang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Berikutnya, hal lain yang menimbulkan
Pengelolaan Barang Milik Daerah, peraturan permasalahan aset di Pemkab Batang ialah tidak
kepala daerah tentang SOTK dituangkan dalam dilaksanakannya peraturan intern SOTK
SK Bupati yang menunjuk pegawai yang menjadi pengelola aset tetap. Walaupun telah dilakukan
pengurus barang maupun petugas akuntansi, penunjukan pengurus barang, beberapa pengurus
peraturan kepala daerah tentang sistem dan barang tersebut tidak optimal dalam
prosedur penatausahaan aset daerah dituangkan melaksanakan kewajibannya sehingga harus
dalam Peraturan Bupati Batang Nomor 33 Tahun diambil alih oleh pegawai lain. Hal ini
2010 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan diungkapkan beberapa partisipan di antaranya
Barang Milik Daerah, sistem akuntansi diatur sebagai berikut.
dalam Peraturan Bupati Batang Nomor 69 Tahun
2015 dan kebijakan akuntansi diatur dalam “Tapi kemarin kan xyz—mulai tahun 2016
Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 kan petugas barang, pengurus barang
Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan kayaknya ditambah juga, gak hanya xyz.
Kabupaten Batang. Tapi kenyataan di lapangan kan yang jalan
Salah satu peraturan intern yang harus xyz. Akhirnya kan juga masih keteter. xyz
dilaksanakan dengan tertib untuk peningkatan kan banyak keteterannya itu, sendirian.”
efektivitas pengendalian intern ialah peraturan (6P7-64)
intern prosedur akuntansi aset tetap. Prosedur
akuntansi aset tetap di Pemkab Batang diatur

16
“...staf kami ya keuangan—udah lah, oke ya, dari PPTK-nya, PPTK juga begitu.”
lah, nggak masalah kita kerjakan.” (7P8- (14P15 -293)
33)
Hal ini berkaitan erat dengan ketidakselarasan
“... sebenarnya tahun 2016 itu masih di peraturan induk yaitu Permendagri yang mengatur
Umpeg. Cuma akhirnya, sampai di aset dengan keuangan sehingga menimbulkan
perjalanan waktu, itu diserahkan ke sini. perbedaan rekening antara aset dengan keuangan.
Jadi ketika ada reviu, reviu terkait dengan Faktor berikutnya ialah ditemukannya
laporan keuangan yang utamanya ketidakharmonisan hubungan antara Inspektorat
mencakup aset itu, kita yang selalu selaku APIP dan BPKPAD selaku SKPKD
menangani sampai dengan akhir. (12P13- maupun dalam BPKPAD sendiri yaitu antara
1) Bidang Aset dan Bidang Akuntansi padahal
BPKPAD memegang peran penting dalam
Tidak berfungsinya organisasi pengelola aset tetap mengelola hubungan kerja para personil SKPD
ini juga disebabkan oleh kompetensi dan jumlah (Widya 2013, 157). Contoh ketidakharmonisan ini
SDM sebagaimana kendala yang dijelaskan diungkapkan oleh beberapa partisipan sebagai
sebelumnya dan juga menunjukkan kurangnya berikut.
komitmen Pemkab Batang.
“Penyusun utamanya kan tetangga sebelah.
Kan tetangga sebelah ini kan yaaa kadang
Kurangnya komunikasi
nurut, kadang nggak. Kadang mau
Faktor terbesar yang menyebabkan kendala
kooperatif, kadang nggak. (5P6-125)
komunikasi ialah aliran dokumen sumber
“Jadi dari DPPKAD pun, antara akuntansi
pencatatan aset tetap kurang memadai, termasuk
— kalau di sana kan ada bidang akuntansi
komunikasi mengenai jumlah nilai yang
sendiri yah—dengan aset, itu belum
seharusnya di-input menjadi aset tetap
sejalan. Jadi apa yang kita kerjakan, itu
sebagaimana disampaikan beberapa partisipan
masih manut masing-masing bidang. Aset
berikut.
manut aset, akuntansi manut akuntansi.”
