Anda di halaman 1dari 14

PERMASALAHAN IMPLEMENTASI PELAKSANAAN BIMBINGAN

DAN KONSELING DALAM SETTING PENDIDIKAN DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bimbingan dan Konseling (BK)
Yang dibimbing oleh :
Ibu Ajeng Intan Nur Rahmawati S.Pd. M.Pd

Oleh Kelompok 1

Khandyas Kenza Karomiah (200401140096)


Elisa Mawarni (200401140103)
Dian Fisesa (200401140115)
Surya Mahendra Widodo (200401140146)

UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG


PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Maret 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Permasalahan Implementasi Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Dalam
Setting Pendidikan Di Indonesia” ini dengan lancar dan tepat waktu. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bimbingan,
bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ajeng Intan Nur Rahmawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing mata kuliah
Bimbingan Dan Konseling (BK) yang membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.
2. Orang tua yang memberikan dukungan moral dan materiil sehingga kami dapat
menjalankan dan memenuhi kegiatan perkuliahan.
3. Teman-teman yang memberikan masukan berupa saran dan kritik yang sangat
baik sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami
harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Malang, 14 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Definisi Bimbingan Konseling ................................................................. 3
2.2 Permasalahan Implementasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Dalam Setting Pendidikan di Indonesia .............................................................. 3
2.3 Alternatif Pemecahan Problem Bimbingan .............................................. 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik
tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu
diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun
karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang
selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan
berbagai perubahan tersebut. Peran guru tentu tidaklah cukup untuk
mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu
diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut.
Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di
dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik
perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah.
Bimbingan dan Konseling di sekolah dibentuk untuk memenuhi
perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma
kehidupan yang ada di sekolah maupun masyarakat.
Bimbingan dan Konseling dianggap memiliki peran penting dalam
pencapaian peserta didik dalam pendidikannya, hanya saja sebagian
masyarakat masih belum memahami makna penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah
pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat
membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu
dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Bimbingan dan Konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di
luar bidang pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya
tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Kegiatan ini dilakukan melalui
layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan
memanfaatkan kemampuannya secara penuh.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diambil sesuai dengan latar belakang tersebut
adalah:
1. Apakah Definisi Bimbingan Konseling?
2. Bagaimanakah Permasalah implementasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling dalam setting pendidikan di indonesia?
3. Bagaimanakah Alternatif Pemecahan Problem Bimbingan?
4. Bagaimanakah Penerapan Bimbingan dan Konseling bagi guru kelas di
Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui Definisi Bimbingan Konseling
2. Mengetahui Permasalah implementasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling dalam setting pendidikan di indonesia
3. Mengetahui Alternatif Pemecahan Problem Bimbingan
4. Mengetahui Penerapan Bimbingan dan Konseling bagi guru kelas di
Sekolah Dasar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bimbingan Konseling


Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari
pendidikan, dan program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa. Menurut Tolbert(Hikmawati, 2016), bimbingan
adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga
pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat
menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri
dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.
Konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik atau layanan
di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat istimewa
karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komprehensif (Hikmawati,
2016). Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi
merupakan teknik inti atau teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling
dapat memberikan perubahan yang mendasar, yaitu mengubah sikap.
Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan dan perasaan, dan lain-
lain.
Jadi Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan
karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan
norma-norma yang berlaku.

2.2 Permasalahan Implementasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling


Dalam Setting Pendidikan di Indonesia
Permasalahan bimbingan dan konseling bukan disebabkan
faktor eksternal, tetapi pada dasarnya, bersumber dari faktor internalnya.
Bimbingan dan konseling hingga kini masih dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Pandangan ini timbul karena kurangnya profesionalitas dan

3
4

dedikasi yang tinggi dari orang-orang yang menekuni bidang bimbingan dan
konseling. Macam-macam problematika bimbingan dan konseling menurut
Rahdzi(Indah, 2015) adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan Eksternal (Masyarakat)
a) Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling
adalah pelayanan harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keahlian itu diperoleh dari
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama di perguruan tinggu serta
pengalamanpengalaman.
b) Bimbingan dan konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu tugas
utama bimbingan dan konseling adalah membantu dalam
menyelesaikan masalah. Akan tetapi, peranan BK itu sendiri adalah
melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan melakukan
tindakan antisipasi agar masalah yang sewaktu-waktu datang tidak
berkembang menjadi masalah yang besar. Seperti halnya dengan
semboyan “Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati”.
c) Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling bergantung pada sarana
dan prasaranaSering kali ditemukan pandangan bahwa keahlian seorang
konselor disebabkan ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap
dan mutakhir. Seorang konselor yang kinerjanya dinilai tidak bagus
sering berdalih bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana
yang bagus dan lengkap. Sebaliknya, pihak klien pun terkadang juga
terjebak dalam asumsi bahwa konselor yang hebat itu terlihat dari
sarana dan prasarana yang dimiliki konselor.
d) Konselor harus aktif, sedangkan klien harus/boleh pasif Sering
ditemukan bahwa klien menyerahkan penyelesaian masalahnya
sepenuhnya kepada konselor. Mereka menganggap bahwa itulah
kewajiban konselor. Terlebih lagi, jika dalam pelayanan BK tersebut,
klien harus membayar. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak jarang
seorang konselor yang membuat klien menjadi sangat bergantung
5

kepadanya. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecah


masalah yang handal dan dapat dipercaya. Konselor seperti ini biasanya
berorientasi pada ekonomi, bukan pengabdian. Tak jarang ia enggan
melepaskan kliennya sehinnga ia merekayasa untuk memperlambat
proses penyelesaian masalah.
e) Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
terlihat Seringkali klien (orang tua/ keluarga klien) yang berekonomi
tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk menyelesaikan
masalahnya secepat mungkin, tak peduli berapapun biaya yang harus
dikeluarkan. Tidak jarang konselor secara sadar atau tidak sadar dengan
menyanggupi permintaan klien dengan suatu tujuan tertentu. Bahkan
ada seorang konselor yang mempromosikan dirinya mampu
menyelesaikan masalah dengan cepat dan tuntas. Padahal pada dasarnya
orang yang mampu menganalisis besar/kecilnya masalah dan
cepat/lambatnya proses penanganan masalah adalah konselor, karena ia
memahami landasan dan kerangka teoritik BK serta
mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang sejenisnya.
2. Permasalahan Internal (Konselor)
a) Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter dan psikiater. Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau
psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis
lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberika cara–cara
pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan
orientasi pribadi, penguat mental/psikis, dan modifikasi perilaku.
b) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
Harus dipahami bahwa setiap manusia itu berbeda dalam
kepribadian dan kemampuannya sehingga dalam penyelesaian masalah
harus disesuaikan dengan keadaan klien. Bahkan, jika seorang konselor
ingin mengadopsi cara/teknik penyelesaian dari konselor lain, ia juga
harus menyesuaikan dengan kemampuan konselor itu sendiri (yang
mengadopsi).
c) Bimbingan dan konseling mampu bekerja sendiri.
6

d) Bimbingan dan konseling dianggap sebagai proses pemberian nasihat


semata.
3. Permasalahan Dalam Dunia Pendidikan
a) Bimbingan dan konseling hanya sebagai pelengkap kegiatan
pendidikan. Bimbingan dan konseling memiliki derajat dan tujuan yang
sama dengan pelayanan pendidikan, yaitu mengantarkan para siswa
untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal.
b) Guru bimbingan dan konseling disekolah adalah “polisi sekolah”.
Guru bk bukan untuk ditakuti, tetapi untuk disegani, dicintai, dan
diteladani. Jika kita analogikan dengan dunia hukum, konselor harus
mempu berperan sebagai pengacara, yang bertindak sebagai sahabat
kepercayaan, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran.
c) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Bimbingan dan konseling tidak hanya diperuntukan pada siswa
yang bermasalahan atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja,
namun, bimbingan dan konseling harus melayani seluruh siswa. Setiap
siswa berhak dan mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui
berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersedia.

2.3 Alternatif Pemecahan Problem Bimbingan


Masalah-masalah yang melingkupi pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah begitu beragam sehingga alternatif pemecahan
masalah tersebut harus sesuai dengan masalahnya. Menurut pandangan
Nurul Muallifah(Indah, 2015), beberapa tema masalah yang ada disekolah
yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbinga konseling diantaranya adalah:
1. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
Padahal konselor adalah tempat curahan kepentingan siswa, apa yang
terasa dihati dan terpikirkan oleh siswa. Petugas bimbingan dan konseling
bukanlah pengawas atau pun polisi sekolah yang selalu mencurigai dan
menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling
adalah kawan pengiring, petunjuk jalan, pembangun kekuatan, dan
Pembina tingkah laku positif yang dikehendaki.
7

2. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses


pemberian nasehat.
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh
kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara
optimal. Disamping memerlukan nasehat, pada umumnya klien, sesuai
dengan problem yang dialami klien, memerlukan pelayanan lain seperti
pemberian informasi, penempatan, dan penyaluran, konseling, bimbingan
belajar, pengalih tangan kepada petugas yang lebih berwenang dan ahli,
layanan kepada orang tua siswa dan masyarakat, dan sebagainya.
3. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya pada menangani masalah
yang bersifat incidental.
Pelayanan BK menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa
lalu, sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu, konselor tidak hanya
menunggu klien datang dan mengungkapkan masalahnya.
4. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pelayanan dan bimbingan konseling. Kapan, bagaimana, dan
dimana pelayanan itu diberikan, pertimbangannya semata-mata didasarkan
atas sifat dan jenis masalah yang dihadapi serat ciri-ciri pribadi siswa yang
bersangkutan.
5. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan “kurang normal”.
Konselor yang memiliki kemampuan yang tinggi akan mampu mendeteksi
dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap dan kurang mantapnya
fungsi-fungsi yang ada pada klien, sehingga dapat memutuskan apakah
klien perlu dikirim kepada dokter/psikiater atau tidak. Penanganan
masalah oleh ahlinya secara tepat akan memberikan jasmani yang lebih
kuat bagi keberhasilan pelayanan.
6. Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang
disampaikan klien pertama kali. Konselor harus mampu menyelami
sedalm-dalamnya masalah klien yang sebenarnya.
8

Dari beberapa contoh pemikiran alternative pemecahan masalah


masalah dalam pelaksanaan bimbingan konseling pada intinya, masalah
harus segera diaatasi, karena kemungkinan setiap hal yang negative akan
terus berkembang pada tingkat negative yang lebih berat lagi. Oleh karena itu,
agar bimbingan dan konseling senantiasa efektif dan berkembang lebih baik,
ketiga unsur yang ada dalam konseling tersebut harus ditinjau ulang, baik
secara teori ataupun praktik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisasikan kesalahapaham pemaknaan yang tentu saja akan
berdampak pada praktiknya.

2.4 Penerapan Bimbingan dan Konseling bagi guru kelas di Sekolah Dasar
Pendidikan sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang
memiliki kedudukan penting dalam perkembangan setiap anak baik
perkembangan biologis, kepribadian ketrampilan dan pengetahuan anak agarr
berjalan sesuai dengan perkembangannya, sehingga mereka siap terjun
menjadi anggota masyarakat yang akan mengisi dan melanjutkan cita-cita
bangsa serta dapatt mengatasi masalah yang lebih sulit sesuai perkembangan
zaman di tingakat pendidikan yang lebih tinggi kelak, dalam hal ini
pendiidkan bertujuan membantu peserta didik mencapai perkembangan yang
optimal, baik sisi akademik maupun kepribadian.
Dalam hal ini bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk
mengatasi persoalan peserta didik yang biasa terjadi disekolah seperti bermain
sendiri saat guru menerangkan pelajaran, bertengkat ddengan sesama teman,
tidak mengerjsksn tugas rumah, dan tidak masuk sekolah dan lain-lain
(Batubara & Ariani, 2018)Pelaksanaan bimbinan dan konseling juga dilatar
belakangi persoalan sebagai berikut :
1. peserta didik sekolah daasar memerlukan persiapan yang matang sejak dini
untuk menghadapi tugas yang lebih matang dimasa yang akan datang.
2. kondisi peserta didik usia SD belum memiliki pandangan atau wawasan
luas tentang didi sendiri dan lingkungannya.
9

3. penggunaan teknologi dan komunikasi yang tidak bijak dapat


mengakibatkan dampak negatif bagi peserta didik seperti individualisme,
konsumtif dan gerak fisik yang minim .
Berdasarkan uraian masalah tersebut, pelaksanaan bimbingan dan konseling
perlu dilaksanakan disekolah dasar untuk membantu peserta didik
memecahkan masalah yang dihadapinya dan untuk mengoptimalkan
keberhasilan dalam bimbinagan perlu adanya kerjasama antara semua guru
keluarga dan lingkungan masyarakat(Batubara & Ariani, 2018).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan koseling selah dasar merupakan bantuan yang di
berikan kepada individu atau kelompok yang mempunyai masalah supaya
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri guna mencapai kesejahteraan atau
keberhasilan dalam mengerjakan suatu hal. Teknik guru yang dapat
digunakan untuk memahami peserta didik yaitu teknik penilaian, observasi
dan wawancara. Untuk mengatasi permasalahan peserta didik perlu adanya
partisipasi dari semua pihak di antaranya guru kelas orang tua dan lingkunga
serta teman belajar.

3.2 Saran
Berdasarkan dari hasil makalah ini maka dapat diberikan saran.
Apabila pada pembahasan makalah ini masih terdapat kekurangan dari segi
bahasa dan sumber yang digunakan terbatas jumlahnya sehingga kami
menyarankan agar pada pembuatan makalah kedepannya menggunkan
referensi yang lebih banyak dan terpercaya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, H. H., & Ariani, D. N. (2018). Penyelenggaraan Bimbingan dan


Konseling di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3(4), 447–452.
Hikmawati, F. (2016). BIMBINGAN DAN KONSELING (Revisi, Ce). PT Raja
Grafindo Persada.
Indah, M. (2015). BIMBINGAN KONSELING. Journal of Chemical Information
and Modeling.

11

Anda mungkin juga menyukai