Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN NYERI
KRONIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


Dosen Pengampu : Elvi Oktarina, M.Kep

INTAN DWI PUTRI


2011312032
KELAS A1 2020

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2021
MANAJEMEN NYERI KRONIS

Tujuan Pembelajaran

Bila dihadapkan pada pasien/ boneka peraga mahasiswa mampu:

1. Setelah menyelesaikan pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri kronik.
2. Meningkatkan kualitas hidup.
3. Meningkatkan fungsi bagian tubuh yg sakit.

Pengertian

Nyeri kronis menurut SDKI adalah Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan keruskan jaringan aktual tau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih
dari 3 bulan.

Manajemen nyeri dapat didefenisikan sebagai pelayanan yang diberikan


oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi rasa nyeri pasien.

Manajemen nyeri merupakan salah satu intevensi perawat dalam


melakukan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa nyeri. Asuhan
keperawatan nyeri dilakukan mulai dari proses pengkajian, penatalaksanaan
nyeri hingga evaluasi.

Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan mnemonik PQRST untuk


mengumpulkan informasi vital yang berkaitan dengan nyeri yang dialami pasien.
□P yaitu Provoke atau penyebab nyeri,
□Q yaitu Quality atau kualitas nyeri,
□R adalah Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri,
□S yaitu Severity scale atau skala nyeri,
□T yaitu Timing atau periode/waktu timbulnya nyeri
a. Numeric Rating Scale (NRS)

NRS digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri dan
memberi kesempatan kepada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri yang
dirasakan (Potter & Perry, 2006)

b. Verbal Rating Scale (VRS)

Pada penggunaannya, perawat akan menunjukkan kepada pasien tentang skala


tersebut dan meminta pasien untuk memilih skala nyeri berdasarkan intensitas nyeri
yang dirasakannya
c. Visual Analogue Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas


nyeri dan memiliki alat keterangan verbal pada setiap ujungnya.
Pengukuran dikatakan sebagai nyeri ringan pada nilai di bawah 4,
nyeri sedang bila nilai antara 4-7 dikatakan sebagai nyeri hebat
apabila nilai di atas 7. (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati,
2009).

Penatalaksanaan Nyeri

Dalam melakukan manajemen nyeri dapat dilakukan secara


farmakologis dan Nonfarmakologis (Potter & Perry 2006)

a. Penatalaksanaan Nyeri Secara Farmakologis


Penanganan farmakologis yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri
biasanya menggunakan obat analgesik yang terbagi menjadi dua golongan yaitu
analgesik non narkotik dan analgesik narkotik. Penatalaksanaan nyeri dengan
farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obat analgesik (oral, intravena maupun
intramuskuler).

b. Penatalaksanaan Nyeri Secara Non Farmakologis


Tindakan nonfarmakologis mencakup intervensi perilaku-kognitif dan
penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif adalah mengubah
persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien rasa
pengendalian yang lebih besar. Agen-agen fisik bertujuan memberikan rasa
nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan
mengurangi rasa takut yang terkait dengan imobilisasi.

Prosedur kerja
Pra-interaksi
• Membangun hubungan antarmanusia
• Mengkaji karakteristik nyeri secara komprehensif
• Kaji kebijakan institusi tentang manajemen nyeri
• Klarifikasi program dokter
• Mengkaji kebutuhan terapi penatalaksanaan nyeri
• Mengkaji ketersedian staf atau anggota keluarga untuk mendukung terapi
• Mempersiapkan alat

Tahap orientasi
• Mengucapkan salam terpeutik
• Mengidentifikasi pasien dengan menggunakan
minimal dua identitas (nama lengkap, nama ibu
kandung, tanggal lahir)
• Melakukan evaluasi validasi kondisi pasien
• Menjelaskan tujuan dan prosedur
• Membuat kontrak tindakan

Distraksi
• Anjurkan pasien mengambil posisi nyaman
• Duduk bersama dengan pasien, tapi tidak
• mengganggu
• Melakukan bimbingan kepada pasien:
- Meminta pasien memikirkan hal-hal yang menyenangkan
- Ketika pasien relaks dan berfokus pada bayangannya, perawat menunggu dalam
kondisi diam
- Jika pasien menunjukkan adanya agitasi, gelisah dan tidak nyaman, hentikan
latihan dan mulai lagi saat pasien siap
- Relaksasi akan mempengaruhi pasien selama 15 menit, catat daerah yang
tegang dan biasanya pasien akan relaks setelah menutup matanya sambil
mendengarkan musik
yang lembut
- Catat hal-hal yang membantu pasien untuk relaks untuk digunakan pada latihan
selanjutnya

Relaksasi napas dalam

• Posisi pasien diatur sedemikian rupa hingga


pasien merasa nyaman, bisa duduk atau
berbaring
• Instruksikan pasien untuk menghirup napas dalam
dari hidung, sementara mulut dalam keadaan
tertutup, hingga rongga dada berisi udara bersih
• Pasien perlahan menghembuskan napas dan
membiarkannya semua udara keluar dari mulut,
saat itu suruh pasien menikmati perasaannya
• Pasien bernapas normal beberapa saat (1-2 menit)
• Pasien bernapas dalam dan menghembuskan
perlahan dan rasakan udara mengalir dari tangan,
kaki dan menuju ke paru. Kemudian ulangi kembali
• Setelah pasien rileks kemudian irama
napasditambah. Gunakan pernapasan dada dan
abdomen
• Kaji respon pasien setelah diberikan terapi relaksasi napas dalam
• Dokumentasikan tindakan

Massage/ pemijatan

• Siapkan alat
• Atur pasien dalam posisi prone (telungkup) atau miring
• Letakkan bantal kecil dibawah perut pasien
• Tuangkan lotion pada telapak tangan dan ratakan
• Lakukan masase pada punggung. Lakukan dengan
jarijari, telapak tangan atau tekanan yang halus.
Dengan metode selang-seling, remasan, gesekan,
petriasi atau tekanan menyikat
• Kaji respon pasien setelah diberikan terapi masase

Kompres hangat basah


• Dekatkan alat ke pasien
• Pasang sampiran
• Bantu pasien pada posisi nyaman dan tepat
• Memasang pengalas di bawah anggota badan yang akan dikompres
• Mengambil handuk/ kain/ kassa mencelupkannya ke cairan hangat untuk
mengompres
• Peras kain kompres agar tidak terlalu basah
• Kemudian kain kompres diregangkan dan diletakkan pada area yang akan
dikompres
• Perhatikan respon pasien apakah ada rasa tidak nyaman dan dalam beberapa detik
angkat tepi kassa untuk mengkaji adakah kemerahan pada kulit
• Melakukan kompres selama 15-30 menit atau mengganti tiap 5 menit sekali
• Lepaskan kompres
• Atur kembali ke posisi nyaman
• Rapikan alat

Kompres hangat dengan buli-buli


• persiapkan alat
• Lakukan pemanasan pendahuluan dengan cara:
mengisi buli-buli dengan air panas dan
mengencangkan penutupnya dan membolak balik
buli-buli berulang kali kemudian kosongkan buli-
buli
• Siapkan dan ukur suhu air panas (50-600C)
• Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak ½
bagian lalu mengeluarkannya dengan cara:
• Letakkan buli-buli di meja datar
• Bagian atas buli-buli dilipat sampai dengan air kelihatan dileher
buli buli
• kemudian tutup dengan rapat

• Periksan apakah buli-buli terdapat bocor / tidak,


kemudian keringkan dan masukkan dalam
sarungnya
• Bawa buli-buli ke dekat pasien
• Pasang sampiran
• Letakkan buli-buli pada area yang memerlukan
• Kaji secara teratur kondisi pasien
• Ganti buli-buli setelah 20 menit
dipasang dengan air panas lagi sesuai
yang dikehendaki
• Rapikan alat

Kompres dingin
• Persiapkan alat
• Dekatkan alat
• Pasang sampiran
• Pasang perlak pengalas dibawah area yang akan di kompres
• Masukkan waslap/kassa dalam air biasa / air es lalu diperas sampai lembab
• Meletakkan waslap/kassa lembab di tempat yang memerlukan
• Mengganti waslap tiap kali dengan waslap yang
sudah direndam air, lakukan berulang kali hingga
pasien merasakan nyeri berkurang
• Rapikan alat

Tahap terminasi

• Lakukan evaluasi subjektif dan sampaikan hasil pemeriksaan pada pasien


• Membuat kontrak selanjutnya
• Ucapkan salam dan terima kasih pada pasien atas kerja samanya
• Cuci tangan
• Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan

SUMBER: https://stikessantupaulus.e-journal.id/JWK/article/download/13/5

Anda mungkin juga menyukai