PENDAHULUAN
Desa Alue Naga selalu dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tiram
terbaik di Aceh. Biasanya penduduk desa adalah laki-laki dan perempuan, bahkan
anak-anak menjadi nelayan. Anda tinggal di daerah berpenghuni di atas tanah
setinggi satu meter. Di permukaan laut, nelayan menyelam setiap hari untuk
menemukan tiram di sungai dengan tangan dan metode tradisional. "Selama tiram
ditemukan dengan tangan, mereka akan menyelam dan menyelam di udara selama
berjam-jam, jadi ini sangat berbahaya bagi kesehatan."(sember: Kompas).
Meskipun kualitas air dalam air dapat ditentukan oleh banyak faktor, seperti
zat terlarut, padatan tersuspensi, dan organisme yang ada di dalam air (Irham dan
Setiawan, 2017). Namun dapat digunakan bersama dengan kondisi lingkungan
sebagai indikator kualitas air (Irham dan Setiawan, 2017). Asra, 2009; Hume dkk.,
2011; Guntur dkk., 2017).
Menurut data yang saya baca dari jurnal Analisis BOD dan COD di perairan
estuaria Sungai Krueng Cut, Banda Aceh. Menjelaskan bahwa Data hasil analisis
kualitas air di Perairan Sungai Krueng Cut yang dilakukan pada 7 stasiun
pengambilan sampel dengan menggunakan parameter yaitu BOD, COD, nitrat,
nitrit, pH, DO, Konsentrasi yang didapatkan untuk BOD tertinggi berada pada
stasiun 3 yaitu 5,6 mg/L dan konsentrasi BOD terendah berada pada stasiun 5 dan
7 yaitu 2 mg/L. Sedangkan konsentrasi COD tertinggi juga berada pada stasiun 3
yaitu 20,98 mg/L dan konsentrasi COD terendah berada pada Stasiun 7 yaitu 10,25
mg/L. Hasil menunjukkan bahwa kualitas air di perairan Krueng Cut dikategorikan
ke dalam kualitas air baku mutu kelas III untuk semua parameter yang diukur yaitu
kualitas air yang hanya layak digunakan untuk budidaya perairan. Hal ini
didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air Baku Mutu. Jika dibandingkan dengan pemantauan kualitas air
Perairan Krueng Cut, maka kondisi kualitas air pada semua stasiun masih dalam
kondisi normal sesuai peruntukannya.
Hasil uji COD menunjukkan hasil yang sama, temuan ini menunjukkan
bahwa senyawa organik yang ada di perairan tambang Krueng sering berasal dari
daerah hulu yaitu daerah pertanian, dengan gambaran tipikal . Air limbah dari
intensifikasi pertanian seperti pupuk dan pestisida, kurang baik. Mempengaruhi
kualitas air hilir, sehingga kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik ini
tinggi, sehingga nilai COD tinggi.
Oleh karena itu kita harus memberikan informasi ataupu himbauan detail
terhadap warga gampong Aleu Naga tentang bahanya dampak bencana lingkungan
yang disebabkan limbah rumah tangga yang di buang melalui sungai kreung cut.
Sampah rumah tangga meliputi sampah organik dan anorganik serta sampah rumah
tangga berupa deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai atau
diurai oleh bakteri, seperti sampah tanaman, buah-buahan, dan dedaunan. Dan
sampah anorganik seperti kertas, plastik, kaca, kain, kayu, logam, karet dan kulit.
Sampah anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (not biodegradable).
Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan sampah rumah tangga
yang paling berpotensi menyebabkan pencemaran air. Bahkan, hampir semua
rumah tangga menggunaka deterjen.
Pencemaran air akibat kontak dengan sampah domestik akan menimbulkan akibat
atau akibat sebagai berikut:
Kadar oksigen terlarut dalam air berkurang karena sebagian besar oksigen
digunakan oleh bakteri dalam proses penguraian sampah.
Limbah anorganik di sungai menghalangi sinar matahari dan menghambat
fotosintesis tanaman air dan alga penghasil oksigen.
Bakteri sulit terurai sebagai bahan pembersih, sehingga tetap aktif di dalam
air untuk waktu yang lama, mencemari badan air dan meracuni berbagai
organisme air.
Penggunaan deterjen yang berlebihan juga dapat meningkatkan kandungan
fosfat dalam air sungai atau danau, sehingga merangsang pertumbuhan alga
dan eceng gondok (Eichhornia crassipes).
Pertumbuhan alga dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
permukaan danau atau sungai tertutup, menghalangi penetrasi sinar
matahari dan menghambat proses fotosintesis.
Tumbuhan air (eceng gondok dan alga) yang mati akibat dekomposisi
tumbuhan tersebut akan menghabiskan cadangan oksigennya.
Bahan tanaman air yang dapat terdegradasi mengendap dan menyebabkan
pengendapan.
KESIMPULAN
SARAN