Anda di halaman 1dari 33

Makalah

“KONSEP SPESIASI“

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi Oleh Dosen Pengampuh Ibu Dr.
Frida Maryati Yusuf, M.Pd)

Rahman Pobela
(431419025)

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Dengan ini Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Evolusi dengan judul
“KONSEP SPESIASI”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, 15 Maret 2021

Rahman Pobela

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Spesies dan Spesiasi................................................................5
2.2 Syarat Terjadinya Spesiassi.......................................................................6
2.3 Pengaruh Utama Spesiasi..........................................................................11
2.4 Mekanisme Spesiasi..................................................................................13
2.5 Model-Model Spesiasi...............................................................................14
2.6 Perbedaan Spesiasi Alotropik, Paratrik,dan Simpatrik..............................15
2.7 Mekanisme Isolasi Spesies........................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan yang
berangsurangsur menuju kearah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori
evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup.
Pemikiran tentang teori evolusi terus berkembang seiring dengan perubahan
zaman. Pada masa evolusi modern konsep evolusi dikembangkan dengan
tinjauan struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa
ada mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa
pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup.
Seperti diketahui bahwa keanekaragaman muncul melalui cladogenesis.
Cladogenesis merupakan bentuk penyimpangan dari perbedaan genetic dari
nenek moyangnya. Perbedaan genetic ini disebabkan karena adanya variasi
genetic dalam satu keturunan. Variasi ini sebagai hasil meiosis dan
rekombinasi pada fertilisasi organisme. Jadi fertilisasi organisme merupakan
factor yang sangat penting dalam proses terjadinya variasi ini. Pindah silang,
translokasi, dan aberasi kromosom merupakan rekombinasi selanjutnya.
Semakin bervariasi, semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam
arti semakin banyak spesies baru yang bermunculan.
Spesies merupakan unit dasar dalam pengklasifikasian makhluk hidup.
Terbentuknya beberapa spesies baru yang berasal dari satu nenek moyang
disebut dengan spesiasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka di susunlah
makalah yang berjudul “Spesiasi”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan spesies dan spesiasi ?
2. Apa syarat terjadinya spesiasi ?
3. Bagaimana pengaru utama spesiasi ?
4. Bagaimana mekanisme spesiasi ?
5. Bagaimana model-model spesiasi ?
6. Bagaimana perbedaan spesiasi alotropik, paratrik, dan simpatrik ?

3
7. Bagaimana mekanisme isolasi spesiasi ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian spesies dan spesiasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui syarat terjadinya spesiasi
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pengaruh utama spesiasi
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme spesiasi
5. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana moel-model spesiasi
6. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perbedaan spesiasi alotropik,
paratrik, dan simpatrik
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme isolasi spesies.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Spesies dan Spesiasi
Biologi mengenal dua arti pokok spesies yaitu konsep spesies reproduktif
dan morfologi (atau fenetik). Menurut konsep spesies reproduktif, spesies
adalah komunitas organisme yang bisa kawin satu sama lain, suatu individu
termasuk dalam spesies yang anggota-anggotanya berhasil bereproduksi
dengannya. Jadi satu definisi spesies yang umum diketahui menurut Ernst
Mayr, spesies adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual maupun
potensial bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari
kelompok lain. Menurut konsep morfologis, spesies didefinisikan menurut ciri
penampilannya. Individu dalam alam masuk ke dalam kategori tersendiri
berdasarkan perangkat fenotipnya, kriteria keanggotaan suatu spesies menurut
konsep morfologis cukup dengan melihat persamaan ciri anggota yang lain
dalam spesies yang bersangkutan.
Jika spesies merupakan satuan-satuan yang secara artifisial dipertemukan
dalam alam, seperti yang dikehendaki oleh nominalisme, maka setiap
organisme yang hidup (dari setiap spesies) harus bisa saling kawin dengan
organisme hidup lain yang berjenis kelamin berbeda, atau setidak-tidaknya
harus ada perubahan bertahap, manakala saling kawin menjadi semakin
kurang efisien dengan semakin jauhnya jarak individu. Namun hal ini tidaklah
benar dalam alam. Organisme hidup benar-benar terjadi dalam satuan-satuan
yang cukup jelas berdiri sendirisendiri yang didalamnya mereka bisa saling
kawin dengan efisiensi yang hampir sama dan yang diluar itu mereka jarang
sekali kawin.
Sedangkan Spesies menurut Ernst Meyer adalah kelompok populasi
alamiah yang secara aktual maupun potensial bisa saling kawin, dan kelompok
ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok lain.
Dalam sejumlah referensi menyatakan bahwa dalam membicarakan
spesiasi (terbentuknya spesies baru) akan dititiktolakkan pada spesiasi
divergen, yaitu satu nenek moyang berkembang menjadi lebih dari satu

5
spesies keturunan, selama mereka berevolusi terjadi penyimpangan yang
sangat besar.
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan
sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah
yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan
kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami
spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat
pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang
sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka
waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing
berkembang menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan
perkawinan yang menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru
(spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi,
dan perubahan genetika.
2.2 Syarat Terjadinya Spesiassi
1. Adanya perubahan lingkungan

6
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan massal
di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau akibat
pergesaran benua, dan 5 proses-proses lainnya menyebabkan perubahan
global yang menyebabkan timbulnya kepunahan massal di muka bumi.
Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong yang dalam
waktu lama relung-relung tersebut baru terisi. Apabila tidak ada relung
yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu spesies untuk mengalami proses
spesiasi.
2. Adanya relung (niche) yang kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme.
Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal akan
menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan relung-relung
baru terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang. Apabila relung
tersebut kosong (tidak ada organisme yang menempatinya), maka akan ada
banyak organisme yang berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba mengisi relung
yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung ditentukan oleh
seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
2.3 Pengaruh Utaama Spesiasi
Pengadopsian hewan /tumbuhan dari kehidupan liar ke kehidupan sehari
hari manusia. Dalam arti yang sederhana domestikasi merupakan proses
penjinakan. Yang dilakukn terhadap hewan liar. Perbedaanya, penjinakan
lebih pad individu, sedangkan domestikasi melibatkan populasi, seperti
seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan) serta perubahan perilaku dari suatu
organisme
1. Isolasi Geografi

7
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam
proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari
spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di
dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga
menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga 6 dikemukakan oleh
Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan
suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan
bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme
yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu
danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil
dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang
semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan
bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan
makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya
masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami
penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai
frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi
dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis
(genetic drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi
kecil dengan membentuk koloni baru (Widodo dkk, 2003). Suatu
penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan
terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang
berbeda.

8
2. Isolasi Reproduksi
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya
faktor geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki
potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai
satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda
secara genetis, sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung
lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat
tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah.
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena
adanya pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan
akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak
ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang
menjadikan kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai
tempat yang berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi
mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap
alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam
keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu
isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar
(eksternal barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus

9
untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut
dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu
hidup pada tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami
perubahan pada perbedaanperbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan
mereka. Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-
batas daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga
setiap spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini
terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara
spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies
ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship
(percumbuan) dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada
perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan
mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku
sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan
jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam
menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan perkawinan
terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen
perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di
mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan
aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat
tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua
jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk
mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:

10
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan.
Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada
proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang
spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon
merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon
dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu
betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak
individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon
mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan
adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu
jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya
feromon tersebut.
3) Isolasi Musim
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim,
atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan
singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius
ini tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim
panas dan S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di

11
musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketiga spesies
ini berbunga pada hari yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka
diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005).
Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara
dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah
satu pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada
Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi
terjadinya perkawinan spesies dalam subfamili yang sama. Pada tumbuhan
isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil
yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman
sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat
diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan
kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti
spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ
betina karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan
mengalami kematian sebelum mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya
pada persilangan Drosophila virilis dan D. americana, sperma segera
berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila
tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga
yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak
akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya
mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel
sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum
dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida

12
itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan
fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang
sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi
keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakan kawin
silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil,
tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies
induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul.
Sebagai contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan
hibrid yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika
keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi
tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan
yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami
sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik
yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid
yang steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid
antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid
(hibrid antara zebra dan kuda).

13
2.4 Mekanisme Spesiasi
a. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah
satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat
akibat perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan
sosial seperti emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian mengalami
perbedaan genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan selektif yang
berbeda atau secara independen mereka menjalani pergeseran genetik. Ketika
populasi kembali ke dalam kontak, mereka telah berkembamg dan tidak lagi
mampu bertukar gen. Pulau genetika, kecenderungan kecil, kolam genetik
terisolasi untuk menghasilkan sifat-sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam
beberapa keadaan, termasuk kepulauan dan perubahan radikal di kalangan
tertentu di pulau yang terkenal, seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir
setelah melahirkan ekspresi modern teori evolusi, setelah diamati oleh Charles
Darwin. Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter
dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang
terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan
perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang
berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan
interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang
(divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi
interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi
gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas di benua Australia
dan mempunyai suatu populasi yang sedikit berbeda yaitu A. Ewingi.
Penjelasan yang masuk akal adalah selama peristiwa pleistocene glaciation,
ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu Tasmania dan
membedakan ke dalam A. ewingi yang terisolasi oleh suatu periode glacial,
mungkin telah ada A. pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik
misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah
pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau

14
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam
hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu contoh allopatric speciation
lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis) di bagian barat
Amerika Utara. Hubungan kompleks antar ras ular Thamnophis. Di dalam
kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila, aquaticus, dan atratus
membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies allopatric yang melakukan
interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup
pada waktu sama dengan hammondii tanpa interbreeding. Lebih dari itu,
hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus jika mereka bertem, tetapi
biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota kelompok terestrial,
yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan kelompok akuatik dan
tidak melakukan interbreed. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah
pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi
geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan penguatan.
Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit mekanisme spesiasi di
mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003).
Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.

b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik

15
dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang
akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat
berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi
baru berpisah dari populasi induk akan tetapi masih berada di area mengarah
ke terbentuknya evolusi. c. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk
asli. Hal ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi kecil sering
mengalami kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk memainkan peran
penting dalam spesiasi peripatric contoh yang teramati adalah isolasi
reproduksi terjadi pada populasi subjek Drosophila terhadap penduduk, varian
dari nyamuk Culex pipiens yang masuk di London. Spesiasi parapatric adalah
dua zona populasi divergen yang terpisah tetapi saling tumpang tindih. Hanya
ada pemisahan parsial yang terjadi oleh geografi, sehingga individu-individu
dari setiap spesies bisa masuk dalam kontak atau saling terhalang dari waktu
ke waktu, tetapi keutuhan dapat mengurangi heterozigot yang mengarah ke
seleksi alam untuk perilaku atau mekanisme yang mencegah
perkembangbiakan antara kedua spesies. Ekologi mengacu pada spesiasi
parapatric dan peripatric dalam hal relung ekologi. Semua berguna untuk
spesies baru yang akan sukses. Contoh yang teramati spesies burung camar
disekitar Kutub Utara. Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang
berdekatan atau parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan
cukupnya seleksi pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi
reproduktif, populasi dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara
reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona
bastar yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder
sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik). Di dalam spesiasi
parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi
berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin
dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam cakupan

16
populasi yang berbeda. Individu lebih mungkin untuk kawin dengan
tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan. Di dalam
gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam
populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan
populasi. Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis
Anthoxanthum odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model
spesiasi stasipatrik dari White (1968, 1978 dalam Widodo, 2003:55). White
mengamati belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang
luas berbeda dalam konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa
suatu aberasi kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul dalam suatu
populasi dan memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-
expanding zona bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan
tingkat kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi
tidak dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam
populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak
dapat diterima secara luas.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan
pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan
spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang masih diperebutkan.
Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi sympatric dalam
kenyataan adalah spesiasi mikroallopatric atau heteropatric. Contoh yang
diterima secara luas sebagian besar spesiasi sympatric adalah bahwa dari
Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur, yang diperkirakan karena seleksi
seksual. Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme
yang sering dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan
beberapa di sympatry. Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi dari
tanaman induknya, sehingga peningkatan jumlah kromosom tidak dapat
mengakibatkan penghentian lengkap terhadap aliran gen antara poliploidi baru

17
dengan diploid orang tua mereka (lihat juga spesiasi hibrida). Poliploidi
diamati di banyak spesies kedua tumbuhan dan hewan. Bahkan, telah
diusulkan bahwa semua tanaman yang ada dan sebagian besar pada hewan,
poliploid tersebut telah mengalami suatu kejadian polyploidization dalam
sejarah evolusi mereka. Namun, seringkali oleh reproduksi partenogenesis
sejak hewan poliploid sering steril, contohnya mamalia poliploid diketahui,
dan paling sering mengakibatkan kematian perinatal. Model spesiasi simpatrik
meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model spesiasi
simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi spontan dan
spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar antara dua spesies
diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi reproduktif dari
tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross mempunyai proporsi
aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan
interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak
pada poliploidi. Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan
isolasi 16 reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses
bereproduksi, kecuali jika ada perkawinan inbreeding (perkawinan dalam
keluarga yang membawa mutasi baru). Pada hewan secara umum perkawinan
inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan Chaicidoidea
(Hymenoptera) itu biasa terjadi. Keanekaragaman spesies yang tinggi di dalam
kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew, 1968 dalam
Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat dekat
pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene
flow) menjadi semakin efektif. Model-model spesiasi simpatrik didasarkan
pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti ketika dua homozigot
pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga
herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1
dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing

18
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara
assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan
heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan
adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong
serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat
ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin
hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari
terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora
yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang,
terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin. Contoh
simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang
pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan
spesies Amerika (Spartina alternaflora). Benih dari spesies Amerika terselip di
pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad
ke-19. Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan
akhirnya menghasilkan 17 spesies keiga (Spartina anglica), yang secara
morfologi berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies
tetuanya, berkembang sebagai suatu allopoliploid. Jumlah kromosom
konsisten dengan mekanisme spesiasi ini. Untuk S. Maritima, 2n=60,
S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru itu, S.anglica, 2n=122. Sejak
awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan menyumbat muara sebagai
gulma. Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi hewan. Masing-masing
spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu, yang kawin dan
meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang
menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda akan
memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi
tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut.
Suatu polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif dapat
menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49).

19
2.5 Model-Model Spesiasi
Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu:
a. Spesiasi Allopatrik
Kata Allopatrik berasal dari bahasa latin allos yang artinya berbeda, dan
patria yang artinya daerah asal (Starr dan Taggart, 1984: 492). Odum (1993,
297- 298) menyatakan bahwa pengertian alopatrik adalah spesies-spesies yang
terdapat di daerah-daerah geografis yang berlainan (atau dipisahkan oleh
adanya barier ruang). Spesiasi allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang
terjadi melalui pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek
moyang bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul
dikarenakan spesiasi allopatrik ini. Proses spesiasi allopatrik didahului oleh
pemisahan suatu populasi menjadi dua group (subpopulasi) yang dikarenakan
adanya barier ruang. Selanjutnya kedua subpopulasi tersebut akan menempuh
rute evolusi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya
dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan lainnya pada
akhirnya. Sehingga pada saat kedua subpopulasi tersebut bertemu kembali di
suatu wilayah, mereka tidak dapat melakukan perkawinan (tidak dapat
melakukan pertukaran gen-gen) (Wallace, 1992: 266).
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan
keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi
dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas
rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut
Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari
satu nenek moyang burung yang sama.

20
b. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.
Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan
perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis
Anthoxanthum odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model
spesiasi stasipatrik dari White. White mengamati belalang tanpa sayap, suatu
populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam konfigurasi
kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom–
mekanisme isolasi parsialmuncul dalam suatu populasi dan memperluas
cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona bastar. Tetapi
suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk
mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat meningkatkan
frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam populasi yang sangat terbatas atau
kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak dapat diterima secara luas.
c. Spesiasi Simpatrik

21
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Di
mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu
dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu
tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian
dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid yaitu
kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina maritima
dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya
serangga Rhagoletis sp.
Spesiasi jenis ini cukup kontroversial karena spesiasi terjadi pada habitat
yg sama. Ernst Mayr salah satu tokoh evolusi yg terkenal menolak hipotesis
jenis ini. namun bukti2 empiris telah mematahkan skeptis atas model ini.
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan
pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan
spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang masih diperebutkan.
Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi sympatric dalam
kenyataan adalah spesiasi mikro-allopatric atau heteropatric. Contoh yang
diterima secara luas sebagian besar spesiasi sympatric adalah bahwa dari
Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur, yang diperkirakan karena seleksi
seksual.
Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme yang
sering dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan beberapa
di sympatry. Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi dari tanaman
induknya, sehingga peningkatan jumlah kromosom tidak dapat mengakibatkan
penghentian lengkap terhadap aliran gen antara poliploidi baru dengan diploid
orang tua mereka (lihat juga spesiasi hibrida). Poliploidi diamati di banyak
spesies kedua tumbuhan dan hewan. Bahkan, telah diusulkan bahwa semua

22
tanaman yang ada dan sebagian besar pada hewan, poliploid tersebut telah
mengalami suatu kejadian polyploidization dalam sejarah evolusi mereka.
Namun, seringkali oleh reproduksi partenogenesis sejak hewan poliploid
sering steril, contohnya mamalia poliploid diketahui, dan paling sering
mengakibatkan kematian perinatal.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar
isolasi reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid
dapat muncul, tetapi tidak pada poliploidi. Mutasi tunggal atau perubahan
kromosom menimbulkan isolasi reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak
akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada perkawinan inbreeding
(perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru). Pada hewan secara
umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan
Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi. Keanekaragaman spesies yang
tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang
berkerabat dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan
bukan pada lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi
berlangsung secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus
gen (gene flow) menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
21 teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu
multipleniche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip
AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip
AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing homozigot ingin
mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan

23
genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak
fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat
mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih
inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan
kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2,
perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/
isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies
yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin. Contoh simpatrik yaitu spesies
baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang pantai Inggris selatan
pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang diturunkan
dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina
alternaflora). Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat kapal dan tidak
sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19. Tumbuhan
pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya menghasilkan
spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan terisolasi
secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai suatu
allopoliploid. Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru itu,
S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan
menyumbat muara sebagai gulma. Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam
evolusi hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies
tawon tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu
perubahan genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara
yang berbeda akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru
ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan
evolusioner lebih lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama dengan
perkawinan asortatif dapat menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all,
2000:49).

24
2.6 Perbedaan Spesiasi Altropik, Paratrik, dan Simpatrik
Model Spesiasi Allotropik Pembentukan jenis baru yang terjadi melalui
pemisahan populasipopulasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam
geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi
allopatrik ini. Model spesiasi alopatrik dapat dibuktikan melalui studi variasi
geografi, Contoh dari spesies yang mengalami spesiasi allopatrik adalah
burungburung finche s di kepulauan Galapagos.
Model Spesiasi Paratrik Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang
dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut
terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada
populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat
melakukan perkawinan (pertukaran gen), Model spesiasi parapatrik adanya isolasi
reproduktif, Contoh: munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena
munculnya pul gen baru akibat spesiasi alopatrik.
Model Spesiasi Simpatrik Terbentuknya jenis baru yang terjadi karena
tinggal/terdapat pada daerah yang sama. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan yang
dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan mudah Model
Spesiasi simpatrik meliputi gradual dan spontan, Contoh: 2 burung kicau
(Nuthatches) yang memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam hal morfologi
sehingga mereka dapat dibedakan dengan mudah.

25
2.7 Mekaanisme Isolasi
Mekanisme Isolasi menurut Futuyama (1981) dalam bukunya Evolutionary
Biologi adalah karakteristik biologi yang menyebabkan spesies simpatrik (yang
menempati daerah geografi yang sama atau saling menutup dengan daerah
persebaran geografi) tetap bertahan (eksis), misalnya mempertahankan gene pool
yang terbatas. Istilah ini mungkin kurang menguntungkan karena pola ini meliputi
pencegahan interbreeding (pembiakan dengan spesies yang berbeda) yang mana
sering kali menjadi kasus yang sering muncul.
1. Macam Mekanisme Isolasi
a. Premating Isolating
Premating Isolating Mechanisme adalah upaya mencegah gamet bertemu untuk
membentuk zigot (mencegah persilangan). Premating Isolating Mechanisme
kadang-kadang memiliki dasar ekologis seperti pada spesies Spadefoot toads
(Scphiopus) yang jarang bertemu karena perbedaan tipe tempat hidup dan pada
parasit yang bertemu pada spesies inang yang berbeda. Spesies bisa saja terisolasi
24 hanya sementara saja, seperti pada tumbuhan yang mempunyai musim
berbunga yang berbeda atau serangga bertemu pada waktu yang berbeda pada
malam hari. Meskipun isolasi ekologis dan temporal (sementara) pada spesies
simpatrik tidak lengkap, mereka biasanya tidak melakukan interbreed
(persilangan) karena karena kondisi fisiologis atau bentuk perilaku (Levin 1978).
Hewan yang menyerbukkan tanaman yang berbeda dalam bentuk dan warna
bunga yang justru menarik hewan yang berbeda.
b. Postmating Isolation
Postmating Isolation adalah mekanisme yang mengurangi keberhasilan
persilangan.
2. Klasifikasi Mekanisme Isolasi
a. Isolasi Geografi
Menurut pendapat Campbel dalam buku evolusi molekuler (Riyanto,2012:116)
mengemukakan bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi
menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan
secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat

26
menempati dataran rendah, suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung sendiri-sendiri. Seiring
dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan mati berbeda sebab
masing-masing menjalani evolusi dengan cara masingmasing. Hampir semua para
ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar faktor yang mencegah persilangan
adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi yang semula continue
dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan hambatan bagi
penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak mungkin
memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka selanjutnya
akan terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem populasi yang
terpisah itu semakin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan
caranya masing-masing.
b. Isolasi Reproduksi
Isolasi reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang
sama tidak mampu melakukan perkawinan. Isolasi reproduksi dapat di bedakan
menjadi isolasi prazigot dan poszigot.
1. Isolasi Prazigot
Isolasi prazigot adalah isolasi yang menyebabkan dua spesies tidak dapat kawin
yang meliputi:
a. Isolasi Ekologi, apabila dua spesies simpartik yang terdapat disuatu daerah
masing-masing menempati habitat yang berbeda. Contoh : katak pohon kawin
didanau yang tidak permanen (kubangan) sedangkan katak banten kawin didanau
atau badan air permanen yang lebih besar.
b. Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki
pemasakan kelamin yang berbeda. Contoh : masa kawin lalat buah drosophila
pseudoobscura pada sore hari sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada
pagi hari.
c. Isolasi Tingkah Laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk
morfologi alat kelamin yang berbeda pada saat kawin. Contoh : pada berbagai
jenis ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan jantan berbeda.

27
d. Isolasi Mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet jantan
yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina. (viabilitas adalah
kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah dikeluarkan oleh organ
reproduksi jantung). Contoh : tanaman sage hitam memiliki bunga kecil yang
hanya dapat diserbukan oleh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih
yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbukan oleh lebah
besar.
e. Isolasi Gamet, menghalangi terjadinya pembuahan akibat susunan kimiawi dan
melekul yang berbeda antara dua sel gamet. Contoh : pada ikan, telur ikan yang
dikeluarkan di air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput
sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat melekul sel
26 sprema dari spesies yang sama.
2. Isolasi Poszigot
Isolasi poszigot terjadi jika isolasi prazigot gagal. Isolasi ini menghalangi
berkembangnya zigot atau jika zigot telah terbentuk akan menjadi organisme
mandul. Isolasi poszigot meliputi:
a.Hibrid
Embrio yang terbentuk dari dua spesies yang berbeda akan gugur, disebabkan
gen-gen dari kedua induk yang berbeda tidak dapat bekerja sama mendorong
mekanisme membentuk embrio normal.
b. Hibrid Mandul
Hibrid mandul terjadi jika induk memiliki jumlah kromosom yang berbeda,
sehingga sinapsis/pasangan kromosom homolog dalam meiosis tidak terjadi.
c.Hibrid Pecah
Kadang-kadang hibrid berkembang subur dan dapat menghasilkan generasi F2
dari persilangan antara dua hibrid atau hibrid dengan galur induk. Filial-filial (F2)
yang dihasilkan tersebut dinamakan hybrid pecah.
c. Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal barier),
suatu ketika mempunyai karakter yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan
meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik.

28
Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada,
mereka dapat mengalami pada perbedaaan-perbedaan genetik yang dapat tetap
memisahkan mereka. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang
mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang alami. Misalnya, pada
pohon Plantus occidentalis yang terdapat di Timur laut Tengah, kedua spesies ini
dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini
terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak dapat terjadi (Riyanto,
dalam Waluyo,2005:119).
d. Isolasi Poliplodi
Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
(genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut
sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk
menghasilkan organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi. Organisme
hidup pada umumnya memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap
hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n). Namun demikian,
sejumlah organisme pada tahap yang sama memiliki lebih dari sepasang set.
Gejala semacam ini dinamakan poliploidi (dari bahasa Yunani yang artinya
berganda). Organisme dengan kondisi demikian disebut poliploid. Tipe poliploid
dinamakan tergantung banyaknya set kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid
(4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga ditemukan
hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia ditemukan pula
pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah, atau beberapa jenis
udang), dan juga fungi.
Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan
lingkungan ekstrem, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan
sel. Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya
perbanyakan vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas. Poliploidi buatan
dapat dilakukan dengan meniru yang terjadi di alam, atau dengan menggunakan
mutagen. Kolkisin adalah mutagen yang umum dipakai untuk keperluan ini.
Efeknya cepat diketahui dan aplikasinya mudah. Penggunaannya beresiko tinggi

29
karena kolkisin sangat karsinogenik. Poliploidi seringkali memberikan efek
dramatis dalam penampilan atau pewarisan sifat yang bisa positif atau negatif.
Tumbuhan secara umum bereaksi positif terhadap poliploidi. Tetraploid (misalnya
kentang) dan heksaploid (misalnya gandum) berukuran lebih besar (reaksi
"gigas", atau "raksasa") daripada leluhurnya yang diploid. Karena hasil panen
menjadi lebih tinggi, poliploidi dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman. Berbagai
kultivar tanaman hias (misalnya anggrek) dibuat dengan mengeksploitasi
poliploidi. Reaksi negatif terjadi terhadap kemampuan reproduksi, khususnya 28
pada poliploidi berbilangan ganjil, meskipun ukurannya membesar. Karena terjadi
ketidakseimbangan pasangan kromosom dalam meiosis, organisme dengan ploidi
ganjil biasanya mandul (steril). Pemuliaan tanaman, sekali lagi, mengeksploitasi
gejala ini. Karena mandul, semangka triploid tidak memiliki biji yang normal
(bijinya tidak berkembang normal atau terdegenerasi) dan dijual sebagai
"semangka tanpa biji". Penangkar tanaman hias menyukai tanaman triploid karena
biji tanaman ini tidak bisa ditumbuhkan sehingga konsumen harus membeli
tanaman dari si penangkar. Poliploidi pada mamalia biasanya berakhir dengan
kematian pralahir. Vertebrata tertentu, seperti salamander dan kadal, juga
memiliki "versi" poliploid. Cacing pipih, lintah, dan udang, dibantu dengan
perilaku partenogenesis, juga memiliki anggota yang poliploid. Pada tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbunga, poliploid mudah ditemukan baik terjadi secara
alami atau campur tangan manusia (baik sengaja maupun tidak) dalam proses
pemuliaannya.

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi adalah terbentuknya spesies baru
Syarat terjadinya spesiasi : adanya perubahan lingkungan, adanya relung
(niche) yang kosong, adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme.
Dua Pengaruh Utama Spesiasi: Isolasi Geografis, Isolasi Reproduksi.
Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
Spesiasi Allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang terjadi melalui
pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam
geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi
allopatrik ini.
Spesiasi Parapatrikn Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam
beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat
suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi
tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan
perkawinan (pertukaran gen).
Spesiasi Simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi karena
tinggal/terdapat pada daerah yang sama. Dalam hal ini perbedaanperbedaan yang
dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan mudah.
3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah Konsep Spesiasi, Saya sadar akan kodrat


manusia yang tak pernah luput dari kesalahan, maka dari itu untuk lebih
menyempurnakan penyusunan makalah kedepan, kami mengharapkan
pembaca bisa menambah wawasan dari penjelasan materi makalah ini dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA
Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan rekombinasi. Malang: UM.
Odum, Eugene. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM press
Soemarwoto, Idjah, dkk. 1988. Biologi Umum III.Jakarta: PT Gramedia.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM

32

Anda mungkin juga menyukai