Anda di halaman 1dari 29

Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu ke-1

FEASIBILITY STUDY

Pengertian Feasibility Study adalah studi kelayakan sebuah pesanan yang didasarkan
pada rencana atau proyek yang diusulkan.

Tujuan dari Feasibility Study atau Studi Kelayakan

 Untuk memahami secara menyeluruh semua aspek proyek, konsep, atau


perencanaanya

 Agar tidak melihat setiap masalah yang dapat dilaksanakan saat


melaksanakan proyek

 Menentukan apakah setelah mempertimbangkan semua faktor penting,


proyek tersebut layak – yaitu, layak untuk dilakukan

Pentingnya Feasibility Study atau Studi Kelayakan

Feasibility Study atau studi kelayakan penting untuk pengembangan bisnis. Studi
kelayakan dapat memungkinkan sebuah bisnis untuk membahas bagaimana dan
dimana bisnis tersebut akan beroperasi.

Feasibility Study juga dapat merusak potensi yang dapat menghambat operasi sebuah
bisnis dan hanya sejumlah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis tersebut.
Studi Kelayakan ini bertujuan juga untuk strategi pemasaran yang dapat membantu
meyakinkan investor atau bank bahwa mencoba dalam proyek atau bisnis tertentu
adalah pilihan yang bijaksana.

Praktik Terbaik yang disarankan

Feasibility Study atau studi kelayakan mencerminkan tujuan dan kebutuhan unik suatu
proyek, sehingga masing-masing proyek berbeda. secara umum untuk melakukan
studi kelayakan adalah hal-hal berikut:

 Medapatkan umpan balik tentang konsep baru dari pemangku kepentingan


yang tepat

 Menanalisis dan mengajukan pertanyaan tentang data Anda untuk


memastikan data tersebut kuat

 Melakukan survei pasar atau riset pasar untuk menambah kumpulan data

 Menulis rencana yang tersusun, operasional, atau rencana bisnis

 Laporan laba rugi yang diproyeksikan

 Angka hari pembukaan neraca

 Membuat keputusan “jalan” atau “tidak jalan” dengan rencana awal

Komponen yang Disarankan

Setelah menyelesaikan uji tuntas dasar, dapat mempertimbangkan elemen di bawah ini
sebagai item untuk dimasukkan dalam penelitian:

 Ringkasan eksekutif :
 Pertimbangan teknologi :

 Mode pasar :.

 Strategi pemasaran

 Staf yang dibutuhkan

 Jadwal dan linimasa .

 Keuangan proyek .

 Hasil dan rekomendasi

BESARAN FISIK TEKNOLOGIS

Dalam hal ekonomi bangunan sebuah proyek perkantoran, ada beberapa besaran-
besaran fisik.Berikut adalah besaran-besaran fisik teknologis beserta satuannya (Kajian
Ekonomi Bangunan) :

1. Luas Lantai Kotor (Gross Floor Area)

Luas lantai bangunan tinggi sangat tergantung dari program bangunan yang tergantung
pula pada jenis proyek. Lagi pula lokasi dan bentuk tanah turut menentukan luas lantai
yang dapat dibangun. Dan akhirnya bentuk denah untuk suatu jenis proyek menentukan
pula luas lantai yang dapat dicapai. Jadi dalam praktek harus diadakan suatu studi
khusus mengenai berbagai efek finasial yang dicapai oleh sesuatu bentuk denah
dengan luas lantai tertentu. Dilambangkan dengan a, dalam satuan m 2.

2. Luas Lantai Bersih (netto)

Luas lantai bersih ialah jumlah luas lantai yang dibatasi oleh dinding/kulit luar gedung
dan beratap (covered area), termasuk ruang-ruang dalam tanah (basement) dikurangi
luas lantai untuk inti gedung. Dilambangkan dengan a, dalam satuan m2.
3. Luas Inti Gedung (Building Core)

Luas inti gedung tergantung dari letaknya dalam zone. Makin ke atas semakin kecil,
karena jumlah lift mengecil. Untuk penafsiran, luas ini gedung sekitar 5-10 kali luas
tabung lift. Dilambangkan dengan k, dalam satuan m2.

4. Efisiensi Lantai (Floor Efficiency)

Efisiensi lantai adalah persentase luas lantai yang disewakan terhadap luas lantai kotor.
Semakin besar efisiensi lantai, semakin besar pula pendapatan gedung. Efisiensi untuk
gedung perkantoran misalnya sekitar 80%. Dilambangkan dengan e, dalam satuan %

5. Tinggi Lantai s/d Lantai (Floor to Floor High)

Tinggi ini tergantung dari jenis proyek dan konstruksi lantai dalam hubungannya dengan
kegunaan ruang. Misalnya gedung flat yang tinggi langit-langitnya (ceiling height) 2.40
m dan konstruksi lantainya pelat datar bisa mempunyai floor-to-floor height sekitar 3 m.
Gedung-gedung kantor yang tinggi plafondnya 2.7 m bisa mempunyai floor-to-floor
height sekitar 3.5 m. Jarak antara permukaan plafond dan lantai ruang di atasnya
sekitar 0.8-1.0 m diperlukan untuk tinggi balok lantai (bila ada) dan tabung-tabung
penyebar udara AC. Dalam ilmu konstruksi bangunan tinggi, jarak ini selalu diusahakan
minimal, sebab penghematan sebesar 10cm saja kalau dikalikan 30 sudah berarti
penghematan 3m atau setinggi 1 lantai. Dilambangkan dengan h, dalam satuan m.

6. Jumlah Lantai

Sebenarnya yang membatasi jumlah lantai yang dapat dibangun pada sesuatu lokasi
tidak dapat diputuskan hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tekno ekonomis
saja. Kta tahu bahawa daya dukung tanah juga membatasi tinggi bangunan yang dapat
dibangun di samping peraturan-peraturan Tata Kota. Jadi putusan terakhir merupakan
sintesa dari berbagai kriteria tersebut ialah tekno-ekonomis, pondasi, peraturan Tata
Kota. Dilambangkan dengan N.
7. Kepadatan Bangunan (Building Density)

Semakin mahal harga tanah, semakin tinggi bangunan suatu gedung. Peraturan kota
menentukan batas persentase luas tanah yang boleh dibangun, yang disebut
kepadatan bangunan. Malah juga dibatasi perbandingan luas lantai bangunan terhadap
luas tanah (floor area ratio). Batasan-batasan sangat mempengaruhi efek finansial
suatu proyek. Kepadatan tergantung dari lokasi tanah, negara dan waktu. Di pusat kota
New York misalnya, kepadatan bangunan bisa mendekati 100%. Dilambangkan dengan
b, dalam satuan %.

8. Perbandingan Luas Lantai Total terhadap Luas Tanah (Floor Area


Ratio)

Perbandingan ini sangat tergantung pada tinggi bangunan ekonomis (economic building
height) dan peraturan Tata Kota yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
makro perkotaan. Dilambangkan dengan f.

9. Beban Puncak Lift (Peak Load)

Beban puncak lift diperhitungkan berkaitan dengan jangka waktu pemenuhan gedung.
Bila suatu gedung diperhitungkan penuh dalam waktu 30 menit, maka dalam 5 menit
pertama jam-jam ramai (rush hour), beban puncak lift adalah 5/30 x 100% = 16.66% x
penghuni gedung. Untuk proyek-proyek perkantoran lazimnya diperhitungkan 15% x
jumlah penghuni gedung dimana untuk setiap penghuni diperhitungkan luas lantai 5
m2 orang (netto). Dilambangkan dengan P, dalam satuan orang.

10. Waktu Perjalanan Bolak-balik (Round Trip Time)

Adalah waktu bolak-balik yang diperlukan lift berjalan dari lantai terbawah sampai lantai
teratas dalam suatu zone termasuk waktu persiapannya selama 15 detik, yang terdiri
dari :
1. Penumpang menekan tombol dan pintu lift terbuka : 3 s
2. Penumpang masuk lift dan menekan tombol : 2 s
3. Pintu lift menutup kembali : 3 s
4. Lift berhenti dan pintu terbuka : 2 s
5. Penumpang meninggalkan lift : 2 s
6. Pintu lift tertutup kembali : 3 s

Jumlah 15 s dan dilambangkan dengan T, dalam satuan s (detik).

11. Kapasitas Elevator

Daya muat lift tergantung pabrik pembuatnya. Lazimnya berisar antara 5-20 orang.
Untuk kebutuhan khusus sampai 50 orang/ lift. Dilambangkan dengan m, satuan orang.

12. Kecepatan Elevator

Kecepatan elevator yang dipilih bergantung pada tinggi gedung. Semakin tinggi
gedung, semakin besar kecepatan liftnya untuk menghemat waktu bolak-balik lift yang
mempengaruhi waktu tunggu lift. Sebagai batas kecepatan diambil gerak jatuh bebas
oleh percepatan gravitasi bumi yaitu 10 m/s2. Jadi elevator dengan kecepatan terendah
yaitu sekitar 1 m/s dan kecepatan tertinggi sekitar 10 m/s. Dalam literatur asing
kecepatan lift ditulis dalam feet per minute. Dilambangkan dengan s, dalam satuan m/s.

