Anda di halaman 1dari 8

BAB III

DASAR-DASAR MODE S MSSR

A. Sistem Monopulse SSR


Teknik monopulse digunakan untuk mendapatkan pengukuran
yang akurat terhadap sudut dari sinyal yang datang dan diterima stasiun
radar. Nama tersebut berasal dari kemampuan menentukan sudut sinyal
yang datang dari satu pulsa reply. Teknik ini telah dikembangkan selama
perang dunia kedua, namun digunakan pada SSR relatif belum terlalu
lama.
Pada sistem SSR tanpa monopulse, sinyal utama yang sebenarnya
dibutuhkan untuk memproses informasi adalah main beam (∑ channel)
baik pada saat transmisi maupun penerimaan. Namun oleh karena
pengaruh side lobe ditambahkan dengan control beam (Ω channel), di
mana jika sistem SSR hanya menggunakan ISLS maka Ω channel hanya
ada pada saat transmisi, sedangkan untuk sistem SSR yang
menggunakan ISLS dan RSLS maka Ω channel ada pada saat transmisi
dan penerimaan. Sehingga sistem SSR tanpa RSLS hanya memiliki satu
receiver, sedangkan sistem SSR dengan RSLS meniliki dua receiver.
Pada sistem SSR dengan monopulse ada tambahan sinyal yang
diterima yang dikenal dengan difference beam (∆ channel), sehingga
membutuhkan tiga receiver untuk memproses informasi yaitu untuk
menerima ∆ channel, Ω channel dan ∆ channel.
Gambar 3.1 menunjukkan sum dan difference beam. Pengukuran
kuat sinyal di receiver ∑ channel dan ∆ channel digunakan untuk
menentukan apakah posisi pesawat ada pada main beam. Beam antena
adalah simetris antara titik tengah terhadap kedua sisi ∑ channel maupun
∆ channel. Rasio sinyal antara ∑ terhadap ∆ yang sama dapat ditemukan
pada dua tempat, di sisi yang berbeda dari titik tengah. Sisi di mana sinyal
datang dapat ditentukan dengan mengukur phase relatif antara ∑ channel
dengan ∆ channel, yang berbeda phase 180° antara dua sisi tersebut.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 1


∑ beam

∆ beam ∆ beam

OBA

Gambar 3.1. Off Boresight Angle

Hasil perbandingan antara ∑ dan ∆ dikenal dengan Off Boresight


Angel (OBA) yang berupa tegangan. Nilai tegangan yang dihasilkan
selanjutnya dikonversi menjadi sudut koreksi terhadap boresight. Jika nilai
tegangan yang dihasilkan adalah nol maka koresksi sudut yang diberikan
terhadap boresight adalah nol karena pesawat berada pada boresight.
Jika tegangan yang dihasilkan adalah positif maka koreksi sudut yang
diberikan adalah penambahan terhadap sudut boresight karena pesawat
berada di sebelah kanan boresight. Jika nilai tegangan yang dihasilkan
adalah negatif maka koreksi sudut yang diberikan adalah pengurangan
terhadap sudut boresight karena pesawat berada di sebelah kiri boresight.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 2


B. Sistem Mode-S MSSR
Mode S atau Mode “Select” adalah cara baru untuk menginterogasi
pesawat dengan menggunakan alamat yang berbeda, di mana hanya
pesawat dengan alamat tertentu yang akan menjawab Radar Mode S
memungkinkan untuk meningkatkan :
- Pengamatan dan komunikasi data yang diberikan ke kontroler
- Standard separasi dengan menghilangkan garbling karena
penjadwalan interogasi
- Radar Mode S juga menawarkan kesempatan untuk melakukan link
data antara radar dan pesawat karena kemungkinannya untuk
melakukan pertukaran data yang lebih panjang.

Keuntungan ini dimungkinkan karena prinsip Mode S yaitu :


- Dapat mengiterogasi ke satu alamat pesawat secara selektif
menggantikan prinsip pancaran dalam beam antena dan terjadi
pertukaran informasi yang lebih banyak.
- Setiap pesawat di identifikasi oleh satu kode.
- Alamat Reply Mode S mampu sampai 16 juta kode.

Radar Mode S mampu memberikan fungsi :


- Pengamatan pesawat yang dilengkapi dengan transponder tanpa
Mode S maupun yang memiliki Mode S
- Komunikasi data dengan pesawat yang dilengkapi dengan transponder
Mode S
- Koordinasi pengamatan dengan Radar Mode S lainnya (Surveillance
Co-ordination Network).

Pada sistem mode S setiap pesawat akan dialokasikan dengan


sebuah ICAO Aircraft Address yang terkodekan ke dalam badan pesawat.
ICAO Aircraft Address terdiri dari 24 bit biner (6 bit heksadesimal) yang
akan dialokasikan oleh otoritas pada suatu negara. Jumlah bit ini
memungkinkan permutasi sebanyak 16.777.216 kode. Setiap negara

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 3


anggota ICAO telah dialokasikan sejumlah blok kode dengan jumlah yang
tersedia tergantung dari ukuran negara dan jumlah pergerakan lalu lintas
udaranya. Seperti misalnya di Inggris (United Kingdom) diberikan alokasi
seperti gambar berikut :

Gambar 3.2. Alokasi ICAO Aircraft Address

Pada Bab II telah digambarkan sinyal interogasi pada Mode S,


yang terdiri dari pulsa P1, P2 dan P6 yang dipancarkan melalui kanal ∑
dan P5 yang dipancarkan melalui kanal Ω. Pulsa P2 dipancarkan melalui
kanal ∑ dengan amplitudo sama dengan P1, sehingga sama halnya
seperti pada sistem IISLS transponder tanpa Mode S tidak menjawab dan
diblok selama 35 µs. Pulsa P6 adalah suatu blok data yang dimodulasikan
dengan sistem Differential Phase Shift Keying (DPSK) yang berisi suatu
pesan 56 bit atau 112 bit. Pulsa P5 yang dipancarkan melalui kanal Ω
memiliki fungsi sebagai Side Lobe Suppresion. Sinyal reply Mode S terdiri
dari 4 pulsa yang disebut dengan preamble yang diteruskan dengan blok
data yang berisi pesan 56 bit atau 112 bit, yang dimodulasikan
menggunakan Pulse Positioning Modulation (PPM).
Pada sistem Mode-S data yang dikirim dalam pulsa P 6 sinyal
interogasi disebut dengan uplink format (UF) sedangkan data yang dikirim
dalam blok data sinyal jawaban disebut dengan downlink format (DF). Ada
beberapa UF dan DF yang digunakan dalam sistem Mode S yaitu :
1. Uplink Format
Berikut ini jenis-jenis uplink format dan kegunaan masing-masing.
UF 11 termasuk kategori All-Call Interrogation yang digunakan saat
pertama kali pesawat terdeteksi oleh radar (akuisisi) untuk meminta
Aircraft ICAO Address dari pesawat tersebut. Setelah akuisisi pertama,

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 4


selanjutnya radar akan mengirimkan Selective Interrogation (Roll Call
Interoogation) yang terdiri dari UF 4, UF 5, UF 20, UF 21 dan UF 24, di
mana kegunaan masing-masing UF dapat dilihat pada tabel 3.1. Jumlah
bit untuk UF 4, UF 5, UF 11, UF 20 dan UF 21 adalah 56 bit sedangkan
UF 24 adalah 112 bit.

Tabel 3.1. Uplink Format

2. Downlink Format
Pada tabel 3.2 dapat dilihat jenis-jenis DF dan kegunaannya
masing-masing. Sinyal jawaban untuk UF 11 adalah DF 11, begitupula
dengan UF yang lain. DF 11 digunakan untuk mengirimkan jawaban
tentang Aircraft ICAO Address. Sedangkan DF 4 digunakan untuk
mengirimkan ketinggian pesawat. Perbedaan data ketinggian yang dikirim
dalam Mode C pada SSR dengan DF 4 pada Mode S adalah pada Mode
C kenaikan ketinggian pesawat bisa dilakukan setiap 100 feet sedangkan
pada Mode S kenaikan ketinggian pesawat bisa sampai 25 feet.

Tabel 3.2. Downlink Format

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 5


Radar Mode S dapat mengiterogasi pesawat dengan cara Mode All
Call dan Mode Roll Call. Pada Mode All Call, radar Mode S akan
menginterogasi dengan Mode A/C, Intermode dan Mode S All Call (UF
11). Sedangkan pada Mode Roll Call, radar Mode S akan menginterogasi
dengan Mode S Selective Interogation (UF 4, UF 5, UF 20, UF 21 atau UF
24). Adapun prosesnya adalah :
- Radar Mode S memancarkan interogasi All Call untuk mendapat
jawaban dari transponder.
- Jawaban yang dibuat oleh satu transponder Mode S kepada satu
Radar Mode S berisi 24 bit Aircraft ICAO Address. Karena alamatnya
unik yang diberikan kepada satu pesawat, sehingga identifikasinya
tidak meragukan.
- Radar Mode S kemudian dapat menginterogasi transponder Mode S
secara selektif dengan memancarkan interogasi Mode S Roll Call yang
dialamatkan pada transponder pesawat tersebut.
- Transponder hanya menjawab interogasi Roll Call itu yang berisi
alamatnya.
- Interogasi All Call secara teratur tetap dipancarkan supaya
memperoleh pesawat baru yang masuk cakupan radar dan
menginterogasi pesawat yang hanya dilengkapi transponder SSR.
- Setelah pesawat didapat, radar prosesor mengamati secara tepat
pesawat dan menghitung untuk memastikan menginterogasi ke
transponder dan menerima jawaban Roll Call.

Eurocontrol merekomendasikan strategi interlacing antara Mode All


Call dan Mode Roll Call seperti gambar 3.2. Namun pengaturan strategi
interlacing perlu mempertimbangkan populasi pesawat yang beroperasi.
Jika pesawat yang beroperasi lebih banyak memiliki kemampuan Mode
A/C maka priode All Call dibuat lebih banyak, namun jika populasi
pesawat yang beroperasi lebih banyak Mode S, maka periode Roll Call
yang dibuat lebih banyak.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 6


Gambar 3.3. Rekomendai Eurocontrol
untuk All Call dan Roll Call

C. Interrogator-Transponder Interoperability
Berdasarkan kegunaan masing-masing mode, maka dapat
disimpulkan hubungan operasi antara interrogation mode dan reply code
sebagai berikut :

Tabel 3.3. Hubungan Operasi Interrogation Mode dan Reply Code

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 7


Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila
transponder dengan kemampuan mode A/C ataupun mode S mendapat
sinyal interogasi mode A maka akan mengirimkan sinyal jawaban mode A,
namun jika mendapat sinyal interogasi mode S baik yang short P6 maupun
long P6 maka hanya transponder dengan kemampuan mode S yang akan
mengirimkan sinyal jawaban sedangkan transponder dengan kemampuan
mode A/C tidak akan mengirimkan sinyal jawaban.
Intermode dihasilkan oleh radar dengan kemampuan Mode S, di
mana Intermode dengan Short P4 digunakan untuk mendapat sinyal
jawaban dari transponder dengan kemampuan Mode A/C, sedangkan
Intermode Long P4 digunakan untuk mendapat sinyal jawaban dari
transponder Mode A/C dan Mode S. Intermode dengan Long P4 tidak
direkomendasikan oleh Eurocontrol karena sinyal jawaban yang didapat
dari transponder Mode S berupa DF 11, namun data Aircraft ICAO
Address yang terdapat dalam DF 11 adalah 000000.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page III - 8

Anda mungkin juga menyukai