Nim : 1904104010039
FEASIBILITY STUDY
Pengertian Feasibility Study adalah studi kelayakan sebuah pesanan yang didasarkan
pada rencana atau proyek yang diusulkan.
Feasibility Study atau studi kelayakan penting untuk pengembangan bisnis. Studi
kelayakan dapat memungkinkan sebuah bisnis untuk membahas bagaimana dan
dimana bisnis tersebut akan beroperasi.
Feasibility Study juga dapat merusak potensi yang dapat menghambat operasi sebuah
bisnis dan hanya sejumlah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis tersebut.
Studi Kelayakan ini bertujuan juga untuk strategi pemasaran yang dapat membantu
meyakinkan investor atau bank bahwa mencoba dalam proyek atau bisnis tertentu
adalah pilihan yang bijaksana.
Feasibility Study atau studi kelayakan mencerminkan tujuan dan kebutuhan unik suatu
proyek, sehingga masing-masing proyek berbeda. secara umum untuk melakukan
studi kelayakan adalah hal-hal berikut:
Melakukan survei pasar atau riset pasar untuk menambah kumpulan data
Setelah menyelesaikan uji tuntas dasar, dapat mempertimbangkan elemen di bawah ini
sebagai item untuk dimasukkan dalam penelitian:
Ringkasan eksekutif :
Pertimbangan teknologi :
Mode pasar :.
Strategi pemasaran
Keuangan proyek .
Dalam hal ekonomi bangunan sebuah proyek perkantoran, ada beberapa besaran-
besaran fisik.Berikut adalah besaran-besaran fisik teknologis beserta satuannya (Kajian
Ekonomi Bangunan) :
Luas lantai bangunan tinggi sangat tergantung dari program bangunan yang tergantung
pula pada jenis proyek. Lagi pula lokasi dan bentuk tanah turut menentukan luas lantai
yang dapat dibangun. Dan akhirnya bentuk denah untuk suatu jenis proyek menentukan
pula luas lantai yang dapat dicapai. Jadi dalam praktek harus diadakan suatu studi
khusus mengenai berbagai efek finasial yang dicapai oleh sesuatu bentuk denah
dengan luas lantai tertentu. Dilambangkan dengan a, dalam satuan m 2.
Luas lantai bersih ialah jumlah luas lantai yang dibatasi oleh dinding/kulit luar gedung
dan beratap (covered area), termasuk ruang-ruang dalam tanah (basement) dikurangi
luas lantai untuk inti gedung. Dilambangkan dengan a, dalam satuan m2.
3. Luas Inti Gedung (Building Core)
Luas inti gedung tergantung dari letaknya dalam zone. Makin ke atas semakin kecil,
karena jumlah lift mengecil. Untuk penafsiran, luas ini gedung sekitar 5-10 kali luas
tabung lift. Dilambangkan dengan k, dalam satuan m2.
Efisiensi lantai adalah persentase luas lantai yang disewakan terhadap luas lantai kotor.
Semakin besar efisiensi lantai, semakin besar pula pendapatan gedung. Efisiensi untuk
gedung perkantoran misalnya sekitar 80%. Dilambangkan dengan e, dalam satuan %
Tinggi ini tergantung dari jenis proyek dan konstruksi lantai dalam hubungannya dengan
kegunaan ruang. Misalnya gedung flat yang tinggi langit-langitnya (ceiling height) 2.40
m dan konstruksi lantainya pelat datar bisa mempunyai floor-to-floor height sekitar 3 m.
Gedung-gedung kantor yang tinggi plafondnya 2.7 m bisa mempunyai floor-to-floor
height sekitar 3.5 m. Jarak antara permukaan plafond dan lantai ruang di atasnya
sekitar 0.8-1.0 m diperlukan untuk tinggi balok lantai (bila ada) dan tabung-tabung
penyebar udara AC. Dalam ilmu konstruksi bangunan tinggi, jarak ini selalu diusahakan
minimal, sebab penghematan sebesar 10cm saja kalau dikalikan 30 sudah berarti
penghematan 3m atau setinggi 1 lantai. Dilambangkan dengan h, dalam satuan m.
6. Jumlah Lantai
Sebenarnya yang membatasi jumlah lantai yang dapat dibangun pada sesuatu lokasi
tidak dapat diputuskan hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tekno ekonomis
saja. Kta tahu bahawa daya dukung tanah juga membatasi tinggi bangunan yang dapat
dibangun di samping peraturan-peraturan Tata Kota. Jadi putusan terakhir merupakan
sintesa dari berbagai kriteria tersebut ialah tekno-ekonomis, pondasi, peraturan Tata
Kota. Dilambangkan dengan N.
