MASYARAKAT
KELOMPOK 1
MUHAMMAD ABDUL AZIZ (P07125121070)
ZALZABILA CAHYA NITA (P07125121063)
NOVIANA HERWANTI (P07125121079)
NOVALYA MEGA PUSPITA (P07125121056)
NUR MAULIDA HERDIANA (P07125121051)
KARINA WIDYA ARTA MEFIA (P07125121068)
NOVITA WIJAYANTI (P07125121076)
KELAS: REG B
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
modul ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami berharap semoga modul ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar modul ini si pembaca
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan modul ini, karena keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul ini.
Kelompok 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kita mampu mempelajari hubungan pekerjaan dan Kesehatan masyarakat, yaitu mengetahui
pentingnya keselamatan dalam bekerja, agar kita mampu menerapkan keselamatn kerja. Selain
itu juga kita dapat mengetahui hubungan dalam bekerja dan Kesehatan itu sendiri.
A. Batasan
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja, dan yang
menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka kedua hal tersebut juga
menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pedoman dalam kesehatan kerja yaitu penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka
upaya pokok kesehatan kerja adalah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Sedangkan upaya
promotif berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga
produktivitas kerja.
Meskipun fokus kegiatannya pada preventif dan promotif, tetapi tidak berarti meninggalkan
sama sekali upaya-upaya kuratif. Hal ini berarti kesehatan kerja dalam suatu perusahaan perlu
dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau kecelakaan pada
pekerja atau keluarganya. Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan
produktivitas seoptimal mungkin.
f. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yag sehat dan
produktif.
Kesehatan masyarakat kerja sbg sasaran Kesehatan masyarakat umum sbg sasaran
utama utama
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarkat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang penulis sebut sebagai determinan Kesehatan
kerja. Determinan kesehatan kerja mencakup tiga faktor utama, yakni:
1. Beban kerja
Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis
pekerjaan. Tingkat ketepatan penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan
pada beban optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan sebagainya.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan dengan cara
merencanakan suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.
2. Beban tambahan
Beban tambahan adalah berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu
pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor, yaitu:
a. Faktor fisik, :penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara panas, kelembapan
yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dsb.
b. Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang yang menimbulkan gangguan kerja ,
misalnya : bau gas, uab atau asap, debu, dll.
c. Faktor biologi: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, tanaman yang tidak teratur, dll.
d. Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota
badan, misalnya : meja atau kursi yang terlalu pendek atau tinggi.
e. Faktor social-spikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya : adanya kill,
gossip, cemburu dll
Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja, maka lingkungan kerja harus
ditata secara sehat atau lingkungan kerja yang sehat. Lingkungan kerja yang tidak sehat akan
menjadi beban tambahan bagi pekerja atau karyawan, misalnya:
a. Penerangan atau pencahayaan uang kerja yang tidak cukup dapat menyebabkan kelelahan
mata.
b. Kegaduhan dan bising dapat mengganggu konsentrasi, mengganggu daya ingat, dan dapat
menyebabkan kelelahan psikologis.
c. Gas, uap, asap, dan debu yang terhirup lewat pernapasan dapat mempengaruhi
berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya menurunkan daya kerja.
d. Binatang, khususnya serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan sebagainya) disamping
mengganggu konsentrasi kerja, juga merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.
e. Alat-alat bantu kerja yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan ukuran tubuh) akan
menyebabkan kelelahan dalam bekerja yang cepat.
f. Hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan kebosanan, tidak betah
kerja dan sebagainya, yang akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
3. Kemampuan kerja
Kemampuan seseoarang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain,
meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas
yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah
kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut
dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman, tetapi sampai pada batas-batas tertentu
saja.
