Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1.1. Kondisi Tempat Kerja


Pada lokasi penelitian di Blok 3 diketahui terdapat beberapa tempat kerja
untuk mengupas overburden. Penelitian ini difokuskan pada dua tempat kerja
pengupasan overburden yang berbeda. Setiap tempat kerja memiliki pasangan alat
mekanis yang berbeda.
Pada semua tempat kerja di lokasi penelitian cara untuk mengupas
overburden dengan cara gali langsung (lihat Gambar 3.2). Hal ini dikarenakan
pembongkaran overburden memiliki kekuatan massa batuan yang relatif lemah
sehingga masih bisa menggunakan alat mekanis, maka dilakukanlah pengupasan
overburden dengan cara gali langsung tanpa melakukan peledakan.

1.1.1. Kondisi Tempat Kerja Pertama


Pengupasan overburden di tempat kerja pertama menggunakan alat
pengalian dan pemuatan yaitu sebuah excavator SANY SY365H EX-05 dan EX-
06 serta alat pengakutan yang digunakan yaitu 2 dump truck Volvo A35E dan 2
dump truck Volvo FMX 440. Tempat kerja yang pertama memiliki area kerja
yang luas sehingga dapat memperkecil waktu edar alat. Sehingga dump truck
tidak perlu maju mundur untuk mengambil posisi pemuatan. Namun pada dasar
area kerja memiliki permukaan yang kurang merata (lihat Gambar 4.1), sehingga
diperlukan motor grader untuk melakukan perawatan pada permukaan jalan di
tempat kerja pertama.

Gambar 4.1
Kondisi Tempat Kerja
1.2. Kondisi Jalan Angkut
Suatu evaluasi konsumsi bahan bakar dump truck pada pengupasan
overburden diperlukan untuk analisis terhadap kondisi kerja dan geometri jalan
angkut. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar
adalah kemiringan jalan angkut, amblesan jalan, berat muatan dan jarak
pengangkutan dari loading point menuju disposal.
Lokasi penelitian difokuskan pada jalan angkut mulai dari loading point ke
disposal pada dua Fleet. Pada Fleet pertama dan Fleet kedua dump truck yang
digunakan adalah Volvo A35E dan Volvo FMX440 dengan alat muatnya
Excavator SANY SY365H untuk setiap Fleet. Keadaan jalan angkut pada
penelitian kali ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan kondisi dan geometri
jalan angkut. Untuk memudahkan dalam pengamatan dan perhitungan, maka jalan
angkut yang menghubungkan antara tempat pemuatan menuju tempat disposal
dibagi dalam beberapa Fleet jalan. Pembagian Fleet jalan ini didasarkan pada
perbedaan kemiringan, tikungan dan lebar jalan angkut.

1.2.1. Konstruksi Jalan Angkut


Lapisan dasar jalan angkut (subgrade) adalah batulempung kompak dan
kerikil dipadatkan dengan lapisan kedap air sebagai perkerasan penahan beban
roda dump truck. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi jalan angkut
masih kurang baik, berat beban kontak pada masing-masing dump truck melebihi
daya dukung tanah tersebut. Sehingga hal ini mengakibatkan banyak terdapat
amblasan di jalan angkut mulai dari 2 cm sampai 40 cm, sehingga kondisi ini
cukup mempengaruhi waktu edar dari dump truck dan konsumsi bahan bakar akan
semakin banyak. Semakin kurang kuat perkerasan jalan akan menghambat laju
dump truck dan tahanan gelinding semakin besar.

1.2.2. Lebar dan Kemiringan Jalan Angkut


Jalan angkut yang dilalui setiap dump truck di masing – masing Fleet
berbeda dan mempunyai geometri jalan yang berbeda juga. Oleh karena dibagilah
Fleet-Fleet jalan yang dilalui dump truck (lihat Lampiran G Tabel G.1 sampai
Tabel G.2).

Pada penelitian kali ini, kemiringan jalan angkut pada jalur utama dibagi
dalam beberapa Fleet. Fleet ini untuk memepermudah perhitungan kemiringan
jalan. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan kemiringan jalan angkut
terbesar pada Fleet pertama adalah 8,90% pada Segmen 6-7 dan kemiringan jalan
terkecil -6,65 % pada Segmen 17-18, untuk Fleet kedua yang terbesar adalah 4,65
% pada Segmen 7-8 dan yang terkecil -9,35 % pada Segmen 10-11 (lihat
Lampiran Tabel G.3 – Tabel G.4). Berdasarkan perhitungan rimpull, kemampuan
maksimal mesin untuk mengatasi tanjakan dump truck Volvo A35E pada kegiatan
pengangkutan overburden adalah 14,7% dan untuk Volvo FMX440 adalah 11,4%.

4.2.2. Superelevasi
Jalan angkut pada pengangkutan overburden memiliki beberapa tikungan
dengan lebar tikungan yang berbeda dan dapat dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2,
dan. Jari-jari tikungan minimal pada jalan angkut yang dilalui dump truck adalah
6,5 m. Untuk superelevasi berdasarkan kecepatan rata-rata dump truck pada saat
membelok sebesar ± 20 km/jam, nilai superelevasi maksimal yang dapat di lalui
dump truck Volvo A35E adalah 0,17 m/m dan pada Volvo FMX440 adalah 0,19
m/m
Gambar 4.2
Peta Jalan Tambang PT TIMAH Tbk
1.3. Waktu Edar Dump truck
Apabila melakukan perhitungan produksi dump truck baik itu aktual
maupun rencana diperlukan perhitungan data waktu edar yang diambil dari
pengamatan dilapangan. Waktu edar dump truck yang diperoleh adalah waktu
edar rata-rata yang ditempuh oleh dump truck mulai dari waktu menunggu untuk
dimuati sampai pada posisi mulai menunggu untuk dimuati kembali (lihat
Lampiran F).
Tabel 4.1
Waktu Edar Dump truck
Waktu (Menit)
Ritase
Fleet Dump truck
(rit/jam)
Position Hauling Manuver
Loading Dumping Return Total
(Empty) (Load) Dumping

Volvo A35 E
Pertama 0,66 1,90 4,07 0,48 0,39 3,62 11,19 6

Volvo
Kedua 0,26 1,33 3,64 0,26 0,45 3,52x 9,46 6
FMX440

1.4. Faktor Pengisian Bucket


Faktor pengisian bucket (bucket fill factor) merupakan suatu faktor yang
menunjukkan besarnya kapasitas nyata bucket dengan kapasitas bucket menurut
spesifikasi alat muat. Kapasitas bucket berdasarkan spesifikasinya untuk
Excavator SANY SY365H adalah 2,3 m3. Besarnya faktor pengisian pada kondisi
pemuatan yang rata-rata baik dengan jumlah pemuatan 5 – 8 kali bucket sesuai
dengan Specification and Application handbook of SANY 30th edition adalah :
1) Excavator SANY SY365H = 90 %.

1.5. Waktu Kerja Efektif Dump truck


Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar-benar digunakan oleh alat
mekanis untuk produksi. Besarnya waktu kerja efektif sangat bergantung pada
hambatan-hambatan yang terjadi pada saat alat melakukan pekerjaan. Pada
kenyataannya di lapangan waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan
sepenuhnya karena adanya hambatan-hambatan yang dapat mengurangi waktu
kerja yang tersedia. Perusahaan telah menetapkan jadwal waktu kerja adalah dua
shift, dengan rincian waktu 9 jam/shift. Total waktu kerja dalam satu minggu
adalah 125 jam atau 18 jam/hari. Adapun hambatan yang terjadi adalah :
1.5.1. Hambatan Yang Dapat Dihindari.
Hambatan yang dapat dihindari disebabkan adanya penyimpangan
terhadap waktu kerja yang telah dijadwalkan oleh perusahaan.
1) Keterlambatan datang karyawan
Waktu yang terbuang disebabkan kurang disiplinnya karyawan dalam
mematuhi waktu yang sudah ditentukan (waktu masuk kerja).
2) Waktu istirahat lebih awal
Waktu yang terbuang disebabkan pekerja sudah menghentikan pekerjaannya
di lokasi kerja sebelum waktu istirahat yang sudah terjadwal.
3) Terlambat kerja setelah istirahat
Waktu yang terbuang disebabkan oleh operator dan alat belum mulai bekerja
kembali tepat setelah jam istirahat selesai.
4) Berhenti sebelum akhir kerja
Waktu yang terbuang disebabkan karena berhentinya aktifitas kerja sebelum
waktu yang ditentukan (waktu akhir kerja).
5) Rest And Meal.
Waktu yang digunakan untuk istirahat, makan dan minum, serta keperluan
operator lainnya, misalnya buang air besar/kecil dan lain-lain.

1.5.2. Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari


Hambatan tidak dapat dihindari disebabkan oleh kegiatan atau kejadian
yang memang harus terjadi dan tak dapat dihindari atau diganti pada lain waktu.
1) Pre Start
Waktu yang digunakan untuk pengecekan ringan terhadap kerusakan-
kerusakan kecil serta pemanasan terhadap alat mekanis.
2) Mobilitization/ Other
Waktu yang digunakan untuk memindahkan alat dari suatu tempat ke tempat
lain dalam kegiatan penambangan.
3) Refueling
Waktu yang digunakan untuk pengisian bahan bakar terhadap alat agar alat
tersebut siap untuk dioperasikan.
4) Mobilitization/Other
Waktu yang digunakan untuk memindahkan alat dari suatu tempat ke tempat
lain dalam operasi penambangan. Dimana pindah posisi disebabkan karena
adanya perintah dari pengawas.
5) Rain and slippery
Disebabkan karena adanya hujan, sehingga kegiatan produksi berhenti dan
bisa juga karena adanya kegiatan di area penambangan. Misalnya Bulldozer
menggusur material, Motor grader melakukan perataan jalan.

1.6. Efisiensi Kerja


Efisiensi kerja dump truck merupakan perbandingan antara waktu kerja
produktif dump truck dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam persen
(%). Efisiensi kerja inilah sangat mempengaruhi ketercapain produksi dari sutau
perusahaan. Apabila efisiensi kerja rendah maka akan didapatkan produksi yang
sedikit, apabila efisiensi kerja pada suatu perusahaan tinggi maka ketercapaian
produksi pun akan tinggi. Efisiensi kerja digunakan untuk mengetahui sejauh
mana kinerja alat mekanis yaitu SANY SY365H terhadap penggunaan waktu
kerja masing-masing alat mulai dari pemuatan dan pengangkutan overburden dari
lokasi penambangan menuju disposal. Effisiensi kerja dump truck berdasarkan
data perusahaan untuk Volvo A35E pada Fleet pertama adalah 71% Volvo
FMX440 pada Fleet kedua adalah 73%.

1.7. Kemampuan Produksi Dump truck


Pada lokasi pemuatan overburden dari loading menuju lokasi disposal,
pengangkutan overburden dilayani oleh 2 unit Volvo A35E di Fleet pertama. Data
aktual perusahaan mengenai produksi dump truck Volvo A35E di Fleet pertama
adalah 70,61 bcm/jam dan dump truck Volvo FMX440 di Fleet kedua adalah 55,2
bcm/jam , sedangkan untuk kemampuan produksi teoritis berdasarkan pengamatan
waktu edar dump truck di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 0.
Tabel 4.2
Kemampuan Produksi Dump truck
Produktivitas Produksi Setiap Fleet
No Fleet Dump truck
(bcm/jam) (bcm/jam) (bcm/bulan)
1 Pertama Volvo A35 E 71,92 143,84 77.676,6
2 Kedua FMX 440 57,97 115,95 62.615,71

1.8. Perhitungan Rolling Resistance dan Grade Resistance


Rolling resintance adalah suatu hambatan yang menahan putaran roda yang
terjadi akibat adanya kontak antara ban dump truck dengan permukaan jalan
angkut. Sedangkan grade resintace adalah suatu hambatan yang terjadi karena
adanya kemiringan jalan yang dilalui oleh suatu dump truck tersebut. Apabila
dump truck ingin bergerak maka tenaga yang tersedia harus dapat mengatasi
kedua jenis tahanan ini. Apabila semakin banyak amblasan yang terjadi dalam
setiap jalan angkut yang dilalui maka nilai rolling resistance ini akan semakin
besar, begitu pula dengan nilai grade resistance akan semakin besar apabila
tanjakan pada suatu jalan angkut kemiringannya semakin curam. Jika nilai rolling
resistance dan grade resistance tinggi maka akan semakin besar tenaga yang
dibutuhkan untuk menggerakkan dump truck tersebut.
Apabila tenaga yang dibutuhkan unutk menggerakkan dump truck semakin
besar, maka hal ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi bahan bakar. Konsumsi
bahan bakar pada kondisi tersebut akan meningkat dan akan lebih boros. Serta
kondisi jalan angkut harus benar-benar diperhatikan untuk memperlancar kegiatan
pengangkutan overburden apalagi pada saat musim penghujan. Sebab hal ini juga
akan mempengaruhi keadaan jalan, waktu edar dump truck, dan konsumsi bahan
bakar.
Tahanan gelinding dan tahanan kemiringan dump truck pada setiap Fleet
jalan berbeda-beda, ada beberapa Fleet jalan yang menunjukkan amblasan roda
yang relatif dalam, yaitu pada tingkat high level severity dan ini tidak di anjurkan
oleh perusahaan, dimana kondisi jalan melebihi parameter aman perkerasan jalan
yaitu 5 cm pada jalan angkut tambang (medium level severity). Berdasarkan
pengamatan di lapangan mengenai amblasan roda dan kemiringan jalan angkut,
tahanan gelinding dan kemiringan jalan angkut dapat diketahui dilihat pada
Lampiran I Tabel I.1 sampai Tabel I.2.

1.9. Perhitungan Load factor Dump truck


Load factor atau faktor pengali untuk memperoleh penggunaan daya mesin
yang sesungguhnya dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
konsumsi bahan bakar mesin, untuk mengetahui besarnya load factor bisa
diketahui dengan perhitungan rimpull yang terpakai dibagi dengan rimpull yang
tersedia.

Dengan memasukkan parameter daya tarik dump truck, effisiensi mesin dan
kecepatan pada masing-masing gear dump truck maka dapat diperoleh Rimpull
yang tersedia pada setiap gear dump truck. Pengamatan difokuskan pada dua
dump truck yaitu Volvo A35E di Fleet pertama dan Volvo FMX440 di fleet kedua
dengan beban kerja, rimpull dan tenaga mesin yang berbeda.
1.9.1. Rimpull Setiap Gear Dump truck
Beban kerja maksimum yang masih dapat ditarik oleh dump truck dapat
diperoleh berdasarkan pengamatan dan spesifikasi dump truck yang digunakan.
Rimpull pada masing masing dump truck yaitu Volvo A35E dan Volvo FMX440
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3
Rimpull Pada Setiap Gear Dump truck Volvo A35E HD 785-7
Speed
Rimpull
Transmisi (mile per km/jam (lb)
hour)
Gigi 1 3,9 6,3 34.245,19
Gigi 2 5,6 9,0 23.849,33
Gigi 3 6,8 10,9 19.640,63
Gigi 4 9,9 16,0 13.490,53
Gigi 5 14,3 23,0 9.339,59
Gigi 6 18,1 29,1 7.378,80
Gigi 7 23,9 38,4 5.588,13
Gigi 8 31,6 50,9 4.226,46
Gigi 9 35,4 56,9 3.772,77

Tabel 4.4
Rimpull Pada Setiap Gear Dump truck Volvo FMX440
Speed
Rimpull
Transmisi (mile per km/jam (lb)
hour)
Gigi 1 4,16 6,69 28.350,36
Gigi 2 6,42 10,33 18.370,33
Gigi 3 8,92 14,35 13.221,69
Gigi 4 12,15 19,55 9.706,79
Gigi 5 16,74 26,94 7.045,25
Gigi 6 19,6 31,54 6.017,22
Gigi 7 24,75 39,83 4.765,15
Gigi 8 33,21 53,44 3.551,26
Gigi 9 37,38 60,15 3.155,10
Gigi 10 41,91 67,44 2.814,07
Gigi 11 46,53 74,88 2.534,66
Gigi 12 50,23 80,84 2.347,95

Besarnya rimpull disesuaikan dengan kondisi dump truck, kecepatan pada


setiap gear, efisiensi dump truck dan tenaga mesin. Dump truck pada Volvo A35E
dengan berat total 61 ton memiliki rimpull terbesar pada gear pertama yaitu
34.245 lb, dan Volvo FMX 440 dengan berat total 41 ton memiliki rimpull
terbesar pada gear pertama yaitu 28.350,36 lb. Semakin besar beban dan
hambatan yang
diterima oleh dump truck, semakin besar pula rimpull yang digunakan, begitu juga
sebaliknya.

1.9.2. Daya mesin


Menghitung kebutuhan bahan bakar yang digunakan adalah nilai dari daya
mesin yang dihitung dari “torque” mesin (dari engkol mesin) atau brake
horsepower (bhp), bukan drawbar horsepower (dbhp) yang merupakan HP yang
disediakan (available) pada roda. Brake horsepower pada dump truck Volvo
A35E sebesar 223 BHP, sedangkan pada dump truck Volvo FMX440 sebesar 175
BHP (lihat Lampiran N).

1.9.3. Load Factor


Besarnya load factor dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan
besarnya jumlah rimpull yang terpakai dengan rimpull yang tersedia pada setiap
gear dump truck. Pada jalan angkut tambang dari front penambangan sampai
disposal, dump truck Volvo A35E di Fleet pertama memiliki load factor rata-rata
0,90 untuk keadaan truk bermuatan dan 0,43 untuk keadaan truk tanpa muatan,
dan untuk dump truck Volvo FMX440 memiliki load factor rata-rata 0,95 untuk
keadaan truk bermuatan dan 0,44 untuk keadaan truk kosong. Besarnya load
factor pada dump truck akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar, dengan
pengertian bahwa load factor adalah faktor pengali untuk memperoleh daya mesin
yang sesungguhnya digunakan oleh dump truck tersebut.

1.10. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Dump truck


Kebutuhan bahan bakar diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak
konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh dump truck saat proses produksi. Di
dalam perhitungan konsumsi bahan bakar, beberapa parameter yang harus
diketahui adalah brake horse power, besarnya bahan bakar yang masuk ke mesin,
densitas bahan bakar dan load factor dump truck. Besarnya nilai dari parameter
tersebut dapat diketahui melalui data dari perusahaan dan hasil perhitungan
langsung dilapangan.

Data aktual mengenai konsumsi bahan bakar dari perusahaan untuk dump
truck tipe Volvo A35E di Fleet pertama pada penelitian ini adalah 24,30 l/jam,
dump truck Volvo FMX440 di Fleet kedua pada penelitian ini adalah 16,20 l/jam.
Perhitungan konsumsi bahan bakar dump truck pada penelitian ini berada pada
dua loading point dan dua dump truck yang berbeda. Dump truck yang digunakan
adalah Volvo A35E dan dump truck Volvo FMX440.
Perbedaan data – data konsumsi bahan bakar aktual yang didapat dari
perusahaan dikarenakan jarak dan kondisi kerja dari setiap Fleet berbeda.
Sehingga perbedaan jarak dan kondisi kerja ini yang mengakibatkan perbedaan
pada besaran konsumsi bahan bakar pada setiap Fleet. Pada keadaan waktu
tunggu atau idle time dump truck, menurut Hays (1990) pada Haul truck fuel
consumption and CO2 emission under various engine load conditions 2010,
konsumsi bahan bakar dump truck pada idle time berkisar 10% dari kebutuhan
total pada saat dump truck berjalan. Data yang didapat dari perusahaan yaitu nilai
parameter untuk perhitungan kebutuhan bahan bakar solar sebagai berikut :
1) BBM yang masuk ke mesin : 0,38 lb/ kw.hr
2) Densitas bbm : 7,3 lb/ gallon

Setelah mengetahui nilai parameter tersebut, maka kebutuhan bahan bakar


solar untuk dump truck dapat diketahui dengan perhitungan pemakaian rimpull
pada berbagai macam pembebanan atau load factor dump truck. Besarnya
penggunaan bahan bakar pada setiap Fleet akan bergantung dengan kemiringan
jalan angkut, jarak dan kondisi permukaan jalan angkut. Sehingga besarnya
kecilnya rimpull yang digunakan oleh dump truck berpengaruh terhadapa
penentuan sedikit banyaknya konsumsi bahan bakar. Apabila dump truck
membutuhkan rimpull yang besar, maka kebutuhan bahan bakarnya akan besar.
Serta sebaliknya apabila rimpull yang dibutuhkan kecil, bahan bakar yang
diperlukan akan sedikit. Konsumsi bahan bakar berdasarkan perhitungan rimpull
dump truck Volvo A35E di Fleet pertama dan Volvo FMX440 di Fleet kedua
dapat dilihat pada Lampiran P Tabel P.1 sampai Tabel P.2
Gambar 4.3
Grafik Kemiringan Jalan Angkut Sebelum Perbaikan di Fleet Pertama bagian 1
Gambar 4.3.1
Grafik Kemiringan Jalan Angkut Sebelum Perbaikan di Fleet Pertama bagian 2
Gambar 4.4
Grafik Kemiringan Jalan Angkut Sebelum Perbaikan di Fleet Kedua Bagian Pertama
Gambar 4.4.1
Grafik Kemiringan Jalan Angkut Sebelum Perbaikan di Fleet Kedua Bagian Kedua
Besarnya konsumsi bahan bakar rata-rata berdasarkan pemakaian rimpull
untuk Volvo A35E di Fleet pertama dari segmen - 1 sampai segmen - 45 adalah
29,48 l/jam, sedangkan konsumsi bahan bakar yang digunakan pada dump
truck Volvo FMX440 di Fleet kedua mulai dari segmen - 1 sampai dengan
segmen - 60 adalah 24,62 l/jam.
Konsumsi bahan bakar setelah disesuaikan dengan waktu pemakaian
untuk dump truck Volvo A35E di Fleet pertama adalah 18,57 l/jam, untuk
Volvo FMX440 di Fleet kedua adalah 14,83 l/jam. Kategori konsumsi bahan
bakar berdasarkan Specification and Application handbook of Volvo A35E
edition dibedakan menjadi tiga katagori yaitu Low, Medium dan High
consumption of Fuel rate.
Sehingga dapat diartikan bahwa dump truck Volvo di Fleet pertama
dalam satu jam beroperasi membutuhkan bahan bakar 18,57 liter. Sedangkan
dump truck Volvo FMX440 di Fleet kedua dalam satu jam beroperasi
membutuhkan bahan bakar 14,83 liter.

Tabel 4.5
Spesifikasi dan Kategori Konsumsi Bahan Bakar Dump
truck (Sumber : Specification and Application handbook of
Volvo, 2009)

Medium
Fleet Type Low (lt/jam) High (l/jam)
(lt/jam)

1 Volvo A35E 15,5 ~ 17,5 17,5 ~ 23,5 23,5 ~ 27,5

2 Volvo FMX440 10,5 ~ 13,5 13,5 ~ 15,5 15,5 ~ 18,5

Berdasarkan Specification and Application handbook of Volvo, konsumsi


bahan bakar dump truck Volvo A35E di Fleet pertama maupun dump truck Volvo
FMX440 di Fleet kedua termasuk pada kategori medium condition yaitu masuk
diantara 17,5-23,5 l/jam dan 13,5-15,5 l/jam

66

Anda mungkin juga menyukai