ABSTRAK
Laboratorium menjadi sarana pembelajaran sains yang bisa membuat mahasiswa membentuk
pengetahuan dan menemukan konsep fisika dari teori yang sedang dipelajari. Namun kegiatan
pembelajaran dalam laboratorium pada umumnya menyebabkan mahasiswa hanya melaksanakan
apa yang diperintahkan dalam petunjuk praktikum tanpa memahami yang sedang dikerjakannya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Problem Solving Virtual
Laboratory terhadap penguasaan konsep fisika mahasiswa pada materi Ayunan Puntir. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain penelitian one-
group pretest-posttest design. Sampel terdiri atas 18 mahasiswa program studi pendidikan fisika
semester 2. Berdasarkan pengujian n-gain, terdapat 15 mahasiswa yang termasuk dalam kategori
tinggi dengan presentase 83% dan 3 mahasiswa yang termasuk kategori sedang dengan presentase
17%. Uji hipotesis statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikan α =0,05 diperoleh nilai t
hitung sebesar 2,47 dan nilai t tabel sebesar 2,11 sehingga t hitung>ttabel. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran problem solving virtual laboratory terhadap
penguasaan konsep fisika mahasiswa pada materi ayunan puntir.
Kata kunci : Problem Solving Virtual Laboratory, Penguasaan konsep, Ayunan Puntir
ABSTRACT
The laboratory becomes medium for learning science that can make students form knowledge and
discover physics concepts from the theory that is being studied. However, learning activities in
the laboratory generally make students do what they are told in practicum instructions without
understanding what they are doing. The purpose of this study was to determine the effect of
Problem Solving Virtual Laboratory learning on students' mastery of physics concepts on the
Twist Swing material. This study used a quasi-experimental method with a one-group pretest-
posttest design. The sample consisted of 18 students of the 2nd semester of the physics education
study program. Based on the n-gain test, 15 students were in the high category with 83% and
three students in the medium category with 17%. The statistical hypothesis test using the t-test at
the significant level α = 0.05, the t value is 2.47, and the t table value is 2.11 so that t count > ttable.
From these results, it can be concluded that problem-solving virtual laboratory learning affects
students' mastery of physics concepts on torsional pendulum material.
1
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021
1. PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi bermutu saat pembelajaran di laboratorium real ditiadakan
mampu mencetak lulusan-lulusan yang untuk sementara, oleh karena itu praktikum
berkompetensi secara kejuruan ataupun dilaksanakan secara virtual. Menurut Mahanta
akademik, menjadikan kompetensi dan Sarma di dalam Yusuf & Subaer
personal, sosial dan nilai akhlak, secara [CITATION Yus13 \n \t \l 1033 ],
keseluruhan mencakup kecakapan hidup laboratorium virtual (Lab-Vir) adalah
[ CITATION Sud05 \l 1033 ]. Hal tersebut serangkaian peralatan laboratorium yang
dapat tercapai jika keberlangsungan mensimulasikan kerumitan sesuatu dengan
pembelajaran diproses dengan baik. pemanfaatan komputer, perangkat yang cukup
Pembelajaran yang melibatkan kontribusi mahal atau menjadi percobaan alternatif dari
peserta didik dalam setiap kegiatan percobaan real yang berbahaya. Praktikum
(prosesnya) merupakan pembelajaran yang virtual dapat dilakukan oleh mahasiswa secara
baik, dan hal ini sesuai dengan hakikat mandiri, dapat dilakukan di mana pun, dan
belajar sains (fisika). dapat dilakukan secara berulang-ulang.
Hakikat belajar sains pada dasarnya Cooperative problem solving
bukan hanya sekadar hafalan dan pemahaman dikembangkan lebih lanjut menjadi problem
akan konsep dikemukakan oleh ilmuwan solving laboratory oleh Universitas Minesota
melainkan pembiasaan sikap seorang ilmuwan USA. Pengembangan ini bertujuan agar
yaitu menemukan konsep yang bisa memberi keefektifan suatu pembelajaran
didapatkan melalui percobaan dan penelitian dalam pengembangan keterampilan
ilmiah yang dalam prosesnya melibatkan memecehkan masalah dan membangun kerja
keterampilan dasar yang bisa dilakukan dan sama yang baik dalam penyelesaian masalah
ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium yang diberikan (Heller, 1997).
[ CITATION Mus09 \l 1033 ]. Menurut Heller [CITATION Hel10 \n
Wieman dan Holmes[CITATION \t \l 1033 ] cooperative problem solving
Car15 \n \t \l 1033 ] menyatakan bahwa, selanjutnya mengalami perkembangan dengan
laboratorium adalah tempat pembelajaran tahapan sebagai berikut, yaitu fokus pada
sains yang dapat menjadikan mahasiswa yang permsalahan, penjelasan pada fisika,
membentuk pengetahuan dan mendapatkan perencanaan solusi, eksekusi pada rencana dan
konsep fisika dari pembelajaran teori yang evaluasi pada jawaban. Tahapan yang ada lalu
sedang dilakukan. Penemuan konsep ini terjadi kemudian dikembangkan menjadi problem
karena mahasiswa terlibat langsung dan solving. Problem solving memiliki tahapan
mengikuti setiap proses pembelajaran yang sebagai berikut, diantaranya adalah tujuan,
ada. Namun kegiatan pembelajaran dalam persiapan, permasalahan, peralatan, prediksi
laboratorium (praktikum) menggunakan model atau hipotesis, pertanyaan metode, eksplorasi,
resep makanan, dimana semua hal yang pengukuran, analisis dan kesimpulan (Heller,
dibutuhkan dalam praktikum telah disediakan 1997).
oleh laboran [CITATION Placeholder2 \l 1033 Model Problem Solving laboratory
]. Hal ini menyebabkan mahasiswa hanya menjadikan dasar dari kegiatan praktikumnya
melaksanakan apa yang diperintahkan atau apa yaitu masalah, dimana mahasiswa dituntut
yang tertulis dalam petunjuk praktikum tetapi untuk terampil dalam melakukan pengukuran
tidak mengerti atau memahami apa yang yang dan pengamatan pada masalah yang diberikan
sedang dikerjakannya. Oleh karena itu (Malik, 2015). Menurut Elianawati di dalam
dibutuhkan panduan praktikum yang Muhajir dkk. [CITATION Muh15 \n \t \l
menggunakan model pembelajaran yang tepat 1033 ], model problem solving laboratory
untuk menuntun mahasiswa menemukan merupakan pemberian masalah dalam
konsep dalam kegiatan praktikum tersebut. pembelajaran kelas, dan diselesaikan dengan
Kegiatan praktikum fisika dasar di kegiatan eksperimen dalam laboratorium, lalu
laboratorium menjadi bagian penting dari kemudian didiskusikan untuk penyampaian
perkuliahan fisika dasar, olehnya itu konspe yang telah didapatkan.
praktikum sangat penting untuk dilaksanakan [ Menurut Nurdianti dkk. [CITATION
CITATION Mus09 \l 1033 ]. Kondisi pandemi Nur15 \n \t \l 1033 ], kegiatan pembelajaran
Covid-19 mengakibatkan kegiatan problem solving laboratory dibagi secara garis
2
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021
3
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021
4
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021
5
Jurnal Pendidikan Fisika Charm Sains E-ISSN 2722-586
Vol. 2, No. 3, Hal: Oktober 2021