Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
“Pemeriksaan Fisik pada Anak dengan Kasus Demam (Febris)”
 

Disusun oleh :
Kelompok 10

Anggota:
 Intan Dwi Putri 2011312032
 Kholik Mikro 2011311028
 Atikah Salsabila Deira 2011312080
 Diva Erlinda 2011312005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya se
hingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Anak yang berjudul
“Pemeriksaan Fisik pada Anak dengan Kasus Demam (Febris)” ini tepat pada waktunya. Ada
pun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu/bapak dosen pad
a Keperawatan Maternitas I. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetah
uan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen, selaku pembimbing mata k
uliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengeta
huan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan ter
ima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh d
ari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan de
mi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 07 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................2
1.2. Tujuan Penulisan...............................................................................................................3
1.3. Manfaat..............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................4
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK..........................................................................................4
1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir...........................................................4
2. Definisi Berat Badan Lahir Rendah......................................................................................4
3. Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.................................................................5
4. Klasifikasi BBLR.................................................................................................................5
5. Pemeriksaan Fisik pada Bayi dengan BBLR........................................................................6
6. Prosedur Pelaksanaan...........................................................................................................6
a. Pengkajian segera BBL.........................................................................................................6
b. Pemeriksaan fisik..................................................................................................................6
i) Kelamin.......................................................................................................................................9
j) Ekstermitas atas dan bawah.....................................................................................................9
k) Tulang Belakang dan Anus......................................................................................................9
l) Kulit...........................................................................................................................................10
m) Aktifitas Fisik..........................................................................................................................10
n) Wajah.......................................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
SKENARIO ROLE PLAY DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI.......11
BAB 1V.........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................16
4.2 Saran.................................................................................................................................17
Daftar Pustaka.............................................................................................................................17

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masala
h kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan
data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dar
i riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan
mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak
boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasa
na harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak
untuk diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, s
edangkan pada bayi usia 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa. Tata cara d
an urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum denga
n membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama
pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tanga
n. Palpasi diperlukan untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk men
getahui intensitas nyeri serta konsistensi. Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan, t
erutama untuk mengetahui adanya cairan atau ballottement. Perkusi, ditujukan untuk me
ngetahui perbedaan suara ketukan sehingga dapat ditentukan batas-batas organ atau mass
a abnormal. Suara perkusi dibagi menjadi 3 macam yaitu sonor (perkusi paru normal), ti
mpani (perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot). Suara lain yang terdapat diantara du
a suara tersebut seperti redup (antara sonor dan pekak) dan hipersonor (antara sonor dan t
impani). Auskulatasi, pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar sua
ra pernafasan, bunyi dan bising jantung, peristaltic usus dan aliran darah dalam pembuluh
darah.

2
Demam merupakan salah satu masalah yang sangat sering terjadi pada anak-anak.
Cukup sering para orangtua menganggap bahwa demam pada anak dapat berakibat
kejang dan penurunan IQ sering dengan pertumbuhan anak. Sedangkan dalam dunia
medis, demam merupakan suatu reaksi imun tubuh yang merupakan akibat dari suatu
masalah di dalam tubuh. Infeksi adalah suatu satu masalah yang sering menimbulkan
demam. Seorang anak dapat dikatakan demam apabila suhu tubuhnya diatas 37,5 0 C.
Demam pada anak sangat jarang menyebabkan masalah yang serius.

1.2. Tujuan Penulisan

Untuk memastikan apakah bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau memiliki kela
inan tubuh maupun gangguan kesehatan.
Untuk mengetahui apa itu berat badan lahir rendah serta aspek-aspek pendukung l
ainnya

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai referensi bagi pembaca tentang
materi pemeriksaan fisik pada anak dengan masalah demam (Febris).

BAB II

PENGKAJIAN FISIK PADA BAYI

2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Pada Anak

Pemeriksaan fisik lebih dari satu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tu
ntutan yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sulit dike
nal dan tidak sama dengan yang lainnya.Pendekatan dalam pemeriksaan fisik bergantung
pada umur dan perbedaan anak. Pada bayi dan anak kecil akan merasa lebih aman dan be
rkurang rasa takutnya dengan kehadiran orang tua, misalnya ibu.Cara pemeriksaan bayi

3
dan anak pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu inspeksi, p
alpasi (periksaraba ).perkusi ( periksa ketuk ), dan auskultasi (periksa dengar dengan me
nggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama)Pemeriksaan dilakukan pa
da seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki,namun tidak harus dengan urutan
tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, teli
nga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya sebaiknya dilakukan paling akhir,karen
a dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjaadi takut atau merasa tida
k nyaman,sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Anak

a. Untuk menentukan status kesehatan klien


b. memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua
c. untuk memberikan persiapan yang maksimum bagi anak
d. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
e. Untuk memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian
f. Untuk menentukan data objektif dari riwayat kesehatan klien.

2.3 Definisi Demam (Febris)

Demam didefinisikan sebagai setiap peninggian suhu tubuh dari 100.40 F (380).
Suhu tubuh orang yang sehat berfluktuasi antara 97 0 F (36,10 C) dan 1000 F (37,80 C)
dengan rata-rata 98,60 F (370 C). Demam bukan merupakan suatu penyakit. Ini adalah
bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang
menyebabkan infeksi melakukannya dengan baik di tubuh suhu normal. Demam dapat
membuat lebih sulit untuk bertahan hidup. Demam juga mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh. Hemostasis adalah kemampuan dari tubuh kita mengatur keseimbanan dan
menatur lingkungan eksternal dan internal yang ideal dan stabil ketika berharao dengan
perubahan eksternal.
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak

4
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembanan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

2.4 Klasifikasi Demam

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:


a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi itu turun ke tingkat yang
normal dinamakan demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkun tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
c. Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demamm yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudia diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.

5
2.5 Pemeriksaan Fisik pada Anak

Walaupun pemeriksaan fisik dilakukan dengan prosedur yang tidak menyebabkan


rasa sakit, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan,
pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekan abdomen dan mendengarkan dasra
dengan permukaan metal yang dinginkan dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik
ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak
pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk
membantu anak belajar tentang tubuh mereka.Tehnik “Paper Doll” merupakan
pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang
diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll
sebagai pengingat pengalaman.

1. Pemeriksaan Umum
a. keadaan umum
 Kesan sakit
 Kesadaran
 Kesan status gizi
b. tanda vital
 Tekanan darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang
ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai
dua pertiga lengan atas. TD waktu lahir 60-90 mmHg sistolik, dan 20-60 mmHg
diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2-3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah
pubertas mencapai tekanan darah dewasa.
 Nadi
Frekuensi nadi 60-100 x/menit, irama, kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi
pada keempat ekstrimitas)
 Nafas
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman, dan pola pernafasan.
 Suhu
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan dua cara:
1.Rectal

6
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri
memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus
dengan tangan kanan ibu
2. Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak > 6
tahun.
3. Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit.
Umumnya suhu yang diperoleh 0,50 lebih rendah dari suhu rektal.
c. Data antropometrik
 Berat badan
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat.
1. BB/U dipetakan pada kurve berat badan
-BB< sentil ke 10 : defisit
-BB> sentil ke 90 : kelebihan
2. BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan persentase :
- >120% : gizi lebih
-80%-120%: gizi baik
-60%-80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema, gizi buruk
- <60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan edema
(kwasiorkhor).
 Tinggi badan
Dinilai dengan:
1. TB/U pada kurva
-<5 sentil : defisit berat
-sentil 5-20 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan
pendek akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional
2. TB/U dibandingkan standar baku (%)
-90%-110% : baik/normal
-70-89% : tinggi kurang

7
-<70% : tinggi sangat kurang
3. BB/TB
2. Kulit
pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus,
pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria.
3. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perku diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak,
Bawah lidah, dan sub oksipital.apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau
Tidak.
4. Kepala
Yang perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri, sefalhematom, maulase,
Kraniotabes, sutura, ubun-ubun , pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak, dan
Muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah
Yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
5. Muka
Yang perlu diperhatikan: simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan mulut,
Jembatan hidung, mandibula, pembengkakan , tanda chovstek, dan nyeri pada sinus
6. Mata
Yang harus diperhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis, eksoftalmus,
Endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan
fundus strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal dibawah 6 bulan.
7. Hidung
Yang perlu diperhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi,
Perdarahan, keadaan sektum, perkusi sinus.
8. Mulut
Perhatikan :
-bibir : warna, fisura, simetri/ tidak, gerakan
-gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat atau tidak
-selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan
-lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan,

8
tepi hiperemis/tidak
-palatum : warna, terbelah/tidak,perforasi/tidak
9. Tenggorokan
Dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan
Mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit di tekan ke
Bawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, peradangan, eksudat, kripte)
10. Telinga
Perhatikan: letak telinga, warna, dan bau sekresi telinga, nyeri/tidak (tragus, antiraus),
Liang telinga, membran timpani,. Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum
Telinga.
11. Leher
Perhatikan : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea, pembesaran kelenjar tiroid,
pelebaran vena, pulsasi karotis dan gerakan leher.
12. Thorax
 Inspeksi
Pada anak <2 tahun : lingkar dada ≤ lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ≥ lingkar kepala
Perhatikan
a.bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barrel chest,dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : c

1) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)


Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:
a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya n
ormal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding yan
g buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulan
g kepala tumpeng tindih yang disebut moulding atau moulase. Fontanel anterior ha

9
rus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, s
edangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkanpeningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi a
kibat dehidrasi. Periksa adanya trauma kelahiran misal : caput suksedaneum, sefalh
ematoma, perdarahan subaponeurotik /fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya
kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan leng
kungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertent
u (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berh
ubungan dengan abnormalitas ginjal.
c) Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. P
eriksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran ke
mudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat y
aitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adany
a secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftal
miadanmenyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungki
nan bayi mengalami sindrom down.
d) Hidung atau mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.
bibir dipastikan tidak adanya bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan.
Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 c
m. Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kem
ungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulan
g hidung atauensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
e) Leher

10
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher bersel
aput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Perg
erakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kel
ainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang menyebabkan kerusakan pad
a fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkak
an. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan
kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan t
risomi 21.
f) Dada
Inspeksi : Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi nafas 40
– 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi : Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardi
omegali.
Auskultasi : Suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung 100- 160 x per
menit teratur tanpa mumur.
Perkusi : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru
g) Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang ke
mungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhati
kan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tang
an yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisom
i 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehin
gga menimbulkan luka dan perdarahan.
h) Abdomen
Inspeksi : Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu
vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi : Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di
bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat
di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 c
m, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi : Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.

11
Auskultasi :Bising usus ada.
i) Kelamin
Inspeksi (wanita) : Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, me
atus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki) :Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis d
an skrotum penuh
j) Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan yan
g simetris. Refleks menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau kom
plet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya
ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan bai
k. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k) Tulang Belakang dan Anus
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang terlihat.
Palpasi : Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
Inspeksi (Anus) : Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingki
ng) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
l) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatik
an adanya lanugo, jumlah yang banyak pada bayi kurang bulan.
m) Aktifitas Fisik
Inspeksi. Ekstermitas dalam keadaan fleki, dengan gerakan tungkai serta
lengan aktif dan simetris.
n) Wajah
Inspeksi. Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis
tengah wajah dan simetris.

12
BAB III

SKENARIO ROLE PLAY DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

PEMAIN :

13
 Ibu

 Keluarga pasien

 Perawat

Pada suatu hari, Ny. A yang sedang hamil, tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa. Kel
uarga pasien kemudian membawa pasien ke klinik untuk melakukan persalinan. Setelah beberapa
jam, persalinan pun selesai. Pasien dan bayinya selamat, dan bayinya dalam kondisi normal. Pera
wat yang bertugas langsung melakukan pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir tersebut.

Perawat : “Selamat siang Ibu, perkenalkan saya perawat Ani yang akan melakukan pemer
iksaan fisik kepada bayi ibu untuk memeriksa keadaan bayi Ibu. Sebelumnya saya mau meminta
izin Ibu, apakah ibu bersedia?” 

Pasien : “Iya sus, saya bersedia. Silahkan!” 

Keluarga pasien : “Iya sus, silahkan periksa kondisi cucu saya.” 

Perawat : “Iya bu, terima kasih. Sebelumnya saya akan menyiapkan alat terlebih dahulu. Dan sek
itar 15 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi ibu.” 

Perawat Ani pun pergi untuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaa
n fisik pada bayi baru lahir. Setelah 15 menit sesuai kesepatan, perawat Ani pun segera pergi ke
ruangan sambil membawa peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan fisik pa
da bayi baru lahir.

Perawat : “Selamat siang buk, sesuai kesepakatan kita tadi, saya akan melakukan pemeriksa
an kepada bayi ibuk sekarang. Pemeriksaan fisik pada bayi ibuk nantinya akan sedikit lama, sela
gi menunggu ibuk bisa beristirahat” 

Pasien : “Iya sus, terima kasih” 

Keluarga pasien : “Silahkan sus, saya mau melihat pemeriksaan pada cucu saya. Apakah

 boleh sus?” 

Perawat : “Iya ibuk, tidak apa-apa. Pertama, saya akan melakukan pemeriksaan APGAR score
pada bayi ibuk. Saya akan memeriksa denyut nadi, pernafasan, tekanan darah, dll.” 

Pasien : “Iya sus.” 

14
Perawat pun melakukan pemeriksaan APGAR score kepada bayi yang baru lahir.

Perawat pun mencatat hasil pemeriksaan nya.

 Pernafasan : 30x / menit


 Denyut nadi : 140x / menit
 Suhu : 36 C
 Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Tonus otot : ada gerakan aktif
 Refleks : melawan
 Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan
Perawat : “Baiklah buk, saya telah selesai melakukan penilaian APGAR score.” 

Keluarga pasien : “Bagaimana sus hasilnya, apakah semuanya normal?” 

Perawat : “Hasilnya normal buk. Pernafasannya : 30x/menit, denyut nadi : 140x/menit, suhu:
36 C tekanan darah : 90/60 mmHg, dll baik-baik saja. Ibuk tidak perlu khawatir.

Pasien : “Alhamdulillah, terima kasih sus.” 

Perawat : Selanjutnya saya akan melakukan penilaian Ballard score. Saya akan melakukan pemer
iksaan neuromaskuler dan maturitas fisik pada bayi ibuk.” 

Pasien : “ Baiklah sus.” 

Perawat Ani pun melakukan pemeriksaan penilaian Ballard score. Setelah selesai, perawat Ani la
ngsung mencatat hasilnya. Penilaian ini meliputi :

a. Maturitas neuromaskular
 Postur
 Jendela pergelangan tangan
 Gerakan tangan membalik
 Sudut popliteal
 Scarf sign (tanda selendang)
b. Maturitas fisik
-  Kulit

15
-  Lanugo
-  Permukaan plantar
-  Payudara
-  Mata/telinga
-  Genital
Pasien : “Bagaimana sus hasilnya?” 

Perawat : “Alhamdulillah buk, saya tidak menemukan kelainan pada bayi ibuk. Selanjutnya saya
akan melakukan pemeriksaan Antropometri. Saya akan mengukur berat badan, panjang badan, p
anjang lingkar kepala, panjang lingkar dada, dan panjang lingkar perut.” 

Pasien : “Iya sus, silahkan.” 

Perawat Ani pun melakukan pengukuran Antropometri pada bayi yang baru lahir. Setelah selesai,
perawat Ani mencatat hasilnya yaitu :

-  Berat badan : 3000 gram


-  Panjang badan : 50 cm
-  Panjang lingkar kepala : 34 cm
-  Panjang lingkar dada : 33 cm
-  Panjang lingkar perut : 35 cm
Pasien : “Bagaimana sus hasilnya? Apakah bayi saya baik-baik saja?” 

Perawat : “Iya bu, semuanya normal. Tidak ada masalah pada bayi ibuk. Selanjutnya saya akan
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi ibuk. Saya akan memeriksa semua bagian-bagian pada b
ayi ibuk. “ 

Pasien : “Iya, silahkan sus.” 

Perawat Ani pun melakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Setelah selesai, perawat Ani langsung
mencatat hasilnya. Pemeriksaan ini meliputi :

a. Kepala
b. Wajah
c. Mata

16
d. Hidung
e. Mulut
f. Telinga
g. Leher
h. Dada, paru dan jantung
i. Abdomen
j. Ekstremitas atas
k. Ekstremitas bawah
l. Spinal
m. Genetalia
n. Anus dan rektum
o. Kulit
p. Refleks – refleks
  Berkedip : sorotkan cahaya ke mata bayi
  Tanda babinski : gores telapak kaki sepanjang tepi luar dimulai dari tumit
  Moro’s : ubah posisi dengan tiba – tiba atau pukul meja/ tempat tidur
  Menggenggam
  Rooting : gores sudut mulut bayi garis tengah bibir
  Kaget : bertepuk tangan dengan keras
  Menghisap : berikan bayi botol dan dot.
Perawat : “Baiklah buk, saya telah selesai melakukan pemeriksaan fisik pada bayi ibuk. S
ecara keseluruhan, fisik bayi ibuk normal. Tidak ada masalah pada bayi ibuk, tidak ada kelainan
apapun.” 

Pasien : “Syukurlah sus, terimak kasih sus.” 

Perawat : “Sama-sama buk. Baiklah untuk pemeriksaan pada bayi ibuk telah selesai. Dan tidak
ada masalah ataupun kelainan. Terima kasih atas kerja samanya ya buk. Saya permisi dulu.” 

Pasien : “Iya sus, terima kasih banyak .” 

Keluarga pasien : “Terima kasih sus.” 

17
BAB 1V

18
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir harus mengguna
kan beberapa prinsip, yaitu jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujua
n tindakan, cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan, pastikan pencahayaan
baik, periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera seli
muti kembali dengan cepat, periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis BBL
R yaitu dengan menimbang berat badan bayi dalam satu jam pasca kelahiran. Sete
lah itu berat badan bayi dapat dibagi dalam klasifikasi berikut:
- Berat Badan Lahir Rendah / BBLR : Berat badan kurang dari 2500 gram
- Berat Badan Lahir Sangat Rendah / BBLSR : Berat badan kurang dari 1500 gram
- Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah / BBLASR : Berat badan kurang dari 100
0 gram.
Setelah mengukur berat badan bayi, perlu dilakukan pemeriksaan fisik lain
nya untuk mengetahui apakah bayi masuk ke dalam kategori cukup bulan atau kur
ang bulan. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi yang terlahir dengan BBLR pasti
bayi prematur atau kurang bulan. Sehingga BBLR dapat terbagi lagi menjadi dua
klasifikasi berdasarkan usia gestasi yaitu bayi cukup bulan (37 – 42 minggu) dan
bayi kurang bulan atau prematur (di bawah 37 minggu). Berikut ini adalah pemeri
ksaan fisik tambahan untuk menentukan apakah bayi masuk ke dalam kategori cu
kup bulan atau kurang bulan.

4.2 Saran

1.Dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan dengan hati-hati
karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap kesalahan.
2.Pemeriksaan dilakukan harus secara lengkap dan secara hati-hati

19
Daftar Pustaka

Jamil, S. N., & Hamidah, P. S. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Bayi, Ba
lita dan Anak Prasekolah. Fakultas kedokteran dan kesehatan universitas muhammadiya
h: jakarta. Hal, 8-42.

Wijayanti, T., & Ernawati, R. (2019). KEPERAWATAN MATERNITAS, Program Studi DIII Keperawata

n Fakultas Kesehatan dan Ilmu Farmasi Universitas Muhammadiyah: Kalimanatan Timur.

https://www.alomedika.com/penyakit/pediatrik-dan-neonatologi/berat-badan-lahir-rendah/dia
gnosis

https://www.alomedika.com/penyakit/pediatrik-dan-neonatologi/berat-badan-lahir-rendah

http://repository.um-surabaya.ac.id/4701/3/BAB_2.pdf

https://id.scribd.com/document/409000982/Role-Play-Pemeriksaan-Fisik-Bayi-Baru-Lahir

20

Anda mungkin juga menyukai