Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X

Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH


PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROFESIONALISME GURU,
DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
DI SEKOLAH

QUALITY MANAGEMENT OF EDUCATION IN SCHOOL


LEADERSHIP ROLE OF HEAD MASTER, TEACHER’S PROFESSIONALISM,
AND COMMUNITY PARTICIPATION IN IMPROVING EDUCATIONAL QUALITY
IN SCHOOL

Mulyana Abdullah
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
E-mail: abdullahmulyana@gmail.com

ABSTRAK
Berbicara tentang pendidikan, hal pertama yang tersirat dalam benak kita adalah “sekolah”. Sekolah dalam hal
ini merupakan suatu organisasi publik yang memberikan jasa layanan pendidikan bagi masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas individu masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, menjadi suatu hal yang wajar apabila
masyarakat menuntut tersedianya “sekolah yang baik” yang tercermin dari efektifitas kinerja sekolah yang
bersangkutan. Di sinilah manajemen mutu pendidikan di sekolah menutut peran kepemimpinan kepala sekolah,
profesionalisme guru, serta partisipasi masyarakat secara optimal. Mutu atau lebih sering disebut dengan istilah
kualitas merupakan gambaran karakteristik menyeluruh dari barangatau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan pihak pengguna. Berkaitan dengan pendidikan di sekolah, mutu pendidikan
senantiasa merujuk pada spesifikasi pelayanan pendidikan yang sesuai dengan tujuan atau manfaat dari pendidikan
itu sendiri. Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu program pendidikan yang diselenggarakan
oleh suatu organisasi sekolah akan sangat sulit dicapai tanpa adanya keselarasan pandangan antara kepala sekolah,
guru dan masyarakat tentang makna pendidikan yang sebenarya, serta bagaimana seharusnya proses pendidikan
di sekolah itu dilaksanakan. Oleh karenanya, sudah seharusnyalah pimpinan sekolah yang dalam hal ini adalah
kepala sekolah, guru dan masyarakat bekerjasama secara terpadu dalam mewujudkan setiap cita-cita pendidikan
untuk membentuk generasi penerus yang berkualitas baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dan moralnya.
Kata kunci: mutu pendidikan, kepala sekolah, partisipasi masyarakat

ABSTRACT
Speaking of education, the first thing that come accross our minds is “school”. In this case school is a public
organization that provides education services for the community in order to improve the quality of individual
communities. Therefore, it becomes a natural thing when people demand the availability of “good school” which
reflected the effectiveness of school performance concerned. This is where the quality of education management
in schools requiring the role of school leadership, teachers’ professionalism, as well as optimal community
participation. Grade or more commonly known as quality constitutes the picture of whole characteristic of goods
or services that show its capacities in satisfying the needs of the users. With regards to education in schools, the
quality of education always refer to the specifications of educational services in accordance with the purpose or
benefit of education itself. That is why, it can be said that the success of an educational program organized by
a school organization would be very difficult to achieve without the alignment of views between the principal,
teachers and the community about the true meaning of education, and how should the educational process in the
school is implemented. Therefore, as it should be the school leaders that in this case is the principal, teachers
and communities will work together in an integrated way to implement each educational ideals to form the next
generation of good quality in terms of knowledge, skills, and attitudes and moral.
Keywords: quality of education, principals, community participation.

190 Jurnal Penelitian Pendidikan


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

PENDAHULUAN kesatuan yang tidak terpisahkan. Inilah


Berbicara tentang pendidikan, hal pertama sebenarnya yang menjadi sasaran proses
yang tersirat dalam benak kita adalah pendidikan di sekolah yang harus dituju
“sekolah”. Sekolah dalam hal ini merupakan dan dicapai, dan keberhasilannya akan
suatu organisasi publik yang memberikan ditunjukkan oleh kemampuan lulusannya
jasa layanan pendidikan bagi masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
dalam rangka peningkatan kualitas individu keterampilan serta terbentuknya sikap dan
masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, perilaku yang selaras dengan nilai-nilai dan
menjadi suatu hal yang wajar apabila norma-norma yang ditanamkan.
masyarakat menuntut tersedianya “sekolah Pada faktanya, hingga saat ini tidak sedikit
yang baik” yang tercermin dari efektifitas masyarakat kita yang memiliki anggapan
kinerja sekolah yang bersangkutan. Sebagai bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan
sebuah lembaga pendidikan, sekolah terlihat dari tingginya nilai (angka) yang
sudah seharusnya menempatkan hakikat diperoleh peserta didik sebagai laporan hasil
pendidikan menjadi prioritas perhatian belajarnya. Nilai ini seakan-akan menjadi
dalam penyelenggaraannya, dimana pen- indikator berhasil atau tidaknya suatu proses
didikan dimaknai sebagai sebagai usaha pendidikan yang diikuti para peserta didik
manusia untuk membina kepribadiannya, di sekolah. Anggapan masyarakat seperti
baik dalam hal pembinaan fisik, akal, ini akhirnya menjadi tuntutan bagi para
dan jiwanya sesuai dengan nilai-nilai di penyelenggara pendidikan di sekolah untuk
dalam masyarakat dan kebudayaannya dapat memberikan nilai kepada peserta
secara berkelanjutan, sehingga terbentuk didik sebagai hasil belajarnya sesuai dengan
kedewasaan dan kemandirian untuk hidup di tuntutan masyarakat, khususnya orang
tengah-tengah masyarakat. Ini berarti bahwa tua siswa. Pertanyaannya sekarang adalah
pendidikan merupakan suatu proses untuk apakah para penyelenggara pendidikan di
mengembangkan dan membentuk watak sekolah harus memberikan nilai hasil belajar
serta kepribadian peserta didik. kepada peserta didiknya hanya dengan
Di dalam lingkungan sekolah, fungsi ideal mempertimbangkan salah satu aspek/
pendidikan ini tidak akan pernah terbentuk kompetensi yang menonjol dari mereka?
tanpa adanya keselarasan pandangan dan Di sinilah manajemen mutu pendidikan
pemahaman dari berbagai pihak akan arti di sekolah menutut peran kepemimpinan
dan makna proses pendidikan itu sendiri, kepala sekolah, profesionalisme guru, serta
baik dari pemerintah, penyelenggara sekolah partisipasi masyarakat secara optimal.
(khususnya pimpinan sekolah dan guru),
maupun masyarakat, terutama orang tua Mutu Pendidikan
siswa. Pandangan bahwa proses pendidikan Mutu atau lebih sering disebut dengan istilah
yang diterapkan di lingkungan sekolah kualitas merupakan gambaran karakteristik
ditujukan untuk membangun kemampuan menyeluruh dari barangatau jasa yang
intelektual, melatih keterampilan, serta menunjukkan kemampuannya dalam me-
membina sikap spiritual, sosial, dan moral muaskan kebutuhan pihak pengguna.
peserta didik perlu dipahami sebagai satu Berkaitan dengan pendidikan di sekolah,

Jurnal Penelitian Pendidikan 191


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

mutu pendidikan senantiasa merujuk pada dengan sebaik-baiknya oleh setiap pemerintah
spesifikasi pelayanan pendidikan yang sesuai kabupaten/kota, termasuk oleh setiap satuan
dengan tujuan atau manfaat dari pendidikan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) itu
itu sendiri. Makna mutu pendidikan is pihak sendiri agar pelayanan pendidikan tersebut
pengguna jasa pendidikan, namun demikian tetap memberikan kualitas palayanan yang
bukan berarti bahwa mutu pendidikan tinggi bagi masyarakat meskipun dalam
ini tidak memiliki standar. Spesifikasi kondisi yang paling minimal.
layanan pendidikan di sekolah senantiasa
berpedoman pada standar pendidikan yang Manajemen Berbasis Sekolah
telah ditetapkan pemerintah. Berkenaan dengan pengelolaan sekolah
Di dalam pasal 1 ayat 1 PP No. 32 tahun secara otonomi melalui Manajemen Berbasis
2013 ditegaskan bahwa “Standar Nasional Sekolah, Fullan & Watson (2000:11)
Pendidikan adalah kriteria minimal tentang mengemukakan:
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum ... SBM is local capacity-building
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. operating within an externalframework.
Ruang lingkup standar pendidikan yang While SBM has a structural element,
tertuang dalam peraturan pemerintah tersebut it is culture that is the primaryagent of
mencakup delapan standar yaitu standar isi, change, i.e., a culture that focuses on that
standar proses, standar kompetensi lulusan, of continuous improvement.It is when
standar pendidik dan tenaga kependidikan, SBM contributes to the local problem
standar sarana dan prasarana, standar solving and mobilization of effortby all
pengelolaan, standar pembiayaan, dan stakeholders that it succeeds.
standar penilaian pendidikan (pasal 2 ayat 1) (MBS adalah pembangunan kapasitas
(Republik Indonesia, 2013). lokal yang dijalankan dengan sebuah
Di dalam pelaksanaannya, penyeleng- kerangka eksternal. Ketika MBS memiliki
garaan pendidikan, khususnya pendidikan suatu elemen struktural, hal itu merupakan
dasar di Indonesia yang telah menerapkan suatu budaya yang menjadi agen
sistem desentralisasi pendidikan dimana perubahan terpenting, seperti budaya yang
pemerintah kabupaten/kota memiliki terfokus pada peningkatan berkelanjutan.
kewajiban dan kewenangan untuk Di sinilah peran MBS dalam memberikan
menyelenggarakan pelayanan pendidikan, kontribusi terhadap pemecahan masalah
telah diatur dalam Permendiknas No. 15 lokal dan memobilisasi seluruh kekuatan
tahun 2010 dengan perubahannya dalam dengan melibatkan stakeholder untuk
Permendikbud No. 23 tahun 2013 sebagai mencapai keberhasilan)
tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan Dari pendapat tersebut, jelas bahwa
dasar melalui jalur pendidikan formal manajemen berbasis sekolah (MBS)
yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota berkontribusi dalam pemecahan masalah
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). dengan menggerakan seluruh stakeholder
Peraturan ini dikeluarkan sebagai upaya untuk sekolah. Ini berarti MBS merupakan
memberikan pelayanan minimal pendidikan suatu mekanisme desentralisasi sistematik
bagi masyarakat yang tentunya perlu dikelola berkenaan dengan kewenangan dalam

192 Jurnal Penelitian Pendidikan


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

pengelolaan pendidikan pada setiap sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah.


untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Hal yang paling esensial dari model
Sebagai paradigma strategi, Manajemen manajemen ini adalah apa yang dikatakan
Berbasis Sekolah (MBS) dipandang Caldwell Sagala (2009:87) sebagai “back to basic
& De Corte (2005:1) sebagai desentralisasi education” dimana pendidikan merupakan
otoritas dan tanggung jawab secara sistematik proses penanaman nilai (value) kemanusiaan
kepada sekolah untuk mengambil keputusan yang positif, sehingga pendidikan itu
secara signifikan yang berhubungan dapat menciptakan konsistensi hubungan
dengan pelaksanaan pencapaian kerangka antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan Keterlibatan ketiga komponen ini tidak akan
akuntabilitas pendidikan di sekolah yang berarti apa-apa jika keputusan yang diambil
bersangkutan. Oleh karenanya, manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan di
ini memerlukan perangkat pengorganisasian sekolah tidak menjadikan iklim pembelajaran
yang tepat, antara lain berupa perluasan mitra lebih baik dan lebih bermutu. Oleh karenanya,
sekolah dengan sektor lain (tokoh masyarakat, setiap kebijakan yang diambil harus mampu
swasta, dan LSM yang diperkirakan dapat menghasilkan berbagai perubahan yang
mendukung program sekolah), pendefinisian dapat meningkatkan kepuasan kerja guru,
kembali pola hubungan antar mitra, khususnya ketika guru memainkan perannya
penguatan jaringan antar sistem dan antar yang lebih menentukan dibandingkan
sekolah, memperjelas tugas dan fungsi setiap dengan hanya sekedar memberikan saran,
fungsi dan pelaku dalam sistem, menetapkan sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan
batas-batas kewenangan akuntabilitas setiap peningkatan mutu lulusan.
pelaku, penciptaan perangkat pelaksanaan, Konsep MBS dalam prakteknya
pemenuhan kebutuhan informasi untuk menggambarkan sifat-sifat otonomi dan
sekolah, dan pendistribusian kewenangan, kemandirian manajemen sekolah yang
tanggung jawab, serta sumberdaya ke tingkat merujuk pada perlunya memperhatikan
sub ordinasi. kondisi dan potensi sekolah. Dalam hal ini,
Model MBS diterapkan dalam berbagai otonomi sekolah membentuk komitmen
institusi pendidikan, termasuk di SD dan yang kuat dalam pengambilan keputusan
SMP dengan tujuan untuk mewujudkan tata pendidikan di sekolah dari semua unsur yang
kerja yang lebih baik dalam meningkatkan terkait dengan sekolah yang bersangkutan,
efisiensi penggunaan sumberdaya dan yaitu personel sekolah, instansi yang
penugasan staf; peningkatan profesionalisme berkaitan dengan sekolah, peserta didik,
guru dan tenaga kependidikan di sekolah; orang tua, dan masyarakat luas. Otonomi
memunculkan gagasan-gagasan baru dalam di sini menunjukkan peran antara para
implementasi kurikulum, penggunaan tek- profesional, orang tua, dan masyarakat yang
nologi pembelajaran, dan pemanfaatan saling melengkapi (complementer) dalam
sumber-sumber belajar; serta meningkatkan memenuhi tuntutan kualitas pendidikan
otonomi sekolah yang ditandai dengan mutu dalam persaingan global. Konsep MBS tidak
partisipasi masyarakat dan stakeholder yang menjadikan sekolah bersifat “egois”, tetapi
tinggi; sehingga setiap unsur dapat berperan menjadikan sekolah lebih mandiri, inovatif,

Jurnal Penelitian Pendidikan 193


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

dan kreatif. pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar


Bertitik tolak pada harapan untuk berubah, dan pendidikan menengah dilaksanakan
dipandang perlu untuk membangun suatu berdasarkan standar pelayanan minimal
sistem pengelolaan sekolah yang mampu dengan prinsip manajemen berbasis
menanamkan kemampuan dasar kepada sekolah…”, MBS di Indonesia diprioritaskan
peserta didik melalui konsep kemandirian, pada tiga pilar, yaitu manajemen, PAKEM
otonomi, dan pemberdayaan sekolah sebagai (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
wujud dari bentuk reformasi pendidikan Menyenangkan), dan peran serta masyarakat
yang mendesain ulang dan memodifikasi (Republik Indonesia, 2003).
struktur untuk memberdayakan sekolah Implementasi MBS (gambar 1) ini
dalam peningkatan kualitas pendidikan. mencakup paling tidak tujuh bidang
Berkaitan dengan hal itu, manajemen berbasis manajemen, yaitu: (1) manajemen kurikulum
sekolah (MBS) menjadi salah satu program dan pembelajaran, (2) manajemen peserta
pengelolaan sekolah yang diharapkan dapat didik, (3) manajemen pendidik dan tenaga
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. kependidikan, (4) manajemen pembiayaan,
Dengan dilandasi oleh amanat kebijakan (5) manajemen sarana dan prasarana,
pemerintah yang tertuang dalam UU Nomor (6) manajemen kerjasama sekolah dan
20 tahun 2003 pasal 51 ayat 1 dimana di masyarakat, dan (7) manajemen budaya dan
dalamnya tertuang “Pengelolaan satuan lingkungan sekolah.

Gambar 1. Skema Sistem Manajemen Berbasis Sekolah


(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:18).
Pengelolaan ketujuh bidang ini sekolah akan mampu meningkatkan mutu
diselenggarakan secara profesional melalui sekolah yang bersangkutan.
empat proses manajemen sekolah guna
menghasilkan kesatuan pengelolaan sekolah Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
yang bermutu. Proses yang dimaksud adalah Usaha dalam meningkatkan kualitas kinerja
proses perencanaan, pengorganisasian, manajemen sekolah merupakan sebuah
pelaksanaan, serta pengawasan. Melalui keharusan. Kinerja manajemen sekolah perlu
proses inilah maka kinerja manajemen terus dibina guna menghadapi perkembangan

194 Jurnal Penelitian Pendidikan


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

pengetahuan dan teknologi yang terus bagi seseorang untuk menjadi kepala sekolah
berkembang dengan pesat serta tuntutan (Kementrian Pendidikan Nasional, 2007).
kehidupan sosial masyarakat yang terus Secara umum, kualifikasi tersebut mencakup:
berubah. Dalam pelaksanaan pembinaan 1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana
tersebut merupakan tanggung jawab dari (S-1) atau diploma empat (D-IV)
pemerintah, organisasi keguruan, kepala kependidikan atau nonkependidikan pada
sekolah, dan yang terpenting adalah guru itu perguruan tinggi yangterakreditasi;
sendiri. 2. Pada waktu diangkat sebagai kepala
Kepala sekolah mempunyai tugas dalam sekolah berusia setinggi-tingginya 56
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tahun;
yang berada di sekolah guna mencapai tujuan 3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
pendidikan. Maka untuk mencapai itu semua, kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu sekolah masing-masing, kecuali di Taman
menggali dan mendayagunakan seluruh Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA)
sumber daya sekolah guna mencapai tujuan memiliki pengalaman mengajar sekurang-
sekolah. Fungsi utama kepala sekolah dalam kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
hal pelaksanaan pengelolaan sumberdaya 4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya
sekolah, khususnya guru sebagai tulang III/c bagi pegawai negerisipil (PNS)
punggung proses pembelajaran peserta didik, dan bagi non-PNS disetarakan dengan
pengelolaan sumberdayanya akan berdampak kepangkatanyang dikeluarkan oleh
langsung kepada pencapaian tujuan sekolah yayasan atau lembaga yang berwenang.
itu sendiri.
Di sinilah kepala sekolah sebagai seorang Peran Profesionalisme Guru
pemimpin dipandang sebagai seorang pribadi Sebagaimana telah dikemukakan sebelum-
yang memiliki kecakapan dan kelebihan, nya bahwa kriteria sekolah yang efektif
khususnya dalam bidang pendidikan, memperlihatkan karakteristik khas yang
sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain berkorelasi dengan keberhasilan belajar
untuk bersama-sama melakukan aktivitas siswa, sebagaimana dikemukakan Kirk &
tertentu demi pencapaian tujuan pendidikan Jones (2004:2), terdapat tujuh karakteristik
di sekolah yang dipimpinnya. Mengingat khas yang menjadi kriteria sekolah yang
kepala sekolahmerupakan salah satu input efektif, yaitu kejelasan misi sekolah,
sekolah yang memiliki tugas dan fungsi yang harapan yang tinggi akan keberhasilan,
sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya kepemimpinan dalam pembelajaran, peluang
proses persekolahan, maka diperlukan kepala bagi siswa untuk belajar dan melaksanakan
sekolah tangguh, yaitu kepala sekolah yang tugas, lingkungan yang aman, hubungan
memiliki karakteristik/kompetensi yang positif antara sekolah dan keluarga siswa,
mendukung tugas dan fungsinya dalam serta frekuensi pengawasan perkembangan
menjalankan organisasi sekolah. Itulah siswa. Kepemimpinan dalam pembelajaran
sebabnya, pemerintah melalui Permendiknas sebagai salah satu dari tujuh kriteria
No. 13 tahun 2007 telah menetapkan efektivitas sekolah tidak terlepas dari peran
sejumlah kualifikasi yang menjadi standar dan fungsi guru sebagai salah satu bagian dari

Jurnal Penelitian Pendidikan 195


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

pendidik profesional yang memiliki tugas yang sepenuhnya diatur sendiri oleh
utama mendidik, mengajar, membimbing, anggotanya.
mengarahkan, melatih, menilai, dan 7. Memiliki kode etik tersendiri untuk
mengevaluasi peserta didik, khususnya pada membantu memberikan penjelasan riel
tingkat pendidikan dasardan menengah. yang meyakinkan kepada klien atau
Di sini, guru merupakan tokoh yang khalayak ramai; dan
paling banyak bergaul dengan komponen 8. Mempunyai status sosial dan gaji yang
lainnya di lingkungan sekolah, terutama tinggi bila dibandingkan dengan jabatan
dengan para peserta didiknya. Guru bertugas lainnya.
merencanakan dan melaksanakan proses Itulah sebabnya, dalam sistem pendidikan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, di Indonesia, pemerintah telah menetapkan,
melakukan bimbingan dan pelatihan, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
melakukan penelitian dan pengkajian, serta kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
membuka komunikasi dengan masyarakat dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
(Sagala, 2009:6). mewujudkan tujuan pendidikan nasional”
Dengan demikian, dapat dikatakan (UU Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8),
bahwa jika ditinjau dari peran, fungsi, dan dimana “Kualifikasi akademik sebagaimana
tanggung jawabnya, maka jabatan guru dapat dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui
dikategorikan sebagai jabatan profesi yang pendidikan tinggi program sarjana atau
dalam hal ini, Omstein, et.al. dalam Sagala program diploma empat” (UU Nomor 14
(2009:7) menguraikan pengertian dari profesi Tahun 2005 pasal 9) (Republik Indonesia,
sebagai: 2005).
1. Tugas yang dilakukan sebagai karir yang Dengan ditetapkannya standar kualifikasi
akan dilakukan sepanjang hayat. guru ini, diharapkan guru menjadi sosok
2. Sebelum melakukan pekerjaan diperlukan yang profesional yang secara holistik
ilmu dan keterampilan tertentu, berada pada tingkat tertinggi dalam sistem
memerlukan pelatihan khusus dalam pendidikan nasional. Sehingga di samping
jangka waktu tertentu, dan tidak setiap mengajar dan membimbing para peserta
orang dengan leluasa dapat melakukannya didiknya, memberikan penilaian hasil belajar
tanpa mengikuti persiapan yang memadai. peserta didik, mempersiapan administrasi
3. Memiliki otonomi dalam mengambil pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan
keputusan terkait dengan tugasnya, tidak lain yang berkaitan dengan pembelajaran,
diatur oleh pihak lain walaupun dari guru pun senantiasa berupaya meningkatkan
atasannya. dan mengembangkan wawasan keilmuan
4. Mempertanggungjawabkan segala se- yang menjadi kewenangannya.
suatu yang diakibatkan oleh keputusan
profesional yang diambilnya. Peran Partisipasi Masyarakat
5. Memiliki komitmen terhadap jabatan dan Istilah partisipasi mengandung arti
klien, dan dilakukan dengan menggunakan keikutsertaan, dimana sejumlah orang turut
administrasi yang jelas dan mudah. berperan dalam suatu kegiatan. Dalam
6. Memiliki organisasi profesi dan asosiasi hal ini, terdapat beberapa unsur penting

196 Jurnal Penelitian Pendidikan


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

yang tercakup dalam konsep partisipasi, Dalam hal ini, terdapat beberapa hal yang
diantaranya: Pertama, dalam partisipasi yang perlu dipertimbangkan dalam mengupayakan
ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap
fisik tetapi juga fikiran dan perasaan (mental keberhasilan program pendidikan di sekolah,
dan emosional). Kedua, partisipasi dapat diantaranya:
digunakan untuk memotivasi orang-orang 1. Menjalin komunikasi yang efektif dengan
yang menyumbangkan kemampuannya orang tua dan masyarakat.
kepada situasi kelompok sehingga daya 2. Melibatkan masyarakat dan orang tua
kemampuan berpikir serta inisiatifnya dalam program sekolah.Pepatah “Tak
dapat timbul dan diarahkan kepada tujuan- senang jika tak kenal” juga berlaku dalam
tujuan kelompok. Ketiga, dalam partisipasi hal ini. Oleh karena itu sekolah perlu
mengandung pengertian orang untukikut memperkenalkan program dan kegiatannya
serta dan bertanggungjawab dalam kegiatan- kepada masyarakat dengan melibatkan
kegiatan organisasi. Hal ini menunjukkan mereka dalam berbagai kegiatan seperti
bahwa makin tinggi rasa keterlibatan pelaksanaan program-program sosial
psikologis individu dengan tugas yang kemasyarakatan, melakukan dialog
diberikan kepadanya, semakin tinggi pula dalam rangka peningkatan pendidikan
rasa tanggung jawab seseorang dalam masyarakat, dan sebagainya.
melaksanakan tugas tersebut. Di samping 3. Memberdayakan dewan sekolah. Ke-
itu, hal yang perlu dipahami dalam kaitannya beradaan Dewan Sekolah akan menjadi
dengan partisipasi masyarakat dalam penentu dalam pelaksanaan otonomi
suatu kegiatan pembangunan, termasuk pendidikan di sekolah. Melalui Dewan
pembangunan sumberdaya manusia melalui Sekolah, orang tua dan masyarakat
proses pendidikan di sekolah, adalah bahwa: turut merencanakan, melaksanakan, dan
Keterlibatan masyarakat terhadap suatu mengawasi pengelolaan pendidikan di
program akan berbeda-beda, tergantung jenis sekolah.
keterlibatannya yang dapat dibedakan menjadi Melalui upaya-upaya pemberdayaan
lima macam, yaitu partispasi buah pikiran, partisipasi masyarakat dan orang tua dalam
partsipasi tenaga, partisipasi harta benda, mendukung program-program sekolah inilah
partisipasi keterampilan atau kemahiran, upaya peningkatan mutu pendidikan di
dan partisipasi sosial. Dari berbagai macam sekolah dapat teroptimalkan.
partisipasi tersebut, sekolah diharapkan
dapat memberdayakannya seoptimal SIMPULAN
mungkin, sehingga partisipasi masyarakat Berdasarkan pada seluruh uraian mengenai
dalam peningkatan kualitas pendidikan di peranan kepemimpinan kepala sekolah,
sekolah yang bersangkutan dapat terwujud. profesionalisme guru, dan partisipasi
Oleh karenanya, sangat penting bagi sekolah masyarakat dalam peningkatan mutu
untuk menjalankan peranan kepemimpinan pendidikan di sekolah ini, dapat disimpulkan
yang aktif dalam menggalakkan program- bahwa pada dasarnya keberhasilan suatu
program sekolah melalui peran serta aktif program pendidikan yang diselenggarakan
orang tua dan masyarakat. oleh suatu organisasi sekolah akan sangat

Jurnal Penelitian Pendidikan 197


Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah, Peran Kepemimpinan ISSN 1412-565 X
Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru.... (Mulyana Abdullah) e-ISSN 2541-4135

sulit dicapai tanpa adanya keselarasan adalah kepala sekolah, guru dan masyarakat
pandangan antara kepala sekolah, guru dan bekerjasama secara terpadu dalam
masyarakat tentang makna pendidikan yang mewujudkan setiap cita-cita pendidikan
sebenarya, serta bagaimana seharusnya proses untuk membentuk generasi penerus yang
pendidikan di sekolah itu dilaksanakan. berkualitas baik dalam hal pengetahuan,
Oleh karenanya, sudah seharusnyalah keterampilan, maupun sikap dan moralnya.
pimpinan sekolah yang dalam hal ini

DAFTAR RUJUKAN
Caldwell, B. J., & De Corte, E. (2005). School-Based Management. Belgium: The International Academy of
Education (IAE). Retrieved from http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001410/141025e.pdf
Fullan, M., & Watson, N. (2000). School-Based Management: Reconceptualizing to Improve Learning
Outcomes. School Effectiveness and School Improvement, 11(4), 453–473. https://doi.org/10.1076/
sesi.11.4.453.3561
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah di
Sekolah Dasar. Jakarta: Dit. Pembinaan SD Ditjen. Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Retrieved from http://mbscenter.or.id/sources/44Panduan MBS 1 Grand Design Pola
Pembinaan MBS di SD.pdf
Kementrian Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta. Retrieved from http://www.mediapendidikan.
info/wp-content/uploads/2014/12/permendiknas_13-Tahun_2007-sks_lamp.pdf
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota. Jakarta.
Retrieved from http://www.kinerja.or.id/pdf/704f03e9-c651-451b-8c1f-dd16ec40740d.pdf
Kirk, D. J., & Jones, T. L. (2004). Effective Schools. London: Pearson Education. Retrieved From Https://
Images.Pearsonassessments.Com/Images/Tmrs/Tmrs_Rg/Effectiveschools.Pdf?WT.Mc_Id=TMRS_
Effective_Schools
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Retrieved From Https://Kemenag.Go.Id/File/Dokumen/UU2003.Pdf
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen. Retrieved from http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Retrieved from http://banpaudpnf.or.id/upload/download-center/PP No.32 Tahun 2013 tentang
Perubahan PP No.19 Tah_1508753201.pdf

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta.

198 Jurnal Penelitian Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai