Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN KOTA SEHAT

Disusun Oleh :
Kelompok 3 Kelas 5A Keperawatan

Dhea Putri Azizah 1914201013 Sari Intan 1914201038


Febtry Indah Putry 1914201016 Nisma Khairani Lubis 1914201025
Sesra Med Madurisa 1914201039 Irmawilis 1710105015
Melisa Andora 1914201019 Windy Yunengzah Fitri 1914201043
Nur Havifah Hasanah 1914201027 Wiwin Handayani 1914201044
Nadila Aini 1914201023 Muthia Helmi 1914201022
Mita Angkana Putri 1914201021 Necy Wahyuni 1914201024
Nur Hidayatil Safitri 1914201028

Dosen Pengampu :
Ns.Helmanis Suci, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan nikmat, rahmat, nikmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan “Program Pemerintah Dalam Pengembangan Kota Sehat”
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan komunitas II yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa
yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan tak lupa penulis mohon
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis
untuk selanjutnya.

Padang, 4 November 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………………………...
B. Tujuan ……………………………………………………………………...

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Defenisi Kota Sehat …………………………………………………………..
B. Tujuan Pembanggunan ……………………………………………………….
C. Ciri Khas Kota Sehat …………………………………………………………
D. Konsep Kota Sehat …………………………………………………………..
E. Model Kota Sehat …………………………………………………………….
F. Strategi Kota Sehat ……………………………………………………………
G. Program Kota Sehat ………………………………………………………….
H. Masalah Pelayanan Kesehatan ………………………………………………
I. Indikator Kota Sehat …………………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Negara kita masih menghadapi musibah baik yang sifatnya
penyakit, pencemaran, maupun bencana alam. Sebagian kejadian tersebut telah dilalui
seperti Pandemi SARS dan bencana tsunami, namun masih ada yang perlu perhatian
serius seperti polio,flu burung,demam berdarah dangue (DBD, diare, pencemaran
lingkungan dan busung lapar.
Melihat berbagai masalah tersebut maka tidak menutup kemungkinan di masa
datang berbagai   masalah kesehatan akan semakin bertambah, khususnya masalah
kesehatan lingkungan akan cenderung semakin kompleks bila tidak diimbangi oleh
peningkatan sumber daya manusia (SDM, kemampuan menyerap dan menerapkan
teknologi, serta perimbangan keragaman kecepatan laju man kecepatan laju
pembangunan tiap daerah tiap daerah kabupaten/kota. Hal ini akan ini akan berakibat
pula pada keragaman pola penyakit penyebab kematian antar daerah.
Berbagai penanggulangan berbagai penyakit tersebut tidak mungkin diatasi sendiri
oleh Depkes, sebaliknya tidak mungkin pula sektor terkait dapat membantu mengatasi
hal ini tanpa sosialisasi dari pengelola program kesehatan mengenai derajat kesehatan.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan, dengan demikian demikian konsep pembangunan
yang  berkelanjutan  berkelanjutan lebih mengutamakan dampak lingkungan pada
kebijakan kebijakan pembangunan. Rencana peningkatan derajat kesehatan tersebut
sesuai Peraturan Presiden (Perpre)No.7 Tahun 2005 tentang rencana pembangunan
jangka menengah nasional tahun 2004-2009 yang merupakan arah dari yang
merupakan arah dari pembangunan nasional.
Dalam pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka Depkes yang
tugas pokok dan fungsinya telah ditetapkan dalam Perpres No.9 Tahun 2005
diamanatkan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan dengan fokus peningkatan
akses masyarakat terhadap kesehatan masyarakat yang berkualitas yang memuat antara
lain 12 program  pembangunan kesehatan antara lain Program lingkungan Sehat dan
Program Penyehatan dan Pemberantasan Penyakit. Salah satu bentuk Pelaksanaan
Pembangunan kesehatan dalam hal ini program lingkungan Sehat dan Pemberantasan
Penyakit, maka depkes melaksanakan “Program Penyelenggaraan kabupaten / Kota
Sehat” Pada program ini Dinas kesehatan yang ada di beberapa provinsi bekerjasama
dengan Pemerintah Pusat dalam mewujudkan Kabupaten/Kota sehat demi terciptanya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah tercapainya kondisi kota untuk hidup dengan aman,
nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik,
sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktifitas
dan perekonomian wilayah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kota Sehat
Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan
lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber daya masyarakat
mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam
melaksanakan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal
mereka. "Sebuah kota yang sehat adalah salah satu yang terus-menerus menciptakan
dan meningkatkan mereka secara fisik dan sosial lingkungan dan memperluas sumber
daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu
sama lainnya dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan dalam
mengembangkan potensi maksimal mereka. (Hancock, 1988).
Sebuah Kota Sehat berkomitmen untuk suatu proses mencoba untuk mencapai
yang lebih baik fisik dan sosial lingkungan. Setiap kota dapat memulai proses menjadi
Kota Sehat  jika berkomitmen untuk pengembangan dan pemeliharaan lingkungan fisik
dan sosial yang mendukung dan mempromosikan baik kesehatan dan kualitas hidup
penduduk. Membangun pertimbangan kesehatan dalam pembangunan perkotaan dan
manajemen sangat penting untuk Kota Sehat. Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu
kondisi kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk,
yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan
yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB MenDaGri
dan MenKes, 2005)
Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun
1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa kesehatan
dapat dicapai dan berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial, ekonomi,
lingkungan dan budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada pelayanan
kesehatan, tetapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat,
baik jasmani maupun rohani.

B. Tujuan Pembangunan Kota Sehat


Pembangunan kota sehat memiliki tujuan untuk ercapainya kondisi kota untuk
hidup dengan bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja
bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program kesehatan dan sektor lain,
sehingga dapat meningkatkan secara optimal sarana untuk mendukung peningkatan
produktifitas dan perekonomian masyarakat.
Secara rinci tujuan pembangunan kesehatan diklasifikasikan dalam tujuan utama dan
tujuan khusus seperti diuraikan dibawah ini:
A. Tujuan Utama :
Mengembangkan dan meningkatkan kesehatan dan kualitas
kehidupan penduduk perkotaan.
Adanya konsep pembanguanan kota sehat di suatu wilayah memiliki tujuan
utama untuk menciptakan lingkungan yang dapat mendukung dan dapat
meningkatkan peran faktor kesehatan dalam kehidupan manusia agar mampu
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai individu dan anggota masyarakat dengan
baikk sehingga tercapai kualitas keidupan yang tinggi yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan status kesehatan dan kehidupan sosial yang maksimal.
B. Tujuan Khusus
1. Menciptakan dukungan dari lingkungan sehat
Hal ini berkaitan dengan adanya fakta bahwa lingkungan yang sehat
ikut memiliki pengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Namun
sebaliknya apabila suatu lingkungan di suatu wilayah tersebut buruk
maka juga akan memberikan damapak buruk terhadap derajat dan status
kesehatan penduduk di kawasan tersebut.
2. Memperoleh kualitas kehidupan yang tinggi
Kualitas kehiduapan yang tinggi juga dipengaruhi oleh daya dukung
lingkungan yang baik, dengan terciptanya lingkungan yang sahat maka
dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Menyediakan sanitasi dasar dan kebutuhan akan kebersihan
Konsep pembangunan kota sehat erat kalitannya dengan adanya fasilitas
sanitasi yang baik bagi seluruh penduduk. Salah satu faktor penentu
kualitas lingkungan yang sehat yaitu adanya sanitasi lingkungan yang
baik yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan akhirnya juga
dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat di kota tersebut.
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan
Selain faktor lingkungan, adanya konsep pembangunan kota sehat juga
berpengaruh langsung terhadap ketersediaan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan baik. hal ini disebabkan juga oleh fakta bahwa
suatu wilayah tidak akan dikatakan sehat apabila tidak mampu
menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan.
C. Ciri Khas Kota Sehat
Menurut WHO (1995) dalam Twenty Steps for Developing a Healthy Cities
Project,
ciri khas kota sehat, yaitu :
1. Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang
bermutu tinggi);
2. Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;
3. Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;
4. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
berdampak  pada kesehatan mereka;
5. Kebutuhan dasar (makanan, air, perumahan, pendapatan, keamanan,
pekerjaan) terpenuhi untuk seluruh masyarakat;
6. Akses ke bermacam-macam pengalaman dan sumber serta kesempatan
untuk berinteraksi;
7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;
8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis
seluruh masyarakat, serta hubungan dengan kelompok dan individu lain;
9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang dapat digunakan
seluruh masyarakat;
10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat penyakit
rendah).

D. Konsep Kota Sehat


Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan
sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa
tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah
daerah.
WHO (1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang
berkualitas yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil;
dukungan masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partispasi dan kontrol
masyarakat yang kuat; pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat
tinggal dan pekerjaan yang aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman
serta interaksi dan komunikasi dengan masyarakat luas; ekonomi perkotaan yang
innovatif; mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan
dengan berbagai individu dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik
masyarakat; ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan
masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi.
WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam karekteristik yang
dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen terhadap kesehatan;
membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat; tindakan dan aksi yang
bersifat intersektoral; partisipasi masyarakat; inovasi dan outcomenya adalah
kebijakan publik yang sehat. Jika merujuk pada dua definisi dan karakteristik healthy
city tersebut, maka dapat dipahami bahwa pertama , healthy city adalah kota yang
bersih secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua, healthy
city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting) misalnya sekolah sehat,perkantoran
sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot project. Ketiga, konsep healthy city
menekankan pada keterlibatan pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua
komponen masyarakat, sektor pemerintah dan swasta dan pemerintah lokal yang
bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public policy).

E. Model Kota Sehat


Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat pembangunan kota
sehat dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010):
1. Lingkungan yang sehat
a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga
angka kesakitan dan kematian karena penyakit saluran
pernafasan dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan
peruntukkannya.
c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum
sehingga kebutuhan air minum yang bersih dan aman dapat
dinikmati penduduk dan penyakit saluran
 percernaan seperti thypoid dan diare dapat dicegah.
d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada
pembuangan dapat didayagunakan, tidak menimbulkan ban
dan menjadi tempat  perkembangbiakkan vektor penyakit.
e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan
pemukiman yang sehat sehingga kejadian stress, penyakit
saluran napas, diaree dan kejadian kecelakaan serta penyakit
lainnya dapat dihindari dan dikurangi.
f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang
dapat mengurangi bahaya terjadinya banjir dan
penggenangan air serta tempat
 perkembangbiakkan verkot penyakit akibat lingkungan yang
tidak sehat.
2. Sarana Dan Prasarana
a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang
terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat
bermain dan tercapai keserasian antara bangunan, penghuni dan
lingkungan hidup serta tempat kerja yang dapat memberikan
rasa nyaman, aman dan sehat.
b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat
dapat menikmati  palayanan umum secara nyaman, aman dan
terhindar dari penularan penyakit bagi para pengunjungnya.
c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya
secara baik dan benar sehingga pasar tidak menjadi tempat
perkembangbiakkan vektor, sumber sampah dan kerawanan
sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh orang yang
membutuhkan.
d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima,
pedagang asongan, indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya
guna dan berhasil guna sehingga memberikan prospek yang
baik sekaligus tidak mencemari lingkungan dan membahayakan
pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.
e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi
perkotaan yang memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi
akibat buruknya transportasi dapat dikurangi dan jarak tempuh
kendaraan dapat ditingkatkan dan teratasinya kemacetan lalu lintas.
3. Perilaku Hidup Yang Sehat
a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras,
ketergantunganobat) di wilayah tersebut.
b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan
mental yangcenderung meningkat dapat dikurangi melalui upaya
pencegahan, penanggulangan dan upaya promotif untuk
meningkatkan katahanan mental penduduk.
c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga
produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram
dapatdinikmati oleh penduduk.
d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan
keadilandan hak azazi manusia.
e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan mengantisipasi
rawan pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi menimal secara
berkesinambungan.
4. Kehidupan Sosial Yang Sehat
a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa
depan yanglebih baik.
b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara sesuai
dengan pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan dalam bentuk
jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang
dapatdinikmati oleh masyarakat.
d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan
anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping itu
orang tua dapatmenikmati hari tua dengan fasilitas yang tersedia dan
dapat meningkatkankualitas kehidupan usia tua yang berdaya guna.
e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif
untuk semua pemeluk agama dan kepercayaan.5.
5. Kawasan Industri Yang Sehat
a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk
menciptakanlingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat bagi
pekerja tetapi tidak mencemari lingkungan pemukiman.
b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui
antaralain penertiban dan pengadaan serta penggunaan sarana dan
prasarana pendukung K3 sehingga kejadian kecelakaan dan kematian
akibat kecelakaankerja dapat dikurangi dan tercapai keamanan tempat
kerja bagi para pekerja.
6. Lingkungan atau kawasan Pariwisata Yang Sehat
a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan pariwisata.
b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang
nyaman,aman dan sehat di kawasan wisata.
c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan memberi
kesankenangan khusus.
d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan kebutuhan
yangdiinginkan oleh wisatawan.e.
e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana
sanitasi pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan memenuhi
kualitas).
f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak
menimbulkan pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, temoat
ibadah dan lain-lain.
g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata yang
aman,nyaman dan sehat.
7. Pengembangan Pendidikan Yang Berkawasan Sehat.
a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana
pendidikan(mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah
menengah hingga perguruan tinggi) yang memnuhi syarat kesehatan.
b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan
keluargayang sehat antara lain melalui kegiatan UKS

F. Strategi Kota Sehat


Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat
diIndonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang
spesifik,sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan
berkelanjutandengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi
kesepakatanmasyarakat.
3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebutuntuk
ikut dalam pendekatan kota sehat.
4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat,serta
pendampingan dari sektor terkait untuk dapat membantu memahami permasalah,
menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat.
5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM,
pemerintah,legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di
dalammewujudkan kota sehat.
7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisiyang
tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat.
8. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan kondisisetempat
baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui internet dan
mediatradisional.
9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota sehat

G. Program Kota Sehat


Secara umum, pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkankesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan
fisik, sosial, budaya dan produktivitas serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan
wilayah perkotaan. Konsep kota sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai
kondisikota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya
peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehinggadapat
mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah. Kota sehatmerupakan
gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menujuhidup sehat.
Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum. Sektor-sektor
di propinsi berperan didalam mengembangkan petunjuk teknis dan standar yang sesuai
dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerahkepada
masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja (Pokja) Kota Sehat, sehinggadapat
memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut. (Kingkungan,2009).
Program pendukung Kota Sehat, yaitu :
a. Program Bangun Praja
Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup didaerah,
Kementrian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan danmelaksanakan
program yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang baik (Good Environmental Governance-GEG). Sasaran
dari program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahanyang baik (GG)
dan lingkungan yang baik (good environment).Strategi yang diterpakan dalam
pelaksanaan program Bangun Prajaadalah: (1) menciptakan motivasi bagi
Pemda melalui pemberian insentif,antara lain berupa penghargaan maupun
bantuan lainnya; (2) menciptakankompetisi antar daerah/kota; (3) menerapkan
pendekatan"Local Specific" karena setiap daerah memiliki kekhasan masing-
masing.
b. Program ADIPURA
Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja pemerintahdaerah
(kabupaten dan kota) dalam pengelolaan lingkungan, khususnyalingkungan
perkotaan, guna mewujudkan kota yang bersih dan teduh(Cleanand Green
Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator yang disusun,
Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah propinsi
melakukan monitoring dan evaluasi kondisi fisik lingkungan perkotaan
sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Sementara, evaluasi nonfisik
dilakukan 1 kali dalam setahun.
c. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) AwardTujuan dari Program IMP
Award ini lebih mengarah kepada peningkatan kapasitas dan manajemen
Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu
untuk mendorong adanya perubahankebijakan publik dan institusi pemerintah.
(Kingkungan, 2009)
Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat, ada beberapa
Tahapanyang diperlukan, yaitu ;
1. Komitmen terhadap kesehatana.
a. Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan, sosial, dan agama
b. Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu dan kelompok asal
peyuluhan kesehatan serta pencegahan penyakit menjadi prioritas.
2. Proses pengmabilan keputusan untuk kesehatan masyarakata.
a. Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas perumahan, lingkungan,
pendidikan, dan pelayanan umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.
b. Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya menunjang kesehatan.3.
3. Kegiatan intersektorala.
a. Program yang melibatkan semua unsur yang mempengaruhi faktor
penentukesehatan (determinants of health), termasuk sektor usaha, pemerintah
daerah,lembaga lain
b. Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar sektor kesehatan
diubahsupaya menyumbang terhadap lingkungan kota yang sehat.
4. Masyarakat umum memainkan peranan aktif
a. Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan pemerintah daerah.
b. Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan, sikap, dan
pilihanmasyarakat dalam hal yang menyangkut kesehatan, cara hidup, dan
penggunaan pelayanan kesehatan.
5. Cara baru dalam pemikiran dan metodea.
a. Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung pada adanya
kesempatanuntuk berinovasi.
b. Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru, mendorong pemikiran
baru,dan menghargai keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif

H. Masalah Pelayanan Kesehatan


Masalah Keshatan diperkotaan dapat dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan pilar
Indonesia Sehat :
1. Masalah Lingkungan
a. Dikawasan permungkiman yang padat
b. Dikawasan kumuh perkotaan
c. Dikawasan masyarakat mampu
d. Dikawasan industry
e. Dikawasan wisata
2. Masalah Priaku
3. Masalah Pelayanan Kesehatan
Kecenderungan masalah kesehatan diperkotaan adalah :
1. Meningkatnya pencemaran lingkungan baik air, udara dan tanah diperkotaanakibat
pertumbuhan industri.
2. Meningkatnya penyakit degeneratif, penyalahgunaan napza, penyakit menular
seksual serta gangguan kejiwaan akibat perubahan gaya hidup masyarakat
perkotaan.
3. Meningkatnya sarana pelayanan kesehatan perorangan yang tidak diimbangidengan
meningkatnya sarana pelayanan kesehatan masyarakat, sementara
masalahkemasyarakat meningkat dengan cepat .
4. Meningkatnya jumlah penduduk diperkotaan yang tidak diimbangi
denganinfrastruktur yang memadai, yang dapat memicu terjadinya pemukiman
kumuhdiperkotaan.
5. Meningkatnya kasus kegawatdaruratan sehari – hari

I. Indikator Kota Sehat


Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih
dalammasyarakat dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat bagi semua
pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan dan
menjaditolak ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.
Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuaitor
terkait. Besar idengan kondisi dan kemampuan mereka untuk memenuhi indikator tersebut.
Dengan demikian indikator yang dimuat dalam pedoman ini merupakan daftar yang dapat
dipilih oleh forum bersama-sam dengan Pemerintah Daerah dan sektor terkait. Besar
indikator yang hendak dicapai oleh masing-masing Kabupaten/Kota di provinsi yang
bersangkutan.
Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk
menilaikeberhasilan ini adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar yang
disusundalam lokakarya perncanaan. Untuk penetapan pemilihan indikator agar
memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan kegiatan,
kondisidan kemampuannya, dan kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah.
Setiaptahun sasaran indikator dan sasaran berkembang sesuai kondisi yang ada.
2. Forum bersama Pemerintah Daerah dapat memilih besaran indikator yang
sesuaidengan kapasitasnya.
3. Pencapaian pendekatan Pemerintah/Kota Sehat tergantung dari kemampuan
darimasing-masing daerah.
4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkah-
langkahKabupaten/Kota Sehat sudah dilaksanakan di masing-masing daerah :
a. Dukungan pemerintah daerah dalam membentuk kebijakan, perda, penerapan
dan pelibatan masyarakat.
b. Aktifitas kelembagaan yang ada, yaitu Forum Kabupaten/Kota
Sehat,ForumKomunikasi Desa/Kelurahan Sehat, Pokja dan Tim Pembina.
5. Indikatore output adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah
disepakatimasyarakat.
6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukan dengan adanya program
percontohan ; dana berputar, keterlibatan forum dan masyarakat rehadap
programyang dilaksanakan sektor ; adanya kegiatan penyuluahn
rutin/penyebarluasaninformasi melalui media massa/pembuatan media/workshop,
dan lain-lain. Forum juga dapat menyampaikan konsep pemecah masalah kepada
Pemerintah Daerah/sector tentang program yang disepakat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai
kondisikota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya
peningkatankualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat
mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan
kepada (‘good governance’)
Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat
(capacitybuilding) menuju hidup sehat. Memperhatikan konsepsi gerakan kota sehat
tersebut, tampak bahwa gerakan kota sehat merupakan pendekatan „multi stakeholders‟,
dimana sektor kehutanan (pemerintah dan swasta) yang merupakan bagian dari
stakeholders dapat ikut aktif/ berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya. Partisipasi
tersebut dalam tahap awal dapat berupa upaya untuk mempromosikan/ menginformasikan
kegiatan-kegiatan yang telah danakan dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota
sehat, serta menselaraskan kegiatandengan sektor lain yang secara bersama-sama dapat
mewujudkan kota sehat.

B. Saran
Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang
jelassehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang
sudahdilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap
daerahdapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi
dankemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. Karenanya, modal
dasar pengembangan kota menuju healthy city adalah kemauan dan komitmen pemerintah
kotauntuk mewujudkan tatanan hidup yang lebih berkeadilan, aspiratif dan
menempatkanmasyarakat sebagai mitra pembangunan. Pelibatan semua elemen
masyarakat kotamerefleksikan makna kepemilikan mereka akan kota yang, secara tidak
langsung akanmelahirkan kekuatan dan keikhlasan untuk secara bersama-sama merekayasa
perubahan kota.

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Hakiman. 2011.Urbanisasi dan Kemiskinan Kota


,(online),(http://zaenuri04.wordpress.com/2011/11/29/masalah-urbanisasi/,diakses
7 November 2012).
Depatemen Kehutanan.Info Lingkungan : Gerakan Kota Sehat, (online)
(http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KE
HUTANAN/INFO_III01/VI_III01.htm,diakses pada tanggal 7 November 2012)
Fanany, Rebecca. 2010. Kota Sehat Menjelang SEA Games 2011 (PPT). Seminar
KesehatanInternasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.
Hancock, T. and L. Duhl.Promoting Health in the Urban Context .WHO Healthy
CitiesPapersNo.1,1988.(http://www.healthycities.org.cn/upload/file/1276669620.p
df , diakses pada tanggal 6 November 2012).
Hasyim, Hamzah. 2010.Modul Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan.Fakultas
KesehatanMasyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.
Ismail, Noor Hassim. 2010.Healthy City : Malaysia experiences (PPT).Seminar
KesehatanInternasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.
Kingkungan ,2009. Pengelolaan Lingkungan Perkotaan.
(http://kingkungan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 7 November 2012).
Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005.
(http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-KEMDAGRI-
KEMKES-2005.pdf .diakses pada tanggal 6 November 2012.)
Sunarsih, Elvi. 2010.Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan.Fakultas
KesehatanMasyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.
World Health Organization (WHO). 1995.Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities Project (http://www.who.int/whr/1995/media_centre/en/,diakses pada
tanggal 06 November 2012).
World Health Organization (WHO). 1997.Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities Project http://www.who.int/csr/don/archive/year/1997/en/index.html,diakses
padatanggal 06 November 2012).
Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005.
(http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-KEMDAGRI-
KEMKES-2005.pdf .diakses pada tanggal 6 November 2012.)

Anda mungkin juga menyukai