“Datanya itu tidak valid, yang dikasih oleh
(8P9-10)
keuangan harusnya di-input ke BMD,
datanya tidak valid. Ya pengurus barang Hubungan yang seperti itu dapat menghalangi
ini input-nya apa adanya. Dalam artian, peran BPKPAD sebagai Pembantu Pengelola Aset
taruhlah ini ada barang meja harusnya 10 Tetap dalam mengoordinasi penyelenggaraan
sesuai kontraknya, nilainya 10 juta. Kalo pengelolaan barang milik daerah yang ada pada
ke BMD karena dia gak tau nilainya 10 masing-masing SKPD.
juta, ya tahunya itu ada meja. Nilainya, ya
dia ngira-ngira, kadang hanya seperti itu.
Kendala Waktu
Ada juga nilai 10 juta itu baru nilai
kontrak, belum ditambahkan dengan nilai Waktu menjadi salah satu kendala karena dengan
nilai penunjang yang lain, biaya-biaya sumber daya yang ada (sdm dan sarana prasarana),
honor dan sebagainya.” (4P5-13) waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk
menyelesaikan laporan keuangan. Kendala waktu
“Kadang sudah ada yang ngasih harga dirasakan paling besar oleh Dinas Pendidikan dan
sekalian plus AP-nya. Kadang cuma ada Kebudayaan karena mengampu banyak unit-unit
ngasihnya harga barangnya.” (6P7-38) vertikal yang terdiri atas sekolah dan UPT,
sebagaimana dikatakan oleh beberapa partisipan
“Jadi kepedulian di SKPD terkait dengan sebagai berikut.
support datanya ke pengurus barang ini
yang, yang susah, sehingga begitu. Jadi apa
17
“Sedangkan Dinas Pendidikan kan hampir laporan itu memang memakan waktu
satu kabupaten nggeh. Itu yang butuh sekitar dua tahunan.” (11P12 -3)
waktu yang lama sekali.” (8P9-16)
“Ya jelas beda, kan karena eeee unitnya Upaya Peningkatan Kualitas Pencatatan dan
banyak kan waktu yang kita butuhkan kan Penatausahaan Aset Tetap
otomatis berbeda. Yang jelas kan yang
paling banyak itu kan di Dinas Pendidikan Pandangan partisipan mengenai upaya yang dapat
itu. Di Dinas Pendidikan itu kan ada sekitar dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas
400 sekolahan mbak, ada 400 lebih itu. 400 pencatatan dan penatausahaan aset tetap disajikan
sekolahan, di mana kita harus merekon dalam Tabel 5 sebagai berikut.
satu-satu setiap sekolahan itu.” (11P12-
135) Tabel 5 Ikhtisar Hasil Wawancara Upayai Perbaikan
Kualitas Pencatatan dan Penatausahaan Aset Tetap
“Karena kita khawatir nanti mereka itu Rekomendasi Langkah-langkah
pada saat meng-input-kan eeee karena Peningkatan Pelatihan umum dan pelatihan
waktunya mepet ya, kita pinginnya itu SDM pengurus barang (hingga level
SKPD yang nginput sendiri terus benar. sekolah), penambahan SDM dan
Tapi kadang kalau mereka input sendiri penyesuaian kompetensi SDM
hasilnya salah itu kan yang repot, untuk termasuk pejabat
mendandani kan kadang susah repot.” Perbaikan Penyusunan petunjuk teknis,
peraturan dan peraturan intern SOTK pengelola
(11P12-83)
ketertiban aset tetap termasuk ketertiban
Selain itu, perubahan sistem yang terjadi di pelaksanaannya pelaksanaannya, perbaikan
tahun 2015 dari manual ke SIMDA BMD dan kebijakan termasuk kebijakan
penerapan basis akrual pertama kali juga akuntansi, sinkronisasi peraturan
aset dengan keuangan
mengakibatkan tidak dapat tersajinya data aset
Pengembangan Penyederhanaan aplikasi,
tetap yang valid dan andal secara tepat waktu. Hal
dan optimalisasi aplikasi SIMDA
