Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DAERAH


ISTIMEWA YOGYAKARTA

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dina Intan Lusita Purnamasari
NIM 10110244033

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
NOVEMBER 2014

i
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DINAS


PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
THE IMPLEMENTATION OF THE POLICY GENDER MAINSTREAMING IN DEPARTMENT OF
PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh : dina intan lusita purnamasari, universitas negeri yogyakarta, intan_lusitaanmutig@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pengarusutamaan gender di Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, dan faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengarusutamaan
gender di dinas pendidikan, pemuda, dan olahraga masih terdapat pemahaman yang bias mengenai gender
dan pengarusutamaanya di kalangan para pegawai Dinas, belum seluruh sub bagian dan seksi yang ada di
DIKPORA mengintegrasikan pengarusutamaan gender ke dalam setiap program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh DIKPORA. Tim vocal point yang ada belum mempunyai komitmen bersama dan fokus
program kegiatan yang yang jelas. Faktor pendukung terlaksananya PUG di DIKPORA adalah kesadaran
seluruh pegawai bahwa kesetaraan gender perlu dan dikedepankan, motivasi kerja di kantor, hubungan
antar pegawai yang solid dalam melaksankan tugas di kantor, sikap kekeluargaan di kantor ditunjukkan
dengan keakraban antar pegawai laki-laki dan perempuan. Faktor penghambat yaitu kapasitas SDM atau
faktor personil yang belum sepenuhnya memahami pengarusutamaan gender, dan cara untuk
menganalisis setiap bagian kegiatan yang ada sehingga perlu diadakan pelatihan dan workshop mengenai
analisis program yang berwawasan gender, kurangnya data yang memperlihatkan disparitas dan
kesenjangan gender di lingkungan DIKPORA dikarenakan kurangnya wawasan PUG di kalangan
pegawai. Faktor rumusan dari para stakeholder yang kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan PUG,
faktor sistem juga ikut andil serta dalam implementasi kebijakan karena anggaran setiap sub bagian lebih
diutamakan untuk pelaksanaan program dan kegiatan terkait tugas pokok seksi.

Kata kunci : implementasi kebijakan, pengarusutamaan gender, program pendidikan

Abstract

This research aimed at described the implementation of the policy gender mainstreaming in departement.
of Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (DIKPORA) and by factors in support and inhibiting.This research using a
descriptive qualitative approach.The result showed that the implementation of the policy gender mainstreaming in
dept. of Pendidikan, Pemuda dan Olahraga was not all and a head of DIKPORA sub part in intregrating gender
mainstreaming into any of programs and activities in all of the DIKPORA. There are still not understanding about
gender mainstreaming agency among the employee. The team vocal exiting point had yet to have joint commitment
to and the facus of activities that clear. By factors in support of a PUG DIKPORA implementation of public
awareness in all of the employee that need to be put forward anda gender equality, motivation work in the office.
The relationship between civil servants who are solid in on duty in the office, familial attitude at the office, is
indicated by familiarity between male and female employees. Factors that hampers namely human resourcesor
capacity factor personnel that not fully understand gender mainstreaming, a way to analyze every part exiting
activities so that necessary to provide training and workshops about analysis program that insightful gender, lack
of data showing disparities anda gender disparity in DIKPORA environment due to the lack of insight PUG among
the employee. Factor the formulation of the steakholders that is lessparticipate in the emplementation of PUG,
factrs all contribute system as well as in the implementationof policy budged any sub part be given higher priority
for the implementation of the program and related activities the principal of part.

Keyword : implementation policy, gender mainstreaming, education program


Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 2

PENDAHULUAN (regulation) perempuan yang berarti


menghindari upaya emansipasi.
Pengarusutamaan gender adalah isu baru
Women And Development (WAD)
dalam masyarakat sejak sepuluh tahun terakhir,
menjadi tindak lanjut dari WID, yang lebih
banyak yang masih rancu dalam memahami
menekankan pada hubungan antara perempuan
gender dengan jenis kelamin.
dan proses pembangunan. Pendekatan WAD
Ketidakseimbangan pemahaman ini disebabkan
dalam implementasinya pada pengembangan
oleh berbagai faktor, salah satunya adanya
kegiatan peningkatan pendapatan tanpa
bermacam-macam pengertian gender yang
memperhatikan unsur waktu yang digunakan
masih disalahpahami dalam usaha
oleh perempuan. Gender And Development
meningkatkan emansipasi perempuan.
(GAD) yang menekankan pada orientasi
Bias gender telah terjadi sejak lama hubungan sosial pembangunan. GAD
melalui pembagian peran antara laki-laki dan memfokuskan gerakannya pada hubungan
perempuan, sampai saat ini masyarakat masih gender dalam kehidupan sosial. GAD berasumsi
sulit untuk membedakan antara jenis kelamin bahwa persoalan mendasar dalam pembangunan
dan gender, hal ini dibuktikan dengan masih adalah adanya hubungan gender yang tidak adil.
seringnya beban tugas yang diterima oleh GAD dipandang sebagai langkah strategis dalam
masing-masing disesuaikan dengan jenis kegiatan pembangunan. Diperkuat dengan
kelamin yang melekat pada dirinya. Konstruk Gender Mainstreaming yang tujuannya adalah
sosial budaya yang ada di masyarakat telah menjadikan gender sebagai arus utama
melahirkan sebuah diskriminasi akibat kesalahan pembangunan dan sasaran gender
awal dari perlakuan terhadap keduannya. mainstreaming adalah kebijakan, aksi
masyarakat, serta intuisi Negara dan masyarakat.
Women in Development (WID) menjadi
PUG merupakan proses reorganisasi,
suatu langkah strategis dalam dunia ketiga atau
pembangunan dan evaluasi kebijakan sehingga
sering disebut Era Millenium, berbagai
kesetaraan gender dapat diintegrasikan pada
diskursus pembangunan dan pendekatan
kebijakan-kebijakan disemua tingkatan oleh para
dominan bagi pemecahan masalah perempuan
pengambil keputusan (Remiswal, 2013 : 37).
masuk dalam setiap gagasan WID, sebagai jalan
untuk memperbaiki nasib dan status perempuan. Susan Carol, peneliti senior di Center of
Hal ini ditandai oleh integrasinya perempuan the American Woman and Politics (CAWP)
dalam projek dan meningkatnya partisipasi Ritgers University, mengemukakan dua faktor
perempuan dalam projek pembangunan, namun yang paling bertanggung jawab bagi rendahnya
banyak yang meragukan kemampuan WID kemajuan politik dan karir wanita. Rendahnya
untuk memacu proses transformasi melalui tingkat pergantian orang menjabat dan tingginya
penjinakan (cooptation) dan pengekangan tingkat pejabat yang terpilih kembali untuk
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 3

memimpin dan bertugas di tempat yang sama. Mengambil resiko ditambah dengan
Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh suatu kepercayaan diri dalam kepemimpinan akan
ambisi, untuk mencapai tingkatan karir yang berguna bagi kehidupan masa depan jika
baik, ambisi kadang dimaknai baik untuk kaum dimanfaatkan sepenuhnya. Memberi tujuan
pria dan aneh dalam diri wanita. Suatu penelitian yang besar dalam kehidupan sendiri, kemudian
yang dilakukan oleh American Association of perasaan yang menghidupkan memudahkan
University Women (AAUW) menemukan bahwa upaya untuk lebih puas, kompeten, lebih percaya
remaja wanita yang memendam cita-citanya diri dan mempunyai harga diri yang lebih besar.
mengalami keragu-raguan dalam dirinya sendiri, Dengan begitu upaya untuk mencapai
yang tidak dialami remaja pria. Bila wanita keberhasilan, tidak boleh berdiam diri bersikap
memendam cita-cita, mereka menanggung pasif, dan harus aktif mengejarnya, karena setiap
resiko kehilangan rasa percaya diri, menjadi wanita yang mempunyai kekuasaan atau telah
jurang gender dalam kepercayaan diri (Dorothy mencapai karir yang tinggi dapat mengubah
W. Cantor, 1998 : 108,186). sikap anak laki-laki terhadap anak perempuan
dan sikap masyarakat secara keseluruhan, karena
Banyak wanita yang mempunyai cita-cita
wanita lebih suka bernegosiasi daripada terlibat
tinggi, dengan memiliki kompetensi diri, agresi
dalam konfrontasi.
kreatif, dan kekuasaan dirinya, yang akan
merasa mampu menjalani situasi kultural untuk Implementasi diperlukan sebuah program
mendukung wanita lebih termotivasi mengikuti yang bertujuan mendukung penyusunan
jalur karirnya. Bagi sejumlah wanita, menjadi kebijakan di sektor pendidikan baik subsektor
perhatian publik dalam karir yang sangat pendidikan maupun keagamaan, di tingkat pusat,
menantang dan beresiko tinggi meningatkan provinsi, kabupaten/kota, dan lembaga
mereka pada pengalaman masa kecil saat pendidikannya (sekolah dan pesantren) melalui
mereka dikagumi dan dihargai oleh orang tua bantuan teknis (technical assistance) dalam
mereka. Pada saat yang bersamaan, mereka bisa bentuk penyiapan draft kebijakan, pelatihan
terus mengikuti jalur cita-cita ibu untuk penyiapan (gender sensitizing) bagi organisasi
mengintegrasikan kehidupan yang akrab dengan pengambil kebijakan publik.
ambisi karir. Setiap jalur ambisi memiliki aspek
Gender hanya efektif jika disampaikan
kelembutan, aspek agresif, dan kompetensi diri
kepada masyarakat dengan tingkat kecerdasan
dalam mengelola jalur cita-cita menuntut
dan pengetahuan yang memadai daripada
penyeimbangan yang hati-hati. Jalur yang akan
masyarakat terbelakang. Uraian konsep gender
ditempuh seorang wanita bergantung pada arah
berkenaan dengan efek perbedaan biologis
pertumbuhan kepribadiannya yang unik dan
terhadap peran dan fungsi individu dalam
sarat akan pesan sosial masyarakat.
masyarakat. Sejak tahun 2006 Menkokesra RI
telah menetapkan indeks pembangunan
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 4

berkaitan dengan pengukuran gender (IPJ), Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun


menggunakan dimensi yang sama dengan Indeks 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Manusia (IPM). Pengukuran IPJ pembangunan Nasional di dalamnya
diarahkan untuk mengungkapkan dan mengamanatkan kepada seluruh Menteri, Kepala
menggambarkan ketimpangan antara perempuan Lembaga, Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
dan laki-laki. Semakin besar ketimpangan mengintegrasikan gender pada setiap tahapan
gender dalam pembangunan dasar manusia, proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
semakin rendah IPJ suatu negara relatif pemantauan dan evaluasi atas kebijakan atau
terhadap IPM-nya. program pembangunan nasional. Diharapkan
seluruh aspek pembangunan menjadi responsif
Indeks Pembangunan Gender (IDG)
gender dan lebih menjamin persamaan hak
ditujukan untuk memperhatikan apakah
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh
perempuan dapat mengambil peran aktif dalam
akses pelayanan pendidikan, berpartisipasi aktif
kehidupan ekonomi dan politik, yang fokusnya
secara seimbang, memiliki kontrol yang sama
pada partisipasi, mengukur ketimpangan gender
terhadap sumber-sumber pembangunan,
dalam bidang-bidang kunci dalam partisipasi
menikmati manfaat yang sama dari hasil
ekonomi dan politik serta pengambilan
pembangunan pendidikan (Bappenas, sumber :
keputusan. Menurut data matriks indikator
www.bappenas.go.id, diakses pada hari Selasa,
pencapaian kinerja Program Pembangunan
24 Desember 2013, Pukul 20.49 WIB)
Nasional (PROPENAS) dalam kaitannya
kedudukan dan peran perempuan dalam usaha Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
peningkatan kualitas hidup perempuan nilai Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman
Gender Related Develompment Index-GDI Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang
(Indeks Pembangunan gender-IPG) Pendidikan berisi bahwa setiap satuan unit kerja
menunjukkan bahwa pada tahun 2000 adalah bidang pendidikan yang melakukan
0,664 ranking 90 dari 143 negara, tahun 2001 perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
adalah 0,671 ranking 92 dari 146 negara, tahun evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program
2002 adalah 0,678 ranking 91 dari 146 negara, pembangunan bidang pendidikan agar
tahun 2003 adalah 0.678 ranking 91 dari 144 mengintegrasikan gender didalamnya. Dengan
negara, dan pada tahun 2004 adalah 0.685 adanya peraturan tersebut sudah semestinya
ranking 90 dari 144 negara. Dengan begitu dapat semua lembaga membuat suatu kebijakan yang
disimpulkan bahwa Negara Indonesia masih ada responsif gender dalam berbagai hal termasuk
pada level rendah pencapaian nilai IDG pengambilan keputusan dan program kerja yang
(Darmadji dan Evi Nurifah Julitasari, sumber : ada di Dinas Pendidikan (PERMENDIKNAS,
widyagama.ac.id, diakses pada hari Selasa, 24 sumber : suaidinmath.files.wordpress.com,
Desember 2013, pukul : 20.41 WIB).
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 5

diakses pada hari Kamis, 26 Desember 2013, Pemuda dan Olah Raga, yang berfungsi sebagai
pukul : 15:04 WIB). pelaksana kewenangan Pemerintah Daerah di
bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.
Belum banyak pembahasan mengenai
Kewenangan dekonsentrasi serta tugas
pengarusutamaan gender pada tahap
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah.
pelaksanaan kebijakan dan program
Salah satunnya mempunyai program
pembangunan, seringkali sebuah program yang
pengarusutamaan gender bidang pendidikan,
sudah dianggap responsif gender pada tahap
sehingga perlu untuk melihat bagaima
pelaksanaannya tidak mencapai tujuan, karena
implementasi pengarusutamaan gender pada
kebijakan yang ada kemudian tidak
tataran pegawai atau pembuat kebijakan, agar
menunjukkan sifat gender responsifnya.
dalam melaksanakan program dan kegiatan yang
Pelaksanaan kebijakan yang responsif gender
terkait pengarusutamaan gender dapat berjalan
belum mempunyai pedoman, sehingga banyak
lancar.
kegiatan yang responsif gender, pada
pelaksanaannya terjadi penyimpangan dari METODE PENELITIAN
tujuan kebijakan yang responsif gender. Hal
Jenis penelitian
tersebut tentunya dikarenakan belum adanya
pedoman (tool) bagaimana kebijakan yang sudah Penelitian ini menggunakan pendekatan
dengan susah payah dirumuskan harus deskriptif kualitatif.
dijalankan secara sistematik, sehingga hilang
esensi kebijakan dalam pelaksanaannya. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas
Kebijakan pemerintah untuk Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga pada bulan
melaksanakan pengarusutamaan gender di setiap Juli hingga September 2014.
lembaga pemerintah harus dimplementasikan
oleh semua orang yang ada dalam lembaga Subjek Penelitian
tersebut. Termasuk pengintegrasian kedalam Adapun subjek pada penelitian adalah
program dan kegiatan disetiap renstra maupun Kepala Dinas dan Kepala Bidang serta Seksi.
renja yang ada di lembaga, sesuai perintah yang
diinstruksikan dalam undang-undang, serta Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
sepanjang pelaksanaannya diawasi dan Data
dievaluasi oleh pihak yang berkepentingan. Dari Data berupa informasi-informasi yang
berbagaimana lembaga pemerintah yang ada di terkait dengan implementasi kebijakan
Yogyakarta, peneliti memilih tempat di pengarusutamaan gender yang dilakukan dengan
DIKPORA karena dari hasil pra observasi teknik pengumpulan data wawancara
DIKPORA merupakan unsur pelaksana menggunakan pedoman wawancara terhadap
Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan,
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 6

kepala dinas dan setiap kepala bidang serta sub menyangkut perilaku-perilaku badan
seksi yang ada di dinas. Selain itu informasi administratif yang bertanggung jawab untuk
mengenai keadaan sarana dan prasarana dinas, melaksanakan program dan menimbulkan
fasilitas pendukung kegiatan para pegawai, dan ketaatan kepada kelompok sasaran (target
kegiatan dan interaksi para pegawai serta group) melainkan juga menyangkut faktor
kegiatan para pegawai menggunakan pedoman hukum, politik, ekonomi sosial, yang
observasi. Sedangkan data berupa profil dinas, langsung terlibat dalam program. (Menurut
data pegawai, keadaan sarana prasarana, dan Charles O. Jones dalam Arif Rohman, 2012:
fasilitas dinas, serta dokumen 107-109)
lainnyamenggunakan pedoman dokumentasi.
Implementasi pengarusutamaan
gender dalam bentuk program dan kegiatan,
Teknik Analisis Data
dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh
Adapun teknik analisis data yang
bidang Perencanaan dan Standarisasi Kantor
dilakukan dalam penelitian ini adalah mengacu
DIKPORA DIY, melakukan koordinasi
pada konsep Miles dan Huberman (1992: 19)
dengan Tim focal point seksi Pendidikan
yaitu reduksi data, display data, dan penarikan
Masyarakat (DIKMAS), Sub bagian
kesimpulan dan verifikasi data.
Pendidikan Formal dan Informal (PNFI),
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN kantor DIKPORA DIY, bekerjasama dengan
berbagai instansi terkait lainnya, untuk
1. Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan
melakukan koordinasi dalam rangka
Gender di DIKPORA
menyamakan persepsi dan meningkatkan
Implementaasi adalah suatu aktifitas pemahaman tentang pengarusutamaan gender
yang dimaksudkan untuk mengoperasikan bagi kalangan pejabat, pegawai DIKPORA,
program tersebut adalah a) pengorganisasian, dan lembaga instansi pendidikan lainnya.
pembentukan atau penataan kembali sumber
Kebijakan PUG harus diintegrasikan
daya unit-unit serta metode untuk
ke dalam program yang ada di lembaga paling
menjalankan program agar bisa berjalan; b)
tidak ada satu yang melaksanakan integrasi
Interpretasi, yaitu aktifitas menafsirkan agar
tersebut, DIKPORA adalah lembaga yang
program menjadi pengarahan yang dapat
berfungsi sebagai penyusun, pelaksana,
diterima serta dapat dilaksanakan; c) aplikasi
pemberi fasilitas, dan evaluasi pendidikan.
berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
Sudah seharusnya membuat suatu kebijakan,
pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang
yang responsif gender, untuk kelancaran dan
disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan
terlaksanannya sebuah program dan kegiatan
program. Implementasi kebijakan pendidikan
pemahaman mengenai gender perlu
merupakan proses yang tidak hanya
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 7

sekirannya disamakan persepsi mengenai lembaga perencanaan, pelaksanaan,


gender, dan pengerusutamaannya. pemantauan dan evaluasi (Riant Nugroho,
2008: 59-60). Hanya saja ketika berbicara
Konsep gender, yakni suatu sifat yang
mengenai isi dan substansinnya tentang
melekat pada kaum laki-laki maupun
pengarusutamaan gender masih banyak yang
perempuan yang dikonstruksi secara sosial
rancu dalam memahaminya, bahkan tidak
maupun kultural (Fakih Mansour, 2007: 8).
mengerti hal tersebut.
Gender adalah perbedaan antara perempuan
dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, Keputusan program kebijakan yang
perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial telah diambil sebagai alternatif pemecahan
dan budaya setempat. Dalam Women’s masalah harus diimplementasikan. Pada tahap
studies Encyclopedia dijelaskan bahwa implementasi ini sebagai kepentingan akan
gender adalah suatu konsep kultural yang saling bersaing. Beberapa implementasi
berupaya membuat pembedaan (distinction) kebijakan mendapat dukungan para
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan pelaksana, namun beberapa yang lain
karakteristik emosional antara laki-laki dan mungkin akan ditentang oleh pelaksana.
perempuan yang berkembang dalam Menurut Van Meter dan Van Horn
masyarakat. dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan
yang dilakukan oleh individu, pejabat atau
Pegawai Dinas sudah memahami
kelompok pemerintah yang diarahkan kepada
tentang gender sebatas tidak membedakan
pencapaian tujuan kebijakan yang telah
antara laki-laki dan perempuan baik pada
ditentukan terlebih dahulu. Yakni usaha untuk
domain pekerjaan masing-masing, tanpa
mentransformasikan keputusan kedalam
adanya diskriminasi keduannya. Hal ini
istilah operasional, maupun usaha
menunjukkan bahwa pegawai dinas mengerti
berkelanjutan untuk mencapai perubahan
pengertian gender. Namun untuk memahami
besar dan kecil yang diamanatkan oleh
pengarusutamaan gender mengenai isi dan
keputusan kebijakan. Proses
substansinya mereka masih merasa bingung
mengimplementasikan suatu kebijakan
dan sulit untuk menjelaskan.
terdapat beberapa pengaruh dalam

Gender mainstreaming merupakan melaksanakannya diantaranya adalah

upaya untuk memasukkan atau pendekatan struktural, Pendekatan prosedural

mengintegrasikan kebijakan gender kedalam dan manajerial, Pendekatan perilaku,

organisasi dan lembaga pelaksana dan pendekatan politik. (Arif Rohman, 2012: 107-

penyelenggara di keempat tahapan 114)

manajemen pembangunan yang


Implementasi PUG di kantor sudah
berkesinambungan yaitu organisasi dan
terlaksana dengan baik, dengan tidak adannya
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 8

diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, DIKPORA melalui program dan kegiatan
terlihat pada penyediaan sarana dan prasarana sudah terlaksana, walaupun tidak semua
yang sensitif gender seperti adannya meja melaksanakan hal tersebut. Seperti yang
bagi perempuan maupun laki-laki yang dilakukan oleh Seksi SMA, dengan analisis
depannya tertutup, dengan tujuan agar tidak program beasiswa rapus dan retrieval yang
terlihat saat duduk sembarangan, jumlah telah terlaksana pada tahun 2011 sampai
pegawai antara laki-laki dan perempuan tahun 2013. Namun sampai sekarang tidak
DIKPORA telah seimbang, karena jumlah ada kelanjutan dari program tersebut karena
laki-laki 84 orang dan perempuan 83 orang, keterbatasan kemampuan, waktu, dana, dan
penempatan jabatan bagi perempuan masih banyaknya kegiatan dan tugas kerja yang
terlihat sangat kurang jika dilihat dari jumlah harus dilaksanakan pegawai dikantor setiap
perempuan dari seluruh pegawai DIKPORA. hari.
Adanya organisasi DHARMAWANITA dan
Upaya implementasi pengarusutamaan
pengajian ibu-ibu pegawai kantor yang
gender lainnya yaitu Seperti beberapa
diadakan secara berkala. Hanya saja media
kegiatan yang dilaksanakan oleh Seksi.
komunikasi dan informasi masih belum
DIKMAS, Bidang PNFI yang memang telah
optimal berjalan, karena baru beberapa kali
ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekretariat
para pegawai Dinas disosialisasikan
gender, untuk melaksanakan segala program
mengenai gender, dan pengarusutamaannya.
dan kegiatan yang berhubungan dengan
Media seperti leaflat, brosure dan media
pengerusutamaan gender pendidikan di DIY.
komunikasinya yang lain tidak ada di kantor
Beberapa yang dilakukan oleh Seksi
dinas. Dikarenakan tidak adanya program
DIKMAS, segala kendala dan evaluasi telah
maupun kegiatan secara khusus yang
disusun pelaporan yang diberikan ke
menangani tentang gender di lingkungan
pemerintah. Kegiatan yang terkait
kantor DIKPORA maka tidak terlihat
pelaksanaan PUG seperti Sosialisasi,
aktivitas yang terlalu mencolok dan
pengembangan, pertemuan rutin pokja,
menyimpang dalam melakukan aktivitas
monitoring, evaliuasi, dan pelaporan di biayai
sehari-hari. Hampir semua kegiatan dan
oleh APBN dan kegiatan pengembangan PUG
ketugasan dilaksanakan dengan sebaik-
DIY berupa sosialisasi bahan ajar responsive
baiknya, bahkan para pegawai jika
gender dibiayai oleh APBD. Hal ini
mendapatkan tugas, dapat melembur disaat
menunjukkan bahwa peran gender budgeting
hari libur, tidak memandang pekerjaan baik
daerah dan pusat sangat berpengaruh pada
domain perempuan atau laki-laki.
kebelangsungan terlaksannya program PUG
Pengimplementasian PUG melalui tersebut.
integrasi program pada setiap Sub. Bagian di
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 9

Kendali atas keberlangsungan dari program dengan tujuan kebijakan dan


pengintegrasian PUG tersebut sangat penting lain-lain. (M.Grindle dalam Arif
pemerintah terkait untuk melakukan analisis Rohman, 2012: 108)
gender, dan membuat suatu kegiatan dan
Pendekatan perilaku meletakkan
program berwawasan gender, agar
dasar semua orientasi dari kegiatan
keoptimalan suatu program dapat diperbaiki
implemenatsai kebijakan pada perilaku
melalui SDM yang baik. Dan
manusia sebagai pelaksana, bukan pada
keberlangsungan pembangunan daerah
organisasinya sebagaimana pendekatan
menjadi perhatian pemerintah terutama pada
struktural atau pada teknik manajemenya
level grass root dan stakeholder sangat
sebagaimana pendekatan prosedural dan
berperan penting dalam upayanya mencapai
manajemen.
MDG’s di negeri ini.

Pendekatan perilaku ini berasumsi


Secara umum pembagian kerja antara
bahwa upaya implementasi kebijakan
laki-laki dan perempuan tidak dibedakan.
yang baik adalah bila perilaku manusia
Pembagian pekerjaan dilakukan berdasarkan
beserta segala sikapnya juga harus
kompetensi mereka masing-masing, dan tugas
dipertimbangkan dan dipengaruhi agar
pokok yang diberikan. Semua jenis ketugasan
proses implementasi tersebut dapat
dikontruk berdasarkan visi-misi Dinas,
berlangsung baik. Beberapa orang pelaku
beserta surat edaran dari pemerintah yang
pelaksanaanya merasa pasif dan sedikit
kemudian dikomunikasikan kesetiap bidang
acuh, penyebab terjadinya penolakan
yang bersangkutan untuk melaksanakan
karena adanya kekhawatiran terhadap
program dan kegiatan tersebut.
perubahan yang berkaitan dengan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat implementasi, dan kurangnya
Implementasi Kebijakan PUG implementasi kebijakan juga disebabkan
a. Faktor Pendukung oleh kekurangan informasi yang
diterimannya berkenaan dengan
Proses implementasi mencakup
kebijakan tersebut. Terlebih informasi
tugas-tugas membentuk suatu ikatan
yang didapatkannya masih setengah-
yang memungkinkan arah suatu
setengah dan bersifat menyesatkan
kebijakan dapat direalisasikan sebagai
sehingga memungkinkan terjadinya
hasil dari aktivitas pemerintah. Seperti
misinformasi atau misinterpretasi. (Arif
tugas mengarahkan sasaran obyek,
Rohman, 2012: 110-114)
penggunaan dana, ketepatan waktu,
memanfaatkan organisasi pelaksana, Beberapa hal yang mendukung
partisipasi masyarakat, kesesuaian terlaksananya PUG di DIKPORA dan
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 1
0
Instansi lainnya adalah adanya kesadaran sesuai tugas pokoknya. Sehingga
seluruh pegawai bahwa tentang waktu untuk menganalsis tersebut
kesetaraan gender perlu dan tidak ada, keterbatasan para pegawai
dikedepankan. Hal lain terkait motivasi menjadi kendala utamannya, dan
kerja di kantor, dan faktor dari seharusnya dapat dilakukan sosialisasi
lingkungan kerja sangat berperan dalam atau workshop dari pihak terkait
sebuah tim kerja yang baik, hubungan mengenai hal tersebut
antar pegawai, dan kerjasama yang bagus
2) Faktor Rumusan
telah terlaksana dengan baik. Kegiatan
Pentingnya komitmen para
evaluasi program di beberapa sub.
pemimpin baik dari kalangan kepala
Bagian dilaksanakan perminggu, bulan
daerah dan kepala dinas masing-
dan tahun. Sehingga mengetahui ukuran
masing dan pemangku kepentingan
dan tingkat keberhasilan suatu program
untuk lebih berpartisipatif dalam
tersebut. Sikap kekeluargaan di kantor
PUG. Kurangnya data yang
ditunjukkan dengan liburan bersama
memperlihatkan disparitas dan
keluarga para pegawai, budaya salaman
kesenjangan gender di lingkungan
setiap bertemu dengan pegawai, dan
DIKPORA
keakraban antar pegawai.

3) Faktor Sistem
b. Faktor P enghambat
Sosialisasi yang belum
Setiap implementasi suatu menyeluruh kepada lingkungan pokja
kebijakan pasti ditemui segala urusan gender dan satuan pendidikan karena
yang membuat suatu program dan terbentur anggaran dan waktu. Baru
kegiatan tersebut tidak dapat berjalan beberapa kali dilakukan sosialisasi di
sesuai dengan harapan. Di dalam lingkungan Kantor DIKPORA,
pelaksanaan dan integrasi program PUG sehingga upaya untuk menyamakan
di DIKPORA dari kajian ini diketahui persepsi mengenai gender masih
hal-hal yang menjadi hambatan dalam dirasa kurang sekali. Kemampuan dari
rangka meningkatkan pengarusutamaan para pegawai dalam melakukan dan
gender anatara lain adalah membuat program terkait gender juga
akan berpengaruh pada
1) Faktor Personil
keberlangsungan pelaksanaan PUG.
Terdapat kesulitan dalam
Kurangnya dukungan dana untuk
menganalisis program karena
melaksanakan kegiatan. Kajian ini
keterbatasan ilmu dan waktu, semua
juga menyimpulkan bahwa pemda
pegawai melakukan tugas kantor
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 11

belum memilki pemahaman yang program dan kegiatan, secara umum dapat
sama tentang kebijakan PUG. dikategorikan kurang baik. Berdasarkan TAP
MPR Nomor II Tahun 2000, instrument
SIMPULAN DAN SARAN
kebijakan pemerintah “Instruksi Presiden” tidak
Simpulan termasuk dalam urutan perundang-undangan,
1. Implementasi Kebijakan PUG di DIKPORA sehingga tidak mengikat dikalangan pengambil
Berdasarkan dari hasil penelitian dan keputusan baik dipemerintah pusat maupun
pembahasan yang telah dilakukan dapat daerah.
disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
PUG di DIKPORA dapat dikategorikan kurang
Adapun faktor pendukung terlaksananya
optimal, karena masih banyak Sub Bagian dan
PUG di DIKPORA adalah kesadaran seluruh
seksi di kantor yang belum mengintegrasikan
pegawai bahwa tentang kesetaraan gender perlu
PUG kedalam setiap program dan kegiatannya.
dan dikedepankan, hal terkait motivasi kerja
Dua diantaranya yang telah melaksanakan
dikantor, hubungan antar pegawai yang solit
adalah Sub bagian PNFI dan DIKMENTI .
dalam melaksankan tugas di kantor, sikap
Masih relatif terbatasnya pemahaman kekeluargaan dikantor ditunjukkan dengan
para staff, termasuk anggota tim vocal point keakraban antar pegawai dan keluarga masing-
tentang signifikansi pengarusutamaan gender masing pegawai.
sebagai rujukan dalam menetapkan kebijakan
Adapun faktor penghambat
dan program di lingkungan DIKPORA. Hal ini
terlaksananya implementasi program kebijakan
belum adanya komitmen yang baik dari pejabat
PUG DIKPORA yaitu masih belum seluruhnya
pengambil keputusan untuk
Sub. Bagian dan Seksi di DIKPORA
pengimplementasikan kebijakan PUG.
mengintegrasikan pengarusutamaan gender
Implementasi dalam penetapan jabatan kedalam program dan kegiatan di seluruh bagian
struktural dan fungsional masih terlihat belum DIKPORA, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas
setara anara laki-laki dan perempuan, yang SDM atau faktor personil yang belum
ditandai dengan rendahnya presentase sepenuhnya memahami pengarusutamaan
perempuan yang menduduki jabatan apabila gender, cara untuk menganalisis setiap bagian
dibandingkan dengan laki-laki, terutama pada kegiatan yang ada sehingga perlu diadakannya
level pejabat pengambil keputusan (Eselon I dan pelatihan dan workshop mengenai analisis
II). program yang berwawasan gender, kurangnya
data yang memperlihatkan disparitas dan
Oleh sebab itu, implementasi PUG
kesenjangan gender di lingkungan DIKPORA
berdasarkan pengisian jabatan struktural,
dikarenakan kurangnya wawasan PUG
penyusunan kebijakan, dan pelaksanalan
dikalangan pegawai. Faktor rumusan dari para
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 1
2
stakeholder yang kurang berpsartisipatif dalam ke dalam program dan kegiatan yang ada di
pelaksanaan PUG, faktor sistem juga ikut andil Dinas.
serta dalam implementasi kebijakan karena 6. Implementasi kebijakan pengarusutamaan
anggaran setiap sub bagian lebih diutamakan gender tidak sepenuhnya memerlukan
untuk pelaksanaan program dan kegiatan terkait anggaran dalam proses
TUPOKSI. pengimplementasiannya, karena dapat
dilakukan dengan menganalisis program
Saran
ataupun kegiatan, yang telah ada di kantor
1. Perlu dilakukan orientasi dan pelatihan
Dinas dengan ilmu pengetahuan dan
tentang PUG khususnya bagi pejabat
pemahaman masing-masing pegawai
pengambil keputusan, untuk meningkatkan
mengenai PUG, sehingga pengintegrasian
pemahaman dan komitmen terhadap
PUG dapat dilakukan secara optimal tanpa
kebijakan PUG sehingga kebijakan yang
harus mengeluarkan banyak biaya dan
dikeluarkan nantinya lebih responsif
pelaksanaannya dikontrol, dievaluasi
gender.
bersama, sehingga dapat tercapai tujuan
2. Perlu menyempurnakan keanggotaan Tim
PUG Nasional.
Focal Point yang ada. Diharapakan
mempunyai komitmen bersama dan fokus
program dan kegiatan yang jelas, serta dapat
meningkatkan koordinasi antar focal point
masing-masing.
3. Anggaran yang disediakan masing-masing
Sub. Bagian sangat terbatas, sehingga yang
tersedia lebih diprioritaskan bagi
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinnya.
4. Perlunya meningkatkan kemampuan staff
dan pejabat sehingga dari segi kualitas dan
kuantitas tidak jauh tertinggal dengan laki-
laki untuk menduduki suatu keseimbangan
kualitas jabatan yang lebih tinggi. Hal ini
bisa melalui pendidikan formal, ataupun
pelatihan-pelatihan.
5. Perlunya diadakan workshop dan sosialisasi
mengenai gender dan pengarusutamaannya,
serta bagaimana cara mengimplementasikan
Implementasi Kebijakan, Pengarusutamaan .... (Dina Intan Lusita P) 13

WKIPEDIA. (2014). Pengarusutamaan Gender.


DAFTAR PUSTAKA
Diakses tanggal 23 Mei 2014 pukul
08:18 WIB. dari http://id.wikipedia.org/
Arif Rohman. (2012). Kebijakan Pendidikan: wiki/Pengarusutamaan_gender,
Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
.
Bappenas. (2000). Intstruksi Presiden Rpublik
Indonesia Nomor Sembilan Tahun 2000
Tentang Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan Nasional Presiden
Republik Indonesia. Diakses dari
http://www.bappenas.go.id/files/8613/
5229/8462/inpresno9th2000__20120409
103627__3504__1.pdf. diunduh pada
hari Selasa 24 Desember 2013, jam 20.49
WIB.
Darmadji. (2010). Studi Kebijakan Tentang
Kesenjangan Gender di Bidang
Pendidikan. Diakses dari
http://widyagama.ac.id/pertanian/wp-
content/uploads/2013/06/jurnalG.pdf.
diunduh dari pada hari Selasa
24Desember 2013, Jam 20.41 WIB.

Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data


Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode- metode baru.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Mansour Fakih. (2008). Analisis Gender &


Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

PERMENDIKNAS. (2010). Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun
2008 : Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender Bidang
Pendidikan. Diakses dari
http://suaidinmath.files.wordpress.com/
2013/10/4-permendiknas-gender-84-
tahun-2008.pdf. diunduh pada hari
Kamis, 26 Desember 2013, pukul 15:04
WIB).

Riant Nugroho. (2008). Gender dan Strategi


Pengarus-utamaannya Di Indonesia.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi Tahun 2014 1
4

Anda mungkin juga menyukai