Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

KETERAMPILAN PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH

“Penuntun Pratikum Berbasis Green chemistry dan Chemopreneurship”

Oleh :

Kelompok 3 :

1.Amelia Difa(17035084)

2.Anita Zulmi(17035126)

3.Bundani Sakinah(17035086)

4.Delis Sintyah(17035130)

5.Fikri Aulia(17035138)

6.Julia Wulandari(17035100)

7.Weni Syafitri(17035176)

8.Firma Yulianis

Pendidikan Kimia E

Dosen :

1.Eka Yusmaita S.Pd, M.Pd

2.Zonalia Fitriza S.Pd, M.Pd

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGER PADANG

2020
Penuntun Pratikum Berbasis Green chemistry dan Chemopreneurship

A.Pratikum

Kata praktikum berasal dari kata practiqu/pratique (Perancis), practicus (Latin), atau
prassein (Yunani) yang berarti mengerjakan.Praktikum dalam bahasa Inggris bermakna sama
dengan exercise, exercise (Perancis), exercitiu/excere (Latin) yang secara harfiah berarti tetap
aktif/sibuk yang juga bermakna sama dengan latihan atau responsi.
Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi atau
dengan sumber data sekunder untuk mengamati dan memahami dunia alam.

A. Metode pratikum
Metode pratikum adalah penyampaian bahan pembelajaran dengan
memberikan kesempatan berlatih keapada siswa untuk meningkatkan keterampilan
sebagai penerapan bahan/ pengetahuan yang telah mereka pelajari sebelumnya
mencapai tujuan pembelajaran.Menurut Hegarty-Hazel pratikum adalah suatu
bentuk praktek yang bertempat dalam lingkungan yang disesuaikan dengan tujuan
agar siswa terlibat dalam pengalaman belajar yang terencana dan berinteraksi dengan
peralatan untuk mengobservasi serta memahami fenomena.Metoda pratikum ini
disebut juga dengan metoda laboratory.Dengan metoda laboratory guru menggunakan
objek, membantu siswa melakukan percobaan.

Metoda pratikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan,
aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktek dengan
mempergunakan alat-alat tertentu.Dalam melaksanakan metoda laboratory ini guru
melaksanakan:
 Memperkenalkan beberapa bentuk realita kedalam pelajaran, misalnya
pertunjukan (Model, produk, dan sebagainya)
 Merencanakan secara teliti serangkaian pengajaran langsung yang sama
dengan manual laboratorium bagi kegiatan-kegiatan peserta didik guna
memecahkan masalah bimbingan guru.
B. Tujuan pratikum
Pratikum mempunyai tiga tujuan, yaitu : keterampilan kognitif, keterampilan
afektif dan keterampilan psikomotorik. Pada keterampilan kognitif siswa dapat
melatih diri agar teori dapat dimengerti, teori yang berlainaan dapat diintegrasikan
serta dapat menerapakan teori pada keadaan nyata.pada keterampilan afektif bertujuan
agar siswa dapat belajar merencanakan kegiatan secara mandiri, kerjasama,
menghargai dan mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya.Keterampilan
psikomotorik bertujuan untuk menyiapkan alat-alat, memasang serta memakai
instrument tertentu.
Keterampilan-keterampilan yang dapat dilatih dan dikembangkan dalam kegiatan
pratikum adalah:
1. Menganalisis problema
2. Mengumpulkan informasi
3. Menyusun hipotesis
4. Mengevaluasi data
5. Menarik kesimpulan
6. Melaporakan hasil pratikum

C. Kelebihan dan kekurangan pratikum


1. Kelebihan :
 melibatkan secara aktif fisik, pikiran, dan emosi peserta didik sehingga
mempertinggi hasil belajar.
 Meningkatkan kadar keterampilan peserta didik
 Membangkitkan motivasi dan rasa percaya diri
 Biasanya praktek itu dapat menghasilkan benda yang bermanfaat.
2. Kekurangan :
 seringkali memerlukan fasilitas yang banyak
 memerlukan banyak waktu
 untuk kelas yang besar, pengawasan kurang efektif kalau instrukturnya
terbatas.

D. Langkah-langkah / teknik dalam pembelajaran dengan metode pratikum


1. Langkah persiapan
Persiapan untuk pelaksanaan metode pratikum antara lain :
 Menetapkan tujuan
 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
 Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang ada dan
kapasitas tempat
 Memperhatikan resiko keamanan
 Mempersiapkan tata tertib untuk menjaga keamanan dan bahan yang
digunakan
 Membuat petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh selama
pratikum berlangsung secara sistematis, termasuk hal-hal yang dilarang
atau yang membahayakan.
2. Langkah pelaksanaan
 Sebelum siswa melaksanakan praktek, siswa mendiskusikan persiapan
dengan guru. Setelah itu meminta alat-alat atau perlengkapan yang akan
diguanakan
 Selama praktek guru perlu mendekati siswa untuk mengamati proses yang
sedang berlangsung menerima pertanyaan-pertanyaan memberikan
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan yang dihadapi siswa sehingga
pratikum dapat dilaksanakan.
 Selama pratikum, guru hendaknya memperhatikan situasi secara
keseluruhan untuk mengontrol pratikum
3. Tindak lanjut
Setelah pratikum dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah :
 Meminta siswa menbuat laporan untuk diperiksa
 Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama pratikum
 Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali segala peralatan yang
digunakan.

B.Penuntun Pratikum (Dirancang sesuai sintak discovery, inquiry, PBL)

1. Inquiry Learning
Pengertian Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan” (Sanjaya,
2006:194).
Menurut piaget (Mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaran inquiry adalah
model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan
apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis
untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Karakteristik  Menekankan pada proses mencari dan menemukan.


 Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian.
 Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar.
 Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan
kesimpulan

Sintaks Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
fenomena yang memungkinkan siswa
Observasi untuk menemukan
menemukan masalah
masalah
Tahap 2 Guru membimbing siswa merumuskan masalah
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena
Merumuskan masalah
yang disajikannya
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk mengajukan
hipotesis terhadap masalah yang telah
Mengajukan hipotesis
dirumuskannya
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk merencanakan
pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat
Merencanakan pemecahan
dan bahan yang diperlukan dan menyusun
masalah (melalui eksperimen atau
prosedur kerja yang tepat
cara lain)
Tahap 5 Selama siswa bekerja, guru membimbing dan
memfasilitasi
Melaksanakan eksperimen (atau
cara pemecahan masalh yang lain)
Guru membantu siswa melakukan pengamatan
Tahap 6 tentang hal-hal yang penting dan membantu
mengumpilkan dan mengorganisasi data
Melakukan pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan suatu konsep
Analisis data
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
Penarikan kesimpulan dan
yang ingin ditanamkan.
penemuan
Kelebihan  Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih
bermakna.
 Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya mereka.
 Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
 Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di ata rata-raa. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kekurangan  Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa


 Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
 Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan
 Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan slit di
implementasikan.

Referensi E,Mulyasa.2008.Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi


Siswa.Bandung:Angkasa

Sanjaya,W.2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada

2. Discovery Learning
Pengertian Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung
tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi
tersebut secara mandiri.
 Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.
Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
 Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), Model discovery learning adalah proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri.
Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Karakteristik  Peran guru sebagai pembimbing;
 Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;
 Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan
kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
serta membuat kesimpulan.
Sintaks Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru dapat memulai kegiatanpembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
Stimulation (stimulasi/pemberian
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya
rangsangan)
yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
Tahap 2 guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
Problem statement (pernyataan/
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
identifikasi masalah)
kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah).
Tahap 3 guru memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi
Data collection (pengumpulan data)
sebanyakbanyaknyayang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

Tahap 4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk melakukan kegiatan mengolah data dan
Data processing (pengolahan data )
informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.
Tahap 5 siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya
Verification (pembuktian)
hipotesis yang telah ditetapkan,dihubungkan
dengan hasil data processing.

Tahap 6 proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat


dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
Generalization (menarik
semuakejadian atau masalah yang sama,
kesimpulan/generalisasi
dengan memperhatikan hasil verifikasi

Kelebihan  Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
 Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
 Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.

Kekurangan  Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
 Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang
lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Referensi Hosnan.2014.Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan.