7. Kepadatan Bangunan (Building Density)
Semakin mahal harga tanah, semakin tinggi bangunan suatu gedung. Peraturan kota
menentukan batas persentase luas tanah yang boleh dibangun, yang disebut
kepadatan bangunan. Malah juga dibatasi perbandingan luas lantai bangunan terhadap
luas tanah (floor area ratio). Batasan-batasan sangat mempengaruhi efek finansial
suatu proyek. Kepadatan tergantung dari lokasi tanah, negara dan waktu. Di pusat kota
New York misalnya, kepadatan bangunan bisa mendekati 100%. Dilambangkan dengan
b, dalam satuan %.
Perbandingan ini sangat tergantung pada tinggi bangunan ekonomis (economic building
height) dan peraturan Tata Kota yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
makro perkotaan. Dilambangkan dengan f.
Beban puncak lift diperhitungkan berkaitan dengan jangka waktu pemenuhan gedung.
Bila suatu gedung diperhitungkan penuh dalam waktu 30 menit, maka dalam 5 menit
pertama jam-jam ramai (rush hour), beban puncak lift adalah 5/30 x 100% = 16.66% x
penghuni gedung. Untuk proyek-proyek perkantoran lazimnya diperhitungkan 15% x
jumlah penghuni gedung dimana untuk setiap penghuni diperhitungkan luas lantai 5
m2 orang (netto). Dilambangkan dengan P, dalam satuan orang.
Adalah waktu bolak-balik yang diperlukan lift berjalan dari lantai terbawah sampai lantai
teratas dalam suatu zone termasuk waktu persiapannya selama 15 detik, yang terdiri
dari :
1. Penumpang menekan tombol dan pintu lift terbuka : 3 s
2. Penumpang masuk lift dan menekan tombol : 2 s
3. Pintu lift menutup kembali : 3 s
4. Lift berhenti dan pintu terbuka : 2 s
5. Penumpang meninggalkan lift : 2 s
6. Pintu lift tertutup kembali : 3 s
Daya muat lift tergantung pabrik pembuatnya. Lazimnya berisar antara 5-20 orang.
Untuk kebutuhan khusus sampai 50 orang/ lift. Dilambangkan dengan m, satuan orang.
Kecepatan elevator yang dipilih bergantung pada tinggi gedung. Semakin tinggi
gedung, semakin besar kecepatan liftnya untuk menghemat waktu bolak-balik lift yang
mempengaruhi waktu tunggu lift. Sebagai batas kecepatan diambil gerak jatuh bebas
oleh percepatan gravitasi bumi yaitu 10 m/s2. Jadi elevator dengan kecepatan terendah
yaitu sekitar 1 m/s dan kecepatan tertinggi sekitar 10 m/s. Dalam literatur asing
kecepatan lift ditulis dalam feet per minute. Dilambangkan dengan s, dalam satuan m/s.
Jumlah lift yang berlaku untuk suatu zone vertikal dalam gedung tinggi yang lazimnya
dibagi dalam beberapa zone lift. Pembagian dalam zone diperlukan untuk menghemat
jumlah lift total. Tinggi 1 zone sekitar 20 lantai. Pembagian dalam zone juga berkaitan
dengan posisi ruang-ruang mesin/ mekanikal. Dilambangkan dengan N.
14. Waktu Tunggu Elevator (Interval, Waiting Time)
Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan negara dimana gedung itu
berada. Orang-orang di kota besar lebih cenderung kurang sabar dibandingkan di kota-
kota kecil. Untuk proyek perkantoran diperhitungkan waktu tunggu sekitar 15 s. Waktu
tunggu = waktu bolak-balik dibagi jumlah lift. Dilambangkan dengan w, dalam satuan s
(detik).
Suatu gedung memerlukan tenaga listrik untuk penerangnan, AC, ventilasi, sound
system, pengaman bangunan,dan sirkulasi vertikal. Semakin tinggi gedung, semakin
besar tenaga listrik yang diperlukan untuk sirkulasi vertikal. Dilambangkan dengan Q,
dalam satuan MW (Mega Watt).
Nama : Fawwaz Abier
Nim : 1904104010039
Besaran-besaran tekno ekonomi menurut Poerbo (1993 : hal. 6-11) adalah sebagai
berikut:
Biaya tanah (land cost) ialah biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan untuk
pengadaan tanah ditambah beban bunga sejak pembelian hingga gedung
menghasilkan pendapatan.
