NIM : 152010713109
Sistem pengendalian internal adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh perusahaan karena
berbagai alasan. Baik demi kelancaran operasional perusahaan hingga tingkat keamanan.
Contoh sederhana aktivitas pengendalian internal yang mungkin bisa Anda temui adalah aturan cuti,
laporan kerja dinas, penetapan Nomor Induk Karyawan hingga rotasi jabatan.
Aktivitas pengendalian internal perusahaan tentu menjadi penting untuk dibahas sama halnya dengan
aspek aktivitas lain dalam berbisnis, seperti pengadaan, produksi, hingga legalitas.
Lalu, apa itu sistem pengendalian internal? Apa saja komponennya? Apa manfaat dan bagaimana
penerapannya?
Sebelum merangkum apa itu pengendalian internal, mari simak beberapa definisi pengendalian internal
menurut para ahli.
Bisa dibilang COSO merupakan komite yang membuat kerangka konsep dari pengendalian internal yang
banyak digunakan perusahaan saat ini.
COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi,
manajemen, dan karyawan yang dirancang dalam rangka memberikan jaminan bahwa organisasi dapat
mencapai tujuannya melalui,
IFAC mendefinisikan pengendalian internal sebagai sistem yang dimiliki organisasi untuk mengelola
risiko yang dilaksanakan, dipahami, dan diawasi oleh tingkat pimpinan, manajemen, hingga karyawan
untuk mendapatkan keuntungan dan mencegah kerugian guna mencapai tujuan organisasi itu sendiri.
Menurut OJK, pengendalian internal merupakan sistem yang dirancang oleh perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi, mengamankan harta, menjaga ketelitian data perakunan, menegakkan disiplin,
dan meningkatkan ketaatan karyawan terhadap kebijakan perusahaan.
Dari ketiga definisi tersebut, sebenarnya Anda bisa menarik satu benang merah terkait definisi
pengendalian internal yaitu sebuah sistem yang dibuat oleh perusahaan atau organisasi dalam mengatur
segala sesuatu aktivitas di dalamnya untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi tersebut.
Sehingga yang bertanggung-jawab bukanlah pemilik atau pimpinan organisasi saja namun seluruh
anggota di dalamnya meski pada awalnya, pengendalian internal dibuat dan diamanatkan oleh dewan
direksi atau pimpinan.
Seperti yang telah disinggung pada definisinya, tujuan adanya pengendalian internal adalah agar
perusahaan bisa mencapai tujuannya dengan cara mendapatkan kesempatan dan keuntungan serta
mencegah adanya kerugian.
Memastikan segala aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Memastikan segala anggota perusahaan atau organisasi mengetahui dan mematuhi kebijakan
yang telah dibuat.
Hal yang paling jelas adalah tentu mencegah adanya tindak kecurangan karyawan seperti administration
fraud atau financial fraud.
Pengendalian internal akuntansi yang meliputi persetujuan, keandalan data, pemisahan fungsi
operasi, penyimpanan, pencatatan, hingga pengawasan aset atas kekayaan.
Pengendalian internal administrasi yang meliputi efisiensi usaha, kebijakan direksi, analisis
risiko, manajemen sumber daya hingga pengendalian mutu.
Baca Juga: Audit Operasional: Bagaimana Tujuan, Contoh, Tahapan & Laporannya?
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan unsur laporan
keuangan. Contoh pengendalian internal kas perusahaan.
3. Melaksanakan tugas dan fungsi unit secara sehat. Misalnya memberikan hak cuti dan adanya
aktivitas audit administrasi.
4. Mutu karyawan yang mampu mengemban tanggung jawabnya. Misalnya menciptakan tata
kelola karyawan yang baik mulai dari seleksi hingga pengembangan karyawan.
Ada lima komponen pengendalian internal yang disempurnakan oleh COSO (Committee of Sponsoring
Organization of the Treadway Commission) yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah seluruh aspek yang membentuk perilaku, struktur, standar, dan
pedoman yang menjalankan operasional perusahaan.
Struktur organisasi;
kebijakan operasional.
Bisa dibilang, lingkungan pengendalian sebagai pondasi untuk membentuk unsur-unsur pengendalian
internal lain.
Salah satu contohnya adalah kebijakan operasional terkait pengembangan SDM. Misalnya terkait
pengembangan, tata kelola HR, pelatihan, atau evaluasi jabatan.
Tanpa adanya kebijakan yang baik, bisa jadi perusahaan tidak memiliki SDM yang memiliki mutu yang
baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan itu sendiri.
2. Penilaian Risiko
Setiap aktivitas memiliki risiko termasuk aktivitas operasional maupun produksi perusahaan. Baik risiko
yang berkaitan dengan bisnis secara langsung maupun tidak.
Perusahaan menilai risiko dengan melakukan manajemen risiko yang terdiri dari analisis, tindakan, dan
evaluasi.
Penilaian risiko juga berkaitan dengan proses pencapaian tujuan perusahaan. Dengan mengurangi risiko,
perusahaan bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan; mendapatkan keuntungan maksimal
dan mengurangi kerugian.
Adapun risiko yang mungkin terjadi adalah risiko perubahan hukum, situasi politik dan ekonomi, internal
fraud, ancaman pesaing, hingga anomali permintaan pasar.
3. Prosedur Pengendalian
Dalam melakukan pengendalian, terdapat prosedur atau pedoman yang harus dijalankan. Hal ini agar
segala upaya pengendalian benar-benar berada di jalurnya dalam mencapai tujuan perusahaan.
Adanya prosedur juga menjadi alat deteksi adanya masalah pengendalian seperti kecurangan atau
ketidakberesan dalam aktivitas perusahaan.
Seperti yang telah dijelaskan dalam poin unsur-unsur pengendalian internal secara umum, prosedur
pengendalian internal meliputi;
ulasan kinerja;
4. Pengawasan
Komponen selanjutnya adalah pengawasan. Fungsi pengawasan dalam pengendalian internal adalah
memastikan bahwa setiap aktivitas pengendalian berjalan sesuai dengan pedoman atau prosedur.
Selain itu dengan adanya pengawasan, manajemen perusahaan bisa mengidentifikasi langkah-langkah
yang lebih efektif dalam mencapai tujuan.
Pengawasan dapat dilakukan dengan dua hal. Pertama penilaian khusus atau audit internal maupun
keuangan.
Kedua dengan mengidentifikasi adanya sinyal peringatan yang berhubungan dengan perilaku karyawan
dan juga sistem akuntansi.
Contoh sinyal peringatan yang berhubungan dengan karyawan adalah perubahan perilaku seperti
kinerja yang semakin memburuk dan seringnya karyawan mengambil absen.
Sedangkan contoh sinyal peringatan pada sistem akuntansi adalah adanya transaksi yang tidak biasa
pada pembelian atau perbedaan data antara setoran kas harian dengan setoran bank.
Informasi dan komunikasi juga digunakan untuk menilai kejadian atau kondisi yang mampu berpengaruh
dalam pengambilan keputusan dan juga pelaporan eksternal.
Dilakukan dan merupakan tanggung jawab oleh manajemen. Meskipun pengendalian internal
melibatkan seluruh anggota secara struktur pihak manajemen yang bertanggung jawab
terselenggaranya pengendalian internal.
Memberikan kepercayaan dan kepastian yang wajar namun tidak absolut. Hal tersebut karena
mempertimbangkan kebutuhan, biaya, dan tujuan tertentu.
Adanya keterbatasan. maksudnya pengendalian internal tidak melulu efektif tergantung dengan
kompetensi dan keandalan pelaksanaanya.
Sistem pengolahan data yang berguna untuk mengembangkan informasi terkait pengendalian
internal.
Setelah memahami konsep dasar dari pengendalian internal, tidak lengkap jika tidak membahas contoh
kasus pada perusahaan.
Mari ambil kasus melalui pengendalian internal toko kelontong yang beroperasi 24 jam. Ada beberapa
contoh pengendalian yang bisa diterapkan seperti:
Menempatkan mesin kasir langsung di depan pintu masuk toko untuk memudahkan pelanggan
melakukan transaksi.
Mempekerjakan dua karyawan kasir yang bertugas secara shift, dan satu orang yang bertugas
mencatat transaksi.
Menyimpan kas kecil di toko setelah pergantian shift dan simpang kelebihan kas di brankas yang
hanya bisa diakses karyawan yang memiliki otoritas.
Adanya sistem untuk mencatat langsung kas yang masuk ke dalam perhitungan otomatis untuk
mempermudah.
Setiap ada barang yang keluar dan masuk dicatat ke dalam dokumen atau sistem data.
Itu artinya pengendalian internal tidak secara ajaib mampu merubah sistem manajemen bahkan
keberhasilan perusahaan.
Kekurangan lainnya yang tidak bisa dikendalikan oleh sistem pengendalian internal di antaranya:
Praktik kolusi dimana sekelompok orang baik konsumen, sesama karyawan maupun vendor
bekerjasama untuk melakukan kecurangan.
Anomali kebijakan pemerintah dan kondisi sosial-politik-budaya di wilayah atau negara tempat
perusahaan berdiri.
Perubahan perilaku konsumen misalnya konsumen tidak mau lagi menggunakan produk
perusahaan karena nilai manfaatnya yang semakin berkurang.
Dan hal-hal lain yang sejatinya berada di luar kontrol perusahaan. Meski begitu, wajib bagi perusahaan
memiliki sistem atau struktur pengendalian internal apapun hasilnya.