Pekerja yang ketrampilannya rendah akan menambah beban kerja mereka, sehingga berpengaruh
pada kesehatan mereka. Oleh karena kebugaran, pendidikan, dan pengalaman mempengaruhi
tingkat ketrampilan pekerja maka ketrampilan atau kemampuan pekerja senantiasa harus
ditingkatkan melalui program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi kesehatan.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas
kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi pekerja kasar
merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan
atau tenaga kerja. Sebaliknya, lingkungan yang higienis tidak menjadi beban tambahan juga
meningkatkan gairah dan motivasi kerja. Lingkungan kerja ini dibedakan menjadi dua, yakni
lingkungan fisik dan lingkungan sosial, keduanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja.
1. Kebisingan
Bunyi adalah seseuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
ditempat kerja. Kebisingan dapat mempengaruhi pekerjaan dan kesehatan karena antara lain
dapat menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketinggian. Oleh sebab itu
para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi yang lebih dari 60 DB harus
dilengkapi dengan alat pelindung. Selain itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.
Dengan suasana yang bising memaksa pekerjaan untuk berteriak dalam berkomunikasi dengan
pekerja yang lainnya dengan teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga menimbulkan kesan yang kotor. Oleh karena itu,
penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang jenis.
Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerjaan dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan bekerja.
3. Bau-bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitanya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak
enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Selanjutnya bau-bauan ini dapat
mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.
1. Ergonomi
Ergonomi bersal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja, dan nomos artinya peraturan atau
hukum. Sehingga secara herfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana
melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Batasan ergonomi adalah ilmu
penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan manusia,
sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas karja yang optimal.
Dua misi pokok ergonomi adalah:
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan.
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok maka
kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien.
Tujuan ergonomi ialah: mencegah kecelakaan kerja (meningkatkan produksi kerja). Disamping
itu, ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai
dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.
Cara mengangkat beban secara ergonomis, dapat dilakukan menurut prosedur sebagai berikut:
a. Beban yang akan diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-jari.
c. Kaki diletakkan pada jarak yang tepat, sebelah kaki di belakang beban sekitar 60 derajat ke
sebelah, dan kaki yang satunya diletakkan di samping beban menuju ke arah beban yang akan di
angkat.
2. Psikologi Kerja
Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan itu.
Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera, atau reaksi
yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Seorang pekerja atau
keayawan yang bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan pekerjaannya ini banyak
faktor yang menyebabkannya, antara lain tidak cocok dengan pekerjaan ini, tidak tau melakukan
pekerjaan yang baik, kurangnya insentif,lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain-
lainnya.
Cara ergonomis yang sesuai dengan teori psikologis antara lain: ( Silalahi,1985 )
a. Memberikan pengarahan dan pelatihan tentang tugas dan para pekerja, sebelum
melaksanakan tugas barunya.
b. Memberikan uraian tugas tertulis yang jelas kepada pekerja atau karyawan.
Aspek lain dari psikologi kerja sering menjadi masalah kesehatan kerja adalah ‘stres’. Stres
terjadi hampir pada semua pekerja baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Stres dilingkungan
kerja memang tidak dapat dihindarkan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengelolanya,mengatasi atau mencegah terjadinya/stres tersebut, sehingga tidak mengganggu
kesehatan.
E. Kecelakaan Kerja
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama seperti telah diuraikan
diatas, yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga
merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak
terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur(1989) membuat batasan
bahwa kecelakan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja
atau perusahaan.
RANGKUMAN MATERI
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja, dan yang
menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut. Determinan kesehatan kerja mencakup tiga faktor utama, yang terdiri dari
beban kerja, beban tambahan dan kemampuan kerja. Faktor fisik dalam kesehatan kerja adalah
lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan
atau tenaga kerja.
Faktor kesehatan manusia dalam kesehatan kerja yang pertama yaitu ergonomi. Ergonomi adalah
ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan
kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas karja yang
optimal. Yang kedua psikologi kerja adalah pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi
psikologis bagi yang melakukan pekerjaan itu. Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh
kedua faktor utama seperti telah diuraikan diatas, yakni faktor fisik dan faktor manusia.
CONTOH SOAL: