KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah serta rahmat yang
telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menulis Laporan Pendahuluan mengenai
“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi ” dengan baik. Dokumen ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Studio 2 RDTRK. Tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini
adalah untuk membuat dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini tentunya kami mengalami
berbagai hambatan serta rintangan. Namun karena adanya tekad serta dukungan
dari berbagai pihak-pihak terkait menjadikan laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
Laporan Pendahuluan dikarenakan kelalaian serta kekurangan ilmu yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami memohon himbauan, kritikan serta saran yang
membangun guna menjadikan laporan pendahuluan ini lebih baik dan lebih berguna
bagi para pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembacanya guna mendapatkan informasi mengenai Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
Tim Penyusun
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR
GAMBAR
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
DAFTAR PETA
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
DAFTAR TABEL
BAB 1
Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
RTR KAWASAN
STRATEGIS
RPJP PROVINSI RTRW PROVINSI PROVINSI
14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah;
17. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi;
23. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
Kabupaten dan Kota;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo adalah :
1. Mewujudkan pengembangan pembangunan Kawasan Agropolitan secara
maksimal dalam proses produksinya;
2. RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas
yang diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi
masyarakatnya;
4. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
5. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
6. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan.
1.4.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi, adalah tersedianya Dokumen RDTR Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo yang memenuhi ketentuan teknis dalam Permen ATR No. 16
Tahun 2018, serta disusun dengan konsep mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya kawasan, menjamin keserasian tata lingkungan, dan mempertimbangkan
aspirasi masyarakat.
1.4.4 Manfaat
Manfaat RDTR sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, adalah sebagai:
1. Penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang Kawasan secara keseluruhan;
2. Arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
3. Penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfatan
ruangnya pada tingkat BWP atau sub BWP.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Tabel 1.1
Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo
N DESA Luas (Km2)
O
1 Desa Bangorejo 10,34
2 Desa Sambirejo 9,35
3 Desa Sukorejo 9,79
4 Desa Ringintelu 6,80
5 Desa Kebondalem 19,88
6 Desa Sambimulyo 9,79
JML 65,95
Sumber: Kecamatan Bangorejo dalam angka, 2018
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan
diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang berfungsi
sebagai:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
b. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana
a. Zona lindung
b. Zona budi daya
a. Lokasi Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan harus digambarkan dalam peta.
Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan,
atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut serta
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus
ditetapkan dan mempertimbangkan jenis kawasan, kesesuaian karakteristik
tematik, batas fisik, fungsi fisik kawasan dan penentuan wilayah administratif
secara kultural adat.
b. Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi yang akan
diprioritaskan sub BWPnya.
Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
1 RENCANA SISTEM Rencana system perkotaan di wilayah
PERKOTAAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau kegiatan beberapa
kabupaten/kota. Rencana system perkotaan
di Provinsi Jawa Timur adalah Probolinggo,
Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi,
Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro,
dan Pacitan
2 RENCANA SISTEM Rencana system perwilayahan di wilayah
PERWILAYAHAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
WP Banyuwangi dengan Pusat : Kabupaten Banyuwangi
pusat di Perkotaan Fungsi WP Banyuwangi: pertanian
Banyuwangi meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Kabupaten Banyuwangi peternakan, kehutanan, perikanan,
dengan pusat perkotaan pertambangan, industri, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata.
Banyuwangi
1. Pengembangan kawasan
pertambakan perlu diatur secara
serasi dengan kawasan hutan bakau
maupun industri hasil pertanian.
2. Kawasan pertambakan dapat
dialihfungsikan atas pertimbangan
tertentu.
3. Pengembangan perikanan darat
diarahkan pada kawasan tegalan,
pertanian lahan basah atau bercampur
dengan permukiman.
4. Pengembangan kawasan perikanan
darat diserasikan dengan
pemanfaatan ruang permukiman
maupun pemanfaatan ruang kawasan
pertanian, maupun industri hasil
pertanian.
3 Kawasan Peruntukan Kecamatan Bangorejo mempunyai potensi
Pertambangan bahan galian tanah urug dan tanah pasir.
Isu-isu trategis
1. Rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar yang berkualitas
2. Belum optimalnya penguatan modal sosial dan penanganan PMKS
3. Belum kuatnya bargaining position UMKM dan sumber daya wirausaha
4. Pertumbuhan ekonomi yang belum focus pada sektor unggulan
5. Disparitas pendapatan dan infrastruktur yang masih harus diselesaikan
6. Belum optimalnya kontribusi pariwisata pariwisata terhadap PDRB
7. Belum optimalnya penyediaan fasilitas publik dan infrastruktur pendukung
perekonomian
8. Rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan lingkungan yang
sehat serta berkualitas
9. Belum terbangunnya system penanggulangan bencana
10. Baiknya kualitas penataan ruang namun belum diiringi dengan luasan RTH
public yang proposional
11. Rendanya kapasitas sumber daya manusia dipedesaan
12. Meningkatnya afirmasi terhadap perlindungan perempuan dan anak serta
kesetaraan gender
13. Belum optimalnya upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan sumber
daya alam
14. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintah
15. Belum berjalannya pelayanan public yang efektif, efisien dan berbasis
teknologi informasi
1. Misi I.1:
2. Misi I.2:
4. Misi II.2:
5. Misi II.3
6. Misi III.1
7. Misi III.2:
Misi Pembangunan
2. Mewujudkan aksessibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya
1. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan
kearifan lokal
2. Meningkatkan kuantitas da kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial
3. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyaraklat,
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
4. Mewujudkan tata pemerintah yang baik dan bersih serta layanan public
yang berkualitas berbasis teknologi informasi
1. Mengembangkan system
pemerintahan yang interaktif;
2. Melakukan akselerasi
pembangunan melalui optimalisasi Teknologi informasi;
3. Membangun generasi yang
handal melalui jaminan akses layanan dasar dan pengembangan
Pendidikan;
4. Pengarustamaan Budaya;
5. Percepatan pembangunan
infrastruktur dasar;
6. Penciptaan inklusivitas
pertumbuhan ekonomi;
7. Mengurangi kesenjangan yang
berorientasi pada pro-equity, pro-job, pro-growth, pro-environmen melaui
penguatan interkonektivitas.
Tabel 2.
Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi
MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
Misi II. 1: Meningkatnya 1. Pembangunan pendidikan
Mewujudkan aksesibilitas dan diarahkan pada peningkatan
Kualitas partisipasi aksesibilitas pemerataan dan
Hidup terhadap perluasan kesempatan
Masyarakat pendidikan yang memperoleh pendidikan yang
Berasas berkualitas berkualitas dan terjangkau di
Pembangunan yang merata bagi semua jenis jalur dan jenjang
Berkelanjutan seluruh pendidikan untuk mewujudkan
dan masyarakat. SDM yang secara aktif mampu
Berwawasan mengembangkan potensi dirinya
Lingkungan dengan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara;
2. Pembangunan pendidikan, baik
pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan, diarahkan pada
peningkatan kompetensi dasar
masyarakat dalam upaya
meningkatkan daya saing
sumberdaya manusia Kabupaten
Banyuwangi; dan
3. Pembangunan Iptek mencakup
upaya penguasaan ilmu
pengetahuan dasar dan terapan,
pengembangan ilmu sosial dan
humaniora bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.
Disamping itu pengembangan
teknologi dan pemanfaatan hasil
penelitian untuk peningkatan
kemandirian dan daya saing
penduduk dengan
memperhatikan nilai-nilai budaya,
agama, etika, kearifan lokal serta
daya dukung dan kelestarian
lingkungan.
Meningkatnya Pembangunan kesehatan diarahkan
aksesibilitas yang pada peningkatan derajat
merata kesehataan masyarakat melalui
bagi seluruh peningkatan akses terhadap
masyarakat pelayanan kesehatan, pencegahan
terhadap dan penanggulangan
pelayanan berbagai penyakit menular
kesehatan yang khususnya HIV/AIDS, peningkatan
berkualitas. kualitas layanan kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat dan
perbaikan manajemen
kesehatan;
2. Peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud;
3. Peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan melalui
kemitraan, sumberdaya manusia
kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang disertai
oleh peningkatan
pengawasan, pemberdayaan
masyarakat; dan manajemen
kesehatan; dan
4. Peningkatan upaya kesehatan
pada komunitas khusus (ibu,
bayi, balita, lansia, dan kelompok
miskin).
Meningkatnya Pembangunan ketenagakerjaan
perluasan diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja lapangan kerja, peningkatan kualitas
di berbagai sektor tenaga kerja,
strategis. kesejahteraan dan perlindungan
serta kemandirian tenaga
kerja yang berwawasan wirausaha
sehingga mampu bersaing
di era global;
2. Pengembangan keterampilan
tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan
daya saing lokal dilakukan
melalui pendidikan dan keterampilan
teknis sesuai dengan
tuntutan pasar kerja, serta
pengembangan dan pemerataan
balai latihan kerja daerah; dan
3. Pengurangan tingkat
pengangguran terbuka dilakukan
melalui
peningkatan ketrampilan teknis
usaha perekonomian skala
lokal, pembukaan lapangan kerja
baru, pengadaan tenaga
kerja di sektor industri maupun
pendidikan dan pelatihan
khusus bagi tenaga satuan
pengamanan dan polisi
pamongpraja. Upaya untuk
mewujudkan Balai Latihan Kerja
(BLK) sebagai sarana pendidikan
dan pelatihan keterampilan
bagi pemuda putus sekolah menjadi
salah satu alternatif
terbaik dalam memecahkan tingkat
pengangguran terbuka.
Meningkatnya Pembangunan pemberdayaan
kualitas perempuan dan anak, diarahkan
sumberdaya dengan memperkuat kelembagaan,
manusia, termasuk pengarusutamaan gender
peran perempuan dan anak dalam pembangunan,
dalam sehingga terjaminnya keadilan
pembangunan gender dalam berbagai
yang diupayakan perundangan;
dengan 2. Peningkatan proporsionalitas,
peningkatan partisipasi dan peran serta kaum
pendidikan, perempuan di dalam politik dan
kesehatan dan pemerintahan yang
lain-lain. dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
rekruitmen dan kaderisasi
politik maupun prinsip-prinsip
kepatutan yang ada; dan
3. Pemberdayaan perempuan
berupa peningkatan wawasan,
ketrampilan, pembinaan dan
pendampingan kelompok usaha
ibu-ibu rumah tangga di perdesaan
harus menjadi program
kerja lintas sektor dan instansi
pemerintah.
Meningkatnya Pengelolaan sumberdaya alam
pengelolaan senantiasa harus dikelola
sumber daya alam secara seimbang untuk menjamin
yang berwawasan keberlanjutan
lingkungan yang pembangunan. Penerapan prinsip-
berupaya untuk prinsip pembangunan yang
melestarikan dan ) di seluruh sektor dan
menjaga fungsi wilayah menjadi prasyarat utama
lingkungan dalam untuk diinternalisasikan ke
mendukung berkelanjutan (
keserasian dan sustainable development
keseimbangan dalam kebijakan dan peraturan
kehidupan sosial perundangan.
dan ekonomi
masyarakat
melalui
peningkatan
pemberdayaan
kearifan lokal yang
baik.
Misi II. 2: Meningkatnya Pembangunan infrastruktur
Mewujudkan aksesibiltas diarahkan pada pemerataan
Peningkatan masyarakat aksesibilitas antar wilayah dalam
Pembangunan secara merata upaya mendukung
Infrastruktur terhadap sarana pembangunan yang berkelanjutan;
Sosial dan dan 2. Pembangunan sarana dan
Ekonomi Yang prasarana prasarana secara kuantitas maupun
Berkelanjutan kebutuhan dasar kualitas ditujukan kepada
(listrik, air pengembangan sistem jaringan
bersih, transportasi darat, udara, laut dan
pemukiman, penyeberangan ke Provinsi
transportasi dan Bali serta pengembangan sistem
lain jaringan prasarana dasar
sebagainya) di (jalan utama, jaringan air minum,
seluruh wilayah. jaringan drainase, jaringan
air limbah, persampahan, jaringan
pos dan telekomunikasi);
) secara
efektif terhadap pengelolaan dan
pengendalian pemanfaatan
ent
3. Peningkatan penegakan hukum
(law enforcem
ruang sesuai dengan fungsi ruang
secara efektif dalam
kerangka keserasian dan
keberlanjutan, sosialisasi kebijakan
penataan ruang dan rencana tata
ruang, partisipasi
dan yang terpenting adalah
koordinasi antar level
pemerintahan berkaitan dengan
kebijakan penataan ruang;
s
eholder
stak
dan
4. Pemerataan pendapatan yang
ditandai menurunnya indeks gini
dan tingkat pembangunan yang
semakin merata keseluruh
wilayah akan mengakibatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat di perdesaan/kampung,
sehingga kesenjangan
antar wilayah dapat berkurang.
5. Infrastruktur strategis antara lain
Bandara Blimbingsari,
Pelabuhan (penyeberangan dan
pelabuhan laut), dan jalan intas
selatan dengan segala potensinya
dengan dukungan
jaringan perkeretaapian terus
dikembangkan untuk
mewujudkan sistem transportasi
terpadu antar moda dan intra
moda Kabupaten Banyuwangi yang
efisien dan efektif,
terjangkau, ramah lingkungan dan
berkelanjutan yang meliputi
transportasi darat-laut-udara.
BAB 3
Metodologi
3.1 Pendekatan Perencanaan
Metode perencanaan digunakan untuk menyusun dan menentukan pola pikir
dalam melaksanakan proses perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Pola
pikir ini akan menentukan arah dan strategi dalam arah perencanaan dan
penetapan wilayah untuk di kembangkan di wilayah perencanaan.
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan /atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota dan merupakan alasan disusunnya RDTR yang apabila diperlukan
dapat dilengkapi konsep pencapaian (PERMEN ATR No. 16 Tahun 2018). Secara
umum analisis ini digunakan untuk identifikasi struktur kawasan perencanaan, yang
berarti untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalam sistem pada wilayah
perencanaan. Analisis ini juga bertujuan untuk memetakan peranan 5 desa yang
menjadi kawasan perencanaan.
A. Metode Analisis
A. Metode Analisis
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menduiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 147). Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan antara tata guna lahan yang ada di
Kecamatan Bangorejo dengan kesesuaian lahan dan bahaya yang timbul
akibat dari ketidaksesuaian penggunaan lahan
3. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
Analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:
b. Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih
luas;
penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas yang
akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama
lintassub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan
dengan skala yang lebih luas dari wilayah BWP
pembentukan pola ruang BWP yang serasi dengan kawasan
berdekatan terutama pada wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi
dan harmonisasi dalam pemanfaatan ruang antar BWP dalam rangka
perwujudan tujuan penataan ruang.
A. Metode Analisis
Metode dalam analisis kedudukan BWP terhadap wilayah yang lebih luas
adalah deskriptif. Dalam melakukan analisis ini dilakukan proses
identifikasi terhadap data terkait. Keseluruhan data tersebut lalu dianalisis
dalam bentuk identifikasi peranan Kecamatan Bangorejo terhadap
Kabupaten Banyuwangi.
Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai
berikut:
e. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
a. Metode Analisa
Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode analisa weighted
overlay. Metode analisis ini merupakan analisis spasial dengan menggunakan
teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Alat analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Metode
dalam analisis ini adalah metode survei. Weighted overlay merupakan sebuah
teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan
menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted
overlay memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang
ditentukan dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian (Sofyan, dkk, 2010).
Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan bagian
dari wilayah kota yang diprioritaskan penangannya di dalam penyusunan RDTR
6. Analisis Kependudukan
Dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan
demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta kondisi
sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik
penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas penduduk,
mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral (sarana,
prasarana maupun utilitas minimum).
A. Metode Analisis
1. Analisa Hierarkhi jalan
Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada
suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang
ada disekitar kawasan.
2. Analisa Pola Jaringan Jalan
Analisa yang digunakan adalah deskriptif. Sistem sirkulasi tidak begitu saja
terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori; sistem grid, radial, linier, kurva linier,
5. Analisa Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada
suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus:
N = L-1
P
Dimana:
100 m2
Si / Ni Si / S
LQ = =
S / N Ni / N
dimana :
Si : Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur di
daerah yang diteliti
Ni : Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang
lebih luas
S : Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
N : Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Apabila LQ suatu sektor >= 1, maka sektor tersebut merupakan
sektor basis. Dan apabila LQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut
merupakan sektor non basis.
B. Data yang dibutuhkan, jenis survei, dan output
Data Jenis Survei Output
PDRB Sekunder Mengetahui perekonomian
dan sector unggulan di
Kecamatan Bangorejo
9. Analisis Sumber Daya Buatan
Dilakukan untuk memahami kondisi, potensi, permasalahan, dan kendala
yang dimiliki dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pada BWP.
Melalui analisis ini diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana
yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi BWP.
Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit
kegiatan dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas
atau skala pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas
pemanfaatan ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya
dukung wilayah.
Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio
terhadap program pembangunan sarana dan prasarana tersebut dan sangat
terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Analisis ini
digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi.
A. Metode Analisis
Skoring
Metode skoring adalah pemberian skor/harkat terhadap masing-
masing value parameter untuk menentukan kondisi, potensi,
permasalahan maupun kendala terhadap kawasan tersebut
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya.
Dalam penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat
pelayanan umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan
pelayanan yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat
dihitung dengan rumus:
dij/bj
TP = Cis x 100%
Keterangan:
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.
B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output
Data Jenis Survei Output
Fasilitas dan Sekunder, Peningkatan pelayanan sarana
utilitas Primer prasaran sesuai dengan kondisi,
permasalahan, potensi, dan
Jumlah Sekunder kendala yang berada di wilayah
penduduk perencanaan
A. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu metode
analisis perbandingan antara metode pengukuran di lapangan dengan
metode penggunaan data penginderaan jauh.
A. Metode Analisa
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam
penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan
umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan
yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat dihitung
dengan rumus:
dij/bj
TP = Cis x 100%
Keterangan :
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.
1. Sarana Pendidikan
Dalam merencanakan sarana pendidikan, harus bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sarana pendidikan
yang berupa ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap secara
optimal. Dengan demikian pengadaan ruang belajar tidak akan
lepas hubungannya dengan strategi belajar mengajar berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Ruang belajar yang diutarakan di bawah ini
hanyalah menyangkut bidang formal saja.
A. Metode Analisis
Untuk menganalisa masalah sumber-sumber dana pembangunan
prasarana di Kecamatan Bangorejo dilakukan dengan metode deskriptif
analisis dan kuantitatif. Pembahasan secara deskriptif berkaitan dengan
berapa variable potensi dan sumber- sumber penerimaan riil dalam
APBD.
Hasil dari analisis ini adalah peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan, potensi dan kendala fisik
pengembangan lahan
SHP peta rawan bencana, data Analisis potensi Peta dan deskripsi
wilayah rawan bencana rawan bencana mengenai kawasan
perencanaan
Tabel 3.8 Klasifikasi Kemampuan Lahan
L : ringan
M : sedang
H : berat
V : sangat berat
1 : rendah/tidak peka
2 : agak peka
3 : kurang peka
4 : peka
5 ; sangat peka
2. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan
mungkin akan berkembang di masa mendatang Analisa yang
digunakan dalam
3. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
(karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4. Analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
5. Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona
6. Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang
diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan saat
ini, perizinan yang sudah dikeluarkan; status guna lahan, konflik
pemanfaatan ruang);
7. Analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis nasional/provinsi,
ruang dalam bumi);
8. Analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait
9. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan beberapa analisa
mengenai data berikut:
Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km², yang didominasi oleh
kawasan hutan.
4.2.2 Geologi
Kondisi geologi yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda untuk
setiap wilayah, dan berperan bagi terbentuknya bentukan lahan pada
wilayah tersebut. Berdasarkan struktur geologi, jenis tanah yang ada di
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:
4.2.3 Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi dilintasi oleh sungai-sungai, baik sungai
besar maupun kecil. Terdapat 105 sungai kecil dan besar sehingga
Kabupaten Banyuwangi sangat cocok untuk pertanian lahan basah.
Dataran rendah memiliki tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan
rata-rata curah hujan yang memadai sehingga tingkat kesuburan tanah
semakin tinggi. Dataran rendah terbentang dari selatan hingga utara
memiliki banyak sungai, tercatat ada 35 DAS, sehingga sangat berpengaruh
terhadap tingkat kesuburan tanah.
4.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim yang
dilihat dari kondisi rata-rata curah hujan di suatu wilayah dalam periode
waktu yang lama. Iklim dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi di
suatu wilayah yang berkaitan dengan posisi matahari terhadap daerah di
bumi.
Struktur Geologi
Regosol Lithosol Lathosol Podsolik Gambul
7% 24%
7%
2%
60%
Sumber: Banyuwangi dalam angka
Kuburan
Perkebunan
Lahan pertanian
Kawasan perairan/ sungai
Ruang Terbuka Hijau
4.4 Fasilitas
4.4.1 Fasilitas Pendidikan
Berikut tabel banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi:
250
100
50
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan grafik diatas bahwa fasilitas pariwisata dari tahun 2012-2017
selalu mengalami peningkatan di Kabupaten Banyuwangi, baik dari fasilitas hotel
berbintang, hotel non berbintang, hingga restoran atau rumah makan. Pada tahun
2017 hotel berbintang sebanyak 6 unit, hotel non berbintang sebanyak 76 unit, dan
251 unit restoran.
4.5 Utilitas
4.5.1 Jaringan listrik
Tabel berikut menunjukan daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi
Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranting PLN Kabupaten
Banyuwangi, 2008-2017.
4.6 Perekonomian
4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lapangan usaha 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, 21.944.164,58 23.475.737,82 24.347.820,50
dan Perikanan
Pertambangan dan 4.650.842,95 5.033.739,61 5.504.252,04
Penggalian
Industri Pengolahan 6.549.448,36 7.264.441,92 7.760.903,26
Pengadaan Listrik dan 25.576,80 28.832,33 31.557,58
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 36.944,20 40.484,51 42.022,00
Limbah dan Daur Ulang
Konstr uksi 6.820.370,11 7.775.548,32 8.994.178,93
Perdagangan Besar dan
Eceran; Repar- 8.454.492,78 9.618.546,48 10.988.013,05
asi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan 1.814.180,69 2.064.862,08 2.294.321,43
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi 1.392.292,50 1.638.066,96 1.915.462,28
dan Makan
Minum
Infor masi dan 2.413.780,53 2.676.775,28 2.955.664,90
Komunikasi
Jasa Keuangan dan 1.055.224,07 1.180.434,18 1.278.070,21
Asuransi
Real Estate 895.733,60 970.945,89 1.063.755,97
Jasa perusahaan 134.595,10 149.553,41 161.184,94
Administrasi 1.637.263,69
Pemerintahan,Pertahanan 1.340.237,30 1.494.432,61
Dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 1.813.156,30 1.978.775,44 2.160.730,68
Jasa Kesehatan dan 189.245,30 217.677,62 247.157,68
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 649.011,00 739.613,68 863.386,81
Produk Domestik Regional 60.179.292,92 66.348.468,12 72.245.718,94
Bruto
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi dalam angka tahun 2018
bahwa pendapatan domestik regional bruto kabupaten Banyuwangi selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya berdasarkan harga laku. Pendapatan
terbesar pada kabupaten banyuwangi pada lapangan usaha pertanian, kehutan,
dan perikanan, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan.
Sukorejo Dataran 65
Ringintelu Dataran 75
Sambirejo Dataran 61
Sambimulyo Dataran 62
Temurejo Dataran 65
Bangorejo Dataran 75
Kebondalem Dataran 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Gambar 4.4
Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorjeo
4.8.2 Hidrologi
Secara hidrologi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan
curah hujan rendah dengan rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena
intensitas hujan dikatakan lebat (tinggi) bila mencapai 50-100 mm per hari,
dan dikatakan sangat lebat (tinggi) jika curah hujan lebih dari 100 mm per
hari.
4.8.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang komunitas
tumbuhan yang terjadi pada suatu tempat, mencangkup perpaduan komunal
dari jenis-jenis flora dan penyusunannya maupun tutupan lahan yang
dibentuknya (Wikipedia). Di kecamatan Bangorejo terdapat komunitas
beberapa tanaman, namun komoditas utama pada kawasan tersebut pada
buah naga dan buah jeruk.
Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kecamatan Bangorejo.
4.11.2 Fasilitas Kesehatan
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:
DRAINASE TERBUKA
TEMPAT SAMPAH
Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan
aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan
beberapa bagian di desa Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih
ada yang rusak.
Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa
Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi
tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.
2. Infrastruktur jalan
3. Pertanian
Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak
sesuai dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan
produk tersebut, dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan
Bangorejo mengalami kerugian yang sangat besar.
Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
BAB 5
Kerangka Kerja
Tabel 5.1
Komposisi personil beserta penjabaran tugas dan tanggung jawab
1. Tim Leader a. Bertanggung jawab terhadap kelompok
Bulan
Kegiatan
No. Kegiatan I II III IV
Utama
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kajian Teori
Deliniasi Wilayah
Tahap Persiapan Survei
1.
Persiapan
Penyusun Laporan Pendahuluan
Pengumpulan Laporan
Pendahuluan
Tahap Survey Instansional
2. Pengumpulan
Data Survey Pengamatan Lapangan
Pengolahan Data
Tahap Analisis Data
Pengolahan
3. Penyusunan Laporan Fakta Analisa
Data dan
Analisis Pengumpulan Laporan Fakta
Analisa
4. Tahap Finalisasi Rencana
Pembuatan Draft Peta
BULAN
NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Persiapan
1. Studi Literatur dan metode
pelaksanaan
Pembangunan
Perundangan
Strategis
8. Pematangan metode
pelaksanaan kerja
pendahuluan
II Penentuan Lingkup
Wilayah RDTR
pada :
● Tujuan penetapan
wilayah Perkotaan
● Kondisi sosial,
ekonomi, budaya,
dan lingkungan
● Daya dukung dan
daya tampung
wilayah
● Ketentuan
perundangan yang
terkait
1. Survey sekunder ke
instansi terkait
● Identifikasi fisik
dasar
● Identifikasi
penggunaan lahan
eksisting
● Identifikasi
bangunan
● Identifikasi sistem
transportasi/jaringa
n jalan
● Identifikasi jaringan
utilitas
● Identifikasi fasilitas
umum
● Identifikasi
kependudukan dan
sosial budaya
3. Penjaringan aspirasi
masyarakat
5.4 PELAPORAN
Setiap tahapan kegiatan dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dengan menyelesaikan
kewajiban menyusun laporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya dan
Jadwal kegiatan Penyedia Jasa
Metodologi kerja dan rencana survey
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya: 21 (dua puluh satu) hari
sejak masa perkuliahan dimulai.
2. Laporan Fakta dan Analisa
Laporan Fakta Analisa memuat hasil pengumpulan data dan
pengolahan/analisis data RDTR meliputi:
1) analisis karakteristik kawasan, meliputi:
kedudukan dan peran kawasan dalam wilayah yang lebih luas
(kabupaten);
keterkaitan antar wilayah kabupaten dan antara bagian dari wilayah
kabupaten yang mempengaruhi perkembangan kawasan;
karakteristik fisik kawasan;
karakteristik kawasan agropolitan;
kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
karakteristik sosial kependudukan;
karakteristik perekonomian; dan
kemampuan keuangan daerah.
2) analisis potensi dan masalah pengembangan Kawasan Agropolitan :
analisis kebutuhan ruang; dan
analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3) analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan, dengan hasil analisis
antara lain :
potensi dan masalah pengembangan di Kawasan Agropolitan;
peluang dan tantangan pengembangan;
kecenderungan perkembangan;
perkiraan kebutuhan pengembangan di Kawasan Agropolitan;
intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung (termasuk prasarana/ infrastruktur dan utilitas); dan
teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
lingkungan.
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya 70 (tujuh puluh) hari sejak
dimulainya masa perkuliahan/terselesaikannya laporan pendahuluan.
3. Laporan Rencana
Laporan Rencana memuat:
a) tujuan penataan BWP;
b) rencana pola ruang;
c) rencana jaringan prasarana;
d) penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
e) ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f) peraturan zonasi.