2. Biaya Bangunan
Biaya bangunan ialah seluruh biaya yang mencakup semua item pekerjaan sipil dan
arsitektur, pekerjaan ME (Mechanical & Electrical), pekerjaan interior dan pekerjaan tata
ruang luar.
a. Biaya overhead,
c. Biaya hukum
d. Pengeluaran lainnya
Untuk proyek gedung besarnya kelompok biaya ini adalah sekitar 20% dari harga
gedung.
a. Biaya tanah
b. Biaya bangunan
Modal sendiri adalah jumlah modal yang ditanam untuk suatu proyek untuk membiayai
pekerjaan-pekerjaan pra-konstruksi, seperti pengadaan tanah, perencanaan,
penasehat, biaya-biaya hukum. Equity tersebut, biasanya sebesar ± 25% dari investasi
total (untuk proyek komersial).
Modal pinjaman adalah pembiayaan proyek yang berasal dari, kredit langsung dari
bank atau institusi keuangan lainnya, dan juga dana dari pasar uang dan modal (hasil
penjualan saham-saham, obligasi, surat berharga dan lain-lain).
Perbandingan ini tidak mutlak, tergantung jenis proyek yang mempengaruhi risiko
proyek. Lazimnya untuk proyek komersial perbandingannya adalah 3 : 1.
7. Suku Bunga
Bunga atas suatu pinjaman adalah sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa
pemberian modal pinjaman yang dapat dinikmati oleh pemberi pinjaman. Hal ini juga
berkaitan dengan perubahan nilai uang terhadap waktu. Suku bunga dinyatakan dalam
% per tahun.
8. Masa Konstruksi
Untuk proyek-proyek komersial yang dibiayai dengan modal pinjaman yang dikenakan
bunga meskipun proyek belum mulai menghasilkan pendapatan, masa konstruksi harus
diusahakan sesingkat-singkatnya agar beban bunga selama masa konstruksi tersebut
sekecil-kecilnya. Para kreditur umumnya memberi keringanan berupa penangguhan
pembayaran pokok kredit dan bunganya selama masa konstruksi. Ada kalanya hanya
diberikan penangguhan pembayaran pokok kreditnya saja dan bunganya harus dibayar.
Masa pelunasan kredit (pay out time) adalah jangka waktu kredit dikurangi masa
konstruksi. Panjangnya jangka waktu kredit adalah tergantung situasi, kondisi dan jenis
proyek. Untuk proyek-proyek komersial biasanya sekitar 15 tahun.
Tingkat hunian kamar adalah jumlah harga kamar terisi atau terjual dibandingkan
dengan seluruh jumlah kamar yang mampu dijual. Tingkat hunian kamar merupakan
tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual jasa penyewaan kamar. Perhitungan
tingkat hunian kamar (hotel occupancy) sangat berarti dalam dunia perhotelan karena
dari hasil perhitungan ini bisa digunakan sebagai alat perbandingan antara hotel yang
bersangkutan dengan hotel lain dalam rangka bisnis.
Pendapatan bangunan diperoleh dari sewa (per meter persegi per bulan), atau sewa
per kamar hotel. Dalam proyekhotel, pendapatan proyek masih ditambah selain dari
sewa kamar, ialah pendapatan dari makanan dan minuman, ruangmeeting dan fasilitas
lain yang terdapat di hotel tersebut.
d. Biaya Asuransi.
Adalah nilai ganti per tahun yang harus dikeluarkan atas beban pendapatan sebelum
pajak yang besarnya tergantung dari umur ekonomis (economic life) suatu gedung dan
jenis gedung. Cara depresiasi juga bermacam-macam. Tetapi untuk keperluan analisa
pendahuluan menurut Poerbo
(1998: 10), cukup digunakan sistem garis lurus (straight line method). Untuk Hotel umur
ekonomis gedung yaitu 40 tahun.
d. Asuransi kredit
Cash Flow adalah tata aliran uang masuk dan keluar per periode waktu pada suatu
perusahaan. Cash Flow terdiri dari:
a. Cash-in (uang masuk), umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat terukur
(benefit);
Konsep nilai waktu dari uang adalah berusaha melihat bagaimana uang, aset, hutang
dan sebagainya dilihat di masa yang akan datang. Artinya keputusan yang jumlah
diputuskan pada saat ini dengan asumsi tingkat bunga (interest) yang ada maka ketika
ditaksir dimasa yang akan datang bagaimana nilainya atau seberapa besar nilainya.
Salah satu tujuan dilakukannya analisis ini sebagai penguat dalam pengambilan
keputusan bisnis.
Nama : Fawwaz Abier
Nim : 1904104010039
MANAJEMEN PROYEK
Secara bebas Manajemen Proyek dapat diartikan “Sebagai ilmu dan seni berkaitan
dengan memimpin dan mengoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan
material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan, yaitu: lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi
keinginan stakeholder”.
4. Mengendalikan, adalah menuntun, dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu
mengadakan koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Oleh
karena itu umumnya telah dibuat tolok ukur, seperti anggaran, standar mutu, jadwal
pelaksanaan dll. Bila terjadi penyimpangan segera lakukan pembetulan.
Dengan demikian pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa
arus kegiatan bergerak ke arah sasaran yang diingini. Staffing, staffing sering
dimasukkan dalam fungsi manajemen tetapi banyak yang menganggap kegiatan ini
merupakan bagian dari fungsi mengorganisir. Staffing, meliputi pengadaan tenaga,
jumlah maupun kualifikasi yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk
perekrutan, pelatihan dan penyeleksian untuk menempati posisi-posisi dalam
organisasi.
Konsep Manajemen
2. Sasaran yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan
secara spesifik.
Prinsip Manajemen
Adalah membagi atau mengelompokkan kegiatan sejenis kedalam satu wadah atau
departemen. Struktur organisasinya disusun sesuai tujuan, misalnya berdasarkan
fungsi yang sejenis, produk yang semacam dan lain-lain. Pembagian di atas akan
mendorong timbulnya departemen atau bidang yang mempunyai tenaga spesialis
dengan keahlian, latihan kerja, dan pengalaman yang dipersiapkan dan dipertahankan
untuk pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan tersebut akan dapat diselesaikan secara
efektif dan efisien.
2. Struktur Piramida
Organisasi disusun menurut struktur piramida vertikal yang berfungsi sebagai kesatuan
yang terpadu. Struktur ini mengandung pengertian bahwa ukuran besar kecilnya
kompetensi sebanding dengan tinggi rendahnya tingkatan di lapisan yang berjenjang
dari organisasi tersebut. Makin tinggi posisi, makin besar wewenang untuk mengambil
keputusan. Pelaksanaan dan penjabaran keputusan disampaikan ke bawah, sedangkan
informasi dan laporan pelaksanaan diajukan ke atas melalui lapisan birokrasi.
3. Otoritas dan Rantai Komando
Pola otoritas (wewenang) mengikuti komando vertikal, mengalir dari jenjang teratas
sampai urutan terbawah. Bawahan menerima perintah dari dan melapor hanya kepada
satu atasan. Wewenang pejabat terbatas pada area (unit) yang bersangkutan. Operasi
sejenis di dalam organisasi berada di bawah satu pimpinan dengan program yang jelas
dan konsisten. Misalnya, bidang logistik janganlah memiliki dua kepala bidang yang
mungkin akan menerbitkan prosedur pembelian yang berbeda.
Melakukan pembinaan terhadap pejabat eksekutif agar dapat diserahi tanggung jawab
dalam mengambil keputusan. Pembinaan tersebut dilakukan melalui seleksi yang ketat,
pendidikan dan pelatihan, termasuk penugasan diberbagai bidang agar mengetahui
operasi dan macam-macam masalah yang dihadapi secara menyeluruh. Semua pihak
dalam organisasi berkewajiban menghormati peraturan yang telah dibuat, bagi yang
melakukan pelanggaran diberi penalti.
Pejabat lini membuat keputusan sesuai dengan wewenangnya, sedang anggota staf
memberikan nasehat hasil dari pemikiran dan pengalamannya. Anggota staf tidak
mempunyai wewenang mengeluarkan perintah kepada pejabat lini. Umumnya anggota
staff berurusan dengan kegiatan yang bersifat keahlian atau spesialisasinya.
6. Hubungan Atasan-Bawahan
Dengan pembagian otoritas yang berjenjang dan jalur pelaporan satu arah, maka
keberhasilan kegiatan tergantung pada hubungan antara atasan dengan bawahan. Bila
hubungan formal tersebut terjalin secara sehat, maka potensi tercapainya sasaran
perusahaan menjadi besar. Keleluasaan ruang gerak bagi bawahan untuk
mengembangkan inisiatif dan menciptakan suasana tumbuhnya semangat kerjasama
perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan.
Tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan. Selain itu perlu juga diperhatikan
pelestarian lingkungan, keikutsertaan masyarakat sekitar untuk memasok tenaga kerja
dan material lokal.
2. Kontrol terhadap proyek lebih baik, sehingga proyek bisa sesuai dengan
3. Meningkatkan kualitas
4. Meningkatkan produktifitas
tim.
Nama : Fawwaz Abier
Nim : 1904104010039
Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan
memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.
Nim : 1904104010039
Dalam suatu proyek diperlukan unsur-unsur organisasi proyek yang merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung dan bekerjasama. Unsurunsur yang terlibat dalam
organisasi pengelolaan proyek tersebut terdiri dari pemilik proyek (owner), konsultan
pengawas dan kontraktor. Ketiga unsur pengelola proyek tersebut mempunyai
wewenang dan tanggungjawab sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Pemilik
proyek melalui proses tender menugaskan konsultan perencana sebagai pendesain
dengan tugas menyusun dokumen perencanaan struktur, serta menugaskan konsultan
supervisi untuk memonitor dan melakukan pengawasan selama proses konstruksi.
Sedangkan untuk melaksanakan dan untuk mewujudkan proyek tersebut ditangani
kontraktor sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama
Owner
Adapun tugas pemilik proyek yaitu mengendalikan proyek secara keseluruhan dalam
mencapai sasaran baik dari segi kualitas fisik proyek, batas waktu dan penggunaan
dana yang telah ditetapkan. Pemilik proyek mempunyai wewenang mengambil tindakan
apabila terdapat segala sesuatu yang dapat mengakibatkan kerugian proyek,
khususnya dalam hal batas-batas pengeluaran untuk biaya konstrusi, biaya
pengawasan, biaya pengawasan dan biaya administrasi proyek. Sedangkan kewajiban
pemilik proyek adalah membayar konsultan dan kontraktor atas biaya yang telah
ditentukan selama proyek berlangsung serta berkewajiban mengadakan pembukuan
sehingga setiap saat dapat diketahui batas anggaran proyek, jumlah dana yang
tersedia, perkembangan fisik sesuai program dan memberikan laporannya kepada
pemerintah. Pemilik proyek pemerintah bertanggungjawab langsung kepada
pemerintah baik dari segi fisik, keuangan dan batas waktu yang telah ditentukan.
Konsultan Pengawas
Tugas Konsultan Pengawas adalah mengawasi jalannya proyek agar sesuai dengan
perencanaan dan memberi jalan keluar atas permasalahan teknik di lapangan.
Wewenang konsultan pengawas yaitu memberi persetujuan kontraktor atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan serta berwenang mengajukan surat tagihan atas biaya
pengawasan kepada pemilik proyek. Sedangkan kewajibannya memberi penjelasan
serta laporan kegiatan proyek kepada pemilik proyek serta berkewajiban memberikan
penjelasan teknis keapda kontraktor atas pekerjaan di lapangan. Konsultan pengawas
bertanggungjawab langsung atas hasil pengawasan di lapangan kepada pemilik proyek.
Kontraktor
Status
Pertimbangan
Dasar Hukum
Nim : 1904104010039
PERANCANAAN KONSTRUKSI
Perencanaan konstruksi adalah suatu rencana dasar yang menjadi panduan sebelum
dimulainya pekerjaan-pekerjaan di proyek konstruksi. Perencanaan konstruksi
mencakup beberapa aspek di dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain:
Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa,
mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu
kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK
dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat TOR.
KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga. Dalam
KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara
pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan,
dan biaya kegiatan.
Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang nantinya akan digunakan
untuk pelaksanaan suatu kegiatan baik bisnis maupun proyek. Dalam beberapa bisnis,
proyek atau event, perencanaan anggaran merupakan dokumen yang wajib ada untuk
melihat besaran biaya yang akan digunakan. Perencanaan perlu dilakukan untuk
mengetahui biaya yang akan dikeluarkan sehingga keuangan lebih terarah.
Pada pelaksanaan proyek misalnya, rencana anggaran biaya ini menjadi dasar apakah
kontraktor bisa memberikan penawaran atau tidak. Semakin menjanjikan rencana yang
dibuat maka kontraktor tentu akan semakin tertarik untuk memberikan penawarannya.
Rencana anggaran sudah meliputi tahap perencanaan, pemilihan material, dan
berbagai pembiayaan lainnya seperti upah pekerja dan biaya pengerjaan.
Proyek bahkan bisnis atau event yang dijalankan tanpa adanya perencanaan anggaran
yang rinci akan menyebabkan pembengkakan biaya. Ini karena pembelian atau
pengadaan alat dan bahan serta operasionalnya tidak terkontrol dengan baik sehingga
pengeluaran tidak terarah. Ini juga yang membuat proyek atau bisnis sering
menghadapi kegagalan karena perencanaan anggaran yang tidak baik.