LAPORAN RESMI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
ASISTEN ACARA:
CANDRA ARIEF MAHARDIKA
JABATIO PRIMI ZAKARIA
ASISTEN KELOMPOK:
VERONIKA DIAN P.
YOGYAKARTA
MARET
2021
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
A. Langkah-langkah dan Parameter yang Dideskripsi dalam Pengamatan Konoskop
Persiapan pengamatan mineral secara konoskopik tidak berbeda jauh dari persiapan
pengamatan mineral dengan mikroskop polarisasi. Tentu letak perbedaan utamanya pada
pengamatan secara konoskopik terdapat pada bagian lensa Amici-Bertrand yang
digunakan dengan perbesaran 40x oleh lensa objektif.
Berikut adalah ilustrasi kenampakan suatu mineral yang siap diamati secara konoskopik
di mana terdapat tiga komponen gambar interfensi yang akan dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menentukan parameter yang akan dideskripsi pada suatu mineral, yakni
melatop, isogir, dan gelang warna
Meja objek diputar untuk dilihat perubahan kenampakan pada isogir yang nantinya akan
menunjukkan karakteristik khusus yang mencirikan suatu mineral memiliki sumbu optik
uniaxial atau biaxial
Penentuan gambar interfensi ditujukan untuk mengetahui posisi atau lebih tepatnya
kesejajaran atau ketegaklurusan sayatan terhadap suatu sumbu kristal atau sumbu optik
lainnya. Hal ini dilakukan segera setelah mengetahui mineral yang diamati termasuk
uniaxial atau biaxial dengan terus memutar meja objek putar selagi memperhatikan
perubahan bentuk isogir yang ditampilkan setiap satuan sudut putaran tertentu
Ketika sayatan tegak lurus dengan salah satu sumbu optik serta miring terhadap sumbu
optik yang lain dan Bxa
Ketika sayatan tegak lurus dengan Bxa dan memotong kedua sumbu optik
Ketika hubungan sayatan dengan sumbu optik, Bxa, dan Bxo tidak memenuhi kondisi di
atas
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
3. Penentuan Tanda Optik
Tanda optik pada suatu sayatan mineral menandakan kecenderungan orientasi bidang
sayatan dengan memanfaatkan fenomena adisi dan substraksi warna pada daerah sayatan
yang terbagi oleh isogir yang menjadi 2 atau lebih bagian tergantung sumbu optik
mineralnya untuk menentukan arah dari sinar cepat dan sinar lambat. Tanda optik
dinyatakan dalam tanda +ve atau -ve
Pada mineral uniaxial, terdapat symbol epsilon yang mewakili sinar yang bergetar pada
bidang yang mengandung sumbu c dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda, dan
juga omega yang mewakili sinar yang bergetar pada bidang tegak dengan sumbu c
dengan kecepatan sama ke segala arah,
nε <nω maka – ve
Untuk menentukan tanda optik sayatan mineral uniaxial dalam pengamatan, pertama-
tama perlu untuk menentukan kuadran yang akan diamati lalu amati warna daerah dekat
melatop pada kuadrat yang sedang diamati, kemudian amati perubahan warna yang
terjadi di setiap kuadran setelah dimasukkan keping gips. Tanda optik ditentukan setelah
membandingkan posisi sinar lambat dan cepat dengan perubahan warna.
Untuk menentukan tanda optik pada sayatan biaxial, gambar interfensi perlu diposisikan
sehingga terlihat isogir yang membagi daerah cekung (dalam) dan cembung (luar). Sama
seperti untuk sayatan uniaxial, sayatan biaxial akan dimasukkan keping gips untuk
melihat perubahan warna khususnya pada daerah cembung atau cekung isogir. Jika
bagian cekung isogir mengalami substraksi, maka itu artinya sinar lambat (Z) sejajar
dengan Bxa sehingga didapat tanda optik +ve. Sebaliknya, jika bagian cekung isogir
mengalami adisi, maka tanda optik yang didapat adalah -ve.
Penentuan sudut optik dilakukan dengan membandingkan gambar interfensi sumbu optik
yang membentuk 2 buah (atau satu) huruf v yang saling bertolak belakang dengan
ilustrasi bentuk isogir menurut Phillips (1971) (dalam Judith el.al., 1981, halaman 257)
yang berarti pengamatan ini hanya dapat dilakukan pada sayatan mineral biaxial.
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jika kedua isogir (atau 1) terlihat (jelas) dalam medan pandang, sayatan diposisikan dari
0 (berbentuk cross) hingga 315 (nampak pola V) pada harga nonius dengan memutar
meja objek. Kemudian kenampakan isogir dibandingkan dengan diagram Phillips untuk
ditentukannya besar sudut optik kristal (2V) dengan memperhatikan jarak kedua melatop
sebagai patokan besar sudut 2V
Tetapi jika kedua isogir menghilang dari medan pandang atau ketika posisi sayatan tegak
lurus dengan Bxo, penentuan besar sudut 2V dilakukan dengan menggantikan harga
nonius sebagai x saat sayatan dalam posisi 0 di meja objek, lalu y sebagai harga nonius
saat isogit terletak di tepi medan pandang atau lebih tepatnya bagian cekung tepat
besinggungan dengan batas medan pandang. Selisih x dan y disimbolkan dengan δ. Besar
sudut V dibaca dari titik perpotongan lengkung “Kamb” (dari Judith et.al., 1981, halaman
276) dengan garis horizontal harga δ yang kemudian dikalikan dengan 2. Jika besar sudut
2V (hasil perhitungan) melebihi 90o , perlu dikurangi dengan 180o dalam kurung mutlak
untuk memperoleh nilai besar sudut lancip 2V yang tepat.
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
BORANG PRAKTIKUM MINERALOGI OPTIK
ACARA : PENGAMATAN SECARA KONOSKOPIK
No :1
Nama : Microcline
Kode Peraga : FKM-315
Sumber: https://youtu.be/891wz5xvqI4
-ve, ditunjukkan dengan adisi warna pada bagian cekung isogir yang artinya sinar cepat
(X) sejajar dengan Bxa
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
4. Penentuan Sudut Optis (untuk biaxial)
Daftar Pustaka
Asistensi Praktikum Mineral Optik. 2021. Modul Mineral Optik-Acara III, Sifat-sifat
Optis Mineral dalam Pengamatan Cross Polarized Light. Yogyakarta: Kementrian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Universitas Gadjah Mada, FTK, Dep. Teknik
Geologi, Lab. Geologi Optik
Asistensi Praktikum Mineral Optik. 2021. Modul Mineral Optik-Acara IV, Pengamatan
Mineral Secara Konoskopik. Yogyakarta: Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Universitas Gadjah Mada, FTK, Dep. Teknik Geologi, Lab. Geologi Optik