13. Jumlah Elevator

Jumlah lift yang berlaku untuk suatu zone vertikal dalam gedung tinggi yang lazimnya
dibagi dalam beberapa zone lift. Pembagian dalam zone diperlukan untuk menghemat
jumlah lift total. Tinggi 1 zone sekitar 20 lantai. Pembagian dalam zone juga berkaitan
dengan posisi ruang-ruang mesin/ mekanikal. Dilambangkan dengan N.
14. Waktu Tunggu Elevator (Interval, Waiting Time)

Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan negara dimana gedung itu
berada. Orang-orang di kota besar lebih cenderung kurang sabar dibandingkan di kota-
kota kecil. Untuk proyek perkantoran diperhitungkan waktu tunggu sekitar 15 s. Waktu
tunggu = waktu bolak-balik dibagi jumlah lift. Dilambangkan dengan w, dalam satuan s
(detik).

15. Tenaga/ Energi Listrik

Suatu gedung memerlukan tenaga listrik untuk penerangnan, AC, ventilasi, sound
system, pengaman bangunan,dan sirkulasi vertikal. Semakin tinggi gedung, semakin
besar tenaga listrik yang diperlukan untuk sirkulasi vertikal. Dilambangkan dengan Q,
dalam satuan MW (Mega Watt).
Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu ke-2

BESARAN-BESARAN TEKNO EKONOMI

Besaran-besaran tekno ekonomi menurut Poerbo (1993 : hal. 6-11) adalah sebagai
berikut:

1. Harga Satuan Tanah

Biaya tanah (land cost) ialah biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan untuk
pengadaan tanah ditambah beban bunga sejak pembelian hingga gedung
menghasilkan pendapatan.

2. Biaya Bangunan

Biaya bangunan ialah seluruh biaya yang mencakup semua item pekerjaan sipil dan
arsitektur, pekerjaan ME (Mechanical & Electrical), pekerjaan interior dan pekerjaan tata
ruang luar.

3. Biaya-biaya Tidak Langsung

Kelompok biaya ini berupa:

a. Biaya overhead,

b. Biaya tak terduga,

c. Biaya hukum

d. Pengeluaran lainnya
Untuk proyek gedung besarnya kelompok biaya ini adalah sekitar 20% dari harga
gedung.

4. Biaya Investasi Total atau Biaya Proyek

Komponen-komponen biaya investasi total adalah :

a. Biaya tanah

b. Biaya bangunan

c. Biaya tidak langsung

5. Modal Pembiayaan Proyek

Ada dua macam modal dalam pembiayaan proyek komersial, yaitu:

a. Modal Sendiri (Equity)

Modal sendiri adalah jumlah modal yang ditanam untuk suatu proyek untuk membiayai
pekerjaan-pekerjaan pra-konstruksi, seperti pengadaan tanah, perencanaan,
penasehat, biaya-biaya hukum. Equity tersebut, biasanya sebesar ± 25% dari investasi
total (untuk proyek komersial).

b. Modal Pinjaman (Borrowed Capital, Loan)

Modal pinjaman adalah pembiayaan proyek yang berasal dari, kredit langsung dari
bank atau institusi keuangan lainnya, dan juga dana dari pasar uang dan modal (hasil
penjualan saham-saham, obligasi, surat berharga dan lain-lain).

6. Perbandingan Modal Pinjaman Terhadap Modal Sendiri

Perbandingan ini tidak mutlak, tergantung jenis proyek yang mempengaruhi risiko
proyek. Lazimnya untuk proyek komersial perbandingannya adalah 3 : 1.
7. Suku Bunga

Bunga atas suatu pinjaman adalah sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa
pemberian modal pinjaman yang dapat dinikmati oleh pemberi pinjaman. Hal ini juga
berkaitan dengan perubahan nilai uang terhadap waktu. Suku bunga dinyatakan dalam
% per tahun.

8. Masa Konstruksi

Untuk proyek-proyek komersial yang dibiayai dengan modal pinjaman yang dikenakan
bunga meskipun proyek belum mulai menghasilkan pendapatan, masa konstruksi harus
diusahakan sesingkat-singkatnya agar beban bunga selama masa konstruksi tersebut
sekecil-kecilnya. Para kreditur umumnya memberi keringanan berupa penangguhan
pembayaran pokok kredit dan bunganya selama masa konstruksi. Ada kalanya hanya
diberikan penangguhan pembayaran pokok kreditnya saja dan bunganya harus dibayar.

9. Masa Pelunasan Kredit

Masa pelunasan kredit (pay out time) adalah jangka waktu kredit dikurangi masa
konstruksi. Panjangnya jangka waktu kredit adalah tergantung situasi, kondisi dan jenis
proyek. Untuk proyek-proyek komersial biasanya sekitar 15 tahun.

10. Tingkat Hunian Kamar

Tingkat hunian kamar adalah jumlah harga kamar terisi atau terjual dibandingkan
dengan seluruh jumlah kamar yang mampu dijual. Tingkat hunian kamar merupakan
tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual jasa penyewaan kamar. Perhitungan
tingkat hunian kamar (hotel occupancy) sangat berarti dalam dunia perhotelan karena
dari hasil perhitungan ini bisa digunakan sebagai alat perbandingan antara hotel yang
bersangkutan dengan hotel lain dalam rangka bisnis.

11. Pendapatan Bangunan

Pendapatan bangunan diperoleh dari sewa (per meter persegi per bulan), atau sewa
per kamar hotel. Dalam proyekhotel, pendapatan proyek masih ditambah selain dari
sewa kamar, ialah pendapatan dari makanan dan minuman, ruangmeeting dan fasilitas
lain yang terdapat di hotel tersebut.

12. Pengeluaran Bangunan

Pengeluaran bangunan di antaranya:

a. Biaya operasional (biaya personil, listrik dan lainnya).

b. Biaya pemeliharaan gedung (biaya perbaikan peralatan, pembersihan gedung dan


halaman, dan perawatan infrastruktur lainnya).

c. Biaya penggantian (penggantian peralatan, mesinpompa air, AC, dan sebagainya).

d. Biaya Asuransi.

13. Depresiasi atau Penyusutan Bangunan

Adalah nilai ganti per tahun yang harus dikeluarkan atas beban pendapatan sebelum
pajak yang besarnya tergantung dari umur ekonomis (economic life) suatu gedung dan
jenis gedung. Cara depresiasi juga bermacam-macam. Tetapi untuk keperluan analisa
pendahuluan menurut Poerbo

(1998: 10), cukup digunakan sistem garis lurus (straight line method). Untuk Hotel umur
ekonomis gedung yaitu 40 tahun.

Depresiasi = Nilai bangunan : Estimasi Umur Manfaat

14. Pajak Perseroan

Besarnya pajak perseroan tergatung peraturan tiap daerah. Di Daerah Istimewa


Yogyakarta menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.1 tahun 2011 tentang Pajak
Daerah, pajak yang dikenakan pada hotel yaitu 10% x laba kena pajak, ialah
pendapatan kotor dikurangi :

a. Pengeluaran untuk pembayaran bunga modal pinjaman.

b. Pengeluaran untuk pajak atas bunga (interest tax).


c. Depresiasi atau penyusutan gedung dan peralatan.

d. Asuransi kredit

e. Biaya operasi gedung.

15. Aliran Kas (Cash Flow)

Cash Flow adalah tata aliran uang masuk dan keluar per periode waktu pada suatu
perusahaan. Cash Flow terdiri dari:

a. Cash-in (uang masuk), umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat terukur
(benefit);

b. Cash-out (uang keluar), merupakan komulatif dari biaya-biaya (cost) yang


dikeluarkan.

Konsep Nilai Waktu Dari Uang

Konsep nilai waktu dari uang adalah berusaha melihat bagaimana uang, aset, hutang
dan sebagainya dilihat di masa yang akan datang. Artinya keputusan yang jumlah
diputuskan pada saat ini dengan asumsi tingkat bunga (interest) yang ada maka ketika
ditaksir dimasa yang akan datang bagaimana nilainya atau seberapa besar nilainya.
Salah satu tujuan dilakukannya analisis ini sebagai penguat dalam pengambilan
keputusan bisnis.
Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu Ke-3

MANAJEMEN PROYEK

Manajemen Proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan


mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang
telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan
hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal.( H. Kerzner ,1982)

Secara bebas Manajemen Proyek dapat diartikan “Sebagai ilmu dan seni berkaitan
dengan memimpin dan mengoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan
material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan, yaitu: lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi
keinginan stakeholder”.

Pada prinsipnya manajemen proyek adalah: Penerapan pengetahuan,ketrampilan “tools


and techniques” (perangkat/alat bantu dan teknik-teknik) pada aktivitas proyek agar
persyaratan dan kebutuhan proyek terpenuhi.Proses-proses manajemen proyek
dikelompokkan dalam 5 kelompok, yaitu:

1. Proses inisiasi (initiation process)

2. Proses perencanaan (planning process)

3. Proses pelaksanaan (executing process)

4. Proses pengontrolan (controlling process)

5. Proses penutupan (closing process)


Tiga Faktor Pembatas

1. Scope atau ruang lingkup


Scope atau ruang lingkup proyek adalah membahas jenis dan batasanbatasan
yang ada pada sebuah proyek. Sejauh mana batasan-batasan atau ruang
lingkup suatu proyek ditentukan. Ruang lingkup atau batasan proyek sangat
diperlukan dalam suatu proyek, karena hal ini akan memberi dampak pada
faktor-faktor proyek lainnya, terutama yang menyangkut biaya dan waktu
pengerjaan proyek. Semakin besar scope atau ruang lingkup suatu proyek
tersebut, maka secara umum akan makin bertambah pula waktu pengerjaan, ini
tentunya berdampak pada bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan.
2. Time atau waktu
Time atau waktu adalah salah satu komponen yang menjadi target utama dalam
sebuah proyek. Pada intinya faktor waktu ini adalah bagaimana kita menentukan
lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Komponen
waktu begitu berarti, terutama pada saat-saat yang memeng krusial. Terkadang
suatu proyek dipaksa untuk selesai pada waktu tertentu, walaupun berdampak
pada membengkaknya biaya.
3. Cost atau biaya
Cost atau biaya adalah salah satu faktor atau komponen utama proyek. Pada
intinya faktor biaya atau cost ini adalah menentukan seberapa besar biaya yang
akan dikeluarkan untuk sebuah proyek. Faktor biaya ini sangat dipengaruhi oleh
2 faktor sebelumnya, yaitu scope dan time. Secara umum semakin besar ruang
lingkup dan semakin lama waktu, maka akan semakin besar pula biaya suatu
proyek.
Fungsi Manajemen

1. Merencanakan, berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang


akan datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Berangkat dari pengertian ini,
maka perencanaan dimaksudkan untuk menjembatani antara sasaran yang akan diraih
dengan keadaan atau situasi awal.

2. Mengorganisir, adalah cara bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta


sumber daya kepada para peserta kelompok (organisasi) agar dapat mencapai sasaran
secara efisien. Hal ini berarti perlunya pengaturan peranan masing-masing anggota
yang dijabarkan dalam pembagian tugas, tanggung jawab, dan otoritas. Selanjutnya
disusun struktur organisasi.

3. Memimpin, berarti mengarahkan dan mempengaruhi SDM dalam organisasi agar


mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Faktor
yang perlu diperhatikan adalah gaya kepemimpinan yang akan diterapkan, karena
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam proses mencapai tujuan.

4. Mengendalikan, adalah menuntun, dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu
mengadakan koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Oleh
karena itu umumnya telah dibuat tolok ukur, seperti anggaran, standar mutu, jadwal
pelaksanaan dll. Bila terjadi penyimpangan segera lakukan pembetulan.

Dengan demikian pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa
arus kegiatan bergerak ke arah sasaran yang diingini. Staffing, staffing sering
dimasukkan dalam fungsi manajemen tetapi banyak yang menganggap kegiatan ini
merupakan bagian dari fungsi mengorganisir. Staffing, meliputi pengadaan tenaga,
jumlah maupun kualifikasi yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk
perekrutan, pelatihan dan penyeleksian untuk menempati posisi-posisi dalam
organisasi.
Konsep Manajemen

1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan,


mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa
manusia, dana dan material.

2. Sasaran yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan
secara spesifik.

3. Memakai pendekatan sistem

4. Mempunyai hirarki (arus kegiatan) horisontal disamping hirarki vertical.

Prinsip Manajemen

1. Departementalisasi dan Spesialisasi.

Adalah membagi atau mengelompokkan kegiatan sejenis kedalam satu wadah atau
departemen. Struktur organisasinya disusun sesuai tujuan, misalnya berdasarkan
fungsi yang sejenis, produk yang semacam dan lain-lain. Pembagian di atas akan
mendorong timbulnya departemen atau bidang yang mempunyai tenaga spesialis
dengan keahlian, latihan kerja, dan pengalaman yang dipersiapkan dan dipertahankan
untuk pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan tersebut akan dapat diselesaikan secara
efektif dan efisien.

2. Struktur Piramida

Organisasi disusun menurut struktur piramida vertikal yang berfungsi sebagai kesatuan
yang terpadu. Struktur ini mengandung pengertian bahwa ukuran besar kecilnya
kompetensi sebanding dengan tinggi rendahnya tingkatan di lapisan yang berjenjang
dari organisasi tersebut. Makin tinggi posisi, makin besar wewenang untuk mengambil
keputusan. Pelaksanaan dan penjabaran keputusan disampaikan ke bawah, sedangkan
informasi dan laporan pelaksanaan diajukan ke atas melalui lapisan birokrasi.
3. Otoritas dan Rantai Komando

Pola otoritas (wewenang) mengikuti komando vertikal, mengalir dari jenjang teratas
sampai urutan terbawah. Bawahan menerima perintah dari dan melapor hanya kepada
satu atasan. Wewenang pejabat terbatas pada area (unit) yang bersangkutan. Operasi
sejenis di dalam organisasi berada di bawah satu pimpinan dengan program yang jelas
dan konsisten. Misalnya, bidang logistik janganlah memiliki dua kepala bidang yang
mungkin akan menerbitkan prosedur pembelian yang berbeda.

4. Pengambilan Keputusan dan Disiplin.

Melakukan pembinaan terhadap pejabat eksekutif agar dapat diserahi tanggung jawab
dalam mengambil keputusan. Pembinaan tersebut dilakukan melalui seleksi yang ketat,
pendidikan dan pelatihan, termasuk penugasan diberbagai bidang agar mengetahui
operasi dan macam-macam masalah yang dihadapi secara menyeluruh. Semua pihak
dalam organisasi berkewajiban menghormati peraturan yang telah dibuat, bagi yang
melakukan pelanggaran diberi penalti.

5. Lini dan Staf

Pejabat lini membuat keputusan sesuai dengan wewenangnya, sedang anggota staf
memberikan nasehat hasil dari pemikiran dan pengalamannya. Anggota staf tidak
mempunyai wewenang mengeluarkan perintah kepada pejabat lini. Umumnya anggota
staff berurusan dengan kegiatan yang bersifat keahlian atau spesialisasinya.

6. Hubungan Atasan-Bawahan

Dengan pembagian otoritas yang berjenjang dan jalur pelaporan satu arah, maka
keberhasilan kegiatan tergantung pada hubungan antara atasan dengan bawahan. Bila
hubungan formal tersebut terjalin secara sehat, maka potensi tercapainya sasaran
perusahaan menjadi besar. Keleluasaan ruang gerak bagi bawahan untuk
mengembangkan inisiatif dan menciptakan suasana tumbuhnya semangat kerjasama
perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan.

7. Arus Kegiatan Horisontal


Berupa rapat koordinasi antar departemen. Membentuk komite atau panitia untuk
membicarakan dan membagi pekerjaan yang sifatnya memerlukan koordinasi yang
intensif.

8. Kriteria Keberhasilan dan Tujuan Tunggal

Tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan. Selain itu perlu juga diperhatikan
pelestarian lingkungan, keikutsertaan masyarakat sekitar untuk memasok tenaga kerja
dan material lokal.

Tujuan/Manfaat Manajemen Proyek

1. Efisiensi, baik dari segi biaya, sumber daya maupun waktu.

2. Kontrol terhadap proyek lebih baik, sehingga proyek bisa sesuai dengan

scope, biaya, sumber daya dan waktu yang telah ditentukan,

3. Meningkatkan kualitas

4. Meningkatkan produktifitas

5. Bisa menekan risiko yang timbul sekecil mungkin.

6. Koordinasi internal yang lebih baik

7. Meningkatkan semangat, tanggung jawab serta loyalitas tim terhadap

proyek, yaitu dengan penugasan yang jelas kepada masing-masing anggota

tim.
Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu Ke-4

TAHAPAN PROSES SISTEM ARSITEKTUR

1. Tahap Konsep Rancangan

Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi


pemeriksaan seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan
pengolahan data yang menghasilkan: - Program Rancangan yang disusun arsitek
berdasarkan pengolahan data primer maupun sekunder serta informasi lain untuk
mencapai batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan
yang berlaku. Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat persetujuan
pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep rancangan. -
Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan
semua bidang terkait (baik struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain
bila diperlukan) yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang menampung
semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.Setelah mendapatkan
persetujuan dari pengguna jasa konsep ini merupakan dasar perancangan tahap
selanjutnya

2. Tahap Prarancangan / Skematik Desain

Prarancangan Pada tahap ini berdasarkan Konsep Rancangan yang paling


sesuai dan dapat memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola
dan gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambargambar. Sedangkan nilai
fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif lainnya serta aspek
kuantitatif seperti perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi,
biaya, dan waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis
maupun gambar-gambar. Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna
jasa, arsitek akan melakukan kegiatan tahap selanjutnya. Sasaran tahap ini adalah
untuk:

a. Membantu pengguna jasa dalam memperoleh pengertian yang tepat atas


program dan konsep rancangan yang telah dirumuskan arsitek.
b. Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu
pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis.
c. Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepat atas konsep rancangan
serta pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan.
d. Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep rancangan terhadap
ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan.

3. Tahap Pengembangan Rancangan

Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar


prarancangan yang telah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan Sistem
konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal, serta disiplin terkait
lainnya dengan mempertimbangkan kelayakan dan kelaikannya baik terpisah maupun
secara terpadu.Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan nilai ekonomi.
Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan, kesemuanya
disajikan dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan
rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek sebagai
dasar untuk memulai tahap selanjutnya.
Sasaran tahap ini adalah:

a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan


secara menyeluruh, pasti, dan terpadu.

b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau


dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi kelayakan
dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.

4. Tahap Pembuatan Gambar Kerja

pada tahap pembuatan gambar kerja, berdasarkan hasil pengembangan


rancangan yang telah disetujui pengguna jasa, arsitek menerjemahkan konsep
rancangan yang terkandung dalam pengembangan rancangan tersebut ke dalam
gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri
maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan
konstruksi. Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar
kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas, lengkap
dan teratur, serta perhitungan kuantitas pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan
pembangunan yang jelas, tepat, dan terinci. Setelah diperiksa dan mendapat
persetujuan dari pengguna jasa, Gambar Kerja yang dihasilkan ini dianggap sebagai
rancangan akhir dan siap digunakan untuk proses selanjutnya.

Sasaran tahap ini adalah:

a. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar supaya


konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam Pengembangan Rancangan
dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik.

b. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu


pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan
pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam dokumen
pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja konstruksi.

5. Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi

Penyiapan Dokumen Pengadaan Pelaksana Konstruksi Pada tahap ini, arsitek


mengolah hasil pembuatan Gambar Kerja ke dalam bentuk format Dokumen
Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan Uraian Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
teknis pelaksanaan pekerjaan-(RKS) serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk
Daftar Volume (Bill of Quantity/BQ). Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan
dapat mendukung proses:

- Pemilihan pelaksana konstruksi

- Penugasan pelaksana konstruksi

- Pengawasan pelaksanaan konstruksi

- Perhitungan besaran luas dan volume serta biaya pelaksanaan pembangunan


yang jelas

Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan
memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

6. Tahap Pengawasan Berkala

.Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara berkala di lapangan dan


mengadakan pertemuan secara teratur dengan pengguna jasa dan Pelaksana
Pengawasan Terpadu atau MK yang ditunjuk oleh pengguna jasa. Dalam hal ini, arsitek
tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian atau menerus. Penanganan pekerjaan
pengawasan berkala dilakukan paling banyak 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan. Apabila lokasi pembangunan berada
di luar kota tempat kediaman arsitek, maka biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan perjalanan arsitek ke lokasi pembangunan, wajib diganti oleh pengguna jasa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang ditetapkan dan disepakati bersama
sebelumnya.

Sasaran tahap ini adalah:

a. Untuk membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebijaksanaan dan


memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan keputusan tindakan pada
waktu pelaksanaan konstruksi, khususnya masalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek.

b. Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam


menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang berhubungan dengan rancangan
yang dibuat oleh arsitek.

c. Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai


dengan ketentuan mutu yang terkandung dalam rancangan yang dibuat oleh arsitek.
Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu Ke-5

UNSUR-UNSUR ORGANISASI PROYEK

Dalam suatu proyek diperlukan unsur-unsur organisasi proyek yang merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung dan bekerjasama. Unsurunsur yang terlibat dalam
organisasi pengelolaan proyek tersebut terdiri dari pemilik proyek (owner), konsultan
pengawas dan kontraktor. Ketiga unsur pengelola proyek tersebut mempunyai
wewenang dan tanggungjawab sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Pemilik
proyek melalui proses tender menugaskan konsultan perencana sebagai pendesain
dengan tugas menyusun dokumen perencanaan struktur, serta menugaskan konsultan
supervisi untuk memonitor dan melakukan pengawasan selama proses konstruksi.
Sedangkan untuk melaksanakan dan untuk mewujudkan proyek tersebut ditangani
kontraktor sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama

Owner

Adapun tugas pemilik proyek yaitu mengendalikan proyek secara keseluruhan dalam
mencapai sasaran baik dari segi kualitas fisik proyek, batas waktu dan penggunaan
dana yang telah ditetapkan. Pemilik proyek mempunyai wewenang mengambil tindakan
apabila terdapat segala sesuatu yang dapat mengakibatkan kerugian proyek,
khususnya dalam hal batas-batas pengeluaran untuk biaya konstrusi, biaya
pengawasan, biaya pengawasan dan biaya administrasi proyek. Sedangkan kewajiban
pemilik proyek adalah membayar konsultan dan kontraktor atas biaya yang telah
ditentukan selama proyek berlangsung serta berkewajiban mengadakan pembukuan
sehingga setiap saat dapat diketahui batas anggaran proyek, jumlah dana yang
tersedia, perkembangan fisik sesuai program dan memberikan laporannya kepada
pemerintah. Pemilik proyek pemerintah bertanggungjawab langsung kepada
pemerintah baik dari segi fisik, keuangan dan batas waktu yang telah ditentukan.

Konsultan Pengawas

Tugas Konsultan Pengawas adalah mengawasi jalannya proyek agar sesuai dengan
perencanaan dan memberi jalan keluar atas permasalahan teknik di lapangan.
Wewenang konsultan pengawas yaitu memberi persetujuan kontraktor atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan serta berwenang mengajukan surat tagihan atas biaya
pengawasan kepada pemilik proyek. Sedangkan kewajibannya memberi penjelasan
serta laporan kegiatan proyek kepada pemilik proyek serta berkewajiban memberikan
penjelasan teknis keapda kontraktor atas pekerjaan di lapangan. Konsultan pengawas
bertanggungjawab langsung atas hasil pengawasan di lapangan kepada pemilik proyek.

Kontraktor

Kontraktor bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah


disepakati serta bertugas membuat gambar-gambar konstruksi untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan memikirkan metode pelaksanaannya sebelum pekerjaan itu
dilakukan. Apabila dianggap perlu, kontraktor dapat melakukan desain ulang dan
menyerahkannya kepada konsultan perencana untuk disetujui. Kewajiban kontraktor
adalah menyusun laporan harian, mingguan dan bulanan tentang pemanfaatan tenaga
kerja, peralatan, jumlah dan macam pekerjaan yang telah dikerjakan, bahan konstruksi
yang telah digunakan serta masalah-masalah yang terjadi selama di lapangan. Di
samping itu wajib berkonsultasi kepada pemilik proyek dan konsultan atas pekerjaan
yang telah dilakukan. Kontraktor bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan konstruksi
dari segi waktu, mutu dan biaya kepada pemilik proyek.
Dalam suatu proyek yang cukup besar, perlu dipikirkan suatu manajemen yang matang
sehingga akan menghasilkan pengelolaan proyek yang efektif dan efisien. Hal ini akan
tercapai bila komponenkomponen atau unsur-unsur di dalam organisasi proyek dapat
bekerjasama dengan baik dan tidak mempunyai tendensi untuk menggagalkan proyek
tersebut. Unsur-unsur itu perlu untuk menjaga profesionalismenya sesuai dengan job
description yang telah ditetapkan dan ditugaskan. Pemilihan unsur-unsur organisasi
juga perlu dipilih sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan sehingga profesionalisme akan
tetap terjaga.

Pranata Hukum/Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK).

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Status

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mencabut Undang-


Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Pertimbangan

Latar belakang terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi adalah:

a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan


makmur yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa sektor jasa konstruksi merupakan kegiatan masyarakat mewujudkan


bangunan yang berfungsi sebagai pendukung atau prasarana aktivitas sosial
ekonomi kemasyarakatan guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan
nasional;

c. bahwa penyelenggaraan jasa konstruksi harus menjamin ketertiban dan


kepastian hukum;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf


b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Jasa
Konstruksi;

Dasar Hukum

Landasan hukum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


adalah Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Nama : Fawwaz Abier

Nim : 1904104010039

Mata Kuliah : Manajemen Proyek

Paper Minggu Ke-6

PERANCANAAN KONSTRUKSI

Perencanaan konstruksi adalah suatu rencana dasar yang menjadi panduan sebelum
dimulainya pekerjaan-pekerjaan di proyek konstruksi. Perencanaan konstruksi
mencakup beberapa aspek di dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain:

 Perencanaan lingkup pekerjaan


 Perencanaan waktu
 Perencanaan biaya
 Perencanaan kualitas
 Perencanaan sumber daya (manpower, alat, metode kerja, pendanaan)
 Perencanaan komunikasi
 Perencanaan risiko
 Perencanaan manajemen perubahan
 Tahap Konstruksi

Kerangka Acuan Kerja/ TOR

Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa,
mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu
kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK
dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat TOR.
KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga. Dalam
KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara
pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan,
dan biaya kegiatan.

Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang nantinya akan digunakan
untuk pelaksanaan suatu kegiatan baik bisnis maupun proyek. Dalam beberapa bisnis,
proyek atau event, perencanaan anggaran merupakan dokumen yang wajib ada untuk
melihat besaran biaya yang akan digunakan. Perencanaan perlu dilakukan untuk
mengetahui biaya yang akan dikeluarkan sehingga keuangan lebih terarah.

Pada pelaksanaan proyek misalnya, rencana anggaran biaya ini menjadi dasar apakah
kontraktor bisa memberikan penawaran atau tidak. Semakin menjanjikan rencana yang
dibuat maka kontraktor tentu akan semakin tertarik untuk memberikan penawarannya.
Rencana anggaran sudah meliputi tahap perencanaan, pemilihan material, dan
berbagai pembiayaan lainnya seperti upah pekerja dan biaya pengerjaan.

Proyek bahkan bisnis atau event yang dijalankan tanpa adanya perencanaan anggaran
yang rinci akan menyebabkan pembengkakan biaya. Ini karena pembelian atau
pengadaan alat dan bahan serta operasionalnya tidak terkontrol dengan baik sehingga
pengeluaran tidak terarah. Ini juga yang membuat proyek atau bisnis sering
menghadapi kegagalan karena perencanaan anggaran yang tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai