A. Kajian Pustaka
B. Asumsi, dan
C. Perumusan Hipotesis
Dapat dikatakan bahwa Perumusan Hipotesis lahir dari Asumsi atau Anggapan Dasar atau Alasan
Rasional semata. Asumsi adalah anggapan dasar dan keliru kalau menulis Asumsi Dasar. Asumsi
adalah proposisi yang diyakini kebenarannya. Pernyataan asumsi makin pendek makin baik. Kalau
sudah menyatakan Asumsi sebenarnya kita tidak perlu repot-repot menulis kajian pustaka.
Kita memang masih terpengaruh dengan cara deduktif tetapi saat ini diganti dengan cara
induktif yakni menemukan masalah melalui data empirik untuk Bab I Pendahuluan dan Kajian
Deduktif untuk Bab II Kajian Teoritik.
Buku Filsafat Ilmu (Jujun S Suriasumantri) mungkin hanya satu-satunya yang menguraikan
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi sebagai klasifikasi bertahap dari Filsafat Ilmu. Banyak sumber
1
buku berbahasa inggris yang selalu menjelaskan dasar Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dari
buku mereka. (Mungkin untuk MK Mapalus dalam Perspektif Global perlu dikaji berdasarkan
Struktur Filsafat Ilmu versi Jujun S Suriasumantri)
Biografi singkat adalah Dosen IKIP Negeri Jakarta. Lahir 9 Apr 1940, Laki-laki, Islam, Jawa Barat,
Lulusan S1 IPB (1969), Dosen Lemhannas, Doktor (1975) di Universitas Harvard dan sebagai Ketua
Program Doktor IKIP Negeri Jakarta (1983).
2
No Bab I Pendahuluan Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
yang tidak ada IM dan PM. Bab I berisi
pendekatan deduktif dari yang disebut Latar
Belakang (LB) kemudian dilanjutkan dengan
Perumusan Masalah (PM).
5
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
7. Hal ini membawa kita bukan saja kepada variabel bebas dengan variabel terikat.
pengetahuan teknis tentang teori tertentu Sub-bab ini diganti dengan istilah Kerangka
melainkan juga pengetahuan filsafari yang Konseptual karena dikira isinya adalah
melandasi teori itu. Kerangka Prosedur Penelitian.
8. Pengetahuan filsafati tentang suatu teori Kerangka Konseptual merupakan HAKI penulis
adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran karena dengan gaya bahasanya menampilkan
dasar yang melandasi teori tersebut dalam postulat, asumsi atau prinsip dari variabel
bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang yang diteliti.
sering kurang mendapatkan perhatian dalam
proses belajar mengajar.
9. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori Teori-teori ilmiah hasil proses deduktif dari
ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi kita Sub-bab Kajian Teoritik + Kerangka
dalam menyusun kerangka pemikiran yang Konseptual yang telah ada hasil penelitian
membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran yang relevan maka dapatlah dinyatakan
ini merupakan penjelasan sementara kalimat Rumusan Hipotesis.
terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan kita. Kerangka pemikiran yang
berupa penjelasan sementara bisa
meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur
berpikir yang membuahkan kesimpulan yang
berupa hipotesis.
10. Agar pengetahuan ilmiah ini bersifat konsisten Ciri-ciri penelitian ilmiah sama dengan
dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah berpikir ilmiah yakni menggunakan
sebelumnya maka hal ini harus tercermin Pendekatan Induktif-Deduktif. Dari Bab I ke
dalam struktur logika berpikir dalam menarik Bab II lanjut ke bab III kemudian Bab IV dan
kesimpulan. Untuk itu harus dipenuhi dua Bab V.
persyaratan, yakni, Prosedur ini konsisten dengan menggunakan
pertama, mempergunakan premis-premis struktur logika yang jelas sehingga disebut
yang benar dan sistemik dengan urutan sub-babnya
kedua, mempergunakan cara penarikan sistematis.
kesimpulan yang sah.
11. Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis didasarkan kepada
argumentasi berpikir deduktif dengan
mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai
premis-premis dasarnya.
12 Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai
premis dasar dalam rangka argumentasi akan
menjamin dua hal.
Pertama, karena kebenaran pernyataan
ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan
maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan
yang ditarik merupakan jawaban yang
terandalkan.
Kedua, dengan mempergunakan pernyataan
yang secara sah diakui sebagai pengetahuan
ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik
secara deduktif akan bersifat konsisten
dengan tubuh pengetahuan yang telah
disusun.
6
No Bab II Kajian Teoritis, Pengajuan Kerangka Penjelasan Tambahan dari Freetje
Berpikir, dan Perumusan Hipotesis Waworuntu
13 PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN Kajian teoritik hanya berkaitan dengan
PENGAJUAN HIPOTESIS ADALAH SEBAGAI variabel penelitian.
BERIKUT: Pada Kenyataannya Isi Sub-bab Kerangka
A. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah Berpikir/Konseptual masih dangkal.
yang akan dipergunakan dalam analisis. Penjelasan Sub-bab Kerangka Konseptual
B. Pembahasan mengenai penelitian- disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah
penelitian lain yang relevan (RM), kalau RM hanya satu maka sedikitlah
C. Penyusunan kerangka berpikir dalam uraiannay sehingga digabung dengan isi dari
pengajuan hipotesis dengan Sub-Bab Hasil Penelitian yang Relevan.
menggunakan premis-premis sebagai Akhir dari dari Sub-bab ini ditulis sebagai
tercantum dalam butir (A) dan butir (C) berikut: “Dengan demikian diduga ditambah
dengan menyatakan secara tersurat dengan kalimat perumusan nanti.”
postulat, asumsi dan prinsip yang
dipergunakan (sekiranya diperlukan). RH diurutkan dipenghujung Bab II bersifat
D. Rumusan Hipotesis (RH) aposteriori. Aposteriori adalah setelah
diketahui (dilihat, diselidiki, dan sebagainya)
keadaan yang sebenarnya.
*****
7
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
metodologi penelitan yang pada hakikatnya Belajar karena sebaran skornya dari nol
merupakan persiapan sebelum verifikasi sampai maksimum.
dilakukan.
3. Metodologi adalah pengetahuan tentang Judul Bab III Metodologi Penelitian dan ada
metode-metode, jadi metodologi adalah yang lain menyebutnya Bab III Metode
pengetahuan tentang berbagai metode yang Penelitian.
dipergunakan dalam penelitian. Salah satu Untuk saya penggunaan Bab III Metodologi
metode yang harus ditentukan dalam Penelitian karena dan ada juga Sub-bab
penelitian ini adalah metode penelitian. Metode Penelitian atau sebutan sejenisnya.
Kegiatan pertama dalam penyusunan metode
penelitian adalah menyatakan secara lengkap
dan operasional tujuan penelitian yang
mencakup bukan saja variabel-variabel yang
diteliti dan karakteristik hubungan yang akan
diuji melainkan juga tingkat keumuman (level
of generality) dari kesimpulan yang akan
ditarik seperti ditempat, waktu, kelembagaan
dan sebagainya.
Metode adalah prosedur atau cara spesifik
dalam memecahkan masalah tertentu yang
ditemui dalam melaksanakan prosedur.
4. Pada hakikatnya proses verifikasi adalah Penggunaan Statistik Inferensial berarti hasil
mengumpulkan dan menganalisis data yang perhitungan berdasarkan data dirujuk pada
mana kesimpulan yang ditarik kemudian tabel tertentu. Rujukan ini menguji Hipotesis
dibandingkan dengan hipotesis untuk Nol (H0). Terima atau tolak H0 memberi
menentukan apakah hipotesis yang diajukan konsekuensi tolak atau terima H1. Perkataan
tersebut atau diterima. lainnya adalah bahwa tidak secara langsung
Oleh sebab itu maka dalam teknik analisis data melakukan uji H1.
sering dinyatakan dalam pernyataan statistik Hipotesis tandingan boleh lebih dari 1. Buku
dengan menuliskan bersama-sama baik lama menyebutnya hipotesis kerja atau
hipotesis nol (H0) maupun hipotesis tandingan hipotesis alternatif (Ha).
(H1) berserta rumus statistikanya (sekiranya
mempergunakan statistika) yang
dipergunakan.
5. Dalam teknik pengumpulan data harus Jenis variabel dalam bentuk sebaran data
dinyatakan variabel yang akan dikumpulkan, numerik (bilangan) yakni skala ratio, interval,
sumber data dari mana keterangan mengenai ordinal, dan nominal. Selain jenis di atas ada
variabel tersebut akan didapatkan. Demikian variabel yang non-numerik yakni variabel
juga halnya yang menyangkut teknik perlakuan (treatment) pada metode
pengukuran, instrumen pengukuran dan penelitian eksperimen.
teknik mendapatkan data (umpamanya
dengan cara interview).
6. Secara ringkas maka langkah dalam
penyusunan metode penelitian mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
A. Tujuan penilaian secara lengkap dan Di dalam judul skripsi dan rumusan masalah
operasional dalam bentuk pernyataan serta rumusan hipotesis terkandung variabel
yang mengidentifikasikan variabel-variabel penelitian.
dan karakteristik hubungan yang akan Setelah kita menulis definisi teoritis dan
diteliti. penjelasannya setiap variabel yang diteliti
8
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
pada Bab II maka kita memberi definisi
operasionalnya pada Bab III. Kata operasional
berarti variabel tersebut dapat terlaksana.
9
No Bab III Metodologi Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
Penelitian Evaluasi dan Instrumen Pendidikan
dapat tergolong sebagai MP Kuantitatif
seperti MP Deskripsi dan dapat pula sebagai
MP Eksperimen atau Korelasional/Regresi,
dan ada juga dari MP Kualitatif.
D. Teknik Pengambilan Sampel yang relevan Untuk MP Kuantitatif misalnya Simple random
dengan tujuan penelitian, tingkat sampling, Stratified random sampling, Cluster
keumuman dan metode penelitian. Sampling, Purposive sampling, dan Random
intact class sampling (Teknik sampel acak
berdasarkan kelas/rombongan belajar secara
utuh). Umumnya penelitian di sekolah
berdasarkan kelas belajar yang telah
terbentuk atau utuh (intact).
Misalkan Kita bandingkan Variabel Manipulasi yakni Perlakuan (Treatment) dengan Variabel Kontrol
atau Metode Konvensional/Tradisional.
Uji Butir Soal Instrumen Tes Hasil Belajar sebagai uji validitas isi (Content Validity) dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data kemudian digabung dari Kelas Perlakuan dan Kelas
Kontrol untuk diolah (Daya beda dan Indeks Kesukaran). Setelah diperoleh data yang hendak
dijadikan Tes Hasil Belajar kemudian dipilah menjadi data Kelas Perlakuan dan data Kelas
Kontrol. Data ini yang dilanjutkan untuk uji persyaratan pengujian hipotesis dan Uji Hipotesis
(Uji-t).
Disain Tes Awal dan Tes Akhir yang mana Tes Awal tidak sama dengan Tes Akhir berdasarkan
Kisi-kisi Soal. Bagi penulis tidak perlu lakukan Tes Awal dengan asumsi 2 kelas memiliki
kemapuan relatif sama. (Ada perbedaan konsep antara Tes Kemampuan Awal dengan Tes Awal).
Bukan hanya melakukan uji reliabilitas dan uji validitas instrumen tetapi bagaimana
mengendalikan atau mengontrol supaya hanya Kelompok yang diberi Perlakuan dan kelompok
yang diberikan Metode Konvensional/Tradisional. Hal ini diperlukan Validitas Penelitian (bukan
validitas instrumen).
MP Eksperimen Pendidikan/Sosial tidak sama Eksperimen Di Laboratorium IPA dan Terapannya.
Campbell & Stanley menciptakan cara pengendalian variabel/faktor yang dapat mengganggu
(counfounding) disebut Validitas Penelitian terdiri dari Validitas Penelitian Internal dan Validitas
Eksternal. Apabila penelitian eksperimen tidak melakukan validitas penelitian maka hasil
penelitian tidak dapat dipertanggungjawabkan. Marilah kita tingkatkan mutu metode penelitian
eksperimen dengan memasukan Sub-bab VALIDITAS PENELITIAN sesudah Sub-bab Prosedur
Penelitian. (Mungkin hanya FIK yang menggunakan Validitas Penelitian untuk MP Kksperimen di
Unima).
*****
Di dalam buku tersebut pada Bab IX Penelitian dan Penulisan Ilmiah Untuk
Bab IV (Sebagai Langkah Ketiga)
No Bab IV Hasil Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
1. Dalam membahas hasil penelitian maka harus
selalum diingat bahwa tujuan kita adalan
membandingkan kesimpulan yang ditarik dari
data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis
11
No Bab IV Hasil Penelitian Penjelasan Tambahan dari Freetje
Waworuntu
yang diajukan.
2. Pada hakekatnya sebuah hasil hipotesis
diterima atau ditolak kemudian diperlengkapi
dengan evaluasi mengenai kesimpulan
tersebut.
3. Secara singkat maka hasil penelitian dapat
dilaporkan dan kegiatan sebagai beriku:
4. HASIL PENELITIAN
A. Menyatakan kembali variabel-variabel
yang diteliti.
B. Menyatakan teknik analisis data.
C. Mendeskripsikan hasil analisis data.
D. Memberi penafsiran terhadap kesimpulan
analisis data.
E. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah
ditolak atau diterima
Mudah-mudahan bermanfaat. Apabila ada penyataan atau konsep yang keliru tolong diberitahukan.
12