ini diungkapkan oleh P3 dan P12 sebagai berikut, optimalisasi BMD yaitu pemanfaatannya dari
“Ada itu. 2015 itu kita awal akrual kita. ... aplikasi serta perencanaan, pengembangan
. itu kita melakukan banyak pekerjaan- peningkatan aplikasi SIMDA BMD untuk
sarana dan sumber dana dan membuatnya
pekerjaan itu. Dan nilainya memang luar
prasarana online, serta peningkatan sarana
biasa ... . Jadi permasalahan-permasalahan dan prasarana
itu kalau tidak diurai satu-satu kita malah Peningkatan Peningkatan dukungan pimpinan
luwih—ribetnya kayak gitu. Kalau komitmen dan dan koordinasi
mungkin di perusahaan itu sudah, komunikasi
dihilangkan saja itu. Laporannya kan Sumber: kertas kerja penelitian
hanya selesai sampai situ. Kalau kita, harus
punya dasar kenapa. Ini sudah ada Di lain pihak, dalam rangka
upayanya belum, ini sudah ada penelitian menindaklanjuti temuan-temuan di tahun 2015,
belum—itu kita yang kadang waktunya Pemkab Batang telah melakukan upaya-upaya
nggak nyampai di situ.” (3P3-17) perbaikan utamanya melalui koordinasi selama
tahun 2016 yang diutarakan beberapa partisipan
“... yang dulunya kita pakai aplikasi Excel sebagai berikut.
kita mulai beralih ke SIMDA barang dari
BPKP. Kita mulai tata sampai “Termasuk kemarin kita itu masalah
terbentuknya KIB sampai terbuatnya pemeriksaan BPK itu juga kan belum klop
aja ya. Kita di istilahnya -apa ya- kita di-

18
istilahnya kita rapat koordinasi dengan “Lah, nanti yang 2017 kita memang sudah
BPKPAD masalah penyelesaian aset. (9P10- persiapan yang pengadaan ini sudah kita
86)” inventarisir dari sekarang. Begitu pencairan,
kita sudah tahu pencairannya belanja modal
“Makanya teman-teman di APIP setelah itu speknya apa, masuk KIB mana, kita
saya masuk di sini, saya libatkan. Saya sudah mulai tertata.” (7P8-7)
barengkan, ke lapangan pun saya barengkan
dengan teman-teman APIP. Sampai dengan “Di tahun ini kami memprogramkan
kemarin, pelaporan pun barengan terus sebelum mereka membeli, mereka harus
Mbak, bareng terus sekarang bagus. Karena membuat eeee apa bahasanya, laporan ke
kuncinya memang menurut saya ya, kita. Barang apa-apa yang akan dibeli.”
kuncinya ya APIP sama kita harus bareng, (10P11-4)
dukungan dari pengguna sama pengelola Dengan kebijakan ini, diharapkan data aset tetap
barang. Harus sangat bagus itu. Apapun melalui pembelian dapat diketahui sejak awal
yang kami minta tolong pasti dibantu, pengadaan dan tidak harus menunggu akhir tahun.
bahasanya seperti itu. (10P11-84)” Berdasarkan penjelasan sebelumnya, agar
“Woo, nggak kehitung. Setiap kali. Kita pencatatan aset tetap di Pemkab Batang lebih
nggak secara tertulis kok. Misalnya ada berkualitas, perlu adanya penyamaan persepsi,
rapat. Oke, kita dateng rapat. Itu biasanya baik pada tingkatan pimpinan maupun seluruh
kalau misalnya—kan rapat persiapan, rapat pegawai, mengenai pentingnya pengelolaan aset
apa itu, yang yang formil itu—saya sendiri tetap yang tertib. Pengelolaan aset yang tertib tidak
belum tentu mendatangi secara pribadi. dapat terwujud tanpa komitmen dari seluruh
Kadang-kadang ya temen-temen lah siapa jajaran manajemen dan komunikasi yang intensif
yang bisa gitu. Tapi ketika terjun, udah
antar para pengelola aset tetap (Widya 2013, 154,
nggak—malem, wis sampai—nggeh, nggak
157).
harus tertulis yah, memang pas waktu itu.
(7P8-21) Selanjutnya, diperlukan perbaikan-
perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di
Selain upaya di atas yang menurut partisipan lapangan, terutama hal –hal berikut.
perlu dilakukan dan telah dilakukan, Pemkab 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.
Batang telah menyusun langkah untuk perbaikan 2. Menyusun peraturan yang lebih teknis dan
pencatatan dan penatausahaan aset tetap untuk menjaga ketertiban pelaksanaannya.
dilakukan mulai tahun 2017 yaitu dengan 3. Mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan.
mengharuskan pihak yang akan melakukan 4. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pengadaan dan pengurus barang untuk melaporkan antar pihak terkait pengelolaan aset tetap.
aset tetap yang akan dibelinya kepada BPKPAD
melalui Surat Keterangan sebagaimana
disampaikan oleh beberapa partisipan berikut. SIMPULAN
“Tahun ini juga tahun ini itu pakai Suket,
Kesimpulan
surat keterangan. Sekarang kalau ada PPTK
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya,
mau beli barang belanja barang modal
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
mereka harus minta surat keterangan ke
1. Proses pencatatan aset tetap hingga menjadi
saya, yang mau di beli apa, nanti saya tanda
tangan biar saya tahu apa yang akan dibeli neraca di Pemkab Batang dilakukan mulai
itu apa gitu itu.” (1P1-54) dari pengakuan aset tetap melalui catatan
akuntansi pada saat pembelian (khusus untuk

19
perolehan dari belanja modal) yang sehingga harus dilakukan melalui aplikasi
menghasilkan neraca sementara dilanjutkan sederhana (Microsoft Excel). Meskipun
dengan pencatatan catatan teknis (atribut aset demikian, data aset tetap berupa neraca pada
tetap) pada SIMDA BMD menu tingkat SKPD tersebut dapat diperoleh
penatausahaan untuk semua aset tetap di akhir sehingga tetap dapat dinilai kesesuaiannya.
periode pelaporan. Selain itu, penilaian kesesuaian tidak dapat
dilakukan terhadap dokumen Berita Acara
2. Tingkat kesesuaian proses pencatatan dan
Rekonsiliasi dengan angka neraca pada
penatausahaan aset tetap terhadap regulasi laporan keuangan tahun 2015 karena
yang dituangkan dalam instrumen penelitian, dokumen tersebut tidak dapat ditemukan.
hanya sebesar 30% dengan kesesuaian
terbesar hanya merupakan kesesuaian format Saran
sementara ketidaksesuaian terjadi pada saat Berdasarkan simpulan yang ditarik dan
pengakuan aset tetap dan keselarasan angka keterbatasan penelitian, maka dapat diberikan
yang tersaji pada SKPD maupun SKPKD. saran dan rekomendasi untuk penelitian
3. Kendala terbesar pencatatan dan selanjutnya sebagai berikut.
penatausahaan aset tetap hingga menjadi 1. Pemkab Batang dapat mulai menyamakan
neraca pada Pemkab Batang terdiri dari persepsi di jajaran pejabat dan stafnya
kendala SDM, kendala yang berasal dari mengenai pentingnya pengelolaan aset tetap.
2. Selanjutnya, dapat dilakukan perbaikan-
komitmen, kendala aplikasi, kendala
perbaikan sesuai kebutuhan dan kondisi di
peraturan, kendala komunikasi dan
lapangan terutama terkait hal berikut.
keterbatasan waktu. a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
4. Kualitas pencatatan dan penatausahaan aset SDM, dan apabila penambahan kuantitas
tetap di Pemkab Batang dapat ditingkatkan SDM tidak memungkinkan, maka SDM
dengan cara meningkatkan SDM baik secara yang ada dapat dioptimalkan dengan
kualitas maupun kuantitas, memperbaiki menambahkan kompetensi akuntansi.
peraturan dan menjaga ketertiban b. Menyusun peraturan yang lebih teknis
pelaksanaannya, mengembangkan aplikasi dan menjaga ketertiban pelaksanaannya,
agar lebih sesuai kebutuhan termasuk c. Mengembangkan aplikasi sesuai
meningkatkan sarana dan prasarana, serta kebutuhan,
meningkatkan komitmen dan komunikasi d. Meningkatkan komunikasi dan
antar pihak terkait. koordinasi antar pihak terkait
pengelolaan aset tetap.
Keterbatasan 3. Penelitian faktor-faktor yang menjadi kendala
Keterbatasan dari penelitian ini ialah: pencatatan aset tetap dapat dilakukan di
1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batang pemerintahan daerah lainnya.
dengan kondisi kontekstual tertentu dan tidak 4. Sepanjang penelitian, penulis menemukan
mewakili Pemerintahan Daerah yang lain. bahwa Inspektorat selaku APIP banyak
2. Penelitian tidak dapat dilakukan pada saat berperan dalam penyusunan laporan
penyusunan laporan keuangan tahun 2015 keuangan hingga akhirnya Pemkab Batang
sehingga telah terjadi beberapa perubahan pada tahun 2016 menerima opini WTP.
kondisi. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk
3. Penulis tidak memiliki cukup waktu untuk mengetahui bagaimana peran Inspektorat
melakukan rekapitulasi Kartu Inventaris membawa Pemkab Batang menerima opini
Barang pada Dinas Pendidikan dikarenakan WTP di tahun 2016.
tidak tersedia data rekapitulasi secara sistem
20
DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi.
2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Assey, Theopil Benedict, Khamis Kalegele, dan Keuangan Daerah, Edisi Keempat,
Bukaza Chachage. 2017. “Factors Jakarta: Salemba Empat.
Influencing Fixed Asset Losses in Local Hasbi, Muhammad, Hanis Bambang Trigunarsyah
Government Authorities in Tanzania.” dan Connie Susilawati. 2011. “The
African Journal of Business Management Application of Public Asset Management
Vol. 11(4) pp. 69-73. in Indonesian Local Government, A Case
Biondi, Lucia dan Irvine Lapsley. 2014. Study in South Sulawesi Province.”
“Accounting, Transparency and Journal of Corporate Real Estate Vol. 13
Governance: the Heritage Assets No. 1. pp. 36 – 47.
Problem.” Qualitative Research in Hauliyah, Siti Lailatul. 2016. “Evaluasi
Accounting & Management Vol. 11 No. 2. Implementasi Penatausahaan Persediaan
pp. 146-164. dan Aset Tetap Studi pada Kanwil
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2016. Ikhtisar Kementerian Agama Provinsi Banten”,
Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2016. Tesis Magister Akuntansi, tidak
Jakarta: BPK RI,. dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada.
-----. 2016. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Hennink, Monique, Inge Hutter, dan Ajay Bailey.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2011. Qualitative Research Methods,
Kabupaten Batang Tahun 2015. (AS United Kingdom: SAGE Publications.
Ahmad, Penanggung Jawab Pemeriksaan). IFAC. 2016. IPSAS Handbook of International
Jawa Tengah: BPK Perwakilan Provinsi Public Sector Accounting Pronouncements
Jawa Tengah. Vol I. Diakses pada 26 Maret 2017.
Byrne, Peter. 1994. “The Review of Local http://www.ifac.org/publications-
Government The Effects on the resources/2016-handbook-international-
Management of Property Assets.” public-sector-accounting-pronouncements
Property Management Vol. 12 No. 3. pp 5 Keuangan Negara. 2016. Wawancara oleh
– 8. Majalah Keuangan Negara, 28 November.
Creswell, John. 2014. Research Design: Diakses pada 2 Maret 2017.
Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif http://keuangan.co/sukses-transparansi-
dan Campuran, Edisi Keempat, transl. anggaran-kabupaten-batang/.
Achmad Fawaid dan Rinayanti Kusmini Mavrodin, Valentin dan Vasile Ilie. 2014.
Pancasari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. “Opinions on the Government Assets
Dent, Peter. 1997. “Managing Public Setor Evaluation.” Theoretical and Applied
Property Assets: The Valuation Issues.” Economics Volume XXI No. 6. pp. 111-
Property Management Vol. 15 No. 4. pp 120.
226 - 233. Mulyana, Imam. 2010. Manajemen dan
Epps, William. 1979. ‘How Richmond County Kehidupan Manusia, Kumpulan Artikel
Learned Fixed-Asset Management’, Populer Bidang Manajemen Bisnis dan
Management Accounting (pre-1986) Vol. Kehidupan Manusia. Volume 1. Diakses
61 No. 4. pp. 34. pada 18 Maret 2017.
Gibbs, Graham. 2007. “Analyzing Qualitative https://books.google.co.id/books?id=Wcy
Data. Dalam U. Flick (Ed.).” Dikutip 1sDN0gZ0C&pg=PA96&dq=#v=onepage
dalam John Creswell, Research Design: &q&f=false.
Qualitative, Quantitative, and Mixed Ni’mah, Ziadatun. 2016. “Analisis Pengakuan
Methods Approaches, Edisi Keempat. Aset Tetap Berbasis Akrual pada Lima
(California, SAGE Publications, 2014). Kabupaten/Kota”, Tesis Magister
21
Akuntansi, tidak dipublikasikan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Universitas Gadjah Mada. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Pemerintah Kabubaten Batang. 2017. SKPD Profil Jawab Keuangan Negara.
Badan, Dinas, Kantor & Lembaga Teknis. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Diakses pada 16 Februari 2017. Keuangan Negara.
http://batangkab.go.id/?p=5&id=skpd. Vanier, Dana. (2001). “Why Industry Needs Asset
Peraturan Bupati Batang Nomor 33 Tahun 2010 Management Tools”. Journal of
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Computing in Civil Engineering Vol. 15
Barang Milik Daerah No.1. pp. 35 – 43. Dikutip dalam Petra
Peraturan Bupati Batang Nomor 69 Tahun 2015 Pergar, dan Matija Polajnar, A Decision
Tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Model for Integration of the Fixed Assets
Kabupaten Batang. Register and Technical Register of Public
Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 Service Infrastructure (Geodetski vestnik
Tentang Kebijakan Akuntansi 57/2, 2013)
Pemerintahan Kabupaten Batang. Walker, Robert, Frank Clarke, dan Graeme Dean.
Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 8 1998. “Reporting on The State of
Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Barang Infrastructure by Local Government.”
Milik Daerah Accounting Auditing & Accountability
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun Journal Vol. 12 No. 4. pp. 441-458.
2007 Tentang Pedoman Teknis Widya, Elli. 2013. Meraih Opini Wajar Tanpa
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pengecualian Laporan Keuangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun Pemerintah Daerah, Edisi Pertama.
2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Yogyakarta: BPFE.
Barang Milik Daerah. Widyaningrum, Herlina. 2011. “Evaluasi Prosedur
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 Akuntansi Aset Tetap (Studi Kasus pada
tentang Pengelolaan Barang Milik Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Negara/Daerah. Pemerintah Kabupaten Magelang TA
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 2009)”, Tesis Magister Akuntansi, tidak
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada.
Pergar, Petra dan Matija Polajnar. 2013. “A Xerri, Matthew, Silvia Nelson, Yvonne Brunetto,
Decision Model for Integration of the dan Stuart Reid 2015. “NPM and Change
Fixed Assets Register and Technical Management in Asset Management
Register of Public Service Infrastructure”, Organisations.” Journal of Organizational
Geodetski vestnik Vol. 57 No. 2. pp. 286 – Change Management Vol. 28 No. 4. pp.
298. 641-655.
Prihadi, Toto. 2013. Capital Budgeting & Fixed
Asset Management, Jakarta: Penerbit PPM.
Ritonga, Irwan Taufik 2010. Reviu Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Yogyakarta: Lembaga Kajian Manajemen
Pemerintah Daerah.
Suwardjono. 2014. Teori dan Praktik Akuntansi
Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.

22
Lampiran 1 Ikhtisar Penyajian Angka Aset Tetap SKPD dan SKPKD
Data Bidang Akuntansi
Data SKPD Data Bidang Aset SKPKD (SIMDA BMD) Neraca LKPD Audited
SKPKD

Rekap. KIB dari Rekap. Barang ke


Lap. Mutasi Barang Neraca Manual Rekap. KIB Ekstrakomptabel Rusak Berat Daftar Aset Tetap Neraca
SIMDA BMD Neraca

SKPD 01
Tanah (KIB A) 12.515.619.400,00 13.533.169.400,00 13.533.169.400,00 12.591.444.400,00 12.591.444.400,00 12.591.444.400,00 13.533.169.400,00 13.533.169.400,00
Peralatan dan Mesin (KIB B) 39.234.281.250,00 36.861.010.231,37 36.861.010.231,37 39.233.931.250,00 36.857.669.232,37 36.857.669.232,37 36.858.019.231,37 36.858.019.231,37
Gedung dan Bangunan (KIB C) 52.593.060.430,00 49.563.797.074,00 49.563.797.074,00 52.593.060.430,00 50.778.748.682,00 50.778.748.682,00 50.778.748.682,00 50.778.748.682,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan (KIB D) 1.499.110.480,00 1.497.110.480,00 1.497.110.480,00 1.499.110.480,00 1.497.110.480,00 1.497.110.480,00 1.497.110.480,00 1.497.110.480,00
Aset Tetap Lainnya (KIB E) 143.815.600,00 141.910.595,00 141.910.595,00 143.815.600,00 141.910.595,00 141.910.595,00 141.910.595,00 141.910.595,00
Jumlah 105.985.887.160,00 101.596.997.780,37 101.596.997.780,37 106.061.362.160,00 546.947.259,90 3.650.263.735,00 101.866.883.389,37 101.866.883.389,37 102.808.958.388,37 102.808.958.388,37
Intrakomptabel/Masuk Neraca
(Rekapitulasi KIB dari SIMDA -
Ekstrakomptabel) 101.864.151.165,10

SKPD 02
Tanah (KIB A) 57.666.376.192,80 57.666.376.192,80 71.447.439.530,00 71.447.439.530,00 71.447.439.532,00 64.469.628.915,00 64.469.628.915,00
Peralatan dan Mesin (KIB B) 92.181.755.164,41 92.181.755.164,41 113.678.241.143,50 92.132.550.181,81 92.132.550.181,83 92.181.755.164,84 92.181.755.164,84
Gedung dan Bangunan (KIB C) Tidak Direkap 432.601.371.017,03 432.601.371.017,03 469.767.033.913,00 465.172.175.496,40 465.172.175.496,40 449.106.404.967,00 449.106.404.967,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan (KIB D) 5.319.906.238,00 5.319.906.238,00 5.263.834.842,80 5.224.383.673,00 5.224.383.673,00 5.319.906.238,00 5.319.906.238,00
Aset Tetap Lainnya (KIB E) 64.727.001.539,29 64.727.001.539,29 47.336.134.256,40 44.203.519.341,52 44.203.519.341,52 44.847.996.617,28 44.847.996.617,28
Jumlah 652.496.410.151,53 652.496.410.151,53 707.492.683.685,70 23.253.313.939,67 6.247.789.067,64 678.180.068.222,74 678.180.068.224,75 655.925.691.902,12 655.925.691.902,12
Intrakomptabel/Masuk Neraca
(Rekapitulasi KIB dari SIMDA -
Ekstrakomptabel) 677.991.580.678,39

23

Anda mungkin juga menyukai