Anda di halaman 1dari 12

SISTIMATIKA & ISI PENULISAN ILMIAH SKRIPSI

UNTUK PENELITIAN PENDIDIKAN


= Freetje Waworuntu =

Skripsi S1 di era Tahun 1980-an di IKIP Negeri Manado


Pada Bab I Pendahuluan antara lain terdiri dari:
A. Latar Belakang dan Alasan Pemilihan Judul (LB & APJ)
- Kalimat pertama adalah Menurut GBHN dstnya sering mencapai 5 paragraf.
- Kemudian ditulis alasan pemilihan judul penelitian. Hal ini hanyalah sebagai alasan rasional
atau secara deduktif saja bukan berdasarkan temuan masalah di kelas yang akan jadi sumber
data. Sampai sekaarang sub bab ini ikut berpengaruh pada penulisan Bab I.
B. Perumusan Masalah; dan
C. Tujuan Penelitian
Bab I ini menggunakan pendekatan cara deduktif. Pada butir A memuat kebijakan dan kajian
teori dan kemudian memberikan beberapa alasan pemilihan judul.

Kemudian pada Bab II Kajian Pustaka berisi

A. Kajian Pustaka
B. Asumsi, dan
C. Perumusan Hipotesis

Dapat dikatakan bahwa Perumusan Hipotesis lahir dari Asumsi atau Anggapan Dasar atau Alasan
Rasional semata. Asumsi adalah anggapan dasar dan keliru kalau menulis Asumsi Dasar. Asumsi
adalah proposisi yang diyakini kebenarannya. Pernyataan asumsi makin pendek makin baik. Kalau
sudah menyatakan Asumsi sebenarnya kita tidak perlu repot-repot menulis kajian pustaka.

Kita memang masih terpengaruh dengan cara deduktif tetapi saat ini diganti dengan cara
induktif yakni menemukan masalah melalui data empirik untuk Bab I Pendahuluan dan Kajian
Deduktif untuk Bab II Kajian Teoritik.

Skripsi S1 Pendidikan di era Tahun 1990-an sampai sekarang


Buku Filsafat Ilmu karangan Jujun S Suriasumantri di tahun 1980-an. MK ini dimunculkan oleh
Pak Jujun dan menyebar ke beberapa PPS di Jawa kemudian keseluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Buku ini sangat mempengaruhi bagi penelitian-penelitian sosial termasuk pendidikan dan masih jadi
acuan sampai sekarang. (Pak Jujun adalah dosen MK Filsafat Ilmu I, sebagai dosen sewaktu kami
kuliah di S2 PPS IKIP Jakarta Tahun 1986).

Buku Filsafat Ilmu (Jujun S Suriasumantri) mungkin hanya satu-satunya yang menguraikan
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi sebagai klasifikasi bertahap dari Filsafat Ilmu. Banyak sumber

1
buku berbahasa inggris yang selalu menjelaskan dasar Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dari
buku mereka. (Mungkin untuk MK Mapalus dalam Perspektif Global perlu dikaji berdasarkan
Struktur Filsafat Ilmu versi Jujun S Suriasumantri)

Biografi singkat adalah Dosen IKIP Negeri Jakarta. Lahir 9 Apr 1940, Laki-laki, Islam, Jawa Barat,
Lulusan S1 IPB (1969), Dosen Lemhannas, Doktor (1975) di Universitas Harvard dan sebagai Ketua
Program Doktor IKIP Negeri Jakarta (1983).

Di dalam buku Filsafat Ilmu karangan Jujun S Suriasumantri pada Bab IX


Penelitian dan Penulisan Ilmiah Untuk Bab I Pendahuluan (Sebagai Langkah
Pertama)
No Bab I Pendahuluan Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
1. Langkah pertama dalam suatu penelitian Sistimatika Tahun 1980 sewaktu masih IKIP
ilmiah adalah mengajukan masalah. Negeri Manado yang menyebut Latar
Latar Belakang Masalah (LBM). Selalu Belakang dan Alasan Pemilihan Judul masih
terdapat konstelasi yang merupakan latar berpengaruh sampai sekarang sehingga pada
belakang dari suatu masalah tertentu: Apakah akhir dari LBM kita menuliskan JUDULnya.
itu latar belakang ekonomis, sosial, politis, Misalnya berdasarkan Latar belakang maka
kebudayaan atau faktor-faktor lainnya. kami memilih judul adalah sebagai berikut dst.
Kalau kalimat judul telah diletakkan diakhir
LBM konsekuensinya rangkaian sub-bab
Identifikasi Masalah dan Pembatasan
Masalah sepertinya tidak diperlukan lagi.
Disinilah kita menguji konsistensi setiap sub-
bab.

Masih ingat MK yang baru yakni MK PLP I.


Matakuliah ini dilaksanakan pada semester III
dengan bobotnya sebesar 1 SKS.
Hakekat MK PLP I adalah obervasi awal di
sekolah untuk mengetahui permasalahan
yang berkaitan dengan mata pelajaran atau
proses pendidikan di sekolah tersebut.
Observasi ini disertai wawancara kepada
pemangku kepentingan di sekolah sebagai
dasar bahwa ada masalah tersebut dan benar
adanya.
Sangat erat antara LBM dengan MK PLP I
tersebut.
Oleh karena itu LBM yang muncul di sekolah
tersebut sangat dibutuhkan. Apa dan
bagaimana masalah di kelas, hal ini yang kita
cari. LBM tidak memuat grand theory karena
bukan dengan pendekatan deduktif melainkan
pendekatan induktif atau empirik.

Sebenarnya ada sitematika Bab I Pendahuluan

2
No Bab I Pendahuluan Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
yang tidak ada IM dan PM. Bab I berisi
pendekatan deduktif dari yang disebut Latar
Belakang (LB) kemudian dilanjutkan dengan
Perumusan Masalah (PM).

Ilmu-ilmu murni seperti Kimia meneliti judul


misalnya Identifikasi dan Isolasi Senyawa X
dstnya. Penelitian ini perlu menguraikan LB
dengan cara deduktif disertai sumber kajian
yang mengarah lahirnya Judul kemudian
disusun PM secara deskriptif.
Agak lucu kalau pada Bab II ada Sub-Judul
seperti Kerangka Berpikir dan Perumusan
Hipotesis.

Sistimatika dimulai dari studi Induktif/Empirik


berbeda dengan dari studi Deduktif.
2. Identifikasi Masalah (IM) merupakan suatu Isi IM adalah segala masalah yang berkaitan
tahap permulaan dari penguasaan masalah dengan proses pendidikan maupun proses
yang mana suatu objek dalam suatu jalinan pembelajaran dalam LBM yang telah diringkas
tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah menjadi pernyataan. Misalnya kita temukan
banyak siswa di kelas 3 SD yang tidak
menggunakan sepatu maka penelitian ini
berkaitan dengan Penghasilan Orang Tua
bukan berkaitan dengan Prestasi Belajarnya.
Tolok Ukur menyatakan IM yakni diakhir
penyataan disertai kata “Masih Kurang” atau
“belum dilaksanakan” atau “belum diteliti”
dan seperti demikian.
Misalnya: Hasil belajar mata pelajaran anu
masih rendah; Motivasi berprestasi masih
kurang; atau Model Pembelajaran Kooperatif
anu belum dilaksanakan.
Kalau ada penelitian kolaboratif misalnya
dapat dipecah sampai menjadi 3-5 penelitian
kecil maka LBM dan IM dari semua
penelitiannya boleh jadi sama.
3. Untuk itu maka permasalahan harus dibatasi Pernyataan PM hanya satu saja yang dipilih
ruang lingkupnya. Pembatasan Masalah (PM) dari IM dan boleh berikan alasan mengapa
merupakan upaya untuk menetapkan batas- memilih pernyataan tersebut.
batas permasalahan yang jelas, yang Sering ditemui untuk Penelitian Skripsi terdiri
memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dengan beberapa masalah yang terpisah,
faktor mana saja yang termasuk ke dalam sebaiknya 1 Skripsi ekivalen dengan 1 masalah
lingkup permasalahan dan faktor mana yang saja. Nanti masalah yang lain untuk Skripsi
tidak. yang lain saja.
4. Rumusan Masalah (RM) merupakan upaya Kriteria utama RM yakni diawali kata tanya
untuk menyatakan secara tersurat dengan kalimatnya. Misalnya:
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin Apakah …..
kita carikan jawabannya. Bagaimana ….
Perumusan masalah merupakan pertanyaan Seberapa Besar …..
yang lengkap dan terperinci mengenai ruang Janganlah membuat pertanyaan dan kata
3
No Bab I Pendahuluan Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
lingkup permasalahan yang akan diterliti tanya dan diletakkan bukan pada kata awal.
berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah.
5. Setelah masalah dirumuskan dengan baik RM sebagai pertanyaan sedangkan TP sebagai
maka seorang peneliti menyatakan tujuan pernyataannya. Misalnya Untuk memperoleh
penelitiannya. data dst.
Tujuan Penelitian (TP) ini adalah pernyataan
mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang
akan dilakukan berdasarkan pengajuan
masalah.
Catatan:
 Sering membingungkan mahasiswa kalau ditanya sebagai berikut: Yang mana lebih dahulu anda
pikirkan, Judul Penelitian atau Rumusan Masalah? Umumnya mereka menjawab Rumusan
Masalah.
 Mereka lupa bahwa yang ditanyakan kata kuncinya adalah “yang dipikirkan”. Kata dipikirkan
berarti secara deduktif.
 Tidak disangkal bahwa Judul lebih dahulu dicari dengan cara membaca di online. Mereka hanya
memilih yang mana yang sesuai.
 Kemudian daripada itu harusnya mereka mencari tahu di sekolah/kelas yang hendak diteliti.
Apabila Judul yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi dan situasi masalah yang ada maka mereka
harusnya menentukan judul berdasarkan masalah sebagai data empirik awal yang mereka temui.
(Dikuatirkan sering mahasiswa memaksa judul penelitian tersebut kendati tidak sesuai dengan
dengan situasi permasalahan yang ada)
 Ada beberapa variabel bebas yang selalu bermasalah dengan proses belajar di sekolah, misalnya:
- Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering and Math) dengan Model
Pembelajaran X
- Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) dengan Model Pembelajaran X
- Pendekatan T-PCK (Teknology – Pedagogical Content Knowledge) dengan Model
Pembelajaran X
- Dstnya

Kesimpulannya pada Bab 1 Pendahuluan adalah Uraian Penelitian


Sosial/Pendidikan menggunakan pendekatan secara induktif/empirik dan
bukan deduktif.
*****

Di dalam buku Filsafat Ilmu karangan Jujun S Suriasumantri pada Bab IX


Penelitian dan Penulisan Ilmiah Untuk Bab II (Sebagai Langkah Kedua)
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
1. Langkah kedua dalam metode ilmiah adalah Bab II bagaimana melahirkan hipotesis.
mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan Apakah Rumusan Hipotesis tersebut? Bagi
4
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
dugaan atau jawaban sementara terhadap saya Rumusan Hipotesis adalah Menjawab
permasalahan yang diajukan Masalah melalui Pembuktian Teori berdasar
Data yang ada.
Ini definisi Penelitian Kuantitatif dengan
Statistik Inferensial yakni Penelitian
Eksperimen dan Penelitian Korelasional.
Perlu diingat bahwa Data Deskriptif
merupakan database (data dasar) untuk uji
Hipotesis.
Ada Penelitian Deskriptif yang hanya
menggunakan Statistik Deksriptif berarti tidak
ada pengujian H0.
Adapula Penelitian Tindakan Kelas tetapi
rumusan hipotesis tidak menggunakan Statitik
Inferesial.
2. Dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah Sub Bab Kajian Teori hanya membahas
yang relevan dengan permasalahan tersebut variabel penelitian secara spesifik
maka kita mulai melakukan analisis yang berdasarkan kutipan teoritis dari buku yang
berupa pengkajian teoritis. relevan.
Sering juga mengambil buku yang lama untuk
mencari tahu kapan variabel tersebut telah
eksis.
3. Upaya yang kita lakukan adalah mencoba Sebenarnya banyak uraian teori yang telah
mengkaji berdasarkan pengetahuan ilmiah melebar kemana-mana. Sering mahasiswa
mengenai karakteristik dari pendidikan formal menguraikan bukan lagi variabel yang hendak
dan pengetahuan non formal seperti: Apakah diteliti. Hal ini seperti menulis buku bukan
yang disebut pendidikan formal dan penelitian.
pendidikan non formal itu? Jadi yang kita akan uraikan adalah variabel
penelitian saja, tidak yang lain.
4. Upaya kedua, disebabkan studi kita adalah Setelah Sub-bab Kajian Teori yang
membandingkan pendidikan formal dan non menjelaskan variabel penelitian maka dilanjut
formal. dengan Sub-bab Hasil Penelitian yang
Semboyan ilmiah pada hakekatnya adalah Relevan.
sebuah kalimat yang berbunyi: yakinkan Hasil penelitian yang relevan merupakan hasil
secara logis dengan kerangka teoritis ilmiah empirik/induktif yang telah diangkat menjadi
dan buktikan secara empiris dengan deduktif.
pengumpulan fakta yang meyakinkan. Hasil penelitian yang relevan sering dijumpai
Catatan: Penggalan kalimat terakhir merujuk pada BAB I Pendahuluan pada Sub-Bab LBM.
pada Bab Metodologi Penelitian dan Hasil Hal ini keliru karena kita harus mengantarkan
Penelitian. temuan rumusan masalah berdasarkan
observasi awal atau studi empirik.
5. Agar sebuah kerangka teoritis dapat disebut Ingat bahwa Kerangka Teoritis hanya
meyakinkan maka argumentasi yang disusun menjelaskan Hakikat atau Konsep dari
tersebut harus dapat memenuhi beberapa Variabel Penelitian.
syarat.
6. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam Adanya Sub-bab Kajian Teori dan Sub-bab
membangun kerangka berpikir harus Hasil Penelitian yang Relevan maka akan
merupakan pilihan dari sejumlah teori yang melahirkan Sub-bab Kerangka Berpikir.
dikuasai secara lengkap dengan mencakup Sub-bab Kerangka Berpikir berpikir
perkembangan-perkembangan terbaru. merupakan ramuan tulisan yang menjelaskan

5
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
7. Hal ini membawa kita bukan saja kepada variabel bebas dengan variabel terikat.
pengetahuan teknis tentang teori tertentu Sub-bab ini diganti dengan istilah Kerangka
melainkan juga pengetahuan filsafari yang Konseptual karena dikira isinya adalah
melandasi teori itu. Kerangka Prosedur Penelitian.
8. Pengetahuan filsafati tentang suatu teori Kerangka Konseptual merupakan HAKI penulis
adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran karena dengan gaya bahasanya menampilkan
dasar yang melandasi teori tersebut dalam postulat, asumsi atau prinsip dari variabel
bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang yang diteliti.
sering kurang mendapatkan perhatian dalam
proses belajar mengajar.
9. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori Teori-teori ilmiah hasil proses deduktif dari
ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi kita Sub-bab Kajian Teoritik + Kerangka
dalam menyusun kerangka pemikiran yang Konseptual yang telah ada hasil penelitian
membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran yang relevan maka dapatlah dinyatakan
ini merupakan penjelasan sementara kalimat Rumusan Hipotesis.
terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan kita. Kerangka pemikiran yang
berupa penjelasan sementara bisa
meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur
berpikir yang membuahkan kesimpulan yang
berupa hipotesis.
10. Agar pengetahuan ilmiah ini bersifat konsisten Ciri-ciri penelitian ilmiah sama dengan
dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah berpikir ilmiah yakni menggunakan
sebelumnya maka hal ini harus tercermin Pendekatan Induktif-Deduktif. Dari Bab I ke
dalam struktur logika berpikir dalam menarik Bab II lanjut ke bab III kemudian Bab IV dan
kesimpulan. Untuk itu harus dipenuhi dua Bab V.
persyaratan, yakni, Prosedur ini konsisten dengan menggunakan
pertama, mempergunakan premis-premis struktur logika yang jelas sehingga disebut
yang benar dan sistemik dengan urutan sub-babnya
kedua, mempergunakan cara penarikan sistematis.
kesimpulan yang sah.
11. Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis didasarkan kepada
argumentasi berpikir deduktif dengan
mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai
premis-premis dasarnya.
12 Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai
premis dasar dalam rangka argumentasi akan
menjamin dua hal.
Pertama, karena kebenaran pernyataan
ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan
maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan
yang ditarik merupakan jawaban yang
terandalkan.
Kedua, dengan mempergunakan pernyataan
yang secara sah diakui sebagai pengetahuan
ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik
secara deduktif akan bersifat konsisten
dengan tubuh pengetahuan yang telah
disusun.

6
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
13 PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN Kajian teoritik hanya berkaitan dengan
PENGAJUAN HIPOTESIS ADALAH SEBAGAI variabel penelitian.
BERIKUT: Pada Kenyataannya Isi Sub-bab Kerangka
A. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah Berpikir/Konseptual masih dangkal.
yang akan dipergunakan dalam analisis. Penjelasan Sub-bab Kerangka Konseptual
B. Pembahasan mengenai penelitian- disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah
penelitian lain yang relevan (RM), kalau RM hanya satu maka sedikitlah
C. Penyusunan kerangka berpikir dalam uraiannay sehingga digabung dengan isi dari
pengajuan hipotesis dengan Sub-Bab Hasil Penelitian yang Relevan.
menggunakan premis-premis sebagai Akhir dari dari Sub-bab ini ditulis sebagai
tercantum dalam butir (A) dan butir (C) berikut: “Dengan demikian diduga ditambah
dengan menyatakan secara tersurat dengan kalimat perumusan nanti.”
postulat, asumsi dan prinsip yang
dipergunakan (sekiranya diperlukan). RH diurutkan dipenghujung Bab II bersifat
D. Rumusan Hipotesis (RH) aposteriori. Aposteriori adalah setelah
diketahui (dilihat, diselidiki, dan sebagainya)
keadaan yang sebenarnya.

Ada sistimatika yang menaruh RH di


penghujung Bab Pendahuluan. Apa yang
membedakan? RH di Bab I bersifat apriori.
Apriori adalah berpraanggapan sebelum
mengetahui (melihat, menyelidiki, dan
sebagainya) keadaan yang sebenarnya.

Yang mana dipilih? Kalau RH Apriori boleh


juga tidak ada lagi Bab II.

*****

Di dalam buku Filsafat Ilmu karangan Jujun S Suriasumantri pada Bab IX


Penelitian dan Penulisan Ilmiah Untuk Bab III (Sebagai Langkah Ketiga)
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
1. Tahap berikutnya setelah merumuskan Bab III ini dimulai lagi dengan pendekatan
hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari induktif/empirik.
pengetahuan ilmiah yang relevan maka
langkah berikutnya adalah menguji hipotesis
tersebut secara empiris.
2. Tujuan proses verifikasi adalah menyimpulkan Bab III sebagai proses pengujian dan dari
dari serangkaian data mengenai prestasi contoh 2 Pendidikan yakni Formal dan Non
individual siswa SD yang terdaftar dalam Formal sebagai Variabel Klasifikasi Pendidkan
kedua bentuk pendidikan tersebut dan dan Variabel Terikat sebagai Prestasi Belajar
menyimpulkan prestasi mereka secara umum. Siswa SD.
Penetapan prosedur dan cara ini disebut Saya lebih cocok menggunakan istilah Hasil

7
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
metodologi penelitan yang pada hakikatnya Belajar karena sebaran skornya dari nol
merupakan persiapan sebelum verifikasi sampai maksimum.
dilakukan.
3. Metodologi adalah pengetahuan tentang Judul Bab III Metodologi Penelitian dan ada
metode-metode, jadi metodologi adalah yang lain menyebutnya Bab III Metode
pengetahuan tentang berbagai metode yang Penelitian.
dipergunakan dalam penelitian. Salah satu Untuk saya penggunaan Bab III Metodologi
metode yang harus ditentukan dalam Penelitian karena dan ada juga Sub-bab
penelitian ini adalah metode penelitian. Metode Penelitian atau sebutan sejenisnya.
Kegiatan pertama dalam penyusunan metode
penelitian adalah menyatakan secara lengkap
dan operasional tujuan penelitian yang
mencakup bukan saja variabel-variabel yang
diteliti dan karakteristik hubungan yang akan
diuji melainkan juga tingkat keumuman (level
of generality) dari kesimpulan yang akan
ditarik seperti ditempat, waktu, kelembagaan
dan sebagainya.
Metode adalah prosedur atau cara spesifik
dalam memecahkan masalah tertentu yang
ditemui dalam melaksanakan prosedur.
4. Pada hakikatnya proses verifikasi adalah Penggunaan Statistik Inferensial berarti hasil
mengumpulkan dan menganalisis data yang perhitungan berdasarkan data dirujuk pada
mana kesimpulan yang ditarik kemudian tabel tertentu. Rujukan ini menguji Hipotesis
dibandingkan dengan hipotesis untuk Nol (H0). Terima atau tolak H0 memberi
menentukan apakah hipotesis yang diajukan konsekuensi tolak atau terima H1. Perkataan
tersebut atau diterima. lainnya adalah bahwa tidak secara langsung
Oleh sebab itu maka dalam teknik analisis data melakukan uji H1.
sering dinyatakan dalam pernyataan statistik Hipotesis tandingan boleh lebih dari 1. Buku
dengan menuliskan bersama-sama baik lama menyebutnya hipotesis kerja atau
hipotesis nol (H0) maupun hipotesis tandingan hipotesis alternatif (Ha).
(H1) berserta rumus statistikanya (sekiranya
mempergunakan statistika) yang
dipergunakan.
5. Dalam teknik pengumpulan data harus Jenis variabel dalam bentuk sebaran data
dinyatakan variabel yang akan dikumpulkan, numerik (bilangan) yakni skala ratio, interval,
sumber data dari mana keterangan mengenai ordinal, dan nominal. Selain jenis di atas ada
variabel tersebut akan didapatkan. Demikian variabel yang non-numerik yakni variabel
juga halnya yang menyangkut teknik perlakuan (treatment) pada metode
pengukuran, instrumen pengukuran dan penelitian eksperimen.
teknik mendapatkan data (umpamanya
dengan cara interview).
6. Secara ringkas maka langkah dalam
penyusunan metode penelitian mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
A. Tujuan penilaian secara lengkap dan Di dalam judul skripsi dan rumusan masalah
operasional dalam bentuk pernyataan serta rumusan hipotesis terkandung variabel
yang mengidentifikasikan variabel-variabel penelitian.
dan karakteristik hubungan yang akan Setelah kita menulis definisi teoritis dan
diteliti. penjelasannya setiap variabel yang diteliti

8
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
pada Bab II maka kita memberi definisi
operasionalnya pada Bab III. Kata operasional
berarti variabel tersebut dapat terlaksana.

Definisi operasional variabel penelitian


merupakan objek penelitian.

Definisi Operasional bukan berarti kita


menyebut seperti Varibel Bebas adalah Model
Pembelajaran X. Kalau hanya begitu maka kita
hanya menamakan variabel bebasnya.

Harusnya ada nama variabel dan diberikan


pengertian operasionalnya.
Misalnya Model Pembelajaran X adalah
kegiatan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: dst.
Atau Hasil belajar konsep Y adalah
Kemampuan mengenai a)… b)….c) …. dst
yang diukur dengan menggunakan tes
pilihan ganda dst.
B. Tempat dan Waktu Penelitian yang mana
akan dilakukan generalisasi mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti.
C. Metode Penelitian (MP) yang ditetapkan Banyak MP yang dapat digunakan sesuai
berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat dengan RM atau Judul. MP dapat dibedakan
generalisasi yang diharapkan. dalam pendekatan/model utama yakni
Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran (Mix)
dari Kuantitatif (Kuanti) dan Kualitatif (Kuali).

MP Kuantitatif: Deskripsi, Korelasional/


Regresi, Eksperimen, dan Ex Post Facto.

(Sering kita menggunakan dalam judul kata


“Pengaruh” hanya untuk analisis statistik
regresi dan menolak kata pengaruh untuk
analisis ekseperimen. Kendati kedua analisis
ini pada dasarnya menggunakan persamaan Y
= ax + b. Pengaruh = efektivitas, effect. Tabel
SPSSI tetap disertakan nilai t.).

MP Kualitatif: Deskripsi, Studi Kasus,


Etnografi, Fenomenologi, Gounded Theory.

Mix Kuanti + Kuali secara bersama gabungan


dari MP deskripsi.

Mix Kuali kemudian Kuanti berulang seperti


MP PTK (Penelitian Tindakan Kelas /
Classroom Action Research)

9
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
Penelitian Evaluasi dan Instrumen Pendidikan
dapat tergolong sebagai MP Kuantitatif
seperti MP Deskripsi dan dapat pula sebagai
MP Eksperimen atau Korelasional/Regresi,
dan ada juga dari MP Kualitatif.
D. Teknik Pengambilan Sampel yang relevan Untuk MP Kuantitatif misalnya Simple random
dengan tujuan penelitian, tingkat sampling, Stratified random sampling, Cluster
keumuman dan metode penelitian. Sampling, Purposive sampling, dan Random
intact class sampling (Teknik sampel acak
berdasarkan kelas/rombongan belajar secara
utuh). Umumnya penelitian di sekolah
berdasarkan kelas belajar yang telah
terbentuk atau utuh (intact).

Tujuan utama teknik random adalah


pengambilan sampel yang mewakili populasi
supaya hasilnya dapat digeneralisasikan
kembali ke populasi. (Agak rancu kalau kita
menjelaskan bahwa sampel adalah
keseluruhan dari populasi).

Untuk MP Kualitatif, misalnya Accidental


sampling dan Snowball sampling.
E. Teknik Pengumpulan Data yang Dalam pengumpulan data kuantitatif
mencakup Identifikasi variabel yang akan seharusnya instrumen yang digunakan telah
dikumpulkan, sumber data, teknik melewati pengujian reliabilitas dan validitas
pengukuran, instrumen dan teknik (isi atau konstruk).
mendapatkan data.
Hal yang sama untuk MP Kualitatif dengan
sebutan Uji keabsahan data, yakni
Kredibilitas, Transferability, dependability,
confirmability.
F. Teknik Analisis data yang mencakup Hal yang akan diungkapkan antara lain:
langkah-langkah dan teknik analisis yang - Seperti telah disinggung di atas bahwa
dipergunakan yang ditetapkan hasil uji statistik dirujuk ke tabel berarti
berdasarkan pengajuan hipotesis yang kita uji hanya H0 bukan H1 tetapi
(sekiranya mempergunakan statistika konsekuensi dari tolak H0 dengan kriteria
maka tulisan hipotesis nol dan hipotesis tertentu berarti terima H1.
tandingan: (H0/H1). - Hipotesis untuk uji-t dibedakan dari Uji
Perbedaan (differences beetwen - tidak
memiliki arah) dan Uji Perbandingan
(compairing beetwen - memiliki arah).
Kalau Uji Perbedaan maka setelah
Kesimpulan tidak dapat memberikan
saran tetapi Uji Perbandingan setelah
kesimpulan harus memberikan saran.
- Dalam Rumusan menggunakan Analisis
Regresi Ganda tidak perlu lagi
menggunakan Rumusan untuk Regresi
Sederhananya karena Analisis Regresi
Sederhana merupakan Persyaratan
10
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
Pengujian Hipotesis Regresi Ganda.
Sebaiknya Rumusan Masalah dalah
Analisis Uji Korelasi saja.

Tambahan hal yang penting untuk Disain MP Eksperimen.

Misalkan Kita bandingkan Variabel Manipulasi yakni Perlakuan (Treatment) dengan Variabel Kontrol
atau Metode Konvensional/Tradisional.

 Uji Butir Soal Instrumen Tes Hasil Belajar sebagai uji validitas isi (Content Validity) dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data kemudian digabung dari Kelas Perlakuan dan Kelas
Kontrol untuk diolah (Daya beda dan Indeks Kesukaran). Setelah diperoleh data yang hendak
dijadikan Tes Hasil Belajar kemudian dipilah menjadi data Kelas Perlakuan dan data Kelas
Kontrol. Data ini yang dilanjutkan untuk uji persyaratan pengujian hipotesis dan Uji Hipotesis
(Uji-t).
 Disain Tes Awal dan Tes Akhir yang mana Tes Awal tidak sama dengan Tes Akhir berdasarkan
Kisi-kisi Soal. Bagi penulis tidak perlu lakukan Tes Awal dengan asumsi 2 kelas memiliki
kemapuan relatif sama. (Ada perbedaan konsep antara Tes Kemampuan Awal dengan Tes Awal).
 Bukan hanya melakukan uji reliabilitas dan uji validitas instrumen tetapi bagaimana
mengendalikan atau mengontrol supaya hanya Kelompok yang diberi Perlakuan dan kelompok
yang diberikan Metode Konvensional/Tradisional. Hal ini diperlukan Validitas Penelitian (bukan
validitas instrumen).
 MP Eksperimen Pendidikan/Sosial tidak sama Eksperimen Di Laboratorium IPA dan Terapannya.
Campbell & Stanley menciptakan cara pengendalian variabel/faktor yang dapat mengganggu
(counfounding) disebut Validitas Penelitian terdiri dari Validitas Penelitian Internal dan Validitas
Eksternal. Apabila penelitian eksperimen tidak melakukan validitas penelitian maka hasil
penelitian tidak dapat dipertanggungjawabkan. Marilah kita tingkatkan mutu metode penelitian
eksperimen dengan memasukan Sub-bab VALIDITAS PENELITIAN sesudah Sub-bab Prosedur
Penelitian. (Mungkin hanya FIK yang menggunakan Validitas Penelitian untuk MP Kksperimen di
Unima).

*****

Di dalam buku tersebut pada Bab IX Penelitian dan Penulisan Ilmiah Untuk
Bab IV (Sebagai Langkah Ketiga)
No Bab IV Hasil Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
1. Dalam membahas hasil penelitian maka harus
selalum diingat bahwa tujuan kita adalan
membandingkan kesimpulan yang ditarik dari
data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis

11
No Bab IV Hasil Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
yang diajukan.
2. Pada hakekatnya sebuah hasil hipotesis
diterima atau ditolak kemudian diperlengkapi
dengan evaluasi mengenai kesimpulan
tersebut.
3. Secara singkat maka hasil penelitian dapat
dilaporkan dan kegiatan sebagai beriku:
4. HASIL PENELITIAN
A. Menyatakan kembali variabel-variabel
yang diteliti.
B. Menyatakan teknik analisis data.
C. Mendeskripsikan hasil analisis data.
D. Memberi penafsiran terhadap kesimpulan
analisis data.
E. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah
ditolak atau diterima

Mudah-mudahan bermanfaat. Apabila ada penyataan atau konsep yang keliru tolong diberitahukan.

Sekian dan Terima Kasih atas perhatian isi tulisan ini.

12

Anda mungkin juga menyukai