1
Pendahuluan
Kompleks pertambangan batubara bawah tanah di Amerika Serikat
bagian tengah terdiri dari kombinasi poros tambang dan lereng untuk
mengakses lapisan batubara bersama dengan fasilitas persiapan dan
pembuangan batubara yang terletak di permukaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. 1.
Istilah ‘limbah batubara 'dalam makalah ini mengacu pada batuan sisa
dari peremuk sebelum batubara run-of-mine (ROM) memasuki pabrik
pengolahan dan batuan sisa lainnya yang berasal dari proses
pembersihan batubara.
2
Skema operasi pengolahan batubara dan penanganan air di
permukaan pada tipikal kompleks tambang batubara bawah tanah.
3
Pendahuluan
Sampah batubara biasanya terdiri dari dua fraksi ukuran:
Limbah pengolahan batubara kasar (CCPW), yang umumnya berukuran
lebih besar dari 150 mikron (100 mesh) dan dalam beberapa kasus,
lebih besar dari 3,2 mm (1/8-inci) dalam ukuran; dan
Limbah pengolahan batubara halus (FCPW), yang umumnya berupa
bubur (± 15% kandungan padatan) dengan ukuran padatan kurang dari
150 mikron (100 mesh).
4
Garis Besar Penelitian
5
Hasil Penelitian:
Sifat Fisik dari Limbah Batubara
Tabel 1 menunjukkan
distribusi ukuran partikel
rata-rata untuk CCPW dan
sampel batukapur. Karena
FCPW secara seragam
berukuran kurang dari 200
mesh (0,074 mm atau
0,0029 inci), analisis
ukuran partikel tambahan
tidak dilakukan pada
fraksi ini.
6
Sifat Kimiawi Limbah Batubara
Evaluasi geokimia CCPW, FCPW, dan batu kapur pertanian meliputi: (1)
penghitungan asam-basa, (2) penentuan elemen mayor dan jejak dalam
produk high temperature ash (HTA), dan (3) analisis XRF semua bahan.
7
Sifat Kimiawi Limbah Batubara
8
Sifat Geoteknik
Limbah Batubara
Hubungan kepadatan-
kelembaban dianalisis
dengan menggunakan tes
proctor standar untuk
semua disposal.
9
Uji Kinetik Lapangan
10
11
Uji Kinetik Lapangan
12
Hasil Uji Kinetik Lapangan:
Pelindian
13
14
Kesimpulan
Praktik pembuangan bersama CCPW dan FCPW dengan atau tanpa
penambahan batu kapur merupakan peningkatan yang signifikan dari praktik
pembuangan CCPW saat ini saja. Praktik penambahan batu kapur selanjutnya
membatasi pelepasan SO42-.
Praktik yang diusulkan memiliki efek minimal pada pelepasan klorida (Cl-).
Sebagian besar pembuangan terjadi segera setelah penempatan dan harus
mempertimbangkan penggunaan praktik pengelolaan air kolam retensi, dilusi,
dan pembuangan setelah peristiwa curah hujan besar.
Mobilitas SO42- secara signifikan lebih rendah dalam teknologi pembuangan
alternatif terutama dengan penambahan batu kapur. Ekstraksi S yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Ca menunjukkan bahwa pembentukan kalsium
sulfat seperti gipsum atau anhidrit relatif kecil.
15
Kesimpulan
Unsur-unsur yang terkait dengan mineral penghasil alkalinitas seperti kalsit
dan dolomit (Ca, Mg, dan Sr) terlindih lebih luas daripada logam berat yang
biasanya terkait dengan pirit (Mn, N, dan Zn) dan unsur-unsur litofil (Al dan
K).
Untuk durasi percobaan, persentase S yang diekstraksi lebih kecil dari Cl.
Setidaknya ada periode 7 bulan sebelum tambahan limbah segar atau penutup
reklamasi akhir harus dipasang untuk menghindari pelepasan SO42- yang
berlebihan.
16
Rekomendasi
Studi pelindian berskala lebih besar harus menggunakan limbah pengolahan
batubara halus yang dikeringkan secara komersial;
Studi pelindian skala laboratorium dan lapangan pada alternatif DP 2 dan DP
3 (pembuangan bersama) harus mempertimbangkan bahan amandemen
alkali alternatif seperti debu kiln semen (CKD), kapur limbah produksi
asetilen, dan slag baja, yang mungkin tersedia di biaya lebih rendah
daripada batu kapur tanah pertanian;
Demonstrasi lapangan teknologi pengeringan komersial untuk mengeringkan
limbah batu bara hingga kandungan padatan yang diperlukan sekitar 65%
diperlukan untuk mengembangkan analisis ekonomi;
Analisis ekonomi yang komprehensif dari teknologi pembuangan alternatif
harus diselesaikan.
17
Thank You
18