HUKUM KEPAILITAN
Disusun Oleh:
1. ERWIN SETIAWAN ( 1711111011 / VIII-B )
2. MINCHATURROBBI HUDA ( 1711111025 / VIII-B )
3. RIMA BASUKI DIAH LESTARI ( 1711111043 / VIII-B )
4. LATIFUL HUDA ( 1711111099 / VIII-B )
5. GHEA THABITA ROMAULIE ( 1711111141 / VIII-B )
6. TSANIA AZIZIYAH ( 1711111167 / VIII-B )
7. ALVIRA NATA D.P ( 1711111168 / VIII-B )
8. MAR’ATUS DESY MYTAROS ( 1711111174 / VIII-B )
9. REISA NOVITASARI ( 1711111180 / VIII-B )
10. KADEK AYU IRMA HILMIAFAMI ( 1711121032 / VIII-B )
11. YASINTA DEWI ( 1711111037 / VIII-A)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hukum
Kepailitan”.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas matakuliah hukum kepailitan
dengan dosen pengampu Ibu Indawati., S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara
Surabaya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. I
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 44
B. Saran ...................................................................................................................... 45
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjanjian utang piutang, para pihak yang terkait adalah debitor dan kreditor.
Gatot Supramono menjelaskan bahwa pihak yang berpiutang atau memberi pinjaman
disebut dengan kreditor, sedangkan pihak yang berutang atau menerima pinjaman disebut
dengan debitor. Dalam perjanjian utang piutang, kewajiban debitor untuk membayar
kembali utang sesuai jangka waktu yang telah disetujui, memberikan hak kepada kreditor
untuk menagih pembayaran kembali utang dari debitor sesuai jangka waktu yang telah
disetujui. Kewajiban debitor untuk memenuhi pembayaran utang tersebut akhir-akhir ini
cukup sulit untuk dilakukan karena berbagai faktor, beberapa diantaranya adalah
menurunnya daya beli masyarakat dan ketidakmampuan pelaku usaha untuk melakukan
kegiatan usaha hingga debitor tidak mampu memenuhi kewajiban membayar utang sesuai
jangka waktu yang disetujui (unable to pay) atau tidak mampu membayar sisa utang (stop
Bila debitor tidak dapat membayar kembali utang secara sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditentukan atau lunas tetapi dilakukan setelah melewati batas jangka waktu,
debitor dipandang telah wanprestasi . Berhentinya debitor membayar utang lebih dari
jangka waktu yang disepakati tersebut tentu akan menyebabkan kreditor menggunakan hak
tagihnya terhadap debitor atas pemenuhan utangnya. Bila wanprestasi ini berkembang
menjadi konflik berkelanjutan diantara para pihak, sengketa yang timbul dari konflik
tersebut dapat diselesaikan dengan dua proses, yaitu proses penyelesaian sengketa secara
damai dan kooperatif di luar pengadilan dan proses litigasi di dalam pengadilan.
4
Sengketa yang ada dapat saja berkembang bila debitor memiliki perjanjian utang-
piutang dengan kreditor lain dan belum melunasi utangnya. Jika pengadilan telah memutus
debitor untuk melunasi utangnya pada salah satu kreditor sedangkan harta debitor tidak
cukup untuk melunasi utang debitor pada kreditor yang lain, tentu hal tersebut menjadi
tidak adil terlebih karena kreditor lain tidak mendapat kesempatan yang sama atas
mengatur cara penyelesaian utang yang lebih adil terhadap setiap kreditor-kreditor yang
ada.
Kepailitan merupakan status hukum yang disandang oleh debitor akibat putusan pailit
lembaga peradilan. Akibat dari putusan pailit, harta kekayaan debitor diletakkan di bawah
sita umum (mengalami keadaan automatic stay) yang mana menyebabkan debitor tidak
lagi dapat menguasai harta kekayaannya. Hal tersebut terjadi hingga pemberesan harta
Putusan pailit dapat dijatuhkan kepada debitor apabila tidak mampu membayar satu
atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Jumlah kreditor dari si
debitor sendiri minimal dua orang dan bisa lebih. Apabila jumlah kreditor hanya satu orang
dan kemudian terjadi sengketa, maka sengketa perjanjian utang-piutang tersebut dapat
diselesaikan dengan gugatan wanprestasi terhadap debitor melalui jalur peradilan. Hal
Hukum kepailitan yang mana merupakan bagian dari hukum privat berkembang
sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam hukum publik terutama hukum publik
Arus ekonomi maupun bisnis yang tidak lagi mengenal wilayah teritorial mendorong
perubahan atas hukum kepailitan suatu negara. Perkembangan hukum publik internasional
5
yang sedang terjadi sejatinya tidak dapat dilepaskan dari globalisasi dan kemajuan ilmu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
contoh kasusnya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan si debitor
(1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
(2) Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
Dasar hukum Hukum Kepailitan Indonesia tidak hanya yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004, tetapi juga segala sesuatu yang berkaitan dengan
Asas hukum Hukum Kepailitan Indonesia secara umum diatur dalam Pasal 1131
KUH Perdata dan asas khusus dimuat dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
untuk melindungi kepentingan pihak-pihak terkait dalam hal ini Kreditor dan Debitor,
7
Mengenai hal ini, penjelasan umum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
1. Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor berusaha untuk memberi
keuntungan kepada seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor
lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan
Kepailitan ini tidak hanya menimpa pada orang perorangan namun juga pada
suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang dinyatakan pailit pada saat ini akan
membawa dampak dan pengaruh buruk, bukan hanya pada perusahaan itu saja
namun juga dapat berakibat global. Oleh sebab itu, lembaga kepailitan merupakan
salah satu kebutuhan pokok di dalam aktivitas bisnis karena adanya status pailit
merupakan salah satu sebab pelaku bisnis keluar dari pasar. Apabila pelaku bisnis
sudah tidak mampu lagi untuk bermain di arena pasar, maka dapat keluar dari pasar.
8
Syarat untuk dinyatakan pailit diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 tahun 2004
sebagai berikut:
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
Jika dirinci, maka syarat dinyatakan pailit berdasarkan bunyi Pasal di atas sebagai
berikut:
menghasilkan sebuah putusan pailit. Dalam putusan pailit terdapat beberapa akibat
hukum bagi debitur pailit, salah satunya berakibat pada kewenangan berbuat debitur
pailit dalam bidang hukum harta kekayaan. Hal ini mengakibatkan kewenangan
debitur menjadi sangat terbatas. Debitur pailit hanya dapat melakukan perbuatan
yang dapat memberikan suatu keuntungan atau perbuatan yang dapat menambah
kerugian atau dapat mengurangi harta pailit, kurator dapat meminta pembatalan
perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh debitur pailit. Pembatalan tersebut bersifat
relatif, artinya hal itu hanya dapat digunakan untuk kepentingan harta pailit
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UUK 2004. Tindakan yang dilakukan kurator untuk
9
meminta pembatalan tersebut disebut dengan Actio Paulina. Selain untuk melindungi
agar harta pailit tidak berkurang, pembatalan tersebut juga dilakukan untuk melindungi
dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan, Debitur dan pihak
bagi Kreditor”.
UUK 2004 juga mengatur mengenai perbuatan hukum satu pihak yang dilakukan
oleh debitur pailit, yakni perbuatan hibah. Hibah tersebut diatur pada Pasal 43 UUK
2004 yang berbunyi “Hibah yang dilakukan Debitor dapat dimintakan pembatalan
kepada Pengadilan, apabila Kurator dapat membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut
dilakukan Debitor mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakan tersebut akan
kreditur atau tidak. Kurator hanya perlu membuktikan bahwa debitur dianggap
mengetahui bahwa hibah tersebut merugikan kreditur dan apabila hibah tersebut
dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan pailit
ditetapkan.
Selain itu, dalam UUK 2004 diatur juga mengenai pembatalan pembayaran utang
oleh debitur pailit dikarenakan adanya kecurigaan guna menguntungkan salah satu
pihak kreditur. Hal tersebut diatur pada Pasal 45 UUK 2004 yang isinya ialah
10
“Pembayaran suatu utang yang sudah dapat ditagih hanya dapat dibatalkan apabila
pailit Debitor sudah didaftarkan, atau dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat
pailit menjadi lebih terbatas, khususnya pada bidang harta kekayaan. Kewenangan
untuk mengurus dan membereskan hartanya berpindah ke kurator dan debitur pailit
hanya dapat melakukan perbuatan hukum dalam bidang harta kekayaan, apabila
pailit.
Pada perbuatan hukum yang dianggap dapat merugikan kreditur atau mengurangi
harta pailit, kurator dapat meminta pembatalan perbuatan hukum yang telah
dilakukan oleh debitur pailit. Selain itu, untuk mencegah terjadinya perbuatan yang
dapat merugikan harta pailit, debitur pailit wajib mengkonsultasikan perbuatan hukum
C. Tujuan Kepailitan
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara pada kreditur
terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya
dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada
11
tertuang dari Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentanf Kepailitan dan Penundaan
a) Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
a) Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di antara pada
kreditornya.
Jika dilihat dari tujuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Levinthal. Kedua tujuan ini sama-sama ingin menciptakan keadilan bagi debitor dan
juga kreditor serta untuk memberikan perlindungan kepada kedua belah pihak.
1. Asas keseimbangan :
12
Undang-undang mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari
asas keseimbangan, yaitu disatu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitur yang tidak
jujur. Dilain pihak dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
di langsungkan.
3. Asas Keadilan :
kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan
.dalam asas keadilan ini untuk mencegah kesewenangan pihak penagih yang
Dalam mengajukan kepailitan, ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, sehingga
nanti pengajuan tersebut bisa diproses dan diputuskan. Pemenuhan syarat pengajuan
kepilitan ini termasuk dalam prosedur pengajuan kepailitan. Adapun syarat pengajuan
dahulu, agar bisa mengajukan kepailitan atas sebuah perusahaan. Syaratnya adalah
adanya utang yang salah satunya minimal udah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Selanjutnya, ada 2 atau lebih kreditur, adanya debitur, permohonan pernyataan pailit
13
Agar bisa memeperoleh pernyataan pailit dari pengadilan niaga, maka ada prosedur
pengajuan kepailitan juga harus dijalani. Prosedur pengajuan ini sendiri diatur dalam
UU no 37 tahun 2004 yang membahas tentang kepailitan. Berikut prosedur yang harus
1. Pengajuan kepengadilan
Pengajuan permohonan pailit kepada ketua pengadilan melalui panitera. Dalam hal
2 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Hari sidang akan ditetapkan dalam
Sidang pemeriksaan akan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari
Debitur wajib dipanggil oleh pengadilan jika permohonan pailit diajukan oleh
kreditur, kejaksaan, bank indonesia, badan pengawas pasar modal, atau menteri
keuangan.
5. Pemanggilan kreditur
Kreditur bisa dipanggil pengadilan jika peenyataan pailit diajukan oleh debitur dan
Pemanggilan atas debitur atau kreditur akan dilakukan oleh juru sita dengan surat
14
Putusan pengadilan akan permohonan pailit harus dikabulkan jika terdapat fakta
bahwa persyaratan pailit terpenuhi. Putusan tersebut paling lambat harus diucapkan
8. Pembacaan putusan
harus termuat secara lengkap didalamnya. Putusan tersebut juga harus memuat
pendapat majelis hakim, yang harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun ada upaya hukum atas putusan
tersebut.
adalah sita umum terhadap semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan
Dalam bahasa sehari-hari, pailit dapat diartikan sebagai debitur dalam keadaan
dengan Pasal 1134 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Selain itu pengaturan
15
khusus tentang kepailitan adalah UU Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Sedangkan aturan lain yang masih terkait dengan Hukum Kepailitan adalah,
antara lain:
2. Serta beberapa undang-undang lain yang mengatur tentang BUMN, Pasar Modal,
pengampuannya.
orang/badan hukum yang dinyatakan pailit, guna mengurus hak dan kewajiban si pailit.
Istilah curator tidak hanya digunakan dalam hal kepailitan saja, tetapi dapat kita
jumpai pada hal-hal lain, misalnya dalam hal seseorang yang berada dalam keadaan
sakit syaraf atau pemboros, untuk melaksanakan hak dan kewajibannya diangkatlah
16
1. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang
mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau
dengan tugas dan wewenangnya dalam pengurusan harta kekayaan pailit adalah
Dalam hal ini tindakannya Curator selalu untuk kepentingan para kreditor karena
bila curator mengambil keputusan untuk kepentingan kreditor dengan sendirinya dalam
“Dapat juga kita lihat bahwa curator mempunyai dua fungsi, yaitu : sebagai wakil
dari kreditor dan juga sebagai wakil dari debitor, akan tetapi bila kepentingan-
kepentingan antara kreditor dan debitor tersebut bertentangan, maka curator harus lebih
penyelesaian kepailitan adalah sangat banyak, antara lain yang terpenting di antaranya
1. Tugas kurator secara umum adalah melakukan pengurusan dan atau pemberesan
harta pailit.
1
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, UMM Press, Malang, 2008, hal. 9-12.
2
Suherman, E. Faillissement (Kefailitan), Binacipta, Bandung: 1988, hal. 32.
17
Tugas ini sudah dapat dijalankannya, sejak tanggal putusan pernyataan pailit
2. Dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari sejak putusan pernyataan pailit dijatuhkan,
kurangnya dalam 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas
c. Identitas, alamat dan pekerjaan anggota panitia sementara kreditor, apabila telah
ditunjuk,
yang bersangkutan jumlah terkecil antara harga pasar barang agunan dan jumlah
18
10. Kurator berkewajiban menjual harta pailit dalam rangka pemberesan. Menjual aset-
aset debitor pailit sebenarnya merupakan salah satu tugas utama dari kreditor sesuai
dengan prinsip cash in the king. Penjualan aset debitor ini (setelah insolvensi dan
siapa. Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Bagimana cara menjual harta
debitor pailit juga hal yang harus selalu diperhatikan dalam proses pemberesan harta
a. Pertimbangan yuridis.
Tentunya agar pihak kurator yang menjual harta debitor pailit tidak disalahkan,
yang pertama sekali harus diperhatikan adalah apa persyaratan yuridis terhadap
b. Pertimbangan bisnis.
Selain dari pertimbangan yuridis, kurator yang menjual aset debitor juga harus
memperhatikan pertimbangan bisnis. Bila perlu dapat disewa para ahli untuk
Tentunya, untuk bisa mengajukan pailit, pihak kreditur harus mengajukan pailit sesuai
dengan prosedur atau aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang. Maka, dari
sini bisa dilihat beberapa aspek terlebih dahulu seperti siapa yang berhak mengajukan
pailit, apa saja syaratnya serta bagaimana langkah-langkah pengajuan pailit ini. Berikut
penjelasan singkatnya;
19
Pihak yang berhak mengajukan pailit;
Bank Indonesia yang dalam hal debitur, sudah ditentukan merupakan lembaga
bank
Badan Pengawas Pasar Modal yang dalam hal debitur, sudah ditentukan sebagai
perusahaan efek
Sedangkan untuk syarat yuridis dari pengajuan pailit ini adalah sebagai berikut;
Ada hutang
Ada debitur
Ada permohonan pailit, adapun syarat dari permohonan pailit ini sudah di atur
Adapun untuk keputusan pailit memiliki kekuatan tetap dan tidak bisa diganggu-
gugat, sedangkan jangka waktu untuk permohonan pailit hingga keputusan pailit
dijatuhkan memiliki kekuatan tetap juga dan waktu tersebut selama 90 hari.
20
Ada rapat verifikasi. Rapat ini merupakan rapat pendaftaran dari utang piutang.
Di tahap ini, akan dilakukan pendataan tentang jumlah nominal utang serta
piutang yang dalam hal ini dimiliki oleh pihak debitur. Verifikasi ini adalah
tahapan yang sangat penting bahkan paling penting dalam proses pengajuan
kepailitan. Hal ini dikarenakan nantinya akan ada urutan pertimbangan hak bagi
setiap kreditur.
Jika ada proses perdamaian dan perdamaian tersebut diterima, maka secara
otomatis proses kepailitan tidak bisa dilanjutkan atau berakhir. Namun, jika
dalam tahapan ini tidak ada proses perdamaian, maka kasus pengajuan kepailitan
ini akan dilanjutkan ke langkah selanjutnya. Namun, proses perdamaian ini selalu
Ada homologasi akur. Langkah atau tahapan ini berupa permintaan pengesahan
yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga, hal ini berlaku jika kemudian proses
Ada insolvensi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dimana akhirnya debitur
dengan kata lain, pihak debitur memiliki jumlah harta yang lebih sedikit dari
jumlah hutangnya.
Ada pemberesan atau likuidasi. Pada tahapan ini, harta kekayaan debitur yang
pailit akan dijual dan kemudian dibagikan kepada kreditur konkruen. Tentunya
Tahap ini merupakan bentuk usaha untuk memulihkan nama kreditur. Hanya saja,
hal ini terjadi ketika proses perdamaian diterima. Jika tidak ada proses
Kepailitan berakhir.
21
I. Akibat Hukum Kepailitan
Utang. Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pailit diucapkan
serta segala sesuatu yang diperoleh selama masa kepailitan, termasuk persatuan harta
baik suami atau isteri dari debitor pailit. Akibat kepailitan antara lain:
kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernytaan
pailit diucapkan.
2. Semua perikatan debitor yang terbit setelah putusan pernyataan pailit tidak dapat
dibayarkan dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit.
3. Tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus
periktan dari harta pailit yang ditujukan untuk terhadap debitor pailit, hanya dapat
5. Suatu tuntutan hukum yang diajukan debitor dan yang yang sedang berjalan selama
mengambil alih perkara dalam jangka waktu yang ditentukan oleh hakim.
22
7. Segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian kekayaan debitor
yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak
ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera
debitor.
9. Penjualan benda bergerak atau tidak bergerak yang dilakukan debitor, yang
prosesnya sebelum putusan pailit diucapkan, atas izin hakim pengawas, kurator
10. Perjanjian yang bermaksud memindahtangankan hak atas tanah, balik nama kapal,
pembebanan hak tanggungan, hipotek atau jaminan fidusia yang telah diperjanjikan
diucapkan.
11. Terhahap perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak
yang mengadakan perjanjian dengan debitor dapat meminta kepada kurator untuk
12. Terhadap penyerahan barang yang telah diperjanjikan oleh debitor yang waktu
perjanjian tersebut menjadi hapus, untuk kemudian pihak penerima barang dapat
13. Terhadap perjanjian sewa menyewa yang dilakukan debitor dapat dilakukan
14. Pekerja yang bekerja pada debitor dapat memutuskan hubungan kerja, atau debitor
23
jangka waktu sesuai dengan persetujuan atau ketentuan peraturan perundang-
undangan, dengan pemberitahuan terlebih dahulu paling singkat empat puluh lima
hari sebelumnya, dengan ketentuan bahwa upah terutang baik sebelum maupun
15. Warisan yang selama kepailitan jatuh kepada debitor pailit, oleh kuraotr tidak dapat
16. Untuk kepentingan harta pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan
segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang meruguikan
diucapkan.
17. Hibah yang dilakukan debitor dapat dimintakan pembatalan kepada pengadilan,
apabila kurator dapat membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan
18. Pembayaran suatu utang yang sudah dapat ditagih hanya dapat dibatalkan apabila
pernyataan pailit debitor sudah didaftarkan, atau dalam hal pembayaran tersebut
19. Setiap orang yang telah menerima benda yang merupakan bagian dari harta debitor
20. Setiap orang yang sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan tetapi belum
24
terhadap harta pailit sejauh tidak dibuktikan bahwa yang bersangkutan mengetahui
21. Kreditor yang mempunyai hak untuk menahan benda milik debitor, tidak
22. Terhadap suami atau isteri yang dinyatakan pailit maka isteri atau suami tidak
berhak mengambil kembali semua benda bergerak dan tidak bergerak yang
merupakan harata bawaan dari isteri atau suami dan harta yang diperoleh masing-
23. Isteri atau suami tidak berhak menuntut atas keuntungan yang diperjanjikan dalam
perjanjian kawin kepada harta pailit suami atau isteri yang dinyatakan pailit.
24. Kreditor suami atau isteri yang dinyatakan pailit tidak berhak menuntut keuntungan
yang diperjanjikan dalam perjanjian perkawinan kepada isteri atau suami yang
dinyatakan pailit.
25. Terhadap benda yang tidak termasuk persatuan harta suami atau isteri yang
dinyatakan pailit termasuk ke dalam harta pailit, namun hanya dapat digunakan
untuk membayar utang pribadi suami atau isteri yang dinyatakan pailit.
J. Contoh Kasus
PT. PHILTERA, suatu perseroan yang berkedudukan di Kota Jakarta Pusat, dalam hal
ini diwakili oleh : Mr. Song Jin Ho, lahir di Korea Selatan 19 April 1967, laki-laki,
Warga Negara Republik Korea Selatan, alamat Stamford Place ST 3/06 Citraland
Surabaya dengan Passport No. MO1552457, pekerjaan President Direktur PT. Philtera,
Pendidikan Strata II, dalam kedudukannya sebagai President Direktur PT. PHILTERA,
dan oleh karenanya sah mewakili Direksi, untuk dan atas nama PT. PHILTERA
25
sebagaimana Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. PHILTERA Nomor 209 tanggal
Mr. SONG JIN HO, dalam kapasitasnya selaku pribadi, lahir di Korea Selatan 19
April 1967, laki-laki, Warga Negara Republik Korea Selatan, alamatn Stamford Place
Direktur PT. Philtera, pendidikan Strata II, selanjutnya disebut Pemohon Pailit II
Kronologis :
Tanggal 1 Maret 2013, Pemohon Pailit I dan Termohon Pailit telah terikat dalam
Perjanjian Hutang Piutang, dimana Termohon Pailit meminjam uang kepada Pemohon
Rp.2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah), dengan bunga sebesar 1.966% (satu koma
sembilan enam enam persen per bulan, dengan cara pembayaran diangsur senilai
Rp.81.000.000,- (delapan puluh satu juta Rupiah) per bulan sejak Perjanjian Hutang
Piutang tersebut ditandatangani dengan jangka waktu antara pemohon dan termohon
terhitung sejak tanggal 1 Maret 2013- 1Maret 2017. Namun faktanya Termohon Pailit
melanggar perjanjiannya sama sekali tidak membayar hutangnya hingga akhirnya pada
termohon. Kuasa hukum pemohon pailit I mengirimkan surat peringatan dan termohon
pailit menerima surat somasi namun termohon pailit tetap melalaikan kewajibannya
untuk membayar kepada pemohon. Sehingga jelas terbukti secara sederhana dan jelas
bahwa termohon peilit memiliki hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh
pemohon pailit I. tanggal 21 desember 2015 termohon pailit telah meminjam dana
sejumlah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah) kepada Pemohon Pailit II untuk
26
keperluan pembayaran Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP Prinsip) atas nama PT.
Digital Visi Media, namun faktanya, hingga saat ini pinjaman tersebut tidak pernah
dibayar oleh Termohon Pailit. selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 2016, Termohon
Pailit Kembali meminjam dana sejumlah Rp.42.000.000,- (empat puluh dua juta
Penyiaran (IPP Tetap) atas nama PT. Digital Visi Media, namun faktanya, hingga saat
ini pinjaman tersebut tidak pernah dibayar oleh Termohon Pailit. Kuasa hukum
Pemohon Pailit II mengirimkan surat peringatan somasi kepada termohon pailit dan
pailit sama sekali tidak memiliki itikad baik untuk melunasi kewajibannya dan
Berdasarkan hal-hal yang telah terurai di atas, maka PARA PEMOHON PAILIT
Negeri Surabaya C.q Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam perkara a quo
seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon Pailit PT. DIGITAL VISI MEDIA pailit dengan segala
akibat hukumnya;
4. Menunjuk dan mengangkat Bapak Valentino Revol Korompis, S.H., M.Kn., selaku
27
Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor:AHU-181 AH.04.03-2018
pada Kantor Hukum KCASE LAW OFFICE yang berkantor di Jalan Raya
6. Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil -adilnya (ex
aequo et bono).
1. Fotocopy Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. PHILTERA Nomor 209 tanggal
19-12-2018 dibuat dihadapan Netty Maria Machdar S.H., M.Kn, Notari s di Jakarta,
2. Fotocopy Passport atas nama Song Jin Ho, Warga Negara Republik Korea Selatan
2;
3. Fotocopy Akta Berita Acara PT. Digital Visi Media Nomor 4 tanggal 10-05-2017,
yang dibuat oleh Nies Singgih Muktiningsih, Sarjana Hukum, Notaris di Kota
4. Fotocopy Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
Media yang diterbitkan tanggal 17 Mei 2017, bermeterai tidak ditunjukkan aslinya,
tanggal 3 November 2010 atas nama PT. DIGITAL VISI MEDIA, beralamat di
28
TAMAN GOLF C1/29, Sambikerep Surabaya 60217, bermeterai tidak ditunjukkan
6. Fotocopy Profil Perusahaan PT. Digital Visi Media yang dikeluarkan oleh
7. Fotocopy Perjanjian Hutang Piutang antara PT. DIGITAL VISI MEDIA DAN PT.
PHILTERA tanggal 1 Maret 2013, bermeterai sesuai dengan aslinya, diberi tanda
P-7 ;
8. Fotocopy Surat Penagihan Hutang dari PT. Philtera kepada PT. Digital Visi Media
P-8;
9. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Penagihan Hutang dari PT.
Philtera kepada PT. Digital Visi Media Via POS Indonesia tanggal 30 September
10. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Penagihan Hutang dari PT.Philtera
kepada PT. Digital Visi Media Via POS Indonesia tanggal 30 September 2017
11. Fotocopy Surat Somasi/ Teguran ke-II Kewajiban Pembayaran Hutang dari Kuasa
Hukum PT. Philtera kepada PT. Digital Visi Media tanggal 10 Oktober 2017,
12. otocopy Surat Somasi/ Teguran ke-III/ Terakhir Kewajiban Pembayaran Hutang
dari Kuasa Hukum PT. Philtera kepada PT. Digital Visi Media tanggal 10 Oktober
29
13. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Somasi III dari PT. Philtera
kepada PT. Digital Visi Media Via JNE tanggal 25 Oktober 2017
ditujukan kepada PT. Digital Visi Media senilai Rp.50.000.000 (lima puluh juta
15. Fotocopy Bukti Slip Pembayaran Surat Perintah Pembayaran (SPP) terkait Izin
Rp.50.000.000 (lima puluh juta Rupiah) dari PT Digital Visi Media tanggal
2015 dari Bhakti Sanyoto kepada Song Jin Ho terkait telah dibayarkannya
nama PT. Digital Visi Media, bermeterai print dari internet, diberi tanda P-16 ;
ditujukan kepada PT. Digital Visi Media senilai Rp.42.000.000 (empat puluh dua
18. Fotocopy Bukti Slip Pembayaran Surat Perintah Pembayaran (SPP) terkait Izin
Rp.42.000.000 (empat puluh dua juta Rupiah) dari PT Digital Visi Media tanggal
30
19. Fotocopy Bukti transfer Bank BCA Pinjaman Utang PT. Digital Visi Media selaku
Debitur kepada Song Jin Ho selaku Kreditur tanggal 3/10/2016, bermeterai print
20. Fotocopy Laporan pertanggungjawaban pinjaman via email tanggal 3 Oktober 2016
dari Bhakti Sanyoto kepada Song Jin Ho terkait telah dibayarkannya Rp.42.000.000
(empat puluh dua juta Rupiah) untuk Izin Penyelenggaraan Penyiaran Nomor ID
TB 5256 Jenis Izin IPP Tetap atas nama PT. Digital Visi Media, bermeterai print
21. Fotocopy Surat Teguran/ Somasi ke-I Kewajiban Pembayaran Hutang dari Kuasa
Hukum Mr. Song Jin Ho kepada PT. Digital Visi Media tanggal 19 Maret 2019,
22. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Somasi I dari Kuasa Hukum
Mr.Song Jin Ho kepada PT. Digital Visi Media Via JNE tanggal 19 Maret 2019
23. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Somasi I dari Kuasa Hukum
Mr.Song Jin Ho kepada PT. Digital Visi Media Via JNE tanggal 19 Maret 2019
24.
24. Fotocopy Bukti Tanda Terima Pengiriman Surat Somasi II (terakhir) dari Kuasa
Hukum Mr. Song Jin Ho kepada PT. Digital Visi Media Via JNE tanggal 25 Maret
24 ;
25. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan
Perkotaan Tahun 2019, dengan letak Objek Pajak Stamford Place ST 3/6,
31
26. Fotocopy Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 765 Provinsi Jawa Timur, Kota
Hak PT. Digital Visi Media , bermeterai tidak ditunjukkan aslinya, diberi tanda P-
26 ;
27. Fotocopy Surat Pernyataan atas nama Tn. Nujul Agung Setyawa tanggal 30 Maret
28. Fotocopy Surat kepada Majelis Hakim Pemeriksa perkara tanggal 8 April 2019,
29. Fotocopy Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor : AHU-181
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari permohonan Para Pemohon adalah
Termohon dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya, dengan alasan
Termohon tidak membayar lunas hutangnya pada saat telah jatuh tempo dan
dipersidangan atau tidak menyuruh orang lain untuk hadir menghadap dipersidangan
sebagai kuasanya walaupun telah dipanggil secara sah dan patut berdasarkan relaas
panggilan melalui surat tercatat tertanggal 4 April 2019 untuk persidangan hari Kamis
tanggal 11 April 2019 , relaas panggilan tanggal 12 April 2019 untuk persidangan senin
32
tanggal 22 April 2019 serta ketidak hadiran Termohon Pailit tersebut tidak ternyata
disebabkan karena halangan yang sah, maka pemeriksaan perkara ini dilanjutkan
dengan tanpa hadirnya Termohon Pailit dan ketidak hadiran Termohon Pailit tersebut
Termohon Pailit tidak keberatan lagi dengan dalil-dalil permohonan Pailit Para
telah mengajukan bukti berupa surat bertanda P-1 sampai dengan P-29 dan tidak
mengajukan saksi ;
permohonan Pailit yang diajukan Para Pemohon terhadap Termohon beralasan hukum
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
33
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut maka dalam permohonan pailit
unsur-unsur dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 37 Tahun 2004 tentang
adalah :
- Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih
Menimbang, bahwa selain itu untuk terpenuhi tidaknya syarat-syarat untuk dapat
dinyatakan pailit maka pemeriksaan perkara ini tunduk pada sistim beracara yang
dilakukan dengan cara cepat (speedy trial) dan pembuktiannya dilakukan secara
sederhana. Ketentuan tentang hal ini secara tegas di atur dalam pasal 8 ayat (4) Undang-
Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan PAILIT
Menimbang, bahwa salah satu syarat agar Debitor dapat diminta untuk membayar
utangnya melalui mekanisme kepailitan adalah jika debitor tersebut memiliki lebih dari
34
satu kreditor dan terhadap syarat yang pertama ini Majelis akan mempertimbangkan
sebagai berikut ;
sebesar Rp. 2.000.000.000;- (dua milyar rupiah) kepada Pemohon I dengan bunga
sebesar 1, 966 % ( satu koma sembilan enam enam persen perbulan, dengan cara
pembayaran diangsur senilai Rp. 81.000.000; ( derlapan puluh satu juta rupiah perbulan
sejak perjanjian hutang piutang tersebut ditanda tangani terhitung sejak tanggal 1 Maret
2013 yang jatuh tempo pada tanggal 1 Maret 2017 ( vide bukti P-7 ) dan hutangnya
sebesar Rp. 92.000.000;- ( Sembilan puluh dua juta rupiah ) kepada Pemohon II untuk
14 sampai dengan P-20. Selain itu Termohon juga memiliki tunggakan kewajiban utang
kepada Kreditor Lain yakni Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah
Bumi dan Bangunan Perkotaan Tahun 2019 , senilai Rp. 3.736.230 ; ( tiga juta tujuh
ratus tiga puluh enam ribu dua ratus tiga puluh rupiah ), dengan letak Objek Pajak
Stamford Place ST 3/6, yang tercatat atas nama PT . Digital Visi Media ( Termohon )
sebagai pemilik dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 765 Kota Surabaya,
Bangunan No. 765 seluas 162 m2, yang terletak di Propinsi Jawa Timur, Kota
Surabaya, Kecamatan Lakarsanti , Kelurahan Jeruk Jasem, atas nama PT. Digital Visi
35
Menimbang, bahwa Pemohon I telah mengirimkan Surat Penagihan kepada
Termohon, tertanggal 29 September 2017 ( bukti P-8 ) dengan total jumlah hutang
sebesar Rp. 3.888.000.000;- ( tiga milyar delapan ratus delapan puluh delapan juta
rupiah ) dan telah diterima oleh Termohon sesuai tanda bukti penerimaan surat
sebagaimana bukti P-9 dan P-10 akan tetapi tidak ada tanggapan dari Termohon ,
pembayaran Hutang , tertanggal 10 Oktober 2017 ( vide bukti P-11 ) dan Surat Somasi
( vide bukti P-12 ) kepada Termohon untuk melunasi kewajiban hutangnya kepada
Pemohon I dan surat somasi/teguran ke III tersebut telah diterima oleh Termohon
sebagaimana tanda bukti penerimaan surat sesuai bukti P-13 namun tetap tidak ada
tertanggal 19 Maret 2019 ( vide bukti P-21 ) dan surat somasi tersebut telah diterima
oleh Termohon sebagaimana tanda bukti penerimaan surat sesuai buklti P-22 dan
25 Maret 2019 ( vide bukti P-23 ) dan surat somasi tersebut telah diterima oleh
Termohon sebagaimana tanda bukti penerimaan surat sesuai bukti P- 24 untuk melunasi
kewajiban hutangnya kepada Pemohon II akan tetapi tidak ada tanggapan dari
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya dan untuk maksud tersebut Para
Pemohon telah memberikan kuasa kepada Penasehat Hukumnya : Tn. KUKUH AGUS
KURNIAWAN & REKAN , yang berkantor di Jl. I Gusti Ngurah Rai A1/19 Puri Mas,
Surabaya ,berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 Maret 2019 , yang terdaftar di
36
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 28 Maret 2019 di bawah No.
pernyataan pailit Para Pemohon untuk Termohon telah mempunyai legal standing yang
Maret 2019 yang dibuat oleh Komisaris PT .Digital Visi Media , bukti mana ternyata
mendukung dalil Para Pemohon bahwa PT. Digital Visi Media ( Termohon )
mempunyai hutang kepada PT. Philtera sebesar Rp. 3. 888. 000.000;- ( tiga milyar
delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah ) dan PT. Digital Visi Media juga
memiliki hutang kepada Mr. Song Jin Ho sebesar Rp. 92.000.000;- ( Sembilan puluh
dua juta rupiah ) dan PT. Digital Visi Media telah menerima beberpa Surat Somasi
terkait pelunasan hutang baik kepada PT. Philtera maupun Kepada Mr.Song Jin Ho,
namun faktanya Perseroan sudah dalam keadaan tidak mampu untuk membayar
pasal 1 angka 2 dan 3 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan
benar Termohon selaku debitor mempunyai kewajiban keuangan yang belum dibayar
lunas kepada Pemohon I selaku kreditor, sebesar Rp. 3. 888 000.000;- ( tiga milyar
delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah ) dan Termohon juga memiliki hutang
kepada Mr. Song Jin Ho sebesar Rp. 92.000.000;- ( Sembilan puluh dua juta rupiah ).
Selain itu juga memiliki tunggakan kewajiban utang kepada Kreditor Lain yakni Badan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Tahun
37
2019 , senilai Rp. 3.736.230 ; ( tiga juta tujuh ratus tiga puluh enam ribu dua ratus tiga
puluh rupiah ) ;
maka Majelis berpendapat bahwa syarat pertama kepailitan yaitu Termohon sebagai
debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor telah terpenuhi TENTANG TIDAK
Menimbang, bahwa mengenai syarat kepailitan yang kedua ini Majelis akan
Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak menjelaskan berapa jumlah utang
minimal yang harus ada sehingga dapat diajukan permohonan pail it. Di dalam Undang-
Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang tersebut hanya dijelaskan bahwa : “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan
atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau
kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat
tersebut di atas, ternyata Komisaris PT Digital Visi Media dalam surat pernyataannya
38
sudah dalam keadaan tidak mampu untuk membayar tunggakan hutang tersebut,
- hutangnya kepada kreditor lain yakni Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak
Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Tahun 2019 , jatuh tempo 28
Termohon belum membayar lunas hutangnya yang telah jatuh waktu/tempo tersebut
baik kepada Para Pemohon , dengan demikian maka Majelis berpendapat bahwa syarat
kedua kepailitan yaitu tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
diatas Majelis Hakim berpendapat bahwa terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
permohonan pernyataan pailit dari Para Pemohon beralasan hukum oleh karenanya PT.
DIGITAL VISI MEDIA ( Termohon ) harus dinyatakan pailit dengan segala akibat
39
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon dinyatakan Pailit, maka sesuai
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang harus ditunjuk Hakim Pengawas dari
Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya yang namanya akan
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tersebut juga
disebutkan, dalam putusan pernyataan pailit selain harus diangkat seorang Hakim
Pengawas yang ditunjuk dari Hakim Pengadilan Niaga, harus puladiangkat Kurator ;
Menimbang, bahwa didalam Pasal 1 angka 5 jo. Pasal 70 ayat 1 Undang- Undang
Utang tersebut juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kurator adalah Balai
dijelaskan bahwa yang dapat menjadi Kurator lainnya tersebut adalah orang
pengawasan Hakim Pengawas dan telah terdaftar pada Kementerian Hukum dan Hak
Para Pemohon telah memohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
SH. M.Kn, Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM RI,
40
sesuai dengan bukti pendaftaran Kurator dan Pengurus No.: AHU- 181.AH.04.03-2018,
pada Kantor Hukum KCASE LAW OFFICE , yang berkantor di Jalan Raya Jemursari
Kav.12 Nomor 236 Surabaya, sebagai Kurator dalam perkara kepailitan ini;
tersebut, yaitu surat tertanggal 8 April 2019 ( vide bukti P-28 dan P-29 ) ternyata calon
Hukum dan HAM RI dan sepanjang penilaian Majelis tidak mempunyai benturan
kepentingan baik dengan Para Pemohon maupun Termohon serta tidak sedang
Menimbang, bahwa mengenai imbalan jasa bagi Kurator dan biaya kepailitan akan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Nomor 2
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi Kurator dan Pengurus
maka menurut hukum biaya yang timbul dalam permohonan ini wajib dibebankan
kepada Termohon ; Mengingat, Pasal 2 ayat (1), Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang
41
MENGADILI
untuk seluruhnya ;
3. Mengangkat Sdr. SARWEDI, SH. MH., Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri /
Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM RI, sesuai
pada Kantor Hukum KCASE LAW OFFICE , yang berkantor di Jalan Raya
Jemursari Kav.12 Nomor 236 Surabaya , sebagai Kurator dalam perkara kepailitan
ini;
5. Menetapkan biaya Kepailitan dan imbalan jasa Kurator akan ditetapkan kemudian
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini
sebesar Rp.1.655.000,- (satu juta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah) ;
Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya pada hari : JUMAT, tanggal : 10 MEI
Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada
hari SELASA, tanggal 14 MEI 2019, oleh Majelis Hakim tersebut dibantu
42
ROMAULI RITONGA, SH.MH. Panitera Pengganti serta dihadiri Kuasa Para
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan si debitor (orang-
Syarat dinyatakan pailit berdasarkan bunyi Pasal 2 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004
sebagai berikut:
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara pada kreditur
atas kekayaan debitur oleh kurator. Adapaun asas-asas hukum kepailitan yang tertera
1. Asas Keseimbangan
3. Asas Keadilan
44
Syarat yuridis dari pengajuan pailit ini adalah sebagai berikut :
1. Ada hutang
3. Ada debitur
Akibat dari kepailitian adalah debitor demi hukum kehilangan haknya untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal
B. Saran
Ada pun saran-saran yang dibuat penulis dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam prosedur pengajuan ini sendiri diatur dalam UU No. 37 tahun 2004 yang
dipercepat kembali agar tidak membutuhkan waktu yang lama serta dapat
menefisienkan waktu.
peringatan beberapa kali terlebih dulu terhadap debitur dan para kreditur setelah
utang yang dilakukan debitor diharapkan bagi hakim maupun pengurus lebih
memahami secara dalam, dan melihat apa tujuan dari debitor maupun kreditor
45
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Internet:
http://eprints.umm.ac.id/41110/3/BAB%202.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/348/6/10220067%20Bab%202.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20892/Chapter%20II.pdf;jsession
id=6B3942D853EDF5C37008A61CF056007C?sequence=3
46