Anda di halaman 1dari 5

I.

MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM


A. Maksud

Mengetahui peran data geokimia dalam menentukan jenis fluida panas bumi beserta
genesanya, pendugaan suhu reservoir, dan pembuatan model hidrogeologi sistem panas bumi.

B. Tujuan
1. Melakukan pendugaan jenis dan genesa fluida panas bumi berdasarkan sifat fisik,
sifat kimia, dan data geokimia fluida
2. Melakukan penghitungan geotermometri
3. Menggambarkan model hidrogeologi sistem panas bumi

II. PERHITUNGAN NORMALISASI DAN PLOTTING JENIS


FLUIDA

Tabel Data Geokimia Mataair Panas

Mataair Na K Ca Mg Cl SO4 HCO3 SiO2


T°C pH
Panas (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
Bima 41,9 8,35 336,61 2,27 566,01 1,13 1412,51 0,79 16,47 33,47
Arjuna 42,6 7,77 191,3 31,58 77,25 54,76 86,67 1,21 885,53 159,64
Sadewa 39,5 7,03 384,18 40,71 152,11 120,95 639,34 0 982 137,17
Nakula 87,2 2,43 18,58 10,08 68,13 11,33 2,64 996,12 0 226,16

A. Tabel Normalisasi Konsentrasi Anion

Mataair Konsentrasi
Anion Normalisasi
Panas (mg/L)

Cl 1412,51 98,8
Bima
SO4 0,79 0,1

HCO3 16,47 1,2

Cl 86,67 8,9
Arjuna
SO4 1,21 0,1
HCO3 885,53 91,0

Cl 639,34 39,4
Sadewa
SO4 0 -

HCO3 982 60,6

Cl 2,64 0,3
Nakula
SO4 996,12 99,7

HCO3 0 -

Contoh Perhitungan Normalisasi Konsentrasi Anion

*Mataair Panas Bima

[𝐶𝑙− ] 1412,51
[𝐶𝑙 − ] = = (1412,51+0,79+16,47) ≈ 98,7 %
([𝐶𝑙− ]+[𝑆𝑂42− ]+[𝐻𝐶𝑂3− ])

[𝑆𝑂42− ] 0,79
[𝑆𝑂42− ] = = (1412,51+0,79+16,47) ≈ 0,1 %
([𝐶𝑙− ]+[𝑆𝑂42− ]+[𝐻𝐶𝑂3− ])

[𝐻𝐶𝑂3− ] 16,47
[𝐻𝐶𝑂3− ] = = (1412,51+0,79+16,47) ≈ 1,2 %
([𝐶𝑙− ]+[𝑆𝑂42− ]+[𝐻𝐶𝑂3− ])

B. Plotting Jenis Fluida


III. PERHITUNGAN DAN PLOTTING GEOTERMOMETRI

Untuk analisis geotermometri, dipilih kolam mataair panas manifestasi panas bumi Bima atas
dasar nilai kandungan ion klorida yang tinggi, di mana fluida pada mataair panas tersebut
dominan pada sistem panas bumi vulkanogenik yang sudah matang secara geokimia dan
menggambarkan asal fluida dari reservoir yang dalam.

A. Perhitungan Geotermometri

Tabel Data Geokimia Mataair Panas Bima (Na, K, Mg, dan SiO2)

Na K Mg SiO2
Na/10 Normalisasi Normalisasi Normalisasi
(mg/L (mg/ K/100 (mg/ √Mg (mg/
00 Na/1000 K/100 √Mg
) L) L) L)
336,6 0,336 0,022 1,0630 33,4
1 61 23,67 2,27 7 1,60 1,13 15 74,74 7

Geotermometri Silika (no steam loss)

1309 1309
𝑇 = 5,19−log ([𝑆𝑖𝑂 − 273,15 = 5,19−log(33,47) − 273,15 ≈ 83,98 ℃
2 ])

Geotermometri Na-K (Giggenbach, 1988)

1309 1309
𝑇= [𝑁𝑎+ ]
− 273,15 = 336,61 − 273,15 ≈ 60,68 ℃
1,75+log ( + ) 1,75+log( )
[𝐾 ] 2,27

B. Plotting Ternary Diagram Geotermometri Na-K dan K-Mg

Normalisasi Na/1000, K/100, dan √Mg

𝑁𝑎
𝑁𝑎 1000 0,33661
= 𝑁𝑎 𝐾 = 0,33661+0,0227+1,0630 ≈ 23,67 %
1000 + +√𝑀𝑔
1000 100

𝐾
𝐾 100 0,0227
= 𝑁𝑎 𝐾 = 0,33661+0,0227+1,0630 ≈ 1,60 %
100 + +√𝑀𝑔
1000 100

√𝑀𝑔 1,0630
√𝑀𝑔 = 𝑁𝑎 𝐾 = 0,33661+0,0227+1,0630 ≈ 74,74 %
+ +√𝑀𝑔
1000 100

Ternary Diagram Geotermometri


IV. MODEL HIDROLOGI LAPANGAN X

Zona Sulfat Zona Klorida Zona Klorida-Bikarbonat

Nakula Bima Sadewa Arjuna

Clay seal

Zona Upflow Zona Outflow Muka air laut

100 °C
150 °C Zona uap Separasi dua-fase
200 °C
Brine
primer Recharge air meteorik
Outflow brine lateral
250 °C

V. INTERPRETASI

Menggunakan diagram klasifikasi jenis fluida triangular (Giggenbach, 1991), dari keempat
kolam mataair panas Lapangan X, didapat 3 kelompok jenis fluida. Di mana mataair Nakula
tergolong sebagai stream-heated waters, lalu mataair Bima sebagai mature waters, serta
sisanya, mataair Arjuna dan Sadewa yang tergolong sebagai peripheral waters. Klasifikasi ini
didasarkan sepenuhnya pada data konsentrasi anion klorida, sulfat, dan bikarbonat, di mana
komposisi fluida dapat dihubungkan dengan karakteristik genesa manifestasi. Contohnya
seperti mataair Nakula yang kaya akan sulfat mencirikan lingkungan upflow suatu sistem panas
bumi, di mana mataair di permukaan merupakan percampuran fluida berupa uap panas yang
kaya akan asam sulfat dengan material lempung yang terbawa melalui terobosan lapisan sealing
batuan lempung. Diperkirakan mataair Nakula memiliki kemiripan dengan mud-pool.

Ada pula zona perairan peripheral, yang dicirikan oleh kehadiran ion bikarbonat tinggi.
Maka diperkirakan mataair Arjuna dan Sadewa berasosiasi dengan air bikarbonat dan terletak
pada tepi sistem panas bumi, yang artinya pembentukan ion bikarbonat dihasilkan dari interaksi
fluida hidrotermal dengan batuan karbonat pada daerah yang mengarah ke pesisir.

Lalu untuk mataair Bima digolongkan sebagai mature waters karena hadirnya ion klorida
yang melimpah sebagai hasil dari air tanah yang bercampur dengan aliran fluida hidrotermal
yang membawa senyawa seperti NaCl, yang juga berlaku sebagai agen penetral nilai pH,
menjelaskan perubahan drastis nilai pH dari mataair Nakula ke mataair Bima. Atas dasar
penggolongan jenis fluida ini juga yang menjadikan data mataair Bima sebagai objek fokus
dalam analisis geotermometri.

Berdasarkan komposisi ion Na, K, dan Mg, serta SiO2 mataair Bima, dilakukan
penghitungan persamaan geotermometer yang digunakan untuk memperkirakan temperatur
reservoir, menggunakan persamaan yang sesuai untuk suhu mataair yang dibawah 100 °C,
yakni no steam loss, dan persamaan geotermometer untuk ion Na-K-Mg oleh Giggenbach
(1988), lalu dibandingkan dengan plotting pada ternary diagram geotermometri menggunakan
data ion Na, K, dan Mg, sehingga didapat nilai suhu yang mewakili proses kesetimbangan di
dalam reservoir dan proses kesetimbangan di dekat permukaan masing- masing 84-85 °C dan
60-65 °C. Hasil ini menempatkan mataair Bima pada golongan Partly equilibrated or mixed
yang artinya mataair sudah mencapai kesetimbangan.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan data geokimia, dibuat model sistem panas bumi Lapangan X
yang terbagi menjadi 2 zona umum, masing-masing Zona Upflow, yang terdiri dari Zona
Sulfat yang terwujudkan sebagai steam-heated waters, lalu Zona Outflow, yang terdiri dari
Zona Klorida yang berupa mature waters dan Zona Klorida-bikarbonat yang berupa
peripheral waters.

Meskipun tidak tinggi, nilai suhu geotermometer dari data mataair panas Bima sudah
cukup menggambarkan temperatur reservoir dan tergolong mencapai kesetimbangan parsial
atau campuran.

Anda mungkin juga menyukai