Yogyakarta:Pustaka Setia

Kurinasi,Sani.2014.Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa.Bogor:Ghalia Indonesia

3. Problem Blased Learning


Pengertian Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri
(menurut Arends dalam Abbas, 2000:13). Problem-Based Learning (PBL) atau
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,
1995).
Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti
bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh
suatu permasalahan sehari-hari.
Karakteristik  belajar dimulai dengan suatu masalah,
 memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
peserta didik
 mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin
ilmu
 memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
 menggunakan kelompok kecil
 menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari
dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Sintaks Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 tahapan ini sangat penting dimana guru harus
menjelaskan dengan rinci apa yang harus
Mengorientasikan Siswa pada
dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan
Masalah
bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajara
Tahap 2 guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan membentuk kelompok-kelompok
Mengorganisasikan Siswa untuk
siswa dimana masing-masing kelompok akan
Belajar
memilih dan memecahkan masalah yang
berbeda.
Tahap 3 guru harus mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan
Membantu Penyelidikan Mandiri dan
eksperimen (mental maupun aktual) sampai
Kelompok
mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta
didikmengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri.
Tahap 4 . guru berperan sebagai organisator pameran.
Akan lebih baik jika dalam pemeran ini
Mengembangkan dan Menyajikan
melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang
Artefak (Hasil Karya) dan
tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai”
Mempamerkannya
atau memberikan umpan balik.
Tahap 5 guru meminta siswa untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
Analisis dan Evaluasi Proses
selama proses kegiatan belajarnya.
Pemecahan Masalah
Kelebihan  Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
 Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
 Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
 Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
 Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata
Kekurangan  Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencobanya.
 Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).

Referensi Abbas dan Arends. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah.Jakarta:Bumi Aksara

Duch, J.B. 1995. Problem Based Learning in Physics: The Power of Student
Teaching Student. [Online]. Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-
phys.html[08 Juni 2010]
Finkle dan Torp. (1995). Pembelajaran Berbasis Masalah Merupakan
Pengembangan. Malang: UNM.

Sanjaya, Wina.2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: kencana perdana media grup.

C.Green Chemistry

Green Chemistry memiliki peranan penting dalam memberikan solusi terhadap


permasalahan dunia seperti perubahan iklim yang ekstrim karena pemanasan global,
permasalahan kekurangan energi, dan sumber daya alam yang menipis. Peranan green
chemistry terhadap bidang pendidikan kimia adalah memberikan informasi baik kepada
masyarakat dan siswa tentang pola ramah lingkungan dan perubahan yang sangat penting
bagi pembangunan berkelanjutan yang dimulai dari suatu usaha untuk meminimalisir sisa
kegiatan (limbah) yang digunakan di dalam laboratorium kimia baik di sekolah maupun
universitas serta limbah industri, peranan green chemistry dalam pendidikan kimia juga
memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya mahasiswa dalam penggunaan,
pengolahan bahan kimia baik bahan kimia di laboratorium maupun di kehidupan sehari-hari
seperti deterjen.
Green Chemistry adalah penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa
berbahaya dalam desain, pembuatan dan aplikasi dari produk kimia. Aspek Green
Chemistry adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia,
penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui,
peningkatan efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur
ulang. Green Chemistry bertujuan mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang
ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan

GREEN CHEMISTRY
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah
Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang
merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry
merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia
yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan
tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan
kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang
dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global,
dan penipisan sumber daya alam.

Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan


struktur dan perubahan suatu materi.Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai
sumbernya. Oleh karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan
penggunaannya baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung seperti penggunaan
suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya.

Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah


terjadinya polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi
sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk
menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang green
chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan
bahan baku yang terbarukan, merancang bahan kimia yang green, serta penggunaan
bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma, 2008).

Anastas dan Warner (1998) telah mengembangkan prinsip-prinsip Green Chemistry.

Prinsip bahan kimia ramah lingkungan (Green Chemistry) yang diungkapkan oleh Paul

Anastas dan John Warner (1998) ada 12 prinsip, yaitu:

 Mencegah Limbah
Yaitu bagaimana kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia

untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting

dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan bahaya

yang berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.

