KEPERAWATAN GERONTIK
DISUSUN OLEH
:
3. Gloriani Sendana
Makassar,29 Oktober
2021
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. KESIMPULAN ....................................................................
B. SARAN ....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
alamiah dan dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk
hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-
kekurangan yang menyolok dan hal tersebut bisa terjadi karena beberapa
faktor antara lain lansia yang bekerja, lansia yang malnutrisi dan lain-lain.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan lansia secara nyata dalam pemenuhan kebutuhan Eliminasi
pada lansia.
C. Batasan Penulisan
Pada pembuatan makalah ini kelompok membatasi pada
pembahasan kebutuhan Eliminasi pada lansia menggunakan tinjauan teori
tentang pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN ELIMNASI
1. Pengertian
Merupakan proses pembuangan “waste product” (sisa metabolisme) dari
urine dan faeces.
2. Etiologi
a. Gangguan Eliminasi Urin
1) Intake cairan
2) Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
3) Aktivitas
4) Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus
otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan
kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah
merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang
lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal
ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh
5) Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur
urethra
6) Infeksi
7) Kehamilan
8) Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
9) Trauma sumsum tulang belakang
10)Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,
urethra.
11)Umur
12)Penggunaan obat-obatan
3. Proses Eliminasi
a. Pada eliminasi bowel
1.) Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan
sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi
penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
2.) Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadang-
kadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul
konstipasi. Konstipasi dapat juga terjadi karena tidak
mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan
latihan fisik.
3.) Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari
penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar
dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga
sulit untuk mengunyah.
4.) Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan
untuk mengunyah/menelan.
5.) Kadang lupa dalam konsumsi makanan.
6.) Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan
penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A,
D, E, K).
7.) Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak
biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :
a.) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
b.) Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.
8.) Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa,
kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.
b. Eliminasi urine
Terdapat sejumlah alasan terjadinya inkontinensia, baik yang
disebabkan oleh semua faktor diatas maupun masalah klinis yang
berhubungan. Alasan utama pada lansia adalah adanya
“ketidakstabilan kandung kemih”. Beberapa kerusakan persyarafan
mengakibatkan seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot
kandung kemih secara efektif (otot detrusor) dan mungkin juga
dipersulit oleh masalah lain, seperti keterbatasan gerak/konfusi.
Keinginan untuk miksi datang cepat dan sangat mendesak pada
seseorang sehingga penderita tidak sampai pergi ke toilet, akibatnya
terjadi inkontinensia, kejadian yang sama mungkin dialami pada saat
tidur.
Pada wanita, kelemahan otot spingter pada outlet sampai
kandung kemih seringkali disebabkan oleh kelahiran multipel sehinga
pengeluaran urine dari kandung kemih tidak mampu dicegah selama
masa peningkatan tekanan pada kandung kemih. Adanya tekanan di
dalam abdomen seperti bersin, batuk, atau saat latihan juga
merupakan faktor konstribusi.
Pembesaran kelenjar prostat pada pria adalah penyebab yang
paling umum terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih.
Kondisi ini menyebabkan inkontinensia karena adanya mekanisme
overflow, namun inkontinensia ini dapat juga di sebabkan oleh
adanya obstruksi yang berakibat konstipasi dan juga adanya massa
maligna (cancer) dalam pelvis yang dialami oleh pria dan wanita.
Akibat dari obstruksi, tonus kandung kemih akan menghilang
sehingga disebut kandung kemih atonik. Kandung kemih yang
kondisinya penuh gagal berkotraksi akan tetapi kemudian
menyebabkan overflow, sehingga terjadi inkontinensia.
6. Tanda da Gejala
a. Tanda Gangguan Eliminasi urin
1) Retensi Urin
o Ketidak nyamanan daerah pubis.
o Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
o Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
o Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
o Ketidaksanggupan untuk berkemih
2) Inkontinensia urin
pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di
WC
pasien sering mengompol
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a Eliminasi urine
1.) Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik
amonia.
Pada overhidrasi hampir tidak berwarna
2. Intervensi
a. Eliminasi Urine
1.) Cukupkan cairan masuk 2000-3000
ml/hari.
2.) Cegah terjadinya inkontinensia :
a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.
b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk
mencegah jatuh.
c) Observasi jumlah urin
d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.
b. Eliminasi Bowel
1.) Berikan sikap fowler waktu makan
2.) Pertahankan keasaman lambung.
3.) Berikan makanan yang tidak membentuk gas
4.) Cukup cairan
3. Untuk mencegah sembelit/konstipasi.
a. Awasi kecukupan cairan dalam diit.
b. Dorong untuk melakukan aktivitas
c. Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.
d. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal
e. Berikan kecukupan konsumsi serat.
f. Ajarkan latihan kegel.
g. Ajarkan latihan perut.
h. Atur waktu makan dan minum.
i. Atur jumlah makan dan minum.
j. Berikan laxatif jika perlu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. DIARE ( D. 0020 )
Defenisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk.
Penyebab :
a) Fisiologis
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) Malabsorpsi
b) Psikologis
1) Kecemasan
2) Tingkat stress tinggi
c) Situasional
1) Terpapar kontaminan
2) Terpapar toksin
3) Penyalahgunaan laksatif
4) Penyalahgunaan zat
5) Program pengobatan ( agen tiroid, analgesic,
pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine, dan
antibiotic )
6) Perubahan air dan makanan
7) Bakteri pada air
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
1) Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
2) Feses lembek atau cair
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif :
1) Urgency
2) Nyeri/ kram abdomen
b) Objektif :
1) Frekuensi peristaltic meningkat
2) Bising usus hiperaktif
TERAPEUTIK
1) Berikan asupan cairan
oral (mis. Larutam
garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena
(mis. RL, Ringer
asetat), jika perlu
4) Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
5) Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu
EDUKASI
1) Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
2) Anjurkan menghindari
makanan berbentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
3) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
KOLABORASI
1) Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Papaverin, ekstak
belladonna,
mebeverine)
2) Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(mis. Atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
PEMANTAUAN CAIRAN ( I.
03121)
OBSERVASI
1) Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2) Monitor frekuensi napas
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor berat badan
5) Monitor waktu pengisian
kapiler
6) Monitor elastisitas atau
turgor kulit
7) Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
8) Minitor kadar albumin
dan protein total
9) Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
10)Monitor intake-output
cairan
11)Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia (mis.
Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, TD menurun,
tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urin menurun,
hematocrit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
12)Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis.
Dyspnea, edema
perifer, edema
anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, reflex
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
13)Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal
TERAPEUTIK
1) Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan
EDUKASI
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
2. KONSTISIPASI ( D. 0049 )
Defenisi : Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran
feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak.
Penyebab :
a) Fisiologis
1) Penurunan motilitas gastrointestinal
2) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3) Ketidakcukupan diet
4) Ketidakcukupan asupan serat
5) Ketidakcukupan asupan cairan
6) Aganglionik (mis. Penyakit hisprung)
7) Kelemahan otot abdomen
b) Psikologis
1) Konfusi
2) Depresi
3) Gangguan emosional
c) Situasional
1) Perubahan kebiasaan makan (mis. Jenis makanan,
jadwal makan)
2) Ketidakadekuatan toileting
3) Aktivitas fisik harian kurang dari yang di anjurkan
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Efek agen farmakologis
6) Ketidakteraturan menahan dorongan defekasi
7) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8) Perubahan lingkungan
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
1) Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
2) Pengeluaran feses lama dan sulit
b) Objektif
1) Feses keras
2) Peristaltic usus menurun
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif :
1) Mengejan saat defekasi
b) Objektif :
1) Distensi abdomen
2) Kelemahan umum
3) Teraba massa pada rektal
KOLABORASI
1) Kolaborasi
pemberian obat
supositoria anal, jika
perlu.
MANAJEMEN
KONSTISIPASI
OBSERVASI
1) Periksa tanda dan
gejala konstisipasi
2) Periksa pergerakan
usus, karakteristik
feses ( konsistensi,
bentuk, volume, dan
warna.
3) Identifikasi factor
risiko konstisipasi
(mis. Obat-obatan,
tirah baring, dan diet
rendah serat)
4) Monitor tanda dan
gejala rupture usus
dan/atau peritonitis.
TERAPEUTIK
1) Anjurkan diet tinggi
serat
2) Lakukan masase
abdomen, jika perlu.
3) Lakukan evakuasi
feses secara
manual, jika perlu.
4) Berikan enema, atau
irigasi, jika perlu.
EDUKASI
1) Jelaskan etiologi
masalah dan alasan
tindakan
2) Anjurkan
peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi.
3) Latih buang air
besar secara teratur
4) Ajarkan cara
mengatasi
konstisipasi/impaksi
KOLABORASI
1) Konsultasi dengan
tim medis tentang
penurunan /
peningkatan
frekuensi suara usus
2) Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar, jika perlu.
3. INKONTINENSIA ALVI / FEKAL ( D. 0041)
Defenisi : Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal
yang di tandai dengan pengeluaran feses secara involunter ( tidak
disadari )
Penyebab :
1) Kerusakan susunan saraf motoric bawah
2) Penurunan tonus otot
3) Gangguan kognitif
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rectum
6) Pascaoperasi pulltrough dan penutupan kolosomi
7) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
8) Diare kronis
9) Stress berlebihan
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif :
1) Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
2) Tidak mampu menunda defekasi
b) Objektif
1) Feses keluar sedikit-sedikit dan sering
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
1) Bau feses
2) Kulit perianal kemerahan
EDUKASI
1) Anjurkan
mengkomsumsi
makanan tertentu,
sesuai program atau
hasil konsultasi
2) Anjurkan asupan
cairan yang adekuat
sesuai kebutuhan
3) Anjurkan olahraga
sesuai toleransi
KOLABORASI
1) Kolaborasi
penggunaan
supositori, jika perlu.
PERAWATAN
INKONTINENSIA FEKAL ( I.
04162 )
OBSERVASI
1) Identifikasi penyebab
inkontinesia fekal baik
fisik maupun
psikologis (mis.
Gangguan saraf
motoric bawah,
penurunan tonus otot,
gangguan sfingter
rectum, diare kronis,
gangguan kognitif,
stress berlebihan )
2) Identifikasi perubahan
frekuensi defekasi dan
konsistensi feses
3) Monitor kondisi kulit
perianal
4) Monitor keadekuatan
evakuasi feses
5) Monitor diet dan
kebutuhan cairan
6) Monitor efek samping
pemberian obat
TERAPEUTIK
1) Bersihkan daerah
perianal dengan
sabun dan air
2) Jaga kebersihan
tempat tidur dan
pakaian
3) Laksanakan program
latihan usus (bowel
training), jika perlu
4) Jadwalkan BAB di
tempat tidur, jika perlu
5) Berikan celana
pelindung/pembalut/po
pok, sesuai
kebutuhan.
6) Hindari makanan yang
menyebabkan diare.
EDUKASI
1) Jelaskan defenisi,
jenis inkontinensia,
penyebab
inkontinensia fekal
2) Anjurkan mencatat
karakteristik feses
KOLABORASI
1) Kolaborasi pemberian
obat diare (mis.
Loperamide, atropine)
Subjektif :
Objektif :
(Tidak tersedia)
Subjektif :
Objektif :
(Tidak tersedia)
a) Cedera kepala
b) Trauma
c) Tumor
d) Infeksi medulla spinalis
e) Fistula saluran kemih
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Faktor usia juga mempengaruhi terjadinya gangguan pila elimansi pada
lansia karena terjadi penurunan kemampuan peristaltik usus dalam
mencerna makanan.Intake cairan dan konsumsi gizi makanan yang tidak
seimbang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pola
eliminasi.Untuk mengatasi masalah gangguan pola eliminasi pada lansi
dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
pentingnya konsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang. Pada
lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan masukan cairan secara
bertahap.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Samosir, Nova Relida dan Yulia Tetra Ilona. 2019. Pengaruh Pemberian
Senam Kegel Untuk Menurunkan Derajat Inkontinensia Urin Pada Lansia.