Mulyana Abdullah
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
E-mail: abdullahmulyana@gmail.com
ABSTRAK
Berbicara tentang pendidikan, hal pertama yang tersirat dalam benak kita adalah “sekolah”. Sekolah dalam hal
ini merupakan suatu organisasi publik yang memberikan jasa layanan pendidikan bagi masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas individu masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, menjadi suatu hal yang wajar apabila
masyarakat menuntut tersedianya “sekolah yang baik” yang tercermin dari efektifitas kinerja sekolah yang
bersangkutan. Di sinilah manajemen mutu pendidikan di sekolah menutut peran kepemimpinan kepala sekolah,
profesionalisme guru, serta partisipasi masyarakat secara optimal. Mutu atau lebih sering disebut dengan istilah
kualitas merupakan gambaran karakteristik menyeluruh dari barangatau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan pihak pengguna. Berkaitan dengan pendidikan di sekolah, mutu pendidikan
senantiasa merujuk pada spesifikasi pelayanan pendidikan yang sesuai dengan tujuan atau manfaat dari pendidikan
itu sendiri. Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu program pendidikan yang diselenggarakan
oleh suatu organisasi sekolah akan sangat sulit dicapai tanpa adanya keselarasan pandangan antara kepala sekolah,
guru dan masyarakat tentang makna pendidikan yang sebenarya, serta bagaimana seharusnya proses pendidikan
di sekolah itu dilaksanakan. Oleh karenanya, sudah seharusnyalah pimpinan sekolah yang dalam hal ini adalah
kepala sekolah, guru dan masyarakat bekerjasama secara terpadu dalam mewujudkan setiap cita-cita pendidikan
untuk membentuk generasi penerus yang berkualitas baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dan moralnya.
Kata kunci: mutu pendidikan, kepala sekolah, partisipasi masyarakat
ABSTRACT
Speaking of education, the first thing that come accross our minds is “school”. In this case school is a public
organization that provides education services for the community in order to improve the quality of individual
communities. Therefore, it becomes a natural thing when people demand the availability of “good school” which
reflected the effectiveness of school performance concerned. This is where the quality of education management
in schools requiring the role of school leadership, teachers’ professionalism, as well as optimal community
participation. Grade or more commonly known as quality constitutes the picture of whole characteristic of goods
or services that show its capacities in satisfying the needs of the users. With regards to education in schools, the
quality of education always refer to the specifications of educational services in accordance with the purpose or
benefit of education itself. That is why, it can be said that the success of an educational program organized by
a school organization would be very difficult to achieve without the alignment of views between the principal,
teachers and the community about the true meaning of education, and how should the educational process in the
school is implemented. Therefore, as it should be the school leaders that in this case is the principal, teachers
and communities will work together in an integrated way to implement each educational ideals to form the next
generation of good quality in terms of knowledge, skills, and attitudes and moral.
Keywords: quality of education, principals, community participation.
mutu pendidikan senantiasa merujuk pada dengan sebaik-baiknya oleh setiap pemerintah
spesifikasi pelayanan pendidikan yang sesuai kabupaten/kota, termasuk oleh setiap satuan
dengan tujuan atau manfaat dari pendidikan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) itu
itu sendiri. Makna mutu pendidikan is pihak sendiri agar pelayanan pendidikan tersebut
pengguna jasa pendidikan, namun demikian tetap memberikan kualitas palayanan yang
bukan berarti bahwa mutu pendidikan tinggi bagi masyarakat meskipun dalam
ini tidak memiliki standar. Spesifikasi kondisi yang paling minimal.
layanan pendidikan di sekolah senantiasa
berpedoman pada standar pendidikan yang Manajemen Berbasis Sekolah
telah ditetapkan pemerintah. Berkenaan dengan pengelolaan sekolah
Di dalam pasal 1 ayat 1 PP No. 32 tahun secara otonomi melalui Manajemen Berbasis
2013 ditegaskan bahwa “Standar Nasional Sekolah, Fullan & Watson (2000:11)
Pendidikan adalah kriteria minimal tentang mengemukakan:
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum ... SBM is local capacity-building
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. operating within an externalframework.
Ruang lingkup standar pendidikan yang While SBM has a structural element,
tertuang dalam peraturan pemerintah tersebut it is culture that is the primaryagent of
mencakup delapan standar yaitu standar isi, change, i.e., a culture that focuses on that
standar proses, standar kompetensi lulusan, of continuous improvement.It is when
standar pendidik dan tenaga kependidikan, SBM contributes to the local problem
standar sarana dan prasarana, standar solving and mobilization of effortby all
pengelolaan, standar pembiayaan, dan stakeholders that it succeeds.
standar penilaian pendidikan (pasal 2 ayat 1) (MBS adalah pembangunan kapasitas
(Republik Indonesia, 2013). lokal yang dijalankan dengan sebuah
Di dalam pelaksanaannya, penyeleng- kerangka eksternal. Ketika MBS memiliki
garaan pendidikan, khususnya pendidikan suatu elemen struktural, hal itu merupakan
dasar di Indonesia yang telah menerapkan suatu budaya yang menjadi agen
sistem desentralisasi pendidikan dimana perubahan terpenting, seperti budaya yang
pemerintah kabupaten/kota memiliki terfokus pada peningkatan berkelanjutan.
kewajiban dan kewenangan untuk Di sinilah peran MBS dalam memberikan
menyelenggarakan pelayanan pendidikan, kontribusi terhadap pemecahan masalah
telah diatur dalam Permendiknas No. 15 lokal dan memobilisasi seluruh kekuatan
tahun 2010 dengan perubahannya dalam dengan melibatkan stakeholder untuk
Permendikbud No. 23 tahun 2013 sebagai mencapai keberhasilan)
tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan Dari pendapat tersebut, jelas bahwa
dasar melalui jalur pendidikan formal manajemen berbasis sekolah (MBS)
yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota berkontribusi dalam pemecahan masalah
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). dengan menggerakan seluruh stakeholder
Peraturan ini dikeluarkan sebagai upaya untuk sekolah. Ini berarti MBS merupakan
memberikan pelayanan minimal pendidikan suatu mekanisme desentralisasi sistematik
bagi masyarakat yang tentunya perlu dikelola berkenaan dengan kewenangan dalam
pengetahuan dan teknologi yang terus bagi seseorang untuk menjadi kepala sekolah
berkembang dengan pesat serta tuntutan (Kementrian Pendidikan Nasional, 2007).
kehidupan sosial masyarakat yang terus Secara umum, kualifikasi tersebut mencakup:
berubah. Dalam pelaksanaan pembinaan 1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana
tersebut merupakan tanggung jawab dari (S-1) atau diploma empat (D-IV)
pemerintah, organisasi keguruan, kepala kependidikan atau nonkependidikan pada
sekolah, dan yang terpenting adalah guru itu perguruan tinggi yangterakreditasi;
sendiri. 2. Pada waktu diangkat sebagai kepala
Kepala sekolah mempunyai tugas dalam sekolah berusia setinggi-tingginya 56
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tahun;
yang berada di sekolah guna mencapai tujuan 3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
pendidikan. Maka untuk mencapai itu semua, kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu sekolah masing-masing, kecuali di Taman
menggali dan mendayagunakan seluruh Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA)
sumber daya sekolah guna mencapai tujuan memiliki pengalaman mengajar sekurang-
sekolah. Fungsi utama kepala sekolah dalam kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
hal pelaksanaan pengelolaan sumberdaya 4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya
sekolah, khususnya guru sebagai tulang III/c bagi pegawai negerisipil (PNS)
punggung proses pembelajaran peserta didik, dan bagi non-PNS disetarakan dengan
pengelolaan sumberdayanya akan berdampak kepangkatanyang dikeluarkan oleh
langsung kepada pencapaian tujuan sekolah yayasan atau lembaga yang berwenang.
itu sendiri.
Di sinilah kepala sekolah sebagai seorang Peran Profesionalisme Guru
pemimpin dipandang sebagai seorang pribadi Sebagaimana telah dikemukakan sebelum-
yang memiliki kecakapan dan kelebihan, nya bahwa kriteria sekolah yang efektif
khususnya dalam bidang pendidikan, memperlihatkan karakteristik khas yang
sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain berkorelasi dengan keberhasilan belajar
untuk bersama-sama melakukan aktivitas siswa, sebagaimana dikemukakan Kirk &
tertentu demi pencapaian tujuan pendidikan Jones (2004:2), terdapat tujuh karakteristik
di sekolah yang dipimpinnya. Mengingat khas yang menjadi kriteria sekolah yang
kepala sekolahmerupakan salah satu input efektif, yaitu kejelasan misi sekolah,
sekolah yang memiliki tugas dan fungsi yang harapan yang tinggi akan keberhasilan,
sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya kepemimpinan dalam pembelajaran, peluang
proses persekolahan, maka diperlukan kepala bagi siswa untuk belajar dan melaksanakan
sekolah tangguh, yaitu kepala sekolah yang tugas, lingkungan yang aman, hubungan
memiliki karakteristik/kompetensi yang positif antara sekolah dan keluarga siswa,
mendukung tugas dan fungsinya dalam serta frekuensi pengawasan perkembangan
menjalankan organisasi sekolah. Itulah siswa. Kepemimpinan dalam pembelajaran
sebabnya, pemerintah melalui Permendiknas sebagai salah satu dari tujuh kriteria
No. 13 tahun 2007 telah menetapkan efektivitas sekolah tidak terlepas dari peran
sejumlah kualifikasi yang menjadi standar dan fungsi guru sebagai salah satu bagian dari
pendidik profesional yang memiliki tugas yang sepenuhnya diatur sendiri oleh
utama mendidik, mengajar, membimbing, anggotanya.
mengarahkan, melatih, menilai, dan 7. Memiliki kode etik tersendiri untuk
mengevaluasi peserta didik, khususnya pada membantu memberikan penjelasan riel
tingkat pendidikan dasardan menengah. yang meyakinkan kepada klien atau
Di sini, guru merupakan tokoh yang khalayak ramai; dan
paling banyak bergaul dengan komponen 8. Mempunyai status sosial dan gaji yang
lainnya di lingkungan sekolah, terutama tinggi bila dibandingkan dengan jabatan
dengan para peserta didiknya. Guru bertugas lainnya.
merencanakan dan melaksanakan proses Itulah sebabnya, dalam sistem pendidikan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, di Indonesia, pemerintah telah menetapkan,
melakukan bimbingan dan pelatihan, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
melakukan penelitian dan pengkajian, serta kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
membuka komunikasi dengan masyarakat dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
(Sagala, 2009:6). mewujudkan tujuan pendidikan nasional”
Dengan demikian, dapat dikatakan (UU Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8),
bahwa jika ditinjau dari peran, fungsi, dan dimana “Kualifikasi akademik sebagaimana
tanggung jawabnya, maka jabatan guru dapat dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui
dikategorikan sebagai jabatan profesi yang pendidikan tinggi program sarjana atau
dalam hal ini, Omstein, et.al. dalam Sagala program diploma empat” (UU Nomor 14
(2009:7) menguraikan pengertian dari profesi Tahun 2005 pasal 9) (Republik Indonesia,
sebagai: 2005).
1. Tugas yang dilakukan sebagai karir yang Dengan ditetapkannya standar kualifikasi
akan dilakukan sepanjang hayat. guru ini, diharapkan guru menjadi sosok
2. Sebelum melakukan pekerjaan diperlukan yang profesional yang secara holistik
ilmu dan keterampilan tertentu, berada pada tingkat tertinggi dalam sistem
memerlukan pelatihan khusus dalam pendidikan nasional. Sehingga di samping
jangka waktu tertentu, dan tidak setiap mengajar dan membimbing para peserta
orang dengan leluasa dapat melakukannya didiknya, memberikan penilaian hasil belajar
tanpa mengikuti persiapan yang memadai. peserta didik, mempersiapan administrasi
3. Memiliki otonomi dalam mengambil pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan
keputusan terkait dengan tugasnya, tidak lain yang berkaitan dengan pembelajaran,
diatur oleh pihak lain walaupun dari guru pun senantiasa berupaya meningkatkan
atasannya. dan mengembangkan wawasan keilmuan
4. Mempertanggungjawabkan segala se- yang menjadi kewenangannya.
suatu yang diakibatkan oleh keputusan
profesional yang diambilnya. Peran Partisipasi Masyarakat
5. Memiliki komitmen terhadap jabatan dan Istilah partisipasi mengandung arti
klien, dan dilakukan dengan menggunakan keikutsertaan, dimana sejumlah orang turut
administrasi yang jelas dan mudah. berperan dalam suatu kegiatan. Dalam
6. Memiliki organisasi profesi dan asosiasi hal ini, terdapat beberapa unsur penting
yang tercakup dalam konsep partisipasi, Dalam hal ini, terdapat beberapa hal yang
diantaranya: Pertama, dalam partisipasi yang perlu dipertimbangkan dalam mengupayakan
ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap
fisik tetapi juga fikiran dan perasaan (mental keberhasilan program pendidikan di sekolah,
dan emosional). Kedua, partisipasi dapat diantaranya:
digunakan untuk memotivasi orang-orang 1. Menjalin komunikasi yang efektif dengan
yang menyumbangkan kemampuannya orang tua dan masyarakat.
kepada situasi kelompok sehingga daya 2. Melibatkan masyarakat dan orang tua
kemampuan berpikir serta inisiatifnya dalam program sekolah.Pepatah “Tak
dapat timbul dan diarahkan kepada tujuan- senang jika tak kenal” juga berlaku dalam
tujuan kelompok. Ketiga, dalam partisipasi hal ini. Oleh karena itu sekolah perlu
mengandung pengertian orang untukikut memperkenalkan program dan kegiatannya
serta dan bertanggungjawab dalam kegiatan- kepada masyarakat dengan melibatkan
kegiatan organisasi. Hal ini menunjukkan mereka dalam berbagai kegiatan seperti
bahwa makin tinggi rasa keterlibatan pelaksanaan program-program sosial
psikologis individu dengan tugas yang kemasyarakatan, melakukan dialog
diberikan kepadanya, semakin tinggi pula dalam rangka peningkatan pendidikan
rasa tanggung jawab seseorang dalam masyarakat, dan sebagainya.
melaksanakan tugas tersebut. Di samping 3. Memberdayakan dewan sekolah. Ke-
itu, hal yang perlu dipahami dalam kaitannya beradaan Dewan Sekolah akan menjadi
dengan partisipasi masyarakat dalam penentu dalam pelaksanaan otonomi
suatu kegiatan pembangunan, termasuk pendidikan di sekolah. Melalui Dewan
pembangunan sumberdaya manusia melalui Sekolah, orang tua dan masyarakat
proses pendidikan di sekolah, adalah bahwa: turut merencanakan, melaksanakan, dan
Keterlibatan masyarakat terhadap suatu mengawasi pengelolaan pendidikan di
program akan berbeda-beda, tergantung jenis sekolah.
keterlibatannya yang dapat dibedakan menjadi Melalui upaya-upaya pemberdayaan
lima macam, yaitu partispasi buah pikiran, partisipasi masyarakat dan orang tua dalam
partsipasi tenaga, partisipasi harta benda, mendukung program-program sekolah inilah
partisipasi keterampilan atau kemahiran, upaya peningkatan mutu pendidikan di
dan partisipasi sosial. Dari berbagai macam sekolah dapat teroptimalkan.
partisipasi tersebut, sekolah diharapkan
dapat memberdayakannya seoptimal SIMPULAN
mungkin, sehingga partisipasi masyarakat Berdasarkan pada seluruh uraian mengenai
dalam peningkatan kualitas pendidikan di peranan kepemimpinan kepala sekolah,
sekolah yang bersangkutan dapat terwujud. profesionalisme guru, dan partisipasi
Oleh karenanya, sangat penting bagi sekolah masyarakat dalam peningkatan mutu
untuk menjalankan peranan kepemimpinan pendidikan di sekolah ini, dapat disimpulkan
yang aktif dalam menggalakkan program- bahwa pada dasarnya keberhasilan suatu
program sekolah melalui peran serta aktif program pendidikan yang diselenggarakan
orang tua dan masyarakat. oleh suatu organisasi sekolah akan sangat
sulit dicapai tanpa adanya keselarasan adalah kepala sekolah, guru dan masyarakat
pandangan antara kepala sekolah, guru dan bekerjasama secara terpadu dalam
masyarakat tentang makna pendidikan yang mewujudkan setiap cita-cita pendidikan
sebenarya, serta bagaimana seharusnya proses untuk membentuk generasi penerus yang
pendidikan di sekolah itu dilaksanakan. berkualitas baik dalam hal pengetahuan,
Oleh karenanya, sudah seharusnyalah keterampilan, maupun sikap dan moralnya.
pimpinan sekolah yang dalam hal ini
DAFTAR RUJUKAN
Caldwell, B. J., & De Corte, E. (2005). School-Based Management. Belgium: The International Academy of
Education (IAE). Retrieved from http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001410/141025e.pdf
Fullan, M., & Watson, N. (2000). School-Based Management: Reconceptualizing to Improve Learning
Outcomes. School Effectiveness and School Improvement, 11(4), 453–473. https://doi.org/10.1076/
sesi.11.4.453.3561
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah di
Sekolah Dasar. Jakarta: Dit. Pembinaan SD Ditjen. Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Retrieved from http://mbscenter.or.id/sources/44Panduan MBS 1 Grand Design Pola
Pembinaan MBS di SD.pdf
Kementrian Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta. Retrieved from http://www.mediapendidikan.
info/wp-content/uploads/2014/12/permendiknas_13-Tahun_2007-sks_lamp.pdf
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota. Jakarta.
Retrieved from http://www.kinerja.or.id/pdf/704f03e9-c651-451b-8c1f-dd16ec40740d.pdf
Kirk, D. J., & Jones, T. L. (2004). Effective Schools. London: Pearson Education. Retrieved From Https://
Images.Pearsonassessments.Com/Images/Tmrs/Tmrs_Rg/Effectiveschools.Pdf?WT.Mc_Id=TMRS_
Effective_Schools
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Retrieved From Https://Kemenag.Go.Id/File/Dokumen/UU2003.Pdf
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen. Retrieved from http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Retrieved from http://banpaudpnf.or.id/upload/download-center/PP No.32 Tahun 2013 tentang
Perubahan PP No.19 Tah_1508753201.pdf
Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta.