Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586

Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING VIRTUAL LABORATORY


TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA MAHASISWA PADA MATERI
AYUNAN PUNTIR
Uranti Amba Lembang, Alfrits Komansilan, Jeferson Polii
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado
email: urantiiambalembang@gmail.com

ABSTRAK
Laboratorium menjadi sarana pembelajaran sains yang bisa membuat mahasiswa membentuk
pengetahuan dan menemukan konsep fisika dari teori yang sedang dipelajari. Namun kegiatan
pembelajaran dalam laboratorium pada umumnya menyebabkan mahasiswa hanya melaksanakan
apa yang diperintahkan dalam petunjuk praktikum tanpa memahami yang sedang dikerjakannya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Problem Solving Virtual
Laboratory terhadap penguasaan konsep fisika mahasiswa pada materi Ayunan Puntir. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain penelitian one-
group pretest-posttest design. Sampel terdiri atas 18 mahasiswa program studi pendidikan fisika
semester 2. Berdasarkan pengujian n-gain, terdapat 15 mahasiswa yang termasuk dalam kategori
tinggi dengan presentase 83% dan 3 mahasiswa yang termasuk kategori sedang dengan presentase
17%. Uji hipotesis statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikan α =0,05 diperoleh nilai t
hitung sebesar 2,47 dan nilai t tabel sebesar 2,11 sehingga t hitung>ttabel. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran problem solving virtual laboratory terhadap
penguasaan konsep fisika mahasiswa pada materi ayunan puntir.

Kata kunci : Problem Solving Virtual Laboratory, Penguasaan konsep, Ayunan Puntir

ABSTRACT
The laboratory becomes medium for learning science that can make students form knowledge and
discover physics concepts from the theory that is being studied. However, learning activities in
the laboratory generally make students do what they are told in practicum instructions without
understanding what they are doing. The purpose of this study was to determine the effect of
Problem Solving Virtual Laboratory learning on students' mastery of physics concepts on the
Twist Swing material. This study used a quasi-experimental method with a one-group pretest-
posttest design. The sample consisted of 18 students of the 2nd semester of the physics education
study program. Based on the n-gain test, 15 students were in the high category with 83% and
three students in the medium category with 17%. The statistical hypothesis test using the t-test at
the significant level α = 0.05, the t value is 2.47, and the t table value is 2.11 so that t count > ttable.
From these results, it can be concluded that problem-solving virtual laboratory learning affects
students' mastery of physics concepts on torsional pendulum material.

Keywords : Problem Solving Virtual Laboratory, Mastery of concepts, Torsional Pendulum

1
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

1. PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi bermutu saat pembelajaran di laboratorium real ditiadakan
mampu mencetak lulusan-lulusan yang untuk sementara, oleh karena itu praktikum
berkompetensi secara kejuruan ataupun dilaksanakan secara virtual. Menurut Mahanta
akademik, menjadikan kompetensi dan Sarma di dalam Yusuf & Subaer
personal, sosial dan nilai akhlak, secara [CITATION Yus13 \n \t \l 1033 ],
keseluruhan mencakup kecakapan hidup laboratorium virtual (Lab-Vir) adalah
[ CITATION Sud05 \l 1033 ]. Hal tersebut serangkaian peralatan laboratorium yang
dapat tercapai jika keberlangsungan mensimulasikan kerumitan sesuatu dengan
pembelajaran diproses dengan baik. pemanfaatan komputer, perangkat yang cukup
Pembelajaran yang melibatkan kontribusi mahal atau menjadi percobaan alternatif dari
peserta didik dalam setiap kegiatan percobaan real yang berbahaya. Praktikum
(prosesnya) merupakan pembelajaran yang virtual dapat dilakukan oleh mahasiswa secara
baik, dan hal ini sesuai dengan hakikat mandiri, dapat dilakukan di mana pun, dan
belajar sains (fisika). dapat dilakukan secara berulang-ulang.
Hakikat belajar sains pada dasarnya Cooperative problem solving
bukan hanya sekadar hafalan dan pemahaman dikembangkan lebih lanjut menjadi problem
akan konsep dikemukakan oleh ilmuwan solving laboratory oleh Universitas Minesota
melainkan pembiasaan sikap seorang ilmuwan USA. Pengembangan ini bertujuan agar
yaitu menemukan konsep yang bisa memberi keefektifan suatu pembelajaran
didapatkan melalui percobaan dan penelitian dalam pengembangan keterampilan
ilmiah yang dalam prosesnya melibatkan memecehkan masalah dan membangun kerja
keterampilan dasar yang bisa dilakukan dan sama yang baik dalam penyelesaian masalah
ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium yang diberikan (Heller, 1997).
[ CITATION Mus09 \l 1033 ]. Menurut Heller [CITATION Hel10 \n
Wieman dan Holmes[CITATION \t \l 1033 ] cooperative problem solving
Car15 \n \t \l 1033 ] menyatakan bahwa, selanjutnya mengalami perkembangan dengan
laboratorium adalah tempat pembelajaran tahapan sebagai berikut, yaitu fokus pada
sains yang dapat menjadikan mahasiswa yang permsalahan, penjelasan pada fisika,
membentuk pengetahuan dan mendapatkan perencanaan solusi, eksekusi pada rencana dan
konsep fisika dari pembelajaran teori yang evaluasi pada jawaban. Tahapan yang ada lalu
sedang dilakukan. Penemuan konsep ini terjadi kemudian dikembangkan menjadi problem
karena mahasiswa terlibat langsung dan solving. Problem solving memiliki tahapan
mengikuti setiap proses pembelajaran yang sebagai berikut, diantaranya adalah tujuan,
ada. Namun kegiatan pembelajaran dalam persiapan, permasalahan, peralatan, prediksi
laboratorium (praktikum) menggunakan model atau hipotesis, pertanyaan metode, eksplorasi,
resep makanan, dimana semua hal yang pengukuran, analisis dan kesimpulan (Heller,
dibutuhkan dalam praktikum telah disediakan 1997).
oleh laboran [CITATION Placeholder2 \l 1033 Model Problem Solving laboratory
]. Hal ini menyebabkan mahasiswa hanya menjadikan dasar dari kegiatan praktikumnya
melaksanakan apa yang diperintahkan atau apa yaitu masalah, dimana mahasiswa dituntut
yang tertulis dalam petunjuk praktikum tetapi untuk terampil dalam melakukan pengukuran
tidak mengerti atau memahami apa yang yang dan pengamatan pada masalah yang diberikan
sedang dikerjakannya. Oleh karena itu (Malik, 2015). Menurut Elianawati di dalam
dibutuhkan panduan praktikum yang Muhajir dkk. [CITATION Muh15 \n \t \l
menggunakan model pembelajaran yang tepat 1033 ], model problem solving laboratory
untuk menuntun mahasiswa menemukan merupakan pemberian masalah dalam
konsep dalam kegiatan praktikum tersebut. pembelajaran kelas, dan diselesaikan dengan
Kegiatan praktikum fisika dasar di kegiatan eksperimen dalam laboratorium, lalu
laboratorium menjadi bagian penting dari kemudian didiskusikan untuk penyampaian
perkuliahan fisika dasar, olehnya itu konspe yang telah didapatkan.
praktikum sangat penting untuk dilaksanakan [ Menurut Nurdianti dkk. [CITATION
CITATION Mus09 \l 1033 ]. Kondisi pandemi Nur15 \n \t \l 1033 ], kegiatan pembelajaran
Covid-19 mengakibatkan kegiatan problem solving laboratory dibagi secara garis

2
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

besar menjadi tiga tahap utama. Pertama yaitu dan afektif.


pre-eksperimen, yang dilakukan sebelum Instrumen tes dan lembar kegiatan
eksperimen. Mencakup perumusan tujuan dan peserta didik diuji oleh validator sebelum
prosedur percobaan berdasarkan masalah, digunakan pada penelitian. Uji validitas soal
tahapan ini juga merumuskan alat dan bahan, pilihan ganda Pearson Product Moment
mengajukan hipotesis dan menyelesaikan dihitung menggunakan bantuan IBM SPSS 20.
pertanyaan metode yang berupa susunan Uji reliabilitas dilakukan pada soal yang sudah
laporan awal. Tahapan kedua yaitu tahap valid oleh aplikasi IBM SPSS 20.
eksperimen dan eksplorasi, yang dilakukan Data hasil pretest dan posttest yang
dalam kegiatan percobaan diantaranya merakit didapatkan selanjutnya dianalisis berupa
alat dan bahan serta melakukan pengambilan beberapa uji. Uji normalitas menggunakan uji
data hasil percobaan. Tahapan ketiga yaitu liliefors sebagai uji prasyarat data, apakah data
tahap post-eksperimen dimana siswa pretest dan posttest terdistribusi normal atau
melakukan diskusi mengenai data hasil tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal
pengukuran di percobaan, menganalisis jika Lhitung<Ltabel. Uji n-Gain dilakukan untuk
percobaan, menyampaikan kesimpulan secara mendapatkan pengetahuan akan signifikasi
menyeluruh dan diskusi hasil percobaan serta penguasaan konsep mahasiswa setelah
relasinya dengan isu teknologi dan fenomena pembelajaran dilakukan. Selanjutnya uji
sains yang terjadi. hipotesis menggunakan uji-t digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh
2. METODE PENELITIAN pembelajaran problem solving virtual
Penelitian ini dilakukan untuk laboratory terhadap penguasaan konsep fisika
mengetahui pengaruh pembelajaran problem mahasiswa pada materi ayunan puntir.
solving virtual laboratory terhadap
penguasaan konsep fisika mahasiswa pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
materi ayunan puntir. Dengan desain Validitas dan Reliabilitas Instrumen
menggunakan metode kuasi eksperimen dan Soal-soal serta instrumen yang akan
one group pretest-posttest design, penelitian diujikan ke responden (mahasiswa) terlebih
ini dilaksanakan di Jurusan Fisika Universitas dahulu divalidasi oleh validator ahli yaitu dua
Negeri Manado secara online menggunakan dosen Jurusan Fisika Universitas Negeri
bantuan aplikasi Zoom Meeting. Sampel Manado, Ibu Dr. Jeane Tumangkeng, M.Si dan
merupakan mahasiswa program studi Bapak Dr. Djeli Tulandi, M.Si. Instrumen
pendidikan fisika semester 2 yang berjumlah telah dinyatakan valid dengan beberapa
18 orang. Dalam model penelitian ini, hanya catatan perbaikan.
satu kelompok yang diberi tes awal sebelum Uji validitas dilakukan pada mahasiswa
perlakuan. Pada akhir perlakuan diberi tes semester VIII Jurusan Fisika Universitas
akhir untuk melihat dampak dari perlakuan Negeri Manado tahun ajaran 2020/2021 yang
tersebut. berjumlah 19 orang. Adapun nilai rtabel dengan
Prosedur penelitian secara garis besar jumlah sampel (n) sebanyak 19 adalah 0,456.
dilakukan ke dalam tiga tahap yaitu: Hasil perhitungan uji validitas soal pilihan
1. Tahap I : Penyusunan instrumen ganda menggunakan metode Pearson Product
penelitian dan validasi instrumen Moment dengan bantuan IBM SPSS 20. Dari
(menggunakan spss dan uji ahli materi) 20 soal yang ada, terdapat 4 soal yang tidak
2. Tahap II : Melaksanaan pretest, valid, sehingga hanya terdapat 16 soal yang
melaksanakan penelitian dengan valid untuk digunakan sebagai bahan untuk tes
menerapkan petunjuk praktikum dengan awal dan evaluasi akhir.
pendekatan PSVL, melaksanakan postest Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan
3. Tahap III : Melaksanakan analisis dan setelah uji validitas. Soal yang akan diuji
kajian terhadap penelitian yang dilakukan reliabilitasnya adalah soal yang sudah
pada pretest, kegiaan praktikum dan dinyatakan valid, maka jumlah soal untuk uji
postest, serta menyusun kesimpulan dan reliabilitas adalah 16 soal. Hasil yang
hasil penelitian didapatkan adalah bahwa instrumen soal
Instrumen penelitian berbentuk tes dan memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,918
instrumen penilaian keterampilan proses sains yang artinya ¿ 0,60. Sehingga dapat

3
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

disimpulkan bahwa instrumen dinyatakan 2 Menyebutkan alat dan 97 %


reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. bahan
3 Mengatur parameter 87,5 %
Deskripsi Analisis Data percobaan dengan benar
Sebelum memberi perlakuan pada kelas, 4 Melakukan percobaan 86 %
dilakukan pretest untuk mengetahui data kelas dengan teliti dan sesuai
dengan prosedur
sebelum diberi perlakuan pembelajaran PSVL.
5 Mengisi LKPD dengan 90 %
Setelah perlakuan diberikan, dilakukan baik dan benar
evaluasi yaitu posttest. Soal yang digunakan 6 Menyampaikan hasil 70 %
pada pretest dan postest berbentuk objektif percobaan
yang berjumlah 16 nomor. Hasil analisis data 7 Menyampaikan 76 %
pretest dan postest dapat dilihat pada tabel 1 kesimpulan percobaan
dengan benar
Tabel 1 Statistik hasil pretest dan postest
Statistik Pretes Postes Tabel 2 menunjukkan skor penilain
t t keterampilan proses sains dari 7 indikator
N 18 18 dengan presentase yang diperoleh berada pada
Minimum 6,25 50 kriteria baik (66 % - 79 %) dan kriteria sangat
Maximum 37,5 93,75
baik (80 % - 100%). Rata-rata penilaian pada
indikator merumuskan tujuan dan hipotesis
Mean 16,8 81,25 penelitian 90 %, menyebutkan alat dan bahan
Median 15,63 84,38 97 %, mengatur parameter percobaan dengan
Modus 12,5 87,5 benar 87,5 %, melakukan percobaan dengan
Standar 10,6 10,71 teliti dan sesuai dengan prosedur 86 %,
Deviasi
mengisi LKPD dengan baik dan benar 87,5 %,
menyampaikan hasil percobaan 70,8 % dan
menyampaikan kesimpulan dari percobaan
Hasil analisis data pretest dan postest pada
dengan benar 76,4 %.
tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
pretest adalah 16,8 dengan nilai minimum
Uji Normalitas
6,25 dan nilai maksimum 37,5. Median dari
Untuk mengetahui apakah data
data pretest adalah 15,63, modus 12,5 dan
terdistribsi secara normal atau tidak,
standar deviasi 9,24. Setelah data statistik
digunakan uji normalitas. Uji normalitas data
perolehan nilai pretest diketahui, maka
pada penelitian ini menggunakan uji liliefors
langkah selanjutnya adalah melakukan
dengan bantuan MS Excel. Adapun hasil dapat
pembelajaran problem solving virtual
dilihat pada tabel 3.
laboratory pada materi ayunan puntir. Setelah
itu dilakukan postest dan didapatkan analisis
Tabel 3 Hasil uji liliefors
data postest seperti pada tabel 4.3. Hasil
Data Lhitung Kesimpulan
analisis data postest menunjukkan bahwa rata-
Pretest 0,178 Normal
rata nilai postest adalah 81,25 dengan Postest 0,168 Normal
minumum 50 dan nilai maksimum 93,75.
Adapun median dari data postest adalah 84,38,
Ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa data pretest
modus 87,5 dan standar deviasi 11,96.
dan postest terdistribusi nomal karena Lhitung ¿
Ltabel. Harga liliefors tabel pada taraf signifikan
Penilaian Keterampilan Proses Sains
(α ) = 5% dengan n = 18 adalah sebesar 0,200.
Hasil penilaian pada keterampilan proses
sains mahasiswa ditunjukkan pada tabel 2. Ditunjukkan pada tabel 3 bahwa data pretest
memiliki nilai Lhitung 0,178 ¿ Ltabel dan data
Tabel 2 Hasil penilaian keterampilan proses postest dengan nilai Lhitung 0,168 ¿ Ltabel,
sains sehingga didapatkan hasil perhitungan kedua
No Indikator Presentase data menunjukkan data terdistrubusi secara
Penilaian normal.
1 Merumuskan tujuan dan 90 %
hipotesis penelitian Uji N-Gain

4
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

Peningkatan penguasaan konsep yang mereka ajukan di awal berdasarkan


mahasiswa dapat diketahui dengan masalah yang diberikan. Tahapan ini
menggunakan uji N-gain berdasarkan skor menimbulkan rasa ingin tahu, sehingga
pretest dan postest. Dari hasil perhitungan mahasiswa antusias untuk menguji hipotesis
menggunakan MS Excel, didapatkan rata-rata dengan mendapatkan data melalui praktikum.
gain sebesar 0,76. Hasil klasifikasi gain Proses ini juga membuat mahasiswa
disajikan pada Tabel 4. menghubungkan konsep ayunan puntir pada
referensi data LKPD dengan data yang
Tabel 4 Hasil klasifikasi gain (G) diperolehnya.
Klasifikasi Gain (G) Banyak mahasiswa Tahapan model problem solving virtual
Tinggi 15 laboratory memiliki kaitan yang erat dengan
Sedang 3 ranah kognitif pada kategori C1 (mengingat),
C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4
Tabel 4 menunjukkan adanya peningkatan (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi)
penguasaan konsep mahasiswa dengan [ CITATION Ida17 \l 1033 ]. Menurut Heller
menggunakan pembelajaran problem solving dkk. [CITATION Hel10 \n \t \l 1033 ], problem
virtual laboratory. Berdasarkan hasil analisis solving virtual laboratory memiliki tahapan
N-Gain terdapat 15 mahasiswa yang termasuk prosedur yang bisa mendorong peserta didik
dalam kategori tinggi dengan presentase 83 % paham terhadap konsep yang dipelajari. Proses
dan 3 mahasiswa yang termasuk kategori aktif dari peserta didik membentuk
sedang dengan presentase 17 %. pengetahuan serta mengembangkan
kemampuan kognitifnya, karena peserta didik
Uji Hipotesis bekerja sesuai kreativitas mereka untuk
Uji hipotesis betujuan untuk menguji membuktikan hipotesis mereka dan pengajar
dugaan sementara pada penelitian. Uji memberikan penjelasan yang tidak
hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan dimenegerti oleh peserta didik.
taraf signifikan α =0,05 serta derajat Hasil penelitian ini didukung oleh
kebebasan sebesar (dk =n−1)=17. Hasil uji Sutarno dkk. [CITATION Sut17 \n \t \l
hipotesis dengan menggunakan MS Excel 1033 ], menunjukkan bahwa model problem
menunjukkan nilai sebesar 2,47 untuk thitung solving virtual laboratory efektif digunakan
dan 2,11 untuk nilai ttabel. Berdasarkan dalam pembelajaran. Dalam penelitiannya,
perhitungan, nilai thitung ¿ ttabel, yang berarti mahasiswa yang mengikuti praktikum
terdapat pengaruh model problem solving menggunakan pembelajaran problem solving
virtual laboratory terhadap penguasaan virtual laboratory mengalami peningkatan
konsep fisika mahasiswa pada materi ayunan secara signifikan dalam keterampilan
puntir. pemecahan masalah. Demikian juga penlitian
yang dilakukan oleh Iradat [CITATION
Pembahasan Ida17 \n \t \l 1033 ], bahwa penggunaan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pembelajaran problem solving laboratory
pengaruh pembelajaran problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
virtual laboratory terhadap penguasaan konsep materi gerak harmonis sederhana dan lebih
fisika mahasiswa pada materi ayunan puntir. unggul dibandingkan dengan pembelajaran
Dari hasil uji n-gain dan uji hipotesis, konvensional.
didapatkan terdapat pengaruh pembelajaran
problem solving virtual laboratory terhadap 4. KESIMPULAN
penguasaan konsep fisika mahasiswa pada Berdasarkan hasil penelitian dan
materi Ayunan Puntir. pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Hasil tersebut didapatkan karena model terdapat pengaruh pembelajaran problem
pembelajaran problem solving virtual solving virtual laboratory terhadap
laboratory membuat mahasiswa berperan aktif penguasaan konsep fisika mahasiswa pada
dalam mengikuti praktikum ayunan puntir dan materi Ayunan Puntir.
menyelesaikan lembar kegiatan peserta didik
di kelas. Mahasiswa diberi kebiasaan dalam 5. REFERENSI
merumuskan tujuan dan hipotesis percobaan Heller, P., & Heller, K. (2010). Cooperative

5
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021

Group Problem in Physics. Minnesota: Media Laboratorium Virtual Pada Materi


University of Minnesota. Dualisme Gelombang Partikel di SMA
Idarat, R. D. (2017). Pengaruh Model Tut Wuri Handayani Makassar. Jurnal
Problem Solving Laboratory terhadap Pendidikan IPA Indonesia, 2, 189 - 194.
Hasil Belajar Siswa pada Materi Gerak
Harmonis Sederhana. Jakarta: Ridhwan
Dery Idarat.
Muhajir, S. N., Mahen, E. C., Yuningsih, E.
K., & Rochman, C. (2015). Implementasi
Model Problem Solving Laboratory untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains
Mahasiswa pada Mata Kuliah Fisika
Dasar II. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015.
Mustafit, N. (2009). Implementasi Problem
Solving Laboratory sebagai Model
Kegiatan Laboratorium Berbasis Inquiry
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Kesetimbangan Benda pada Mahasiswa
Pendidikan Fisika Semester II Tahun
Ajaran 2007/2008. Universitas Negeri
Semarang, MIPA. Semarang: Nurul
Mustafit.
Nurdianti, S., Cahya, E., Kurnia, E., &
Rochman, C. (2015). Implementasi
Model Problem Solving Laboratory untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains
Mahasiswa pada Mata Kuliah Fisika
Dasar II. Makalah Prosiding Simposium
Nasional Inobasi dan Pembelajaran
Sains.
Subali, E. (2010, Juli). Penerapan Model
Praktikum Problem Solving Laboratory
sebagai Upaya untuk Memperbaiki
Kualitas Pelaksanaan Praktikum Fisika
Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia , 6, 90-97.
Sudrajat, H. (2005). Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Mutu Sekolah. Bandung:
Cipta Grafika.
Sutarno, Setiawan, A., Suhandi, A., Kaniawati,
I., & Putri, D. H. (2017). Keterampilan
Pemecahan Masalah Mahasiswa dalam
Pembelajaran Bandul Fisis Menggunakan
Model Problem Solving Virtual
laboratory. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 3.
Wieman, C., & Holmes, N. G. (2015).
Measuring the impact of an instructional
laboratory on the learning of introductory
physics. American Journal of Physics, 83,
972-978.
Yusuf, & Subaer. (2013). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis

Anda mungkin juga menyukai