 Memaksimalkan Atom Ekonomi


Ekonomi Atom adalah sebuah konsep, yang dikembangkan oleh Barry Trost

dari Stanford University yang mengevaluasi efisiensi transformasi kimia. Mirip dengan

perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa atom dalam produk yang

diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Memilih transformasi yang

menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam produk lebih efisien dan meminimalkan
limbah.
Metode sintesis yang digunakan harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk
yang diinginkan dibandingkan dengan bahan dasar.Konsep atom ekonomi ini mengevaluasi
sistem terdahulu yang hanya melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk menentukan
suatu reaksi efektif dan efisiens tanpa melihat seberapa besar limbah yang dihasilkan dari
reaksi tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk menilai proporsi produk yang
dihasilkan dibandingkan dengan reaktan yang digunakan.Jika semua reaktan dapat dikonversi
sepenuhnya menjadi produk, dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai atom
ekonomi 100%. Berikut adalah persamaan untuk menghitung nilai atom ekonomi :

Atom ekonomi (%) = x100%

 Desain sintesis kimia yang kurang berbahaya


Metode sintetis seharusnya didesain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang

memiliki kadar sekecil mungkin atau bahkan tidak beracun terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan. Tujuannya adalah untuk menggunakan reagen kurang berbahaya bila

memungkinkan dan proses desain yang tidak menghasilkan produk sampingan berbahaya.

 Desain Produk kimia yang aman


Pengetahuan mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk
mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang
aman. Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki
kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah
dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai bioavailability. Produk
kimia seharusnya didesain untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dengan
meminimalkan toksisitas ( sifat beracun) mereka.

 Gunakan Pelarut / kondisi reaksi yang aman


Semaksimal mungkin diupayakan untuk tidak menggunakan zat tambahan (misalnya, pelarut,

agen pemisah, dll). Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena
itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam

kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang

cukup aman.

 Meningkatkan Efisiensi Energi


Kebutuhan Energi dalam proses kimia harus diakui berdampak pada lingkungan dan ekonomi
dan harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang untuk
suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan

ekstrim dapat diminimalkan.

 Gunakan Bahan Baku Terbarukan


Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada
menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku
terbarukan biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak
terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan
tambang lainnya.

 Hindari penggunaan Kimia Derivatif


Derivatisasi yang tidak perlu harus dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena

langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.

Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan

untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif dapat menghilangkan

kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis lain yang lebih sensitif.

 Gunakan Katalis
Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul

dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi, antara lain

dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi, meningkatkan tingkat

konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi selama

reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi menghindari

reaksi samping yang tidak diinginkan.

 Desain Produk yang Terdegradasi


Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai

menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan.

Disinilah arti pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya

biopolimer, plastik ramah lingkungan dst.

 Analisis Real-Time untuk Mencegah Polusi


Selalu penting untuk memonitor kemajuan reaksi untuk mengetahui kapan reaksi selesai atau
untuk mendeteksi munculnya produk samping yang tidak diinginkan. Bila memungkinkan,
metodologi analitis harus dikembangkan dan digunakan untuk memungkinkan untuk real-

time, pemantauan pada proses dan kontrol untuk meminimalkan pembentukan zat berbahaya.

 Minimalkan Potensi Kecelakaan


Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan

pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja.

Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan

mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.

Dewasa ini sudah banyak sekali penelitian-penelitian yang mengarah/ berbasis pada

aspek keberlangsungan. Sebagai contoh misalnya usaha untuk menemukan energi terbarukan,

antara lain energi surya, energi bahan bakar yang berbasis hidrogen, biogas, termasuk proses

penyimpanannya jangka panjang. Penggunaan green solvent dan green katalist, termasuk di

dalamnya biokatalist (yang reusable dan recycle), mekanisme sintesis yang dirancang ramah

lingkungan, begitu pula upaya memaksimalkan atau memanfaat kan kembali limbah sebagai

bahan baku bermanfaat di masa depan adalah merupakan usaha-usaha para ilmuwan untuk

terwujudnya bumi yang hijau.

D.Chemopreneurship

Pendekatan Chemoenterpreneurship

Adalah salah satu pendekatan pembelajaran kimia yang konstektual yaitu dikaitkan
dengan objek nyata sehingga nantinya siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu
bahan menjadi produk yang bermanfaat ,bernilai ekonomis,dan menumbuhkan semangat
berwirausaha (Supartono,2016).

Pendekatan CEP tidak hanya beriorentasi pada penguasaaan teori-teori kimia


saja,tetapi juga beriorientasi pada pembentukan minat bakat wirausaha maupun pembentukan
karakter yang tangguh dan pantang menyerah dalam menjalani problematika
kehidupan(Prayitno.2017 )

Pembelajaran kimia dengan berorientasi CEP memilki indikator-indikator


peningkatan kretivitas diantaranya adalah meningkatnya kemampuan mengajukan banyak
pertanyaan,memeberikan banyak ide terhadap suatu masalah ,menyatakan pendapat ,mencari
dan menganalisis data yang diketahui dalam menyelesaikan masalah,daya imajinasi,dan rasa
humor (Mursiti,2008).
Pada pendekatan Chemoenterpreneurship ini bukan menuntut siswa nantinya menjadi
seorang pedagang atau wirausahawan,,tetapi dengan pembelajaran dengan pendekatan CEP
ini diharapkan akan menumbuhkan semangat/jiwa kewirausahawan seseorang melalui
kegigihan dan kerja kerasnya.

Contoh modul :

Contoh isi modul berbasis chemoenterpreneurship


E.Penuntun Berbasis Green Chemistry dan Chemopreneurship

Buku petunjuk praktikum kimia yang digunakan hendaknya memuat beberapa


petunjuk yang mengarahkan kepada peserta didik untuk mentaati tata tertib praktikum dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dilaboratorium.Buku petunjuk praktikum
bernuansa green chemistry sangat dibutuhkan dalam meminimalisir terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium.
Prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam penyusunan buku petunjuk praktikum
kimia bernuansa green chemistry adalah :
a. Pencegahan terbentuknya limbah atau sampah
Praktikum ini sudah menggunakan bahan seminimal mungkin sehingga menghasilkan
limbah yang sedikit pula. Limbah yang dihasilkan dari pelaksanaan praktikum dibuang pada
tempatnya.
b. Desain bahan dan produk yang aman
Penggunaan bahan alam yang digunakan bersifat aman dan ramah lingkungan.
c. Penggunaan pelarut yang aman
Penggunaan pelarut seperti akuades, air cuka, air kapur, air tomat, air jeruk, air sabun
detergen, dan pembersih lantai merupakan pelarut yang aman.Selain itu penggunaan
pelarut bahan kimia dengan konsentrasi yang kecil.
d. Penggunaan bahan kimia terbarukan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini merupakan bahan yang dapat
diperbaharui dan praktikum ini memaksimalkan pemanfaatan bahan-bahan alam yang
ada di sekitar.
e. Peminimalan potensi kecelakaan kerja
Senyawa yang digunakan dalam reaksi harus dipilih untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan, seperti timbulnya api atau kebakaran dan
ledakan.

Modul berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) merupakan modul yang dapat


mengembangkan keterampilan siswa.Modul chemoentrepreneurship (CEP) dikembangkan
dengan mengaitkan langsung pada obyek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan
manusia.Modul ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan
menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan memotivasi untuk wirausaha. Dengan
modul berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) yang dikaitkan dengan objek nyata, maka
diharapkan pula siswa akan menjadi lebih paham terhadap pelajaran kimia yang cenderung
abstrak dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkanpotensinya agar
menghasilkan produk. Bila siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak
menutup kemungkinan sikap wirausaha siswa akan tumbuh (Supartono,et al., 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and Practice, Oxford
University Press, Oxford.

Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing Berorientasi green


chemistry Terhadap Keterampilan Proses Sains, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8,
No. 1, 2014, Halaman 1281 - 1288

Rustaman, Nuryani,dkk. 2003. StrategiBelajarMengajarBiologi, Bandung:


UniversitasPendidikan Indonesia.

Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V., 2008, Gray Chemistry Versus Green
Chemistry: Challenges and Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92.

Supartono, Saptorini dan Asmorowati, D.S.,2009, Pembelajaran Kimia Menggunakan


Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Chemoentrepreneurship, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol 3, No 2,Hal: 476-83.

Ulfah., Maria, dkk, Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi
Pendidikan Biologi, Semarang.

Winaataputra, Udin S .2001. StrategiBelajarIpa .Jakarta.:Universitasterbuka.

Anda mungkin juga menyukai