Anda di halaman 1dari 12

RPS 5

AUDIT DAN ASURANS

STANDAR AUDIT 315

Oleh :

Kelompok 6

Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2021
STANDAR AUDIT 315

PENGINDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN PENYAJIAN


MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA

1. Pendahuluan
1.1. RuangLingkup
Standar Audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, melalui pemahaman atas
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.

1.2. Tanggal Efektif


Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

2. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material,apakah karena kecurangan atau kesalahan,pada tingkat laporan keuangan dan asersi,
melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya,termasuk pengendalian internal entitas,oleh
karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan respon
terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.

3. Definisi
Untuk tujuan SA ini istilah berikut memiliki makna seperti yang diuraikan sebagai
berikut:
 Asersi : representasi oleh manajemen secara eksplisit atau dengan cara lain yan
terkandung dalam laporan keuangan , yang dipaki oleh auditor untuk mempertimbangkan
berbagai jenis kesalahan penyajian potensial yang mungkin terjadi.
 Risiko bisnis: Suatu risiko sebagai akibat dari kondisi, peristiwa, keadaan, tindakan atau
tidak adanya tindakan signifikan yang dapat berdampak negative terhadap kemampuan
entitas dalam mencapai tujuannya dan dalam melaksanakan strateginya atau dari
penetapan sasaran dan strategi yang tidak tepat.
 Pengendalian Internal : Proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh
pihak yang bartanggung jawab atas tata kelola, manajemen, dan personel lain untuk
menyediakan keyakinan yang memadai tentang suatu entitas yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan, efisiensi dan efektifitas operasi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Istilah “pengendalian” mengacu pada setiap aspek dari satu tau
lebih komponen pengendalian internal
 Prosedur Penilaian risiko: Prosedur audit yang dilaksanakan untuk memperoleh
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian entitas, untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material apakah karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
 Risiko signifikan: suatu risiko kesalahan penyajian materi yang diidentifikasi dan dinilai
yang, dalam pertimbangan auditor, pertimbangan audit khusus.

4. Ketentuan
4.1 Prosedur Penilaian Risiko Dan Aktivitas Terkait

Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar
bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan bukti audit
yang cukup dan tepat sebagai dasar opini audit.

Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut :

a) Permintaan keterangan dari manajemen ,dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan atau kesalahan.
b) Prosedur analitis.
c) Observasi dan inspeksi
Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dari proses
penerimaan atau keberlanjutan hubungan dengan klien relevan untuk mengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian material.

Jika rekan perikatan telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan
perikatan harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh relevan untuk
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.

Namun, jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan dengan
audit kini pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan, termasuk pengendalian
internal entitas.

Pengalaman sebelumnya auditor dengan entitas dan prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya dapat menyediakan bagi auditor informasi tentang hal-hal seperti
berikut:

 Kesalahan penyajian periode lalu dan apakah kesalahan penyajian tersebut telah dikoreksi
secara tepat waktu.

 Sifat entitas dan lingkungannya, dan pengendalian internal entitas (termasuk defisiensi
dalam pengendalian internal).

 Perubahan signifikan yang kemungkinan telah terjadi dalam entitas atau operasinya sejak
periode keuangan lalu, yang dapat membantu auditor dalam memperoleh suatu
pemahaman yang cukup tentang entitas untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material.

Auditor diharuskan untuk menentukan apakah informasi yang diperoleh dalam periode
lalu tetap relevan, jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi tersebut untuk tujuan
audit periode kini.
4.2 Pemahaman atas Entitas dan lingkungannya yang Diharuskan, termasuk Pengendalian
Internal Entitas

Oleh karena itu, sebelum melakukan pengauditan terhadap klien, seorang auditor harus
memperoleh suatu pemahaman berikut:

a) Faktor-faktor industri, peraturan, dan eksternal lain termasuk kerangka pelaporan


keuangan yang berlaku.
b) Sifat entitas, termasuk:
 Operasinya;
 Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
 Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh entitas,
termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus.
 Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai, untuk
memungkinkan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang diharapkan ada dalam laporan keuangan.
c) Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah
tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industri yang relevan.
d) Tujuan dan strategi entitas dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material.
e) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian internal yang relevan
dengan audit. Meskipun sebagian besar pengendalian yang relevan dengan audit kemungkinan
berhubungan dengan pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan
dengan pelaporan keuangan relevan dengan audit. Ini merupakan hal yang berkaitan dengan
pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian, secara individual atau bersama-
sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit.

Suatu pemahaman atas pengendalian internal membantu auditor dalam mengidentifikasi


tipe-tipe kesalahan penyajian yang potensial dan faktor-faktor yang memengaruhi risiko
kesalahan penyajian material, serta dalam merancang sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih
lanjut.

Materi penerapan pengendalian internal di bawah ini disajikan dalam empat bagian
sebagai berikut :

 Sifat dan Karakteristik Umum Pengendalian Internal.

 Pengendalian yang Relevan dengan Audit.

 Sifat dan Luas Pemahaman tentang Pengendalian yang Relevan.

 Komponen Pengendalian Internal.

Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara untuk


merespons risiko bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian setiap tujuan entitas
yang berkaitan dengan:

 Keandalan pelaporan keuangan entitas.

 Efektivitas dan efisiensi operasi entitas.

 Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara melalui


berbagai cara yang bergantung pada ukuran dan kompleksitas entitas.

Entitas yang lebih kecil dapat menggunakan cara yang kurang terstruktur serta
proses dan prosedur yang lebih sederhana untuk mencapai tujuan mereka.

Pengendalian internal, terlepas bagaimanapun efektifnya, hanya dapat memberikan suatu


keyakinan memadai bagi entitas tentang pencapaian tujuan pelaporan keuangan entitas.
Kemungkinan pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan inheren pengendalian
internal. Keterbatasan tersebut mencakup realitas bahwa pertimbangan manusia dalam
pembuatan keputusan dapat salah dan kelemahan (breakdowns) dalam pengendalian internal
dapat terjadi karena kesalahan manusia. Sebagai contoh, kemungkinan terdapat suatu kesalahan
dalam rancangan atas, atau dalam perubahan pada, suatu pengendalian. Sama halnya, operasi
suatu pengendalian kemungkinan tidak efektif, seperti ketika informasi yang dihasilkan untuk
tujuan pengendalian internal (sebagai contoh, suatu laporan penyimpangan) tidak digunakan
secara efektif karena individu yang bertanggung jawab untuk menelaah informasi tersebut tidak
memahami tujuan informasi tersebut atau gagal dalam melakukan tindakan tepat.

Pada waktu memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian yang relevan


dengan audit, auditor harus mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut dan menentukan
apakah pengendalian tersebut telah diimplementasikan, dengan melaksanakan prosedur sebagai
tambahan terhadap permintaan keterangan dari personel entitas.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas lingkungan pengendalian. Sebagai


bagian dari pemerolehan pemahaman ini, auditor harus mengevaluasi apakah:

a) Manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
telah menciptakan dan memelihara suatu budaya jujur dan perilaku etis.
b) Kekuatan dalam unsur lingkungan pengendalian secara kolektif menyediakan fondasi
yang semestinya untuk komponen lain pengendalian internal, dan apakah komponen lain
tersebut tidak dirusak oleh defisiensi dalam lingkungan pengendalian.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu
proses untuk:

a) Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;


b) Mengestimasi signifikansi risiko.
c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
d) Memutuskan tentang tindakan untuk menangani risiko tersebut

Jika entitas telah ditentukan oleh proses tersebut di atas (disebut selanjutnya sebagai
"proses produksi risiko entitas"), auditor harus memperoleh pemahaman tentang proses hasilnya.
Jika auditor mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang gagal diidentifikasi oleh
manajemen, maka auditor mengevaluasi apakah terdapat suatu jenis risiko yang diharapkan oleh
auditor itu akan teridentifikasi oleh proses penilaian risiko entitas tersebut. Jika terdapat risiko
semacam itu, maka auditor harus memperoleh pemahaman tentang mengapa proses tersebut
gagal mengindentifikasinya dan mengevaluasi apakah proses tersebut sudah tepat atau
menentukan apakah terdapat suatu defisiensi signifikan dalam penendalian internal yang
berkaitan dengan proses penilaian risiko entitas.

Jika entitas tersebut belum menetapkan proses tersebut di atas atau memiliki suatu proses
khusus (ad hoc), maka auditor harus mendiskusikan dengan manajemen tentang apakah risiko
bisnis relevan dengan tujuan pelaporan keuangan telah diidentifikasi dan bagaimana risiko
tersebut ditangani. Auditor harus mengevaluasi apakah ketiadaan proses penilaian risiko yang
didokumentasi sudah tepat sesuai dengan kondisinya, atau menentukan apakah ketiadaan
tersebut merupakan suatu defisiensi signifikan dalam pengendalian internal.

4.3 Pengidentifikasian dan Penilaian Resiko Kesalahan Penyajian Material

Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada:

1. Tingkat Laporan Keuangan


Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan merujuk pada risiko
yang berhubungan secara persuasif dengan laporan keuangan secara keseluruhan dan
secara potensial berdampak pada banyak asersi. Risiko tersebut tidak perlu berupa risiko
yang dapat diidentifikasi dengan asersi spesifik pada tingkat golongan transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan. Melainkan risiko tersebut mewakili kondisi yang dapat
meningkatkan risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi, sebagai contoh,
melalui pengabaian pengendalian internal oleh manajemen.
2. Tingkat Asersi untuk Golongan Transaksi
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan perlu dipertimbangkan karena pertimbangan tersebut secara
langsung membantu dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut
pada tingkat asersi yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Adapun asersi yang digunakan oleh auditor dalam mempertimbangkan jenis-jenis
kesalahan penyajian potensial yang berbeda yang dapat terjadi digolongkan kedalam
tingakat kategori dan dapat berbentuk sebagai berikut :
a) Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit :
 Keterjadian (occurence) yaitu transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan(completeness) yaitu seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
 Keakurasian (accuracy) yaitu jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan tepat.
 Pisah batas (cut-off) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam periode
akuntansi yang tepat.
 Klasifikasi (classification) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam
akun yang tepat.
b) Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
 Eksistensi (existence) yaitu asset, liabilitas,dan ekuitas ada.
 Hak dan kewajiban (rights and obligations) yaitu entitas memiliki atau
mengendalikan hak atas asset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
 Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh aset, liabilitas,dan ekuitas yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) yaitu aset, liabilitas,dan
ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan
penyesuaian penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan dengan tepat.
c) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations) yaitu
peristiwa,transaksi,dan hal-hal lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan
berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh pengungkapan yang seharusnya
tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan.
 Klasifikasi dan keterpahaman (classification and understandability) yaitu
informasi keuangan disajikan dan dijelaskan secara tepat,serta pengungkapan
disajikan dengan jelas.
 Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation) yaitu informasi keuangan dan
informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
Untuk tujuan ini auditor harus :

 Mengidentifikasi risiko sepanjang proses pemerolehan pemahaman tentang entitas


dan lingkungannya, termasuk pengendalian relevan yang berkaitan dengan risiko ,
dan dengan mempertimbangkan golongan transaksi, saldo akun dan
pengungkapan dalam laporan keuangan.
 Menilai dan mengidetifikasi risiko, serta mengevaluasi apakah risiko tersebut
berkaitan secara lebih pervasif terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan
secara potensial mempengaruhi banyak asersi.
 Menghubungkan risiko yang diidetifikasi dengan apa yang bisa menjadi salah
(what can go wrong) pada tingkat asersi, dengan memperhitungkan pengendalian
relevan yang hendak diuji oleh auditor.
 Mempertimbangkan kemungkinan kesalahan penyajian, termasuk kemungkinan
kesalahan penyajian multiple, dan apakah potensi kesalahan penyajian yang besar
tersebut dapat mengakibatkan suatu kesalahan penyajian material.

Sebagai bagian dari penilaian risiko sebagaimana dijelaskan sebelumnya, auditor


harus menentukan apakah risiko yang diidentifikasi adalah, menurut pertimbangan
auditor, suatu risiko yang signifikan. Dalam melakukan pertimbangan tersebut, auditor
tidak boleh memperhitungkan pengaruh pengendalian yang diidentifikasi terkait dengan
risiko tersebut.

Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko yang
signifikan, auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal sebagai berikut:

 Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan


 Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembagan terkini yang signifikan
dalam bidang ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu,
membutuhkan perhatian spesifik;
 Kompleksitas transaksi
 Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak yang
berelasi;
 Derajat subjektifitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan
risiko, terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang
luas; dan
 Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di luar
kegiatan bisnis normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa.

Jika auditor telah menentukan bahwa terdapat suatu risiko signifikan, auditor harus
memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian entitas, termasuk aktifitas pengendalian
yang relevan dengan risiko tersebut.

Sehubungan dengan beberapa risiko, auditor dapat memutuskan bahwa adalah tidak
mungkin atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat hanya dari
prosedur subtantif. Risiko seperti itu dapat berkaitan dengan pencatatan yang tidak akurat atau
tidak lengkap atas golongan transaksi atau saldo akun yang rutin dan signifikan, yaitu yang
karakteristiknya serig memperbolehkan pengolahan dengan otomatisasi yang tinggi dengan
sedikit atau tanpa intervensi manual. Dalam kasus tersebut, pengendalian entitas atas risiko
tersebut adalah relevan dengan audit, dan auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang
hal tersebut.

Penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dapat
berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit tambahan. Dalam
kondisi ketika auditor memperoleh bukti audit dari pelaksanaan prosedur audit lanjutan, atau
ketika informasi baru diperoleh, yang kedua bukti tersebut tidak konsisten dengan bukti audit
awal yang menjadi dasar penilaian, auditor harus merevisi penilaian tersebut, dan oleh karena itu,
memodifikasi prosedur audit lanjutan yang direncanakan sebelumnya.

4.4 Dokumentasi

Auditor harus memasukkan ke dalam dokumentasi audit:

a) Diskusi di antara tim perikatan sebagaimana diharuskan dan keputusan signifikan yang
dicapai.
b) Unsur kunci atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan
lingkungannya, setiap komponen pengendalian internal, sumber informasi yang
digunakan dalam memperoleh pemahaman tersebut dan prosedur penilaian risiko yang
dilaksanakan.
c) Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai pada tingkat laporan
keuangan dan pada tingkat asersi.
d) Risiko yang teridentifikasi, dan pengendalian yang berkaitan yang atasnya auditor telah
memperoleh suatu pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai