Anda di halaman 1dari 473

HIMPUNAN

KAJIAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DAN


PENGADILAN NIAGA MENGENAI PERKARA
PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT

AMAH AG ING RI
£147.07
Ind
h P ro yek P em bin aan T e h n is Y u stisial
M ahkam ah A g u n g RI
2000
HIMPUNAN
KAJIAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DAN
PENGADILAN NIAGA MENGENAI PERKARA
PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT

Mi l i k
Perpustakaan
Mahkamah Agung - RI

U NT UK KALANGAN SEN DIRI

TIDAK DIPERIUAL BELIKAN

P U S L IT B A N G /D IK L A T
M A H K A M A H A G U N G RI
TAHUN 2000
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Himpunan kajian putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga


mengenai perkara permohonan pailit / nara sumber, Paulus Effendi
Lotulung, H. Eddy Djunaedi ; koordinator peneliti, H. Wildan Suyuthi
... [et al.]. —Jakarta : Puslitbang/Diklat Mahkamah Agung, 2000.
ix, 451 him. ; 16 x 23 cm.

ISBN 979-8512-25-1

1. Bangkrut - Undang-undang dan peraturan. I. Suyuthi, Wildan,


Haji.

346.078

Tanggal ; ....... r...,......... .


No. Induk ./..££•/..1.7...9.^.... *
No. Kias . .3.yl.L9±:.§^U L
Beli/Hadiah ; ........ .777.............
TIM PENELITIAN

Kajian Putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga


atas Perkara Permohonan Pernyataan Pailit

NARA SUMBER

• Prof. DR. Paulus Effendie Lotulung, SH.


• DR. H. Eddy Djunaedi, SH. MCJ.

KOORDINATOR PENELITIAN

• Drs. H. Wildan Suyuthi, SH.

ANGGOTA PENELITIAN

• Parwoto Wignyosumarto, SH.


• Ny. Hj. Sujatmi Soedarmoko, SH.
• I.G.K. Sukarata, SH.

PEMBANTU PENELITIAN

Ramli Sidik, SH.


SAMBUTAN
WAKIL KETUA MAHKAMAH AGUNG RI

Tanggal 20 Agustus 1998 adalah tanggal bersejarah bagi Lem­


baga Peradilan di Indonesia, karena pada tanggal tersebut diresmikan
pembentukan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pengadilan Niaga ini dibentuk guna memenuhi ketentuan Pasal 281
ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998.
Pengadilan Niaga bukanlah Lembaga Peradilan tersendiri, tetapi
hanyalah merupakan suatu Lembaga Pengadilan yang mempunyai
kewenangan khusus yaitu memeriksa dan memutuskan permohonan
pernyataan pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),
disamping kewenangannya untuk memeriksa dan memutuskan perkara
lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 280 Perpu No. 1 Tahun 1998 jo Undang-
undang No. 1 Tahun 1998). Dan untuk pertama kali, Pengadilan Niaga
dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dengan demikian
Pengadilan Niaga tetap berada di lingkungan Pengadilan Umum,
sehingga tidak menyimpang dari ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-
undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman yang telah diubah oleh Undang-undang No. 35 Tahun 1999.
Perkara permohonan pernyataan pailit semula diatur dalam
Undang-undang tentang Kepailitan (Staadsblad Tahun 1905 Nomor
217 juncto Staadsblad Tahun 1906 Nomor 348), akan te ta p i
berdasarkan Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang No. 4
Tahun 1998, perkara permohonan pernyataan pailit w ew enang
pemeriksaan dan pemutusannya menjadi kewenangan Pengadilan
Niaga. Tidak seperti sebelumnya yang menjadi kewenangan sem ua
Pengadilan Negeri tanpa kecuali.
Oleh karena itu adalah menarik perhatian dan perlu diberikan
ucapan selamat kepada Puslitbang/Diklat Mahkamah Agung RI yang
memberikan prioritas penelitian terhadap putusan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sampai tingkatan putusan
Mahkamah Agung. Dengan hasil penelitian berupa Kajian Putusan
Pengadilan Niaga disertai ringkasan/resume pertimbangan hukum,
diharapkan para Hakim tingkat pertama ataupun tingkat kasasi/
peninjauan kembali dapat mengevaluasi putusannya. Pengadilan Niaga
baru dibentuk pada tanggal 20 Agustus 1998, sedangkan Kajian
Putusan Pengadilan Niaga ini baru pada putusan awal 1999, karena
itu kemungkinan besar belum terdapat kesamaan pendapat tentang
suatu masalah perkara kepailitan. Namun demikian usaha penelitian
Puslitbang/Diklat ini dapat dijadikan pedoman awal bagi para Hakim,
utamanya para Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Medan, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang yang baru dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden RI tanggal 18 Agustus 1999, Nomor
97 Tahun 1999.
Selanjutnya diharapkan agar Puslitbang/Diklat dapat meneruskan
penelitian terhadap putusan-putusan Pengadilan Niaga lainnya,
sehingga akhirnya dapat disusun suatu yurisprudensi khususnya
Putusan Pengadilan Niaga. Dengan yurisprudensi ini maka tercapailah
kesatuan pendapat dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan Undang-
undang Kepailitan.

Jakarta, Agustus 2000

MAHKAMAH AGUNG RI
WAKIL KETUA

IV
f
I
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN/
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MAHKAMAH AGUNG RI

Assalamualaikum Wr.Wb.
Panitera/Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung RI dengan Surat
Keputusannya Nomor MA/Pansek/02A/SK/2000, telah membentuk Tim
Peneliti Modernisasi Manajemen Administrasi Perkara melalui Kompu­
terisasi, Hak Uji Materiil, Penyelesaian Sengketa Alternatif dan Kajian
Putusan Mahkamah Agung, Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan
Tingkat Pertama. Kepala Puslitbang/Diklat Mahkamah Agung RI telah
mendapat kepercayaan dan kesempatan dari Panitera/Sekretaris
Jenderal Mahkamah Agung RI untuk ditunjuk sebagai Penanggung-
jawab Penelitian tersebut.
Pada tahap pertama Puslitbang/Diklat melaksanakan penelitian
pada bidang Kajian Putusan Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung
RI. Penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana pembuka
wacana ataupun bahan pembuatan yurisprudensi selanjutnya. Pengadilan
Niaga bukan Badan Peradilan baru, tetapi termasuk lembaga peradilan
yang berada pada Lingkungan Peradilan Umum (Pasal 280 ayat (1 )
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1998 jo Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang tentang Kepailitan).
Hukum Acara Perdata Umum mengatur upaya hukum bagi p en ­
cari keadilan yang sudah menerima putusan Pengadilan Pertama yaitu
permohonan pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi dan Pemeriksa­
an Kasasi ke Mahkamah Agung RI. Sebagai upaya hukum luar biasa
diperkenankan mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap
putusan yang berkekuatan hukum tetap. Berbeda dengan Hukum
Acara Perdata Umum, maka dalam perkara perniagaan yang menjadi
yurisdiksi Pengadilan Niaga, Pasal 8 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun
1998 jo Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tidak mengenal upaya
hukum pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi, tetapi hanya upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung. Sehingga dalam praktek beracara
ternyata, para pencari keadilan memanfaatkan upaya hukum pemeriksa­
an permohonan Peninjauan Kembali (PK). Singkat kata terjadilah
proses pemeriksaan perkara pada tingkat Pengadilan Niaga, Mahkamah
Agung untuk tingkat kasasi dan permohonan PK.

v
Disamping Hukum Acaranya yang berbeda, ternyata hukum
materiilnya pun cukup menarik perhatian karena permohonan pailit
diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1998. Dari ketentuan Pasal tersebut, nampak
sederhana pembuktiannya tetapi dalam praktek ternyata timbul berba­
gai penafsiran tentang arti debitur, kreditur, utang, jatuh waktu dan da­
pat ditagih.
Atas dasar kenyataan tersebut Puslitbang/Diklat Mahkamah
Agung RI berusaha membuat kajian atas putusan perkara permohonan
pernyataan pailit yang telah diputus dalam tingkat permohonan PK,
dikaitkan dengan dalam tingkat kasasi dan tingkat pertama. Kajian ter­
sebut berupa ringkasan amar putusan dan pertimbangan hukum yang
diperkirakan menarik perhatian masyarakat hukum umumnya dan
Hakim khususnya beserta putusan selengkapnya.
Akhirnya terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang te­
lah membantu penyelesaian penelitian ini sehingga berbentuk buku ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Ka. Puslitbang/Diklat MA-RI


Selaku
^enanggungjawab Penelitian

VI

I
DAFTAR ISI

- Sambutan Wakil Ketua Mahkamah Agung R I.............................. iii


- Kata Pengantar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan/
Pendidikan dan Latihan Mahkamah Agung R I............................. v

- Daftar Isi......................................................................................... vii


1. • Surat Bukti Tertulis Baru........................................................ 1
• Induk Perusahaan (Parent Company) dan Anak Perusahaan
(■Subsidiary)............................................................................... 1
• Perkara Kepailitan: PT. Pacific International Finance............ 1
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 23 Maret 1999, Nomor 01 PK/N/19 9 9 ......... 4
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
13 Januari 1999, Nomor 05 K/N/19 9 8 ..................................... 13
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 18 November 1998, Nomor 14/Pailit/1998/PN.
Niaga/Jkt.Pst................................................................................... 23
2. • Fasitas Pinjaman untuk Menutup Kerugian Valas, bukan un­
tuk keperluan Transaksi Derivatif.................................................. 45
• Hak Kreditur Separatis untuk mengajukan permohonan
pernyataan Pailit............................................................................ 45
• Perkara Kepailitan : PT. Dharmala Agrifood Tbk..................... 45
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 6 April 1999, Nomor 02 PK/N/1999 ............ 50
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
25 Januari 1999, Nomor 07 K/N/19 9 8 .......................................... 74
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 7 Desember 1998, Nomor 16/Pailit/1998/PN.
Niaga/Jkt.Pst............................................................................. 1 02
3. • Suami Istri sebagai pihak dalam permohonan pernyataan
pailit............................................................................................... 119
• Perkara Kepailitan : Ny. Ir. Ira Chrysanty dan Sani Raharjo.... 119
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 6 April 1999, Nomor 03 PK/N/19 9 9 ................. 122
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
19 Februari 1999, Nomor 06 K/N/19 9 8 .................................. 134
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 27 November 1998, Nomor 13/Pailit/1998/PN.
Niaga/Jkt.Pst............................................................................. 144

vii
4. • Surat Gugatan Tidak Dapat Diterima Sebagai Alat Bukti
Adanya Kreditur lain................................................................ 159
• . Usaha Kerjasama (Joint Operation) Perusahaan Jasa Kon­
struksi tidak merupakan Badan Hukum Baru ........................ 159
• Perkara Kepailitan : PT. Hutama Karya.................................. 159
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 6 April 1999, Nomor 04 PK/N/19 9 9 ............ 163
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
23 Februari 1999, Nomor 01 K/N/19 9 9 .................................. 175
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 23 Desember 1998, Nomor 24/Pailit/1998/PN.
Niaga/JktPst............................................................................. 186
5. • Pengertian dan Maksud Utang.................................................. 193
• Perkara Kepailitan: PT. Jawa Barat Indah.............................. 193
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 14 Mei 1999, Nomor 05 PK/N/19 9 9 ........... 197
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tangga!
9 Maret 1999, Nomor 04 K/N/19 9 9 .................................... 211
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 13 Januari 1999, Nomor 27/Pailit/1998/PN.
Niaga/JktPst............................................................................. 220
6. • Hubungan Hukum Utang dan Pengertian Utang ..................... 233
• Perkara Kepailitan : PT. Modemland Realty Ltd...................... 233
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 14 Mei 1999, Nomor 06 PK/N/19 9 9 ............ 237
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
2 Desember 1998, Nomor 03 K/N/19 9 8 .................................. 246
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 12 Oktober 1998, Nomor 07/Pailit/1998/PN.
Niaga/JktPst............................................................................. 274
7. o Usaha Kerjasama (Joint Operation) antara Perusahaan Jasa
Konstruksi Asing dan Nasional................................................ 283
• Pengertian wajib memanggil debitur....................................... 283
• Perkara Kepailitan : Daito Kogyo Co. Ltd. dan PT. Bina
Baraga Utama Joint Operation................................................ 283
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 14 Mei 1999, Nomor 07 PK/N/19 9 9 ............ 286
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 14 Januari 1999, Nomor 30/Pailit/1998/PN.
Niaga/JktPst............................................................................. 299

viii
8. • Kewajiban/Prestasi yang seharusnya sudah dibayar oleh
debitur tetapi tidak dibayar oleh debitur adalah utang............ 311
• Penasehat Hukum harus memiliki izin praktek....................... 311
• Perkara Kepailitan : PT. Abdi Persada Nusantara.................. 311
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 27 Mei 1999, Nomor 08 PK/N/19 9 9 ........... 315
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
2 Maret 1999, Nomor 05 K/N/19 9 9 .................................... 332
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 12 Januari 1999, Nomor 29/Pailit/1998/PN.
Niaga/Jkt.Pst............................................................................. 351
9. • Jaminan yang diberikan oleh Holding Company tidak sebagai
Corporate Guarantor atau Guaranted Band, tetapi sebagai
Purchase Obligation ............................................................... 365
• Perkara Kepailitan : PT. Cakrawala Andalas Televisi............. 365
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 27 Mei 1999, Nomor 09 PK/N/19 9 9 ........... 368
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
23 Maret 1999, Nomor 06 K/N/19 9 9 ........................................ 386
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 28 Januari 1999, Nomor 01/Pailit/1999/PN.
Niaga/Jkt.Pst............................................................................. 401
10. • Penerimaan Permohonan Kasasi telah melampaui tenggang
waktu yang ditentukan........... ................................................. 423
• Perkara Kepailitan : PT. Dharmala Sakti Sejahtera................ 423
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Peninjauan
Kembali) tanggal 27 Mei 1999, Nomor 10 PK/N/1999 ............ 425
- Putusan Mahkamah Agung RI (Permohonan Kasasi) tanggal
12 April 1999, Nomor 08 K/N/1999 ......................................... 435
- Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, tanggal 15 Februari 1999, Nomor 07/Pailit/1999/PN.
Niaga/JktPst............................................................................. 451

IX
- Pasal 286 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 jo. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 perihal bukti tertu lis baru.
- Penjelasan Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas : P are nt company (Induk Perusahaan) mempunyai kedudukan hukum
yang berbeda (separate e n tity )
- Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1998 perihal azas pembuktian secara sederhana pada Pengadilan Niaga.

I . PERKARA KEPATUTAN : PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE


(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 01 P K /N /1999)

• Pihak berperkara :
- PT. Pacific International Finance : Pemohon Peninjauan Kembali/
Termohon Kasasi/Termohon
Pailit;
te rh a d a p :

- PT. Bank Ekspor Impor Indonesia : Termohon Peninjauan Kembali/


Termohon Kasasi/Pemohon
Pailit;

1, Putusan •• Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 23 M aret 1999, Nomor :


01/P K /N /1 9 9 9 .

1 .1 . Amar Putusan
- Menolak Permohonan Peninjauan Kembali dari PT.
Pacific International Finance;
- ban seterusnya;
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- Bahwa keberatan-keberatan ad. 1 s/d 7 tidak d a ­
pat dibenarkan, karena pemohon peninjauan kembali t i ­
dak dapat menunjukkan adanya bukti tertu lis baru yana

1
penting, yang apabila diketahui pada tahap persidangan
sebelumnyg gkgn menghasilkan putusgn yang berbedg
seperti dimaksud Pasal 286 ayat (2) huruf (a) Perpu No­
mor 1 Tahun 1998;
- Bahwa kesalahan berat di dalam penerapan hukum
menurut pemohon peninjauan kembali telah dikalahkan
oleh Hakim Kasasi, adalah kesalahan berdasarkan penda­
pat pemohon sendiri;

2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 13 Januari 1999, Nomor :


0 5 K /N / 1999.
2 .1 . Amar Putusan
- Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi/
pemohon a s a l: PT. Bank Ekspor Impor Indonesia;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 18 November 1998, Nomor : 1 4 /P ailit/19 98/
PN. N iag a/Jkt. Pst.
Dan mengadili sendiri :
- Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan debitur/PT. Pacific International Finance
dalam keadaan pailit;
- Dan seterusnya;
2 .1 . Pertimbangan Hukum :
- Bahwa keberatan-keberatan kasasi ad. 2 dan 4 dapat
dibenarkan, karena Judex Factiee telah salah menerapkan
hukum yang mengkaitkan kedudukan kemandirian PT.
Pacific International Finance sebagai penerbit Promissory
N ote yang menjadi dasar involuntary p e titio n dalam kasus
ini dengan PT. Aditarina Arispratama dan PT. Bank
Pacific;
- Bahwa tidak menjadi soal apakah PT. Aditarina Aris­
pratama merupakan Parent Company dan PT. Pacific

2
International Finance sebagai subsidiary (anak perusaha­
an) atau sebaliknya, karena antara keduanya secara hu­
kum berada dalam status separate e ntity, yang sesuai
dengan prinsip hukum standar {law standard) yang ber­
sifat global maupun yang digariskan penjelasan Pasal 2 9
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, yang menegaskan : " Company iaw s tiii tre a te s
the subsidiary as separate e n tity
- Bahwa pemindahan asset PT. Aditarina Arispratama
kepada PT. Bank Pacific tidak ada sangkut pautnya
dengan tanggung jawab penyelesaian hutang Termohon
kepada Pemohon, meskipun asset yang diserahkan PT.
Aditarina Arispratama kepada PT. Bank Pacific milik
dari Termohon (PT. Pacific International Finance);

3. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 18 November 1998, Nomor '• 14/Pailit/1 9 9 8 /P N .
N iag a/Jkt. Pst.
3 .1 . Amar Putusan
- Menyatakan permohonan pemohon tidak dapat d i­
terima {n ie t onvanketijk verkiaar);
- Dan seterusnya;
3 .2 . Pertimbangan Hukum :
- Bahwa antara tanggal 8 sampai dengan 29 Agustus
1996, PT. Aditarina Arispratama telah mengambil alih
kewajiban-kewajiban Termohon kepada PT. Bank Pacific
dengan cara menyerahkan asset berupa tanah dan saham
kepada PT. Bank Pacif ic;
- Bahwa timbul pertanyaan apakah Prom issory N o te
yang telah diterbitkan oleh Termohon tersebut ada
kaitannya dengan adanya pengalihan asset yang telah d i ­
lakukan oleh PT. Aditarina Arispratama kepada PT. Bank
Pacific;

3
- Bahwa PT. Aditarina Arispratama harus ditarik
sebagai pihak dalam perkara, tetapi karena peraturan
ke-pailitan tidak mengenal proses acara demikian, maka
penyelesaian perkara ini termasuk proses acara perdata
biasa yang tidak termasuk lingkup Peradilan Niaga yang
pada prinsipnya menganut asas summarily proving
(pembuktian secara sumir) sebagaimana diatur dalam
Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998;

P U T U S A N
No. 01 P K /N /1 9 9 9

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari:

PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE berkedudukan


di Menara Thamrin Lt. 6 Suite 603 Jl. MH. Thamrin Kav. 3
Jakarta 10250 dalam hal ini diwakili oleh kuasanya :
1. R.E.M. Pattikawa, SH., 2. Doni Antares Irawan, SH.,
3. M. Adil Dharmawan Kaboel, SH. Advokat/Pengacara
pada kantor Advokat dan Pengacara Dr. Albert Hasibuan
& Rekan, beralamat di Jl. Ki Mangunsarkoro No. 85 Ja­
karta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11
Februari 1999 sebagai Pemohon Peninjauan Kembali da­
hulu Termohon Kasasi/Termohon Pailit/Debitur;
Melawan:
PT. BANK EKSPOR IMPOR INDONESIA berkedudukan
di Gedung Plaza Exim, Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38,
Jakarta 10010 dalam hal ini diwakili oleh kuasanya H.
Mansyur Danlan, SH. Advokat dan Pengacara pada
Kantor Pengacara/Konsultan Hukum Yunadi & Associates
beralamat di Jl. Pluit Raya No. 35 Jakarta Utara sebagai
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/
Pemohon Pailit/Kreditur;

4
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Termohon
Kasasi/Termohon Pailit/Debitur telah mengajukan permohonan Penin­
jauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung Republik Indone­
sia tanggal 18 November 1998 Nomor : 05 K/N/1998 yang telah
berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon
Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Kasasi/Pemohon Pailit/
Kreditur dengan posita perkara sebagai berikut:
bahwa PT. Pasific International Finance (debitur) telah menerbit­
kan Promissory Note atau surat sanggup yang dijual kepada Pemohon
melalui money market dengan jumlah nomilan seluruhnya US$
51,000,000,- yang perinciannya sebagaimana terurai dalam permo­
honan bukti P.1 s/d P. 14);
Bahwa hutang-hutang yang timbul dari penerbitan Promissory
Note yang diterbitkan Termohon sebagaimana telah diuraikan di atas,
masing-masing telah jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 1997, 27 Juni
1997 dan 11 Juni 1997, sehingga Termohon wajib membayar kembali
hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lainnya dan apabila T e r­
mohon tidak menepati (lalai) terhadap apa yang dijanjikan, maka T e r­
mohon menurut hukum telah ingkar janji (wanprestasi), sehingga
dengan demikian Pemohon berhak menagihnya secara seketika dan
sekaligus dengan tunai;
Bahwa total kewajiban PT. Pacific International Finance kepada
Pemohon pokok Promissory Note, bunga diskonto tertunggak, bunga
atas bunga diskonto sampai pada tanggal 30 September 1998, berjum­
lah US$ 63,633,785.49 (enam puluh tiga juta enam ratus tiga puluh tiga
ribu tujuh ratus delapan puluh lima dan empat puluh sembilan sen
Dolar Amerika Serikat) dengan perincian sebagaimana terurai dalam
surat permohonan);
Bahwa selain adanya hutang PT. Pacific International Finance
(debitur) pada Pemohon, juga mempunyai hutang kepada Kreditur
lainnya, yaitu pada Bank Tabungan Negara sebesar US$ 40.000.000,-
(empat puluh juta Dolar Amerika Serikat);
Bahwa dengan demikian permohonan ini telah memenuhi syarat
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 yaitu adanya dua
kreditur dan adanya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat d i­
tagih;

5
Bahwa untuk menjamin kepentingan Pemohon, kiranya ber­
dasarkan hukum untuk meletakkan sita jaminan atas kekayaan Debitur
yaitu berupa saham-saham dan tanah serta bangunan yang terletak di
atasnya dan sarana perlengkapannya berikut mesin-mesin dan per­
alatannya serta kendaraan-kendaraan Termohon yang perinciannya
sebagaimana terurai dalam permohonan;
Bahwa berdasarkan pada alasan-alasan tersebut di atas, maka
Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memu­
tuskan sebagai hukumnya :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Menyatakan Debitur/Termohon PT. Pacific International Finance
berkedudukan di Jakarta tersebut dalam keadaan Pailit;
3. Mengangkat Hakim Pengawas dalam pernyataan kepailitan ini
menurut pertimbangan Pengadilan;
4. Mengangkat Bapak Hanan Soeharto dari Kantor Pengacara Hanan
& Rekan, Kurator dan Pengurus yang telah terdaftar pada Depar­
temen Kehakiman RI, No. C .14 UM,01-10 Tahun 1998, tanggal 30
September 1998 untuk mengurus seluruh harta kekayaan Pailit
selama Termohon berada dalam keadaan Pailit;
5. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia tanggal 18 November 1998 No. 05 K/N/1998 yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Pemohon


asal PT. Bank Ekspor Impor Indonesia tersebut;
2. Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 18
November 1998 N om or: 14/Paiiit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.;

Dan Mengadili S e n d iri:


1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Debitur/PT. Pasific International Finance dalam
keadaan Pailit;
3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
untuk segera mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Niaga
yang tersedia;
4. Mengangkat Hanan Soeharto dari kantor Pengacara Hanan dan
Rekan, yang telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik

6
Indonesia No. C 14. UM,01-10 Tahun 1998, tanggal 30 Septem­
ber 1998 sabagai Kurator;
5. Menetapkan besarnya biaya kurator ditentukan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 22 September 1998 No.
M.08-HT.05.10 Tahun 1998;
6. Membebankan biaya perkara dalam dua tingkat peradilan, yang
dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah)
pada harta pailit;
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung RI tanggal 18
November 1998 No. 05 K/N/1998 diberitahukan kepada kedua belah
pihak dengan perantaraan kuasanya, kemudian berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 11 Februari 1999 diajukan permohonan Penin­
jauan Kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut
pada tanggal 12 Februari 1999 permohonan mana disertai dengan
memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 16 Februari 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak la ­
wan telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 22 Februari 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 2 8 6 ,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 T a ­
hun 1998, permohonan Peninjauan Kembali a quo beserta alasan-
alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara
yang ditentukan Undang-undang, maka oleh karenanya itu formal d a ­
pat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah m enga­
jukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai
berikut:
1. Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat di dalam
penerapan hukum, yaitu bahwa Mahkamah Agung dalam pertim ­
bangan hukum putusannya tidak mempertimbangkan bahwa
Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur telah
menyerahkan seluruh assefnya kepada Bank Pacific di hadapan
P. Sutrisno A. Tampubolon, SH. Notaris di Jakarta, berupa barang
bergerak maupun tidak bergerak dalam kurun waktu dari tanggal 8
sampai dengan 29 Agustus 1996 yang merupakan jaminan utang-
utangnya kepada Bank Eksim (Termohon Peninjauan Kembali)

7
dengan adanya penyerahan seluruh asset tersebut dari Pemohon
Peninjauan Kembali kepada PT. Bank Pacific, oleh karena seluruh
asset Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur
telah diserahkan kepada PT. Bank Pacific selaku Avalis, maka
kewajiban Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/
Debitur sudah beralih kepada Avalis.
Bahwa penyerahan seluruh asset-asset baik yang bergerak mau­
pun tidak bergerak yang dimiliki oleh Pemohon Peninjauan Kem­
bali/Termohon Kasasi/Debitur yang sudah diserahkan, sepenge­
tahuan dan diketahui oleh Termohon Peninjauan Kembali/Pemo-
hon Kasasi/Kreditur.
Mengenai penyerahan tersebut tidak ada keberatan yang diberita­
hukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/
Debitur. Hal ini dapat dibuktikan dengan bukti baru dari Pemohon
Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur yaitu bukti kores­
pondensi antara Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/
Kreditur dengan PT. Bank Pacific, sebagai berikut:
a. Bukti dari Pemohon Peninjauan Kembali untuk Promissory
Note sebesar US$ 22,000,000,-, bukti P-1a, P-1b, P-2a, P-2b.
b. Bukti dari Pemohon Peninjauan Kembali untuk Promissory
Note sebesar US$ 18,000,000,-, bukti P-3a, P-3b, P-4a, P-4b,
P-5a, P-5b, P-5c, P-5d.
c. Bukti dari Pemohon Peninjauan Kembali untuk Promissory
Note sebesar US$ 11,000,000,-, bukti P-6a, P-6b, P-6c.
d. Bukti lainnya dari Pemohon Peninjauan Kembali untuk Promissory
Note sebesar US$ 11,000,000,-, US$ 18,000,000,- dan US$
22,000,000,-, bukti P-7a, P-7b, P-7c, P-7d.
e. Bukti lainnya untuk US$ 11,000,000,-, bukti P-8.
Berdasarkan bukti a quo di atas, menunjukkan adanya hugungan
hukum secara langsung antara Termohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi/Kreditur dan PT. Bank Pacific sebagai Avalis,
dan hubungan tersebut juga merupakan tindakan hukum tanpa
melibatkan PT. Pacific International Finance (Pemohon Peninjauan
Kembali/Termohon Kasasi/Debitur); terbukti pula didalam surat
perpanjangan promissory note yang diterangkan secara jelas,
bahwa PT. Bank Pacific telah mengambil alih semua tanggung
jawab hutang promissory note tersebut (sebagai Avalis) maka su­
dah sepatutnya PT. Bank Eksim (Termohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi/Kreditur) selaku kreditur menagih kepada Avalis-
nya (PT. Bank Pacific).
Untuk memperkuat dalil-dalil dari Pemohon Peninjauan Kembali/
Termohon Kasasi/Debitur mengenai alat bukti Pemohon Penin­
jauan Kembali lainnya yang ada pada Termohon Peninjauan Kem-
baii/Pemohon Kasasi/Kreditur dan ada pada PT. Bank Pacific,
maka dimohon kepada Majelis Hakim Peninjauan Kembali agar
Sdr. Ali Sanusi Lubis dan Sdr. Eddi Wansayatna yang keduanya
menandatangani alat bukti a quo, dalam kedudukan masing-
masing selaku Presiden Direktur dan Direktur untuk dipanggil oleh
Pengadilan Negeri/Niaga untuk di dengar keterangannya sebagai
saksi.
3. Bahwa PT. Bank Pacific/Avalis yang adalah satu group dengan
Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur, ternyata
di likuidasi oleh Pemerintah.
Hal ini adalah bukan “kehendak PT. Bank Pacific sendiri ataupun
dari Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur.
Bahwa Mahkamah Agung didalam pertimbangannya menyatakan :
“ternyata PT. Bank Pacific sebagai Avalis telah dilikuidasi sesuai
Kep. Menkeu No. 573/KMK.04/1997, tanggal 1 November 1997,
maka sesuai ketentuan Pasal 119 UU No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, kehidupan PT. Bank Pacific/Avalis sebagai
perusahaan (company) telah berakhir (liquidation is the process by
which the life o f company id brought to and end) dan kenyataan­
nya berada di bawah likuidator.
Sehubungan dengan itu keterkaitannya sebagai Avalis atas
Promissory Note yang diterbitkan oleh Pemohon Peninjauan Kem ­
bali/Termohon Kasasi/Debitur dengan sendirinya gugur terhitung
sejak tanggal pernyataan likuidasi.
Bahwa Mahkamah Agung telah salah menafsirkan bunyi ketentuan
Pasal 119 UU No. 1 Tahun 1995 tersebut, khususnya ayat (1) dan
(2) yang berbunyi sebagai berikut:
ayat (1)
Dalam hal perseroan bubar, maka perseroan tidak dapat
melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk m em ­
bereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.
ayat (2)
Tindakan pemberesan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan;
b. Penentuan tata cara pembagian kekayaan;

9
c. Pembayaran kepada para kreditur;
d. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada peme­
gang saham;
e. Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelak­
sanaan pemberesan kekayaan.
Maka seharusnya kedudukan PT. Bank Pacific selaku Avalis
tidak gugur dengan sendirinya sebagaimana disebutkan da­
lam pertimbangan Mahkamah Agung, akan tetapi ia tetap
bertanggung jawab dalam pembayaran utang Promissory
Note dari Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/
Debitur kepada Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Ka-
sasi/Kreditur.
4. Bahwa sesuai dengan berita acara RUPS (Rapat Umum Peme­
gang Saham) PT. Bank Pacific tertanggal 11 Oktober 1995 yang
aktanya dibuatkan oleh Notaris Imas Fatimah di Jakarta, Ir.
Endang Utari Mokodompit sudah mengundurkan diri dari Direksi
PT. Bank Pacific, kalau dihubungkan dengan perpanjangan
commercial paper/promissory note adalah nyata-nyata terbukti Di­
reksi yang baru pun juga membuat perpanjangan commercial
paper/promissory note dimana hal itu juga bukan suatu akal-
akalan dari Direksi yang lama dalam mengadakan hubungan hu­
kum dengan Termohon Peninjauan Kembali (bukti P-9)
5. Bahwa apabila Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/
Debitur tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada Termohon
Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/Kreditur adalah karena tidak
dapat menjual assefnya yang sudah diserahkan kepada Avalisnya
(PT. Bank Pacific Dalam Likuidasi). Hal ini bukanlah semata-mata
kelalaian dari Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/
Debitur.
Maka dalam situasi seperti itu Termohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi/Kreditur dalam menyelesaikan likuidasi tersebut
harus mendaftarkan tagihan utangnya kepada PT. Bank Pacific
Dalam Likuidasi yang telah menerima seluruh asset Pemohon
Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/Debitur.
6. Bahwa Mahkamah Agung Ri di dalam pertimbangan hukum pada
halaman 7 alinea 2 mengetahui PT. Bank Pacific bertindak selaku
Avalis dalam penerbitan Promissory Note yang dilakukan oleh
Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur, sedang­
kan pada alinea 3 halaman 7 itu juga Mahkamah Agung mengakui
adanya sangkut paut antara kepentingan penyelesaian utangnya

10
Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debitur dengan
menyerahkan asset Pt. Aditarina Arispratama kepada PT. Bank
Pacific/Avalis. Hal ini adalah suatu kontradiksi yang ada didalam
suatu putusan Hakim. Kotradiksi ini menunjukkan bahwa putusan
ini tidaklah cukup pertimbangannya (onvoldoende gemotiveerd),
sehingga harus dibatalkan (putusan No. 492 K/Sip/1970 Yurispru­
densi Indonesia 1971, putusan No. 194 K/Sip/1995 dan putusan
No. 9 K/Sip/1972).
7. Bahwa didalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Agung
dalam perkara a quo halaman 6 alinea 3, disebutkan bahwa PT.
Aditarina Arispratama dan Pemohon Peninjauan Kembali/Termo­
hon Kasasi/Debitur adalah merupakan badan hukum yang saling
berdiri sendiri secara terpisah (separate entity). Padahal dari bukti
baru terlampir (Bukti P-10), terdapat suatu hubungan hukum, di-
mana PT. Aditarina Arispratama sebagai pemegang saham m ayo­
ritas dari Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Debi­
tur.
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Pemohon sebagai
berikut:
bahwa keberatan-keberatan ad 1 s/d 7 tersebut tidak dapat
dibenarkan, karena Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat menun­
jukkan adanya bukti tertulis baru yang penting, yang apabila diketahui
pada tahap persidangan sebelumnya akan menghasilkan putusan yang
berbeda seperti dimaksud Pasal 286 ayat (2) huruf a Perpu No. 1 T a ­
hun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang No. 4 Tahun
1998, sedangkan kesalahan berat didalam penerapan hukum menurut
Pemohon Peninjauan Kembali telah dilakukan oleh Hakim Kasasi a d a ­
lah kesalahan berdasarkan pendapat Pemohon sendiri;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas
maka permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh PT. Pacific
International Finance tersebut adalah tidak beralasan, sehingga harus
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Peninjauan Kembali
di pihak yang kalah, maka harus membayar biaya perkara dalam
Peninjauan Kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985, Undang-undang No. 4 T a ­
hun 1998 jo. Perpu No. 1 Tahun 1998 serta Undang-undang lain yang
bersangkutan;

11
MENGADILI:

Menolak permohonan Peninjauan Kembali dari PT. PACIFIC


INTERNATIONAL FINANCE tersebut:
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar
biaya perkara dalam Peninjauan Kembali ini yang ditetapkan sebesar
Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Selasa, Tanggal 23 Maret 1999 dengan SARWATA,
SH. Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH.
dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. sebagai Hakim-Hakim Anggota,
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga
oleh Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH. dan
Th. KETUT SURAPUTRA, SH., Hakim-Hakim Anggota, NY. ANDRIANI
NURDIN, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua
belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua:


ttd. ttd.

H. ZAKIR, SH. SARWATA. SH.

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY, ANDRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya perkara :
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Rp. 2.500.000,-

12
PUTUSAN
No. 05 K /N /1998

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AH K A M A H AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:

PT. BANK EKSPOR IMPOR INDONESIA berkedudukan


di Gedung Plaza Exim, Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38,
Jakarta 10010, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya H.
MANSYUR DAHLAN, SH. Pengacara/Penasehat Hukum
pada Kantor Pengacara/Konsultan Hukum YUNADI &
ASSOCIATES beralamat di Jl. Pluit Raya No. 35 Penja­
ringan Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 19 November 1998, sebagai Pemohon Kasasi d a ­
hulu Pemohon/Kreditur;

Melawan:

PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE berkedudukan


di Menara Thamrin Lt. 6 Suite 603 Jl. MH. Thamrin Kav. 3
Jakarta 10250 Termohon kasasi dahulu Termohon/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa sekarang Pemohon Kasasi sebagai Pemohon telah mengaju­
kan permohonan pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, pada pokoknya atas dalil-dalil:
Bahwa PT. PASIFIC INTERNATIONAL FINANCE (debitur) telah
menerbitkan Promissory Note atau surat sanggup yang dijual kepada
Pemohon melalui money market dengan jumlah nominal seluruhnya
US$ 51,000,000,- yang perinciannya sebagaimana terurai dalam p e r­
mohonan bukti P.1 s/d P. 14);
Bahwa hutang-hutang yang timbul dari penerbitan Promissory
Note yang diterbitkan Termohon sebagaimana telah diuraikan di atas,
masing-masing telah jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 1997, 27 Juni

13
1997 dan 11 Juni 1997, sehingga Termohon wajib membayar kembali
hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lainnya dan apabila Ter­
mohon tidak menepati (lalai) terhadap apa yang dijanjikan, maka Ter­
mohon menurut hukum telah ingkar janji (wanprestasi), sehingga dengan
demikian Pemohon berhak menagihnya secara seketika dan sekaligus
dengan tunai;
Bahwa total kewajiban PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE
kepada Pemohon pokok Promissory Note, bunga diskonto tertunggak,
bunga atas bunga diskonto sampai pada tanggal 30 September 1998,
berjumlah US$ 63,633,785.49 (enam puluh tiga juta enam ratus tiga
puluh tiga ribu tujuh ratus delapan puluh lima dan empat puluh sembi­
lan sen Dolar Amerika Serikat) dengan perincian sebagaimana terurai
dalam surat permohonan;
Bahwa selain adanya hutang PT. PACIFIC INTERNATIONAL
FINANCE (debitur) pada Pemohon, juga mempunyai hutang kepada
Kreditur lainnya, yaitu pada Bank Tabungan Negara sebesar US$
40.000.000,- (empat puluh juta Dolar Amerika Serikat);
Bahwa dengan demikian permohonan ini telah memenuhi syarat
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 yaitu adanya dua
kreditur dan adanya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat di­
tagih;
Bahwa untuk menjamin kepentingan Pemohon, kiranya ber­
dasarkan hukum untuk meletakkan sita jaminan atas kekayaan Debitur
yaitu berupa saham-saham dan tanah serta bangunan yang terletak di
atasnya dan sarana perlengkapannya berikut mesin-mesin dan per­
alatannya serta kendaraan-kendaraan Termohon yang perinciannya
sebagaimana terurai dalam permohonan;
Bahwa berdasarkan pada alasan-alasan tersebut di atas, maka
Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memu­
tuskan sebagai hukumnya:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Menyatakan Debitur/Termohon PT. PACIFIC INTERNATIONAL
FINANCE berkedudukan di Jakarta tersebut dalam keadaan Pailit;
3. Mengangkat Hakim Pengawas dalam pernyataan kepailitan ini
menurut pertimbangan Pengadilan;
4. Mengangkat Bapak HANAN SOEHARTO dari Kantor Pengacara
Hanan & Rekan, Kurator dan Pengurus yang telah terdaftar pada
Departemen Kehakiman RI, No. C .14 UM,01-10 Tahun 1998,
tanggal 30 September 1998 untuk mengurus seluruh harta
kekayaan Pailit selama Termohon berada dalam keadaan Pailit;

14
5. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.
Bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu Putusan tanggal 18 No­
vember 1998 No. 14/PAILITV1998/PN.NIAGA/JKT.PST. yang amarnya
berbunyi sebagai berikut:
- Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima (niet on-
vankelijk verklaar)]
- Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya permo­
honan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­
but diberitahukan kepada Pemohon pada tanggal 18 November 1998,
kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 November 1998 diajukan
permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal 23 November 1998,
sebagaimana ternyata dari akte permohonan Kasasi No. 09/KAS/
PAILIT/1998/PN.NIAGA JKT. yang dibuat oleh Panitera Perkara Peng­
adilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana kemudian disusul oleh
memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepanite­
raan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga.

Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi yang pada tanggal 23


November 1998 telah disampaikan salinan permohonan kasasi dan
salinan memori kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 1 Desember
1998.
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan d a ­
lam Undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi terse­
but formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah:
1. Judex Factie telah salah menerapkan Pasal 5 Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998 ;
- Bahwa Doni Antares Irawan yang mewakili Termohon dalam
persidangan Pengadilan Niaga, tidak memiliki izin praktek b e r­
acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 UU No. 4 Tahun
1998;

15
- Bahwa karena tidak mempunyai izin beracara maka jawaban
yang diajukan adalah tidak sah sehingga seluruh jawabannya
harus dikesampingkan;
2. Judex Factie telah salah menerapkan hukum tentang hubungan
hukum antara PT. ADITARINA ARISPRATAMA dengan Pemohon
Kasasi, karena :
- PT. ADITARINA ARISPRATAMA bukanlah pihak yang ber-
perkara dalam perkara ini serta tidak ada hubungan hukum
sama sekali antara Pemohon Kasasi dengan PT. ADITARINA
ARISPRATAMA;
- Bahwa penyerahan asset berupa tanah dan saham dari PT.
ADITARINA ARISPRATAMA kepada PT. BANK PACIFIC yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan utang PT. BANK
PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE (debitur) kepada Pemo­
hon Kasasi, karena yang mengeluarkan dan menandatangani
Promissory Note tersebut adalah PT. PACIFIC INTERNATIONAL
FINANCE, lagi pula penyerahan asset tersebut tidak diketahui
atau disetujui oleh Pemohon Kasasi selaku Kreditur;
- Bahwa tanpa suatu proses pembuktian baik dari PT. PACIFIC
INTERNATIONAL FINANCE (Debitur) maupun pihak lain, Judex
Factie telah berkesimpulan bahwa PT. ADITARINA ARISPRA­
TAMA adalah pemegang saham dari PT. PACIFIC INTER­
NATIONAL FINANCE, padahal sesuai fakta (bukti P.63) PT.
PACIFIC ADITARINA ARISPRATAMA bukanlah pemegang sa­
ham dari PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE;
- Bahwa tanpa pembuktian Judex Factie berpendapat bahwa
penyerahan asset oleh PT. ADITARINA ARISPRATAMA kepada
PT. BANK PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE adalah untuk
memenuhi kewajiban PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE
kepada Pemohon Kasasi;
3. Judex Factie telah keliru menafsirkan asas "Pembuktian secara
sumir” karena dalam persidangan Pemohon Kasasi/Pemohon Asal
telah dapat membuktikan adanya hutang, yang jatuh tempo dan
dapat ditagih serta adanya dua kreditur, hal mana juga secara te­
gas telah diakui oleh Termohon Kasasi dalam jawabannya di muka
persidangan.
Pada saat permohonan ini diajukan dan disidangkan hutang terse­
but belum dibayar;
4. Bahwa Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak mengenal dan
tidak mengatur bahwa bagi debitur yang sudah tidak memiliki asset
tidak boleh dinyatakan pailit, atas dasar apa Judex Factie yakin

16
dan percaya bahwa Termohon Kasasi sudah tidak Memilik asset
apapun juga, kapan dan dimana pernah dilakukan pembuktian
oleh Judex Factie, apakah debitur yang menyatakan/memprokla-
mirkan dirinya sudah tidak memiliki asset padahal usahanya masih
bisa berjalan/beroperasi lancar sebagaimana pengakuan Termo­
hon Kasasi (baik dalam bantahannya maupun fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan), bisa diperoleh kekebalan hukum
yang tidak dapat dimohonkan pailit oleh kreditur? apakah dengan
cara meproklamirkan dirinya sudah tidak memiliki asset, maka
debitur tersebut/ia boleh bebas dari pertanggung jawaban te r­
hadap hutang yang sudah jatuh waktu dan tidak perlu memper­
tanggung jawabkan. Bahkan dengan menyatakan diri sudah tidak
memiliki asset, maka Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dapat
dinyatakan tidak berlaku baginya, sehingga dengan demikian telah
terbukti secara sempurna pertimbangan hukum Judex Factie ad a­
lah keliru dan harus dibatalkan;
Menimbang :
Mengenai keberatan kasasi ad. 2 dan 4
Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena Judex Factie telah
salah menerapkan hukum yang mengkaitkan kedudukan kemandirian
PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE sebagai penerbit Promissory
Note yang menjadi dasar involuntary petition dalam kasus ini dengan
PT. ADITARINA ARISPRATAMA dan PT. BANK PACIFIC.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang tertuang d a ­
lam surat bukti P.1 s/d P. 14 telah terbukti Termohon telah menerbitkan
Promissory Note yang dijual kepada Pemohon;
a. Jumlah nominal seluruhnya US$ 51,000,000,-
b. dan jatuh tempo tanggal 28 Mei 1997, 17 Juni 1997 dan 27 Juni
1997,
c. juga telah terbukti Termohon mempunyai hutang pada kreditur lain
yakni kepada BANK TABUNGAN NEGARA sebesar U S $
40,000,000,00;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, permohonan yang diaju­
kan Pemohon telah memenuhi ketentuan Pasal 1 (1) UU No. 4/1998,
sehingga cukup alasan untuk mengabulkan permohonan karena te r­
nyata Termohon telah berada dalam keadaan insolvency, sebab te r­
bukti Termohon tidak dapat atau tidak mampu membayar hutang-
hutang yang telah jatuh tempo ( unable to pay debts as they fall due).

17
Menimbang, peradilan tingkat kasasi menganggap keliru penda­
pat Judex Factie yang mencapur baur atau mengkaitkan permohonan
pailit dalam perkara ini dengan asset dan keberadaan PT. ADITARINA
ARISPRATAMA. Dalam kasus ini, tidak ada dasar hukum untuk me­
nempatkan keberadaan PT. ADITARINA ARISPRATAMA dalam
penyelesaian pertanggungjawaban penyelesaian hutang Promissory
Note yang diterbitkan Termohon (PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE)
kepada kreditur PT. BANK EKSPOR IMPOR INDONESIA atas alasan :
antara satu korporasi dengan korporasi lain, adalah merupakan badan
hukum yang saling berdiri sendiri secara terpisah ( separate entity). Ti­
dak menjadi soal apakah PT. ADITARINA ARISPRATAMA merupakan
Parent Company dan PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE seba­
gai subsidiary (anak perusahaan) atau sebaliknya, maka antara
keduanya secara hukum berada dalam status separate entity. Hal ini
sesuai dengan prinsip hukum standar (law standard) yang bersifat
global maupun yang digariskan penjelasan Pasal 29 UU No. 1 Tahun
1995 (Tentang Perseroan Terbatas) yang menegaskan : company law
still treats the subsidiary as a separate entity. Dengan demikian pemin­
dahan asset PT. ADITARINA ARISPRATAMA kepada PT. BANK PACIFIC
tidak ada sangkut pautnya atas tanggung jawab penyelesaian hutang
Termohon kepada Pemohon, meskipun asset yang diserahkan PT.
ADITARINA ARISPRATAMA kepada PT. BANK PACIFIC milik dari
Termohon (PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE). Sekiranya be­
nar asset tersebut milik Termohon, terhadap penyerahan itu dapat
diajukan ACTIO PAULINA atau pembatalan, jika hal itu memenuhi
ketentuan Pasal 41 UU No. 4 Tahun 1998.
Bahwa memang benar PT. BANK PACIFIC bertindak sebagai
Avalis atas penerbitan Promissory Note yang dilakukan Termohon,
sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 131 (1) KUHD, keterkaitan
Termohon dengan PT. BANK PACIFIC atas penyelesaian pembayaran
hutang yang timbul atas pembelian Promissory Note tersebut kepada
Pemohon adalah sama yakni sama-sama terikat dan bertanggung
jawab memenuhi (performance) atas penyelesaian pembayaran
kepada Pemohon. Kesamaan keterikatan antara principal sebagai
penerbit dan avalis dalam Commercial Paper sesuai dengan ketentuan
khusus (special law) yang terkandung dalam Pasal tersebut berhadap­
an dengan borgtocht'janq diatur dalam Pasal 1820 KUHPerdata seba­
gai ketentuan umum (general law) dalam masalah jaminan.
Bahwa dalam struktur keterikatan yang digariskan pasal di atas,
penyerahan asset PT. ADITARINA ARISPRATAMA kepada PT. BANK
PACIFIC adalah transaksi bilateral antara keduanya, dan tidak ada

18
sangkut pautnya dengan kepentingan penyelesaian hutang Termohon
kepada Pemohon, karena tidak ada suatu akta atau bukti apapun yang
bersifat segitiga yang menegaskan bahwa penyerahan asset PT. A D I-
TARINA ARISPRATAMA kepada PT. BANK PACIFIC adalah untuk
kepentingan Termohon (PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE)
dan terhitung sejak penyerahan, beralih tanggung jawab penyelesaian
hutang Termohon kepada PT. BANK PACIFIC sebagai avalis. Oleh
karena perjanjian yang seperti ini antara Termohon, Pemohon serta
PT. ADITARINA ARISPRATAMA dan PT. BANK PACIFIC tidak ada,
maka transaksi peralihan asset tersebut tidak ada kaitan hukumnya,
dengan hutang Promissory Note antara Termohon dengan Pemohon.
Menimbang ternyata PT. BANK PACIFIC sebagai avalis telah
dilikuidasi sesuai dengan KEP.MENKEU No. 537/KMK.04/1997 tanggal
1 November 1997, maka sesuai dengan ketentuan P.119 UU No. 1
Tahun 1995 (Tentang Perseroan Terbatas) maka kehidupan PT. BANK
PACIFIC sebagai korporasi (company) telah berakhir ( liquidation is the
process by which the life o f a company is brought to an end) dan
kekayaannya berada dibawah likuidator. Sehubungan dengan itu,
keterkaitannya sebagai avalis atau Promissory Note yang diterbitkan
Termohon dengan sendirinya gugur terhitung sejak tanggal pernyataan
likuidasi. Dengan demikian, satu-satunya yang bertanggung jawab atas
hutang Promissory Note tersebut hanya Termohon sebagai debitur
principal, sehingga involuntary petition yang diajukan Pemohon te r­
hadap Termohon telah sesuai dengan tata tertib beracara (due process)
dan sesuai dengan hukum (due to law), dan tidak ada alasan meng-
kaitkannya dengan pihak manapun.
Bahwa lagi pula, sekiranya PT. BANK PACIFIC sebagai avalis
tidak dilikuidasi, sifat keterkaitannya berdasarkan Pasal 131 (1) KUHD,
berada dalam kerangka Pasal 1283 KUHPerdata yakni Termohon dan
PT. BANK PACIFIC berada dalam kedudukan tanggung renteng yang
pasif (passieve hooldelijk) atau passieve correality dimana pihak
Pemohon sebagai kreditur dapat menagih debitur mana yang dikehen­
dakinya untuk melaksanakan semua atau sebagian prestasi, dan
setiap debitur yang ditagih, tidak boleh mengajukan sangkalan bahwa
dia hanya bertanggung jawab atas sebagian saja dan sebaliknya avalis
tidak boleh mempergunakan Pasal 1381 KUHPerdata yakni voorecht
van uitwinning sebagai alasan melepas tanggung jawab, karena tidak
sesuai dengan sifat special law yang terkandung dalam Pasal 131
KUHD tidak memberi hak voorecht van uitwinning kepada avalis.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, tanpa mempertimbangkan keberatan kasasi lainnya,

19
Mahkamah Agung berpendapat terdapat cukup alasan untuk menga­
bulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi dan membatalkan
putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 18 November 1998
Nom or: 14/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. dan mengadili sendiri perkara
ini seperti tersebut di bawah ini;
Menimbang, bahwa karena Permohonan Kasasi dikabulkan dan
Termohon dinyatakan pailit maka harus diangkat seorang Hakim Peng­
awas dan seorang kurator;
Bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (1) Huruf a
Undang-undang No. 4 Tahun 1998, tentang Pengangkatan Hakim
Pengawas dalam Kasus Permohonan ini, Mahkamah Agung akan me­
merintahkan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat untuk
mengeluarkan penetapan pengangkatan Hakim Pengawas tersebut;
Bahwa Hanan Soeharto yang diusulkan oleh Pemohon sebagai
kurator ternyata telah memenuhi syarat Pasal 67 A jo Pasal 13 UU No.
4 Tahun 1998 sehingga permohonan untuk itu dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa mengenai besarnya biaya kurator sebagai­
mana dimaksud dalam Pasal 67 D jo Pasal 69 Undang-undang No. 4
Tahun 1998, akan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman RI tanggal 22 September 1998 No M.08-HT.05.10 Tahun
1998;
Menimbang, bahwa karena permohonan dikabulkan dan Termo­
hon dinyatakan pailit maka biaya perkara dibebankan kepada harta
atau boedel pailit;

Memperhatikan pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun 1970,


Undang-undang No. 14 Tahun 1985, Undang-undang No. 4 Tahun
1998 jo. Perpu No. 1 Tahun 1998 serta Undang-undang yang bersang­
kutan;

MENGADILI:

1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Pemohon


Asai PT.BANK EKSPOR IMPOR INDONESIA tersebut;
2. Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 18
November 1998 N om or: 14/PAILIT/1998/PN.NIAGA/Jkt.Pst;

DAN M ENGADILI S E N D IR I:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Debitur/PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE
dalam keadaan pailit;

20
3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
untuk segera mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Niaga
yang tersedia;
4. Mengangkat HANAN SOEHARTO dari Kantor Pengacara Hanan
dan Rekan, yang telah terdaftar pada Departemen Kehakiman
Republik Indonesia No. C. 14. UM,01-10 Tahun 1998, tanggal 30
September 1998 sebagai kurator;
5. Menetapkan biaya kurator ditentukan berdasarkan Surat Kepu­
tusan Menteri Kehakiman RI tanggal 22 September 1998 No.
M.08-HT.05.10-Tahun 1998;
6. Membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang
dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
pada harta pailit.

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Selasa, Tanggal 13 Januari 1999 dengan M. YAHYA
HARAHAP, SH. sebagai Ketua Sidang, NY. MARIANNA SUTADI, SH.
dan S.O. NAINGGOLAN, SH. sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan
mana diucapkan di muka sidang terbuka untuk umum oleh Hakim
Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri oleh NY. MARIANNA SUTADI,
SH. dan S.O. NAINGGOLAN, SH., Hakim-Hakim Anggota tersebut,
SIRANDE PALAYUKAN, SH. Panitera Pengganti dengan tanpa dihadiri
oleh kedua belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua:


ttd. ttd.

NY. MARIANNA SUTADI. SH. M. YAHYA HARAHAP , S H .

ttd.

S.O. NAINGGOLAN. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

SIRANDE PALAYUKAN. SH.

21
Biava-biava perkara:
1. M eterai............................... ........... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.............................. ........... Rp. 1.000,-
3. Administrasi...................... ........... Rp. 1.997.000,-
Rp. 2.000.000,-

22
PUTUSAN
N o m o r: 14/P A IL IT /199 8/P N .N IA G A /JK T .P S T

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang ber­


sidang di Jakarta yang memeriksa perkara-perkara kepailitan pada tingkat
pertama telah telah memberikan putusan dalam perkara kepailitan yang
diajukan:

PT. BANK EKSPOR IMPOR INDONESIA (Persero), beralamat


di Gedung Plaza Exim, Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38, Jakarta
10010, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya H. MANSYUR
DAHLAN, SH. Pengacara pada Kantor Pengacara/Konsultan
Hukum YUNADI & ASSOCIATES beralamat di Jl. Pluit Raya No.
35 Penjaringan Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 19 November 1998, selanjutnya disebut sebagai
PEMOHON:

TERHADAP:

PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE (Debiturl beralamat


di Menara Thamrin Lt. 6 Suite 603 Jl. MH. Thamrin Kav. 3 Ja­
karta 10250, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON:

Pengadilan Niaga tersebut;


Telah membaca segala surat-surat yang berhubungan dengan perkara
ini;
Telah mendengar ke 2 (dua) belah pihak;
Telah memperhatikan bukti-bukti surat yang diajukan;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa dengan surat permohonan pernyataan pailit


tanggal 28 Oktober 1998 yang diajukan oleh Pemohon yang diterima
dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tang­
gal 29 Oktober 1998 di bawah Register perkara No. 14/PAILIT/1998/
PN.NIAGA/JKT.PST. telah dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

23
TENTANG ADANYA HUTANG YANG TELAH JATUH TEMPO
DAN DAPAT DITAGIH.
Bahwa Termohon telah menerbitkan Promissory Note atau Surat
Sanggup yang dijual kepada Pemohon melalui Money Market se­
bagai berikut:
1.1. Promissory Note No. Seri 1636 bernilai US$ 18,000,000,-
(delapan belas juta dolar Amerika Serikat) jatuh tempo pada
tanggal 28 Mei 1997, Bukti P-1;
1.2. Promissory Note No. Seri 1639 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-2;
1.3. Promissory Note No. Seri 1640 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-3;
1.4. Promissory Note No. Seri 1641 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-4;
1.5. Promissory Note No. Seri 1642 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-5;
1.6. Promissory Note No. Seri 1643 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-6;
1.7. Promissory Note No. Seri 1644 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-7;
1.8. Promissory Note No. Seri 1645 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-8;
1.9. Promissory Note No. Seri 1646 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-9;
1.10. Promissory Note No. Seri 1647 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997, Bukti P-10;
1.11. Promissory Note No. Seri 1649 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997, Bukti P-11;
1.12. Promissory Note No. Seri 1650 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997, Bukti P-12;
1.13. Promissory Note No. Seri 1651 bernilai US$ 2^ 00,0 00,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997, Bukti P-13;
1.14. Promissory Note No. Seri 1652 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997, Bukti P-14;
Sehingga jumlah nominal seluruh Promissory Note yang diterbit­
kan adalah sebesar US$ 51,000,000,- (lima puluh satu juta US
Dolar) Bukti P-1 sampai dengan P-14;
2. Bahwa hutang-hutang yang timbul dari penerbitan Promissory
Notes yang diterbitkan Termohon sebagaimana telah diuraikan di
atas, masing-masing telah jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 1997,
27 Juni 1997 dan 11 Juni 1997, sehingga Termohon wajib mem­
bayar kembali hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lain­
nya dan apabila Termohon tidak menepati (lalai) terhadap apa
yang dijanjikan, maka Termohon menurut hukum telah ingkar janji
(wanprestasi), sehingga dengan demikian Pemohon berhak m e­
nagih secara seketika dan sekaligus dengan tunai
3. Bahwa akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) Termohon ter­
sebut, maka besarnya jumlah hutang Termohon yang berdasarkan
penerbitan Promissory Note yang hingga sekarang belum ada
pembayarannya dapat diperinci sebagai berikut:
3.1. Total Kewajiban Sampai Dengan Tanggal 3 November 1997.
A.1. Pokok Promissory Notes U S $..................... 18,000,000,-
2. Bunga Diskonto sampai dengan 3 November 1997

a. Periode 28 Feb 1997 s/d 28 Mei 1997. US$ 306,201.02


b. Periode 28 Mei 1997 s/d 28 Ags 1997. US$ 316,341.01
c. Periode 28 Aas 1997 s/d 03 Nov 1997. USS 231,484.27
Sub Total Bunga Diskonto Tertunggak US$ 845,026.30
3. Bunga Diskonto Tertunggak s/d 3 November 1997
a. Periode 28 Feb 1997 s/d 28 Mei 1997
Tingkat Suku Bunga 7,00% per tahun US$ 14,765.69
b. Periode 28 Mei 1997 s/d 3 Nov 1997
Tingkat Suku Bunga 7,00% per tahun US$ 9,780.21

25
c. Periode 28 Ags 1997 s/d 3 Nov 1997
Tingkat Suku Bunga 7,00% per tahun US$ 3,015.73
Sub Total Bunga atas Bunga Diskonto US$ 27,561.63
Total Kewajiban atas Promissory Notes senilai US$ 18,000,000,-
dengan perhitungan sampai dengan 3 November 1997.
1. Pokok Promissory Notes ...................... US$ 18,000,000,00
2. Bunga Diskonto Tertunggak s/d 3 Nov.
1997..................................................... US$ 854.026,30
3. Bunga Atas Bunga Diskonto s/d 3 Nov.
1997..................................................... US$ 27.561.63
Total s/d 3 November 1997................. US$ 18,881,587.93
B.1.. Pokok Promissory Notes U S $.......... ......... 22,000,000,-
2. Bunga Diskonto Tertunggak
a. Periode 11 Mar 1997 s/d 11 Juni
1997.............................................. .. US$ 386,639.01
b. Periode 11 Juni 1997 s/d 11 Sep
1997.............................................. .. US$ 386,639.01
c. Periode 11 Sep 1997 s/d 3 Nov
1997.............................................. IIS$ 2.312.57
Sub Total Bunga atas Bunga Diskonto US$ 31,031.25
Total Kewajiban atas Promissory Notes senilai US$ 22,000,000,-
dengan perhitungan sampai dengan 3 November 1997.
1. Pokok Promissory Notes ...................... US$ 22,000,000
2. Bunga Diskonto Tertunggak s/d 3 Nov.
1997...................................................... US$ 997.678,58
3. Bunga Atas Bunga Diskonto s/d 3 Nov.
1997..................................................... US$ 31.031,25
Total s/d 3 November 1997................. US$ 23,028,718.83
C.1 . Pokok Promissory Notes U S $.......... 11,000,000,-
2. Bunga Diskonto Tertunggak
a. Periode 27 Mar 1997 s/d 27 Juni 1997
Tingkat Suku Bunga 7,00%
per tahun........................................ US$ 193,319.51
b. Periode 27 Mar 1997 s/d 26 Sep 1997
Tingkat suku bunga diskonto 7,00%
per tahun........................................ US$ 191,254.74
c. Periode 26 Sep 1997 s/d 3 Nov 1997
Tingkat suku bunga diskonto 7,00%
per tahun........................................ US$ 80,681.63
Sub Total Bunga Diskonto Tertunggak US$ 465,255.88

3. Bunga atas Bunga Diskonto Tertunggak s/d 3 Nov. 1997


a. Periode 27 Mar 1997 s/d 3 Nov 1997. US$ 8,307.37
b. Periode 27 Jun 1997 s/d 3 Nov 1997. US$ 4,797.31
c. Periode 26 Mar 1997 s/d 3 Nov 1997. US$ 596.15
Sub Total Bunga atas Bunga Diskonto US$ 13,700.83
Total Kewajiban atas Promissory Notes senilai US$ 11,000,000,-
dengan perhitungan sampai dengan 3 November 1997.
1. Pokok Promissory Notes ...................... US$ 11,000,000
2. Bunga Diskonto Tertunggak US$ 997,678.58
3. Bunga atas Bunga Diskonto Tertunggak
s/d 3 Nov 1997..................................... US$ 13.700,83
Total s/d 3 November 1997................. US$ 11,478,956.71
Total Kewajiban PT. Pacific International Finance (Termohon)
Kepada PT. Bank Ekpsor Impor Indonesia (Persero) (Pemohon)
atas seluruh Promissory Notes yang diterbitkan oleh Termohon
sampai dengan 3 November 1997.
A. Pokok Prom issory Notes US$
18.000. 000 ditambah Bunga Diskonto
Tertunggak, ditambah Bunga atas
Bunga Diskonto Tertunggak sampai
dengan 3 Nov 1997............................. US$ 18,881,587.93
B. Pokok Promissory Notes US$
22.000. 000 ditambah Bunga Diskonto
Tertunggak, ditambah Bunga atas
Bunga Diskonto Tertunggak sampai
dengan 3 Nov 1997............................. US$ 23,028,718.83
C. Pokok Promissory Notes US$
11.000. 000 ditambah Bunga Diskonto
Tertunggak, ditambah Bunga atas
Bunga Diskonto Tertunggak sampai
dengan 3 Nov 1997............................. US$ 11,478.956.71
Total...................................................... US$ 53,389,263.47

27
3.2. Total Kewajiban Sampai Dengan Tanggal 31 Juli 1998.
Bunga dari seluruh kewajiban dari tanggal 3 November 1997
sampai dengan 31 Juli 1998 (270 hari) dengan tingkat suku
bunga sebesar 22,00% per tahun.

US$ 53,389,263.47 x ^ X 22.00% = US$ 8,809,208.47


360

Sehingga total kewajiban sampai dengan tanggal 31 Juli 1998.


=> Total kewajiban sampai dengan
3 November 1997................................ US$ 53,389,263.47
=> Bunga sampai dengan 31 Juli 1998.... US$ 8,809,228.47
Total kewajiban sampai dengan
31 Juli 1998.......................................... US$62,198,491.94

3.3. Total Kewajiban Sampai Dengan Tanggal 31 Agustus 1998.


Bunga dari seluruh kewajiban dari tanggal 31 Juli 1997 sam­
pai dengan 31 Agustus 1998 (30 hari) dengan tingkat suku
bunga sebesar 14,00% per tahun.
US$ 62,198,491.94 x 30 x 14,00% = US$ 725,649.07

Sehingga total kewajiban sampai dengan tanggal 31 Agus-


tus1998.

=> Total kewajiban sampai dengan


31 Juli 1998........................................... US$62,198,491.94
=> Bunga dari 31 Juli 1998 s/d 31 Agustus
1998....................................................... US$ 725,649.07
Total kewajiban sampai dengan
31 Agustus1998.................................... US$62,924,141.01
(enam puluh dua juta sembilan ratus dua puluh empat ribu
seratus empat puluh satu dan satu sen Dolar Amerika Serikat)

3.4. Total Kewajiban Sampai Dengan Tanggal 30 September 1998.


Bunga dari seluruh kewajiban dari tanggal 31 Agustus 1998
sampai dengan 30 September 1998 (29 hari) dengan tingkat
suku bunga sebesar 14,00% per tahun.
US$ 62,924,141.01 x 29 x 14,00% = US$ 709,644.48

Sehingga total kewajiban sampai dengan tanggal 30 September


1998.

28
=> Total kewajiban sampai dengan
31 Agustus 1998................................... US$ 62,924,141.01
=> Bunga dari 31 Agustus 1998 s/d
30 September 1998.............................. USS 709.644.48
Total Seluruhnya.................................. US$ 63,633,785.49
(enam puluh tiga juta enam ratus tiga puluh tiga ribu tujuh ratus
delapan puluh lima dan empat puluh sembilan sen Dolar
Amerika Serikat)
II. TENTANG ADANYA HUTANG TERMOHON PADA KREDITUR
LAINNYA SELAIN KEPADA PEMOHON
1. Bahwa Termohon juga mempunyai hutang lain selain hutang
pada Pemohon, yaitu pada :
Bank Tabungan Negara sebesar US$ 40,000,000,- (empat
puluh juta dolar Amerika Serikat)
2. Bahwa dengan demikian nyata-nyata terbukti secara sah
menurut hukum termohon mempunyai dua atau lebih Kreditur
dan telah tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih;
3. Bahwa berdasarkan bukti-bukti tersebut, maka telah terbukti
secara sah dan meyakinkan menurut hukum tentang adanya
hutang Termohon yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
serta wajib dibayar oleh Termohon kepada Pemohon, juga
terbukti adanya hutang Termohon kepada Kreditur lain seba­
gaimana diuraikan di atas yang tidak dapat dibantah kebe­
narannya dan telah terbukti secara sah menurut hukum atas
hutang-hutang tersebut, telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
serta wajib dibayar oleh Termohon kepada Pemohon akan
tetapi sampai dengan permohonan pernyataan pailit ini di­
daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
Termohon tidak dapat membayar maka menurut hukum cukup
alasan bagi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri J a ­
karta Pusat untuk mengabulkan seluruh permohonan Pem o­
hon;
4. bahwa oleh karena adanya ketentuan Pasal 7 Ordonasi
Kepailitan sebagaimana ditambah dan dirubah dalam Perpu
No. 1 Tahun 1998, maka demi melindungi kepentingan Kreditur/
Pemohon, karena dikhawatirkan Termohon hendak melakukan
perbuatan hukum atas harta kekayaannya yang dapat b e r­
akibat merugikan kepentingan Pemohon, maka dimohon a g a r

29
kiranya Pengadilan Niaga berkenan untuk melakukan Sita
Jaminan atas kekayaan Debitur/Termohon yaitu berupa sa­
ham-saham dan tanah serta bangunan yang terletak di atas­
nya serta sarana perlengkapannya berikut mesin-mesin dan
peralatannya serta kendaraan-kendaraaan Termohon, serta
segala sesuatu yang terletak di atasnya yang berada dan ter­
letak setempat pada lokasi-lokasi sebagai berikut:
Seluruh asset PT. PACIFIC INTERNATIONAL FINANCE baik
yang bergerak maupun tidak bergerak;
Tanah dan bangunan yang terletak di atasnya yang dikenal
dengan nama gedung Aditarina yang terletak di Jl. Bangka
Raya No.33 Jakarta Selatan;
Tanah dan bangunan yang dikenal dengan Warung Kemang
milik Sdr. Adrian Herling Waworuntu Cs., yang beralamat di Jl.
Kemang Raya No. 12-16A, Kelurahan Bangka, Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan;
Tanah dan bangunan milik PT. Nugra Santana yang dikenal
dengan gedung Pacific yang terletak di Jl. Jend. Sudirman
Kav. 7-8, Jakarta 12220;
Tanah dan bangunan milik Sdri. Ir. Endang Utari yang terletak di Jl.
Tanjung No. 12 Jakarta Pusat;
Tanah dan bangunan milik Sinar Mas Tunggal yang dikenal
dengan Gedung Wisma Bank International Indonesia, yang
terletak di Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 Jakarta 10250;
Tanah dan bangunan milik Adrian Herling Waworuntu yang
terletak di Jl. Syamsurizal No. 28, RT. 009/RW. 005, Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat;
Tanah dan bangunan milik Ferdinand Japutra yang terletak di
Jl. Bona Indah Garden Blok C1 No. 2, Kelurahan Lebak Bulus,
Jakarta Selatan;
Tanah dan bangunan milik Frank H. Siregar, yang terletak di
Jl. Niaga Hijau VIII No. 2 RT.011/RW.013, Keluruhan Pondok
Pinang, Jakarta Selatan;
Bahwa barang-barang yang telah disita jaminan tersebut agar di­
jual di muka umum melalui Kantor Lelang Negara dan hasil pen­
jualannya agar dipergunakan untuk membayar hutang Termohon
kepada Pemohon;

30
Bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (1) Ordonansi
Kepailitan sebagaimana telah dirubah dan ditambah dalam Perpu
No. 1 Tahun 1998, maka dengan ini Pemohon mengusulkan pula
agar Pengadilan Niaga mengangkat seorang Kurator yaitu Saudara
HANAN SOEHARTO, dari Kantor Pengacara HANAN & REKAN
No. C .14.UM.01-10 Tahun 1998, tanggal 30 September 1998;
Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana telah diuraikan terse­
but di atas, maka dengan ini mohon perkenan Pengadilan Niaga untuk
memutus sebagai berikut:
V Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya;
V Menyatakan Debitur/Termohon PT. PACIFIC INTERNATIONAL
FINANCE berkedudukan di Jakarta tersebut dalam keadaan Pailit;
V Mengangkat Hakim Pengawas dalam pernyataan kepailitan ini
menurut pertimbangan Pengadilan;
V Mengangkat Bapak HANAN SOEHARTO dari Kantor Pengacara
Hanan & Rekan, Kurator dan Pengurus yang telah terdaftar pada
Departemen Kehakiman RI, No. C .14 UM,01-10 Tahun 1998,
tanggal 30 September 1998 untuk mengurus seluruh harta
kekayaan Pailit selama Termohon berada dalam keadaan Pailit;
V Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan


Pemohon telah hadir kuasanya. Termohon hadir Kuasanya Saudara
Doni Antares Irawan dan Djuhri Sugeha. Pengacara dari DAI Associates
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 10 November 1998 yang
dilegalisir di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12
November 1998, No. 109/Leg.Srt.Kuasa/98/PN.NIAGA/JKT.PST. serta
kreditur lainnya telah hadir yakni Saudara Saud Pardede dan Harry
Budiono kuasa dari Bank Tabungan Negara berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 12 November 1998;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat per­
mohonan Pemohon dan salinannya juga telah diterima oleh Termohon,
dimana Pemohon tetap kepada permohonannya;
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, T e r ­
mohon telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
1. Bahwa benar Termohon telah menerbitkan Promissory Note seb a­
gai berikut:

31
1.1. Promissory Note No. Seri 1636 bernilai US$ 18,000,000,-
(delapan belas juta dolar Amerika Serikat) jatuh tempo pada
tanggal 28 Mei 1997;
1.2. Promissory Note No. Seri 1639 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997;
1.3. Promissory Note No. Seri 1640 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997;
1.4. Promissory Note No. Seri 1641 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil 997;
1.5. Promissory Note No. Seri 1642 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil 997;
1.6. Promissory Note No. Seri 1643 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil 997;
1.7. Promissory Note No. Seri 1644 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil 997;
1.8. Promissory Note No. Seri 1645 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Juni1997;
1.9. Promissory Note No. Seri 1646 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil 997;
1.10. Promissory Note No. Seri 1647 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 11 Junil997;
1.11. Promissory Note No. Seri 1649 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Junil 997;
1.12. Promissory Note No. Seri 1650 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Junil997;
1.13. Promissory Note No. Seri 1651 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997;

32
1.14. Promissory Note No. Seri 1652 bernilai US$ 2,500,000,-
(dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh tempo
pada tanggal 27 Juni1997;
2. Bahwa terhadap Promissory Note yang diterbitkan oleh term ohon
pada butir 1 di atas bertindak sebagai Avalist adalah PT. Bank
Pacific sebagaimana tercantum dalam Promissory Note, yang
masing-masing dengan Nomor Register Aval sebagai berikut:
2.1. Avalist PT. BANK PACIFIC, 093/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1636;
2.2. Avalist PT. BANK PACIFIC, 118/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1639;
2.3. Avalist PT. BANK PACIFIC, 117/AVAL/VLS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note Ho. 1640;
2.4. Avalist PT. BANK PACIFIC, 116/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note Ho. 1641;
2.5. Avalist PT. BANK PACIFIC, 115/AVALA/LSrTOPS/KP/97 untuk
Promissory Note Ho. 1642;
2.6. Avalist PT. BANK PACIFIC, 114/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1643;
2.7. Avalist PT. BANK PACIFIC, 113/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1644;
2.8. Avalist PT. BANK PACIFIC, 112/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1645;
2.9. Avalist PT. BANK PACIFIC, 111 /AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note Ho. 1646;
2.10. Avalist PT. BANK PACIFIC, 110/AVALTVLS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1647;
2.11. Avalist PT. BANK PACIFIC, 119/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1649;
2.12. Avalist PT. BANK PACIFIC, 120/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1650;
2.13. Avalist PT. BANK PACIFIC, 121 /AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1651;
2.14. Avalist PT. BANK PACIFIC, 122/AVALA/LS/TOPS/KP/97 untuk
Promissory Note No. 1652;

33
3. Bahwa Promissory Note pada butir 1 di atas, diterbitkan oleh dasar
perpanjangan periode jatuh tempo yang dimintakan oleh PT.
BANK PACIFIC sebagai avalist kepada dan telah disetujui oleh
Pemohon;
4. Bahwa PT. Bank Pacific sebagai avalist atas Promissory Note
yang dikeluarkan oleh Termohon bertanggung jawab sebagaimana
yang diatur dalam K.U.H. Dagang, sebagai berikut:
Pasal 129 : Pembayaran sesuatu surat wesel bisa dijamin dengan
jaminan aval untuk seluruh atau sebagian dari jumlah uangnya;
Jaminan ini bisa diberikan oleh orang ketiga bahkan oleh orang
yang tandatangannya termuat di dalam wesel itu;
Pasal 130 : Aval tersebut harus ditulis di dalam surat wesel yang
dijaminnya atau pada kertas sambungannya;
la dinyatakan dengan kata-kata “baik untuk aval” atau kata-kata
lain sebagainya, ia pun harus ditanda tangani oleh si pemberi Aval;
Hanya tanda tangan saja dari pemberi aval yang dibubuhkan pada
belah muka dari surat wesel itu, berlakulah sudah sebagai aval,
kecuali tanda tangan itu tanda tangan si tertarik atau si penarik;
Aval bisa juga diberikan dengan sebuah naskah tersendiri atau
dengan sepucuk surat yang menyebutkan tempat ia diberikannya;
Didalam aval itu harus diterangkan juga untuk siapa ia diberikan­
nya. Keterangan yang demikian tak dimuatkannya, dianggaplah
aval itu diberikan untuk penarik;
Pasal 131 : Pemberi aval, iapun sama terikatnya seperti mereka
untuk siapa aval diberikan;
Ikatan dia berlaku juga, pun sekiranya ikatan yang dijaminnya,
karena lain alasan dari pada cacat dalam bentuknya, batal;
Dengan membayarnya, si pemberi aval memperoleh segala hak
yang menurutnya surat wesel itu bisa dilaksanakan kepada pihak
siapa aval diberikan, dan kepada mereka yang terhadap pihak ter­
sebut terikat karena surat wesel itu;
5. Bahwa semua asset Termohon berupa saham-saham, tanah-
tanah yang keseluruhannya bernilai Rp. 2,3 Trilyun pada bulan
Agustus 1996 telah diserahkan kepada PT. Bank Pacific sebagai
avalist sebagaimana diketahui dan disetujui oleh Pemohon;
Bahwa asset tersebut jauh lebih besar dari pada nilai Promissory
Note yang diterbitkan oleh Termohon, sebagaimana tersebut da­
lam akta-akta terlampir;
6. Bahwa PT. Bank Pacific sebagai avalist telah pernah menawarkan
pembayaran pelunasan atas seluruh Promissory Note pada hari

34
Kamis tanggal 30 September 1997. Penawaran tersebut dilakukan
oleh Bapak Ali Sanusi Lubis selaku Presiden Direktur PT. Bank
Pacific kepada PT. Bank Ekspor Impor saat ini sebagai Pemohon,
akan tetapi Pemohon pada saat itu belum mau menerima pem ­
bayaran pelunasannya. Apabila Pemohon bersedia menerima
pembayaran pelunasan, dapat dipastikan tidak akan timbul
perkara ini;
Oleh karenanya belum terlunasinya Promissory Note tersebut
adalah akibat dari kesalahan Pemohon sendiri;
Kiranya Bapak Hakim Yang Mulia dapat menghadirkan Bapak Ali
Sanusi Lubis dari pihak PT. Bank Ekspor Impor dalam persidangan
ini untuk dimintakan keterangannya sebagai saksi;
7. Bahwa Termohon menolak butir 3 dalam Permohonan Pemohon
(halaman 3 s/d 8) dimana Pemohon menyatakan bahwa total ke­
wajiban Termohon sebesar: US$ 63,633,785.49 tidak mempunyai
dasar hukum;
Bahwa tuntutan pembayaran tersebut bukan merupakan kerugian
yang pasti, perlu adanya pembuktian terlebih dahulu. Pembuktian
mana tidak se-summir yang diungkapkan Pemohon, yang mana
seharusnya pembuktian-pembuktian tersebut dilakukan melalui
perkara perdata;
8. Bahwa sebagaimana diuraikan pada butir 3 di atas, Termohon te­
lah menyerahkan semua assefnya kepada avalist yaitu PT. Bank
Pacific, kemudian PT. Bank Pacific dilikuidasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia, yang diluar keinginan dan kemampuan T e r­
mohon. Sehingga kedudukan Termohon saat ini seperti kata
pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga”;
Mohon sudi kiranya Bapak Hakim Yang Mulia melihat berdasarkan
keadilan yang seadil-adilnya;
9. Bahwa berdasarkan apa yang dikemukakan di atas sangat tidak
beralasan sita jaminan yang dibebankan terhadap harta benda
milik orang lain dan bukan milik Termohon, sehingga sudah se­
harusnya sita jaminan tersebut ditolak. Dan untuk itu kami memo­
hon Majelis Hakim sebelum menetapkan sita jaminan agar
melakukan penelitian terlebih dahulu dengan seksama;
10. Bahwa perusahaan Termohon dengan ± 20 orang pekerja sampai
saat ini masih berjalan dengan baik, dengan diserahkannya asset
milik Termohon kepada PT. Bank Pacific sebagai avalist ditambah
lagi dengan pernyataan pailit dari Pemohon, hal ini akan membuat
keadaan-keadaan ini lebih rumit. Akan terjadi Pemberhentian

35
Hubungan Kerja (PHK) terhadap ± 20 orang pekerja yang akan
kehilangan pekerjaan, serta terputusnya sumber penghidupan ke­
luarga;
11. Bahwa masalah/perkara ini bukan perkara sumir, perkara ini pem­
buktiannya tidak sederhana, selain itu Termohon tidak melihat
perkara ini sebagai perkara kepailitan semestinya perkara ini di­
kategorikan sebagai perkara biasa dan diselesaikan di Pengadilan
Negeri bukan di Pengadilan Niaga, sehingga sudah seharusnya ki­
ranya Majelis Hakim dapat menolaknya;
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka dengan ini Ter­
mohon memohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk me­
mutuskan sebagai berikut:
1. Menolak permohonan Pemohon;
2. Menolak sita jaminan/mengankat kembali sita jaminan dari Pemo­
hon;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan­


nya pihak Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat yang di-
meteraikan secukupnya dan dicocokkan dengan aslinya berupa :
1. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1636 bernilai US$
18.000. 000,- (delapan belas juta dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 28 Mei 1997, ditandai P-1;
2. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1639 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-2;
3. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1640 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-3;
4. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1641 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-4;
5. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1642 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-5;
6. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1643 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-6;
7. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1644 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-7;

36
8. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1645 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-8;
9. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1646 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-9;
10. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1647 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 11 Juni1997, ditandai P-10;
11. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1649 bernilai US$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 27 Juni1997, ditandai P-11;
12. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1650 bernilai U S $
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 27 Juni1997, ditandai P-12;
13. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1651 bernilai U S$
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggal 27 Juni1997, ditandai P-13;
14. Foto Copy Promissory Note No. Seri 1652 bernilai U S $
2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) jatuh
tempo pada tanggai 27 Juni1997, ditandai P-14;
15. Foto Copy Akta No. 54, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-15;
16. Foto Copy Akta No. 55, tanggai 29 Agustus 1996, ditandai P-16;
17. Foto Copy Akta No. 56, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-17;
18. Foto Copy Akta No. 57, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-18;
19. Foto Copy Akta No. 80, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-19;
20. Foto Copy Akta No. 59, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-20;
21. Foto Copy Akta No. 60, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-21;
22. Foto Copy Akta No. 61, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-22;
23. Foto Copy Akta No. 81, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-23;
24. Foto Copy Akta No. 68, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-24;
25. Foto Copy Akta No. 69, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-25;
26. Foto Copy Akta No. 70, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-26;
27. Foto Copy Akta No. 72, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-27;
28. Foto Copy Akta No. 79, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-28;
29. Foto Copy Akta No. 65, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-29;
30. Foto Copy Akta No. 66, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-30;
31. Foto Copy Akta No. 67, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-31;

37
32. Foto Copy Akta No. 71, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-32;
33. Foto Copy Akta No. 27, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-33;
34. Foto Copy Akta No. 28, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-34;
35. Foto Copy Akta No. 29, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-35;
36. Foto Copy Akta No. 78, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-36;
37. Foto Copy Akta No. 30, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-37;
38. Foto Copy Akta No. 31, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-38;
39. Foto Copy Akta No. 32, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-39;
40. Foto Copy Akta No. 77, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-40;
41. Foto Copy Akta No. 33, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-41;
42. Foto Copy Akta No. 34, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-42;
43. Foto Copy Akta No. 45, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-43;
44. Foto Copy Akta No. 75, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-44;
45. Foto Copy Akta No. 62, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-45;
46. Foto Copy Akta No. 63, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-46;
47. Foto Copy Akta No. 64, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-47;
48. Foto Copy Akta No. 76, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-48;
49. Foto Copy Akta No. 82, tanggal 29 Agustus 1996, ditandai P-49;
50. Foto Copy Akta No. 18, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-50;
51. Foto Copy Akta No. 19, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-51;
52. Foto Copy Akta No. 20, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-52;
53. Foto Copy Akta No. 21, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-53;
54. Foto Copy Akta No. 22, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-54;
55. Foto Copy Akta No. 23, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-55;
56. Foto Copy Akta No. 25, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-56;
57. Foto Copy Akta No. 26, tanggal 8 Agustus 1996, ditandai P-57;
58. Foto Copy Akta No. 64, tanggal 10 Desember 1996, ditandai P-58;
59. Foto Copy surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 537/KMK.
017/1997, tanggal 1 November 1997, ditandai P-59;
60. Foto Copy surat dari Bank Exim tanggal 16 Februari 1998, ditandai
P-60;
61. Foto Copy surat dari PT. Nugraha Santana tanggal 5 Februari
1998, ditandai P-61;
62. Foto Copy daftar asset yang diserahkan kepada Bank Pacific, di­
tandai P-62;

38
Menimbang, bahwa Termohon telah mengajukan bukti-bukti su­
rat berupa:
1. Foto Copy Akta No. 18 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-1;
2. Foto Copy Akta No. 20 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-2;
3. Foto Copy Akta No. 54 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-3;
4. Foto Copy Akta No. 55 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-4;
5. Foto Copy Akta No. 56 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-5;
6. Foto Copy Akta No. 57 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-6;
7. Foto Copy Akta No. 80 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-7;
8. Foto Copy Akta No. 21 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-8;
9. Foto Copy Akta No. 22 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-9;
10. Foto Copy Akta No. 23 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-10;
11. Foto Copy Akta No. 58 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T -11;
12. Foto Copy Akta No. 59 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-12;
13. Foto Copy Akta No. 60 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-13;
14. Foto Copy Akta No. 61 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-14;
15. Foto Copy Akta No. 19 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-15;
16. Foto Copy Akta No. 81 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-16;
17. Foto Copy Akta No. 69 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-17;
18. Foto Copy Akta No. 68 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-18;
19. Foto Copy Akta No. 70 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-19;
20. Foto Copy Akta No. 72 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-20;
21. Foto Copy Akta No. 79 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-21;
22. Foto Copy Akta No. 65 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-22;
23. Foto Copy Akta No. 66 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-23;
24. Foto Copy Akta No. 67 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-24;
25. Foto Copy Akta No. 71 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-25;
26. Foto Copy Akta No. 24 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-26;
27. Foto Copy Akta No. 25 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-27;
28. Foto Copy Akta No. 26 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-28;
29. Foto Copy Akta No. 27 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-29;
30. Foto Copy Akta No. 29 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-30;
31. Foto Copy Akta No. 28 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-31;
32. Foto Copy Akta No. 78 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-32;
33. Foto Copy Akta No. 30 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-33;
34. Foto Copy Akta No. 31 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-34;

39
35. Foto Copy Akta No. 32 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-35;
36. Foto Copy Akta No. 77 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-36;
37. Foto Copy Akta No. 33 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-37;
38. Foto Copy Akta No. 34 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-38;
39. Foto Copy Akta No. 35 tanggal 8 Agustus 1996, ditandai T-39;
40. Foto Copy Akta No. 75 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-40;
41. Foto Copy Akta No. 62 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-41;
42. Foto Copy Akta No. 63 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-42;
43. Foto Copy Akta No. 64 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-43;
44. Foto Copy Akta No. 64 tanggal 10 Desember 1996, ditandai T-44;
45. Foto Copy Akta No. 76 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-45;
46. Foto Copy Akta No. 82 tanggal 29 Agustus 1996, ditandai T-46;
Menimbang, bahwa Kreditur lainnya yaitu Bank Tabungan Ne­
gara telah mengajukan bukti berupa :
1. Foto Copy surat sanggup No. 1601, ditandai TII-1;
2. Foto Copy surat sanggup No. 1600, ditandai TII-2;

Menimbang, bahwa selanjutnya untuk mempersingkat segala


rincian putusan ini, dipersilahkan untuk membaca berita acara persi­
dangan yang dibuat oleh panitera pengganti;
Menimbang, bahwa karena tidak ada lagi yang akan dikemu-
kakan oleh Pemohon maupun Termohon, selanjutnya pengadilan akan
memberikan putusannya;

TENTANG HUKUMNYA :

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon


adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Pemohon telah mendalilkan bahwa Termo­
hon telah mempunyai hutang yang timbul dari penerbitan Promissory
Notes (Surat-surat Sanggup) yang diterbitkan oleh Termohon dan
masing-masing telah jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 1997, 11 Juni
1997 dan 27 Juni 1997 serta telah dapat ditagih, akan tetapi Termohon
tidak pernah membayarnya, sehingga Pemohon memohon agar Ter­
mohon dinyatakan Pailit;
Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar keterangan
Termohon yang pada pokoknya telah menerangkan bahwa benar Ter­
mohon telah menerbitkan Promissory Notes sebagaimana telah didalil­

40
kan oleh Pemohon, dan atas penerbitan Promissory Notes tersebut PT.
Bank Pacific telah bertindak sebagai avalist dan tanggal pembayaran
(Maturity date) yang dicantumkan dalam masing-masing Promissory
Notes tersebut adalah tenggang waktu setelah adanya perpanjangan
waktu atas permohonan PT. Bank Pacific, selaku avalist yang telah
menguasai seluruh asset Termohon, sebab pada Agustus 1996 selu­
ruh asset Termohon telah dialihkan oleh PT. Aditarina Arispratama s e ­
laku pemegang saham PT. Pacific International Finance (Termohon)
kepada PT. Bank Pacific, sehingga Termohon tidak mempunyai asset
yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajibannya untuk mem­
bayar hutang-hutang tersebut;
Menimbang, bahwa Pemohon selanjutnya telah menerangkan
bahwa Pemohon tidak pernah mengetahui dan menyetujui pengalihan
asset Termohon kepada PT. Bank Pacific, dan apabila hal tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban Termohon kepada Pemohon
seharusnya dan selayaknyalah Termohon menyerahkan asset tersebut
kepada Pemohon bukan kepada PT. Bank Pacific, dan adanya perpan­
jangan waktu untuk memenuhi kewajiban Termohon untuk membayar
hutang-hutangnya kepada Pemohon atas penerbitan Promissory Notes
tersebut adalah atas permohonan Termohon dan juga oleh PT. Bank
Pacific, oleh karena PT. Bank Pacific wajib melakukannya selaku avalist,
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya
Pemohon telah mengajukan surat bukti P-1 sampai dengan P-62;
Menimbang, bahwa Termohon juga telah mengajukan surat-
surat bukti T-1 sampai dengan T-46;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-1 sampai dengan
P-14 diperoleh fakta bahwa Termohon telah menerbitkan Promissory
Notes yang telah jatuh tempo untuk dibayar dan PT. Bank Pacific telah
bertindak sebagai avalist dalam penerbitan Promissory Notes tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-15 yang sam a
dengan surat bukti T-3. P-26 yang sama dengan T-19, P-43 yang
sama dengan T-39, P-47 yang sama dengan T-43, P-52 yang sam a
dengan T-2, P-55 yang sama dengan T-10, P-57 yang sama dengan
T-28, dihubungkan dengan P-62 dan P-11 diperoleh fakta bahwa PT.
Aditarina Arispratama dalam kurun waktu antara tanggal 8 sampai
dengan 29 Agustus 1996 telah mengalihkan asset-asset berupa tanah
dan saham-saham dari PT. Batu Panorama, PT. Antarukma Jaya, PT.
Ramasari Surya Persada, PT. Aditarina Kuningan, PT. Macan Pura,
PT. Aditarina Prapanca, PT. Aditarina Masiro dan Tanah MABES ABRI

41
(hasil ruislag) kepada Pt. Bank Pacific dengan maksud untuk mengu­
rangi kewajiban-kewajiban Termohon kepada PT. Bank Pacific;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas da­
pat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu antara tanggal 8 sampai
dengan tanggal 29 Agustus 1996 PT. Aditarina Arispratama telah meng­
ambil alih kewajiban-kewajiban Termohon kepada PT. Bank Pacific
dengan cara menyerahkan asset berupa tanah dan saham-saham
kepada PT. Bank Pacific, dan didalam penerbitan Promissory Notes
tersebut PT. Bank Pacific telah bertindak sebagai penjamin (avalist)
dari Termohon, dan ternyata pula sebagaimana telah diterangkan oleh
Pemohon di persidangan bahwa Termohon dan juga PT. Bank Pacific
telah berulang kali memohon perpanjangan waktu pembayaran
(.maturity date) Promissory Notes tersebut, sehingga menimbulkan
pertanyaan apakah Promissory Notes yang telah diterbitkan oleh Ter­
mohon tersebut ada kaitannya dengan adanya pengalihan asset yang
dilakukan oleh PT. Aditarina Arispratama tersebut kepada PT. Bank
Pacific dan hal ini berkaitan pula dengan pertanggung jawaban Termo­
hon atas penerbitan Promissory Notes tersebut, dan untuk membukti­
kan hubungan hukum yang terjadi antara PT. Aditarina Arispratama
dan PT. Bank Pacific haruslah ditarik sebagai pihak dalam perkara ini
dan oleh karena peraturan kepailitan tidak mengenal proses acara
demikian, maka penyelesaian perkara ini haruslah ditempuh melalui
proses acara perdata biasa, dan dengan demikian maka proses
penyelesaian perkara ini tidak termasuk lingkup Peradilan Niaga yang
pada prinsipnya menganut azas summarily proving (pembuktian se­
cara sumier) sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) dari Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, oleh karena itu permohonan Pemohon
haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa dengan demikian juga majelis tidak akan
mempertimbangkan surat-surat bukti lainnya termasuk hutang-hutang
Termohon kepada Kreditur lainnya;
Mengingat akan Undang-undang yang bersangkutan, Undang-
undang No. 4 Tahun 1998;

MEMUTUSKAN:

- Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima ( niet


onvankelijk verklaar)]
- Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya permo­
honan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

42
Demikianlah diputuskan di Jakarta pada hari ini Rabu tanggal 18
November 1900 sembilan puluh delapan, oleh kami Majelis Hakim
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan susunan sebagai berikut :
HARYONO, SH. sebagai Hakim Ketua, NY. PUTU SUPADMI, SH. dan
ERWIN MANGATAS MALAU, SH. sebagai Hakim Anggota, putusan
mana pada hari itu juga diucapkan di muka sidang yang terbuka untuk
umum dengan didampingi oleh Dolly Siregar, SH. Panitera Pengganti,
dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon, Kuasa Termohon dan Kuasa
Kreditur lainnya;

HAKIM A N G G O T A : HAKIM KETUA:


ttd. ttd.

NY. PUTU SUPADMI. SH. HARYONO. SH.

ttd.

ERWIN MANGATAS MALAU. SH.

PANITERA PENGGANTI

ttd.

DOLLY SIREGAR. SH,

43
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 28/119/Kep/ Dir. perihal pembe­
rian fasilitas pinjaman untuk menutup kerugian valas, bukan untuk keperluan tran ­
saksi derivatif;
- Pasal 56 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 jo
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang hak kreditur separatis untuk meng­
ajukan permohonan kepailitan.

H, PERKARA K EPA ILITA N ; PT. DHARMALA AGRIFOOD TBK.

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 02 P K /N /1 9 9 9 )

Pihak berperkara :
- PT. Bank Niaga T b k. dkk. : Para Pemohon Peninjauan
Kembali/Para Pemohon Kasasi/
Para Pemohon Pailit;

te rh a d a p :

- PT. Dharmala Agrifood Tbk. : Termohon Peninjauan Kembali/


Termohon Kasasi/Termohon
Pailit;

1. Putusan Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 6 April 1999, Nomor :


0 2 /P K /N /1 9 9 9 .
1 .1 . Am ar Putusan
- Mengabulkan Permohonan Peninjauan Kembali d a ri
para pemohon : I . PT. Bank Niaga Tbk., I I . PT. IN G
Indonesia Bank, I I I . International Finance Corpora­
tion;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
tanggal 7 Desember 1998, Nomor : 1 6 /P a ilit/1 9 9 8 /
PN. N iag a/Jkt. Pst. dan putusan Mahkamah Agung
tanggal 14 Februari 1999, Nomor : 0 7 K /N /1998;

45
Dan mengadili sendiri :
- Mengabulkan permohonan para permohon peninjauan
kembali;
- Menyatakan termohon peninjauan kembali p ailit
dengan segala akib at hukumnya
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan-keberatan ad. 3,4,6,9,10 dan 11 da­
pat dibenarkan dengan pertimbangan:
- bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia tanggal 29 Desember 1995, Nomor
28/119/K ep/D ir., maka Surat Keputusan Direksi B I tanggal
28 Februari 1991, Nomor 23 /7 4 /K e p /D ir. tentang Marging
Trading dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
- bahwa Pasal 6 ayat (2) Surat Keputusan Direksi B I
tanggal 29 Desember 1995, Nomor 28/119/K ep/D ir. menya­
takan bahwa Bank dilarang memberikan fasilitas dan ceruk-
an ( o ve rd ra ft) untuk keperluan transaksi derivatif kepada
nasabah;
- bahwa berdasarkan Surat Edaran B I tanggal 8 Fe­
bruari 1996, Nomor 28/15/U D , yang dimaksudkan dengan
fasilitas kredit dan cerukan dalam Surat Keputusan Direksi
tersebut adalah pemberian kredit dan cerukan oleh Bank
dalam rangka kewajiban pemenuhan margin deposit dari na­
sabah;
- bahwa suatu kesalahan berat dalam penerapan hukum
bila dikatakan bahwa Bank Indonesia melarang pemberian
kredit oleh Bank-bank kepada nasabahnya untuk keperluan
menutup kerugian transaksi valas yang sifatnya bukan untuk
memenuhi margin deposit;
- bahwa fasilitas pinjaman yang diberikan oleh pemohon
I kepada termohon adalah untuk menutup kerugian valas
dalam transaksi s e ll option US$ Call/Rp. Put., sehingga hal
itu bukanlah merupakan pemberian kredit untuk keperluan
transaksi derivatif yang dilarang oleh Surat Keputusan
Direksi B I Nomor : 28/119/K ep / Dir itu;

46
2. Putusan : Permohonan Kososi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 25 Januari 1999, Nomor :


0 7 K /N / 1998.
2 .1 . Am ar Putusan :
- Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi I .
PT. Bank Niaga Tbk., I I . PT. IN G Indonesia Bank,
I I I . International Finance Corporation;
- Dan seterusnya;
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan kasasi ad. 1 tidak dapat dibenar­
kan, dengan tambahan pertimbangan bahwa Judex Fac-
tie menemui fa k ta adanya hubungan hukum antara pemo­
hon dan termohon yaitu adanya transaksi derivatif dan
adanya perjanjian kredit yang ditentukan bahwa fa s ili­
tas kredit yang diberikan oleh pemohon I kepada t e r ­
mohon akan digunakan untuk jenis fasilitas pinjaman
transaksi khusus keperluan untuk menutup kerugian
transaksi valas dan transaksi se ll option US$ call/Rp. p u t.
- bahwa jelas pemberian fasilitas kredit oleh pemohon
I (PT. Bank Niaga T b k.) kepada termohon untuk menutup
kerugian transaksi valas, sedangkan hal tersebut dilarang
oleh Bank Indonesia (Pasal 6 ayat (2 ) Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 28/119/K E P /D IR tentang
transaksi derivatif;
- bahwa oleh karena perikatan antara pemohon I
dengan termohon terdapat adanya causa yang tidak halal
sehingga perjanjian antara pemohon I dengan termohon
tidak memenuhi syarat pasal 1320 KUH. Perdata yaitu
syarat objektif tidak terpenuhi sehingga perjaryian b atal
demi hukum. Karena perjanjian batal demi hukum, maka
hutang tidak terbukti dan tidak terbukti pula ja tu h
tempo;

47
- bahwa pemohon I I I adalah kred itu r yang memegang
hak tanggungan, hypothek dan fiducia akan disebut se­
bagai kred itu r separatis, yang dalam proses kepailitan
kred itu r separatis tidak mempunyai hak untuk menge­
luarkan suara. Karena sesuai Pasal 56 Undang-undang
Kepailitan, kreditur separatis dapat mengeksekusi haknya
seolah-olah tidak terja d i kepailitan;
Sehingga dengan demikian kalau kreditur separatis
mengajukan permohonan kepailitan terhadap debitur,
seharusnya melepaskan haknya terlebih dahulu sebagai
kreditur separatis dan menjadi kreditur konkuren,
karena itu unsur kreditur tidak terpenuhi;

3. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan N egeri Jakarta Pusat,


tanggal 18 November 1998, Nomor : 16/P ailit/19 98/P N .
N ia g a /J k t. Pst.
3 .1 . Am ar Putusan :
- Menolak permohonan para pemohon (Pemohon I , Pemo­
hon I I , Pemohon I I I ) ;
- Dan seterusnya;
3 . 2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa menurut Pasal 1 ayat (1,2,3 dan 4 ) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, yang ber­
hak mengajukan kepailitan adalah deb itu r, seorang atau
lebih kred itu r, Kejaksaan untuk kepentingan umum, Bank
Indonesia dan Bapepam;
- bahwa karena Undang-undang hanya menyebut
seorang atau lebih kred itu r dan tidak membedakan
kred itu r dan tid ak ada larangan bagi kred itu r separatis
untuk mengajukan permohonan kepailitan, maka menurut
hemat M ajelis, kred itu r separatis dapat mengajukan
permohonan kepailitan;

48
- bahwa walaupun benar bahwa prinsip kepailitan
diperuntukkan para kreditur konkuren (karena kreditur
separatis berdasarkan Pasal 5 6 Undang-undang No, 4
Tahun 1998 dapat mengeksekusi haknya seolah-olah
tidak terja d i kepailitan), akan tetapi tidaklah menghi­
langkan hak bagi para kreditur separatis untuk mengaju­
kan permohonan kepailitan;
- bahwa berdasarkan bukti P-l yang dihubungkan dengan
bukti sangkalan termohon (bukti T-la, T-2 dan T-3) te r ­
dapatlah fakta bahwa hubungan yang ada antara pemo­
hon I sebagai kreditur dengan termohon adalah pembe­
rian fasilitas kredit untuk transaksi valas;
- bahwa Bank Indonesia mengeluarkan larangan
pemberian fa s ilita s k re d it dan cerukan ( o v e rd ra ft ) un­
tuk keperluan margin deposit yaitu dana yang khusus di­
cadangkan untuk menutup kerugian-kerugian yang mungkin
timbul karena transaksi derivatif kepada nasabah seba­
gaimana terd ap at dalam Surat Bank Indonesia tanggal
28 Februari 1991, No. 23/23/U D dan Edaran Bank
Indonesia tanggal 29 Desember 1995 (Pasal 6 ayat (2),
No. 28/13/UD);
- bahwa karena ternyata perjanjian kredit tanggal 15
Oktober 1997, No. 973/C B S/JK T/1 9 9 7 bertentangan
dengan ketentuan peraturan yang berlaku sebagaimana
tersebut di atas, maka perjanjian tersebut berakibat
batal demi hukum;

49
PUTUSAN
N o. 02 P K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YA N G MAHA ESA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari:
1. PT. BANK NIAGA TBK, berkedudukan dan berkantor
pusat di Jakarta, di Graha Niaga, Jl. Jenderal Sudirman
Kaveling 58, Jakarta 12190;
2. PT. ING INDONESIA BANK, berkedudukan di Jakarta
dahulu berkantor di Summitmas II lantai 14, Jalan
Jenderal Sudirman Kaveling 61-62, Jakarta 12190,
sekarang berkantor di Gedung Bursa Efek Jakarta.
Menara II Lantai 25, Jalan Jenderal Sudirman Kaveling
52-53, Jakarta 12190;
3. INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION, ber­
alamat di 1818 H Street, NW.Washington, DC 20433,
Amerika Serikat dan berkantor di Gedung Bursa Efek
Jakarta, Menara II lantai 13, Jalan Jenderal Sudirman
Kaveling 52-53, Jakarta 12190;
Ketiganya dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Kartini
Mulyadi, SH., Pengacara pada Kartini Mulyadi &
Rekan, beralamat di Gedung Mulia Lantai 5 dan 6,
Jalan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Kaveling 10,
Jakarta 12950, masing-masing berdasarkan surat
kuasa khusus No. 037/LCD-CA/AR/1999 tertanggal 5
Februari 1999, tanggal 15 Februari 1999, dan tanggal
18 Februari 1999 sebagai Para Pemohon Peninjauan
Kembali dahulu Para Pemohon Kasasi/Para Pemo­
hon Pailit/Para Kreditur;

Mel awan:

PT. DHAMALA AGRIFOOD TBK, berkedudukan di


Wisma Dharmala Sakti Lantai 21, Jalan Jenderal
Sudirman Kaveling 32, Jakarta 10220 dalam hal ini
diwakili oleh kuasanya Hotman Paris Hutapea, SH.

50
dan Jasmalin Purba, SH., Advokat/Pengacara pada
Makarim & Tairas beralamat di Gedung Summitmas I
Lantai 17 dan 18, Jalan Jenderal Sudirman Kaveling
61-62 Jakarta 12069, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 19 November 1998 sebagai Termo­
hon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/
Termohon Pailit/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para
Pemohon Kasasi/Para Pemohon Pailit/Para Kreditur telah mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 4 Februari 1999 Nomor : 07 K/N/1998 jo
Putusan Pengadilan Niaga di Jakarta tanggal 7 Desember 1998 No
16/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang telah berkekuatan hukum tetap,
dalam perkaranya melawan Para Termohon Peninjauan Kembali da­
hulu sebagai Termohon Kasasi/Termohon Pailit/Debitur dengan posita
perkara sebagai berikut:
bahwa Pemohon I, II dan III telah memberikan fasilitas pinjaman
kepada Termohon;
bahwa jumlah fasilitas pinjaman Pemohon I sebesar
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) sesuai dengan bunyi
perjanjian Pemohon I tanggal 15 Oktober 1997 bukti P.1. Jumlah utang
Termohon tersebut pada tanggal 30 September 1998 sebanyak
Rp. 6.044.994.263,39 (enam milyar empat puluh empat juta sembilan
ratus sembilan puluh empat ribu dua ratus enam puluh tiga rupiah tiga
puluh sembilan sen) sebagai tercantum dalam surat pernyataan dan
penegasan tanggal 27 Oktober 1998 bukti P-2;
bahwa utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih tang­
gal 6 Mei 1998 sebagai tercantum surat Pemohon I (P-3);
bahwa jumlah fasilitas pinjaman Pemohon II sebanyak U S $
10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) sesuai perjanjian
Pemohon II bukti P-4. Dan jumlah utang tersebut pada taggal 30 S e p ­
tember 1998 berjumlah US$ 6,753,923.37 (enam juta tujuh ratus lima
puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh tiga dolar Amerika Serikat tiga
puluh tujuh sen) sesuai bukti (P-5). Utang tersebut telah jatuh tempo
dan dapat ditagih sejak tanggal 12 Februari 1998 bukti (P-4), tetapi
Termohon tidak memenuhi kewajibannya walaupun Pemohon II telah

51
menyatakan Termohon cidera janji bukti (P-6) dan surat penagihan
pembayaran bukti (P-7);
bahwa jumlah pinjaman Pemohon II kepada Termohon sebanyak
US$ 35,000,000.00 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) atau
equivalennnya dalam mata uang lain sesuai dengan perjanjian Pemo­
hon III tanggal 11 Maret 1996 diubah tanggal 6 September 1996 dan
tanggal 27 Agustus bukti P-8A, P-8B dan P-8C;
bahwa jumlah utang tersebut pada tanggal 30 September 1998
berjumlah US$ 32,201,846.99 (tiga puluh dua juta dua ratus satu ribu
delapan ratus empat puluh enam dolar Amerika Serikat sembilan puluh
sembilan sen) sebagaimana tercantum dalam P.9 dan jumlah ini akan
terus bertambah sesuai perjanjian Pemohon III sampai seluruh jumlah
uang yang terhutang dibayar lunas oleh Termohon kepada Pemohon
III. Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih sejak tanggal 16
Maret 1998;
bahwa telah terbukti dengan sah terdapat 3 (tiga) utang Termo­
hon yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih yang belum dibayar selu­
ruhnya kepada Para Pemohon, maka sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku Para Pemohon mohon agar Termohon dinyatakan pailit
dengan segala akibat hukumnya;
bahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Para Pemohon
dan mencegah Termohon melakukan tindakan atas kekakayaannya
yang merugikan hak dan kepentingan Para Pemohon dan mohon agar
sebelum menjatuhkan putusan, Majelis Hakim Pengadilan Niaga ber­
kenan menetapkan menunjuk Kurator sementara sesuai ayat (1) Pasal
7 UU Kepailitan, Kurator sementara yang diusulkan adalah Ibu Marjan
E. Pane beralamat di Jalan Gandaria Tengah III/8, Kebayoran Baru,
Jakarta 12130, dan ia berhak untuk menjabat sebagai kurator dan
kurator sementara dan tidak ada benturan kepentingan P-10;
bahwa sesuai Pasal 13 ayat (1) UU Kepailitan mohon agar
Majelis Hakim mengangkat Hakim Pengawas dalam kepailitan ini serta
menunjuk Ibu Marjan E. Pane sebagai Kurator dan menetapkan be­
sarnya imbalan jasa kurator yang bersangkutan;
bahwa mohon menyatakan putusan atas permohonan kepailitan
ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun Termohon mengaju­
kan upaya hukum;
bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Para Pemo­
hon bersama ini mohon agar Majelis Hakim yang terhormat berkenan
putusan sebagai berikut:

52
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon Pailit dengan segala akibat hukumya;
3. Mengangkat Ibu Pengawas untuk Kepailitan tersebut;
4. Menunjuk Ibu MARJAN E. PANE beralamat di Jalan Gandaria
Tengah III/8, Kebayoran Baru, Jakarta 12130 sebagai Kurator da­
lam Kepailitan tersebut;
5. Menetapkan jumlah honorarium Kurator sementara, jika diangkat,
dan honorarium Kurator tersebut;
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun diajukan upaya hukum Kasasi dan atau Peninjauan
Kembali; dan
7. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya perkara ini;

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia tanggal 4 Februari 1999 No. 07 K/N/1998 yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi : I. PT.
BANK NIAGA TBK, II. PT. ING INDONESIA BANK, III. INTERNA­
TIONAL FINANCE CORPORATION tersebut;
Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar semua
biaya perkara baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar
Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan dalam tingkat Kasasi sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung RI tanggal 4
Februari 1999 No. 07 K/N/1998 diberitahukan kepada kedua belah
pihak dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus
masing-masing tanggal 5 Februari 1999,15 Februari 1999 dan 18 Februari
1999 diajukan permohonan Peninjauan Kembali secara lisan di Kepani­
teraan Pengadilan Niaga tersebut pada tanggal 26 Februari 1999 per­
mohonan mana disertai dengan memori yang memuat alasan permo­
honannya yang diterima di Kepanitera Pengadilan Niaga tersebut pada
hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 1 Maret 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Maret 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 2 8 6 ,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 T a -

53
hun 1998, yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan
Undang-undang No. 4 Tahun 1998, permohonan peninjauan kembali
a quo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu
dan dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh
karenanya itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan kembali telah menga­
jukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai
berikut:
1. TERDAPAT BUKTI TERTULIS BARU YANG PENTING
Bahwa pertama-tama Pemohon Peninjauan Kembali mohon
akta bahwa bukti tertulis Penting ini baru diperoleh Pemohon
Peninjauan Kembali tanggal 22 Februari 1999, bahwa karenanya
apabila bukti ini diketahui pada persidangan sebelumnya akan
menghasilkan putusan yang berbeda.
1.1. Bahwa pada tanggal 22 Februari 1999, vide PPK-4, diterima
dari Ny. Erika Aksa Mohammad, surat Kepala Urusan
Devisa Bank Indonesia nomor 31/180/UD perihal “transaksi
Derivatif’ (selanjutnya disebut “surat UDBI”), vide bukti PPK-
5, yang merupakan jawaban atas surat dari kuasa dari para
pemohon Peninjauan Kembali sebagaimana tercantum
dalam bukti PPK-6; dalam surat UDBI diberi penjelasan
mengenai transaksi Derivatif, dan pada pokoknya ditegaskan
bahwa pemberian kredit untuk menutup kerugian sesuai
perjanjian kredit No. 973/CBG/JKT/1997 tertanggal 15 Okto­
ber 1997 antara Pemohon Peninjauan Kembali I dan Termohon
Peninjauann Kembali, vide bukti P-1 bukan merupakan
fasilitas kredit yang dilarang menurut Pasal 6 ayat (2) Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/119/KEP/DIR
tanggal 29 Desember 1995 tentang transaksi Derivatif, selan­
jutnya disebut “KEP DIR BI 29/119”
1.2. Bahwa Judex Factie berpendapat bahwa perjanjian Kredit
bertentangan dengan ketentuan peraturan yang berlaku
yakni “Surat Bank Indonesia No. 23/23/UD tanggal 28
Februari 1991 dan Edaran Bank Indonesia No. 28/13/UD
tertanggal 29 Desember 1995 Pasal 6 ayat (2)”. Pendapat
Judex Factie ini dikuatkan oleh Majelis Hakim Kasasi
(dengan perbaikan peraturan yang dijadikan dasar hukum)
dan Majelis Hakim Kasasi berpendapat bahwa dengan
adanya fakta yang terdapat dalam bukti P-1 jelas merupakan
pemberian fasilitas kredit untuk menutup kerugian valas

54
yang dilarang oleh Bank Indonesia sesuai Pasal 6 ayat (2)
KEP DIR BI 28/ 119 sehingga tidak memenuhi syarat Pasal
1320 KUHPerdata sehingga Perjanjian Kredit batal demi hu­
kum (halaman 40 dan 41 Putusan Mahkamah Agung), quod
non.
1.3. Bahwa surat UD BI tersebut dalam butir 1 di atas baru dike­
luarkan pada tanggal 19 Februari 1999 dan diterima pada
tanggal 22 Februari 1999 (vide PPK-4), sehingga apabila S u ­
rat UD BI ini diajukan pada persidangan sebelumnya, maka
akan berakibat adanya putusan yang berbeda, karena akan
memberikan dasar hukum bagi Majelis Hakim Peninjauan
Kembali unutuk menjatuhkan putusan sesuai dengan per­
aturan perundang-undangn yang berlaku dan tidak akan
menyatakan Perjanjian Kredit batal demi hukum.
2. BAHWA MAJELIS HAKIM KASASI KESALAHAN DALAM PENE­
RAPAN PASAL 10 AYAT (3) UUK
Memori Kasasi telah diajukan oleh Para Pemohon Kasasi,
sekarang Para Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 14
Desember 1998 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 14 Desember 1998 bahwa no­
mor ll/Kas/1998/PN.NIAGA.JKT.PST. sebagaimana terbukti dari
bukti “PPK-7”. Putusan Mahkamah Agung (seperti didefinisikan di
atas) diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari
Kamis, tanggal 4 Februari 1999. Kesimpulan : Majelis Hakim Kasasi
telah melampaui jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal per­
mohonan Kasasi didaftarkan yang dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(3) UUK, maka keputusan tersebut harus dibatalkan.
3. Bahwa majelis Hakim Kasasi Melakukan Kesalahan Berat Dalam
Penerapan Hukum Karena Tanpa Pertimbangan Apapun Juga
Menganggap Bahwa Semua Keberatan Yang Diajukan Oleh Para
Pemohon Kasasi, Sekarang Para Pemohon Peninjauan Kembali,
Sebagai Penilaian Atas Hasil Pembuktian
Adalah fakta bahwa keberatann yang diajukan oleh Para Pemohon
Peninjauan Kembali, semula para Pemohon Kasasi, adalah
Keberatan-keberatan yang dimaksud dalam Pasal 30 UU M ahka­
mah Agung, antara lain :
1. Judex Factie telah melampaui kewenangannya dan melang­
gar Pasal 280 UUK;
2. Judex Factie mengabaikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) b U U K
sehingga menyalahi ketentuan Pasal 178 ayat (2) RI D;

55
3. Judex Factie salah dalam memberi dasar hukum dengan
menunjuk surat Edaran Bank Indonesia yang keliru dan sudah
dicabut;
4. Judex Factie keliru menafsirkan ketentuan tentang jatuh tem­
ponya utang;
5. Judex Factie salah menerapkan ketentuan KEP DIR BI
28/119;
6. Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dianggap berisi tentang
ketentuan Kepailitan;
Di berbagai bagian pertimbangannya dalam Putusan Mahkamah
Agung Majelis Hakim Kasasi sendiri mempertimbangkan dan
melakukan penilaian atas bukti-bukti yang diajukan. Penilaian hasil
bukti-bukti memang tidak dapat dielakkan baik oleh Para Pemohon
Peninjauan Kembali, oleh Judex Factie maupun oleh Majelis
Hakim Kasasi, maka dalam rangka pelaksanaan Pasal 30 UU
Mahkamah Agung tersebut seyogyanya diperbolehkan disampai­
kan penilaian atas hasil pembuktian yang bersifat penghargaan
terhadap suatu kenyataan;
Bahwa Majelis Hakim Kasasi Telah Memberikan Dasar Hukum
Dan Pertimbangan Hukum Yang Berbeda Dengan Judex Factie
Serta Menjatuhkan Putusan Atas Dasar Hukum Dan Pertimbangan
Yang Berbeda. Namun Demikian Majelis Hakim Kasasi Tidak
Menyatakan Menerima Permohonan Dan Mengadili Sendiri
Perkara Ini, Tetapi Majelis Hakim Kasasi Menolak Permohonan
Kasasi
4.1. Perbedaan Pertimbangan Hukum mengenai batal Demi Hu­
kum Perjanjian Kredit.
Dasar hukum yang digunakan dalam pertimbangan hukum
Judex Factie dalam putusan Pengadilan Niaga adalah “Surat
Bank Indonesia No. 23/23/UD tertanggal 28 Februari 1991
dan Edaran Bank Indonesia No. 28/13/UD tertanggal 29 De­
sember 1995 (Pasal 6 ayat 2)”. Dasar hukum yang digu­
nakan dalam pertimbangan Hukum Majelis Hakim Kasasi
dalam putusan Mahkamah Agung adalah KEP DIR BI
28/119.
Perbaikan yang dilakukan oleh Majelis Hakim Kasasi dalam
putusan Mahkamah Agung adalah berdasarkan keberatan
yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi, jadi Permohonan
Kasasi sebetulnya harus dibenarkan dan Mahkamah Agung
seharusnya mengadili sendiri.
4.2. Pertimbangan hukum mengenai jatuh tempo hutang Termo­
hon Peninjauan Kembali kepada Pemohon Peninjauan Kem­
bali II.
Dalam pertimbangan hukum Judex Factie, tidak dipertim­
bangkan saat jatuh tempo utang Termohon Peninjauan
Kembali kepada Pemohon Peninjauan Kembali II, sedang­
kan Majelis Hakim Kasasi memberikan pertimbangan hukum
sebagai berikut:
“sesuai bukti P-4a (iii) bahwa pinjaman fasilitas I tersebut di­
realisir tanggai 12 November 1997, jangka waktu 12 bulan,
sehingga jatuh tempo tanggal 12 November 1998, sedang­
kan Permohonan Pailit diajukan tanggal 9 November 1998
sehingga utang belum jatuh tempo”.
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Kasasi ini salah, tanggal
jatuh tempo utang Termohon Peninjauan Kembali kepada
Pemohon Peninjauan Kembali II adalah 12 Februari 1998
sebagaimana akan dijelaskan pada bagian I.J.2 di bawah ini,
karenanya Majelis Hakim Kasasi telah melakukan kesalahan
berat dalam interprestasi isi Surat Fasilitas vide bukti P-4
yang ditandatangani oleh Pemohon Peninjauan Kembali II
dan Termohon Peninjauan Kembali.
4.3. Pertimbangan hukum mengenai kewenangan Pemohon
Peninjauan Kembali III sebagai “Kreditur Separitis” dalam
mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit dan pertimbang­
an Judex Factie di halaman 9 alinea 7 dan 8 Putusan Peng­
adilan Niaga.
“Menimbang, bahwa karena Undang-undang hanya menye­
but seorang atau lebih kreditur dan tidak membedakan
kreditur dan tidak pula ada larangan bagi kreditur separatis
untuk mengajukan permhonan kepailitan tersebut, maka
menurut hemat Majelis, Kreditur separatis dapat mengajukan
Permohonan Kepailitan”
“Menimbang, bahwa walaupun benar bahwa prinsip kepailit­
an diperuntukkan para Kreditur Konkuren (karena Kreditur
Separatis berdasarkan Pasal 56 Undang-undang No. 4 T a -
hunn 1998 dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak
terjadi kepailitan) akan tetapi tidaklah menghilangkan hak
bagi para Kreditur Separatis untuk mengajukan permohonan
Kepailitan”

57
Sedangkan Majelis Hakim Kasasi memberikan pertimbangan
hukum yang sama sekaii lain di baris ketiga dari bawah ha­
laman 43 dan baris pertama sampai ke-10 halaman 14 pu­
tusan Mahkamah Agung, dengan kesimpulan “sehingga
dengan demikian kalau Kreditur Separatis mengajukan per­
mohonan Kepailitan terhadap Debitur, seharusnya melepas­
kan haknya terlebih dahulu sebagai Kreditur Separatis dan
menjadi Kreditur Konkuren. Sehingga dengan demikian unsur
Kreditur tidak terpenuhi.
Pendapat Majelis Hakim Kasasi ini merupakan kesalahan
berat dalam menerapkan ketentuan UUK.
Bahwa Majelis Hakim Kasasi Yang Sama Dalam Perkara Lain
Memberikan Pertimbangan Yang Berbeda Mengenai Kewenang­
an Absolut Pengadilan Niaga
Mejelis Hakim Kasasi di halaman 38 sampai dengan halaman 39
putusanya No. 03 K/N/1998 tertanggal 2 Desember 1998, yakni
dalam perkara antara Drs. Husein Sani Cs Versus PT. Modernland
Realty Ltd., mempertimbangkan bahwa :
“Maka kompetensi atau kewenangan absolut dari Pengadilan Niaga
pada waktu ini sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 280
ayat (2) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 adalah memeriksa dan
memutuskan permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewa­
jiban pembayaran utang. Sedangkan dalam perkara in casu,
sepanjang mengenai masalah pemeriksaan, pembuktian dan
pembatalan atau tidaknya suatu perikatan jual beli antara Pemo­
hon Kasasi dengan Para Termohon Kasasi beserta segala sanksi
hukumnya akibat perbuatan wanprestasi oleh salah satu pihak,
pada hakekatnya termasuk dalam ruang lingkup kewenangan pe­
meriksaan Hakim Perdata di Pengadilan Negeri”.
Sedangkan Majelis Hakim Kasasi di halaman 41 baris ke 6 Pu­
tusan Mahkamah Agung mempertimbangkan bahwa :
“Oleh karena perikatan antara Pemohon I dengan Termohon ter­
dapat adanya causa yang tidak halal, sehingga perjanjian antara
Pemohon I dengan Termohon tidak memenuhi syarat sesuai Pasal
1320 KUHPerdata, yaitu syarat obyektif tidak terpenuhi sehingga
perjanjian batal demi hukum”;
Jadi, Majelis Hakim Kasasi berpendapat dalam perkara ini pem­
batalan perjanjian termasuk dalam yurisdiksi Pengadilan Niaga.
Kesimpulan : bahwa pendapat yang berbeda dari Majelis Hakim
Kasasi yang sama dalam MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA dalam waktu 73 hari menjatuhkan putusan yang ber­
beda tentang kewenangan Pengadilan Niaga, menimbulkan keti-
dak pastian hukum bagi pencari keadilan. Putusan Majelis Hakim
Kasasi in casu harus dibatalkan, dan Majelis Hakim Peninjauan
Kembali seyogyanya mengadili sendiri.
6. Bahwa Judex Factie Dan Majelis Hakim Kasasi Telah Melampaui
Kewenangannya Dan Melanggar Pasal 280 UUK
Keberatan yang diajukan Para Pemohon Peninjauan Kembali, s e ­
mula Para Pemohon Kasasi, jelas bukan merupakan penilaian
hasil pembuktian, tetapi yang diajukan sebagai dasar hukum K e­
beratan ini adalah adanya fakta bahwa Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat telah melampaui kewenangannya dengan menyatakan batal
demi Hukum Perjanjian Kredit.
Bahwa, berdasarkan Pasal 280 UUK Kewenangan Pengadilan
Niaga hanya terbatas pada memeriksa dan memutuskan permo­
honan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran
utang.

7. Majelis Hakim Kasasi Telah Salah Menerapkan Pasal 1 Ayat (1)


da Pasal 6 Avat (3) UUK
Pertimbangan Majelis Hakim Kasasi di halaman 43 alinea terakhir
dan halaman 14 alinea pertama Putusan Mahkamah Agung menya­
takan :
“Bahwa disamping pertimbangan tersebut Pemohon III adalah
Kreditur yang memegang hak tanggungan, hypothek dan fiducia,
atau disebut Kreditur separatis, yang dalam proses Kepailitan
Kreditur separatis tidak mempunyai hak untuk mengeluarkan
suara. Karena itu sesuai Pasal 56 Undang-undang Kepailitan
Kreditur separatis dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak
terjadi kepailitan. Sehingga dengan demikian kalau Kreditur sepa­
ratis mengajukan Permohonan Kepailitan terhadap Debitur, s e ­
harusnya melepaskan haknya terlebih dahulu sebagai Kreditur
separatis dan menjadi Kreditur Konkuren. Sehingga dengan
demikian unsur Kreditur tidak terpenuhi”
Pendapat/kesimpulan Majelis Hakim Kasasi dalam putusan
Mahkamah Agung ini merupakan kesalahan berat dalam penerap­
an Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (3) UUK dan jelas tidak benar
karena:

59

X
(a) Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan Mahkamah Agung tidak
mempertimbangkan Arrest H.R. tertanggal 10 Mei 1996, N.J.
1996 524 dimana ditentukan bahwa pemegang Agunan
(hipotik dan hak tanggungan) tidak kehilangan kewenangan-
nya untuk mengajukan permohonan Kepailitan atas Debitur
yang berada dalam keadaan berhenti membayar, (Mr. N.J.
Polak, Faillissmentsrecht, Samson H.D., Tjeenk Willink, Alphen
aan den Rijn, 1977, halaman 27, vide Bukti PPK-2).
(b) Baik dalam Pasal 1 ayat (1) UUK maupun dalam ketentuan
lain UUK tidak ada ketentuan bahwa yang dapat mengajukan
permohonan agar seorang Debitur dinyatakan Pailit hanya
Kreditur yang tidak memegang agunan;
(c) Pertimbangan Majelis Hakim Kasasi ini kelihatannya diambil
dari Sub 10.1 di halaman 18 kontra memori Kasasi yang di­
ajukan oleh Kuasa Termohon Kasasi tertanggal 18 Desember
1998, karena Majelis Hakim Kasasi di halaman 44 putusan
Mahkamah Agung menyebutkan “yang dalam proses Kepailitan
Kreditur Separatis tidak mempunyai hak untuk mengeluarkan
suara”, namun baik Kuasa Termohon Peninjauan Kembali
maupun Majelis Hakim Kasasi tidak menyebutkan tidak ber­
hak mengeluarkan suara dimana?.
Baik kuasa Termohon Peninjauan Kembali maupun Majelis
Hakim Kasasi tidak mempertimbangkan Pasal 128 UUK, se­
dangkan Pasal 128 UUK menyatakan bahwa “para Kreditur
yang piutangnya dijamin dengan hak tanggungan, gadai atau
agunan atas kebendaan lainnya ataupun yang mempunyai
hak yang diistimewakan atas suatu barang dalam harta Pailit
dan dapat membuktikan bahwa sebagian piutangnya tersebut
kemungkinan tidak akan dapat dilunasi dari hasil penjualan
barang yang menjadi agunan, dapat diminta agar kepada
mereka diberikan hak-hak yang dimiliki Kreditur konkuren atas
bagian piutang tersebut, tanpa mengurangi hak untuk didahu­
lukan atas barang yang menjadi agunan atas piutangnya’
(d) Juga tidak disebutkan bahwa dalam Pasal 139 ayat (1) UUK
jelas ditentukan “dengan tetap memperhatikan ketentuan
Pasal 128 UUK”, bahwa tidak boleh mengeluarkan suara itu
adalah dalam pembicaraan mengenai rencana perdamaian,
kecuali apabila mereka telah melepaskan haknya untuk dida­
hulukan demi kepentingan harta Pailit sebelum diadakan pe­
mungutan suara tentang rencana perdamaian tersebut.

60
(e) Majelis Hakim Kasasi tidak memperhatikan pendapat Hukum
Sdr. Setiawan, vide bukti P-13, dan Sdr. F.B.G. Tumbuan,
vide bukti P-14, yang menyatakan bahwa Kreditur walaupun
telah memegang agunan tetap berhak mengajukan permo­
honan pernyataan pailit terhadap Debitur.
8. Bahwa Judex Factie Dan Majelis Hakim Kasasi Mengabaikan
Pasal 7 Ayat (1).b UUK, Sehingga Menvalagi Ketentuan Pasal
178 Avat (2) RI D
Keberatan ini juga bukan merupakan penilaian hasil pembuktian
karena berkaitan dengan adanya fakta bahwa Judex Factie tidak
mempertimbangkan permohonan para pemohon mengenai penun­
jukan Kurator sementara selama putusan pernyataan Pailit belum
ditetapkan, sehingga Judex Factie telah mengabaikan ketentuan
Pasal 7 ayat (1) b. UUK, sehingga dengan demikian menyalahi
ketentuan Pasal 178 ayat (2) RID, dimana Hakim wajib mengadili
segala bagian gugatan.
Para Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat mengerti sikap
Judex Factie ini, namun yang lebih mengherankan adalah bahwa
sikap Judex Factie ini dibenarkan oleh Majelis Hakim Kasasi d a ­
lam alinea terakhir di halaman 41 dan alinea pertama di halaman
42 Putusan Mahkamah Agung dengan mengatakan : “bahwa J u ­
dex Factie tidak mengabaikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) b U n ­
dang-undang Kepailitan dan juga tidak menyalahi ketentuan Pasal
178 ayat (2) dari HIR, karena dalam hal ini Judex Factie dalam
amar Putusan adalah menolak Permohonan Pailit dari Pemohon,
sehingga tidak diperlukan penunjukan Kurator Sementara”
9. Judex Factie Menggunakan Peraturan Yang Keliru Dan Sudah
Dicabut, Dan Majelis Hakim Kasasi Memperbaiki Dasar Hukum
Yang Salah Itu, Dan Majelis Hakim Kasasi Tetap Melakukan K e ­
salahan Berat Dalam Menerapkan Peraturan Bank Indonesia
Bahwa para Pemohon Peninjauan Kembali mohon akta bahwa
meskipun Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan Mahkamah Agung
Mendalilkan bahwa Majelis Hakim Kasasi sependapat dengan p e r­
timbangan hukum Judex Factie dalam putusan Pengadilan Niaga,
namun kenyataannya Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan
Mahkamah Agung tidak menunjuk pada Nomor Surat Edaran Bank
Indonesia dan Ketentuan Bank Indonesia yang sama serta m e ­
makai dasar hukum yang berbeda.
Dasar Hukum yang ditunjuk oleh Judex Factie dalam halaman 10
Putusan Pengadilan Niaga adalah “Surat Bank Indonesia No.

61
23/23/UD tertanggal 28 Februari 1991 dan Edaran Bank Indonesia
No. 28/13/UD tertanggal 29 Desember 1995 (Pasal 6 ayat 2)’’,
Sedangkan yang dipakai sebagai dasar Hukum Majelis Hakim Ka­
sasi adalah KEP DIR BI 28/119.
Perubahan ini dilakukan oleh Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan
Mahkamah Agung sehubungan dengan keberatan butir III A Para
Pemohon Peninjauan Kembali semula Para Pemohon Kasasi da­
lam memori kasasi.
Dengan bersikap demikian secara implisit Majelis Hakim Kasasi
membenarkan dalih Para Pemohon Peninjauan Kembali bahwa
Judex Factie salah menerapkan ketentuan-ketentuan yang tidak
Relevan Dan Telah Dicabut; Maka seyogyanya Majelis Hakim Ka­
sasi membatalkan putusan Pengadilan Niaga dan memberikan
putusan sendiri dan tidak sekedar “Menolak Kasasi” begitu saja
seperti halnya In Casu.
10. Bahwa Majelis Hakim Kasasi Salah Menerapkan KEP DIR BI
28/119 Dan Majelis Hakim Kasasi Melakukan Kesalahan Berat
Karena Tidak Mempertimbangkan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 28/15/DU Tanggal 8 Februari 1996 (Bukti PK-5)
a. Bahwa para Pemohon Peninjauan Kembali mohon Akta bahwa
ternyata Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan Mahkamah
Agung berpendapat bahwa keberatan yang diajukan oleh Para
Pemohon Peninjauan Kembali dalam tingkat kasasi adalah
mengenai penilaian hasil pembuktian, sedangkan tidak
demikian halnya, bahkan Majelis Hakim Kasasi sendiri telah
memeriksa bukti-bukti yang telah diajukan oleh Para Pihak In
Casu dan menggunakannya dalam pertimbangan untuk
Putusan Mahkamah Agung
b. Judex Factie memberikan pertimbangan dalam dua kalimat
terakhir di halaman 10 dari Putusan Pengadilan Niaga :
Menimbang, bahwa Bank Indonesia mengeluarkan larangan
pemberian fasilitas kredit dan cerukan ( overdraft) untuk keper­
luan margin deposit yaitu dana yang khusus dicadangkan untuk
menutup kerugian-kerugian yang mungkin timbul karena tran­
saksi derivatif kepada nasabah sebagaimana terdapat dalam
Surat Bank Indonesia No. 23/23/UD tertanggal 28 Februari
1991 dan Edaran Bank Indonesia No. 28/13/UD tertanggal 29
Desember 1995 (Pasal 6 Ayat 2)

62
“Menimbang, bahwa karena ternyata perjanjian kredit No.
973/CBG/JKT/1997 tertanggal 15 Oktober 1991 bertentangan
dengan ketentuan peraturan yang berlaku sebagaimana terse­
but di atas, maka oleh karenanya perjanjian tersebut batal demi
hukum.
c. Bersama ini disampaikan dengan hormat Surat Edaran Bank
Indonesia No. 23/23/UD tanggal 28 Februari 1991 perihal
Margin Trading dengan tanda bukti “PPK-8” Surat Edaran Bank
Indonesia ini adalah Surat Pengantar untuk Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 23/74/KEP/DIR tanggal 28 Februari
1991 perihal Margin Trading, yang memuat Penjelasan dan
Ketentuan Pelaksanaan Surat Keputusan Direksi Bank Indo­
nesia No. 23/74/KEP/DIR tersebut. Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 23/74/KEP/DIR tersebut telah dicabut ber­
dasarkan Pasal 13 Ayat (2) KEP DIR BI 28/119.
Jadi jelas Judex Factie salah berat dalam menyebutkan dan
menerapkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/23/UD ter­
tanggal 28 Februari 1991 dan Edaran Bank Indonesia No.
28/13/UD tertanggal 29 Desember 1995 (Pasal 6 ayat 2).
d. Majelis Hakim Kasasi melakukan kesalahan berat dalam pene­
rapan KEP DIR BI 28/119, karena :
(i) Perjanjian kredit bukan merupakan pemberian fasilitas
kredit untuk membiayai margin deposit sebagaimana di­
larang dalam rangka 11 Surat Edaran Bank Indonesia No.
28/15/UD tanggal 8 Februari 1996, vide bukti PK-5
(selanjutnya disebut “SEBI 28/15/UD"), karena memang
dalam transaksi tersebut dalam bukti-bukti T-1, dan T-2,
tidak disyaratkan adanya margin deposit, maka memang
tidak disyaratkan adanya, dan memang tidak ada margin
deposit. Hal ini dikonfirmasikan oleh Kepala Urusan Devisa
Bank Indonesia, dalam Surat UD BI.
Kesimpulan : Perjanjian kredit memenuhi persyaratan
Pasal 1320 KUHAPerdata, karena tidak ada causa yang
tidak halal. Kesalahan dalam penerapan KEP DIR BI
28/119 oleh Majelis Hakim Kasasi jelas merupakan ke­
salahan berat dalam penerapan hukum.
(ii) Bahwa seandainya Perjanjian Kredit dianggap bertentang­
an dengan ketentuan KEP DIR BI 28/119, quod non, maka
berdasarkan Pasal 11 dari KEP DIR BI 28/119 “Pelanggaran
terhadap ketentuan dalam Surat Keputusan ini dapat di-

63
kenakan sanksi dalam rangka pembinaan dan pengawasan
Bank”; atau jika terjadi pelanggaran atas KEP DIR BI
28/119, quod non, pelanggaran tersebut merupakan
pelanggaran administrasi belaka (niet opstraffe van nie-
tiqheicf).
Kesimpulan : disini jelas bahwa terjadi lagi kesalahan yang
berat dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Judex
Factie dalam Putusan Pengadilan Niaga yang dibenarkan
Majelis Hakim Kasasi dalam Putusan Mahkamah Agung.
(iii) Lebih-lebih sebagaimana tercantum dalam Surat UD BI,
Perjanjian Kredit itu “bukan merupakan fasilitas kredit yang
dilarang menurut Pasal 6 ayat (2) Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 28/119 tersebut di atas” dengan demikian
Surat-surat Sanggup yang dikeluarkan oleh Termohon
Peninjauan Kembali I (vide Bukti P-1.b sampai dengan
P-1.e) juga sah dengan segala akibat hukumnya, antara
lain, membuktikan adanya utang Termohon Peninjauan
Kembali kepada Pemohon Peninjauan Kembali I yang te­
lah jatuh tempo dan harus dibayar kembali.
Jadi Judex Factie juga telah melakukan kesalahan berat
dalam penerapan hukum dengan tidak mempertimbangkan
sama sekali isi/makna keempat Surat Sanggup tersebut.
11. Judex Factie Dan Majelis Hakim Kasasi Keliru Menerapkan Pasal
1338 KUHAPerdata, Karenanya Salah Menerapkan Ketentuan
Tentang Jatuh Tempo Utang
11.1. Jatuh Tempo Utang Termohon Paninjauan Kembali kepada
Pemohon Peninjauan Kembali III.
Berdasarkan perjanjian pimjaman tanggal 11 Maret 1996
vide bukti P-8A yang kemudian berubah dua kali pada tang­
gal 6 September 1996 dan tanggal 27 Agustus 1998 vide
bukti P-8B dan bukti P-8C (Perjanjian ini berikut perubahan­
nya selanjutnya akan disebut “Perjanjian Pinjaman”), Pemo­
hon Peninjauan Kembali III telah setuju memberikan fasilitas
pinjaman kepada Termohon Peninjauan Kembali untuk jum­
lah pokok tidak melebihi US$ 30,000,000.00 dari Pemohon
Peninjauan Kembali III dan hal ini dibenarkan baik oleh Judex
Factie dalam Putusan Pengadilan Niaga maupun oleh Ma­
jelis Hakim Kasasi di halaman 43 dari Putusan Mahkamah
Agung. Dengan demikian terbukti bahwa Termohon Penin­
jauan Kembali benar berutang kepada Pemohon Peninjauan

64
Kembali III yang pada tanggal 30 September 1998 berjumlah
US$ 32,201, 846.99.
Sekarang perlu ditetapkan apakah utang tersebut telah jatuh
tempo dan kapan tanggal jatuh tempo itu. Dalam perjanjian
Pinjaman ditetapkan:
a. bahwa jadwal pembayaran kembali adalah sejak tanggal
15 Maret 1999 sampai dengan tanggal 15 Maret 2003;
b. bahwa Termohon Peninjauan Kembali tidak membayar
total jumlah bunga yang terutang sebagaimana mestinya
pada 16 Maret 1998, dan ini merupakan Kejadian Cedera
Janji (sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian Pinjam­
an Bagian II); maka berdasarkan Pasal VI ayat 6.01
“Ketentuan Percepatan Umum” dari Bagian II Perjanjian
Pinjaman, Pemohon Peninjauan Kembali III berhak untuk
“dari Bagian II Perjanjian Pinjaman, Pemohon Peninjauan
Kembali III berhak untuk ’’dengan pemberitahuan kepada
Termohon Peninjauan Kembali menyatakan pokok dan
seluruh bunga yang belum dibayar menjadi, dan setelah
itu (seluruh utang pokok dan bunga) akan segera jatuh
tempo dan harus dibayar". Pemohon Peninjauan Kembali
III telah mengirim surat pemberitahuan dimaksud, vide
bukti P-9a, yakni Loan Acceleration Notice dan dengan
pemberitahuan tersebut pinjaman dinyatakan jatuh tempo
dan dapat ditagih pada tanggal 16 Maret 1998. Bukti P-9a
merupakan bukti dipenuhinya persyaratan percepatan
umum, sesuai ketentuan Pasal VI ayat 6.01 Bagian II
Perjanjian Pinjaman.
11.2. Jatuh Tempo utang Termohon Peninjauan Kembali pada
Pemohon Peninjauan Kembali II.
a. Berdasarkan surat fasilitas No. 133/97/ASH/JWO/LE,
tanggal 30 Juni 1997 vide bukti P-4 (“surat fasilitas”),
Pemohon Peninjauan Kembali II telah setuju memberikan
fasilitas pinjaman kepada Termohon Peninjauan Kembali
untuk jumlah pokok tidak melebihi US$ 10,000,000.00.
b. Dengan surat “pemberitahuan peminjaman” yang ditanda­
tangani atas nama Termohon Peninjauan Kembali m em ­
beritahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali I I :

65
(i) Bahwa Termohon Peninjauan Kembali akan menarik
utang sejumlah US$ 6,000,000.00 pada tanggal 12
November 1998;
(ii) Bahwa jangka waktu bunga terakhir 3 bulan sejak
tanggal penarikan, yakni pada tanggal 12 Februari
1998 dan;
(iii) Bahwa bersama surat tersebut Termohon Penin­
jauan Kembali menyerahkan kepada Termohon
Peninjauan Kembali II Surat Promes dalam jumlah
nominal penarikan sebagai bukti dari kewajiban Ter­
mohon Peninjauan Kembali untuk membayar kembali
utang tersebut secara penuh pada tanggal jatuh
tempo dari surat promes.
Sesuai surat pemberitahuan peminjaman, Termohon
Peninjauan Kembali menyerahkan kepada Pemohon
Peninjauan Kembali II, surat sanggup (aksep/promes)
No. 001100 tertanggal 12 November 1997, vide bukti
P-4a. (ii), tercantum bahwa jumlah yang ditarik adalah
US$ 6,000,000.00 dan bahwa jatuh temponya adalah
pada tanggal 12 Februari 1998. Ini adalah sesuai dengan
ketentuan “Pengembalian” pada halaman 3 Surat Fasili­
tas, yakni bahwa Termohon Peninjauan Kembali “harus
membayar kembali Fasilitas tersebut pada tanggal jatuh
tempo, dsb.dsb”. Sebagaimana disebut dalam “Pemberi­
tahuan Peminjaman”, vide P-4.a.(i), bunga juga jatuh
tempo pada tanggal yang sama seperti pokok utang.
Surat Sanggup yang ditandatangani oleh Termohon
Peninjauan Kembali telah memenuhi ketentuan Pasal 174
KUHD sehingga merupakan kesanggupan tidak bersyarat
untuk membayar utang pada saat jatuh tempo in casu
pada tanggal 12 Februari 1998 seperti yang tercantum
dalam Surat Sanggup.
Kesimpulan : jelas Termohon Peninjauan Kembali mem­
punyai utang sejumlah US$ 6,000,000.00 kepada Pemo­
hon Peninjauan Kembali II dan telah jatuh temponya pada
tanggal 12 Februari 1998, yang belum dibayar sebagai­
mana mestinya.
Kesimpulan : per tanggal 30 September 1998 jumlah
yang terutang oleh Termohon Peninjauan Kembali II ter­
masuk utang pokok, bunga dan bunga denda adalah se­
besar US$ 6,753,923.97.
d. Di halaman 42 baris ke-3 dari bawah Putusan Mahkamah
Agung antara lain tercantum “Dan disamping itu sesuai
bukti P-4.a (iii) bahwa pinjaman fasilitas I tersebut direali­
sir tanggal 12 November 1997, jangka waktu 12 bulan,
sehingga jatuh tempo tanggal 12 November 1998 se­
hingga utang belum jatuh tempo”. Dalam pertimbangan
ini Majelis Hakim Kasasi melakukan kesalahan berat d a ­
lam menerapkan ketentuan Surat Fasilitas. Jika kita baca
kalimat pertama ketentuan “Pengakhiran” di halaman 3
dari Surat Fasilitas (vide Bukti P-4) tercantum bahwa
“Fasilitas tersebut berlaku untuk jangka waktu 12 bulan
sejak tanggal Surat Fasilitas ini (“Tanggal Pengakhiran”).
Maka karena tanggal Surat Fasilitas itu adalah 30 Juni
1997, maka Tanggal Pengakhiran itu jatuh pada 30 Juni
1997. Maka kalau kita kembali pada ketentuan tentang
“Pengembalian dan memasukkan tanggal-tanggal yang
nyata maka ketentuan itu berbunyi sebagai berikut :
“Penerima pinjaman harus membayar kembali fasilitas
tersebut pada tanggal 12 Februari 1998, tanpa mengu­
rangi bahwa semua jumlah fasitilas terhutang harus di­
bayar kembali pada tanggal 30 Juni 1998".
Untuk menegaskan hal tersebut dapat dilihat pada bukti
PK 2 yang merupakan peringatan ke-3 yang disampaikan
oleh Pemohon Peninjauan Kembali II kepada Termohon
Peninjauan Kembali setelah tanggal 30 Juni 1998.
Bahwa, dengan demikian sekali lagi terbukti bahwa pada
tanggal permohonan pernyataan pailit diajukan dan di­
daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Peng­
adilan Negeri Jakarta Pusat, yakni pada tanggal 9 N o ­
vember 1998, utang Termohon Peninjauan Kembali
kepada Pemohon Peninjauan Kembali II benar-benar te ­
lah jatuh tempo dan dapat ditagih.
12. Bahwa Judex Factie dan Majelis Hakim Kasasi salah menerapkan
dan penainterprestasikan makna Undang-undang No.4 Tahun
1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang tentang Kepailitan menjadi Undang-undang.
a. Bahwa peraturan kepailitan diatur dalam Faillissements Veror-
dening yang diumumkan dalam Staatsblad 1905 No. 348 yang

67
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
undang tentang Kepailitan yang telah ditetapkan sebagai
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang penetapan Per­
aturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Tentang
Kepailitan menjadi Undang-undang (“UUK”)
b. Judex Factie in casu, menulis dalam pertimbangan hukumnya
di halaman 12 alinea ke 4 Putusan Pengadilan Niaga, “Menim­
bang tersebut di atas dihubungkan satu sama lain majelis ber­
pendapat bahwa permohonan yang diajukan Pemohon II dan
Pemohon III tidak memenuhi Pasal 1 ayat 1 Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan karena hutang/pinjaman
yang dijadikan dasar permohonannya belum jatuh waktu, se­
dangkan untuk Pemohon I yang menjadi dasar permohonannya
yakni Perjanjian Kredit tanggal 15 Oktober 1997 No. 973/CBG/
JKT/97 batal demi Hukum”;
Dengan segala hormat disampaikan bahwa dalam sub (b) (i) di
atas sebetulnya harus disebut Pasal 1 ayat (1), (2), (3) dan (4)
UUK. Lagi pula Undang-undang No. 4 tahun 1998 bukan
“tentang kepailitan”
c. Sebagaimana telah diketahui bersama Undang-undang No. 4
Tahun 1998 hanya berisi 2 Pasal dan Undang-undang ini pada
intinya menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 tahun 1998 sebagai Undang-undang guna me­
menuhi ketentuan Pasal 22 (2) Undang-Undang Dasar Tahun
1945.
Jadi Undang-undang No. 4 Tahun 1998 sama sekali tidak
mengatur tentang kepailitan, hanya kebetulan saja Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang yang ditetapkan seba­
gai Undang-undang itu, memuat perubahan-perubahan pada
Faillissements Vorordening.
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Para Pemohon seba­
gai berikut:
mengenai keberatan ad. 1 :
bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena surat yang
dibuat oleh Kepala Urusan Devisa BI No. 31/180/UD tanggal 19 Februari
1999 untuk memenuhi permintaan Pemohon dengan suratnya tanggal
16 Februari 1999 (terlepas dari subsantsi permasalahan yang jadi isi

68
surat tersebut) tidak dapat disebut sebagai bukti tertulis baru yang
penting seperti dimaksud dalam Pasal 286 (2) a Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998, yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1989
karena yang dianggap novum haruslah berupa surat bukti yang sudah
ada namun tidak/belum ditemukan pada waktu perkara diperiksa.
mengenai keberatan ad. 2 :
bahwa keberatan ini tdak dapat dibenarkan, karena tidak ada
sanksi hukum yang menentukan bahwa putusan menjadi tidak sah,
batal atau dapat dibatalkan apabila putusan Kasasi diucapkan melam­
paui jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan Kasasi
didaftarkan.
mengenai keberatan ad. 3, 4. 6, 9, 10 dan 11 :
bahwa keberatan-keberatan ad. 3, 6, 9, 10 dan 11 dapat dibe­
narkan, dengan pertimbangan :

Sepanjang mengenai transaksi derivatif:


Dengan dikeluarkan Surat Keputusan Direksi BI No. 28/119/KEP/DIR
tanggal 29 Desember 1995 maka berdasarkan Pasal 13 (2) dari Surat
Keputusan tersebut, Surat Keputusan Direksi BI No. 23/74/Kep/Dir
tanggal 28 Februari 1991 tentang Margin Trading dinyatakan dicabut
dan tidak berlaku lagi.
Dalam Pasal 6 ayat (2) Surat Keputusan Direksi BI No. 28/119/Kep/Dir
tanggal 29 Desember 1995 tersebut dinyatakan : “Bank dilarang m em ­
berikan fasilitas Kredit dan Cerukan (overdraft) untuk keperluan transaksi
derivatif kepada nasabah”.
Dalam Surat Edaran BI No. 28/15/UD tanggal 8 Februari 1996, yang
memuat penjelasan tentang Surat Keputusan Direksi BI No. 28/119/
Kep/Dir tanggal 29 Desember 1995 tersebut pada butir 11 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan fasilitas Kredit dan Cerukan dalam surat
keputusan Direksi itu adalah pemberian kredit dan cerukan oleh Bank
dalam rangka kewajiban pemenuhan margin deposit dari nasabah.
Bahwa fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Pemohon I kepada T e r­
mohon adalah untuk menutup kerugian valas dalam transaksi sell o p ­
tion US$ Call/Rp.Put. sehingga hal itu bukanlah merupakan pemberian
kredit untuk keperluan transaksi derivatif yang dilarang menurut Surat
Keputusan Direksi BI No. 28/119/Kep/Dir tersebut.
Adalah suatu kesalahan berat dalam penerapan hukum bila dikatakan
bahwa Bank Indonesia melarang pemberian Kredit oleh Bank-bank

69
kepada nasabahnya untuk keperluan menutup kerugian Transaksi
valas yang sifatnya bukan untuk memenuhi margin deposit.
Sepanjang mengenai saat jatuh tempo hutang Termohon kepada Para
Pemohon
Kepada Pemohon I.

Dari tiga Surat Aksep yang ditandatangani oleh Termohon masing-


masing sejumlah Rp. 3.854.160.000, Rp. 1.427.392.000,- dan Rp. 827.392.000,-
dengan tanggal jatuh tempo yang diantaranya sudah beberapa kaii
mengalami perpanjangan, sehingga yang terakhir masing-masingnya
adalah : 27 April 1998 dan 15 Desember 1997, semuanya jatuh tempo
sebelum permohonan diajukan dan Termohon tidak bisa membuktikan
bahwa hutang tersebut telah dilunasinya.
Kepada Pemohon II

Berdasarkan surat fasilitas No. 133/97/ASH/JWO/LE tanggal 30 Juni


1997 (P-4) Pemohon setuju memberi pinjaman kepada Termohon
untuk jumlah pokok tidak lebih dari US$ 10,000,000.00. Bahwa dengan
surat “Pemberitahuan peminjaman" (P-4 (I)) Termohon pada tanggai
12 November 1997 telah menarik pinjaman sejumlah US$ 6,000.000,-
dengan kewajiban membayar bunga 3 bulan sejak tanggal penarikan,
yaitu dalam hal ini tanggal 12 Februari 1998.
Bahwa Termohon juga telah menyerahkan kepada Pemohon II Surat
Promes tanggal 12 November 1997 (P-4 (ii)) sejumlah nominal US$
6,000,000,- dengan tanggal jatuh tempo 12 Februari 1998. Berdasar­
kan ketentuan tentang pengembalian, Termohon harus melunasi kem­
bali fasilitas tersebut pada tanggal jatuh tempo yang menurut
“Pemberitahuan Peminjaman” adalah pada tanggal 12 Februari 1998
baik pokok maupun bunganya.
Dengan bukti P-6 Pemohon telah memperingatkan tentang kelalaian
Termohon dan meminta pelunasan semua kewajiban-kewajiban yang
terutang paling lambat tanggal 19 Maret 1998. Pengunduran yang
pertama itu masih disusul dengan pengunduran yang kedua tanggal 9
Juli 1998 (P-7) dan yang terakhir tanggal 31 Agustus 1998.
Bahwa kesalahan berat yang dilakukan Judex Factie dan Hakim Ka­
sasi adalah bahwa keduanya tidak memandang kelalaian Termohon
membayar hutang pokok dan bunga pada tanggal 12 Februari 1998
berdasarkan ketentuan No. 2 Surat Fasilitas No. 133/97/ASH/JWO/LE
tanggal 30 Juni 1997 (P-4), dapat jadi alasan bagi Pemohon II untuk
mengakhiri fasilitas tanpa pemberitahuan secara khusus.

70
Kepada Pemohon III.

Hakim Kasasi telah mempertimbangkan dengan tepat bahwa Termo­


hon telah menerima pencairan utang sebesar US$ 30,000,000,- dari
Pemohon III, tetapi keliru menyimpulkan bahwa utang tersebut belum
dapat ditagih karena belum jatuh tempo.
Dalam perjanjian ditetapkan bahwa jadwal pembayaran kembali adalah
sejak 15 Maret 1999 sampai dengan 15 Maret 2003. Berdasarkan
ketentuan dalam perjanjian peminjaman Bagian II, Termohon harus
membayar total jumlah bunga yang terutang pada tanggal 16 Maret
1998, dan kelalaian memenuhi kewajiban ini merupakan perbuatan
Cidera Janji, yang berdasarkan Pasal VI ayat 6.01 "Ketentuan Perce­
patan Umum”, Pemohon berhak untuk dengan pemberitahuan menya­
takan pokok dan bunganya yang belum dibayar menjadi jatuh tempo
dan harus dilunasi. Pemohon telah mengirim surat pemberitahuan itu
(vide bukti P-9a) berupa Loan Acceleration Notice, sehingga hutang
Termohon kepada Pemohon III menjadi jatuh tempo dan harus dibayar
sejak tanggal 16 Maret 1998.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, tanpa mempertimbangkan alasan-alasan permohonan
Peninjauan Kembali yang selebihnya, menurut pendapat Mahkamah
Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan Penin­
jauan Kembali yang diajukan oleh Para Pemohon I. PT. BANK NIAGA
Tbk., II. PT. ING INDONESIA BANK, III. INTERNATIONAL FINANCE
CORPORATION tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tanggal 7 Desember 1998 No. 16/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.
dan putusan Mahkamah Agung tanggal 4 Februari 1999 No. 07
K/N/1999 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan
amar seperti yang akan disebutkan di bawah ini;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Peninjauan Kembali


di pihak yang kalah maka harus membayar semua biaya perkara, baik
yang jatuh dalam Pengadilan Tingkat Pertama, tingkat Kasasi maupun
yang jatuh dalam Peninjauan Kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998
serta Undang-undang lain yang bersangkutan;

71
MENGADILI:

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari I. PT. BANK


NIAGA Tbk., II. PT. ING INDONESIA BANK, III. INTERNATIONAL
FINANCE CORPORATION tersebut;
membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 7
Desember 1998 No. 16/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. dan putusan
Mahkamah Agung tanggal 4 Februari 1999 No. 07 K/N/1999

DAN MENGADILI S E N D IR I:
- Mengabulkan Permohonan Para Pemohon Peninjauan Kembali.
- Menyatakan Termohon Peninjauan Kembali Pailit dengan segala
akibat hukumnya.
- Memerintahkan Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengangkat
Hakim Pengawas.
- Menunjuk Ibu MARJAN E. PANE sebagai Kurator.
- Menetapkan biaya Kurator sesuai dengan SK Menteri Kehakiman
tanggal 22 September 1998 No. M.08 HT.0510 Tahun 1998.
- Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar se­
mua biaya perkara baik yang jatuh dalam peradilan tingkat pertama,
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tingkat Kasasi, sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), maupun dalam Peninjauan Kem­
bali sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Selasa tanggal 6 April 1999 oleh SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH. Ketua
Muda, dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil Ketua Mahkamah
Agung RI sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu
juga diucapkan oleh Hakim Ketua tersebut di muka sidang yang ter­
buka untuk umum dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH., dan Th. KETUT
SURAPUTRA, SH. Hakim-Hakim Anggota. NY. ANDRIANI NURDIN,
SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota K etua:


ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA. SH,

72
ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANDRIANI NURDIN, SH.

Biaya-biaya perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali R d . 2.497.000,-
Rp. 2.500.000,-

73
PUTUSAN
No. 07 K/N/1998

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H AGUNG

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:
I. PT. BANK NIAGA TBK, berkedudukan dan berkantor
pusat di Jakarta, di Graha Niaga, Jl. Jenderal Sudirman
Kaveling 58, Jakarta 12190;
II. PT. ING INDONESIA BANK, berkedudukan di Jakarta
dahulu berkantor di Summitmas II lantai 14, Jalan
Jenderal Sudirman Kaveling 61-62, Jakarta 12190,
sekarang berkantor di Gedung Bursa Efek Jakarta.
Menara II Lanttai 25, Jalan Jenderal Sudirman Kave­
ling 52-53, Jakarta 12190;
III. INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION, ber­
alamat di 1818 H Street, NW.Washington, DC 20433,
Amerika Serikat dan berkantor di Gedung Bursa Efek
Jakarta, Menara II lantai 13, Jalan Jenderal Sudirman
Kaveling 52-53, Jakarta 12190;
Dalam hal ini semuanya memberikan kuasa kepada
Kartini Mulyadi, SH., Pengacara pada Kartini Mulyadi
& Rekan, beralamat di Gedung Bina Mulia Lantai 5
dan 6, Jalan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Kaveling
10, Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 10 Desember 1998, tanggal 9 Desember
1998 dan tanggal 11 Desember 1998 sebagai Pemo­
hon Kasasi I, II dan III dahulu Pemohon I, II, Ill/Para
Kreditur;

melawan:

PT. DHAMALA AGRIFOOD TBK, berkedudukan di


Wisma Dharmala Sakti Lantai 21, Jalan Jenderal
Sudirman Kaveling 32, Jakarta .10220 sebagai Ter-
mohon/Debitur;

74
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Pemohon Kasasi I, II dan III sebagai Pemohon I, II dan III telah
mengajukan permohonan Pailit di muka Persidangan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat, pada pokoknya atas dalil-dalil:
bahwa Pemohon I, II dan III telah memberikan fasilitas pinjaman
kepada Termohon;
bahwa jumlah fasilitas pinjaman P.l sebesar Rp. 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) sesuai dengan bunyi Perjanjian Pemohon I
tanggal 15 Oktober 1997 bukti P.1. Jumlah utang Termohon tersebut
pada tanggal 30 September 1998 sebanyak Rp. 6.044.994.263,39
(enam milyar empat puluh empat juta sembilan ratus sembilan puluh
empat ribu dua ratus enam puluh tiga rupiah tiga puluh sembilan sen)
sebagai tercantum dalam surat pernyataan dan penegasan tanggal 27
Oktober 1998 bukti P-2;
bahwa utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih tang­
gal 6 Mei 1998 sebagai tercantum surat Pemohon I (P-3);
bahwa jumlah fasilitas pinjaman Pemohon II sebanyak U S$
10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) sesuai perjanjian
Pemohon II bukti P-4. Dan jumlah utang tersebut pada taggal 30 S e p ­
tember 1998 berjumlah US$ 6,753,923.37 (enam juta tujuh ratus lima
puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh tiga dolar Amerika Serikat tiga
puluh tujuh sen) sesuai bukti (P-5). Utang tersebut telah jatuh tempo
dan dapat ditagih sejak tanggal 12 Februari 1998 bukti (P-4), tetapi
Termohon tidak memenuhi kewajibannya walaupun Pemohon II telah
menyatakan Termohon cidera janji bukti (P-6) dan surat penagihan
pembayaran bukti (P-7);
bahwa jumlah pinjaman Pemohon II kepada Termohon sebanyak
US$ 35,000,000.00 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) atau
ekuivalennnya dalam mata uang lain sesuai dengan perjanjian Pem o­
hon III tanggal 11 Maret 1996 diubah tanggal 6 September 1996 dan
tanggal 27 Agustus bukti P-8A, P-8B dan P-8C;
bahwa jumlah utang tersebut pada tanggal 30 September 1998
berjumlah US$ 32,201,846.99 (tiga puluh dua juta dua ratus satu ribu
delapan ratus empat puluh enam dolar Amerika Serikat sembilan puluh
sembilan sen) sebagaimana tercantum dalam P.9 dan jumlah ini akan
terus bertambah sesuai perjanjian Pemohon III sampai seluruh jumlah
uang yang terhutang dibayar lunas oleh Termohon kepada Pemohon

75
III. Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih sejak tanggal 16
Maret 1998;
bahwa telah terbukti dengan sah terdapat 3 (tiga) utang Termo­
hon yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih yang belum dibayar selu­
ruhnya kepada Para Pemohon, maka sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku Para Pemohon mohon agar Termohon dinyatakann pailit
dengan segala akibat hukumnya;
bahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Para Pemohon
dan mencegah Termohon melakukan tindakan atas kekakayaannya
yang merugikan hak dan kepentingan Para Pemohon dan mohon agar
sebelum menjatuhkan putusan, Majelis Hakim Pengadilan Niaga ber­
kenan menetapkan menunjuk Kurator sementara sesuai ayat (1) Pasal
7 UU Kepailitan, Kurator sementara yang diusulkan adalah Ibu Marjan
E. Pane beralamat di Jalan Gandaria Tengah III/8, Kebayoran Baru,
Jakarta 12130, dan ia berhak untuk menjabat sebagai kurator dan
kurator sementara dan tidak ada benturan kepentingan P-10;
bahwa sesuai Pasal 13 ayat (1) UU Kepailitan mohon agar Majelis
Hakim mengangkat Hakim Pengawas dalam kepailitan ini serta
menunjuk Ibu Marjan E. Pane sebagai Kurator dan menetapkan be­
sarnya imbalan jasa kurator yang bersangkutan;
bahwa mohon menyatakan putusan atas permohonan kepailitan
ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun Termohon mengaju­
kan upaya hukum;
bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 7 De­
sember 1998 No. 16/Pailit/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
1. Menolak permohonan Para Pemohon (Pemohon I, Pemohon II,
Pemohon III);
2. Membebankan biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) kepada Pemoho;

bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­


but diberitahukan kepada Pemohon I, II dan III pada tanggal 8 Desem­
ber 1998 kemudian terhadapnya berdasarkan surat kuasa khusus
Pemohon I tanggal 10 Desember 1998 No. 300/LCD-CA/AR/1998,
Pemohon II tanggal 9 Desember 1998 dan Pemohon III tanggal 11 De­
sember 1998 diajukan permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal
14 Desember 1998 sebagaimana ternyata dari akte permohonan ka­
sasi No. 11 /KAS/PAl L1T/1998/PN.NIAGA/JKT.PST. yang dibuat oleh

76
Panitera Perkara Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana
kemudian disusul oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal
14 Desember 1998 hari itu juga;

bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi dahulu Termohon/


Debitur yang pada tanggal 15 Desember 1998 telah disampaikan salin­
an permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari Pemohon K a­
sasi, diajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 18 Desember 1998;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-


alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan d a ­
lam Undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi terse­
but formil dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh


Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah:

I. JUDEX FACTIE TELAH MELAMPAUI KEWENANGANNYA DAN


MELANGGARA PASAL 280 UUK.

Bahwa Para Pemohon Kasasi berkeberatan atas pertimbangan


hukum dalam “Menimbang ke 11” halaman 10 dari putusan Judex
Factie dalam perkara a quo yang berbunyi sebagai berikut :
“menimbang, bahwa karena ternyata Perjanjian Kredit No.
973/CBG/JKT/1997 tertanggal 15 Oktober 1991 bertentangan
dengan ketentuan peraturan yang berlaku sebagaimana tersebut
di atas maka oleh karenanya perjanjian tersebut akibat batal demi
hukum”;
Pernyataan Judex Factie “maka oleh karenanya perjanjian terse­
but berakibat batal demi hukum”, adalah bertentangan dengan
Pasal 280 UUK karena Pengadilan Niaga sampai sekarang belum
mempunyai yurisdiksi memutuskan perkara lain, kecuali terbatas
pada memeriksa dan memutuskan permohonan pernyataan pailit
dan penundaan kewajiban pembayaran utang, sampai sekarang
belum diundangkan Peraturan Pemerintah yang menetapkan
kewenang-an tambahan untuk Pengadilan Niaga untuk memeriksa
perkara lainnya. Jadi Judex Factie telah melampaui kewenangan-
nya secara melawan hukum.
Disamping itu perlu dipertimbangkan bahwa kewenangan untuk
menyatakan surat perjanjian batal ada pada Pengadilan Negeri,

77
yang memberikan kesempatan banding kepada pihak yang dirugi­
kan; jika pembatalan itu diputus oleh Pengadilan Niaga hanya ada
upaya hukum kasasi, maka pihak yang dirugikan tidak mendapat­
kan kesempatan untuk mengajukan banding.
JUDEX FACTIE KELIRU DALAM PENERAPAN HUKUM.
II.A. Judex Factie mengabaikan ketentuan Pasal 7 ayat (1 )b UUK
sehingga menyalahi ketentuan Pasal 178 ayat (2) dari Het
Herziene Indonesisch Reglement diumumkan dengan Publi­
kasi tanggal 5 April 1848, Staatsblad No. 16, Juncto Staats-
blad 1848057 yang berlaku sejak 1 Mei 1848, diumumkan
kembali dengan Statsblad 1962-559 dan Staatsblad 41-44
(RID);
II.B. Judex Factie keliru menerapkan ketentuan Pasal 1 ayat (1)
UUK.

Keberatan II A Judex Factie mengabaikan ketentuan Pasal 7 ayat


(1) b UUK sehingga menyalahi ketentuan Pasal 178 ayat (2) RID;

1. Bahwa, Para Pemohon Kasasi dalam hal ini menunjuk pada


Pasal 7 ayat (1) b UUK yang mengizinkan pengangkatan
Kurator Sementara selama putusan atas permohonan pern­
yataan pailit belum ditetapkan.

2. Bahwa Kuasa Para Pemohon Kasasi, dahulu Para Pemohon,


menjelaskan kepada Judex Factie bahwa permintaann ini
diajukan guna melindungi kepentingan para kreditur, karena
di-khawatirkan bahwa ada aset yang menjadi jaminan Pemo­
hon Kasasi III yang dipindahkan tempatnya atau dipindah-
tangan-kan tanpa sepengetahuan Pemohon Kasasi III, se­
hingga dapat merugikan kepentingan Pemohon Kasasi III
khususnya pada Para Pemohon Kasasi pada umumnya. Un­
tuk mendukung permohonan Para Pemohon Kasasi, diajukan
bukti A, bukti B dan bukti C tentang keadaan aset dan pabrik
penjamin yang sudah tidak dipakai lagi dan pabrik hampir ti­
dak ber-operasi, bahkan banyak karyawan penjamin sudah
diberhentikan.

3. Bahwa, sejak perkara a quo didaftarkan pada 9 November


1998, dan sampai sidang pertama pada 24 November 1998
tidak ada tindakan Judex Factie selama 14 hari lamanya se­
hubungan dengan permohonan mengenai Kurator Sementara;
4. Bahwa, Judex Factie seakan-akan tidak menyelami makna
Pasal 7 ayat (1) b UUK, dan karenanya tidak melaksanakan
Pasal 7 ayat (1) b UUK, sehingga kepentingan para kreditur
tidak diperhatikan. Hal mana sangat merugikan kepentingan
Para Pemohon Kasasi.
5. Bahwa, baik dalam perimbangannya tentang hukum maupun
dalam putusannya Judex Factie tidak menyinggung permo­
honan Para Pemohon Kasasi untuk penunjukan Kurator S e ­
mentara. Hal ini menyalahi Pasal 178 ayat (2) RID yang m e­
wajibkan Hakim mengadili semua bagian gugatan.
Keberatan II B. Judex Factie keliru menerapkan ketentuan Pasal 1
ayat (1) UUK.

1. Bahwa penjelasan atas Pasal 1 ayat (1) UUK kalimat terakhir


berbunyi “Utang yang tidak dibayar oleh debitur sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan ini, adalah utang pokok atau
bunganya”. Dengan demikian jumlah bunga yang tidak di­
bayar itu juga merupakan utang Termohon Kasasi yang sudah
jatuh tempo dan dapat ditagih. Jadi bunga yang terutang oleh
Termohon Kasasi kepada Para Pemohon Kasasi adalah
utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sesuai Pasal
1 ayat (1) UUK. Hal ini sama sekali tidak dipertimbangkan
oleh Judex Factie dalam putusan perkara a quo.
2. Bahwa, Judex Factie sementara keliru tidak mempertimbang­
kan bahwa dalam pernyataan tentang kelalaian (vide bukti P-
6) disebutkan bahwa bunga terhutang tidak dibayar oleh T e r­
mohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi II sampai tanggal 18
Februari 1998, maka Pemohon Kasasi II menyatakan Termo­
hon Kasasi telah lalai berdasarkan Pasal : Peristiwa Kelalaian
dan pemulihan Hukum angka 1 sub a dan b dari surat fasilitas
(vide bukti P-4), maka Pemohon Kasasi II dalam pernyataan
tentang kelalaian minta Termohon Kasasi melunasi semua
kewajibannya sebelum tanggal 20 Maret 1998. Termohon,
sekarang Termohon Kasasi, tidak menyangkal telah mener­
ima pernyataan tentang kelalian itu hingga isi P-6 telah ter­
bukti dengan sah.
Dalam bukti P-6 juga disebutkan bahwa bunga dan bunga
denda yang terhutang oleh Termohon Kasasi sejak 19 Februari
1998 adalah US$ 179,895.83 ditambah bunga yang terkumpul
sampai pada tanggal pembayaran kembali diterima oleh
Pemohon Kasasi II. Dengan demikian keadaan pada tanggal

79
perkara a quo didaftarkan pada Pengadilan Niaga, utang be­
rupa bunga dan bunga denda ini telah jatuh tempo pada tang­
gal 19 Februari 1998 dan dapat ditagih, sehingga Judex Factie
berkewajiban melaksanakan Pasal 6 ayat (3) UUK dan Ter­
mohon Kasasi harus dinyatakan pailit.
3. Bahwa, Judex Factie sama sekali tidak memperhatikan Pasal
III ayat 3.02 dari bagian I (persyaratan-persyaratan khusus)
dan definisi untuk “Masa Bunga” di Pasal I ayat 1.02 definisi-
definisi dari bagian II (persyaratan-persyaratan umum) dari
Perjanjian Pinjaman (vide bukti P.8-A) tentang bunga yang
harus dibayar enam bulan sekali, yang berdasarkan kalimat
pertama Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
wajib ditaati oleh Termohon Kasasi seperti suatu Undang-
undang. Pemohon Kasasi III dalam pemberitahuan perce­
patan pinjaman (vide bukti P-9.a) telah mencantumkan bahwa
jumlah sebesar US$ 1,101,805.55 berupa sisa bunga yang
telah jatuh tempo dan harus dibayar pada tanggal 16 Maret
1998, dan bahwa sampai tanggal 14 September 1998 sisa
bunga ini tidak dibayar oleh Termohon Kasasi.
Bukti P-8.A tidak disangkal isinya oleh Termohon Kasasi
maka isinya harus dianggap terbukti dengan sah. Dengan
demikian , keadaan pada tanggal perkara a quo didaftarkan
pada Pengadilan Niaga, utang Termohon kasasi kepada
Pemohon Kasasi III berupa sisa bunga ini telah jatuh tempo
ditagih, sehingga Judex Factie berkewajiban melaksanakan
Pasal 6 ayat (3) UUK dan Termohon harus dinyatakan Pailit.

III. JUDEX FACTIE DALAM PERTIMBANGAN HUKUMNYA SALAH


MENUNJUK PERATURAN PENTING HINGGA MENIMBULKAN
KETIDAK PASTI AN HUKUM.
III.A. Judex Factie salah dalam memberi dasar hukum pembatalan
perjanjian dengan menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia
yang keliru.
III.B. Judex Factie menunjuk pada Undang-undang No. 4 Tahun
1998 secara salah.

Keberatan III A Judex Factie salah dalam memberikan dasar hu­


kum pembatalan perjanjian dengan menunjuk Surat Edaran Bank
Indonesia yang keliru.

1. Bahwa, Para Pemohon Kasasi berkeberatan dengan pertim­


bangan hukum Judex Factie di “Menimbang ke-10” di hala-

80
man 10 dari putusan Judex Factie yang berbunyi sebagai
berikut:
“Menimbang, bahwa Bank Indonesia mengeluarkan larangan
pemberian fasilitas dan cerukan ( overdraft) untuk keperluan
margin deposit yaitu dana yang khusus dicadangkan untuk
menutup kerugian-kerugian yang mungkin timbul karena tran­
saksi derivatif kepada nasabah sebagaimana terdapat dalam
surat Bank Indonesia No. 23/23/UD tertanggal 28 Februari
1991 dan Edaran Bank Indonesia No. 28/13/UD tertanggal 29
Desember 1995 (Pasal 6 ayat 2);”
2. Bahwa Para Pemohon Kasasi mohon akta bahwa Surat Edaran
Bank Indonesia No. 23/23/UD tertanggal 28 Februari 1991 ini
adalah surat pengantar belaka untuk Surat Keputusan Bank
Indonesia No. 23/74/KEP/DIR tentang Margin Trading tanggal
28 Februari 1991, sedangkan Surat Keputusan Bank Indonesia
No. 23/74/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 itu telah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku dengan dikeluarkannya Kepu­
tusan Direksi Bank Indonesia No. 28/119/KEP/ DIR tanggal 29
Desember 1995 (“KEP DIR BI 28/119”) (vide bukti T-9); Surat
Edaran Bank Indonesia No. 28/13/UD tanggal 29 Desember
1995 (vide bukti PK-1) itu adalah hanya surat kepada semua
bank umum di Indonesia untuk menyampaikan KEP DIR BI
28/119, dan tidak memuat Pasal 6 ayat (2) yang disebut oleh
Judex Factie sebagai dasar pertimbangannya.

3. Bahwa selanjutnya Para Pemohon Kasasi mohon akta bahwa


kekeliruan Judex Factie adalah serupa dengan kekeliruan
yang dibuat Termohon Kasasi dalam tambahan tanggapannya
tanggal 1 Desember 1998, halaman 2 dan halaman 4 dengan
juga menyebutkan “Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat
No. 23/23/UD tanggal 28 Februari 1991 dst” sebagai dasar
hukum dalil yang diajukannya.
4. Bahwa Para Pemohon Kasasi berkeberatan atas pertimbang­
an hukum Judex Factie dalam “Menimbang ke-11” di halaman
10 yang berbunyi sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa kerena ternyata Perjanjian Kredit No.


973/CBG/JKT/1997 tertanggal 15 Oktober 1991 (seharusnya
“1997”) bertentangan dengan ketentuan peraturan yang ber­
laku sebagaimana tersebut di atas maka oleh karenanya per­
janjian tersebut berakibat batal demi hukum;”

81
sedangkan:
a. Pertimbangan ini bertentangan dengan Pasal 11 dari KEP
DIR BI 28/119 yang berbunyi : “Pelanggaran terhadap
ketentuan dalam rangka pembinaan dan pengawasan
Bank"; Bank Indonesia sendiri, menganggap pelanggaran
atas KEP DIR BI 28/119 ini (jika terjadi, qoud non) adalah
suatu pelanggaran administratif belaka (niet op straffe van
nietigheid) sehingga hanya dikenakan sanksi dalam
rangka pembinaan dan pengawasan Bank dan Bank Indo­
nesia, sebagai instansi pengawasan tertinggi perbankan ti­
dak menentukan bahwa pelanggaran demikian meng­
akibatkan batalnya Perjanjian Kredit (niet op straffe van
nietigheid ); dan
b. Dasar hukum yang disebut oleh Judex Factie untuk menyata­
kan Perjanjian Kredit (vide bukti P-1) batal demi hukum,
yakni berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.
23/23/UD tertanggal 28 Februari 1991 dan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 28/13/UD tanggal 29 Desember 1995,
tidak benar sama sekali.

Keberatan ill B Judex Factie menunjuk pada Undang-undang No.


4 Tahun 1998 secara salah.

1. Bahwa, Para Pemohon Kasasi berkeberatan atas pertimbang­


an hukum Judex Factie di halaman 12 Putusan perkara a quo,
Judex Factie 3 (tiga) kali menyebutkan dengan salah Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, yakni:
a. “Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas dihubungkan satu sama lain Majelis ber­
pendapat bahwa permohonan yang diajukan oleh Pemo­
hon II dan III tidak memenuhi Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan karena hutang/
pinjaman yang dijadikan dasar permohonannya belum
jatuh waktu, sedangkan untuk Pemohon I yang menjadi
dasar permohonannya yakni Perjanjian Kredit tanggal 15
Oktober 1997 No. 973/CBG/JKT/97 batal demi hukum;”
Para Pemohon Kasasi berpendapat bahwa Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan
tidak ada karena (i) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 bu­
kan tentang kepailitan tetapi tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-undang tentang kepailitan

82
menjadi Undang-undang”, dan (ii) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 terdiri atas Pasal 1 dan Pasal 2 yang masing-
masing tidak terbagi dalam ayat-ayat, maka jelas Pasal 1
ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak eksis.
b. “Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Para Pemo­
hon tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 cukup alasan bagi Majelis untuk
menolak permohonan Pemohon tanpa menutup hak
Pemohon II dan Pemohon III untuk memajukan kembali
setelah jatuh tempo;"
Para Pemohon Kasasi mengajukan keberatan yang sama
seperti untuk (a) di atas ini, karena keberatan itu juga ber­
laku di sini karena Pasal 1 ayat (1) dalam Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 tidak ada.
c. “Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 4
Tahun 1970 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, serta pasal yang bersangkutan;”
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan tidak
ada, yang ada adalah “Undang-undang No. 4 Tahun 1998
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
undang tentang kepailitan menjadi Undang-undang”
Para Pemohon Kasasi berpendapat bahwa penting sekali
Pengadilan Niaga bekerja dengan cermat agar supaya pu­
blik yang mencari keadilan mendapatkan kepastian hukum.

IV. JUDEX FACTIE TIDAK MEMBACA DAN/ATAU MENAFSIRKAN


DENGAN BENAR KETENTUAN SEKITAR JATUH TE M P O
UTANG TERMOHON KASASI KEPADA PEMOHON KASASI II
DAN PEMOHON KASASI III.
IV.A. Jatuh tempo menurut Surat Fasilitas antara Pemohon Kasasi
II dan Termohon Kasasi; dan
IV.B. Jatuh tempo menurut Perjanjian Pinjaman antara Pemohon
Kasasi III dan Termohon Kasasi.
Keberatan IV. A : Jatuh tempo menurut Surat Fasilitas antara
Pemohon Kasasi II dan Termohon Kasasi.
1. Bahwa, dalam ketentuan “Pengembalian” di halaman 3 dari
terjemahan Surat Fasilitas (vide Bukti P-4) tercantum bahwa
“Penerima Pinjaman harus membayar kembali Fasilitas terse-

83
but pada tanggal jatuh tempo tanpa mengurangi bahwa se­
mua jumlah Fasilitas terhutang harus dibayar kembali pada
tanggal Pengakhiran”
2. Bahwa, Termohon Kasasi tidak pernah menyangkal surat
sanggup No. 001100 tanggal 12 November 1997, vide Bukti
P-4.a. (ii) (Surat Sanggup P.ll), yang dikeluarkan oleh Termo­
hon Kasasi, maka surat sanggup P.ll ini telah menjadi bukti
yang sah. Di surat sanggup ini tercantum tanggal jatuh tempo,
yakni 12 Februari 1998. Termohon Kasasi sampai sekarang
tidak membayar Surat Sanggup P.ll ini. Dengan demikian ter­
bukti benar bahwa utang Termohon Kasasi ini sudah jatuh
tempo dan dapat ditagih.
3. Bahwa, dalam kalimat pertama ketentuan “Pengakhiran” di
halaman3 dari Surat Fasilitas (vide bukti P-4) tercantum
bahwa “Fasilitas tersebut berlaku untuk jangka waktu 12 bu­
lan sejak tanggal Surat Fasilitas ini (“Tanggal Pengakhiran”).
Jadi karena tanggal Surat Fasilitas itu adalah 30 Juni 1997,
maka tanggal pengakhiran itu jatuh pada 30 Juni 1998. Maka
kalau kita kembali pada ketentuan tentang “Pengembalian”,
dan memasukkan tanggal-tanggal yang nyata, maka keten­
tuan itu berbunyi sebagai berikut : “Penerimaan Pinjaman
harus membayar kembali Fasilitas tersebut pada tanggal 12
Februari 1998, tanpa mengurangi. Bahwa semua jumlah
fasilitas terhutang harus dibayar kembali pada tangga! 30 Juni
1998 untuk menegaskan hal tersebut, bersama ini di­
sampaikan Bukti PK-2 yang merupakan peringatan ke-3 yang
disampaikan oleh Pemohon Kasasi II kepada Termohon Ka­
sasi setelah tanggal 30 Juni 1998.
4. Bahwa, dengan demikian sekali lagi terbukti bahwa pada
tanggal permohonan kepailitan ini diajukan dan didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, yakni pada tanggal 9 November 1998, utang
Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi II sebenarnya te­
lah jatuh tempo dan dapat ditagih.
5. Bahwa, yang sangat ganjil adalah bahwa Judex Factie men­
syaratkan adanya “surat pemberitahuan kepada penerima
pinjaman tentang pengakhiran fasilitas oleh Bank”, yang oleh
Judex Factie dianggap “mutlak harus ada” untuk menetapkan
jatuh temponya utang Termohon Kasasi kepada Pemohon
Kasasi II.

84
Secara keliru Judex Factie telah mendasarkan pertimbangannya
sehubungan dengan “surat pemberitahuan kepada penerima
pinjaman tentang pengakhiran fasilitas oleh Bank” tersebut
pada kalimat kedua ketentuan “Pengakhiran” di halaman 3
dari terjemahan Surat Fasilitas (vide bukti P-4) dimana tercan­
tum “Akan tetapi, Bank dapat membatalkan Fasilitas tersebut
setiap saat atas kebijaksanaannya yang mutlak dengan pem­
beritahuan kepada Penerima Pinajaman sehingga Fasilitas
tersebut diakhiri mulai dari tanggal yang ditentukan oleh Bank
dalam pemberitahuan tersebut”
Bahwa, Para Pemohon Kasasi berkeberatan atas pertimbang­
an hukum Judex Factie dalam “Menimbang” ketujuh di hala­
man 11 dari putusan perkara a quo, yang berbunyi sebagai
berikut:
“Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang ada surat per­
nyataan tentang kelalaian tertanggal 18 Februari 1998, dan
tanggal 5 Juni 1998 hanya berisi perincian hutang Termohon
yang belum dibayar, serta adanya kemungkinan untuk pen­
jadwalan ulang (vide bukti P-6 dan bukti P-7)”; hal ini sama
sekali tidak benar, karena :
(a) di butir 1 halaman ke-2 dari bukti P-6 dengan jelas tercan­
tum bahwa “Bank tidak memiliki kewajiban lebih lanjut
untuk mencairkan penarikan-penarikan lebih lanjut
apapun dari Fasilitas”; jadi jelas di sini bahwa Pemohon
Kasasi II mengakhiri penyediaan fasilitas bagi Termohon
Kasasi sebagaimana dimaksud dalam kaliman kedua
ketentuan “Pengakhiran” di halaman 3 dari terjemahan
Surat Fasilitas (vide bukti P-4) sehingga sudah ada “surat
pemberitahuan kepada penerima pinjaman tentang peng-
akiran fasilitas oleh Bank”; “surat pemberitahuan ini” se­
betulnya agak berlebihan (ten overvloede) kerena sebe­
narnya tidak perlu lagi ada pernyataan pengakhiran
fasilitas oleh Pemohon Kasasi II karena dalam hal terjadi
Peristiwa Kelalaian berlakulah ketentuan No. 2 halaman
16 dari surat fasilitas (vide bukti P-4) yang berbunyi s e ­
bagai berikut “Dengan terjadinya suatu peristiwa kelalaian
tanpa mempertimbangkan pelepasan dari setiap peristiwa
kelalaian sebelumnya,
a. Bank tidak mempunyai kewajiban lebih lanjut untuk
membayar penarikan-penarikan berikutnya dari setiap
fasilitas berdasarkan surat fasilitas ini;”

85
(b) di bukti P-7, Pemohon Kasasi II dengan tegas minta agar
Termohon Kasasi melakukan pelunasan kewajiban Ter­
mohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi II. Artinya, telah
terjadi peristiwa kelalaian seperti dimaksud dalam sub. a
dari halaman 13 Surat Fasilitas (vide bukti P-4), maka
berlakulah ketentuan No. 2 halaman 16 dari Surat Fasili­
tas (vide bukti P-4) yang berbunyi sebagai berikut:
“Dengan terjadinya suatu Peristiwa Kelalaian tanpa
mempertimbangkan pelepasan dari setiap peristiwa
kelalaian sebelumnya,
a. Bank tidak mempunyai kewajiban lebih lanjut untuk
membayar penarikan-penarikan berikutnya dari
setiap fasilitas berdasarkan surat fasilitas ini;”
(c) Para Pemohon Kasasi berpendapat bahwa sangat ganjil
bahwa Judex Factie dalam menentukan apakah utang
Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi II itu jatuh
tempo atau tidak, mensyaratkan adanya “surat pemberi­
tahuan kepada penerima pinjaman tentang pengakhiran
fasilitas oleh Bank”, baik oleh Judex Factie dianggap
“mutlak harus ada”. Disebabkan karena Judex Factie
salah membaca dan salah (untuk mempertegas saja)
menafsirkan kalimat kedua ketentuan “Pengakhiran” di
halaman 3 dari terjemahan Surat Fasilitas (vide bukti P-
4), sehingga Para Pemohon Kasasi menyimpulkan
bahwa “surat pemberitahuan” apapun tidak diperlukan
lagi, baik karena ketentuan ini, maupun karena tanggal
pengakhir-an telah terjadi pada tanggai 30 Juni 1998.
6. Pemohon Kasasi II telah 3 (tiga) kali memberikan surat pe­
ringatan kepada Termohon Kasasi, dan ketiga surat peringat­
an itu semuanya tidak ditaati, yakni:
(i) Bukti P-6 yang menyebutkan antara lain bahwa Pemohon
Kasasi II lebih lanjut memohon Termohon Kasasi untuk
melunasi semua kewajiban-kewajiban yang masih terhu-
tang secara penuh melalui rekening Termohon Kasasi
pada Pemohon Kasasi II sebelum tanggal 20 Maret 1998;
(ii) Bukti P-7 yang menyebutkan antara lain bahwa Pemohon
Kasasi II meminta kepada Termohon Kasasi untuk me­
lunasi jumlah yang terhutang dan mengirimkan jumlah
tersebut ke dalam rekening Termohon Kasasi pada

86
Pemohon Kasasi II selambat-lambatnya pada tanggal 9
Juli 1998;
(iii) Surat Nomor Ref. 30/98/IC/NF/em tertanggal 19 Agustus
1998 dari Pemohon Kasasi II kepada Termohon Kasasi,
vide bukti PK-2, yang menyatakan antara lain bahwa
apabila kewajiban Termohon Kasasi tidak dipenuhi atau
apabila usulan-usulan pemulihan hukum tidak diajukan
kepada Pemohon Kasasi II sampai dengan tanggal 31
Agustus 1998, maka Pemohon Kasasi II tidak akan ragu-
ragu untuk memulai proses hukum tanpa pemberitahuan
lebih lanjut terhadap Termohon Kasasi untuk memperta­
hankan semua hak-haknya dan pemulihan hukum ber­
dasarkan Surat Fasilitas tersebut, dengan demikian ter­
bukti bahwa pada tanggal perkara a quo didaftarkan pada
Pengadilan Niaga yakni pada tanggal 9 November 1998,
memang ada utang Termohon Kasasi kepada Pemohon
Kasasi II yang telah jatuh tempo pada tanggal-tanggal 20
Maret 1998, 9 Juli 1998 dan tanggal 31 Agustus 1998.
Keberatan IV. B : Jatuh tempo menurut Perjanjian Pinjaman antara
Pemohon Kasasi III dan Termohon Kasasi.
1. Bahwa, pertimbangan hukum Judex Factie di Putusan
Perkara a quo, “Menimbang” ke-3 di halaman 12 yang ber­
bunyi adalah:
“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di
atas, maka Majelis berpendapat bahwa terbukti adanya fakta
pinjaman Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi II
(International Finance Corporation), akan tetapi hutang terse­
but belum dapat ditagih karena belum jatuh waktu”
Pemohon Kasasi III sependapat dengan Judex Factie bahwa
“terbukti adanya fakta pinjaman Termohon kepada Pemohon
Kasasi III (International Finance Corporation)” akan tetapi
Pemohon Kasasi III tidak sependapat dengan Judex Factie
yang berpendapat bahwa Utang tersebut belum dapat ditagih
karena belum jatuh waktu, karena :
(1) Judex Factie salah menafsirkan dan menerapkan kalimat
pertama Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum P e r­
data dengan tidak menerapkan ketentuan-ketentuan d a ­
lam perjanjian pinjaman vide bukti P-8A, antara lain Pasal
III ayat 3.20 di bagian I (persyaratan-persyaratan khusus)
dan Pasal VI ayat 6.01 di bagian II (ketentuan-ketentuan

87
umum) dari perjanjian pinjaman (vide bukti P-8A) yang
menentukan antara lain saat-saat utang Termohon Ka­
sasi kepada Pemohon Kasasi III, baik utang pokok mau­
pun bunga, jatuh tempo dan dapat ditagih; dan (2) Judex
Factie salah menafsirkan dan menerapkan Pasi VI ayat
6.01 di bagian II (ketentuan-ketentuan umum) dari perjan­
jian pinjaman (vide bukti P.8A) yang mengatur tentang
percepatan otomatis.
2. Tentang alasan (1 ): sesuai pernjelasan Pasal 1 ayat (1) UUK,
utang yang tidak dibayar itu adalah utang pokok atau bunga­
nya. Dengan demikian jumlah bunga yang tidak dibayar itu
juga merupakan utang Termohon Kasasi yang sudah jatuh
tempo dan dapat ditagih. Hal ini sama sekali tidak dipertim­
bangkan oleh Judex Factie dalam putusan perkara a quo ini.
Judex Factie sama sekali tidak memperhatikan Pasal ill ayat
3.02 dari Bagian I (persyaratan-persyaratan khusus) dari per­
janjian pinjaman (vide bukti P-8A) tentang bunga yang harus
dibayar enam bulan sekali, yang berdasarkan Undang-undang
Hukum Perdata wajib ditaati oleh Termohon Kasasi. Tetapi
dalam kenyataan tidak dipenuhi oleh Termohon Kasasi.
Kuasa Termohon Kasasi, dahulu kuasa Termohon tidak meng­
ajukan keberatan atas perjanjian pinjaman bukti P-8A, maka
dengan demikian adanya perjanjian pinjaman serta syarat dan
ketentuannya (vide bukti P-8A) telah terbukti dengan sah.
Maka berdasarkan kalimat pertama Pasal 1338 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata bahwa perjanjian pinjaman bukti P-8A
itu berlaku bagi Termohon Kasasi dan Pemohon Kasasi III
seperti suatu Undang-undang.
3. Dalam baris ke-4 dari bawah halaman pertama dari pemberi­
tahuan percepatan pinjaman (Loan Acceleration Notice, vide
bukti P-9.a) disebut “IFC memberitahukan para Penjamin
bahwa US$ 1,101,805.55 mewakili sisa dari bunga yang jatuh
waktu berdasarkan perjanjian pinjaman, telah jatuh waktu dan
harus dibayar oleh Perseroan pada 16 Maret 1998”
Bunga ini tidak dibayar oleh Termohon Kasasi kepada Pemo­
hon Kasasi III, sehingga pada tanggal 14 September 1998 ^
tertunggak sejumlah bunga, ongkos dan denda sesuai perjan­
jian pinjaman (vide bukti P-8A), maka Termohon Kasasi tidak
menaati ketentuan tentang bunga sesuai dengan Pasal III
ayat 3.02 dari bagian I (persyaratan-persyaratn khusus) dari

88
perjanjian pinjaman (vide bukti P-8A). Jumlah bunga ini sudah
jatuh tempo pada tanggal 16 Maret 1998 seperti juga terbukti
dari bukti P-9.a.
4. Pertimbangan Judex Factie, di halaman 12 dari putusan
perkara a quo, di “Menimbang ke-4”, berbunyi sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas dihubungkan satu sama lain Majelis berpen­
dapat bahwa permohonan yang diajukan Pemohon II dan III
tidak memenuhi Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan karena hutang/pinjaman yang
dijadikan dasar permohonannya belum jatuh waktu, sedang­
kan untuk Pemohon I yang menjadi dasar permohonannya
yakni Perjanjian Kredit tanggal 15 Oktober 1997 No.
973/CBG/JKT/97 batal demi hukum;"
Bahwa, Pemohon III berkeberatan atas pertimbangan hukum
tersebut karena Judex Factie sama sekali tidak mempertim­
bangkan bahwa sesuai kalimat pertama Pasal 1338 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata bagi Termohon Kasasi ber­
laku Pasal VI ayat 6.01 bagian II (ketentuan-ketentuan umum)
dari perjanjian pinjaman (vide bukti P-8A), dan juga tidak
mempertimbangkan bukti P-9 a yang merupakan pemberita­
huan percepatan pinjaman ( Loan Acceleration Notice) ter­
tanggal 14 September 1998 dari Pemohon Kasasi III kepada
Termohon Kasasi.
5. Bahwa, Termohon Kasasi, dahulu Termohon, tidak memban­
tah telah menerima pemberitahuan percepatan pinajaman dan
tidak membantah isinya yang merupakan terjemahan “Loan
Acceleration Notice” tersebut, maka terbukti dengan sah
bahwa Termohon Kasasi telah menerimanya dan bahwa isi
bukti P-9 a harus dianggap terbukti dengan sah.
6. Bahwa, Pemohon Kasasi III, dahulum Pemohon III, dalam
Pemberitahuan Percepatan Pinjaman Tersebut menggunakan
kata-kata "Therefore, in accordance with section 6.01
(General Conditions) of the Loan Agreement, IFC hereby de­
clares the principal of, and all accured interest, the Loan
(together with all other sums accured or payable without fur­
ther notice”
Terjemahannya tercantum pada halaman 2 dari bukti 9 . a,
yakni “oleh karena itu, sesuai dengan ayat 6.01 (persyaratan
umum) dari perjanjian pinjaman, IFC dengan ini menyatakan

89
pokok dari, dan semua bunga yang terkumpul pada, pinjaman
(bersama dengan semua jumlah lain yang terkumpul atau
harus dibayar berdasarkan Perjanjian Pinjaman) harus segera
jatuh waktu dan harus dibayar tanpa pemberitahuan selanjut­
nya”
7. Bahwa, Pembertahuan Percepatan Pinjaman ini adalah
pelaksanaan dari Pasal VI ayat 6.01 bagian II (ketentuan-
ketentuan umum) dari Perjanjian Pinjaman (vide bukti P-8A),
maka sesuai Pasal VI ayat 6.01 dengan diberikan Pemberita­
huan Percepatan Pinjaman ini, utang Termohon Kasasi
kepada Pemohon Kasasi III sudah jatuh tempo sejak tanggal
14 September 1998.
Dengan Pemberitahuan Percepatan Pinjaman dari Pemohon
Kasasi III ini ayat (1) Pasal 1 UUK terpenuhi, karena pada
tanggal perkara a quo didaftarkan pada Pengadilan Niaga,
yakni pada tanggal 9 November 1998, Termohon Kasasi su­
dah mempunyai utang kepada Pemohon Kasasi III (hal ini
dibenarkan oleh Judex Factie) dan utang itu telah jatuh tempo
sejak tanggal 14 September 1998, dan harus dibayar, maka
Judex Factie wajib melaksanakan Pasal 6 ayat (3) UUK, dan
menyatakan Termohon Kasasi, dahulu Termohon pailit.
8. Tentang alasan (2) : bahwa Judex Factie salah mentrapkan
Pasal VI ayat 6.02 di bagian II (ketentuan-ketentuan umum)
dari Perjanjian Pinjaman bukti P-8A yang mengatur tentang
Percepatan Otomatis. Para Pemohon Kasasi berkeberatan
atas pertimbangan hukum Judex Factie dalam “Menimbang”
ke-1 di halaman 12 putusan Judex Factie dalam perkara a
quo sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa surat bukti P-9A adalah merupakan Loan
Management Part I (Special Conditions) dan Part II (General
Conditions) antara Pemohon III dalam Termohon, pada hala­
man 23 dari loan Agreement Part I tersebut di atas terdapat
fakta tentang jadwal pembayaran kembali pinjaman yang di­
mulai dari tanggal 15 Maret 1999 sampai batas akhir 15 Sep­
tember 2003, sedangkan hal tersebut tidak terdapat pada Part
II bahkan di dalam halaman 142 ayat 6.02 antara lain disebut­
kan apabila perseroan manjadi pailit, maka pinjaman segera
menjadi jatuh tempo dan harus dibayar;”
Bahwa, memang ada jadwal pembayaran kembali utang yang
disetujui antara kedua belah pihak dalam Perjanjian Pinjaman

90
(vide bukti P-8A), namun juga disetujui oleh kedua belah pihak
dalam Pasal VI ayat 6.01 adanya Percepatan Umum, dan
dalam Pasal VI ayat 6.02 tentang Percepatan Otomatis.
Bahwa dalam perkara a quo tidak ada Percepatan Otomatis
berdasarkan Pasal VI ayat 6.02 dari bagian II Perjanjian Pin­
jaman (vide bukti P-8A), tetapi yang terjadi adalah Percepatan
Umum menurut Pasal VI ayat 6.01 dari bagian II dari Perjan­
jian Pinjaman (vide bukti P-8A). Jadi penyebutan ayat 6.02
dari Perjanjian Pinjaman oleh Judex Factie adalah salah dan
tidak relevan. Dengan demikian jelas putusan Judex Factie
dalam perkara a quo tidak mempertimbangkan dengan benar
atau setidak-tidaknya adalah “onvoldoende gemotiveerd' yang
menurut yurisprudensi tetap menjadi alasan bagi pembatalan
keputusan Judex Factie dalam Perkara a quo di tingkat ka­
sasi.

V. JUDEX FACTIE TIDAK MEMERIKSA DAN TIDAK MEMBERIKAN


PERTIMBANGAN HUKUM TERHADAP HAL-HAL YANG SECARA
SUMIR DAPAT DIBUKTIKAN, YANG KARENANYA MERUPAKAN
KELALAIAN DALAM BERACARA.
V.A. Tentang Surat Sanggup
V.B. PT. Bank Niaga Tbk. sebagai bank devisa.
Keberatan V. A : tentang surat sanggup.
1. Bahwa, Pemohon Kasasi I telah mengajukan :
1. Bukti P-1.b berupa surat sanggup yang dikeluarkan dan
ditandatangi oleh Termohon Kasasi, yang sama dengan
bukti T-7a,
2. Bukti P-1.C berupa surat sanggup yang dikeluarkan dan
ditandatangani oleh Termohon Kasasi, yang sam a
dengan bukti T-8a, dan
3. Bukti P-1.d berupa surat sanggup yang dikeluarkan dan
ditandatangani oleh Termohon Kasasi, yang adalah sam a
dengan bukti T-7.f,
maka bukti berupa surat-surat sanggup ini telah diakui secara
tegas oleh Termohon Kasasi serta mengingat pula bahwa
surat sanggup itu merupakan kesanggupan tidak bersyarat
untuk membayar, sesuai Pasal 174 angka 2 Kitab Undang-
undang Hukum Dagang, maka terbukti bahwa pada tanggal
perkara a quo didaftarkan pada Pengadilan Niaga, yakni

91
tanggal 9 November 1998, Termohon Kasasi berutang
kepada Pemohon Kasasi I dalam jumlah yang tercantum pada
surat sanggup masing-masing dan yang wajib dibayar pada
tanggal jatuh tempo yang tercantum pada surat sanggup
masing-masing dan Termohon Kasasi tidak memenuhi ke­
sanggupannya yang disebut dalam surat sanggup itu. Maka
terbukti secara sumir bahwa pada tanggal Perkara a quo di­
daftarkan pada Pengadilan Niaga, yakni tanggai 9 November
1998, Termohon Kasasi mempunyai utang yang sudah jatuh
tempo dan dapat ditagih, sehingga Judex Factie berkewajiban
melaksanakan Pasal 6 ayat (3) UUK.
2. Bahwa Pemohon Kasasi II telah mengajukan surat sanggup
No. 001100 tanggal 12 November 1997, vide bukti P-4.a.(ii)
yang tidak disangkal oleh Termohon Kasasi, maka surat
sanggup ini telah menjadi bukti yang sah tentang (i) adanya
utang Termohon Kasasi, (ii) jumlah utang Termohon Kasasi
kepada Pemohon Kasasi II sebagaimana tercantum dalam su­
rat sanggup itu, (iii) tanggal jatuh temponya, yakni 12 Februari
1998.
Termohon Kasasi tidak membantah bahwa sampai sekarang
utang kepada Pemohon Kasasi II tersebut dalam surat sang­
gup itu belum dilunasi. Dengan demikian terbukti secara sumir
bahwa pada tanggal perkara a quo didaftarkan pada Pengadil­
an Niaga, yakni pada tanggal 9 November 1998, benar ada
utang Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi II yang su­
dah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Keberatan V. B : tentang PT. Bank Niaga Tbk. sebagai Bank De­
visa.
1. Bahwa, Para Pemohon Kasasi berkeberatan atas pertimbang­
an hukum Judex Factie di halaman 11 dari Putusan dalam
perkara a quo yang berbunyi sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa atas tanggapan kuasa Pemohon yang
menyatakan bahwa Pemohon (PT. BANK NIAGA) adalah
Bank Devisa berdasarkan penelitian majelis terhadap bukti-
bukti yang diajukan oleh kuasa Pemohon, tidaklah terdapat
adanya bukti surat penunjukan dari Bank Indonesia bahwa
Bank Niaga adalah Bank Devisa yang dapat melaksanakan
usaha perbankan dalam valuta asing”
Bahwa benar kuasa Para Pemohon telah mengatakan dalam
persidangan Pengadilan Niaga bahwa Pemohon Kasasi I

92
adalah Bank Devisa, hal mana diketahui oleh umum, karena
Pemohon Kasasi I merupakan perusahaan publik yang telah
terdaftar di Bursa Efek, apalagi hal ini tidak pernah dibantah
oleh kuasa Termohon Kasasi, maka harus dianggap diakui
oleh Termohon Kasasi dan tidak perlu dibuktikan lebih lanjut,
namun supaya tidak menjadi permasalahan, meskipun berle­
bihan (ten overvloede) kuasa Pemohon Kasasi I mengajukan
bukti bahwa Pemohon Kasasi I adalah Bank Devisa berupa
bukti PK-3.
Para Pemohon Kasasi sangat berkeberatan atas konklusi d a ­
lam pertimbangan yang dikutip di atas karena Judex Factie ti­
dak pernah minta bukti tersebut kepada Para Pemohon K a ­
sasi. Karena semua pertimbangan hukum dalam suatu kepu-
tusan badan peradilan adalah sangat penting demi kepastian
hukum, maka pengambilan kesimpulan tanpa mensyaratkan
dan memberi kesempatan kepada pihak yang bersangkutan
untuk mengajukan bukti-bukti yang oleh Judex Factie diang­
gap perlu, sangat merugikan pihak yang bersangkutan, dan
merupakan cara beracara di badan peradilan yang tidak b e ­
nar.
Judex Factie tidak memeriksa dan tidak memberikan pertim­
bangan hukum terhadap hal-hal yang secara sumir dapat di­
buktikan, yang karenanya merupakan kelalaian dalam b era­
cara.

VI. TENTANG JUDEX FACTIE SALAH MENERAPKAN SU R A T


KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA NO. 28/119/KEP/DIR
TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF DAN PASAL 1320 S E R TA
1335 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DENGAN
ME-NYATAKAN PERJANJIAN KREDIT (VIDE BUKTI P-1) IT U
BATAL DEMI HUKUM.
(a) Di ayat (1) Pasal 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 28/119/KEP/DIR tentang transaksi derivatif (“KEP DIR BI
28/119”) ditemukan bahwa :
“Bank dapat melakukan transaksi derivatif baik untuk kepen­
tingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah”
Jadi Pemohon Kasasi I tidak salah membuat perjanjian-
perjanjian Foreign Option Agreement No. 372/CBG/JKT/96
(vide bukti T-1) tanggal 17 April 1996 dan Foreign Exchange
Option Agreement No. 373/CBG/JKT/96 (vide bukti T-2) ju g a
tertanggal 17 April 1996;

93
Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa :
(i) perjanjian kredit No. 973/CBG/JKT/97 tertanggal 15 Ok­
tober 1997 (bukti P-1) lah yang menjadi dasar permo­
honan pernyataan pailit yang diajukan Pemohon Kasasi I
terhadap Termohon Kasasi dan bukan berdasarkan per­
janjian-perjanjian bukti T-1 dan bukti T-2 maka semua
dalil Termohon Kasasi sekitar bukti-bukti T-2 dan T-2
sangat tidak relevan;
(ii) Perjanjian Kredit No. 973/CBG/JKT/97 dibuat tanggal 15
Oktober 1997 jadi 18 bulan atau 1,5 tahun setelah di­
buatnya perjanjian bukti-bukti T-1 dan T-2, maka jelas
pemberian fasilitas kredit berdasarkan bukti P-1 ini tidak
diberikan untuk membiayai pemenuhan margin deposit
nasabah, tetapi untuk membiayai kerugaian yang terjadi
sesuai permintaan Termohon Kasasi dalam suratnya
kepada Pemohon Kasasi I tertanggal 9 Oktober 1997
(vide bukti PK-4)
(b) Di Pasal 6 ayat (2) KEP DIR BI 28/119 tercantum bahwa :
“Bank dilarang memberikan fasilitas kredit dan cerukan
( overdraft) untuk keperluan transaksi derivatif kepada nasa­
bah”
Ketentuan ini selanjutnya dijelaskan maknanya dalam butir ke-
11 Surat Edaran Bank Indonesia SE No. 28/15/UD tertanggal
8 Februari 1996 (selanjutnya disebut “SEBI 28/15/UD"), vide
bukti PK-5 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dalam kaitan ini yang dimaksud dengan fasilitas kredit dan
cerukan tersebut adalah pemberian kredit dan cerukan oleh
Bank dalam rangka kewajiban pemenuhan margin deposit na­
sabah”
Dalam persidangan di Pengadilan Niaga telah dijelaskan
bahwa “utang” Termohon Kasasi yang dimaksudkan dalam
permohonan penyataan pailit bukanlah didasarkan pada per­
janjian-perjanjian bukti T-1 dan bukti T-2 namun pada Perjan­
jian Kredit bukti P-1.
Selanjutnya harus dipertimbangkan:
(i) Apakah fasilitas pemberian kredit, berdasarkan perjanjian
kredit No. 973/CBG/JKT/97, tanggal 15 Oktober 1997
(bukti P-1) yang diberikan oleh Pemohon Kasasi I pada

94
Termohon Kasasi, bertujuan untuk memenuhi margin de­
posit Pemohon Kasasi; dan
(ii) Apakah Termohon Kasasi wajib memenuhi persyaratan
margin deposit dalam hubungan dengan transaksi ber­
dasarkan perjanjian-perjanjian bukti T-1 dan T-2 ?
Jawaban atas kedua pertanyaan itu, adalah tidak, karena :
Margin deposit (bila disyaratkan, quod non) untuk perjanjian-
perjanjian bukti T-1 dan bukti T-2 harus dipenuhi pada tanggal
17 April 1996. Sedangkan Pejanjian Kredit No. 973/CBG/JKT/
97 bukti P-1, antara Pemohon Kasasi I dan Termohon Kasasi
telah diadakan pada tanggal 15 Oktober 1997.
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa Perjanjian Kredit
No. 973/CBG/JKT/97 bukti P-1 dibuat tanggal 15 Oktober
1997, jadi 18 bulan atau 1,5 tahun setelah dibuatnya perjanjian-
perjanjian bukti-bukti T-1 dan T-2, maka jelas pemberian
fasilitas kredit ini tidak diberikan untuk membiayai pemenuhan
margin deposit nasabah, karena :
1. Perjanjian-perjanjian bukti-bukti T-1 dan T-2, keduanya
dibuat pada tanggal 17 April 1996, dan Perjanjian Kredit
(bukti P-1) dibuat 18 bulan sesudahnya, sedangkan m ar­
gin deposit seyogyanya disediakan pada awal transaksi
berdasarkan perjanjian bukti T-1 dan T-2 akan dilakukan;
dan
2. pemberian fasilitas kredit yang diberikan Pemohon K a ­
sasi I berdasarkan Perjanjian Kredit (Bukti P-1) diberikan
atas permintaan Termohon Kasasi I No. 236/DAF/W /10/
97 tertanggal 9 Oktober 1997 (vide bukti PK-4), untuk
membayar kerugian yang akan diderita Termohon K a ­
sasi;
Sehingga pemberian fasilitas kredit ini bukanlah untuk
membiayai margin deposit, tetapi untuk membiayai
kerugian yang telah diketahui akan terjadi karena kenaik­
an nilai valuta asing sejak krisis moneter bulan Agustus
1997, maka Perjanjian Kredit (vide bukti P-1) ini tidak di­
larang sehingga semua Perjanjian Kredit memenuhi s e ­
mua persyaratan keabsahan suatu perjanjian yang dirinci
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Dari urutan waktu saja sudah jelas bahwa Perjanjian
Kredit yang dibuat antara Pemohon Kasasi I dan Term o­
hon Kasasi dalam Perkara a quo tidak diadakan untuk

95
tujuan memenuhi kewajiban margin deposit (bilamana di­
syaratkan untuk perjanjian-perjanjian Bukti-bukti T-2 dan
T-2). Adalah kenyataan bahwa memang tidak pernah ada
pembayaran margin deposit oleh Termohon Kasasi
kepada Pemohon Kasasi I. Andaikan itu ada, maka Ter­
mohon Kasasi tidak akan meminta fasilitas pinjaman
kredit kepada Pemohon Kasasi I (seperti dilakukan dalam
suratnya tertanggal 9 Oktober 1997 (vide bukti PK-4)
untuk pemenuhan kebutuhannya, tetapi kerugian itu akan
diambil oleh Pemohon Kasasi I dari margin deposit yang
sudah dibayarkan (quod non ) dan jika margin deposit
tidak cukup, maka Pemohon Kasasi I akan melakukan
“cair agar Termohon Kasasi menambah setoran margin
deposit.

Menimbang :
mengenai keberatan ad. I :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, lagi pula keberatan kasasi tersebut
adalah mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghar­
gaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan
dalam pemeriksaan tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat
kasasi hanya berkenaan dengan ketidak wenangan atau melampaui
batas wewenang, atau salah menerapkan hukum, atau lalai memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang ber­
sangkutan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Undang-undang
No. 14 Tahun 1985, dengan tambahan pertimbangan sebagai berikut:
bahwa dalam hal ini Judex Factie adalah bersikap membahas
untuk dapat menentukan apakah Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Kepailitan terbukti atau tidak, jadi apakah utang tersebut benar-benar
ada atau sudah jatuh tempo atau belum.
Dalam pembuktian ada/tidaknya utang dan jatuh tempo, Judex Factie
menemui fakta adanya hubungan hukum antara pemohon dan termo­
hon, yaitu adanya transaksi derivatif, dan adanya perjanjian kredit yang
ditentukan bahwa fasilitas kredit yang diberikan oleh Pemohon I
kepada Termohon akan digunakan untuk jenis fasilitas pinjaman tran­
saksi khusus keperluan untuk menutup kerugian transaksi valas dan
transaksi.sell option US$ Call/Rp put. Jadi adanya fakta yang terdapat
dalam bukti P-1 tersebut jelas pemberian fasilitas kredit oleh Pemohon

96
I (PT. Bank Niaga Tbk) kepada Termohon untuk menutup kerugian
transaksi valas. Sedangkan hai tersebut dilarang oleh Bank Indonesia
(Pasal 6 ayat (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/119/
KEP/DIR tentang Transaksi Derivatif).
Oleh karena perikatan antara Pemohon I dengan Termohon terdapat
adanya causa yang tidak halal, sehingga perjanjian antara Pemohon I
dengan Termohon tidak memenuhi syarat sesuai Pasal 1320 KUH
Perdata, yaitu syarat obyektif tidak terpenuhi sehingga perjanjian batal
demi hukum. Karena perjanjian batal demi hukum maka utang tidak
terbukti dan tidak terbukti pula jatuh tempo. Fakta inilah yang kemudian
menjadikan sikap Judex Factie untuk dapat menentukan sikap, terbukti
tidaknya utang Termohon dan terbukti tidaknya jatuh tempo dan Judex
Factie tidak menuangkan dalam amar yang menyatakan bahwa perjan­
jian tersebut batal demi hukum;
mengenai keberatan ad. II dan IIA :
bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie
tidak salah menerapkan hukum, lagi pula keberatan kasasi tersebut
adalah mengenai penilaian hasil pembuktian, dan seperti yang telah
dipertimbangkan di atas keberatan serupa itu tidak dapat dipertim­
bangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, dengan tambahan pertim­
bangan sebagai berikut:
bahwa Judex Factie tidak mengabaikan ketentuan Pasal 7 ayat
(1) b Undang-undang Kepailitan dan juga menyalahi ketentuan Pasal
178 ayat (2) dari HIR, karena dalam hal ini Judex Factie dalam am ar
putusan adalah menolak permohonan pailit dari pemohon, sehingga
tidak diperlukan penunjukkan Kurator Sementara;

mengenai keberatan ad. IIB, IV, IVA dan IVB :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, lagi pula keberatan kasasi tersebut
adalah mengenai penilaian hasil pembuktian, dan seperti yang telah
dipertimbangkan di atas keberatan serupa itu tidak dapat dipertim­
bangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, dengan tambahan pertim­
bangan sebagai berikut:
Bahwa dalam hal ini hubungan hukum antara Pemohon I dengan
Termohon adalah berdasarkan hukum perjanjian yang tidak memenuhi
ketentuan Pasal 1320 KUHPdt yaitu adanya causa yang tidak halal.
Sehingga pengertian adanya kreditur dan utang tidak terpenuhi bagi
Pemohon I yaitu PT. Bank Niaga Tbk. Sedangkan bagi Pemohon II
yaitu PT. Ing Indonesia Bank, pertimbangan Pengadilan Niaga Jakarta

97
Pusat sudah benar yaitu diperlukan adanya surat pemberitahuan
kepada penerima pinjaman. Tentang pengakhiran fasilitas oleh Bank
tidak ada, sedangkan hal tersebut merupakan hal yang mutlak harus
ada. Dan disamping itu sesuai bukti P-4a (iii) bahwa pinjaman fasilitas I
tesebut direalisir tanggal 12 November 1997, jangka waktu 12 bulan,
sehingga jatuh tempo tanggal 12 November 1998, sedangkan permo­
honan pailit diajukan tanggal 9 November 1998 sehingga utang belum
jatuh tempo. Begitu pula sesuai perjanjian kapan bunga harus dibayar
tidak ditentukan, sehingga utang yang berasal dari bunga belum jatuh
tempo.
Sedangkan bagi Pemohon III pertimbangan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat sudah tepat, sebab sesuai bukti P-8a yang merupakan Loan
Agreement Part I Special Conditions dan Part II General Conditions
antara Pemohon III dengan Termohon pada halaman 23 dari Loan
Agreement Part I tersebut di atas, terdapat fakta tentang jadwal pem­
bayaran kembali pinjaman yang dimulai dari tanggal 15 Maret 1999
sampai batas akhir tanggal 15 September 2003. Bahwa berdasarkan
bukti P-8 sampai dengan P-8f terdapat fakta bahwa Termohon telah
menerima pinjaman dari Pemohon III sebesar US$ 30 juta dengan
perincian US$ 20 Juta (bukti P-8d) tertanggal 30 Mei 1996, US$ 5 juta
(bukti P-8f) tertanggal 17 Juni 1996, sehingga Judex Factie berpenda­
pat bahwa terbukti adanya fakta pinjaman dari Termohon kepada
Pemohon III (International Finance Corporation), akan tetapi utang ter­
sebut belum dapat ditagih karena belum jatuh tempo.
Bahwa disamping pertimbangan tersebut Pemohon III adalah kreditur
yang memegang hak tanggungan hypohtek dan Fidusia, atau disebut
sebagai kreditur Sparatis, yang dalam proses kepailitan kreditur sepa­
ratis tidak mempunyai hak untuk mengeluarkan suara. Karena sesuai
Pasal 56 Undang-undang Kepailitan Kreditur Separatis dapat meng­
eksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Sehingga dengan
demikian kalau kreditur Separatis mengajukan permohonan kepailitan
terhadap debitur, seharusnya melepaskan haknya terlebih dahulu se­
bagai kreditur Separatis dan menjadi kreditur konkuren. Sehingga
dengan demikian unsur kreditur tidak terpenuhi;

mengenai keberatan ad. IMB :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, dengan tambahan pertimbangan se­
bagai berikut:

bahwa memang Undang-undang No. 4 tahun 1998 adalah inti­


nya mengatur tentang kepailitan sekalipun secara formal adalah Per­

98
aturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1998 ten­
tang Perubahan atas Undang-undang tentang kepailitan, sehingga
penyebutan demikian tidak berakibat batalnya putusan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat;
mengenai keberatan ad. V :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, dengan tambahan pertimbangan se­
bagai berikut:
bahwa terhadap Pemohon Kasasi I, surat sanggup tidak ada
relevansinya mengingat bahwa perjanjian kredit antara Pemohon I dan
Termohon tidak sah, sehingga utang tidak ada dan tidak ada relevansi­
nya terhadap surat sanggup tersebut. Sehingga dengan tidak diberikan
pertimbangan hukum terhadap surat sanggup tersebut, maka Judex
Factie tidak melakukan kelalaian dalam beracara.

mengenai keberatan ad. VB :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, dengan tambahan pertimbangan s e ­
bagai berikut:
bahwa memang benar transaksi derivatif adalah sah, tetapi
kredit yang diberikan kepada nasabah, dan dipergunakan untuk pem ­
bayaran transaksi derivatif dilarang oleh Bank Indonesia sehingga
salah satu unsur Pasal 1320 tidak terpenuhi karena adanya causa
yang tidak halal sehingga utang tidak sah;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tesebut di atas,
lagi pula dari sebab tidak ternyata bahwa putusan Judex Factie dalam
perkara ini betentangan dengan hukum dan/atau Undang-undang,
maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi : I. PT.
BANK NIAGA TBK, II. PT ING INDONESIA BANK, III. INTERNATIONAL
FINANCE CORPORATION tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon kasasi di pihak


yang dikalahkan, harus membayar semua biaya perkara baik yang
jatuh dalam Pengadilan Niaga, maupun yang jatuh dalam tingkat ka­
sasi;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-undang No. 4
Tahun 1998 serta undang-undang yang bersangkutan;

99
MENGADILI:

Menolak permohonan kasasi dari pemohon I. PT. BANK NIAGA


Tbk.. II. PT. ING INDONESIA BANK. III. INTERNATIONAL FINANCE
CORPORATION tersebut;
Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar semua
biaya perkara, baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan dalam tingkat kasasi sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Senin tanggal 25 Januari 1999, dengan SOEHARTO,
SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahka­
mah Agung sebagai Ketua Sidang, NY. SUPRAPTINI SUTARTO, SH.
dan PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH. sebagai Hakim-Hakim Ang­
gota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari :
Kamis tanggal 4 Februari 1999 oleh Ketua Sidang tersebut dengan
dihadiri NY. SUPRAPTINI SUTARTO, SH. dan PAULUS EFFENDI
LOTULUNG, SH. Hakim-Hakim Anggota, dan RAHMI MULYATI, SH.
sebagai Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah
pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketu a:


ttd. ttd.

NY. SUPRAPTINI SUTARTO. SH. SOEHARTO. SH.

ttd.

PAULUS EFFENDI LOTULUNG SH.

Panitera Pengganti

ttd.

RAHMI MULYATI. SH.

100
Biaya-biaya perkara:
1. M eterai........... ....................... ........ Rp. 2.000,-
2. Redaksi................................. ........ Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi............. ........ R d . 1.997.000,-
Rp. 2.000.000,-
PUTUSAN
N o m o r : 16/P A ILIT/1998/P N .N IA G A /JK T.P S T.

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat yang memeriksa dan mengadili Permohonan Pailit pada tingkat
pertama telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam Permohon­
an Pailit:
1. PT. BANK NIAGA TBK, suatu Perseroan Terbatas yang didirikan
berdasarkan Undang-undang RI, berke­
dudukan dan berkantor pusat di Jakarta, di
Graha Niaga, Jl. Jenderal Sudirman Kave-
ling 58, Jakarta 12190, selanjutnya dise­
but:...........................................PEMOHON I;
2. PT. ING INDONESIA BANK, suatu Perseroan Terbatas yang didiri­
kan berdasarkan Undang-undang RI, ber­
kedudukan di Jakarta dahulu berkantor di
Summitmas II lantai 14, Jalan Jenderal
Sudirman Kaveling 61-62, Jakarta 12190,
sekarang berkantor di Gedung Bursa Efek
Jakarta. Menara II Lanttai 25, Jalan
Jenderal Sudirman Kaveling 52-53, Ja­
karta 12190, selanjutnya disebut: .............
PEMOHON II;
3. INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION, suatu Badan Hu­
kum, Anggota Kelompok Bank Dunia yang
didirikan berdasarkan Articles o f Agree­
ment yang dibuat antara Negara-negara
Anggotanya, termasuk Republik Indonesia,
beralamat di 1818 H Street, NW. Washing­
ton, DC 20433, Amerika Serikat dan
berkantor di Gedung Bursa Efek Jakarta,
Menara II lantai 13, Jalan Jenderal Sudirman
Kaveling 52-53, Jakarta 12190, selanjut­
nya disebut: ...................PEMOHON III;
Dalam hal ini diajukan oleh kuasanya KARTINI MULYADI, SH.,
Penasehat Hukum yang memiliki izin praktek pada KARTINI MULYADI
& REKAN, beralamat di Gedung Mulia Lantai 5 dan 6, Jalan Hajjah

102
Rangkayo Rasuna Said, Kaveling 10, Jakarta 12950 dalam hal ini ber­
tindak untuk dan atas nama : Pemohon I, II, III, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 27 Oktober 1998, tanggal 14 Oktober 1998 dan
tanggal 8 Oktober 1998 yang selanjutnya disebut sebagai PARA
PEMOHON;
Mel awan:

PT. DHAMALA AGRIFOOD TBK, suatu Perseroan Terbatas yang


didirikan berdasarkan Undang-undang RI,
berkedudukan di Wisma Dharmala Sakti
Lantai 21, Jalan Jenderal Sudirman Kave-
ling 32, Jakarta 10220 selanjutnya disebut:
TERMOHON;

Majelis Pengadilan Niaga tersebut;


Telah membaca penetapan Ketua Pengadilan Niaga/Negeri J a ­
karta Pusat No. 16/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST tanggal 9 N o ­
vember 1998 tentang Penunjukan Majelis Hakim;
Telah membaca permohonan Pemohon dan surat-surat bukti
yang berhubungan dengan perkara ini;
Telah mendengar Pemohon dan Termohon yang masing-masing
melalui Kuasa Hukumnya tersebut;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA :

Menimbang, bahwa para Pemohon melalui kuasa hukumnya


KARTINI MULYADI, SH. berdasarkan surat kuasa khusus masing-
masing tertanggal 27 Oktober 1998, 14 Oktober 1998 dan 08 Oktober
1998 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat pada tanggal 9 November 1998 dibawah No. Register 16/Pailit/
1998/PN.NIAGA.JKT.PST. telah mengajukan permohonannya yang
pada pokoknya sebagai berikut;

A. Tentang adanya utang Termohon kepada Pemohon I yang telah


jatuh tempo dan dapat ditagih;

1. Bahwa Pemohon I telah memberikan kepada Termohon


fasilitas pinjaman berdasarkan syarat dan ketentuan yang
termaksud dalam perjanjian kredit No. 973/CBG/JKT/97 te r­
tanggal 15 Oktober 1998 mengenai jumlah fasilitas total tidak
melebihi Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) atau

103
ekuivalennya dalam Dolar Amerika Serikat (selanjutnya dise­
but “Perjanjian Pemohon I”), vide bukti “P-1”;

2. Bahwa jumlah uang yang terhutang oleh Termohon kepada


Pemohon I berdasarkan Perjanjian Pemohon I pada tanggal
30 September 1998 berjumlah Rp. 6.044.944.263,39 (enam
milyar empat puluh empat juta sembilan ratus empat puluh
empat ribu dua ratus enam puluh tiga rupiah dan tiga puluh
sembilan per seratus rupiah) sebagaimana tercantum dalam
pernyataan dan penegasan No. 253/LCD-CA/AR/98 tertang­
gal 27 Oktober 1998 vide bukti “P-2";
3. Bahwa jumlah yang terhutang oleh Termohon kepada Pemo­
hon I berdasarkan Perjanjian Pemohon I telah jatuh waktu dan
dapat ditagih sesuai Pasal 12 Perjanjian Pemohon I sejak
tanggal 6 Mei 1998, sebagaimana ternyata dari Surat Pemo­
hon I Nomor 664/FC/CBG/JKT/98 tanggal 6 Mei 1998, vide
bukti “P-3”;

B. Tentang adanya utang Termohon kepada Pemohon II yang telah


jatuh waktu dan dapat ditagih :

1. Bahwa Pemohon II telah memberikan kepada Termohon


fasilitas pinjaman berdasarkan syarat dan ketentuan yang
termaksud dalam surat fasilitas Ref No. 133/97/ASH/JWO/LG
tertanggal 30 Juni 1997, dengan jumlah pokok tidak melebihi
US$ 10.000.000,00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat)
(selanjutnya disebut “Perjanjian Pemohon II”), vide bukti “P-4”;

2. Bahwa jumlah uang yang terutang oleh Termohon kepada


Pemohon II berdasarkan Perjanjian Pemohon II pada tanggal
30 September 1998 berjumlah US$ 6,753,923.37 (enam juta
tujuh ratus lima puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh tiga
dan tiga puluh tujuh per seratus Dolar Amerika Serikat) seba­
gaimana tercantum dalam pernyataan dan penegasan ter­
tanggal 19 Oktober 1998, vide bukti “P-5”';

3. Bahwa jumlah yang terhutang oleh Termohon kepada Pemo­


hon II berdasarkan Perjanjian Pemohon II telah jatuh waktu
dan dapat ditagih sesuai Perjanjian Pemohon II sejak tanggal
12 Februari 1998 dan sampai tanggal surat permohonan ini,
Termohon tidak memenuhi kewajibannya, walaupun Pemohon
II telah menyatakan Termohon Cidera Janji dengan suratnya
No. 256/98/MHW/JWO/LG tertanggal 18 Februari 1998, dan

104
surat penagihan pembayaran No. 10/98/CB/1C/NF/EM tertanggal
5 Juni 1998, vide bukti “P-6” dan bukti “P-7";

C. Tentang adanya utang Termohon kepada Pemohon III yang telah


jatuh tempo dan dapat ditagih;

1. Bahwa Pemohon III telah memberikan kepada Termohon


fasilitas pinjaman berdasarkan syarat dan ketentuan yang
termaksud dalam Loan Agreement tertanggal 11 Maret 1996
yang diubah pada tanggal 6 September 1996 dan pada tang­
gal 27 Agustus 1998 dengan jumlah pokok tidak melebihi U S$
35,000,000.00 (tiga puluh lima juta Dolar Amerika Serikat)
atau ekuivalennya dalam mata uang lain, dengan rincian s e ­
bagai berikut:
- Pinjaman A dengan jumlah pokok tidak melebihi
US$ 20,000,000.00 (dua puluh juga Dolar Amerika Serikat),
dan
- Pinjaman B dengan jumlah pokok tidak melebihi
US$ 15,000,000.00 (lima belas juta Dolar Amerika Serikat);
(perjanjian tersebut dengan segala perubahannya selan­
jutnya disebut “Perjanjian Pemohon 111”), vide bukti “P-8 A ”,
“P-8 B” dan “P-8 C”;
2. Bahwa jumlah utang yang terhutang oleh Termohon kepada
Pemohon III berdasarkan Perjanjian Pemohon III pada tanggal
30 September 1998 berjumlah US$ 32,201,846.99 (tiga puluh
dua juta dua ratus satu ribu delapan ratus empat puluh enam
dan sembilan puluh sembilan per seratus Dolar Amerika S eri­
kat), sebagaimana tercantum dalam pernyataan dan p ene­
gasan tertanggal 2 November 1998, vide bukti “P-9”, dan
jumlah ini akan terus bertambah sesuai Perjanjian Pemohon
III sampai seluruh jumlah yang terhutang oleh Termohon
kepada Pemohon III terbayar lunas; dan
3. Bahwa jumlah yang terhutang oleh Termohon kepada Pem o­
hon III berdasarkan Perjanjian Pemohon III telah jatuh waktu
dan dapat ditagih sejak tanggal 16 Maret 1998 sesuai Perjan­
jian Pemohon III;

D. Bahwa telah terbukti dengan sah bahwa terdapat sedikitnya 3


(tiga) utang Termohon yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
yang belum dibayar seluruhnya kepada Para Pemohon;

105
E. Bahwa sesuai ayat (3) Pasal 6 Faillissements-Verordening yang
diberlakukan berdasarkan Statsblad 1906-348, sebagaimana di­
ubah yang dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang tentang Kepailitan yang ditetapkan sebagai Undang-
undang dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Ta­
hun 1998 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 1 tahun 1998 tentang perubahan Atas
Undang-undang Tentang Kepailitan menjadi Undang-undang (UU
“Kepailitan”); karenanya, permohonan ini harus dikabulkan, dan
para Pemohon dengan ini mohon kepada Majelis Hakim Pengadil­
an Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang terhormat
agar Termohon dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya;
F. Bahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Para Pemohon, dan
untuk mencegah Termohon melakukan tindakan atas kekayaan­
nya yang dapat merugikan hak dan kepentingan Para Pemohon
dalam rangka mendapatkan pembayaran penuh atas semua utang
Termohon berdasarkan Perjanjian Pemohon I, Perjanjian Pemo­
hon II dan Perjanjian Pemohon III, Para Pemohon mohon agar se­
belum menjatuhkan putusannya atas permohonan pailit ini, Hakim
Majelis Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang terhormat, berkenan menetapkan menunjuk Kurator Semen­
tara, sesuai ayat (1) Pasal 7 UU Kepailitan. Adapun Kurator Se­
mentara yang diusulkan adalah Ibu MARJAN E. PANE, beralamat
di Jalan Gandaria Tengah III/8, Kebayoran Baru, Jakarta 12130;
untuk mendukung usul ini disampaikan keterangan Ibu MARJAN
E. PANE bahwa benar ia berhak untuk menjabat sebagai Kurator
dan Kurator Sementara, dan bahwa ia tidak ada benturan kepen­
tingan jika ia diangkat sebagai Kurator dan atau Kurator Semen­
tara dalam hubungan permohonan ini, vide bukti “P-10”;
G. Bahwa hubungan dengan permohonan ini dan sesuai ayat (1)
Pasal 13 UU Kepailitan, para Pemohon mohon agar Majelis Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
terhormat, mengangkat Hakim Pengawas dalam Kepailitan ini
serta menunjuk Ibu MARJAN E. PANE beralamat di Jalan Gandaria
Tengah III/8, Kebayoran Baru, Jakarta 12130 sebagai Kurator, dan
menetapkan besarnya imbalan jasa Kurator yang bersangkutan;
dan

H. Bahwa sehubungan dengan permohonan ini sesuai Pasal 180


Reglemen Indonesia yang diperbaharui dan ayat (5) Pasal 6 UU
Kepailitan, Para Pemohon mohon agar Majelis Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang terhormat

106
berkenan menyatakan putusannya atas permohonan kepailitan ini
dilaksanakan terlebih dahulu meskipun Termohon mengajukan
suatu upaya hukum terhadap putusan dalam permohonan kepailit­
an ini (uitvoerbaar bij voorraad)]
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Para Pemohon ber­
sama ini mohon agar Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Peng­
adilan Negeri Jakarta Pusat yang terhormat berkenan memberikan
putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Termohon Pailit dengan segala akibat hukum­
nya;
3. Mengangkat Hakim Pengawas untuk Kepailitan tersebut;
4. Menunjuk Ibu MARJAN E. PANE beralamat di Jalan Gandaria
Tengah III/8 Kebayoran Baru, Jakarta 12130 sebagai Kurator
dalam Kepailitan tersebut;
5. Menetapkan jumlah honorarium kurator sementara, jika di­
angkat, dan honorarium kurator tersebut;
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun diajukan upaya hukum kasasi dan atau peninjauan
kembali; dan
7. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya
perkara ini;

Jika Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat berpendapat lain, Para Pemohon mohon agar Majelis Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
terhormat memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo
et bond)
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan
untuk para Pemohon datang menghadap KARTINI MULYADI, SH. b e r­
dasarkan surat kuasa khusus masing-masing tertanggal 27 Oktober,
14 Oktober dan 27 Oktober 1998 sedangkan untuk Termohon datang
menghadap kuasanya HOTMA PARIS HUTAPEA, SH. dan JAMASLIN
PURBA, SH. Advokat dan Pengacara dari MAKARIM & TAIRA S, b er­
dasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 November 1998;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat p er­
mohonan Pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

107
Menimbang, bahwa kuasa Termohon atas permohonan tersebut
telah mengemukakan tanggapan yang pada pokoknya sebagai berikut:
- bahwa Termohon tidak pernah menerima kredit sebesar
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dari Pemohon, yang
ada adalah perjanjian spekulasi mata uang/perjanjian derivatif;
- Bahwa Termohon mensomir Pemohon untuk membuktikan, kapan
Termohon terima uang Rp. 10.000.000.000.00 (sepuluh milyar
rupiah), mana bukti tanda terima bahwa uang telah diterima Termo­
hon dan mana bukti transfer uang tersebut ke rekening Termohon;
- Bahwa benar Termohon telah menandatangani Loan Agreement,
tapi berdasarkan surat tanggal 11 Juli 1997, Termohon wajib menye­
rahkan uang pada Termohon sebesar Rp. 8.537.760.000,- (delapan
milyar lima ratus tiga puluh tujuh juta tujuh ratus enam puluh ribu
rupiah), akan tetapi uang tersebut tidak pernah diberikan oleh
Pemohon;
- Bahwa begitu pula terhadap Pemohon II yang ternyata telah lalai
belum melaksanakan kewajibannya terhadap Termohon, oleh
karenanya Termohon, baik kepada Pemohon I maupun Pemohon II
mengajukan exeptio non adimpleti contractus;
- Bahwa terhadap Pemohon III hutang Termohon belum jatuh tempo,
karena berdasarkan Loan Agreement tanggal 11 Maret 1996 secara
keseluruhan hutang Termohon akan jatuh tempo pada tahun 2003;
- Bahwa Pemohon III, adalah Kreditur Separatis dan Termohon telah
mengajukan jaminan, oleh karena itu Pemohon III tidak berhak
mengajukan kepailitan terhadap Termohon;
- Bahwa mengenai permohonan Pemohon untuk menunjukkan
Kurator Sementara, Termohon menolak sebab Termohon sudah
memberikan jaminan pada Pemohon, maka tidak ada alasan bagi
Termohon untuk mengalihkan hartanya yang sudah dimaninkan ter­
sebut;

Menimbang, bahwa atas tanggapan Termohon tersebut Kuasa


Para Pemohon mengemukanan sebagai berikut:
- Bahwa antara Pemohon dan Termohon sudah ada perjanjian kredit,
dan hutang Termohon sebesar Rp. 6.044.944.263,39 (Enam milyar
empat puluh empat juta sembilan ratus empat puluh empat ribu dua
ratus enam puluh tiga dan tiga puluh sembilan perseratus rupiah)
sudah jatuh tempo dan dapat ditagih;

108
- Bahwa fasilitas tersebut juga sudah ada penagihan pembayaran
secara tertulis dan terbukti pula adanya surat sanggup dari Termo­
hon;
- Bahwa dengan adanya exeptio non adimpleti contractus yang
dikemukakan oleh Termohon, terbukti adanya hutang yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih;
- Bahwa Pemohon I (PT. BANK NIAGA) adalah BANK DEVISA;
- Bahwa tentang tanggapan lain dari kuasa Termohon, Kuasa Pemo­
hon tidak perlu menanggapi lagi karena tidak relevan;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya


Pemohon mengajukan surat-surat bukti berupa :
BUKTI P-1. : Perjanjian Kredit N om or: 973/CBG/JKT/97 tanggal 15
Oktober 1997;

BUKTI P-1 .a. Copie Cdlatbnne No. 435/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;


BUKTI P-1 .b. Copb Collationne No. 437/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;
BUKTI P-1 .c. Copie Collationne No. 438/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;
BUKTI P-1 .d. Copie Collatbnne No. 439/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;
BUKTI P-1 .e. Copie Collationne No. 440/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;
BUKTI P-1 .f. Copb Collatbnne No. 441/cc/ss/XI/1998 tanggal 25-11-1998;
BUKTI P-1 .g. Rincian perhitungan bunga dan denda Termohon
kepada Pemohon dalam posisi sampai dengan 30
September 1998;
BUKTI P-1 .h. : Statement Giro a/n Termohon No. 0118251300 yang
menunjukkan adanya pembayaran pada tanggal 27
Januari 1998 oleh Termohon kepada Pemohon I;
BUKTI P-2. : Pernyataan dan Penegasan No. 253/LCD-CA/AR/98
tertanggal 27 Oktober 1998 oleh Pemohon I;
BUKTI P-3. : Surat Nomor 664/FC/CBG/JKT/98 tertanggal 6 Mei
1998 dari Pemohon I;
BUKTI P-4. : Surat Fasilitas Pemohon II kepada Termohon nomor:
133/97/ASH/JWO/LG tertanggal 30 Juni 1997;
BUKTI P-4.a ( i ) : Pemberitahuan peminjaman dari Termohon kepada
Pemohon I Nomor : 1340/1998 tanggal 30 November
1998;

109
BUKTI P-4.a (ii); Surat sanggup (Aksep/promes) yang telah ditanda­
tangani Termohon Nom or: 001100 tanggal 22 Novem­
ber 1997;
BUKTI P-4.a (iii): Transaction advise dari Pemohon II kepada Termohon
tertanggal 12 November 1997;
BUKTI P-4.a (iv): Statement o f account tertanggal 1 Desember 1997;
BUKTI P-4 .a (v): Perhitungan bunga dan denda yang ditanda tangani
Pemohon III tanggal 30 November 1998;
BUKTI P-5. Pernyataan dan penegasan Pemohon II tertanggal 19
Oktober 1998;
BUKTI P-6. Nitice of Default Demand Nomor Ref. 256/98/MMHW/
JWO/LG tertanggal 18 Februari 1998;
BUKTI P-7. Second Payment Demand Nomor Ref. 10/98/CB/IC/
NF/EM tertanggal 5 Juni 1998;
BUKTI P-8A. Loan Agreement Part I {Special Conditions) dan Part II
{General Conditions) antara Pemohon II dan Termo­
hon;
BUKTI P-8B. Amendatory Letter Agreement antara Pemohon III dan
Termohon tertanggal 6 September 1996;
BUKTI P-8C. Second Amendatory Letter Agreement antara Pemo­
hon III dan Termohon;
BUKTI P-8D. Pinjaman No. 5065 tanggal 30 Mei 1996;
BUKTI P-8E. Pinjaman No. 5065 Agustus 1996;
BUKTI P-8F. Pinjaman No. 5065 tanggal 16 Juni 1997;
BUKTI P-9. Pernyataan dan Penegasan Pemohon III tertanggal 2
November 1998;
BUKTI P-9.a. Loan Acceleration Notice tanggal 14 September 1998
dari Pemohon III kepada Termohon;

BUKTI P-10. Keterangan Marjan E. Pane bahwa ia tidak mempunyai


benturan kepentingan;
BUKTI P-11.a. : Surat Konfirmasi dari American Express Bank tanggal
18 November 1998;
BUKTI P-11.b. : Surat Konfirmasi dari Bank Credit Lyonnais Indonesia
tertanggal 18 November 1998;

110
BUKTI P-11.c. Surat Konfirmasi dari PT. Radobank Duta Indonesia
Indonesia tertanggal 18 November 1998;
BUKTI P-12. Agrifood-daftar Kreditur No. 1334/1998 tanggal 25-11 -
1998;
BUKTI P-13. Copie Collationnee No. 433/CC/SS/XI/1998;
BUKTI P-14. Pendapat hukum dari Bapak F.B.G. Tumbuan, SH.;
BUKTI P-14.a. Surat Kuasa Pemohon III kepada Bapak F.B.G. Tumbuan,
SH.;
BUKTI P-15.a. Buku Ikhtisar ketentuan-ketentuan Perbankan Indone­
sia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia;
BUKTI P-15.b. Surat dari kuasa para pemohon KMR No. 1042/KMR/
KM/1998 tanggal 1 Desember 1998 kepada Bapak Ra-
syim Wiraatmadja, SH.;
BUKTI P-15.C. Pendapat Hukum Bapak Rasyim Wiraatmadja, SH.
perihal transaksi derivatif;

Surat bukti tersebut yang berupa fotocopy sudah dicocokkan


dengan aslinya dan diberi meterai secukupnya dan kemudian diberi
tanda P-1 sampai dengan P-15.c;
Menimbang, bahwa Termohon untuk meneguhkan dalil sang­
kalannya telah mengajukan surat bukti yang berupa :
BUKTI T-1 : Foreign Exchange Option Agreement No. 372/CBG/
JKT/96 tanggal 17 April 1996;
BUKTI T-1 a : Amendment to the Foreign Exchange Option Facility
Agreement No. 323/CBG/JKT/97 tanggal 17 April
1997;
BUKTI T-2 : Foreign Exchange Option Agreement PT. DHARMALA
AGRIFOOD No. 373/CBG/JKT/98 tanggal 17 April
1996;
BUKTI T-3 : Amandment to the Foreign Exchange Option
Agreement PT. DHARMALA AGRIFOOD No.
386/CBG/JKT/96 tanggal 13 Mei 1996;
BUKTI T-4 : Surat dari PT. Dharmala Agrifood kepada Bank Niaga
tanggal 11 Juli 1997 No. 097/.SW/DAF/07/97;
BUKTI T-5 : Surat dari PT. Dharmala Agrifood kepada Bank Niaga
tanggal 11 Juli 1997 No. 197/.SW/DAF/07/97;

111
BUKTI T-6 : Perjanjian Kredit No. 973/CBG/Jkt/97 antara Pemohon
I dan Termohon;
BUKTI T-7a : Surat sanggup (Aksep) tanggal 15 Oktober 1997;
BUKTI T-7b : Surat sanggup (Aksep) tanggal 17 November 1997;
BUKTI T-7c : Surat sanggup (Aksep) tanggal 17 Desember 1997;
BUKTI T-7d : Surat sanggup (Aksep) tanggal 19 Januari 1998;
BUKTI T-7e : Surat sanggup (Aksep) tanggal 26 Februari 1998;
BUKTI T-7f : Surat sanggup (Aksep) tanggal 26 Maret 1998;
BUKTI T-8a : Surat sanggup (Aksep) tanggal 14 November 1997;
BUKTI T-8b : Surat sanggup (Aksep) tanggal 15 Desember 1997;
BUKTI T-8c : Surat sanggup (Aksep) tanggal 15 Januari 1998;
BUKTI T-8d : Surat sanggup (Aksep) tanggal 27 Januari 1998;
BUKTI T-8e : Surat sanggup (Aksep) tanggal 26 Februari 1998;
BUKTI T-8f : Surat sanggup (Aksep) tanggal 26 Maret 1998;
BUKTI T-9 : Transaksi Deviratif No. 28/119/KEP/DIR/ tanggal 29
Desember 1995;
BUKTI T-10 : Perjanjian Facility Letter No. 133/97/ASH/JWO/LG/
tanggal 29 Desember 1997;
BUKTI T-10A : Corporate Guarantee dari PT. Dharmala Intiutama
tanggal 21 Juli 1997;
BUKTI T-11 : Hukum Perjanjian karangan Prof. Subekti, SH.;
BUKTI T-12 : Loan Agreement tanggal 11 Maret 1996;
BUKTI T-13 : 6 Loan Supplemental Agreement tanggal 15 Juli 1996;
BUKTI T-14 : Jaminan APHT No. 13/HT/SmnA/l/PPAT/1996;
BUKTI T-15 : Jaminan APHT No. 24/l/Bjg/1996;
BUKTI T-16 : Jaminan APHT No. 57/WonomertoA/l/1996;
BUKTI T-17 : Akta Notaris No. 34 tanggal 7 Mei 1996;
BUKTI T-18 : Akta Notaris No. 35 tanggal 7 Mei 1996;
BUKTI T-19 : Akta Notaris No. 165 tanggal 27 September 1996;
BUKTI T-19A : Akta Notaris tanggal 28 Agustus 1998 No. 44;
BUKTI T-20 : Akta Notaris No. 167 tanggal 27 Mei 1996;
BUKTI T-20A : Akta Notaris tanggal 28 Agustus 1998 No. 45;

112
BUKTI T-21 : Guarante Agreement between Perusahaan PT.
Artacitra Terpadu Feedmil and International Finance
Corporation]
BUKTI T-21A : Amandment to Guarante Agreement tanggal 27
Agustus 1998;
BUKTI T-22 : Guarante Agreement between Perusahaan PT.
Dharmala Inti Utama dengan Pemohon III tanggal 11
Maret 1996;
BUKTI T-23 : Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No.
253/PK/Pdt/1997 tanggal 15 Juni 1998;
BUKTI T-24 : Putusan Mahkamah Agung RI No. 01 K/N/1998
tanggal 19 November 1998;
BUKTI T-25 : Laporan Rekening Koran No. 01-1-8251-3-00 Bulan
November 1997;

Surat bukti tersebut berupa fotocopy sudah dicocokkan dengan aslinya


dan diberi meterai secukupnya dan diberi tanda T-1 sampai dengan T -
25;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian keputusann ini
maka ditunjuk segala sesuatu yang terjadi di persidangan yang untuk
lengkapnya dianggap tercantum dalam keputusan ini;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para


Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa yang menjadi alasan permohonan Pemohon
adalah adanya utang Termohon kepada Para Pemohon yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih, yang belum dibayar seluruhnya oleh
Termohon, oleh karenanya Pemohon memohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, agar Termohon dinyatakan pailit
dengan segala akibat hukumnya;
Menimbang, bahwa Pemohon untuk menguatkan dalil permo­
honannya telah mengajukan bukti yang diberi tanda P-1 sampai
dengan P-15.c demikian pula Termohon untuk menguatkan dalil
sangkalannya telah mengajukan bukti berupa T-1 sampai dengan T-25;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis mempertimbangkan materi
permohonan Pemohon, serta argumentasi baik Termohon maupun
para Pemohon, majelis perlu mempertimbangkan terlebih dahulu
tanggapan Termohon tentang kreditur separatis, dimana menurut
Termohon tidak berhak mengajukan permohonan pailit;
Menimbang, bahwa di dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998
tentang kepailitan dalam pasal ayat 1,2,3 dan 4 telah disebutkan
bahwa yang berhak mengajukan kepailitan adalah Debitur, seorang
atau lebih kreditur, Kejaksaan untuk kepentingan umum, Bank
Indonesia dan BAPEPAM;
Menimbang, bahwa karena Undang-undang hanya menyebutkan
seorang atau lebih kreditur dan tidak membedakan kreditur dann tidak
pula ada larangan bagi kreditur separatis untuk mengajukan
permohonan kepailitan tersebut, maka menurut hemat Majelis Kreditur
Separatis dapat mengajukan permohonan kepailitan;
Menimbang, bahwa walaupun benar bahwa prinsip kepailitan
diperuntukan para Kreditur Konkuren (karena kreditur separatis
berdasarkan Pasal 56 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dapat
mengeksekusi hanya seolah-olah tidak terjadi kepailitan) akan tetapi
tidaklah menghilangkan hak bagi para kreditur separatis untuk
mengajukan permohonan kepailitan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
maka tanggapan dalam mempertimbangkan pokok permohonan
Pemohon Kepailitan tersebut;
Menimbang, bahwa salah satu azas pokok permohonan
pernyataan pailit yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan adalah Debitur yang mempunyai
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
dapat ditagih;
Menimbang, bahwa dalam kasus kepailitan a quo diajukan oleh
lebih dari seorang kreditur (Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III)
maka haruslah dipertibangkan satu persatu para Pemohon/Kreditur
tersebut;
Untuk Pemohon I (PT. BANK NIAGA)
Menimbang, bahwa untuk membuktikan utang Termohon pada
Pemohon I telah diajukan bukti tertanda P-1 sampai dengan P-3;
Menimbang, bahwa bukti P-1 adalah merupakan surat perjanjian
kredit No. 973/CBG/JKT/97 tertanggal 15 Oktober 1997 dimana
Termohon diberikan fasilitas kredit oleh Pemohon I (Bank Niaga)
dengan plafon sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah);
Menimbang, bahwa dalam Pasal 3 dari perjanjian kredit tersebut
ditentukan bahwa fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank pada

114
peminjam akan digunakan untuk jenis fasilitas pinjaman transaksi
khusus keperluan untuk menutup kerugian valas dan transaksi sell
option US$ call/Rp. Put,
Menimbang, bahwa kemudian ditegaskan lagi dalam Pasal 6
pada perjanjian tersebut bahwa peminjam wajib menggunakan fasilitas
kredit yang disebutkan dalam Pasal 3 perjanjian ini;
Menimbang, bahwa demikian juga dalam Pasal 6 ayat (5) poin 4
(vide bukti P-1) ditentukan adanya laporan bulanan posisi transaksi
derivatif yang ada di Bank maupun Bank lain;
Menimbang, bahwa dari fakta yang terdapat dalam bukti P-1
tersebut jelas pemberian fasilitas kredit oleh Pemohon I (PT. Bank
Niaga Tbk.) kepada Termohon untuk menutup kerugian valas;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 yang dihubungkan
dengan bukti sangkalan Termohon (Bukti T-1a, T-2, T-3) terdapatlah
fakta bahwa hubungan yang ada antara Pemohon I, sebagai Kreditur
dengan Termohon adalah pemberian fasilitas kredit untuk transaksi
valas;
Menimbang, bahwa pada prinsipnya kredit harus diberikan
secara selektif untuk tujuan tertentu yang sifatnya untuk membantu
suatu bidang usaha agar berdaya guna dan berhasil guna tidaklah
diperkenankan diberikan karena fiktif ataupun untuk keperluan
permainan valas;
Menimbang, bahwa Bank Indonesia mengeluarkan larangan
pemberian fasilitas kredit dan cerukan (overdraft) untuk keperluan
margin deposit yaitu dana yang khusus dicadangkan untuk menutup
kerugian-kerugian yang mungkin timbul karena transaksi derivatif
kepada nasabah sebagaimana terdapat dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 23/23/UD tertanggal 28 Februari 1991 dan edaran Bank
Indonesia No. 28/13/UD tertanggal 29 Desember 1995 (Pasal 6 ayat 2);
Menimbang, bahwa karena ternyata perjanjian kredit No. 9 7 3 /
CBG/JKT/1997 tertanggal 15 Oktober 1991 bertentangan dengan
ketentuan peraturan yang berlaku sebagaimana tersebut di atas m aka
oleh karenanya perjanjian tersebut berakibat batal demi hukum;
Menimbang, bahwa atas tanggapan Kuasa Pemohon T (P T .
BANK NIAGA) adalah Bank Devisa berdasarkan penelitian majelis
terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh Kuasa Pemohon, tidaklah
terdapat adanya bukti surat dari Bank Indonesia bahwa Bank Niaga
adalah Bank Devisa yang dapat melaksanakan usaha perbankan
dalam valuta asing;

115
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas Majelis berpendapat bahwa argumentasi dari kuasa
Pemohon haruslah dikesampingkan;
Untuk Pemohon II (PT. ING INDONESIA BANK)
Menimbang, bahwa untuk membuktikan utang Termohon pada
Pemohon II yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, Pemohon
mengajukan bukti P-4 sampai dengan P-7;
Menimbang, bahwa P-4 yang berupa fasilitas No. 133/97/ASA/
7100/LG tanggal 30 Juni 1997, dijelaskan dalam fasilitas 2, 3 dan 4
menyangkut fasilitas jalur mata uang asing tunai (Spot foreign
exchange line) maupun fasilitas jalur mata uang asing diwaktu akan
datang (Forward foreign exchange line );
Menimbang, bahwa didalam surat fasilitas tersebut di atas (vide
bukti P-4) dijelaskan juga mengenai pengembalian jumlah fasilitas
terhutang harus dibayar kembali pada tanggal pengakhiran, yakni 12
bulan sejak fasilitas tersebut tanggal 30 Juni 1997, akan tetapi Bank
dapat membatalkan fasilitas tersebut setiap saat atas kebijaksanaan­
nya yang mutlak dengan pemberitahuan kepada penerima pinjaman
sehingga fasilitas tersebut diakhiri mulai tanggal yang ditentukan oleh
Bank dalam pemberitahuan tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan penelitian Majelis Hakim
terhadap bukti-bukti yang diajukan Pemohon bahwa surat
pemberitahuan kepada penerima pinjaman, tentang pengakhiran
fasilitas oleh Bank tidak ada, sedangkan hal tersebut merupakan hal
yang mutlak harus ada;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang ada surat
pernyataan tentang kelalaian tertanggal 18 Februari 1998, dan tanggal
5 Juni 1998 hanya berisi perincian hutang Termohon yang belum
dibayar, serta adanya kemungkinan untuk penjadwalan ulang (vide
bukti P-6 dan P-7);
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas Majelis berpendapat bahwa jatuh waktu hutang
Termohon kepada Pemohon II (PT. Ing Indonesia Bank) belum dapat
ditentukan, karena belum ada surat pemberitahuan tentang
pengakhiran dari Pemohon yang ditujukan kepada Termohon);
Untuk Pemohon III (INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION)
Menimbang, bahwa untuk membuktikan hutang Termohon pada
Pemohon III yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, Pemohon
mengajukan bukti P-8a sampai P-9a;

116
Menimbang, bahwa surat bukti P-8a adalah merupakan Loan
Agreement Part I (Special Conditions) dan Part II (General Conditions)
antara Pemohon III dengan Termohon, pada halaman 23 dari Loan
Agreement Part I tersebut di atas tanggal 15 Maret 1999 sampai batas
akhir 15 September 2003, sedangkan hal tersebut tidak terdapat pada
Part II bahkan didalam halaman 142 ayat 6.02 antara lain disebutkan
apabila perseroan menjadi pailit, maka pinjaman segera menjadi jatuh
tempo dan harus dibayar;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-8 sampai P-8f terdapat
fakta bahwa Termohon telah menerima pinjaman dari Pemohon III
sebesar 30 juta $ US dengan perincian 20 juta $ US (vide bukti P-8d),
5 juta $ US (vide bukti P-8f);
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas
maka Majelis berpendapat bahwa terbukti adanya fakta pinjaman
Termohon kepada Pemohon III (International Finance Corporation),
akan tetapi hutang tersebut belum dapat ditagih karena belum jatuh
waktu;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas dihubungkan satu sama lain Majelis berpendapat
bahwa permohonan yang diajukan oleh Pemohon II dan III tidak
memenuhi Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan karena hutang/pinjaman yang dijadikan dasar permohonan­
nya belum jatuh waktu, sedangkan untuk Pemohon I yang menjadi
dasar permohonannya yakni Perjanjian Kredit tanggal 15 Oktober 1997
No. 973/CBG/JKT/1997 batal demi hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan para Pemohon
tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 cukup alasan bagi Majelis untuk menolak permohonan
Pemohon tanpa menutup hak Pemohon II dan Pemohon III untuk
memajukan kembali setelah jatuh tempo;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan para Pemohon
ditolak, maka biaya perkara ini dibebankan kepada Para Pemohon;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan serta
pasal yang bersangkutan;

MENGADILI:

- Menolak permohonan Para Pemohon (Pemohon I, Pemohon II, dan


Pemohon III);

117
- Membebankan biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) kepada Pemohon;

Demikianlah diputuskan oleh kami Majelis Hakim Pengadilan


Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Hari Senin, Tanggal 7
Desember 1998, oleh NY. CH. KRISTI PURNAMI WULAN, SH. seba­
gai Ketua Majelis, HASAN BASRI, SH. dan TJAHYONO, SH. masing-
masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga di­
bacakan pada persidang yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis
tersebut dengan didampingi olehHakim-Hakim Anggota, dibantu oleh
RIDA ISKANDIASTUTI, SH. serta dihadiri oleh Kuasa Para Pemohon
dan Kuasa Termohon.

HAKIM ANGGOTA : HAKIM KETUA MAJELIS


ttd. ttd.

HASAN BASRI. SH. NY, CH. KRISTI PURNAMI WULAN. SH.

ttd.

TJAHYONO. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

RIDA ISKANDIASTUTI. SH,

118
- Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998 tentang suami dan atau istri harus diajukan sebagai pihak
dalam permohonan pernyataan pailit.

III. PERKARA K E P A IL IT A N : NY. IR . IR A C H R Y S A N TI D A N


S A N I RAHARDJO

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 03 P K /N /1999)

Pihak berperkara :
- N y. I r . I r a Chrysanti dan Para Pemohon Peninjauan
Sani Rahardjo Kembali/Para Pemohon Kasasi/
Para Termohon Pailit;

terhadap :

- Eddy Soedarmo alias Siauw Tjie Ka Termohon Peninjauan Kembali/


Termohon Kasasi/Pemohon
Pailit;

1, Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 6 April 1999, Nomor :


0 3 /P K /N /1 9 9 9 .
1 .1 . Amar Putusan
- Menolak permohonan peninjauan kembali dari : 1. N y.
I r . Ir a Chrysanti dan 2. Sani Rahardjo;
- Dan seterusnya;
1 .H. Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan-keberatan ad. 2 dan 3 tidak d a ­
pat dibenarkan, karena dalam hal tidak ternyata bahwa
pasangan suami istri kawin dengan pemisahan har+a
kekayaan, maka dalam setiap perbuatan hukum yang
membawa akibat kepada harta bersama, suami dan is tri
harus sama dilibatkan;

119
- bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Perpu Nomor 1
Tahun 1998, suami harus dilibatkan sebagai pihak dalam
hal permohonan kepailitan diajukan oleh istri sebagai
debitur dan sebaliknya istri harus diajukan sebagai pihak
dalam hal permohonan kepailitan diajukan oleh suami se­
bagai debitur;
- bahwa permohonan kepailitan ini diajukan oleh
termohon sebagai kreditur, bukan sebagai debitur,
karenanya surat permohonan kepailitan yang diajukan
oleh termohon sebagai kreditur dalam masalah hutang
piutang antara termohon kasasi dengan pemohon kasasi I
tidak perlu melibatkan pemohon kasasi I I ;

2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 17 Februari 1999, Nomor :


0 6 K /N / 1998.
2 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan kasasi para pemohon kasasi 1.
Ny. I r . Ir a Chrysanti dan 2. Sani Rahardjo;
- Dan seterusnya;
2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan kasasi ad. 2 tidak dapat dibenar­
kan, karena Judex Factie tidak salah menerapkan hu­
kum, sebab selama tidak ada perjanjian perkawi-
nan/perjanji-an pemisahan harta sebelum perkawinan
berlangsung, maka harta yang diperoleh suami-istri se­
lama perkawin-an menjadi harta bersama dan terhadap
harta bersama, suami istri dapat bertindak atas per­
setujuan kedua belah pihak (Pasal 35 dan Pasal 36 Un­
dang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan);
- bahwa apalagi Pasal 21 Undang-undang No. 4 Tahun
1998 jelas menyebutkan perkataan "si pailit" meliputi
suami/istri si pailit yang berkawin dalam suatu persatuan
harta kekayaan;

120
3, Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 27 November 1998, Nomor : 13/P ailit/19 98/P N .
N ia g a /J k t. Pst.
3 . 1 . Amar Putusan
- Mengabulkan permohonan pemohon;
- Menyatakan bahwa termohon I. : Ny. Ir . Ir a
Chrysanti dan 2. Sani Rahardjo, pailit;
- Dan seterusnya;
3 . 2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa oleh karena antara termohon I dengan t e r ­
mohon I I te rik a t dalam ikatan perkawinan yang sah,
maka menurut ketentuan Pasal 35 (1) Undang-undang N o .
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, harta benda yang
diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama dan
menurut ketentuan Pasal 36 ayat (1) Undang-undang N o.
1 Tahun 1974 tersebut, terhadap harta bersama, suami
atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak;
- bahwa oleh karena menurut Pasal 36 (1) Undang-
undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terhadap
harta bersama suami istri dapat bertindak atas p e r ­
setujuan kedua belah pihak, maka menurut pendapat
majelis, dalam kepailitan harta bersama baru dapat
dimasukkan dalam boedel pailit apabila suami atau isteri
dinyatakan pailit;

121
PU TU SAN
No. 03 PK/N/1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:
1. Nv. Ir. IRA CHRYSANTI.
2. SANI RAHARDJO, Keduanya pekerjaan Swasta,
berkebangsaan Indonesia, berkedudukan di Jalan
Agung No. 38 Semarang, masing-masing dalam hal
ini diwakili oleh kuasanya : HARI ADIWIDJAJA, SH.
Advokat/Pengacara berkantor di Jalan Kuala Mas X/480
Semarang masing-masing berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 1 Maret 1999 No. 3928/SK/ADV/HA/
111/1999 dan 1 Maret 1999 No. 3929/SK/ADV/HA/lll/
1999 sebagai Para Pemohon Peninjauan Kembali
dahulu Para Pemohon Kasasi/Para Termohon Pailit/
Para Debitur;

Melawan:

EDDY SOEDARMONO alias SIAUW TJIE KA. peker­


jaan Swasta, berkebangsaan Indonesia, berkeduduk­
an di Jalan Brotojoyo I D/16 Semarang dalam hal ini
diwakili oleh Kuasanya : AGUS NURUDIN, SH.CN.
dan R. AGOENG OETOYO, SH. Pengacara/Penase-
hat Hukum berkantor di Jalan Penataran Selatan II
B/4 RT. 05 RW. Ill Kelurahan Kalipancur Semarang
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11 Maret
1999 sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Termohon Kasasi/Pemohon Pailit/Kreditur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para

122
Pemohon Kasasi/Para Termohon Pailit/Para Debitur telah mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 17 Februari 1999 Nomor : 06 K/N/1998
yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para
Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Termohon Kasasi/
Pemohon Pailit/Kreditur dengan posita perkara sebagai berikut:
bahwa Termohon I mempunyai hutang kepada Pemohon sejum­
lah Rp. 1.325.539.000,00 (satu milyar tiga ratus dua puluh lima juta
lima ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sebagaimana termuat dalam
Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo di bawah ini;
bahwa Cek dan Bilyet Giro tersebut dimaksudkan sebagai s a ­
rana pembayaran dari Termohon I kepada Pemohon, tetapi ternyata
setelah jatuh tempo dan diuangkan Cek dan Bilyet Giro tersebut
dananya tidak ada, baik karena dana tidak cukup atau karena rekening
telah ditutup;
bahwa karena Cek dan Bilyet Giro tersebut setelah jatuh tempo
tidak dapat diuangkan, maka Pemohon telah dirugikan oleh Termohon I;
bahwa karena Termohon II sebagai suami sah dari Termohon I,
dan hutang tersebut dibuat pada saat para Termohon masih terikat
dalam suatu perkawinan, maka secara yuridis sebagai pihak dan wajib
ikut bertanggung jawab;
bahwa atas Cek dan Bilyet Giro tersebut sebagian sejumlah
Rp. 298.504.000,00 (dua ratus sembilan puluh delapan juta lima ratus
empat puluh ribu rupiah) telah diuangkan dan dananya tidak ada, atas
nama pribadi Pemohon yakni sebagaimana tersebut dalam bukti P-1
sampai dengan P-8 surat permohonan kepailitan;
bahwa disamping Cek dan Giro tersebut telah diuangkan oleh
Pemohon, tetapi sebagian telah Pemohon gunakan untuk membayar
kepada pihak lain, dan ternyata setelah jatuh tempo Cek dan Bilyet
Giro tersebut dananya tidak ada, baik karena dananya kurang atau
rekening telah ditutup;
bahwa hal posita 6, pihak lain tersebut telah mengajukan permin­
taan pembayaran kepada Pemohon dan atas hal tersebut telah disele­
saikan oleh Pemohon dengan pihak ketiga tersebut, dan atas hal ini
Pemohon dirugikan seluruhnya sebesar Rp.1.027.035.000,00 (satu
milyar dua puluh tujuh juta tiga puluh lima ribu rupiah) (vide bukti P -9
s/d P-19);
bahwa disamping hutang kepada pemohon, ternyata Termohon I
juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo pada Tuan

123
BAMBANG SUGIARTO, beralamat di Jalan Pringgading III No. 5,
Semarang, sebagaimana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo diuangkan
ternyata dananya tidak ada (vide bukti P-20);
bahwa disamping hutang kepada pemohon, ternyata Termohon I
juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo kepada
ARIEF S, beralamat di Jalan Gang Waru No. 38 Semarang, sebagai­
mana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo diuangkan ternyata dananya
tidak ada (vide bukti P-21);
bahwa atas seluruh hutang dari Para Termohon yang telah jatuh
tempo tersebut, oleh Pemohon telah dilakukan upaya penagihan, tetapi
sampai diajukan surat permohonan ini kepada Pengadilan Niaga belum
dilakukan pembayaran, sehingga Para Termohon dalam keadaan tidak
mampu untuk membayar kewajiban atas seluruh hutangnya tersebut;
bahwa berdasarkan fakta di atas, syarat-syarat untuk mengaju­
kan permohonan kepailitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
1 ayat (1) Undang-undang tentang Kepailitan, sebagaimana telah di­
ubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang Kepailit­
an telah terpenuhi, dalam mana Para Termohon adalah Debitur yang
(i) memiliki dua atau lebih kreditur dan (ii) tidak membayar sedikitnya
satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih (yang dalam hal
ini dibuktikan dengan tidak ada dana pada Cek dan Bilyet Giro yang
telah jatuh tempo);
bahwa karena permohonan Pemohon untuk menyatakan
kepailitan terhadap Para Termohon ini didasarkan pada bukti-bukti
yang sah dan otentik, maka Pemohon mohon agar dalam putusan
permohonan ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voor-
raad), mesipun ada upaya hukum kasasi atau peninjauan kembali dari
Para Termohon;
bahwa guna menjamin permohonan Kepailitan agar Para Ter­
mohon tidak mengalihkan dan atau membebani barang-barang milik­
nya, maka mohon agar Pengadilan Niaga meletakkan sita jaminan ter­
hadap semua harta kekayaan milik Para Termohon, baik barang
bergerak maupun barang yang tidak bergerak;
bahwa permohonan ini didasarkan pada adanya dasar/alasan
yang kuat, maka Pemohon mohon agar segala biaya yang timbul da­
lam perkara ini dibebankan kepada Para Termohon secara tanggung
renteng;
bahwa berdasarkan pada alasan dan uraian permohonan
kepailitan tersebut di atas, maka Pemohon mohon kepada Pengadilan

124
Niaga berkenan untuk memeriksa, memutuskan dan menetapkan se­
bagai hukumnya:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Para Termohon Pailit;
3. Mengangkat Ketua Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai
Kurator untuk mengurus seluruh harta kekayaan pailit selama Para
Termohon berada dalam keadaan pailit;
4. Meletakkan sita jaminan tehadap semua barang milik Para T e r­
mohon, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, halmana
sesuai dengan Pasal 7 ayat I.A dari Undang-undang Kepailitan
tersebut;
5. Menghukum Para Termohon untuk membayar seluruh biaya
perkara yang timbul secara tanggung renteng;
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 17 Februari 1999 No. 06 K/N/1998 yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

- Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi : 1. Ny. Ir.


IRA CHRYSANTI, 2. SANI RAHARDJO yang dalam hal ini diwakili
oleh kuasanya : HARI ADI WIDJAJA, SH. tersebut;
- Menghukum Para Pemohon Kasasi/Para Termohon asal/Para
Debitur untuk membayar semua biaya perkara baik yang timbul
dalam Pengadilan Niaga dan dalam tingkat Kasasi seb esar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung RI tanggal 17
Februari 1999 No. 06 K/N/1998 diberitahukan kepada kedua belah pi­
hak dengan perantaraan kuasanya, kemudian berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 1 Maret 1999 No. 3928/SK/ADV/HA/l 11/1999 dan
tanggal 1 Maret 1999 No. 3929/SK/ADV/HA/III/1999 diajukan permo­
honan peninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga tersebut pada tanggal 8 Maret 1999 permohonan mana disertai
dengan memori yang memuat alasan permohonannya yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 9 Maret 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 17 Maret 1999;

125
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Ta­
hun 1998, yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan
Undang-undang No. 4 Tahun 1998, permohonan peninjauan kembali a
quo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu
dan dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh
karenanya itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah menga­
jukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai
berikut:
1. bahwa permohonan Peninjauan Kembali didasarkan pada :
Ada bukti-bukti baru yang ada setelah putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No. 13/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst tanggal 27 No­
vember 1998 berupa :
a.1. Turunan Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 58/Pdt.G/
1998/PN.Smg. tanggal 31 Desember 1998;
a.2. Turunan Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 132/Pid/
B/1998/PN.Smg. tanggal 30 Desember 1998;
2. Bahwa penerapan Pasal 5 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 se­
bagai dasar keabsahan Pemohon Kepailitan dalam perkara No.
13/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. merupakan penerapan hukum
yang keliru berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Pasal 5 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak ada karena
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 hanya terbatas pada 2
pasal saja.
Pasal 1 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 berbunyi sebagai
berikut:
- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang ten­
tang Kepailitan (LN Tahun 1998 Nomor 87, TLN Nomor
3761) ditetapkan menjadi Undang-undang, dan melampir-
kannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-
undang ini.
Pasal 2 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 berbunyi sebagai
berikut:
- Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diudangkan.

126
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­
undangan Undang-undang ini dengan penempatannya d a ­
lam Lembaran Negara RI.
b. Undang-undang No. 4 Tahun 1998 bukan Undang-undang
tentang Kepailitan melainkan Undang-undang yang member­
lakukan Perpu No. 1 Tahun 1998 sebagai Undang-undang;
c. Surat Mahkamah Agung No. MA/KUMDIL/0595/1/1998 tanggal
30 Januari 1998 tidak ada melainkan yang ada adalah surat
Mahkamah Agung RI No. MA/KUMDIL/0595/1/1988 tanggal 30
Januari 1988;
d. Surat Mahkamah Agung RI No. MA/KUMDIL/0595/1/1988 tang­
gal 30 Januari 1988 ditegaskan lagi dalam Surat Mahkamah
Agung RI tanggal 11 Juni 1990 No. W.8-DA.Kp.04.13-08 yang
ditujukan kepada semua Ketua Pengadilan Negeri se Jawa
Barat tentang izin beracara bagi Pengacara Praktek. Kedua su­
rat Mahkamah Agung tersebut memuat materi sebagai berikut :
d.1. Ruang gerak Pengacara Praktek yang bukan Advokat
hanya dalam daerah hukum Pengadilan Tinggi yang
mengeluarkan izin praktek bagi Pengacara Praktek te r­
sebut;
d. 2. Pengadilan Negeri harus menolak Pengacara Praktek
yang akan beracara di luar daerah hukum Pengadilan
Tinggi yang mengeluarkan izin praktek baginya;
e. Tindakan Pengadilan Niaga yang memberi izin Pengacara
Praktek yang berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan
Tinggi Jawa Tengah untuk beracara di wilayah Hukum Peng­
adilan Tinggi DKI Jakarta hanya berdasarkan surat pemberita­
huan saja kepada Pengadilan Tinggi di tempat surat keputusan
dikeluarkan dengan tembusan Pengadilan Negeri tempat surat
keputusan tersebut didaftarkan dan Pengadilan Negeri serta
Pengadilan Tinggi di tempat melakukan praktek beracara ter­
sebut, jelaslah bahwa tindakan dari Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat teiah memberikan penilaian
dan penyimpangan terhadap:
e . 1. Surat Mahkamah Agung RI No. MA/KUMDIL/0595/1/1988
tanggal 30 Januari 1988;
e.2. Surat Mahkamah Agung RI No. W.8-DA.Kp.04.13-08
tanggal 11 Juni 1990;

127
f. Tindakan Pengadilan Niaga para Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang memberikan penilaian dan penyimpangan dari
Surat Mahkamah Agung RI No. MA/KUMDIL/0595/1/1998 tang­
gal 30 Januari 1988 dan Surat Mahkamah Agung RI No.
W.08.DA-Kp.04-13-08 tanggal 11 Juni 1990 jelas merupakan
pelanggar-an Pasal 26 UU No. 15 Tahun 1970 jo Pasal 31 UU
No. 14 Tahun 1985 yang hanya memberikan kewenangan
pada Mah-kamah Agung untuk menilai semua Peraturan Per-
undang-undangan yang lebih rendah dari Undang-undang ber­
dasarkan alasan-alasan peraturan bertentangan dengan per­
aturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
3. Bahwa penerapan Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974
sebagai dasar untuk melibatkan suami (Termohon Kepailitan II/
SANI RAHARDJO) sebagai pihak dalam perkara kepailitan yang
diajukan oleh Kreditur (Pemohon Kepailitan/EDDY SOEDARMO)
terhadap isteri dari Termohon Kepailitan II (Ny. Ir. IRA CHRYSANTI)
sebagai Debitur merupakan penerapan hukum yang salah;
a. Permohonan Kepailitan hanya dapat diajukan atas persetujuan
suami/isteri dalam hal ada harta bersama apabila permohonan
tersebut diajukan oleh Debitur sesuai ketentuan Pasal 3 UU
No. 1 Prp. Tahun 1998.
Dengan demikian secara argumentum a contrario Pasal 3 UU
No. 1 Prp. Tahun 1998 tidak berlaku terhadap permohonan
kepailitan yang diajukan oleh Kreditur.
(vid e :a .1 . Himpunan peraturan perundang-undangan ten­
tang Undang-undang Kepailitan dilengkapi Per­
aturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perpu) No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang tentang Kepailitan, penerbitan
Mahkamah Agung RI, 1998 halaman 157 tentang
Pasal 3 dan halaman 221 tentang penjelasan
Pasal 3.
a.2. Komentar atas Peraturan Kepailitan Baru untuk
Indonesia (1998) oleh Prof. Mr. DR. Sudargo
Gautama, penerbitan PT. Citra Aditya Bakti
Bandung cetakan ke-1, 1998, halaman 23 mulai
baris ke-14 dari atas dan halaman 24 mulai baris
ke-1 dari atas);
b. Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974 bukan merupa­
kan hukum memaksa (dwingend recht) melainkan sebagai hu-

128
kum yang mengatur ( regulerend recht) dalam arti pasal-pasal
tersebut bukan merupakan dasar kewajiban bagi suami dan
isteri untuk bertindak secara bersama atas harta bersama;
c. Pasal 3 UU No. 1 Prp. tahun 1998 sebagai ketentuan hukum
yang khusus (lex specialis) bagi perbuatan hukum yang dilaku­
kan oleh suami/isteri atas harta bersama dalam permohonan
kepailitan sedang Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Prp. Tahun
1998 merupakan ketentuan hukum yang umum (lex generalis)
bagi perbuatan hukum yang dilakukan oleh suami/isteri atas
harta bersama pada umumnya.
Dalam asset hukum dikenal azas lex speciali derogat lex gene­
ralis yaitu azas memberlakukan ketentuan hukum yang khusus
(lex specialis) mengesampingkan ketentuan hukum yang
umum (lex generalis).
Dengan demikian Pasal 3 UU No. 1 Prp Tahun 1998 menge­
sampingkan Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974;
d. Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974 harus dikaitkan
dengan Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974, Pasal 27 UUD 1945
dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 1963.
Berdasarkan Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974,
maka suami/isteri dapat bertindak terhadap harta bersama atas
persetujuan kedua belah pihak.
Dalam Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa hak
dan kedudukan isteri seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat dan suami maupun isteri masing-
masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Dengan demikian Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 sesuai dengan
isi dan jiwa dari Pasal 27 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
setiap warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan karena itu tiap warga negara wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan.
Pasal 31, Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974 perlu
dikaitkan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 T a ­
hun 1963 yang ditujukan kepada semua Ketua Pengadilan
Negeri dan Ketua Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia.
Surat Edaran Mahkamah Agung RI tersebut menganggap
bahwa Pasal 108 dan Pasal 110 B.W. tentang wewenang isteri
melakukan perbuatan hukum tidak berlaku lagi.

129
Berdasarkan Pasal 108 dan Pasal 110 B.W. tersebut maka
seorang isteri harus mendapatkan bantuan dari suaminya da­
lam h a l:
d.1. Menghibahkan/memindah tangankan atau memperoleh
sesuatu dengan cuma-cuma maupun atas beban (Pasal
108);
d.2. Mengahadap di persidangan/Hakim (Pasal 110);
Pasal 108 dan Pasal 110 B.W. (KUH Perdata) tidak sesuai
dengan Pasal 27 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap
warganegara mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum
dan pemerintahan karena itu setiap warganegara berwajib
menjunjung hukum dan pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 108 B.W. Pasal 110 B.W. yang dikaitkan
dengan Pasal 31, Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974
serta Pasal 27 UUD 1945 dan Pasal II Aturan Peralihan UUD
1945 serta Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun
1963, maka seseorang isteri dapat bertindak melakukan per­
buatan hukum tanpa bantuan suaminya dalam h a l:
d.1. Menghibahkan/memindah tangankan atau memperoleh
sesuatu dengan cuma-cuma maupun atas beban (Pasal
108);
d.2. Mengahadap di persidangan/Hakim (Pasal 110);
Dengan demikian Termohon Kepailitan II yang bukan Debitur
maupun penjamin hutang isterinya (Termohon Kepailitan I) ti­
dak dapat dilibatkan sebagai pihak dalam perkara kepailitan
sesuai ketentuan Pasal 3 UU No. 1 Prp. Tahun 1998 yang
mengharuskan suami untuk dilibatkan dalam perkara kepailitan
yang diajukan oleh isterinya sebagai Debitur sedangkan per­
mohonan kepailitan dalam perkara kepailitan No. 13/Pailit/
1998/PN.Niaga/Jkt.Pst diajukan oleh Kreditur;
4. Bahwa penerapan Pasal 1 ayat (1) UU No. 1 Prp Tahun 1998 se­
bagai dasar adanya kepailitan dalam perkara No. 13/Pailit/1998/
PN.Niaga/Jkt.Pst. merupakan penerapan hukum yang salah syarat
adanya 2 (dua) Kreditur tidak terpenuhi sebagaimana terbukti dari
bukti-bukti baru berupa turunan Putusan Pengadilan Negeri Sema­
rang No. 58/Pdt.G/1998/PN.Smg. dan putusan Pengadilan Negeri
Semarang No. 132/Pid. B/1998/PN.Smg. yang membuktikan :
a. Giro Bilyet Bank NISP No. 028656 tanggal 6 Maret 1997 senilai
Rp. 63.994.000,- telah diajukan oleh Pemohon Kepailitan

130
(EDDY SOEDARMO) sebagai dasar hutang Termohon Kepailit­
an I (Ir. IRA CHRYSANTI) kepada Pemohon Kepailitan (EDDY
SOEDARMO) dalam perkara No. 58/Pdt.G/1998/PN. Smg. dan
No. 132/PID/B/1998/PN.Smg. karena itu Giro Bilyet tersebut ti­
dak dapat dipergunakan oleh Pemohon Kepailitan (EDDY
SOEDARMO) sebagai dasar hutang Termohon Kepailitan I (Ir.
IRA CHRYSANTI) kepada Sdr. BAMBANG SUGIARTO dalam
perakara No. 13/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt. Pst.;
b. Giro Bilyet Bank BPD Jateng No. YY A 113359 tanggal 24 M a ­
ret 1997 senilai Rp. 27.705.000,- (dua puluh tujuh juta tujuh
ratus lima ribu rupiah) telah diajukan oleh Pemohon Kepailitan
(EDDY SOEDARMO) sebagai dasar hutang Termohon Kepailit­
an I (Ir, IRA CHRYSANTI) kepada Pemohon Kepailitan (EDDY
SOEDARMO) dalam perkara No. 58/Pdt.G/1998/PN. Smg. dan
perkara No. 132/Pid/B/1998/PN.Smg karena itu Giro Bilyet ter­
sebut di atas tidak dapat lagi dipergunakan oleh Pemohon
Kepailitan (EDDY SOEDARMO) sebagai dasar hutang Term o­
hon Kepailitan I kepada Sdr. ARIEF S. dalam perkara Nb.
13/Pailit/. 1998/PN. Niaga/Jkt.Pst.;
c. Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 58/Pdt.G/1998/PN.
Smg. tanggal 31 Desember 1998 menyatakan hutahg Term o­
hon Kepailitan I (Ir. IRA CHRYSANTI) kepada Pemohon
Kepailitan (EDDY SOEDARMO) lunas;

Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­


bangkan alasan-alasan peninjauan kembali dari para Pemohon seba­
gai berikut:

mengenai keberatan ad. 1 :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena kedua pu­
tusan itu belum berkekuatan hukum tetap, karena masih dalam proses
banding/belum mempunyai nilai pembuktian;
mengenai keberatan ad. 2 :
bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena kekeliruan
semacam itu tidak dapat menjadi alasan yang dapat membatalkan pu­
tusan yang dimohon Peninjauan Kembali, dengan pertimbangan bahwa
hal itu semata-mata hanyalah kekurang cermatan dalam menyebutkan
pasal dan ketentuan yang dituju, dalam hal ini Pasal dan Perpu N o . 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 serta Surat Mahkamah Agung No.
MA/KUMDIL/0595/1/1988 tanggal 30 Januari 1988;

131
mengenai keberatan ad. 3 :
bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena dalam hal
tidak ternyata bahwa pasangan suami isteri kawin dengan pemisahan
harta kekayaan, maka dalam setiap perbuatan hukum yang akan
membawa akibat kepada harta bersama, suami dan isteri harus sama
dilibatkan;

mengenai keberatan ad. 4 :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan karena hal itu sudah
dipertimbangkan oleh Hakim Kasasi pada halaman 12 putusannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
maka Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh : 1. Ny. Ir.
IRA CHRYSANTI, 2. SANI RAHARDJO tersebut adalah tidak berala­
san, sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon Peninjauan


Kembali sebagai pihak yang kalah maka maka mereka harus mem­
bayar biaya perkara yang jatuh dalam peninjauan kembali ini;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun


1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998, yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998
serta Undang-undang lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

Menolak permohonan Peninjauan Kembali dari : 1. Ny. IRA


CHRYSANTI, 2. SANI RAHARDJO tersebut;
Menghukum Para Pemohon Peninjauan Kembali untuk mem­
bayar biaya perkara dalam Peninjauan Kembali ini yang ditetapkan
sebesar Rp. 2.500.000,- (lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Selasa tanggal 6 April 1999 dengan SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung RI sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH.
Ketua Muda Mahkamah Agung, dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH.
Wakil Ketua Mahkamah Agung RI sebagai Hakim-Hakim Anggota dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Hakim Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH.
Ketua Muda Mahkamah Agung, dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH.
Wakil Ketua Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota dan Ny.

132
Andriani Nurdin, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh
kedua belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua:


ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA. SH.

ttd.

Th. KETUTSURAPUTRA, SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANDRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Rp. 2.500.000,-

133
PUTUSAN
No. 06 K/N/1998

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:
1. Ny. Ir. IRACHRYSANTI,
2. SANI RAHARDJO,
Keduanya pekerjaan Swasta, berkebangsaan Indo­
nesia, berkedudukan di Jalan Agung No. 38 Sema­
rang, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : HARI
ADIWIDJAJA, SH. Advokat/Pengacara berkantor di
Jalan Kuala Mas X/480 Semarang masing-masing
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Desember
1998 No. 3855/SK/ADV/HA/XII/1998 dan No. 3856/
SK/ADV/HA/XII/1999, sebagai Para Pemohon Kasasi,
dahulu Para Termohon/Debitur;

Melawan:

EDDY SOEDARMONO alias SIAUW TJIE KA, peker­


jaan Swasta, berkebangsaan Indonesia, berkeduduk­
an di Jalan Brotojoyo I D/16 Semarang dalam hal ini
memberi kuasa kepada : AGUS NURUDIN, SH.CN.
dan R. AGOENG OETOYO, SH. Pengacara/Penase-
hat Hukum berkantor di Jalan Penataran Selatan II
B/4 RT. 05 RW. Ill Kelurahan Kalipancur Semarang,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 07 Desem­
ber 1998, sebagai Termohon, dahulu Pemohon/Kreditur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa
sekarang Termohon Kasasi sebagai Pemohon telah mengajukan per­
mohonan pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
pada pokoknya atas dalil-dalil:

134
bahwa Termohon I mempunyai hutang kepada Pemohon sejum­
lah Rp. 1.325.539.000,00 (satu milyar tiga ratus dua puluh lima juta
lima ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sebagaimana termuat dalam
Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo di bawah ini;
bahwa Cek dan Bilyet Giro tersebut dimaksudkan sebagai s a ­
rana pembayaran dari Termohon I kepada Pemohon, tetapi ternyata
setelah jatuh tempo dan diuangkan Cek dan Bilyet Giro tersebut
dananya tidak ada, baik karena dana tidak cukup atau karena rekening
telah ditutup;
bahwa karena Cek dan Bilyet Giro tersebut setelah jatuh tempo
tidak dapat diuangkan, maka Pemohon telah dirugikan oleh Termohon I;
bahwa karena Termohon II sebagai suami sah dari Termohon I,
dan hutang tersebut dibuat pada saat para Termohon masih terikat
dalam suatu perkawinan, maka secara yuridis sebagai pihak dan wajib
ikut bertanggung jawab;
bahwa atas Cek dan Bilyet Giro tersebut sebagian sejumlah
Rp. 298.504.000,00 (dua ratus sembilan puluh delapan juta lima ratus
empat puluh ribu rupiah) telah diuangkan dan dananya tidak ada, atas
nama pribadi Pemohon yakni sebagaimana tersebut dalam bukti P-1
sampai dengan P-8 surat permohonan kepailitan;
bahwa disamping Cek dan Giro tersebut telah diuangkan oleh
Pemohon, tetapi sebagian telah Pemohon gunakan untuk membayar
kepada pihak lain, dan ternyata setelah jatuh tempo Cek dan Bilyet
Giro tersebut dananya tidak ada, baik karena dananya kurang atau
rekening telah ditutup;
bahwa hal posita 6, pihak lain tersebut telah mengajukan permin­
taan pembayaran kepada Pemohon dan atas hal tersebut telah disele­
saikan oleh Pemohon dengan pihak ketiga tersebut, dan atas hal ini
Pemohon dirugikan seluruhnya sebesar Rp.1.027.035.000,00 (satu
milyar dua puluh tujuh juta tiga puluh lima ribu rupiah) (vide bukti P -9
s/d P-19);
bahwa disamping hutang kepada pemohon, ternyata Termohon I
juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo pada Tuan
BAMBANG SUGIARTO, beralamat di Jalan Pringgading III No. 5, S e ­
marang, sebagaimana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo diuangkan
ternyata dananya tidak ada (vide bukti P-20);
bahwa disamping hutang kepada pemohon, ternyata Termohon I
juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo kepada
ARIEF S, beralamat di Jalan Gang Waru No. 38 Semarang, sebagai­

135
mana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo diuangkan ternyata dananya
tidak ada (vide bukti P-21);
bahwa atas seluruh hutang dari Para Termohon yang telah jatuh
tempo tersebut, oleh Pemohon telah dilakukan upaya penagihan, tetapi
sampai diajukan surat permohonan ini kepada Pengadilan Niaga belum
dilakukan pembayaran, sehingga Para Termohon dalam keadaan tidak
mampu untuk membayar kewajiban atas seluruh hutangnya tersebut;
bahwa berdasarkan fakta di atas, syarat-syarat untuk mengaju­
kan permohonan kepailitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
1 ayat (1) Undang-undang tentang Kepailitan, sebagaimana telah di­
ubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang Kepailit­
an telah terpenuhi, dalam mana Para Termohon adalah Debitur yang
(i) memiliki dua atau lebih kreditur dan (ii) tidak membayar sedikitnya
satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih (yang dalam hal
ini dibuktikan dengan tidak ada dana pada Cek dan Bilyet Giro yang
telah jatuh tempo);
bahwa karena permohonan Pemohon untuk menyatakan
kepailitan terhadap Para Termohon ini didasarkan pada bukti-bukti
yang sah dan otentik, maka Pemohon mohon agar dalam putusan
permohonan ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voor-
raad), meskipun ada upaya hukum kasasi atau peninjauan kembali dari
Para Termohon;
bahwa guna menjamin permohonan Kepailitan agar Para Ter­
mohon tidak mengalihkan dan atau membebani barang-barang milik­
nya, maka mohon agar Pengadilan Niaga meletakkan sita jaminan ter­
hadap semua harta kekayaan milik Para Termohon, baik barang
bergerak maupun barang yang tidak bergerak;
bahwa permohonan ini didasarkan pada adanya dasar/alasan
yang kuat, maka Pemohon mohon agar segala biaya yang timbul da­
lam perkara ini dibebankan kepada Para Termohon secara tanggung
renteng;
bahwa berdasarkan pada alasan dan uraian permohonan
kepailitan tersebut di atas, maka Pemohon mohon kepada Pengadilan
Niaga berkenan untuk memeriksa, memutuskan dan menetapkan se­
bagai hukumnya:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Para Termohon Pailit;

136
3. Mengangkat Ketua Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai
Kurator untuk mengurus seluruh harta kekayaan pailit selama Para
Termohon berada dalam keadaan pailit;
4. Meletakkan sita jaminan terhadap semua barang milik Para T er­
mohon, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, halmana
sesuai dengan Pasal 7 ayat I.A dari Undang-undang Kepailitan
tersebut;
5. Menghukum Para Termohon untuk membayar seluruh biaya
perkara yang timbul secara tanggung renteng;
bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil keputusan yaitu putusan tanggal 27
November 1998 No. 13/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya
berbunyi sebagai berikut:

- Mengabulkan permohonan Pemohon;


- Menyatakan bahwa Termohon I. Ny. Ir. IRA CHRYSANTI, dan
2. SANI RAHARDJO Pailit;
- Menunjuk Sdr. UNTUNG HARIYADI, SH. Hakim Niaga pada Peng­
adilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
- Mengangkat Sdr. ARI AHMAD EFFENDI, SH. dari Konsultan Hukum
ARI AHMAD EFFENDI & REKAN Jalan Terogong Raya No. 16
Cilandak Jakarta Selatan sebagai Kurator;
- Menentukan imbalan jasa bagi Kurator sebesar 5% (lima persen)
dari Boedel Pailit;
- Membebankan biaya perkara kepada Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Utara terse­


but diberitahukan kepada Para Termohon pada tanggal 27 November
1998 kemudian terhadapnya oleh Para Termohon dengan perantaraan
kuasanya masing-masing berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2
Desember 1998 No. 3855/SK/ADV/HA/XII/1998 dan No. 3856/SK/ADV/
HA/XII/1998 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 4
Desember 1998 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi
No. 10/Kas/Pailit/98/PN.Niaga yang dibuat oleh Panitera Perkara Peng­
adilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana disertai oleh memori
kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat hari itu juga;
bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi dahulu Pemohon yang
pada tanggal 4 Desember 1998 telah disampaikan salinan permo­

137
honan kasasi dan salinan memori kasasi dari Para Pemohon Kasasi
dahulu Para Termohon, diajukan kontra memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 9 Desember
1998;
Menimbang, bahwa tentang permohonan kasasi a quo beserta
alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan sek­
sama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentu­
kan dalam Undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi
tersebut format dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Para Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokok­
nya ialah :
1. Bahwa Judex Factie salah dalam menerapkan hukum mengenai
keabsahan kuasa Pemohon, sebab :
- Undang-undang No. 4 Tahun 1998 yang diterapkan sebagai
dasar Kepailitan tidak benar/keliru karena Undang-undang ter­
sebut hanya merupakan dasar pemberlakukan Perpu No. 1
Tahun 1998 sebagai Undang-undang;
- bahwa Pengacara Praktek hanya dapat menjalankan praktek
beracaranya dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi yang
menerbitkan izin praktek sesuai Surat MARI tanggai 30 Januari
1998 No. MA/KUMDIL/0595/1/1998;
- bahwa berdasarkan Pasal 5 Perpu No. 1 Tahun 1998, permo­
honan kepailitan harus diajukan oleh seorang Penasehat Hu­
kum yang memiliki izin praktek;
- Mengingat kuasa Termohon Kasasi adalah Pengacara Praktek
yang diberi izin oleh Pengadilan Tinggi Jawa Tengah sehingga
kewenangannya untuk beracara terbatas wilayah Pengadilan
Tinggi Jawa Tengah tidak termasuk wilayah Pengadilan Tinggi
Daerah Istimewa Yogyakarta;
Sedangkan permohonan kepailitan diajukan kepada Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat yang berkedudukan di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang berada di wilayah hukum Pengadilan Tinggi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta karena itu kuasa Termohon
Kasasi tidak memiliki izin praktek untuk beracara di Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat;
Pertimbangan Judex Factie yang menyatakan bahwa keten­
tuan Surat Mahkamah Agung RI tanggal 30 Januari 1998 No.
MA/KUMDIL/0595/1/1998 tidak dapat diterapkan bagi Peng­

138
acara Praktek yang akan mengajukan permohonan Kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran hutang karena Peng­
acara Praktek cukup memberitahukan kepada Pengadilan
Tinggi di tempat Surat Keputusan dikeluarkan dengan tem ­
busan Pengadilan Negeri serta Pengadilan Tinggi di tempat
melakukan praktek beracara, merupakan pelanggaran Pasal 1
jo Pasal 3 butir a Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun
1993 tanggal 15 Juni 1993 jo Pasal 26 Undang-undang No. 14
Tahun 1970 jo Pasal 31 Undang-undang No. 14 Tahun 1985
yang hanya memberi kewenangan pada Mahkamah Agung
untuk menilai semua peraturan perundang-undangan yang le­
bih rendah dari Undang-undang berdasarkan alasan bahwa
peraturan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi;
- bahwa kuasa Pemohon baru memberitahukan kepada Peng­
adilan Tinggi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tanggal 24
November 1998 untuk beracara secara insidentil di Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. Sedangkan permohonan kepailitan te r­
daftar pada tanggal 28 Oktober 1998 karenanya permohonan
kepailitan tetap tidak sah karena tidak memenuhi syarat secara
formil yang ditentukan dalam Pasal 5 Undang-undang No. 1
Prp Tahun 1998;
2. Bahwa Judex Factie salah menerapkan hukum dengan mengang­
gap bahwa penempatan Pemohon Kasasi II dalam permohonan
kepailitan ini beralasan hukum, sebab Pemohon Kasasi II adalah
suami dari Pemohon Kasasi I yang tidak terikat sebagai pihak
yang berhutang (Debitur) maupun sebagai penjamin dalam hu­
tangnya Pemohon Kasasai I kepada Termohon;
Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun
1998 suami harus dilibatkan sebagai pihak dalam hal permohonan
kepailitan diajukan oleh isteri sebagai Debitur dan sebaliknya isteri
harus diajukan sebagai pihak dalam hal permohonan kepailitan
oleh suami sebagai Debitur, sedangkan permohonan kepailitan ini
diajukan oleh Termohon sebagai Kreditur bukan Debitur karena­
nya Surat Permohonan Kepailitan yang diajukan oleh Termohon
sebagai Kreditur dalam masalah hutang-piutang antar Termohon
Kasasi dengan Pemohon Kasasi I tidak perlu melibatkan Pemohon
Kasasi II;
3. Bahwa masalah hutang-piutang dalam Surat Permohonan
Kepailitan ini hanya terjadi antara Termohon Kasasi sebagai
Kreditur dengan Pemohon Kasasi sebagai Debitur;

139
bahwa Giro Bilyet NISP No. 028656 tanggal 6 Maret 1997
senilai Rp. 63.994.000,- sebagai bukti P-20 yang tercantum dalam
posita 8 Surat Permohonan Kepailitan dan Giro Bilyet Bank BPD
Jateng No. YYA 113359 tanggal 24 Maret 1997 senilai
Rp. 27.705.000,- (dua puluh tujuh juta tujuh ratus lima ribu rupiah)
tersebut sebagai bukti P-21 yang tercantum dalam posita 9 Surat
Permohonan Kepailitan bukan merupakan dasar hutang Pemohon
Kasasi I kepada Sdr. BAMBANG SUGIARTO dan Sdr. ARIEF S.
melainkan dasar hutang Pemohon Kasasi I kepada Termohon Ka­
sasi sebagaimana terbukti kedua Giro Bilyet tersebut telah di­
serahkan oleh Pemohon Kasasi I sebagai jaminan hutang kepada
Termohon Kasasi sehingga dengan demikian Kreditur dalam per­
mohonan kepailitan ini hanya 1 (satu) yaitu Termohon Kasasi oleh
karenanya permohonan ini tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat
(1) Perpu No. 1 Tahun 1998 dan harus dinyatakan tidak dapat
diterima;
4. Bahwa hutang Pemohon Kasasi I kepada Termohon Kasasi terse­
but disertai penyerahan jaminan berupa 9 (sembilan) Sertifikat
Tanah dan 4 (empat) mobil beserta BPKB nya sebagai pengganti
Cek-cek dan Giro Bilyet.
Bahwa ternyata berdasarkan pengakuan Termohon Kasasi
dalam perkara No. 58/Pdt.G/1998/PN.Smg. antara Termohon Ka­
sasi sebagai Tergugat melawan Pemohon Kasasi I sebagai Peng­
gugat terbukti Termohon Kasasi telah menjual keempat mobil ja­
minan dan menghipotikkan ke sembilan Sertifikat tanah tersebut;
Bahwa atas penjualan dan pembebanan hipotik atas barang
jaminan hutang Pemohon Kasasi I kepada Termohon Kasasi yang
dilakukan oleh Termohon Kasasi terbukti bahwa Pemohon Kasasi
I tidak dapat dikatakan tidak membayar hutangnya kepada Pemo­
hon Kasasi, karena itu permohonan kepailitan ini tidak memenuhi
syarat yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun
1998 sehingga permohonan ini wajib ditolak;
Menimbang :

mengenai keberatan kasasi ad. 1 :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Fac-
tie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula Pasal 5 Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan hanya menyebutkan
“permohonan pernyataan pailit harus diajukan oleh seorang penasehat
hukum yang memiliki izin praktek”, yang berarti bahwa permohonan
pailit dapat diajukan oleh Pengacara berdasarkan Keputusan Menteri

140
Kehakiman dan dapat pula diajukan oleh Pengacara Praktek berdasar­
kan keputusan Pengadilan Tinggi;

mengenai keberatan kasasi ad. 2 :


bahwa keberatan ini tdak dapat dibenarkan, karena Judex Factie
tidak salah menerapkan hukum, sebab selama tidak ada perjanjian
perkawinan/perjanjian pemisahan harta sebelum perkawinan berlang­
sung maka harta yang diperoleh suami-isteri selama perkawinan m en­
jadi harta bersama dan terhadap harta bersama, suami-isteri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. (Pasal 35 dan Pasal 36
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
Apalagi Pasal 21 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 jelas menyebut­
kan “perkataan, si pailit meliputi suami/isteri si pailit yang berkawin d a ­
lam sesuatu persatuan harta kekayaan”;
Sedangkan salah satu prinsip Undang-undang Kepailitan adalah untuk
mencegah debitur menghindari kewajiban hukum, jadi seandainya si
suami/isteri dari Debitur dibebaskan dari tuntutan kepailitan, maka
prinsip Undang-undang Kepailitan akan menjadi in efective ;
mengenai keberatan kasasi ad. 3 :
bahwa keberatan inipun tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie tidak salah dalam menerapkan hukum, lagi pula berdasarkan
bukti P.20 dan P.21 ternyata Giro Bilyet tersebut tergolong Giro Bilyet
atas tunjuk yaitu disebut atas nama Bambang Sugiarto (P.20) dan atas
nama Arief S. (P.21) yang mengandung arti bahwa si penerbit dalam
hal ini Ir. Ira Chrysanti, Pemohon Kasasi l/Termohon asal/ Debitur s e ­
cara implisit telah mengakui hutangnya kepada si penarik yang terse­
but namanya;
bahwa, ternyata pula Giro Bilyet P.20 dan P.21 tersebut telah
jatuh waktu dan dapat ditagih yaitu masing-masing pada tanggal 6 M a ­
ret 1997 dan 24 Maret 1997;
bahwa, hal ini diperkuat pula oleh bukti P.25 dan P.26 yang
merupakan pernyataan sepihak dari Bambang Sugiarto dan Arief S.
yang menunjuk adanya hutang-piutang antara Ir. Ira Chrysanti dengan
Bambang Sugiarto dan Arief S.;

mengenai keberatan kasasi ad. 4 :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan karena kerena J u ­
dex Factie tidak salah menerapkan hukum, apalagi pada prinsipnya
semua kekayaan Debitur baik yang bergerak ataupun yang tidak b er-
berak menjadi jaminan atas hutang-hutangnya, dan selanjutnya dalil

141
penjualan keempat mobil jaminan dan pembebanan hipotik kesembilan
sertifikat tanah pada waktunya dapat diperhitungkan sebagai Boedel
pailit dalam proses verifikasi kepailitan;

Menimbang, bahwa pertimbangan tersebut di atas, lagipula dari


sebab tidak ternyata bahwa Judex Factie dalam perkara ini bertentang­
an dengan hukum dan/atau Undang-undang, maka permohonan kasasi
yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi: 1. Ny. Ira Chrysanti, 2. Sani
Rahardjo tersebut haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon Kasasi/Para


Termohon asal/Para Debitur di pihak yang dikalahkan, maka harus
membayar semua biaya perkara baik yang jatuh dalam Pengadilan
Niaga, maupun yang jatuh dalam tingkat kasasi;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun


1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-undang No. 1
Tahun 1998/Perpu No. 1 Tahun 1998, serta Undang-undang lain yang
bersangkutan;

MENGADILI:

Menolak permohonan Kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. Ny.


Ir. IRA CHRYSANTI, 2. SANI RAHARDJO yang dalam hal ini diwakili
oleh kuasanya HARI ADIWIDJAJA, SH., tersebut;
Menghukum Para Pemohon Kasasi/Para Termohon asal/Para
Debitur untuk membayar biaya perkara baik yang timbul dalam Peng­
adilan Niaga dan dalam tingkat Kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahka­


mah Agung pada hari Kamis tanggal 11 Februari 1999 dengan M.
Syafiuddin Kartasasmita, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang di­
tunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagi Ketua Sidang, H.P.
Panggabean, SH.MS. dan Soedarko, SH. sebagai Hakim-Hakim Ang­
gota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
Rabu, tanggal 17 Februari 1999 oleh Ketua Sidang tersebut dengan
dihadiri oleh Hj. Marnis Kahar, SH. dan Soedarko, SH. Hakim-Hakim
Anggota dan Ny. Andriani Nurdin, SH. Panitera Pengganti dengan tidak
dihadiri oleh kedua belah pihak.

142
Hakim-Hakim Anggota: Ketua:
ttd. ttd.

Hi. Mamis Kahar, SH. M. Svafiuddin, Kartasasmita, SH.

ttd.

S o e d a r k o , SH.

Panitera Pengganti

ttd.

Ny. Andriani Nurdin. SH

Biava-biava perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi............................ ............. Rp. 1.000,-
3. Administrasi K asasi........ ............. R d . 1.997.000,-
Rp. 2.000.000,-

143
PUTUSAN
N o m o r : 13/P A ILIT/1998/P N .N IA G A /JK T.P S T.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Mejelis Hakim Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat yang memeriksa dan mengadili permohonan pernyataan Pailit
pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut da­
lam permohonan :
EDDY SOEDARMONO alias SIAUW TJIE KA, Swasta, berkebangsaan
Indonesia, beralamat Jalan Brotojoyo I
D/16 Semarang, dalam hal ini memilih
domisili hukum di Kantor Kuasanya
Konsultan Hukum AGUS NURUDIN,
SH. CN & ASSOCIATES, berkantor di
Jalan Penataran Selatan II B/4 RT. 05
RW. Ill Kelurahan Kalipancur Sema­
rang, diwakili oleh AGUS NURUDIN,
SH.CN dan R. AGOENG OETOYO, SH.
keduanya Pengacara atau Penasehat
Hukum berdasarkan surat kuasa khusus
tertanggal 19 Oktober 1998, selanjutnya
disebut sebagai PEMOHON;

Melawan:

Ny. Ir. IRA CHRYSANTI, Swasta, berkebangsaan Indonesia,


bertempat tinggal di Jalan Agung No.
38 Semarang, selanjutnya disebut se­
bagai TERMOHON I;
SANI RAHARDJO, Swasta, berkebangsaan Indonesia,
bertempat tinggal di Jalan Agung No.
38 Semarang, selanjutnya disebut
TERMOHON II;

Majelis Pengadilan Niaga tersebut;


Telah membaca permohonan serta surat-surat yang berhubung­
an dengan permohonan tersebut;

144
Telah memperhatikan dan meneliti bukti-bukti surat dari pihak
Pemohon;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya


tertanggal 28 Oktober 1998 yang diterima dan didaftarkan di Kepani­
teraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 28 Oktober 1998
di bawah Register Perkara Nomor: 13/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.
telah mengajukan permohonan yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Termohon I mempunyai hutang kepada Pemohon sejumlah
Rp. 1.325.539.000,00 (satu milyar tiga ratus dua puluh lima juta
lima ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sebagaimana termuat
dalam Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo di bawah ini;
2. Bahwa Cek dan Bilyet Giro tersebut dimaksudkan sebagai sarana
pembayaran dari Termohon I kepada Pemohon, tetapi ternyata
setelah jatuh tempo dan diuangkan Cek dan Bilyet Giro tersebut
dananya tidak ada, baik karena dana tidak cukup atau karena re­
kening telah ditutup;
3. Bahwa karena Cek dan Bilyet Giro tersebut setelah jatuh tempo
tidak dapat diuangkan, maka Pemohon telah dirugikan oleh T e r­
mohon I;
4. Bahwa karena Termohon II sebagai suami sah dari Termohon I,
dan hutang tersebut dibuat pada saat para Termohon masih terikat
dalam suatu perkawinan, maka secara yuridis sebagai pihak dan
wajib ikut bertanggung jawab;
5. Bahwa atas Cek dan Bilyet Giro tersebut sebagian sejumlah
Rp. 298.504.000,00 (dua ratus sembilan puluh delapan juta lima
ratus empat puluh ribu rupiah) telah diuangkan dan dananya tidak
ada, atas nama pribadi Pemohon yakni:

145
No. No. BG/CEK Tgl. Efektif Nilai Nominal
(Rp)
P-1 BA 028920/ 03-03-1997 19.680.000
BG Bank NISP

P-2 XXA 181842/ 10-03-1997 95.000.000


Cek Bank BPD

P-3 BA. 033939/ 20-03-1997 475.500


BG Bank NISP

P-4 BA. 033937/ 20-03-1997 2.950.000


BG Bank NISP

P-5 BA. 033938/ 20-03-1997 10.471.000


BG Bank NISP

P-6 BA. 033936/ 20-03-1997 15.888.000


BG Bank NISP

P-7 CH 054171/ 26-03-1997 4.039.000


BG Bank NISP

P-8 BA. 028919/ 26-03-1997 15.000.000


BG Bank NISP

6. bahwa disamping Cek dan Giro tersebut telah diuangkan oleh


Pemohon, tetapi sebagian telah Pemohon gunakan untuk mem­
bayar kepada pihak lain, dan ternyata setelah jatuh tempo Cek
dan Bilyet Giro tersebut dananya tidak ada, baik karena dananya
kurang atau rekening telah ditutup;
7. bahwa hal posita 6, pihak lain tersebut telah mengajukan permin­
taan pembayaran kepada Pemohon dan atas hal tersebut telah
diselesaikan oleh Pemohon dengan pihak ketiga tersebut, dan
atas hal ini Pemohon djrugikan seluruhnya sebesar
Rp. 1.027.035.000,00 (satu milyar dua puluh tujuh juta tiga puluh
lima ribu rupiah);

146
No. No.BG/CEK Tgl. Efektif Nilai Nominal (Rp)
P-9 BA 028916/ 28-02-1997 100.000.000
BG Bank NISP
P-10 BA028917/ 02-03-1997 100.000.000
BG Bank NISP
P-11 X X A 181840 04-04-1997 85.000.000
Cek Bank BPD
P-12 BA 028901/ 05-03-1997 78.650.000
BG Bank NISP
P-13 BA 028912/ 06-03-1997 77.500.000
BG Bank NISP
P-14 700 B 085380/ 20-03-1997 85.000.000
BG Bank Panin
P-15 BA 033931/ 20-03-1997 50.000.000
BG Bank NISP
P-16 BA 033931/ 20-03-1997 50.000.000
BG Bank NISP
P-17 BA 033935/ 20-03-1997 65.000.000
BG Bank NISP
P-18 BA 033933/ 20-03-1997 250.000.000
BG Bank NISP
P-19 CH 028919/ 26-03-1997 85.885.000
BG Bank NISP

8. Bahwa disamping hutang kepada pemohon, ternyata Termohon I


juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo pada
Tuan BAMBANG SUGIARTO, beralamat di Jalan Pringgading III
No. 5, Semarang, sebagaimana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo
diuangkan ternyata dananya tidak ada (vide bukti P-20);

No. No. BG/CEK Tgl. Efektif Nilai Nominal (Rp)


P-20 BA 028656/ 06-03-1997 63.994.000
BG Bank NISP

9. Bahwa disamping hutang kepada Pemohon, ternyata Termohon I


juga mempunyai hutang/kewajiban yang telah jatuh tempo kepada
ARIEF S, beralamat di Jalan Gang Waru No. 38 Semarang, seb a­
gaimana Bilyet Giro yang telah jatuh tempo diuangkan ternyata
dananya tidak ada (vide bukti P-21);

147
No. No. BG/CEK Tgl. Efektif Nilai Nominal (Rp)
P-21 Y Y A 113359/ 24-03-1997 27.705.000
BG Bank BPD

10. bahwa atas seluruh hutang dari Para Termohon yang telah jatuh
tempo tersebut, oleh Pemohon telah dilakukan upaya penagihan,
tetapi sampai diajukan surat permohonan ini kepada Pengadilan
Niaga belum dilakukan pembayaran, sehingga Para Termohon
dalam keadaan tidak mampu untuk membayar kewajiban atas se­
luruh hutangnya tersebut;
11. Bahwa berdasarkan fakta di atas, syarat-syarat untuk mengajukan
permohonan kepailitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
1 ayat (1) Undang-undang tentang Kepailitan, sebagaiman telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang ten­
tang Kepailitan telah terpenuhi, dalam mana Para Termohon ada­
lah Debitur yang (i) memiliki dua atau lebih kreditur dan (ii) tidak
membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan da­
pat ditagih (yang dalam hal ini dibuktikan dengan tidak ada dana
pada Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo);
12. Bahwa karena permohonan Pemohon untuk menyatakan kepaili­
tan terhadap Para Termohon ini didasarkan pada bukti-bukti yang
sah dan otentik, maka Pemohon mohon agar dalam putusan per­
mohonan ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voor-
raad ), meskipun ada upaya hukum kasasi atau peninjauan kembali
dari Para Termohon;
13. Bahwa guna menjamin permohonan Kepailitan agar Para Termo­
hon tidak mengalihkan dan atau membebani barang-barang milik­
nya, maka mohon agar Pengadilan Niaga meletakkan sita jaminan
terhadap semua harta kekayaan milik Para Termohon, baik barang
bergerak maupun barang yang tidak bergerak;
14. Bahwa permohonan ini didasarkan pada adanya dasar/alasan
yang kuat, maka Pemohon mohon agar segala biaya yang timbul
dalam perkara ini dibebankan kepada Para Termohon secara
tanggung renteng;

Berdasarkan pada alasan dan uraian permohonan kepailitan


tersebut di atas, maka Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga
berkenan untuk memeriksa, memutuskan dan menetapkan sebagai
hukumnya:

148
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Para Termohon Pailit;
3. Mengangkat Ketua Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai
Kurator untuk mengurus seluruh harta kekayaan pailit selama Para
Termohon berada dalam keadaan pailit;
4. Meletakkan sita jaminan tehadap semua barang milik Para T e r­
mohon, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, halmana
sesuai dengan Pasal 7 ayat I.A dari Undang-undang Kepailitan
tersebut;
5. Menghukum Para Termohon untuk membayar seluruh biaya
perkara yang timbul secara tanggung renteng;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah diberita­


hukan pihak Pemohon telah hadir Kuasa Hukumnya AGUS NURUDDIN,
SH.CN berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 Oktober 1998 No.
72/AN/X/1998 sedangkan pihak Termohon telah hadir kuasa hukum­
nya HARI ADIWIDJAYA, SH. berdasarkan surat kuasa khusus masing-
masing tanggal 2 November 1998 No. 03837/SK/ADV/HA/XI/1998 dan
No. 3838/SK/ADV/HA/XI/1998;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat per­
mohonan Pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa Para Pemohon atas permohonan Pemohon
tersebut telah mengemukakan tanggapan yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
1. Keabsahan Kuasa Pemohon :
Kuasa Pemohon adalah Pengacara Praktek berdasarkan Surat
Keputusan Pengadilan Tinggi Jawa Tengah tanggal 7 November
1998 No. W.9.DA.HT.02.05-2466 yang hanya dapat praktek dalam
wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Jawa Tengah sedangkan Kuasa
Pemohon sekarang praktek di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
yang berada di dalam wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Daerah
Khusus Istimewa Jakarta sehingga kuasa Pemohon tidak memiliki
izin praktek untuk beracara di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
2. Termohon II Tidak Dapat Diajukan Sebagai Pihak Dalam Permo­
honan Kepailitan;
Bahwa Termohon II adalah Suami Termohon I yang tidak terikat
sebagai pihak yang berutang (Debitur) maupun sebagai Penjamin
dan pula berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.

149
1 Tahun 1998 permohonan Kepailitan ini tidak diajukan oleh
Debitur sehingga Termohon II sebagai suami tidak perlu dilibatkan;
3. Debitur Tidak Dalam Keadaan Tidak Membayar;
Bahwa permohonan kepailitan tersebut hanya terdapat satu
kreditur karena berdasarkan surat-surat pernyataan Pemohon 13
Januari 1998 pada bukti 7 mencantumkan Giro Bilyet Bank NISP
No. BA. 02 8656 tanggal 6 Maret 1997 senilai Rp. 63.994.000
untuk BAMBANG SUGIARTO dan surat pernyataan Pemohon
tanggal 13 Januari 1998 dan pada bukti 17 mencantumkan Giro
Bilyet BANK BPD No. YYA 113354 tanggal 24 Maret 1997 senilai
27.705.000,- untuk ARIEF S. sebagai bagian dari jumlah hutang
Termohon II kepada Pemohon;
Bahwa Termohon telah menyerahkan Jaminan sebagai pem­
bayaran hutangnya kepada Pemohon dan dari barang jaminan
tersebut ada yang sudah dijual dan ada yang diikat dengan pem­
bebanan hipotik sehingga tidak dapat dikatakan Termohon I tidak
membayar hutangnya kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa atas tanggapan dan kuasa hukum Termo­
hon tersebut, Pemohon menyatakan menolak semua pernyataan
Debitur;
- Bahwa Pengadilan Niaga mempunyai wilayah seluruh Indonesia
dan Undang-undang tersebut, hanya menyatakan bahwa dalam
pengajuan permohonan kepailitan diajukan oleh seorang Penasehat
Hukum yang memiliki izin praktek oleh karenanya pemohon berhak
mengajukannya;
- Bahwa mengenai argumentasi selanjutnya dari Termohon akan di­
buktikan dengan surat-surat bukti yang akan dibuktikan oleh Pemo­
hon;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonan Pemohon
mengajukan bukti surat- surat berupa :
1. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028920 tanggal
efektif 03-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 19.680.000,-(P-1);
2. Photocopy Cek dari Bank BPD No. XXA 181842 tanggal efektif 10-
03-1997 dengan nilai nominal Rp. 95.000.000,- (P-2);
3. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033939 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 275.500,- (P-3);
4. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033937 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 2.950.500,- (P-4);

150
5. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033938 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 10.471.000,- (P-5);
6. Photocopy Cek dari Bank NISP No. BA 033936 tanggal efektif 2 0 -
03-1997 dengan nilai nominal Rp. 15.888.000,- (P-6);
7. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. CH 054171 tanggal
efektif 26-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 4.039.000,- (P-7);
8. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028919 tanggal
efektif 26-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 150.000.000,- (P-8);
9. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028916 tanggal
efektif 28-02-1997 dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,-(P-9);
10. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028917 tanggal
efektif 02-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- (P-10);
11. Photocopy Cek dari Bank BPD No. XXA 181840 tanggal efektif 0 3 -
03-1997 dengan nilai nominal Rp. 85.000.000,- (P-11);
12. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028901 tanggal
efektif 10-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 78.650.000,- (P-12);
13. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028912 tanggal
efektif 06-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 77.650.000,- (P-13);
14. Photocopy Bilyet Giro dari Bank PANIN No. 700 B 085380 tanggal
efektif 15-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 50.000.000,- (P-14);
15. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033931 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 50.000.000,- (P-15);
16. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033932 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 50.000.000,- (P-16);
17. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033935 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 65.000.000,- (P-17);
18. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 033933 tanggal
efektif 20-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 250.000.000,- (P-18);
19. Photocopy Cek dari Bank NISP No. CH 054169 tanggal efektif 2 6 -
03-1997 dengan nilai nominal Rp. 85.885.000,- (P-19);
20. Photocopy Bilyet Giro dari Bank NISP No. BA 028656 tanggal
efektif 06-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 63.994.000,- (P-20);
21. Photocopy Bilyet Giro dari Bank BPD No. YYA 113359 tanggal
efektif 24-03-1997 dengan nilai nominal Rp. 27.705.000,- (P-21);
22. Surat Keterangan dari PINDO KARTIKANI, SH. selaku Jaksa
Penuntut Umum di Kejaksanaan Negeri Semarang (P-22);

151
23. Surat Pernyataan dari Ir. Ira Chrysanti (P-23);
24. Surat Pernyataan dari EDDY SOEDARMO tertanggal 14 Novem­
ber 1998 (P-24);
25. Surat Pernyataan dari Tuan BAMBANG SUGIARTO tertanggal 14
November 1998 (P-25);
26. Surat Pernyataan dari Tuan ARIEF S., tertanggal 14 November
1998 (P-26);
27. Surat dari BPD Jawa Tengah tertanggal 16 November 1998, N
omor 883/DK.03.03/034/98 (P-27);
28. Surat keterangan Pendaftaran Tanah dari BPN Kodia Semarang
Nomor 4030/1988 tertanggal 24 November 1998 (P-28);
29. Surat bukti pengiriman kilat khusus dari PT. Pos Indonesia Sema­
rang (P-29);
30. Surat Permohonan Bon Barang Bukti dari Eddy Soedarmo kepada
Ketua Majelis Hakim Pemeriksaan Perkara Pidana No. 132/Pid.B/
1998/PN.Smg. (P-30);

Surat-surat bukti tersebut telah disesuaikan dengan aslinya dan


telah diberi meterai secukupnya maka surat-surat bukti tersebut dapat
dipergunakan sebagai alat bukti yang sah;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini
maka ditunjuk segala sesuatu yang terjadi di persidang sebagaimana
yang termuat dalam berita acara persidangan yang untuk lengkapnya
dianggap tercantum dalam putusan ini;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari permohonan Pemo­


hon adalah sebagaimana tersebut diatas;
Menimbang, bahwa kepada Pemohon sebagaimana termuat
dalam Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
akan tetapi Cek dan Bilyet Giro yang telah jatuh tempo dan dapat di­
uangkan tersebut ternyata dananya tidak cukup atau karena rekening
telah ditutup. Bahwa Termohon II sebagai suami sah dari Termohon I
dan hutang dibuat pada saat Termohon I dan Termohon II masih terikat
perkawinan yang sah, sehingga Termohon II secara Yuridis sebagai
pihak dan wajib ikut bertanggung jawab, bahwa Termohon mempunyai
lebih dari dua orang kreditur;

152
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya
Pemohon telah mengajukan alat bukti berupa surat yang diberi tanda
P-1 sampai dengan P-30;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis mempertimbangkan alasan-
alasan permohonan tersebut maka perlu dipertimbangkan terlebih da­
hulu tanggapan dari kuasa Termohon seperti termuat di atas;
Menimbang, bahwa terhadap tanggapan-tanggapan kuasa ter­
mohon tersebut Majelis akan mempertimbangkan seperti tersebut di
bawah ini;
ad. 1 Keabsahan Kuasa Pemohon
Menimbang, bahwa menurut Pasal 281 (1) Undang-undang No.
4 Tahun 1998 tentang Kepailitan menyatakan “Untuk pertama kali dengan
undang-undang Pengadilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat’’;
Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 280 Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 Kepailitan yang menjadi tugas dan wewenang Pengadil­
an Niaga adalah memeriksa dan memutus permohonan pernyataan
pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta perkara lain
dibidang perniagaan yang akan ditentukan dengan peraturan pemerin­
tah;
Menimbang, bahwa dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas
maka wilayah hukum Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk m e­
meriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan penundaan
kewajiban pembayaran utang serta perkara lain di bidang perniagaan
adalah seluruh wilayah Republik Indonesia;
Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 5 Undang-undang No.
4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dapat ditentukan bahwa permohonan
pernyataan pailit harus diajukan oleh seorang Penasehat Hukum yang
memiliki izin praktek yang berarti bahwa permohonan pailit dapat diaju­
kan oleh Pengacara berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan
dapat pula diajukan oleh Pengacara Praktek berdasarkan Keputusan
Pengadilan Tinggi;
Menimbang, bahwa oleh karena wilayah hukum Pengadilan
Niaga adalah seluruh wilayah Indonesia dan hingga saat ini tidak ada
Pengadilan lain selain Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, maka Majelis berpendapat untuk pengajuan permo­
honan kepailitan dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang maka tidak dapat diterapkan ketentuan Surat Mahkamah Agung
RI tanggal 30 Januari 1998 No. MA/KUMDIL/0595/1/1998 dan bagi

153
Pengacara Praktek yang akan mengajukan permohonan Kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang, Majelis berpendapat
Pengacara Praktek tersebut cukup memberitahukan kepada Pengadil­
an Tinggi di tempat surat keputusan dikeluarkan dengan tembusan
Pengadilan Negeri tempat surat keputusan tersebut didaftarkan dan
Pengadilan Negeri serta Pengadilan Tinggi di tempat melakukan prak­
tek beracara tersebut;
Menimbang, bahwa kuasa Pemohon dengan suratnya tanggal
24 November 1998 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta telah memberitahukan bahwa akan beracara secara insi-
dentil di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan tembusan Majelis
Hakim Pemeriksa perkara No. 13/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.
dan klien dan berdasarkan surat-surat pengiriman tersebut telah dikirim
pula ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas maka kuasa pemohon adalah sah untuk bertindak se­
laku kuasa Pemohon (Kreditur) dalam permohonan kepailitan tersebut;

ad. 2 Termohon II Tidak Dapat Diajukan Sebagai Pihak Dalam Permo­


honan Kepailitan.
Menimbang, bahwa Termohon II adalah suami yang sah dari
Termohon I dan hutang Termohon I kepada Pemohon dibuat pada saat
antara Termohon I dan Termohon II masih terikat dalam ikatan
perkawinan yang sah;
Menimbang, bahwa Termohon I sebagai pribadi mempunyai
hutang kepada Pemohon (Kreditur) maka seluruh harta benda milik
pribadi Termohon I menjadi tanggungan hutangnya, akan tetapi apabila
harta benda pribadi tersebut tidak cukup maka menurut hukum harta
bersama juga menjadi tanggungan hutang yang dibuat oleh suami atau
isteri;
Menimbang, bahwa oleh karenanya menurut Pasal 36 (1)
undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terhadap harta
bersama suami isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak, maka menurut pendapat Majelis, dalam kepailitan harta ber­
sama baru dapat dimasukkan dalam boedel pailit apabila suami atau
isteri dinyatakan pailit juga;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas maka penempatan Pemohon II dalam permohonan
kepailitan tersebut beralasan menurut hukum.

154
ad. 3 Debitur Dalam Keadaan Tidak Membayar
Menimbang, bahwa terhadap tanggapan tersebut Majelis ber­
pendapat bahwa dalam hal ini akan dipertimbangkan di dalam pem­
buktian atas permohonan Pemohon sebagaimana akan diuraikan di
bawah ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3 )
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, permohonan
pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan
pailit sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat 1 telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Termohon, benar
Termohon mempunyai utang kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 sampai dengan P-19
telah terbukti utang-utang Termohon I dibayar dengan menggunakan
Bilyet Giro dan Cek yang ternyata Bilyet Giro dan Cek tersebut pada
saat jatuh tempo dan dilakukan pencairan pada Bank-bank yang telah
ditentukan ternyata dana tidak cukup atau karena rekening telah di­
tutup;
Menimbang, bahwa cek maupun bilyet giro adalah berfungsi s e ­
bagai pembayaran hanya bedanya Cek adalah pembayaran tunai yang
menurut ketentuan Pasal 205 KUHD setiap surat Cek harus dibayar
pada waktu diperlihatkan sedangkan Bilyet Giro walaupun berfungsi
sebagai alat pembayaran tetapi tidak dilakukan dengan uang tunai
akan tetapi berupa perintah pemindah bukuan sejumlah dana nasabah
kepada pihak penerima;
Menimbang, bahwa dengan demikian berarti dengan diserahkan­
nya Cek dan Bilyet Giro dari Termohon I kepada Pemohon adalah
rangka pembayaran utang Termohon I kepada Kreditur atau Pemohon;
Menimbang, bahwa dengan demikian terbukti bahwa utang T e r ­
mohon I kepada Pemohon sudah jatuh tempo dan dapat ditagih;
Menimbang, bahwa Termohon mendalilkan dalam tanggapannya
bahwa Termohon I telah menyerahkan berberapa agunan dan diantara
agunan itu ada pada yang diikat dengan hipotek sehingga termohon
tidak dalam keadaan berhenti membayar;
Menimbang, bahwa terhadap dalil Termohon tersebut Majelis
berpendapat bahwa permohonan Pemohon diajukan karena masih a d a
utang yang belum dibayar oleh Termohon I dan mengenai berapa
besar jumlah yang tersisa akan diperhitungkan dalam Rapat Verifikasi;

155
Menimbang, bahwa Sdr. AGUS NURUDDIN, SH.CN berdasar­
kan surat kuasa khusus tanggal 10 November 1998 No. 75/AN/XI/1998
yang telah diserahkan di persidangan bertindak juga selaku kuasa dari
Sdr. ARIEF S.;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti surat yang bertanda
P-21 maka diperoleh fakta bahwa dalam Bilyet Giro BPD No. YYA
113359 tanggal 24 Maret 1998 dengan nominal Rp. 27.705.000,- yang
dikeluarkan oleh Ir. Chrysanti (Termohon I) tertera nama Arief;
. Menimbang, bahwa berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11
November 1998 Nomor 25/NR/XI/1998 yang telah diserahkan di persi­
dangan Sdr. NURATIH, SH. telah bertindak selaku kuasa dari Bambang
Sugiarto (Kreditur lain);
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti surat yang diberi
tanda P-20 maka diperoleh fakta bahwa dalam Bilyet Giro dari Bank
NISP No. BA 028656 tanggal efektif 06 Maret 1997 dengan nominal
Rp. 63.994.000,- yang dikeluarkan oleh Ny. Ir. Ira Chrysanti (Termohon
I) tertera nama BAMBANG SUGIARTO;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, terbukti bahwa dalam permohonan Pemohon tersebut
telah terdapat lebih dari dua orang kreditur;
Menimbang, bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat bahwa
ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 telah
terbukti;
Menimbang, bahwa oleh karena ketentuan Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 telah terbukti maka permohonan
Pemohon haruslah dikabulkan dan oleh karena para termohon harus
dinyatakan dalam keadaan pailit;
Menimbang, bahwa oleh karena para Termohon dinyatakan
pailit, maka Termohon tidak berhak lagi menguasai dan mengurus
boedel pailit tersebut dari pengurusan beralih kepada Kurator;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tentan kepailitan, maka dalam putusan
pernyataan permohonan Pailit Majelis akan menetapkan seorang
Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan
Mengangkat seorang Kurator yang namanya akan ditentukan dalam
amar keputusan di bawah in i;
Menimbang, bahwa dalam permohonan Pemohon telah memo­
hon agar diangkat BHP di Semarang, akan tetapi Majelis berpendapat
bahwa untuk mempermudah permusyawaratan Majelis Hakim dengan

156
Hakim Pengawas, Kurator dan atas persetujuan Pemohon Majelis akan
mengangkat Kurator yang ditentukan dalam surat keputusan Menteri
Kehakiman No. C2.HT.05.15.32;
Menimbang, bahwa tentang imbalan jasa dari Kurator sebagai­
mana yang ditentukan dalam Pasal 67 D undang-undang No. 4 Tahun
1998 serta dengan berpedoman Peraturan Menteri kehakiman No.
M.09-HT.05-10 Tahun 1998 tentang besarnya imbalan jasa bagi Kurator
dan Pengurus, maka Majelis menetapkan sebesar 5% (lima persen)
dari asset pailit;
Mengingat akan pasal-pasal dari Undang-undang No. 4 Tahun
1998 dan undang-undang yang bersangkutan;

MENGADILI:
- Mengabulkan permohonan Pemohon;
- Menyatakan bahwa Termohon I Ny. Ir. IRA CHRYSANTI dan 2. SANI
RAHARDJO Pailit;
- Menunjuk Sdr. UNTUNG HARIYADI, SH. Hakim Niaga pada
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
- Mengangkat Sdr. ARI AHMAD EFFENDI, SH. dari Konsultan Hukum
ARI AHMAD EFFENDI & REKAN Jalan Terogong Raya No. 16
Cilandak Jakarta Selatan sebagai Kurator;
- Menentukan imbalan jasa bagi Kurator sebesar 5% (lima persen)
dari Boedel Pailit;
- Membebankan biaya perkara kepada Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikian diputus dalam permusyawaratan Majelis Hakim pada


hari Jumat tanggal 27 November 1998 oleh kami NY. CH. KRISTI
PUR NAM IW U LAN, SH. sebagai Ketua Majelis, HASAN BASRI, S H .
dan TJAHYONO, SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota putusan
mana pada hari itu juga diucapkan di depan persidangan untuk umum
oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota dibantu
oleh R. IDA ISKANDIASTUTI, SH. sebagai Panitera Pengganti serta
Kuasa Pemohon dengan tidak dihadiri Kuasa Termohon.

157
HAKIM-HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA MEJELIS,
ttd. ttd.

HASAN BASRI. SH. NY. CH.KRISTI PURNAMIWULAN, SH.

ttd.

TJAHYONO, SH.

PANITERA PENGGANTI

ttd.

R. IDA ISKANDIASTUTI. SH.

158
- Surat gugatan tidak dapat diterima sebagai alat bukti adanya kreditur lain,
karena perkaranya masih dalam pemeriksaan dan belum ada keputusan;
- Pasal 1 sub (d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 7 Februari 1991,
Nomor : 50/PR T/1991: Usaha kerja sama (Jo in t operation) adalah usaha an tara
satu atau beberapa perusahaan jasa konstruksi asing dan nasional yang b e rsifa t
sementara, untuk menangani satu atau beberapa proyek dan tidak merupakan
badan hukum baru berdasarkan perundang-undangan Indonesia.

IV . PERKARA KEPATUTAN : PT. HUTAM A KARYA


(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 04 P K /N /1999)

Pihak berperkara :
- PT. Hutama Karya dan kawan : Para Pemohon Peninjauan
Kembali/Para termohon Kasasi/
Para Termohon Pailit;

terhadap :

- PT. Jaya Readymix : Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Kasasi-I/Pemohon
Pailit-I;

dan :

- PT. Primacoat Lestari : Turut Termohon Peninjauan


Kembali/Pemohon K asasi-II/
Pemohon P ailit-II;

1, Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 6 April 1999, Nomor


0 4 /P K /N /1 9 9 9 .
1 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan peninjuan kembali para
pemohon I . PT. Hutama Karya dan I I . PT. Bina Maint;
- Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 2 3
Februari 1999, Reg. Nomor : 01K /N /1999;

159
Mengadili sendiri :
- Menolak permohonan pailit dari para pemohon/para
kreditur;
- Dan seterusnya;
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan ad. 1 dapat dibenarkan karena
bukti-bukti PPK-1 dan PPK-2 merupakan bukti tertulis
baru yang penting dan menunjukkan bahwa para Pemohon
Peninjauan kembali tidak mempunyai hutang lagi kepada
PT. Primacoat Lestari;
- bahwa bukti-bukti PPK-3A, 3B, 4-A , 4-B, 5 -A , 6-A,
7-A, 8 -A, 9-A, 10-A. 10-B, 10-C, 10-D, 11-A, 11-B, 11-C,
11-D, 12-A, 12-B, 12-C, 12-D dan 14, semuanya menunjuk-
kan/membuktikan bahwa para pemohon peninjauan kem­
bali telah melunasi semua hutangnya kepada PT. In te r
W orld Steel Mills Indonesia dan PT. Bina Adidaya;
- bahwa tidak ada dua atau lebih kreditur yang tidak
membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo
seperti dimaksud Pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998, yang telah ditetap­
kan menjadi Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998;
- bahwa alat bukti termohon peninjauan kembali
tentang adanya kreditur lain berupa surat gugatan No.
1 6 1 / P d t/G /1 9 9 8 /P N . Jkt.T im (T.PK -2), tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti, karena perkaranya masih
dalam tahap pemeriksaan dan belum ada keputusan;

2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 23 Februari 1999, Nomor :


O IK /N / 1999.
2 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan pencabutan permohonan kasasi dari
pemohon kasasi I I : PT. Primacoat Lestari;
- Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi
I : PT. Jaya Readymix;

160
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 23 Desember 1998, Nomor 24/Pailit/PN.Niaga/
J k t. Pst.
Mengadili sendiri :
- Mengabulkan permohonan pemohon : PT. Jaya Ready-
mix untuk sebagian;
- Menyatakan : 1. PT. Hutama Karya dan 2. PT. Bina
Maint dalam keadaan pailit;
- Dan seterusnya;
2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan-keberatan kasasi ad. 1 dan 2 d a ­
pat dibenarkan, karena Judex Factie telah salah
menerapkan hukum, dengan pertimbangan :
- bahwa Pasal 1 sub (d) Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tanggal 7 Februari 1991, Nomor 50/P R T /1991
menyatakan : “Usaha kerjasama [Jo in t operation adalah
usaha antara satu atau beberapa perusahaan jasa kon­
struksi asing dan nasional yang bersifat sementara, untuk
menangani satu atau beberapa proyek dan tidak m eru­
pakan badan hukum baru berdasarkan perundang-
undangan Indonesia"
- bahwa Hutama Bina Main Joint Operation merupa­
kan usaha bersama yang tidak berbentuk badan hukum
antara PT. Hutama Karya dan PT. Bina M aint dengan
tujuan mencari keuntungan bersama dan masing-masing
dengan perbandingan 60% dan 40%;
- bahwa usaha bersama tersebut dapat dikategorikan
sebagai sebuah perseroan sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 1618 BW dan apabila diperhatikan c a ra
Penggunaan nama bersama yaitu Hutama Bina M a in t
Joint Operation, maka perseroan yang merupakan usaha
bersama dari para termohon kasasi dapat dikategorikan
sebagai perseroan Firma sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 KUH Dagang;

161
- bahwa Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak
memberikan penjelasan apa yang dimaksud utang dalam
kaitannya dengan kepailitan, namun menurut Majelis
yang dimaksud utang dalam kaitannya dengan kepailitan
adalah utang baik yang timbul karena undang-undang
maupun karena perikatan yang dapat dinilai dengan uang;
- bahwa syarat adanya minimal dua kreditur tetap
terpenuhi karena pemohon I I yang mencabut permo­
honan dengan alasan telah dibayar oleh Termohon, tidak
melampirkan/tidak membuktikan adanya pembayaran
tersebut, dan termohon I dan I I tidak menyangkal
adanya dua kreditur lain yaitu PT. In te r World Steel
Mills Indonesia dan PT. Bina Adidaya;

3. Putusan •• Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 23 Desember 1998, Nomor : 2 4 /P ailit/19 98/P N .
N iag a/Jkt. Pst.
3 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan pernyataan pailit para pemohon;
- Dan seterusnya;
3 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa berdasarkan bukti surat P .I-3 s/d P.I-7a,
terbukti bahwa pemohon I berhubungan hukum dengan
Konsorsium Hutama Bina Maint Joint Operation dan bu­
kan dengan para termohon;
- bahwa berdasarkan bukti surat P .II- 3 s /d P .II-7 ,
terb u kti bahwa Pemohon I I berhubungan hukum dengan
Hutama Bina Maint Joint Operation dan bukan dengan
para Termohon;
- bahwa tidak ada satu alat buktipun yang dapat
membuktikan adanya hubungan hukum antara Hutama
Bina Main Joint Operation dengan para termohon, maka
terbukti bahwa para pemohon tidak mempunyai hubungan

162
hukum dengan para termohon, dengan demikian terb u kti
pula bahwa para termohon bukanlah debitur dari para
pemohon selaku kreditur;

PUTUSAN
No. 04 P K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA E SA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te ­


lah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari:
I. PT. HUTAMA KARYA, berkedudukan di Jl. Letjen
Haryono MT. Kaveling 9 Jakarta Timur.
II. PT. BINA MAINT, berkedudukan di Jl. Tambak Timur
No. 4 Jakarta Pusat.
Keduanya dalam hal ini diwakili oleh kuasanya DR.
Adnan Buyung Nasution, SH. dan Panji Prasetyo,
SH., Advokat dan Pengacara pada Kantor Advokat
dan Pengacara Adnan Buyung Nasution & Partners,
beralamat di Wisma Aetna Life, Lantai 18, Jl. Jenderal
Sudirman Kaveling 45-46 Jakarta Selatan, berdasar­
kan surat kuasa khusus tanggal 17 Maret 1999.
Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Para
Termohon Kasasi/Para Termohon Pailit/Para Debitur;

Melawan:

PT. JAYA READYMIX, berkedudukan di Graha Mobi-


sel, Lantai 5, beralamat Jl. Buncit Raya No. 139 J a ­
karta Selatan.
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon K a ­
sasi l/Pemohon Pailit l/Kreditur.

dan

163
PT. PRIMACOAT LESTARI berkedudukan di Ji. Yos
Sudarso Kaveling 85, Sunter Jaya, Jakarta Utara. Tu­
rut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon
Kasasi ll/Pemohon Pailit ll/Kreditur.

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para
Pemohon Kasasi/Para Termohon Pailit/Para Debitur telah mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 23 Februari 1999 Nomor : 01 K/N/1998
yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para
Termohon Peninjauan Kembali dan Turut Termohon Peninjauan Kem­
bali dahulu sebagai Para Pemohon Kasasi/Para Pemohon Pailit/Para
Kreditur dengan posita perkara sebagai berikut:
bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemo­
hon I sejumlah Rp. 2.083.946.250,- (dua milyar delapan puluh tiga juta
sembilan ratus empat puluh enam ribu dua ratus lima puluh rupiah)
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan konfirmasi tagih­
an yang telah disampaikan oleh Pemohon I kepada Para Termohon
tertanggal 20 Juli 1998 No. JMX-331A/ll/98/Dir;
bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemo­
hon II sejumlah Rp. 283.247.109,32 (dua ratus delapan puluh tiga juta
dua ratus empat puluh tujuh ribu seratus sembilan rupiah tiga puluh
dua sen), yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan tanda
terima No. 1.666/VIII/97, tanggal 21 Agustus 1997, No. 1670/IX/97,
tanggal 9 September 1997, No. 1687/X/97, tanggal 27 Oktober 1997,
dan No. 1691/XII/97, tertanggal 22 Desember 1997;
bahwa Para Termohon juga mempunyai utang kepada Kreditur lainnya
yaitu :
1. PT. Inter World Steel Mills Indonesia, berkedudukan di Jakarta, JI.
Pangeran Jayakarta 131 A/44-45 Jakarta;
2. PT. Bina Adidaya, berkedudukan di Jakarta, JI. Yos Sudarso Kav.
85 Sunter Jaya Jakarta Utara.

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon mohon


kiranya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;

164
2. Menyatakan Para Termohon telah dalam keadaan berhenti mem­
bayar hutangnya kepada Para Pemohon dan karenanya dinyatakan
Pailit dengan segala akibat hukumnya sesuai dengan Undang-
undangn No. 4 Tahun 1998;
3. Mengabulkan dan meletakkan sita jaminan atas harta kekayaan
Para Termohon, berupa:
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya milik
Termohon I, yang terletak dan setempat dikenal sebagai Jalan
Iskandarsyah I No. 6 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya yang ter­
letak dan setempat dikenal sebagai Jalan Let. Jen Haryono
MT. Kav. No. 8 Cawang, Jakarta Timur.
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya yang ter­
letak dan setempat dikenal sebagai Jalan Tambak No. 4 Jakarta
Pusat.
- Lift Merk “Gold Star” type MJP-17 Kapasitas maksimum 7 5 0
Kg/11 orang, peruntukkan : lift untuk gedung 24 lantai sebanyak
11 unit.
- Harta kekayaan bergerak maupun tidak bergerak milik Para
Termohon lainnya.
Untuk selanjutnya dijual dan hasil penjualan dipakai untuk m em ­
bayar tagihan para Pemohon yang jumlah seluruhnya sebesar
Rp. 2.367.195.359,32,- (dua milyar tiga ratus enam puluh tujuh juta
seratus sembilan puluh lima ribu tiga ratus lima puluh sembilan
rupiah tiga puluh dua sen), dengan perincian masing-masing,
yaitu:
- untuk hutang Pemohon I sebesar Rp. 2.083.948.250,00,-
- untuk hutang Pemohon II sebesar Rp 283.247.109,32,-
Jum lah............................................ Rp. 2.367.195.359,32,-
dan ditambah ganti rugi denda keterlambatan pembayaran b e ­
rupa bunga menurut hukum, yaitu sebesar 2% per-bulan, yang
dihitung sejak tunggakkan pembayaran Para Termohon kepada
Para Pemohon, terhitung sejak per 31 Januari 1997 sampai
dengan dilaksanakannya pembayaran secara tuntas oleh P ara
Termohon kepada Para Pemohon.
4. Menunjuk Kurator, dalam hal ini : Munir Fuady, SH.MH.LLM. s e ­
laku Kurator yang diangkat oleh Departemen Kehakiman Republik

165
Indonesia dan Hakim Pengawas guna melaksanakan tugasnya
sesuai dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
5. Biaya perkara menurut hukum.

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI tanggal


23 Februari 1999 No. 01 K/N/1999 yang telah berkekuatan hukum
tetap tersebut adalah sebagai berikut:
Mengabulkan pencabutan Permohonan Kasasi dari Pemohon
Kasasi II : PT. PRIMACOAT LESTARI tersebut;
Mengabulkan Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT.
JAYA READYMIX tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal
23 Desember 1998 No. 24/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.

Mengadili S e n d iri:

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon/Kreditur PT. Jaya Readymix


untuk sebagian.
2. Menyatakan 1. PT. Hutama Karya, 2. PT. Bina Maint dalam
keadaan Pailit.
3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk
mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Niaga yang ada pada
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
4. Mengangkat Munir Fuady, SH..MH., LLM. sebagai Kurator.
5. Menetapkan besarnya biaya Kurator ditentukan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 22 September 1998 No.
M.08.HT.05.10 Tahun 1998.
6. Menolak Permohonan untuk selain dan selebihnya.
7. Membebankan biaya Permohonan dalam semua tingkat Peradilan,
yang dalam tingkat Kasasi ini sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah) kepada para Pailit.
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut i.c. putusan Mahkamah Agung RI tanggal 23
Februari 1999 No. 01 K/N/1999 diberitahukan kepada kedua belah
pihak dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 17 Maret 1999 diajukan permohonan Peninjauan
Kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta
tersebut pada tanggal 22 Maret 1999 permohonan mana disertai
dengan memori yang memuat alasan-alasan permohonannya

166
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada
hari itu juga;

Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali


tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 24 Maret 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 31 Maret 1999.
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun
1998, yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang-
undang no. 4 Tahun 1998, permohonan Peninjauan Kembali a quo b e ­
serta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan dengan
cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh karena itu for­
mal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah
mengajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya
sebagai berikut:
1. Ditemukannya bukti tertulis baru yang sangat penting yang apabila
telah diketahui dan diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan Kem ­
bali sebelum adanya putusan perkara a quo, akan menghasilkan
putusan yang berbeda (“Novum”)
Novum tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bukti Pembayaran dari Para Pemohon Peninjauan Kembai
kepada PT. Interworld Steel Mills Indonesia sebagai berikut:
1. Kwitansi No. 0081 A/ISA/ll/97 tanggal 1 Agustus 1997 dan
No. 0185A/IS/IX/97 tanggal 5 September 1997 (untuk Order
Pembelian/OP. No. 0100/HK-BM/RJ/OP/VII/97/SITE tertanggal
23 Juli 1997), Vide P.PK-3, P.PK-3A dan P.PK-3B; catatan:
Nilai OP tersebut sebesar Rp. 53.712.080,00 dan telah di­
bayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali
dengan dua kali pembayaran masing-masing sebesar
Rp. 26.022.160,00 dan Rp. 27.689.920,00.
2. Kwitansi No. 0119A/ISA/III/97 tanggal 12 Agustus 1997
dan No. 0200A/IS/IX/97 tanggal 13 September 1997 (untuk
OP. No. 0131/HK-BM/RJ/OPA/III/97/SITE tertanggal 5
Agustus 1997), vide bukti P.PK-4, P.PK-4A dan P.PK-4B;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 55.648.000,00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan K em ­

167
bali dengan dua kali pembayaranmasing-masing sebesar
Rp. 27.824.000,00 dan Rp. 27.824.000,00.
3. Kwitansi No. 0207A/IS/IX/97 tanggal 22 Desmber 1997
dan (untuk OP No. 0145/HK/BM/RJ/OP/VIII/97/SITE ter­
tanggal 12 Agustus 1997), vide bukti P.PK-5 dan P.PK-5A;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 22.615.760,00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali.
4. Kwitansi No. 0232A/IS/IX/97 tanggal 26 September 1997
(untuk OP. No. 0177/HK-BM/RJ/OP/IX/97/SITE tertanggal
4 September 1997), vide bukti P.PK-6, dan P.PK-6A;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 22.615.760,00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali.
5. Kwitansi No. 0222A/IS/IX/97 tanggal 30 September 1997
(untuk OP. No. 0190/HK-BM/RJ/OP/IX/97/SITE tertanggal
12 September 1997), vide bukti P.PK-7, dan P.PK-7A;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 122.988.505,00
dan telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan
Kembali.
6. Kwitansi No. 0236A/IS/IX/97 tanggal 30 September 1997
(untuk OP. No. 0207/HK-BM/RJ/OP/IX/97/SITE tertanggal
25 September 1997), vide bukti P.PK-8, dan P.PK-8A;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 30.280.800,00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali.
7. Kwitansi No. 0240A/IS/IX/97 tanggal 30 September 1997
dan No. 0246A/IS/X/97 tanggal 4 Oktober 1997 (untuk OP.
No. 0220/HK-BM/RJ/OP/X/97/SITE tertanggal 1 Oktober
1997), vide bukti P.PK-9, P.PK-9A dan P.PK-9B;
catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 39.405.047,20 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali dengan dua kali pembayaranmasing-masing sebesar
Rp. 8.532.000,00 dan Rp. 30.873.047,20.
8. Kwitansi No. 0275A/IS/X/97 tanggal 16 Oktober 1997, No.
0282A/IS/X/97 tanggal 20 Oktober 1997, No. 0290A/IS/X/
97 tanggal 22 Oktober 1997, dan No. 0299A/IS/X/97 tang­
gal 27 Oktober 1997 (untuk OP No. 187/HK-BM-APE/OP/
X/97 tertanggal 10 Oktober 1997), vide bukti P.PK-10,
P.PK-10A, P.PK-10B, P.PK-10C, dan P.PK-10D;

168
Catatan : Nilai OP tersebut sebesar US$ 39,540.00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali dengan empat kali pembayaran masing-masing sebe­
sar US$ 9,971.00; US$ 9,510.00; US$ 10,549.00 dan U S$
9,510.00.
9. Kwitansi No. 0278A/IS/X/97 tanggal 17 Oktober 1997, No.
0293A/IS/X/97 tanggal 23 Oktober 1997, No. 0298B/IS/X/
97 tanggal 25 Oktober 1997, dan No. 0301A/IS/X/97 tang­
gal 25 Oktober 1997, No. 0316A/IS/X/97 tanggal 30 Okto­
ber 1997 dan No. 0327A/IS/VI/97 tanggal 3 November
1997 (untuk OP.No. 329/HK-BM/PL/OP/X/97/REV tertang­
gal 14 Oktober 1997), vide bukti P.PK-11, P.PK-11A,
P.PK-11B, P,PK-11C, dan P.PK-11 D, P.PK-11 E dan P.PK-
11F;
Catatan : Nilai OP tersebut sebesar US$ 74,099.00 dan
telah dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kem ­
bali dengan enam kali pembayaran masing-masing sebe­
sar US$ 10,461.00; US$ 10,461.00; US$ 10,340.00;
US$11,455.00; US$ 10,461.00 dan US$ 20,921.00.
Jumlah seluruh utang yang telah terbayar lunas tersebut
adalah Rp. 359.821.328,80 (US$ 113,639.00), vide bukti
P.PK-13.
b. Bukti pembayaran dari Para Pemohon Peninjauan Kembali
kepada PT. Bina Adidya, yaitu :
Kwitansi No. 000189 tanggal 22 September 1997, No. 000190
tanggal 22 September 1997 (untuk OP No. 0193/HK-BM/RJ/
OP/IX/97/SITE tertanggal 15 September 1997), vide bukti
P.PK-12, P.PK-12A, P.PK-12B, P.PK-12C, dan P.PK-14.
Catatan : Nilai OP tersebut sebesar Rp. 4.750.000,00 dan telah
dibayar lunas oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali dengan
tiga kali pembayaran masing-masing sebesar Rp. 2.375.000,00,
Rp. 475.000,00 dan Rp. 1.900.000,00.
Novum tersebut di atas adalah bukti yang tak terbantahkan
bahwa para Pemohon Peninjauan Kembali ternyata telah
membayar lunas hutang-hutangnya kepada PT. Interworld
Steel Mills sebesar Rp. 359.821.328,80 (US$ 113,639.00) dan
PT. Bina Adidaya sebesar Rp. 4.750.000,00 sehingga P ara
Pemohon Peninjauan Kembali secara hukum sudah tidak lagi
mempunyai hutang kepada kedua Kreditur a quo per tahun

169
1997 (sebelum diajukannya permohonan Pailit oleh Termohon
Peninjauan Kembali).
Terlebih lagi dengan dikabulkannya pencabutan permohonan
kasasi PT. Primacoat Lestari karena hutang Para Pemohon
Peninjauan Kembali telah dibayar lunas dan adanya novum
tersebut, berarti dalam perkara ini hanya terdapat satu kreditur
yaitu Termohon Peninjauan Kembali.
Dengan demikian, pertimbangan Mahkamah Agung yang menya­
takan bahwa : “......... meskipun Pemohon II (PT. Primacoat
Lestari) mencabut permohonannya dengan alasan telah di­
bayar oleh Termohon (sekarang Para Peninjauan Kembali)......
juga masih adanya dua Kreditur lainnya (PT. Interworld Steel
Mills dan PT. Bina Adidaya) sehingga syarat adanya minimal
dua kreditur tetap terpenuhi....” adalah tidak lagi dapat dibenar-
kan/diterima;
2. Terdapatnya suatu kekhilafan/kekeliruan hukum yang nyata dalam
putusan a quo.
Mehkamah Agung telah secara keliru menafsirkan surat
konfirmasi tagihan hutang No. JMX-331A/ll/98/Dir tang­
gal 20 Julii 1998 yang disampaikan oleh Termohon
Peninjauan Kembali dengan menyatakan dalam pertim­
bangannya bahwa hutang a quo telah jatuh tempo dan
dapat ditagih, padahal pada surat konfirmasi tersebut
sama sekali tidak disebutkan adanya tanggal jatuh
tempo bagi para Pemohon Peninjauan Kembali untuk
melunasi hutangnya.
Surat konfirmasi tersebut semata-mata merupakan perhi­
tungan besarnya hutang yang ditanggung oleh Para
Pemohon Peninjauan Kembali.
Atas perhitungan jumlah hutang tersebut, para Pemohon
Peninjauan Kembali diminta untuk memberikan jawaban­
nya dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut para
Pemohon Peninjauan Kembali adalah sebesar apa yang
tertera dalam surat konfirmasi a quo. Namun demikian,
terlepas dari lewatnya jangka waktu 14 hari tersebut,
masalah tentang jatuh temponya hutang tidak dapat
ditentukan secara sepihak, apalagi hutang in casu belum
jatuh tempo.
Dengan demikian, pertimbangan Mahkamah Agung yang
menyatakan bahwa hutang Para Pemohon Peninjauan

170
Kembali kepada Termohon Peninjauan Kembali telah
jatuh tempo, adalah jelas tidak berdasar dan karenanya
harus ditolak.
Bahwa menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) undang-
undang Kepailitan, Debitur dapat dinyatakan Pailit apa­
bila mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak mem­
bayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih. Jadi, syarat untuk dikabulkannya Permo­
honan Pailit adalah harus sedikitnya terdapat dua Kreditur
dan satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat di­
tagih.
Bahwa dengan demikian, telah terbukti dengan sah
syarat untuk dapat dikabulkannya permohonan Pailit ter­
sebut nyata-nyata tidak terpenuhi karena dalam perkara
ini terbukti hanya terdapat satu Kreditur, dan tidak terda­
pat satu hutangpun yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih oleh Termohon Peninjauan Kembali kepada para
Pemohon Peninjauan Kembali.
Jikalaupun Mahkamah Agung berpendapat bahwa hu­
tang Para Pemohon Peninjauan Kembali kepada Termo­
hon Peninjauan Kembali telah jatuh tempo dan dapat di­
tagih, Permohonan Pailit dari Pemohon Peninjauan
Kembali tetap tidak dapat dikabulkan, mengingat syarat
mengenai sedikitnya terdapat dua Kreditur tidak terbukti.

Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­


bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Para Pemohon seba­
gai berikut:

mengenai keberatan ad. 1 :


Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena : Bukti-bukti
P.PK-1 dan P.PK-2 merupakan bukti tertulis baru yang penting
dan menunjukan bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali ti­
dak mempunyai hutang lagi kepada PT. PRIMACOAT LESTARI;
Bahwa bukti-bukti P.PK-3A, 3B, 4A, 4B, 5A, 6A, 7A, 8A, 9A,
9B, 10A, 10B, 10C, 10D, 11A, 11B, 11C, 11D, 12A, 12B, 12C,
dan 14, semuanya menunjukkan/membuktikan bahwa Para
Pemohon Peninjauan Kembali telah melunasi semua utangnya
kepada PT. INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA dan P T.
BINA ADIDYA.

171
Bahwa dengan demikian tidak ada dua atau lebih kreditur
yang tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh
tempo seperti dimaksud Pasal 1 Peraturan Pemerintah Peng­
ganti Undang-undang No.1 Tahun 1998, yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun
1998.
Bahwa tentang kemungkinan adanya Kreditur lain sebagai­
mana dikemukakan Termohon Peninjauan Kembali dalam jawaban­
nya terhadap alasan Permohonan Para Pemohon Peninjauan
Kembali yaitu Perseroan High Risk Opportunities Hub Fund Limited
sebagai Kreditur bagi Termohon Pailit, menurut pendapat
Majelis belum dapat dipertimbangkan, karena hal itu tidak dijadi­
kan dasar dalam permohonan Pailit tanggal 1 Desember 1998
No. 0622/ATN/XII/1998 yang jadi Perkara kepailitan No.
24/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.
Bahwa disamping itu, alat bukti yang diajukan Termohon
Peninjauan Kembali untuk menguatkan dalilnya tentang adanya
Kreditur lain itu berupa surat gugatan No. 161/Pdt/G/1998/ PN.
Jkt.Tim (T.PK.2) tidak dapat diterima sebagai alat bukti, karena
perkaranya masih dalam tahap pemeriksaan dan belum ada
keputusan sama sekali.

Menimbang, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pada ad.


1 tersebut di atas, tanpa mempertimbangkan alasan Peninjauan Kem­
bali selebihnya menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup
alasan untuk mengabulkan Permohonan Peninjauan Kembali yang
diajukan oleh Para Pemohon I. PT. HUTAMA KARYA, II. BINA MAINT
dan membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 13 Februari 1999
No. 01 K/N/1999 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini
dengan amar seperti yang akan disebutkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena dalam Peninjauan Kembali ini
Termohon Peninjauan Kembali sebagai pihak yang kalah maka ia
harus membayar biaya perkara, sedangkan biaya perkara dalam ting­
kat pertama dan tingkat Kasasi dibebankan kepada Termohon Penin­
jauan Kembali dan Turut Termohon Peninjauan Kembali;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998
serta Undang-undang lain yang bersangkutan;

172
MENGADILI :

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Para Pemo­


hon I. PT. HUTAMA KARYA, II. PT. BINA MAINT tersebut;
Membatalkan Putusan Mahkamah Agung tanggal 23 Februari
1999 Reg. No. 01 K/N/1999;

MENGADILI SENDIRI :

Menolak Permohonan Pailit dari Para Pemohon/Para Kreditur;


Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar
biaya perkara dalam Peninjauan Kembali sebesar Rp. 2.500.000,- (dua
juta lima ratus ribu rupiah).
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali dan Turut Termo­
hon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
pertama sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan tingkat Kasasi
sebesar Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah).

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Selasa tanggal 6 April 1999 dengan SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung RI sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH.
Ketua Muda Mahkamah Agung, dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH.
Wakil Ketua Mahkamah Agung RI sebagai Hakim-Hakim Anggota dan
diucapkan pada hari itu juga oleh Ketua Sidang tersebut dengan di­
hadiri oleh H. ZAKIR, SH., dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Hakim-
Hakim Anggota, ANDRIANI NURDIN, SH. Panitera Pengganti dengan
tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota : Ketua,


ttd. ttd.

H. ZAKIR, SH. SARWATA. SH,

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

173
Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANDRIANI NURDIN. SH.

Biava-biava perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali R d . 2.497.000,-
Rp. 2.500.000,-

174
PUTUSAN
Reg. No. 01 K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat Kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara :
1. PT. JAYA READYMIX. berkedudukan di Graha Mobi-
sel, Lantai 5, beralamat Ji. Buncit Raya No. 139 J a ­
karta Selatan.
2. PT, PRIMACOAT LESTARI berkedudukan di JI. Yos
Sudarso Kaveling 85, Sunter Jaya, Jakarta Utara,
dalam hal ini keduanya diwakili oleh kuasanya : A.
TERAS NARANG, SH; dan rekan, berlamat di Jalan
Let. Jend. S. Parman No. 12 Wisma Bisnis Indonesia,
Lantai 15 Jakarta Barat berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 24 Desember 1998;
Pemohon Kasasi I dan II, dahulu Pemohon I dan II/
Kreditur
Melawan:

1. PT. HUTAMA KARYA, berkedudukan di JI. Letjen


Haryono MT. Kaveling 9 Jakarta Timur.
2. PT. BINA MAINT, berkedudukan di JI. Tambak Timur
No. 4 Jakarta Pusat, dalam hal ini keduanya diwakili
oleh kuasanya NUR WAHYUDI, SH. berkantor di
Jalan Letjen Haryono M.T. Kav. 9 Jakarta Timur, ber­
dasarkan surat kuasa khusus tanggal 28 Desember
1998;
Termohon Kasasi I dan II, dahulu Termohon I dan T e r­
gugat ll/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa
sekarang Pemohon Kasasi I dan II sebagai Pemohon asli I dan II telah

175
mengajukan Permohonan Pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemo­
hon I sejumlah Rp. 2.083.946.250,- (dua milyar delapan puluh tiga juta
sembilan ratus empat puluh enam ribu dua ratus lima puluh rupiah)
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan konfirmasi tagih­
an yang telah disampaikan oleh Pemohon I kepada Para Termohon
tertanggal 20 Juli 1998 No. JMX-331A/lI/98/Dir;
bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemo­
hon II sejumlah Rp. 283.247.109,32 (dua ratus delapan puluh tiga juta
dua ratus empat puluh tujuh ribu seratus sembilan rupiah tiga puluh
dua sen), yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan tanda
terima No. 1.666/VIII/97, tanggal 21 Agustus 1997, No. 1670/IX/97,
tanggal 9 September 1997, No. 1687/X/97, tanggal 27 Oktober 1997,
dan No. 1691/XII/97, tertanggal 22 Desember 1997;
Bahwa Para Termohon juga mempunyai utang kepada Kreditur
lainnya yaitu :
1. PT. Inter World Steel Mills Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jl.
Pangeran Jayakarta 131 A/44-45 Jakarta;
2. PT. Bina Adidaya, berkedudukan di Jakarta, Jl. Yos Sudarso Kav.
85 Sunter Jaya Jakarta Utara.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon mohon
kiranya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Para Termohon telah dalam keadaan berhenti mem­
bayar hutangnya kepada Para Pemohon dan karenanya dinyatakan
Pailit dengan segala akibat hukumnya sesuai dengan Undang-
undang No. 4 Tahun 1998;
3. Mengabulkan dan meletakkan sita jaminan atas harta kekayaan
Para Termohon, berupa:
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya milik
Termohon I, yang terletak dan setempat dikenal sebagai Jalan
Iskandarsyah I No. 6 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya yang ter­
letak dan setempat dikenal sebagai Jalan Let. Jen Haryono
MT. Kav. No. 8 Cawang, Jakarta Timur.

176
- Tanah dan bangunan Perkantoran berikut turutannya yang ter­
letak dan setempat dikenal sebagai Jalan Tambak No. 4 Ja­
karta Pusat.
- Lift Merk “Gold Star” type MJP-17 Kapasitas maksimum 750
Kg/11 orang, peruntukkan : lift untuk gedung 24 lantai sebanyak
11 unit.
- Harta kekayaan bergerak maupun tidak bergerak milik Para
Termohon lainnya.
Untuk selanjutnya dijuan dan hasil penjualan dipakai untuk m em ­
bayar tagihan para Pemohon yang jumlah seluruhnya sebesar
Rp. 2.367.195.359,32,- (dua milyar tiga ratus enam puluh tujuh juta
seratus sembilan puluh lima ribu tiga ratus lima puluh sembilan
rupiah tiga puluh dua sen), dengan perincian masing-masing,
yaitu:
- untuk hutang Pemohon I sebesar Rp. 2.083.948.250,00,-
- untuk hutang Pemohon II sebesar Rp 283.247.109,32.-
Jum lah............................................ Rp. 2.367.195.359,32,-
dan ditambah ganti rugi denda keterlambatan pembayaran b e ­
rupa bunga menurut hukum, yaitu sebesar 2% perbulan, yang
dihitung sejak tunggakkan pembayaran Para Termohon kepada
Para Pemohon, terhitung sejak per 31 Januari 1997 sampai
dengan dilaksanakannya pembayaran secara tuntas oleh Para
Termohon kepada Para Pemohon.
4. Menunjuk Kurator, dalam hal ini : Munir Fuady, SH.MH.LLM. s e ­
laku Kurator yang diangkat oleh Departemen Kehakiman Republik
Indonesia dan Hakim Pengawas guna melaksanakan tugasnya
sesuai dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
5. Biaya perkara menurut hukum.

Menimbang, bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Term o­


hon I dan II mengajukan tanggapan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
Bahwa Para Termohon tidak mengajukan permohonan penun­
daan Kewajiban Pembayaran Utang (KPU) atas permohonan pernyataan
pailit para Pemohon;
Bahwa para Termohon tidak mempunyai hubungan hukum dan
mempunyai hutang secara langsung kepada para Pemohon;

177
Bahwa para Pemohon mempunyai hubungan hukum dan mem­
punyai utang secara langsung dengan Hutama Bina Maint Joint Ope­
ration;
Bahwa tidak ada badan hukum tersendiri antara Termohon I dan
Termohon II dalam bentuk Joint Operation tersebut;
Bahwa Joint Operation tersebut menjadi tanggung jawab Ter­
mohon I dan Termohon II dengan kewajiban masing-masing sebesar
60% (enam puluh persen) dan 40% (empat puluh persen);
Menimbang, bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusannya tang­
gal 23 Desember 1998 Nom or: 24/Pailit/1998/PN.Niaga/ Jkt.Pst. yang
amarnya berbunyi sebagai berikut:
- Menolak permohonan pernyataan Pailit Para Pemohon;
- Menghukum Para Pemohon membayar semua biaya yang
timbul dalam perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah);

bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­


but diberitahukan kepada Para Pemohon pada tanggal 29 Desember
1998 kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan
kuasanya khusus, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 De­
sember 1998 diajukan permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal
29 Desember 1998, sebagaimana ternyata dari akte permohonan ka­
sasi Nomor : 13/KAS/PAILIT/1998/PN. NIAGA/JKT. PST. yang dibuat
oleh Panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana ke­
mudian disusul oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu
juga;
bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi/Termohon asal yang
pada tanggal 10 Desember 1998 telah disampaikan salinan permo­
honan kasasi dan salinan memori kasasi, diajukan kontra memori ka­
sasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 5 Januari 1999;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat dari Panitera Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 13 Januari 1999 Nomor : W7.DC.HT.
206.1.99.03 perihal pencabutan permohonan kasasi dari Pemohon Ka­
sasi II beserta lampiran berupa Berita Acara Pencabutan, ternyata
bahwa Pemohon Kasasi II telah mencabut permohonan kasasinya;

178
Menimbang, bahwa setelah Mahkamah Agung meneliti pencabutan
permohonan kasasi tersebut ternyata bahwa pencabutan dilakukan
langsung oleh Drs. Noto Santoso, Direktur Utama PT. Prima Coats
Lestari, setelah mencabut kuasanya terhadap A. Teras Narang, SH.
dan kawan-kawan, dengan surat pencabutan kuasa tanggal 5 Januari
1999, oleh karenanya pencabutan tersebut dapat dibenarkan;
Menimbang, bahwa karena pencabutan tersebut dilakukan setelah
perkaranya terdaftar pada Mahkamah Agung dan belum diputus, maka
berdasarkan Pasal 49 Undang-undang No. 14 Tahun 1985 permo­
honan untuk mencabut permohonan kasasi tersebut dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa meskipun dalam perkara ini yang mengaju­
kan secara resmi hanya dua orang kreditur sedangkan salah seorang
kreditur yakni Pemohon Kasasi II telah dikabulkan pencabutan kasasi­
nya, Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan kasasi ini
masih memenuhi syarat Pasal 1 Undang-undang No. 4 Tahun 1998,
karena ternyata disamping kedua kreditur tersebut di atas, masih ada
kreditur lainnya yang terungkap dalam persidangan dan tidak dibantah
oleh Termohon Kasasi, oleh karena itu perkara ini akan diperiksa dan
diputus dalam tingkat kasasi sebagaimana akan disebut di bawah ini;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan d a ­
lam Undang-undang, maka oleh karena permohonan kasasi tersebut
formil dapat diterima;

Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 186,


187, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun
1998, yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, permohonan Peninjauan Kembali a quo
beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh karena
itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi I dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah:
1. Judex Factie telah salah menerapkan hukum tentang "Joint O pe­
ration" :
- Bahwa Joint Operation menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tanggal 7 Februari 1991 Nomor : 50/PRI/1991 adalah
suatu usaha antara satu atau beberapa perusahaan ja s a
konstruksi asing dan Nasional yang bersifat sementara untuk

179
menangani satu atau beberapa proyek dan tidak merupakan
badan hukum baru;
- Bahwa meskipun secara formil Pemohon Kasasi berhubungan
langsung dengan Hutama Bina Maint Joint Operation, tidaklah
berarti bahwa Pemohon Kasasi tidak mempunyai hubungan
hukum dengan Para Termohon Kasasi, karena dalam Hutama
Bina Maint Joint Operation terdapat dua Badan Hukum yang
mempunyai legitime persona stand in judicio selaku subyek hu­
kum. Hal tersebut telah diakui secara tegas oleh Termohon
dalam persidangan bahwa Termohon bertanggung jawab
masing-masing 60% dan 40%;
2. Judex Factie telah salah menentukan tanggal jatuh temponya
tagihan tersebut:
a. Bahwa bukti P.I-3, P.1-8, tanggal jatuh temponya tagihan terse­
but adalah :
- tanggal 25 September 1997 untuk proyek Rajawali Condo­
minium II;
- tanggal 20 April 1997 untuk proyek Eriyamas Kemayoran;
- tanggal 27 Desember 1997 untuk proyek Ranusa Sewa
Manis;
- tanggal 3 September 1997 untuk proyek Unit Laguna Apar­
temen;
b. Bahwa Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah salah menerap­
kan hukum, karena telah membenarkan sanggahan para
Termohon/Termohon Kasasi bahwa antara Termohon kasasi
tidak ada hubungan hukum, padahal jelas bahwa Termohon ti­
dak mengajukan bukti sangkalannya tersebut;

Menimbang, bahwa atas keberatan-keberatan kasasi tersebut


Mahkamah Agung berpendapat:

mengenai keberatan-keberatan ad. 1 dan 2 :


bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan, karena Judex
Factie telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai
berikut:
- bahwa Pemohon dalam permohonannya pada pokoknya menge­
mukakan bahwa Termohon I dan II berutang kepada Pemohon I
sebesar Rp. 2.083.948.250,- dan kepada Pemohon II sebesar
Rp. 283.247.109,32 serta kepada kreditur lainnya yaitu PT. Inter

180
World Steel Mills Indonesia dan PT. Bina Adidaya, utang mana te ­
lah jatuh tempo;
- Bahwa Termohon melalui kuasanya di muka persidangan pada
pokoknya mengemukakan bahw a:
1. antara Pemohon dan Termohon tidak terdapat hubungan lang­
sung, tetapi Pemohon hanya berhubungan langsung dengan
Hutama Bina Maint Joint Operation;
2. benar Hutama Bina Maint Joint Operation didirikan oleh PT.
Hutama Karya (Termohon I) dan PT. Bina Main (Termohon II)
dengan saham masing-masing 60% dan 40%;
- bahwa dari pengakuan Termohon I dan li tersebut jelas bahwa
Hutama Bina Maint Joint Operation adalah consorsiumljoint antara
Termohon I dan Termohon II;
- bahwa dari bukti-bukti yang diajukan Pemohon ternyata Pemohon
hanya berhubungan langsung dengan “Hutama Bina Maint Joint
Operation" sebagaimana telah dipertimbangkan oleh Judex Factie;
- bahwa dengan demikian permasalahan pokok yang perlu dipertim­
bangkan lebih lanjut adalah :
1. Apakah Termohon I dan II sebagai pesero Hutama Bina Maint
Joint Operation dapat secara langsung bertanggung jawab/
dapat ditagih atas utang Hutama Bina Maint Joint Operation;
2. Apakah Termohon I dan II memenuhi syarat untuk dipailitkan
berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998;
ad.1. Apakah Termohon I dan II dapat secara langsung bertanggung
jawab/dapat ditagih atas utang Hutama Bina Main Joint Opera­
tion.

Menimbang, bahwa peraturan khusus yang berlaku terhadap


joint operation di bidang konstruksi adalah Peraturan Menteri Peker­
jaan Umum No. 50/PRT/1991 tanggal 7 Februari 1991;
Menimbang, bahwa dalam Pasal 1 sub. d Peraturan Menteri te r­
sebut ditentukan “usaha kerjasama (joint operation) adalah usaha
antara satu atau beberapa perusahaan jasa konstruksi asing dan n a ­
sional yang bersifat sementara, untuk menangani satu atau beberapa
proyek dan tidak merupakan badan hukum baru berdasarkan perundang-
undangan Indonesia”;
Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 1 sub. d tersebut di atas
jelas bahwa joint operation bukanlah suatu badan hukum tersendiri dan

181
hanya bersifat sementara, sedangkan dalam peraturan in casu tidak
diatur secara tersendiri mengenai status hukum atau hukum yang ber­
laku terhadap joint operation;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan cara-cara pemben­
tukan Hutama Bina Maint Joint Operation yakni merupakan usaha ber­
sama yang tidak berbentuk badan hukum antara PT. Hutama Karya
dan PT. Bina Maint dengan tujuan untuk mencari keuntungan bersama
dan masing-masing dengan perbandingan 60% dan 40%. Mahkamah
Agung berpendapat bahwa usaha bersama tersebut dapat dikategori­
kan sebagai sebuah perseroan sebagaimana dimaksud dalam keten­
tuan Pasal 1618 BW. dan apabila diperhatikan cara penggunaan nama
bersama yakni Hutama Bina Main Joint Operation, maka perseroan
yang merupakan usaha bersama dari para Termohon Kasasi dapat
dikategorikan sebagai perseroan Firma sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 KU H Dagang;
Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1643 KUH
Perdata atau Pasal 18 KUH Dagang, masing-masing persero mem­
punyai tanggung jawab secara tanggung renteng. Oleh karena itu Para
Termohon Kasasi baik jawaban atas hutang-hutang yang dibuat oleh
Hutama Bina Maint Joint Operation,

ad.2. Apakah Termohon I dan II memenuhi syarat untuk dinyatakan


pailit menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1998.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No­


mor 4 Tahun 1998 debitur dapat dinyatakan Pailit apabila memenuhi
syarat:
1. adanya utang;
2. utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
3. kreditur minimal 2;

Menimbang, bahwa Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tidak


memberikan penjelasan apa yang dimaksud utang dalam kaitannya
dengan kepailitan, sehingga telah menimbulkan berbagai penafsiran,
namun menurut Majelis yang dimaksud dengan utang dalam kaitannya
dengan kepailitan adalah utang baik yang timbul karena undang-
undang maupun karena perikatan yang dapat dinilai dengan sejumlah
uang tertentu;

Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya mendalil­


kan, Termohon I dan II telah berhutang dari Pemohon dan untuk mem­
buktikan adanya utang tersebut telah mengajukan bukti-bukti P.I-1 s.d

182
P.I-11 dan P.II-1 s/d P.II-8 dari bukti mana ternyata bahwa pemohon
telah mendapat pekerjaan berupa pembangunan beberapa gedung
dan telah diselesaikan namun Termohon sampai pada saat diajukan­
nya permohonan ini belum dibayar lunas;
Menimbang, bahwa selain Pemohon I dan II sebagai Kreditur
Termohon I dan II juga didalilkan oleh Pemohon terdapat dua Kreditur
lainnya yaitu PT. Inter World Steel Mills Indonesia dan PT. Bina Adidaya,
hal mana tidak disangkal oleh Termohon I dan II;
Menimbang, bahwa meskipun Pemohon II mencabut permo­
honannya dengan alasan telah dibayar oleh Termohon, namun selain
tidak dilampiri/tidak terbukti adanya pembayaran tersebut, juga masih
adanya dua kreditur lainnya sehingga syarat adanya minimal dua
kreditur tetap terpenuhi;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, Mahkamah Agung berpendapat Termohon I dan II te­
lah memenuhi syarat untuk dinyatakan Pailit, sehingga dengan
demikian terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan ka­
sasi dari Pemohon Kasasi I dan membatalkan putusan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat serta akan mengadili sendiri dengan amar seperti
tersebut di bawah ini;
Menimbang, bahwa karena Pemohon I dan II harus dinyatakan
pailit maka berdasarkan Pasal 13 Undang-undang No. 4 Tahun 1998
harus diangkat seorang Kurator dan seorang Hakim Pengawas;
bahwa Pemohon dalam permohonannya telah mohon agar
Munir Fuady, SH.MH.LLM diangkat sebagai Kurator atas permohonan
nama Termohon/Debitur tidak mengajukan keberatan, serta yang ber­
sangkutan telah memenuhi syarat untuk itu, maka permohonan terse­
but beralasan untuk dikabulkan;
bahwa mengenai besarnya biaya Kurator sebagaimana dimak­
sud dalam Pasal 67 D jo Pasal 69 Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998, akan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman
RI tanggal 22 September 1998 Nomor M.08-HT.05.10-Tahun 1998;
bahwa mengenai Hakim Pengawas, karena yang mengetahui
tugas dan kesibukan dari masing-masing Hakim Pengawas yang ada
pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat adalah Ketua Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat, maka beralasan apabila Ketua Pengadilan
Niaga diperintahkan untuk mengangkat Hakim Pengawas dimaksud;

183
Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi dikabulkan dan
Termohon Kasasi/Termohon asal dinyatakan pailit, maka biaya perkara
dibebankan kepada harta pailit;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 19 Undang-undang No­
mor 4 Tahun 1998 sejak putusan pailit dijatuhkan segala harta atas si
pailit, berada dalam keadaan tersita, kecuali harta benda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 Undang-undang No. 4 Tahun 1998, oleh
karena itu permohonan Pemohon agar terhadap harta benda Termo­
hon diletakkan sita jaminan menjadi tidak relevan oleh karena itu harus
ditolak.
Mengingat Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 dan Undang-undang No. 14 Tahun 1985;

MENGADILI:

Mengabulkan Pencabutan permohonan kasasi dari Pemohon


kasasi I I : PT. PRIMACOAT LESTARI tersebut;
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT.
JAYA READYMIX tersebut;
Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal
23 Desember 1998 Nom or: 24/Pailit/1998/PN.Niaga/JKT.PST;

MENGADILI S E N D IR I:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon/Kreditur PT. JAYA READY­


MIX untuk sebagian;
2. Menyatakan 1. PT. HUTAMA KARYA, 2. PT. BINA MAINT dalam
keadaan Pailit;
3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk
mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Niaga yang ada pada
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
4. Mengangkat M UNIR FUADY, SH.M H.LLM . sebagai kurator;
5. Menetapkan besarnya biaya Kurator ditentukan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman R I tanggal 22 September 1998
N om or: M .08.HT.05.10-Tahun 1998;
6. Menolak permohonan untuk selain dan selebihnya;
7. Membebankan biaya permohonan dalam semuat tingkat peradilan,
yang dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah) kepada harta pailit;

184
Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mejelis Hakim
pada Hari Selasa, tanggal 23 Februari 1999 dengan JOHANNES
DJOHANSJAH, SH. Hakim Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Sidang, SOEKIRNO, SH. dan NY. Hj. MARNIS
KAHAR, SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana
pada hari itu juga diucapkan di muka persidangan yang terbuka untuk
umum oleh Hakim Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri oleh
SOEKIRNO, SH. dan NY. Hj. MARNIS KAHAR, SH. Hakim-Hakim
Anggota tersebut, dan SIRANDE PALAYUKAN, SH. Panitera Peng­
ganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak;

Hakim-Hakim Anggota: Ketua,

ttd. ttd.

SOEKIRNO. SH. JOHANNES DJOHANSJAH. SH.

ttd.

NY. HJ. MARNIS KAHAR. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

SIRANDE PALAYUKAN. SH.

Biaya-biaya perkara:
1. M eterai.................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi Rp. 1,997.000.-
Rp. 2.500.000,-

185
PUTUSAN
N o. 24/P A IL IT /1998/P N .N IA G A /JK T .P S T .

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat me­


meriksa dan memutuskan perkara permohonan pernyataan Pailit, pada
Pengadilan Tingkat Pertama, dengan Hakim Majelis, menjatuhkan pu­
tusan dalam perkara antara:
1. PT. JAYA READYMIX. berkedudukan di Graha Mobisel, Lantai 5,
beralamat Jl. Buncit Raya No. 139 Jakarta Selatan (12720).
2. PT. PRIMACOAT LESTARI berkedudukan di Jl. Yos Sudarso
Kaveling 85, Sunter Jaya, Jakarta Utara (14359), dalam hal ini
keduanya diwakili oleh kuasanya : A. TERAS NARANG, SH. dkk.,
Advokat dan Pengacara “A. TERAS NARANG, SH. & ASSOCIATES”
berkantor di Jalan Let. ,Jend. S. Parman No. 12 Wisma Bisnis
Indonesia, Lantai 15 Jakarta Barat (11480) berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 30 November 1998, yang selanjutnya di­
sebut sebagai Pemohon-I dan Pemohon II atau Para Pemohon;;

Melawan:
1. PT. H UTAMA KARYA, berkedudukan di Jl. Letjen Haryono MT.
Kaveling 9 Jakarta Timur (13340).
dan
2. PT. BINA MAINT. berkedudukan di Jl. Tambak Timur No. 4 Jakarta
Pusat, dalam hal ini keduanya diwakili oleh kuasanya NUR
WAHYUDI, SH. berkantor di Jalan Letjen Haryono M.T. Kav. 8
Jakarta Timur, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 15 Desem­
ber 1998 yang untuk selanjutnya sebut sebagai Termohon-I dan
Termohon-ll atau Para Termohon;

Pengadilan Niaga tersebut;


Setelah m em baca:
1. Penetapan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tanggal 2
Desember 1998 Nomor : 24/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst., perihal
penunjukan Majelis Hakim untuk memeriksa dan memutuskan
perkara permohonan pernyataan Pailit Nom or: 24/Pailit/1998/PN.
Niaga/Jkt.Pst.;

186
2. Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tanggal 4 Desember 1998 Nomor :
24/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst., perihal penetapan waktu sidang
pemeriksaan perkara permohonan tersebut;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan permohonannya tertanggal


1 Desember 1998, terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 2 Desember 1998, Nomor :
24/PaiIit/1998/PN.Niaga/Jkt. Pst., pada pokoknya telah mengajukan
permohonan sebagai berikut:
1. Bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemohon
I sejumlah Rp. 2.083.946.250,- (dua milyar delapan puluh tiga juta
sembilan ratus empat puluh enam ribu dua ratus lima puluh rupiah)
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan konfirmasi
tagihan yang telah disampaikan oleh Pemohon I kepada Para
Termohon tertanggal 20 Juli 1998 No. JMX-331 A/ll/98/Dir;
2. Bahwa Para Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemohon
II sejumlah Rp. 283.247.109,32 (dua ratus delapan puluh tiga juta
dua ratus empat puluh tujuh ribu seratus sembilan rupiah tiga pu­
luh dua sen), yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasar­
kan tanda terima No. 1.666/VIII/97, tanggal 21 Agustus 1997, No.
1670/IX/97, tanggal 9 September 1997, No. 1687/X/97, tanggal 27
Oktober 1997, dan No. 1691/XII/97, tertanggal 22 Desember 1997;
3. Bahwa Para Termohon juga mempunyai utang kepada Kreditur
lainnya yaitu :
3.1. PT. Inter World Steel Mills Indonesia, berkedudukan di Jakarta,
Jl. Pangeran Jayakarta 131 A/44-45 Jakarta;
3.2. PT. Bina Adidaya, berkedudukan di Jakarta, Jl. Yos Sudarso
Kav. 85 Sunter Jaya Jakarta Utara.
Menimbang, bahwa atas permohonan pernyataan pailit tersebut,
Para Termohon menyatakan secara lisan pada pokoknya sebagai
berikut:
- Bahwa Para Termohon tidak mengajukan permohonan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atas permohonan pernyataan
Pailit Para Pemohon;
- Bahwa Para Termohon tidak mempunyai hubungan hukum dan
mempunyai hutang secara langsung kepada Para Pemohon;

187
I

- Bahwa Para Pemohon mempunyai hubungan hukum dan mempunyai


utang secara langsung dengan Hutama Bina Maint Joint Operations
- Bahwa tidak ada badan hukum tersendiri anatara Termohon I dan
Termohon II dalam bentuk Joint Operation tersebut;
- Bahwa Joint Operation tersebut menjadi tanggung jawab Termohon
I dan Termohon II dengan kewajiban masing-masing sebesar 60%
(enam puluh persen) dan 40% (empat puluh persen);

Menimbang, bahwa untuk membuktikan permohonannya Para


Pemohon mengajukan bukti surat tertanda P.1-1 s/d P.I-11 dan P.11-1
s/d P.II-8, sebagaimana terlampir dalam surat permohonannya;
Menimbang, bahwa Para Termohon tidak mengajukan bukti su­
rat;
Menimbang, bahwa akhirnya Para Pemohon dan Termohon ti­
dak mengajukan sesuatu lagi, maka Pengadilan perlu segera men­
jatuhkan putusan;
Menimbang, bahwa untuk menyingkat uraian putusan ini, maka
segala sesuatunya yang terjadi di sidang sebagaimana tertera dalam
berita-berita acara sidang dianggap termasuk dalam putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para


Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Para Pemohon pada pokoknya bermaksud
agar Para Termohon dapat dinyatakan Pailit dengan alasan Para
Termohon mempunyai sisa hutang kepada Pemohon I sejumlah
Rp. 2.083.948.250,- (dua milyar delapan puluh tiga juta sembilan ratus
empat puluh delapan ribu dua ratus lima puluh rupiah) dan kepada
Pemohon II sejumlah Rp. 283.247.109,32,- (dua ratus delapan puluh
tiga juta dua ratus empat puluh tujuh ribu seratus sembilan rupiah tiga
puluh dua sen), yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, tetapi sam­
pai permohonan ini diajukan ternyata Para Termohon belum mem­
bayarnya;
Menimbang, bahwa Pasal 1 (1) Undang-undang No. 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan menentukan bahwa : “Debitur yang mempunyai
dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang
atau lebih krediturnya”;

188
Menimbang, bahwa permohonan Para Pemohon diajukan
kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum Para Termohon
yaitu di Jalan MT. Haryono Kav. 85 Cawang Jakarta dan Jalan Tambak
No. 4 Jakarta, karena itu permohonan Pemohon telah memenuhi
ketentuan Pasal 2 (1) dan Pasal 1 (1) UU No. 4 Tahun 1998;
Menimbang, bahwa Para Termohon menyatakan bahwa mereka
tidak mempunyai hubungan hukum dan utang secara langsung dengan
Para Pemohon, sebab yang berhubungan secara langsung adalah
Hutama Bina Maint Joint Operation, Termohon I dan Termohon II ke­
wajiban masing-masing sebesar 60% (enam puluh persen) dan 40%
(empat puluh persen);
Menimbang, bahwa Pemohon I mendapat surat Perintah Kerja
dari James Koh, selaku Direktur Proyek Hutama Bina Maint Joint Ope­
ration sebagaimana tersebut dalam Surat Perintah Kerja tertanggal 20
September 1996 No. HH-BM/433/SPK.RJ/27 (lihat bukti surat P. 1-3);
- Bahwa Price Revision tertanggal 29 September 1997
No. JMX/221/707/3/IX/97, tanggal 29 September 1997
No. JMX/212/707/3/IX/97, tanggal 29 September 1997
No. JMX/213/707/3/IX/97, tanggal 27 September 1997
No. JMX/210/707/3/IX/97, beserta terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia (lihat bukti P.1-4a, P.1-5, P.1-5a P.1-6, P.1-6a, P.1-7, dan
P.1-7a), menyatakan bahwa Pemohon I mengadakan hubungan su­
rat menyurat dengan konsorsium Hutama Bina Maint Joint Opera­
tion]
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P. 1-3 s/d P.1-7a
tersebut, terbuktilah bahwa Pemohon I berhubungan hukum dengan
Konsorsium Hutama Bina Main Joint Operation dan bukan dengan
Para Termohon;
Menimbang, bahwa Surat Perintah Kerja tanggal 16 April 1997,
No. SPK.RJ.007/11 K-BM/IV/97 menyatakan bahwa James Koh Selaku
Direktur Proyek Hutama Bina Maint Joint Operation, memberikan
pekerjaan kepada Pemohon II (lihat bukti surat P.II-3);
Menimbang, bahwa tanda terima tanggal 1 September 1997, No.
1.666/VIII/97, tanggal 11 September 1997 No. 1670/IX/97 tanggal 27
Oktober 1997, No. 1687/X/97 dan tanggal 22 Desember 1997 No.
1691/XII/97, (lihat bukti surat P.II-4, P.II-5, P.II-6 dan P.II-7) menyatakan
bahwa Pemohon II mengirim tanda terima kepada Hutama Bina M aint
Joint Operation;

189
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P.11-3 s/d P.11-7 ter­
sebut terbuktilah bahwa Pemohon II berhubungan hukum dengan
Hutama Bina Maint Joint Operation dan bukan dengan Para Termohon;
Menimbang, bahwa demikian juga surat Pemohon I tanggal 20
Juli 1998, No. JMX-331 A/ll/98/Dir. dan Facsimile Transmittel tanggal
26 Agustus 1998 (lihat bukti surat P.I-8 dan P.I-9) menyatakan bahwa
tagihan Pemohon I dan Pembayarannya ditujukan kepada dan dari PT.
Konsorsium Hutama Bina Maint Joint Operation;
Menimbang, bahwa surat A. Teras Nerang, SH. tertanggal 21
Oktober 1998 No. 0516/ATN/X/1998 juga ditujukan kepada Hutama
Bina Maint Joint Operation (lihat bukti surat P. 1-10);
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P.I-8, P.I-9 dan P.l-
10 tersebut, terbuktilah bahwa pemohon I berhubungan dengan Hutama
Bina Maint Joint Operation dan bukan dengan Para Termohon;
Menimbang, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
dan lagi pula tidak ada satu alat buktipun yang dapat membuktikan
adanya hubungan hukum antara Hutama Bina Maint Joint Operation
dengan Para Termohon, maka Pengadilan berpendapat terbuktilah
bahwa Para Pemohon tidak mempunyai hubungan hukum dengan
Para Termohon, sehingga dengan demikian terbukti pula bahwa Para
Termohon bukanlah Debitur dari Para Pemohon selaku Kreditur;
Menimbang, bahwa oleh karena itu terbukti pula bahwasanya
permohonan Para Pemohon tidaklah memenuhi syarat Ketentuan
Pasal 1 (1) UU No. 4 Tahun 1998;
Menimbang, bahwa telah terbukti bahwa satu syarat telah tidak
terpenuhi, maka Pengadilan tidaklah perlu mempertimbangkan syarat-
syarat selebihnya yang ditentukan oleh Pasal 1 (1) UU No. 4 Tahun
1998, namun demi lebih sempurnanya pertimbangan hukum dalam
perkara ini. Pengadilan akan mempertimbangkan syarat-syarat sele­
bihnya tersebut;
Menimbang, bahwa bukti surat yang diajukan oleh Para Pemo­
hon, khususnya bukti surat P.I-3 s/d P.1-10 dan P.il-3 s/d P.II-7) tidak­
lah dapat membuktikan kapankan utang telah jatuh waktu dan kapan
pula utang dapat ditagih, karena itu terbukti pula permohonan Para
Pemohon tidak memenuhi syarat ketentuan Pasal 1 (1) UU No. 4 Ta­
hun 1998;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, Pengadilan berpendapat bahwa permohonan Para Pemohon
tidaklah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dan ditentukan
oleh Pasal 1 (1) UU No. 4 Tahun 1998, karena itu haruslah ditolak;

190
Menimbang, bahwa permohonan pernyataan Pailit Para Pemo­
hon adalah perkara permohonan, maka semua biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Para Pemohon;
Memperhatikan Ketentuan hukum yang berlaku utamanya Pasal
1 (1) UU No. 4 Tahun 1998 dan Undang-undang yang bersangkutan;

MEMUTUSKAN:

- Menolak permohonan pernyataan Pailit Para Pemohon;


- Menghukum Para Pemohon membayar semua biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan pada hari Senin, tanggal 21 Desember


1998 dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, terdiri dari PARWOTO
WIGNJOSUMARTO, SH. sebagai Hakim Ketua, R. JOEDIJONO, SH.
dan VICTOR HUTABARAT, SH. masing-masing sebagai Hakim Ang­
gota, dan putusan tersebut diucapkan pada hari : Rabu, tanggal 23
Desember 1998, dalam sidang terbuka untuk umum oleh Majelis
Hakim Pengadilan Niaga tersebut, dengan dihadiri oleh YANWITRA,
SH. sebagai Panitera Pengganti HERRY WIBOWO, SH. dan G EORGE
BERNHARD, SH., sebagai kuasa Para Pemohon dan NUR WAHYUDI,
SH., sebagai kuasa Para Termohon;

Hakim-Hakim Anggota: Ketua,

ttd. ttd.

R. DJOEDIJONO, SH. PARWOTO WIGNJOSUMARTO. SH .

ttd.

VICTOR HUTABARAT. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

YANWITRA. SH.

191
- Pasal 1 ayat (1) dan penjelasannya dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang
pengertian dan maksud “utang"

V. PERKARA KEPAILITAN : PT. JAWA BARAT INDAH


(Putusan Mahkamah Agung RI, Nomor : 05 PK/N/1999)

Pihak berperkara :
- PT. Jaw a B arat Indah : Pemohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi/Termohon
Pailit;
terhadap :
- 1. Sumeini Omar Sandjaya dan : Para Termohon Peninjauan
2. Widyastuti Kembali/Para Pemohon Kasasi/
Para Pemohon Pailit;

1. Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali


- Mahkamah Agung RI, tanggal 14 Mei 1999, Nomor
05/PK/N/1999.
1.1. Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan peninjuan kembali para
pemohon : PT. Jawa Barat Indah;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga tanggal 13
Januari 1999, Nomor 27/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.
dan putusan Mahkamah Agung tanggal 9 Maret 1999,
Nomor 04 K/N/1999;
Menaadili sendiri :
- Menolak permohonan pailit dari para pemohon/para
kreditur;
- Dan seterusnya;
1.2. Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan ad. 1 dapat dibenarkan karena
Pengadilan Niaga yang keputusannya dikuatkan oleh

193
Majelis Hakim Kasasi telah melakukan kesalahan berat
dalam penerapan hukum, dalam hal ini penerapan Pasal 1
ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi
Undang-undang oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998, dengan pertimbangan bahwa "pengertian utang da­
lam pasal te rse b u t meliputi juga barang dan jasa disamp-
ing uang"
- bahwa penjelasan dari Pasal 1 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang yang ditetapkan
menjadi Undang-undang oleh Undang-undang Nomor 4
Tahun 1998 dengan tegas menyatakan bahwa "utang yang
tidak dibayar oleh debitur sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan ini adalah utang pokok atau bunganya";
- bahwa dengan digunakannya terminologi utang pokok
atau bunganya, jelas memberikan pembatasan bahwa
"utang" disini adalah dalam kaitan hubungan hukum pinjam
meminjam uang atau kewajiban (prestasi) untuk membayar
sejumlah uang sebagai salah satu bentuk khusus dari
berbagai bentuk perikatan ( verbintenis) pada umumnya
seperti jual beli, sewa menyewa, penitipan dan sebagai-
nya.
- bahwa hubungan hukum antara para pemohon pailit
dan termohon pailit adalah hubungan perikatan jual beli
apartemen yang dibangun oleh termohon pailit sebagai
penjual dan para pemohon pailit sebagai pembeli;
- bahwa termohon pailit berkewajiban menyerahkan
apartemen kepada para pemohon pailit dan sebaliknya
para pemohon pailit berkewajiban membayar harga
pembelian apartemen itu, yang manakala pihak penjual
tidak memenuhi kewajibannya, maka yang te rja d i adalah
tin dakan ingkar ja n ji (wanprestasi) yang dapat dijadikan
dasar gugatan di muka hakim perdata;

194
2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung RI, tanggal 9 M aret 1999, Nomor : 04K /N /


1999.
2 .1 . Am ar Putusan :
- Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : PT.
Jawa Barat Indah;
- Dan seterusnya;
2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan kasasi ad. 1 tidak dapat dibenar­
kan, karena Judex Factie tidak salah menerapkan hu­
kum, lagi pula Pengadilan Niaga tidak melampaui b atas
wewenangnya sebagaimana disebutkan dalam penjelasan
Pasal 280 ayat (1), dimana semua permohonan p e r­
nyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran
utang se rta perkara lain di bidang perniagaan sebagai­
mana dimaksud dalam ayat (2) hanya dapat diajukan
kepada Pengadilan Niaga.
Bahwa perjanjian jual beli sebagaimana didalilkan t e r ­
mohon termasuk ke dalam ruang lingkup perniagaan;
- bahwa Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tid a k
memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan utang,
namun menurut Majelis yang dimaksud dengan utang
adalah : "suatu hak yang dapat dinilai dengan sejumlah
uang terten tu , yang timbul karena perjanjian/perikatan
atau undang-undang, termasuk tidak hanya kewajiban
debitur untuk membayar, akan tetapi juga hak d a ri
kreditur menerima dan mengusahakan pembayaran";
- bahwa meskipun perjanjian yang terjadi antara t e r ­
mohon kasasi dan pemohon kasasi berupa perjanjian jual
beli antara konsumen dan produsen, namun dalam p e r ­
janjian jual beli berlaku azas hukum perjanjian pada
umumnya;

195
Perjanjian timbul karena adanya tindakan atau perbuat­
an hukum para pihak yang mengadakan perjanjian. Di
satu Pihak memperoleh hak dan di pihak lainnya mem­
punyai kewajiban untuk memenuhi prestasi. Pihak yang
berhak atas suatu prestasi berkedudukan sebagai kre­
ditur (.schuldeiser), sedangkan pihak lain yang wajib me­
menuhi prestasi berkedudukan sebagai debitur (schul-
deinar). Kedudukan termohon kasasi sebagai konsumen
dapat disebut kreditur, sedangkan kedudukan pemohon
kasasi sebagai produsen dapat disebut debitur;

3. Putusan : Pengadilan Niaga


- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tanggal
13 Januari 1999, Nomor '■27/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt. Pst.
3 . 1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan para pemohon;
- Menyatakan PT. Jawa Barat Indah pailit;
- Dan seterusnya;
3 . 2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa berdasarkan bukti surat P-9, pada dasarnya
debitur mengakui telah mempunyai utang pada pemohon 1
dan pemohon 2, utang mana telah jatuh tempo dan dapat
dibayar, berarti secara implisit debitur mengakui kewenang-
an Pengadilan Niaga;
- bahwa hubungan yang ada antara debitur dan kreditur
sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998, merupakan hubungan perikatan yaitu
ikatan dalam bidang hukum harta benda ( Vermogen Rechf)
antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berhak
atas suatu (kreditur) dan pihak lainnya berkewajiban
melaksanakannya (debitur), objeknya tertentu dan sub-
jeknyapun tertentu pula dimana jika pihak yang mempunyai
kewajiban itu tidak melaksanakan kewajibannya akan me­
nimbulkan apa yang disebut "utang" yaitu sesuatu yang di-
hutangkan oleh seseorang terhadap orang lain baik itu be­
rupa uang, barang maupun jasa;

196
PU TU SAN
N o. 05 P K /N /1 999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG M AHA E S A

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil keputusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri:
PT. JAWA BARAT INDAH, berkedudukan di Jalan Pluit
Raya Selatan 11, Jakarta Utara dalam hal ini diwakili oleh
kuasanya Gunawan Nanung, SH. dan Rekan, Advokat &
Pengacara beralamat di Jalan Daa Mogot 346-348 Jakarta
Barat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Januari
1999.
Sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu para T e r­
mohon Kasasi/Termohon Pailit/Debitur;

Melawan:

I. SUMENI, OMAR SANDJAYA, berkedudukan di Jalan


Rusun Pluit MD. 301, Jakarta Utara.
II. WIDAYASTUTI, berkedudukan di Jl. Ir. Sutami 111/31,
Giri Puro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Sebagai Para Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Para Termohon Kasasi/Para Kreditur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon K a­
sasi/Termohon Pailit/Debitur telah mengajukan permohonan Penin­
jauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
tanggal 9 Maret 1999 Nomor : 04 K/N/1998 yang telah berkekuatan
hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para Termohon Peninjauan
Kembali, dahulu sebagai Para Termohon Kasasi/Para Pemohon
Pailit/Kreditur dengan posita perkara sebagai berikut:

197
bahwa pada tahun 1995, Termohon yaitu sebuah perusahaan
Pengembang Perumahan dan Apartemen bermaksud membangun
satuan rumah susun di atas tanah dibawah Pengawasan Badan
Pengelolaan Lingkungan Pluit Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas
lebih kurang 22.000 M3 terletak dan dikenal sebagai Apartemen
Laguna Pluit, Pluit Timur Blok MM, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjar­
ingan, Jakarta Utara;
bahwa sebelum dimulai pembangunan, Termohon memasarkan
dan menawarkan kepada masyarakat termasuk kepada para Pemohon
untuk membeli satuan rumah susun dengan segala persyaratan dan
ketentuan yang ditetapkan oleh Termohon;
bahwa Para Pemohon sebelum menanda tangani Perjanjian
Pengikatan Jual Beli sesuai dengan ketentuan Termohon, telah menye­
tor pembayaran uang muka masing-masing sebesar Rp. 12.900.000,-
(dua belas juta sembilan ratus ribu rupiah) atau 20% dari harga jual
sebesar Rp. 64.900.000,- (enam puluh empat juta sembilan ratus ribu
rupiah) (Bukti P-1 dan P-2);
bahwa bulan Desember 1995 Para Pemohon dan Termohon
telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli, dimana ditentu­
kan Para Pemohon mencicil sisa pembayaran yang 80% selama 20
bulan, bunga 4% setiap bulan dan bulan Juni 1997 Para Pemohon te­
lah melunasi pembayaran masing-masing sebesar Rp. 64.900.000,-
(enam puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah) tanpa ada keter­
lambatan, dan total pembayaran seluruhnya Rp. 129.800.000,- (seratus
dua puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah);
bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Perjanjian Pengikatan
Jual Beli bulan Desember 1995, Termohon akan menyerahkan obyek
perjanjian selambatnya bulan Januari 1998;
bahwa sampai permohonan ini diajukan Termohon belum menye­
rahkan obyek perjanjian kepada Para Pemohon sebagai para Kreditur
yang mempunyai andil dan membiayai pembangunan Apartemen yang
dijanjikan Termohon selaku Debitur, disamping itu Termohon juga
mempunyai kewajiban yang sama terhadap 1715 kreditur lainnya (bukti
P-9);
bahwa sebelum mengajukan permohonan ini, Para Pemohon
telah mengajukan Somasi/Tegoran (bukti P-10 dan P-11), yang intinya
meminta agar Termohon memenuhi kewajibannya untuk membayar
ganti rugi Para Pemohon sebesar 1% setiap hari sesuai Pasal 9 Surat
Perjanjian, hal ini tidak mendapat tanggapan dari Termohon bahkan
dalam surat jawaban Termohon tanggal 14 Oktober 1998 (bukti P-9)

198
menyatakan tidak dapat memenuhi tuntutan ganti rugi dengan alasan
bukan merupakan kelalaian Termohon semata;
bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas jelas Termohon tidak
dapat lagi menjalankan usahanya dan tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban kepada Para Pemohon selaku kreditur, termasuk membayar
ganti rugi, maka cukup alasan Termohon untuk dinyatakan Pailit;
bahwa karena Termohon tidak lagi mampu memenuhi kewa­
jibannya kepada Para Pemohon untuk menyerahkan obyek Perjanjian
pada waktu yang ditentukan atau waktu jatuh tempo, maka pada saat
yang sama Termohon berkewajiban/berhutang untuk mengembalikan
semua dana yang telah disetorkan Para Pemohon berikut kerugian
yang diderita Para Pemohon selaku kreditur;
bahwa untuk menjamin pengembalian dana yang telah disetor
Para Pemohon kepada Termohon kiranya Pengadilan meletakkan Sita
Jaminan atas asset-asset dan atau barang-barang milik Termohon
seperti tersebut dalam permohonan;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pemohon,
mohon ke hadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat, kiranya berkenan mengabulkan permohonan Para Pemohon
dan selanjutnya memutuskan sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon seluruhnya;
- Menyatakan Termohon PT. Jawa Barat Indah dalam keadaan pailit
dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari Termohon PT. Jawa Barat Indah tersebut;
- Memerintahkan penyelesaian asset atau harta kekayaan milik T e r-
mohon untuk melunasi hutang Termohon kepada Para Pem o-
hon/Kreditur;
- Menghukum Termohon untuk membayar biaya yang terbit dari
perkara ini;
Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan seadil-
adilnya (ex Aequo et bono)\
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI tanggal
9 Maret 1999 No. 04 K/N/1999 yang telah berkekuatan hukum tetap
tersebut adalah sebagai berikut:

Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : PT. JAW A


BARAT INDAH tersebut;

199
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar semua biaya perkara,
baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah) dan dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah);
Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Niaga tertanggal
13 Januari 1999 No. 27/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon;
- Menyatakan PT. JAWA BARAT INDAH tersebut di atas Pailit;
- Menunjuk HIRMAN PURWANASUMA, SH. Hakim Pengadilan Niaga
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
- Mengangkat BHP DKI Jakarta Jalan MT. Haryono No. 24 Jakarta
Timur selaku Kurator;
- Menetapkan bahwa imbalan jasa dan biaya bagi Kurator BHP
Jakarta adalah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kehakiman RI No. M.02-UM.01.06 Tahun 1993 tanggal 28 Januari
1993;
Membebankan biaya perkara kepada Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung RI tanggal 9
Maret 1999 No. 04 K/N/1999 diberitahukan kepada Pemohon Kasasi/
Termohon Pailit/Debitur dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 18 Januari 1999 diajukan permohonan pe­
ninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga terse­
but pada tanggal 22 Maret 1999 permohonan mana disertai dengan
memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada tanggal 23 Maret 1999.
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
masing-masing pada tanggal 23 Maret 1999 dan 24 Maret 1999.
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998, yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 permohonan Peninjauan Kembali a
quo beserta alasan-alasannya yang telah diajukan dalam tenggang
waktu dan dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka
oleh karena itu format dapat diterima.;

200
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah
mengajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya
sebagai berikut:
1. Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam pene­
rapan hukum dengan menerima dan membenarkan begitu saja
pertimbangan keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
- Bahwa pertimbangan Mahkamah Agung mengenai keberatan
ad. 1 him. 11 merupakan kekeliruan berat dalam penerapan
hukum. Pertimbangan mana berbunyi : “.................... bahwa
perjanjian jual beli sebagaimana didalilkan Termohon termasuk
kedalam ruang lingkup perniagaan”. Penafsiran jual beli seba­
gaimana didalilkan Termohon adalah termasuk dalam ruang
lingkup perniagaan, adalah merupakan penafsiran secara umum
tanpa mempertimbangkan bahwa yang dimaksud dengan
kewenangan disini adalah dalam rangka memeriksa permo­
honan pernyataan pailit sehubungan dengan adanya hutang
piutang dalam arti hubungan hukum yang nyata-nyata adalah
hubungan antara Kreditur dan Debitur. Dalam perkara ini
hubungan hukum antara Pemohon dan Para Termohon (Ny.
Sumaini Omar Sandjaya dan Widyastuti) adalah hubungan
yang dilandasi dengan perikatan jual beli Satuan Rusun
Laguna, dimana kedua belah pihak harus memenuhi prestasi
masing-masing. Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi
prestasinya, maka terjadi wanprestasi dimana Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tidak berkompeten untuk memeriksa dan
memutuskannya. Sebagaimana Peradilan Khusus yang m em ­
punyai tugas memeriksa dan memutuskan masalah permo­
honan pernyataan kepailitan tentunya maksud dari Pasal-pasal
280 ayat (1) dan (2) mengatur tentang kewenangan yang
khusus pula yang berhubungan dengan penjelasan mengenai
maksud dan pengertian “Utang” sebagaimana yang dimaksud
dalam penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 T a ­
hun 1998. Dengan demikian Mahkamah Agung dan atau
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah keliru berat dalam p en e­
rapan hukum.
- Bahwa Mahkamah Agung telah salah berat dalam penerapan
hukum yang membenarkan pertimbangan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat yang telah keliru dalam menafsirkan utang s e ­
hingga telah mendudukkan Pemohon Peninjauan Kembali (P K )
sebagai Debitur dan Ny. Sumaini Omar Sandjaya serta W idyas­
tuti sebagai Kreditur sebagaimana pertimbangan mengenai k e ­

201
beratan halaman 11 (sebelas) mengenai keberatan ad. II, IV
dan V yang berbunyi sebagai berikut:
“Bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula berdasarkan
Pasal 1 Undang-undang No. 4 Tahun 1998, debitur dapat
dinyatakan Pailit apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. adanya utang;
2. utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
3. mempunyai kreditur minimal 2.
Bahwa Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak memberikan
penjelasan apa yang dimaksud dengan utang”
Pertimbangan tersebut sangat keliru mengingat dalam Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, dalam penjelasan atas Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Kepailitan
pasal demi pasal dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa
"utang yang tidak dibayar oleh Debitur sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan ini, adalah utang pokok atau bunganya”.
Pengertian utang pokok atau bunganya tentunya hutang dan
bunga yang timbul disebabkan karena adanya perjanjian utang
piutang ataupun surat pengakuan utang antara kedua belah
pihak. Penjelasan mengenai dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 oleh Mahkamah Agung
dikesampingkan begitu saja bahkan dianggap tidak ada, ke­
mudian ditafsirkan menurut pendapat sendiri yang bertentang­
an dengan Undang-undang yang ada adalah merupakan keke­
liruan berat dalam penerapan hukum.
Kesalahan berat penerapan hukum Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat telah dibenarkan oleh Mahkamah Agung dengan pertim­
bangan selanjutnya him. 12 yang berbunyi:
“bahwa meskipun perjanjian yang terjadi antara Termohon Ka­
sasi dengan Pemohon Kasasi berupa perjanjian jual beli antara
konsumen dengan produsen, namun dalam perjanjian jual beli
berlaku azas hukum perjanjian pada umumnya.
Selanjutnya menurut Mahkamah Agung : “yang dimaksud utang
adalah suatu hak yang dapat dinilai dengan sejumlah uang
tertentu, yang timbul karena Perjanjian/Perikatan atau undang-
undang, termaksud tidak hanya kewajiban Debitur untuk
menerima dan mengusahakan pembayaran”.
Pertimbangan di atas -SR- merupakan pertimbangan yang ti­
dak berpedoman dengan penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 sehingga Majelis terlalu meluaskan
tafsiran utang yang justru dalam Undang-undang No. 4 Tahun
1998 membatasi pengertian hutang seperti yang ditegaskan
dalam penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 T a ­
hun 1998. Kesalahan berat Pengadilan Niaga dalam penerapan
hukum telah dibenarkan oleh Mahkamah Agung dalam pertim­
bangan selanjutnya him. 12 yang berbunyi:
“bahwa meskipun perjanjian yang terjadi antara Termohon K a­
sasi dengan Pemohon Kasasi berupa perjanjian jual beli antara
konsumen dengan produsen, namun dalam perjanjian jual beli
berlaku azas hukum perjanjian pada umumnya. Perjanjian tim­
bul karena adanya tindakan atau perbuatan hukum para pihak
yang mengadakan perjanjian. Di satu pihak memperoleh hak
dan di pihak lainnya mempunyai kewajiban untuk memenuhi
prestasi. Pihak yang berhak atas suatu prestasi berkedudukan
sebagai kreditur (schuldeiser) sedangkan pihak lain yang wajib
memenuhi prestasi berkedudukan sebagai debitur (schul-
denaar)".
Pertimbangan di atas juga merupakan pertimbangan yang
memperluas penafsiran kedudukan Kreditur dan Debitur seba­
gaimana yang dimaksud di dalam Undang-undang No. 4 Tahun
1998, sehingga akan menimbulkan bermacam-macam penaf­
siran mengenai pengertian Kreditur dan Debitur yang pada
dasarnya dibatasi oleh Undang-undang Kepailitan itu sendiri
apabila dihubungkan dengan penafsiran utang secara benar.
Sifat khas dan khusus dibentuknya Pengadilan Niaga seharus­
nya tidak dikaburkan dengan penafsiran yang berpedoman
kepada azas hukum perjanjian pada umumnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan sifat khas dan khusus dari Pen­
gadilan Niaga. Penafsiran yang keliru di atas mengakibatkan ti­
dak jelasnya mana batas-batas kewenangan Peradilan Umum
dan mana pula batas-batas kewenangan Peradilan Niaga da­
lam memeriksa suatu perkara, sehingga akan menimbulkan ti­
dak adanya kepastian hukum sebagai pedoman para pencari
keadilan.
Bahwa maksud dan tujuan diadakannya Peradilan Niaga seba­
gai Pengadilan Komersial yang berada dibawah Peradilan
Umum bertugas memeriksa dan memutus perkara niaga yang
sifatnya khas dan oleh karenanya penafsiran hutang disini

203
adalah hubungan hukum antara Kreditur dan Debitur yang
khusus dilandasi dengan suatu perikatan Utang Piutang dalam
arti Utang Pokok atau bunganya sebagai yang dimaksud dalam
penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
Bahwa, mengenai pertimbangan keberatan ad. Ill yang ber­
bunyi : “bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena
Judex Factie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula men­
genai jatuh tempo Pemohon melaksanakan kewajibannya telah
ditetapkan dalam Pasal 8 (bukti 3) yaitu jatuh pada bulan Janu­
ari 1998.
Bahwa tepatnya jatuh tempo terjadi yaitu bulan Januari tahun
1998, yang pada waktu itu belum terjadi gejolak moneter dan
belum ada krisis ekonomi di Indonesia. Keadaan krisis ekonomi
baru terjadi bulan Mei 1998, itupun sifatnya sementara. Lagi
pula mengenai gejolak moneter merupakan resiko dari perda­
gangan.
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka terjadinya force
majeure yang dijadikan alasan oleh Pemohon Kasasi untuk
menyatakan bahwa utang belum jatuh tempo, adalah tidak be­
nar”.
Pertimbangan hukum di atas yang begitu saja sependapat dan
membenarkan pertimbangan Judex Factie -SR- merupakan ke­
salahan berat Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga dalam
penerapan hukum. Pengertian jatuh tempo mengenai hutang
piutang adalah tidak ada hubungannya dengan waktu penyerah­
an jual beli sebagaimana dimaksud dalam perjanjian jual beli
antara Pemohon dengan Para Termohon Ny. Sumaini Omar
Sandjaya dan Ny. Widyastuti, karena perjanjian Utang Piutang
dalam kaitannya dengan jatuh tempo memperhitungkan hutang
pokok dan bunganya. Sedangkan penyerahan rumah tidak ada
hubungan dengan masalah hutang pokok atau bunganya tetapi
mengingat masalah penyerahan barang/benda obyek perjan­
jian. Oleh karena itu penyerahan obyek perjanjian jual beli
sangat keliru apabila dikatagorikan sebagai jatuh tempo pem­
bayaran Utang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
Pertimbangan Mahkamah Agung yang berpendapat pada bulan
Januari 1998 belum terjadi gejolak moneter dan belum ada kri­
sis ekonomi serta berpendapat pula bahwa krisis ekonomi baru
terjadi bulan Mei 1998 adalah sangat keliru besar. Krisis
ekonomi dimulai pertengahan tahun 1997, tepatnya dimulai
bulan Juni 1997 dimana nilai Rupiah mulai terpuruk dan Dollar
Amerika beranjak naik dalam hari dan bulan berikutnya.
Berdasarkan uraian-uraian butir 1, 2, dan 3 di atas, maka
jelaslah baik Mahkamah Agung Republik Indonesia ataupun
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat -SR- telah salah berat dalam
penerapan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286
ayat (2) huruf (b).
2. Mengenai Novum :
Selain alasan-alasan Pasal 286 huruf b, Pemohon juga akan
mengajukan alasan mengenai huruf a tentang terdapatnya bukti-
bukti baru (NOVUM) sebagai berikut:
- Bahwa, sebagai Peradilan Negara Tertinggi -SR- Mahkamah
Agung Republik Indonesia ternyata telah memutus perkara
yang jelas kesamaannya tetapi saling berbeda dalam kepu-
tusannya sehingga mengakibatkan tidak adanya kepastian
hukum khususnya mengenai penerapan hukum Undang-
undang No. 4 Tahun 1998. Hal ini terbukti sebagaimana bukti
PK-1 yang merupakan putusan sengketa antara PT. Modern-
land Realty Ltd. Lawan Drs. Husein Sani dan Johan Subekti
sebagaimana putusan No. 03/K/N/1998. Didalam pertimbangan
hukum putusan a quo halaman 37 telah dipertimbangkan
dengan benar penafsiran utang yang dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998. Pertimbangan
mana yang berbeda dengan pertimbangan keputusan perkara
Nomor 04/K/N/1999, tertanggal 9 Maret 1999 khususnya
mengenai penafsiran Utang yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang No. 4 (Pertimbangan halaman 11) mengenai
keberatan ad. II, IV dan V. Lebih jelasnya pada halaman 37
pertimbangan termaksud berbunyi sebagai berikut:
.... “Sebab dengan telah dibentuknya Pengadilan Niaga seba­
gai peradilan yang khusus dalam perkara kepailitan dan yang
terpisah dari peradilan dalam perkara perdata pada umumnya,
maka kompetensi atau kewenangan absolut dari Pengadilan
Niaga pada waktu ini sebagaimana dicantumkan dalam Pasal
280 ayat (2) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 adalah m e­
meriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan p e ­
nundaan kewajiban pembayaran utang. Sedangkan dalam
perkara in casu, sepanjang mengenai masalah pemeriksan,
pembuktian dan pembatalan atau tidaknya suatu Perikatan Jual

205
beli antar Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi beserta
segala sanksi hukumnya akibat perbuatan wanprestasi oleh
salah satu pihak, pada hakekatnya termasuk dalam ruang ling­
kup kewenangan pemeriksaan Hakim Perdata di Pengadilan
Negeri, sehingga dalam kasus ini Hakim Pengadilan Niaga
(kepailitan) tidak dapat secara langsung otomatis dan sekaligus
menyimpulkan atau menyatakan dalam pertimbangan hukum­
nya bahwa Termohon Kepailitan harus dinyatakan mempunyai
utang kepada masing-masing para Pemohon Kepailitan” ....
Bandingkan dengan Keputusan Mahkamah Agung RI No. 03
K/N/1999 halaman 11 yang kami kutip sebagai berikut:
.... "Lagi pula Pengadilan Niaga tidak melampaui batas
kewenangannya sebagaimana disebutkan dalam penjelasan
Pasal 280 ayat (1), dimana semua permohonan pernyataan
pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta
perkara lain di bidang perniagaan dimaksud dalam ayat (2)
hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. Bahwa per­
janjian jual beli sebagaimana didalilkan Termohon termasuk ke
dalam ruang lingkup perniagaan”....
Bahwa P K-2 s/d P K-5 merupakan surat bukti baru yang
menunjukkan bahwa para Pemohon pernyataan pailit Sumaini
Omar Sandjaya dan Widyastuti adalah tidak mewakili para
konsumen lain yang tidak menghendaki adanya permohonan
kepailitan dan atau dipailitkannya PT. Jawa Barat Indah.
Mereka menyadari bahwa kepailitan tidak menyelesaikan
masalah dan sangat merugikan konsumen-konsumen lain yang
berkepentingan untuk memiliki unit Rusun Laguna dalam arti
menghendaki kelanjutan dari pembangunan rusun Laguna,
karena pailit hanya akan mendudukkan konsumen-konsumen
lain sebagai Kreditur konkuren yang tentunya akan kalah ber­
saing dengan Debitur Preferen.
Bahwa, P K-6 s/d P K-8 merupakan surat-surat bukti dari be­
berapa pihak kreditur yang betul-betul sebagai Kreditur prefe­
ren, belum lagi terhitung Bank Central Asia dan Bank Interna­
sional Indonesia yaitu pihak PT. Sinar Mas Multifinance dan
PT. Pembangunan Pluit Jaya. Pihak Kreditur dalam arti Kreditur
Preferen saja tidak menghendaki kepailitan terhadap PT. Jawa
Barat Indah sebagaimana penyataannya dengan alasan-alasan
yang jelas dan bijaksana. Para kreditur preferen menyadari
bahwa maksud apapun tujuan diadakannya Undang-undang
Kepailitan sebagaimana tersurat dengan jelas di dalam konsi-
deran Undang-undang No. 4 Tahun 1998 huruf 3 dan huruf f
telah dicantumkan bahwa pertimbangan untuk diadakannya
penyempurnaan peraturan kepailitan dalam mengatasi gejolak
moneter beserta akibatnya yang berat terhadap perekonomian
saat ini adalah menyelesaikan utang piutang perusahaan, yang
juga sangat diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
dan kehidupan perekonomian pada umumnya. Dengan adanya
kepailitan terhadap Pemohon Peninjauan Kembali (PT. Jawa
Barat Indah) tentunya tidak sesuai dengan program Pemerintah
dalam rangka merehabilitasi perekonomian nasional karena
kepailitan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Undang-
undang Kepailitan justru berakibat fatal dan berdampak negatif
karena akan memperburuk situasi perekonomian nasional
disebabkan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang
pasti akan terjadi PHK, macetnya dunia usaha dan lain seba-
gainya yang tidak membantu program dan tujuan diadakannya
Undang-undang Kepailitan.

Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­


bangkan alasan-alasan peninjauan kembali dari Pemohon sebagai
berikut:

Mengenai keberatan ad. 1 :


Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena Pengadilan Niaga
yang keputusannya dikuatkan oleh Majelis Hakim Kasasi telah melaku­
kan kesalahan berat dalam penerapan hukum, dalam hal ini penerapan
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.
1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang oleh
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dengan pertimbangan bahwa
“Pengertian Utang dalam pasal tersebut meliputi juga barang dan jasa
disamping uang’’;
Bahwa penjelasan dari Pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah Peng­
ganti Undang-undang yang ditetapkan menjadi Undang-undang oleh
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tegas menyatakan bahwa “Utang
yang tidak dibayar oleh debitur sebagaimana dimaksud dalam keten­
tuan ini adalah Utang pokok atau bunganya”;
Bahwa dengan digunakannya terminologi utang pokok dan
bunganya, jelas memberikan pembatasan bahwa “Utang” disini adalah
dalam kaitan hubungan hukum pinjam meminjam uang atau kewajiban
(prestasi) untuk membayar sejumlah uang sebagai salah satu bentuk
umumnya seperti jual beli, sewa menyewa, penitipan dan sebagainya;

207
Bahwa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang oleh
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 adalah merupakan langkah pe­
nyempurnaan dari Undang-undang Kepailitan yang lama (faillisement
vorrordening), Stb. 1905 No. 217 jp Stb. 1906 No. 348) yang menjadi
landasan bagi upaya penyelesaian Utang-piutang yang diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha yang berkembang cepat dan
luas dengan dibentuknya Pengadilan Niaga sebagai peradilan khusus,
dengan kewenangan yang khusus pula;
Bahwa hubungan hukum yang ada antara para Pemohon Pailit
dengan Termohon Pailit dalam perkara ini adalah hubungan perikatan
jual beli apartemen yang dibangun oleh Termohon Pailit sebagai pen­
jual dan Para Pemohon Pailit sebagai para pembeli;
Bahwa walaupun hubungan hukum diantara pembeli dan penjual
menciptakan juga hubungan hutang-piutang (hubungan debitur dan
kreditur) dalam arti bahwa Termohon Pailit berkewajiban menyerahkan
apartemen kepada Para Pemohon Pailit dan sebaliknya Para Pemohon
Pailit berkewajiban membayar harga pembelian apartemen itu, yang
manakala pihak penjual tidak memenuhi kewajibannya, maka yang
terjadi adalah tindakan ingkar janji (wanprestasi) yang dapat dijadikan
dasar gugatan di muka Hakim Perdata;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan atas alasan
pada ad. 1 tersebut di atas tanpa mempertimbangkan alasan Penin­
jauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PT. Jawa Barat Indah ter­
sebut dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga tanggal 13 Januari
1999 No. 27/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. dan putusan Mahkamah
Agung tanggal 9 Maret 1999 No. 04 K/N/1999 serta Mahkamah Agung
mengadili kembali perkara ini dengan amar seperti yang akan disebut­
kan di bawah in i:
Menimbang, bahwa oleh karena para Termohon Peninjauan
Kembali sebagai pihak yang kalah, harus membayar semua biaya
perkara, baik yang jatuh dalam pengadilan tingkat pertama, tingkat ka­
sasi maupun yang jatuh dalam peninjauan kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang yang ditetapkan menjadi Undang-undang
oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998 serta Undang-undang lain
yang bersangkutan;

208
ME N G A D I L I

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon


PT. Jawa Barat Indah tersebut;
Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga tanggal 13 Januari
1999 No. 27/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. dan Putusan Mahkamah
Agung tanggal 9 Maret 1999 No. 04 K/N/1999.

M ENGADILI KEMBALI
Menolak permohonan Pailit dari Para Pemohon/Para Kreditur;
Menghukum Para Termohon Peninjauan Kembali untuk mem­
bayar semua biaya perkara, baik yang jatuh dalam peradilan tingkat
pertama, sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), tingkat kasasi s e ­
besar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) maupun dalam peninjauan
kembali sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada h a ri: Jumat tanggal 14 Mei 1999, dengan SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH. Ketua
Muda Mahkamah Agung dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil
Ketua Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan diucap­
kan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Sidang tersebut dengan dihadiri H. ZAKIR, SH. dan Th. KETUT
SURAPUTRA, SH. Hakim-Hakim Anggota, Ny. ANDRIANI NURDIN,
SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak;

Hakim-Hakim Anggota: K e t u a ,

ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA. SH.

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

209
Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya perkara :
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. R edaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Jum lah............................................. Rp. 2.500.000,-

210
PUTUSAN
N o. 04 K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat Kasasi telah mengambil kepu-


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari:
PT. JAWA BARAT INDAH, berkedudukan di Jalan Pluit
Raya Selatan 11, Jakarta Utara dalam hal ini memberi
kuasa kepada Gunawam Nanung, SH. dan Rekan, Advo­
kat & Pengacara beralamat di Jalan Daan Mogot 346-348
Jakarta Barat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal
18 Januari 1999 Sebagai Pemohon Kasasi dahulu para
Termohon/Debitur;

Mel awan:

I. SUMENI, OMAR SANDJAYA, berkedudukan di Jalan


Rusun Pluit MD. 301, Jakarta Utara.
II. WIDAYASTUTI, berkedudukan di Jl. Ir. Sutami IH/3T,
Giri Puro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Keduanya dalam hal ini memberi kuasa kepada
Marlianus Rusli, SH. dan Metiawati, SH. Pengacara
dan Konsultan Hukum Tigana, beralamat di Gedung
Lina lantai 5 No. 503 B Jalan H.R. Rasuna Said Kav.
B-7 Jakarta Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 27 Januari 1999, sebagai Termohon Kasasi I
dan ll/Para Termohon/Para Kreditur;

Mahkamah Agung tersebut; >


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa sekarang Temohon Kasasi I dan II sebagai Para Pemohon telah
mengajukan permohonan pailit di muka Persidang Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat, pada pokoknya atas dalil-dalil:

211
bahwa pada tahun 1995, Termohon yaitu sebuah perusahaan
Pengembang Perumahan dan Apartemen bermaksud membangun
satuan rumah susun di atas tanah dibawah Pengawasan Badan
Pengelolaan Lingkungan Pluit Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas
lebih kurang 22.000 M2 terletak dan dikenal sebagai Apartemen
Laguna Pluit, Pluit Timur Blok MM, Kelurahan Pluit, Kecamatan Pen­
jaringan, Jakarta Utara;
bahwa sebelum dimulai pembangunan, Termohon memasarkan
dan menawarkan kepada masyarakat termasuk kepada para Pemohon
untuk membeli satuan rumah susun dengan segala persyaratan dan
ketentuan yang ditetapkan oleh Termohon;
bahwa Para Pemohon sebelum menanda tangani Perjanjian
Pengikatan Jual Beli sesuai dengan ketentuan Termohon, telah menye­
tor pembayaran uang muka masing-masing sebesar Rp. 12.900.000,-
(dua belas juta sembilan ratus ribu rupiah) atau 20% dari harga jual
sebesar Rp. 64.900.000,- (enam puluh empat juta sembilan ratus ribu
rupiah) (bukti P-1 dan P-2);
bahwa bulan Desember 1995 Para Pemohon dan Termohon
telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli, dimana ditentu­
kan Para Pemohon mencicil sisa pembayaran yang 80% selama 20
bulan, bunga 4% setiap bulan dan bulan Juni 1997 Para Pemohon te­
lah melunasi pembayaran masing-masing sebesar Rp. 64.900.000,-
(enam puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah) tanpa ada keter­
lambatan, dan total pembayaran seluruhnya Rp. 129.800.000,- (seratus
dua puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah);
bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Perjanjian Pengikatan
Jual Beli bulan Desember 1995, Termohon akan menyerahkan obyek
perjanjian selambatnya bulan Januari 1998;
bahwa sampai permohonan ini diajukan Termohon belum me­
nyerahkan obyek perjanjian kepada Para Pemohon sebagai para
Kreditur yang mempunyai andil dan membiayai pembangunan Aparte­
men yang dijanjikan Termohon selaku Debitur, disamping itu Termohon
juga mempunyai kewajiban yang sama terhadap 1715 kreditur lainnya
(bukti P-9);
bahwa sebelum mengajukan permohonan ini, Para Pemohon
telah mengajukan Somasi/Tegoran (bukti P-10 dan P-11), yang intinya
meminta agar Termohon memenuhi kewajibannya untuk membayar
ganti rugi Para Pemohon sebesar 1% setiap hari sesuai Pasal 9 Surat
Perjanjian, hal ini tidak mendapat tanggapan dari Termohon bahkan
dalam surat jawaban Termohon tanggal 14 Oktober 1998 (bukti P-9)

212
menyatakan tidak dapat memenuhi tuntutan ganti rugi dengan alasan
bukan merupakan kelalaian Termohon semata;
bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas jelas Termohon tidak
dapat lagi menjalankan usahanya dan tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban kepada Para Pemohon selaku kreditur, termasuk membayar
ganti rugi, maka cukup alasan Termohon untuk dinyatakan Pailit;
bahwa karena Termohon tidak lagi mampu memenuhi kewa­
jibannya kepada Para Pemohon untuk menyerahkan obyek Perjanjian
pada waktu yang ditentukan atau waktu jatuh tempo, maka pada saat
yang sama Termohon berkewajiban/berhutang untuk mengembalikan
semua dana yang telah disetorkan Para Pemohon berikut kerugian
yang diderita Para Pemohon selaku kreditur;
bahwa untuk menjamin pengembalian dana yang telah disetor
Para Pemohon kepada Termohon kiranya Pengadilan meletakkan Sita
Jaminan atas asset-asset dan atau barang-barang milik Termohon
seperti tersebut dalam permohonan;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pemohon,
mohon ke hadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat, kiranya berkenan mengabulkan permohonan Para Pemohon
dan selanjutnya memutuskan sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon seluruhnya;
- Menyatakan Termohon PT. Jawa Barat Indah dalam keadaan pailit
dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari Termohon PT. Jawa Barat Indah tersebut;
- Memerintahkan penyelesaian asset atau harta kekayaan milik T er­
mohon untuk melunasi hutang Termohon kepada Para Pemo-
hon/Kreditur;
- Menghukum Termohon untuk membayar biaya yang terbit dari
perkara ini;
Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan seadil-
adilnya (ex Aequo et bond)',
bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 13
Januari 1999 No. 27/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya ber­
bunyi sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon;
- Menyatakan PT. JAWA BARAT INDAH tersebut di atas Pailit;

213
- Menunjuk HIRMAN PURWANASUMA, SH. Hakim Pengadilan Niaga
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
- Mengangkat BHP DKI Jakarta Jalan MT. Haryono No. 24 Jakarta
Timur selaku Kurator;
- Menetapkan bahwa imbalan jasa dan biaya bagi Kurator BHP Jakarta
adalah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kehakiman
RI No. M.02-UM.01.06 Tahun 1993 tanggal 28 Januari 1993;
Membebankan biaya perkara kepada Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­
but diberitahukan kepada Termohon pada tanggal 13 Januari 1999
kemudian terhadapnya oleh Termohon dengan perantara kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Januari 1999 diajukan
permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal 18 Januari 1999 se­
bagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 01/KAS/PAILIT/
1999/PN.NIAGA/JKT.PST. jo No. 27/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.
yang dibuat oleh Panitera Perkara Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
permohonan mana kemudian disusul oleh memori kasasi yang memuat
alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat tanggal 18 Januari 1999 hari itu juga;
bahwa setelah itu oleh Para Termohon Kasasi dahulu Para
Pemohon/Para Kreditur yang pada tanggal 21 Januari 1999 telah di­
sampaikan salinan permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari
Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 29 Januari
1999;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada lawan dengan seksama diajukan
dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam Undang-
undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formil dapat
diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah :
1. Bahwa Pengadilan Niaga telah melampaui batas wewenangnya
karena Pengadilan Niaga dalam putusan halaman 7 telah mem­
berikan pertimbangan dengan menunjuk bukti P-1 sampai dengan
P-9 yang mana telah masuk kedalam masalah pemeriksaan pem­
buktian dan pembatalan atau tidaknya suatu perikatan jual beli

214
antara Pemohon Kasasi dengan Para Termohon Kasasi sehubung­
an dengan masalah wanprestasi. Bahwa Pengadilan Niaga
dibentuk sebagai peradilan yang khusus untuk menangani perkara
kepailitan sehingga kompetensi absolut dari Pengadilan Niaga
(Pasal 280 ayat (2) Undang-undang No. 4 Tahun 1998).
Bahwa dengan adanya pemeriksaan masalah pembuktian yang
berkaitan dengan pembatalan suatu perjanjian yang menyangkut
masalah wanprestasi antara Para Termohon Kasasi dengan
Pemohon Kasasi di atas, maka Pengadilan Niaga telah melampaui
batas kewenangan karena masalah wanprestasi adalah meru­
pakan kompetensi Pengadilan Negeri;
2. Bahwa pertimbangan hukum halaman 8 putusan Pengadilan Niaga
salah dalam menerapkan hukum dan menentukan obyek perkara
kepailitan karena menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 serta penjelasannya menegaskan adanya hubungan
hukum utang, dimana pengertian utang disini adalah mengenai
utang pokok dan bunga. Sedangkan hubungan hukum yang terjadi
antara Para Termohon Kasasi dengan Pemohon Kasasi dalam
perkara ini adalah hubungan hukum pengikatan jual beli. Bukti-
bukti tersebut merupakan bukti hubungan hukum berupa perikatan
antara produsen dan konsumennya, sehingga keliru diartikan se­
bagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur dalam arti
utang piutang;
3. Bahwa pertimbangan hukum halaman 8-9 putusan Pengadilan
Niaga tidak berdasarkan dan telah mencampur adukan antara
jatuh tempo dengan waktu penyerahan perikatan perjanjian jual
beli. Bahwa hubungan hukum yang terjadi antara Para Termohon
Kasasi dengan Pemohon Kasasi terbatas mengenai hukum jual
beli tidak termasuk dan tidak dapat dikategorikan sebagai utang
piutang telah jatuh tempo, sehingga dapat ditagih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun
1998. Bahwa syarat jatuh tempo tidak dapat begitu saja disimpul­
kan dengan hanya mendalilkan Pemohon Kasasi belum melak­
sanakan kewajibannya sebagai disyaratkan pada Pasal 8 perjan­
jian pengikatan jual beli
Pasal 8 tersebut menyebutkan : “dengan ketentuan tidak terjadi­
nya force majeure (keadaan terpaksa seperti terjadi huru-hara, tin­
dakan politik, gempa bumi, banjir, kebakaran dan kejadian lain di-
luar kemampuan para pihak”.

215
Disini terjadi perbedaan pendapat antara Para Termohon Kasasi
dengan Pemohon Kasasi mengenai apakah betul telah terjadi
force majeure dalam kaitannya dengan keadaan terpaksa, tindak­
an politik serta kejadian lain diluar kemampuan. Hal ini perlu di­
buktikan lebih dahulu di Pengadilan Perdata yaitu Pengadilan
Negeri.
Jadi tidak dikabulkannya tuntutan Para Termohon Kasasi adalah
semata belum adanya kepastian mengenai adanya force majeure
dan dinyatakan wanprestasi atau tidaknya Pemohon Kasasi, bu­
kan diartikan sebagai utang telah jatuh tempo;
4. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Niaga begitu saja menyimpulkan
bahwa Para Termohon Kasasi sudah identik dan dianggap seba­
gai para kreditur.
Penempatan status kreditur bagi Para Termohon Kasasi oleh
Pengadilan Niaga didasarkan atas : Para Termohon Kasasi adalah
sebagai pembeli satuan rumah susun dengan cara angsuran
adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Pembayaran telah lunas
dan adanya surat dari PT. Jawa Barat Indah/Pemohon Kasasi
(bukti P-9)
Pengadilan Niaga menganggap bahwa hubungan antara Pemohon
Kasasi sebagai pengembang dengan Para Termohon Kasasi se­
bagai konsumen yang dituangkan dalam surat perjanjian adalah
hubungan hukum antara kreditur dan debitur.
Karena Pemohon Kasasi tidak dapat menyerahkan satuan unit
rumah yang telah jatuh waktu dan tidak mau mengganti rugi, maka
Pengadilan Niaga menyatakan Para Termohon Kasasi selaku
kreditur. Bahwa menurut penjelasan Undang-undang Kepailitan
bahwa kepailitan harus berkaitan dengan kreditur dan debitur yang
harus terikat dengan Perjanjian Pinjam meminjam atau utang piu­
tang. Sedangkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli tidak berkaitan
dengan kepailitan. Dengan ini Pengadilan. Niaga telah salah
menerapkan hukum dan salah menginterprestasikan status Para
Termohon Kasasi yang dikategorikan dan disimpulkan sebagai
kreditur;
5. Bahwa Pengadilan Niaga tidak memberikan pertimbangan yang
cukup dalam meutus perkara ini. Hal ini dapat dilihat dari pertim­
bangan mengenai pengertian utang, kreditur, debitur dan penger­
tian jatuh tempo pembayaran.
Pertimbangan mengetahui utang sama sekali tidak dijumpai dalam
putusan a quo, sehingga kesannya hanya pendapat dan kesimpul-

216
an Hakim tanpa dasar. Begitu juga pertimbangan yang lain, s e ­
hingga menerbitkan suatu putusan yang keliru dan kerugian
Pemohon Kasasi;

Menimbang :

Mengenai keberatan ad. I :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum, lagi pula Pengadilan Niaga tidak
melampaui batas wewenangnya sebagaimana disebutkan dalam pen­
jelasan Pasal 280 ayat (1), dimana semua permohonan pernyataan
pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta perkara lain
di bidang perniagaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya
dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. Bahwa perjanjian jual beli
sebagaimana didalilkan Termohon termasuk ke dalam ruang lingkup
perniagaan.

Mengenai keberatan ad. II, IV dan V :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie
tidak salah menerapkan hukum, lagi pula berdasarkan Pasal 1 undang-
undang No. 4 Tahun 1998, debitur dapat dinyatakan pailit apabila m e ­
menuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. adanya utang;
2. utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
3. mempunyai kreditur minimal 2.

Bahwa Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak memberikan


penjelasan apa yang dimaksud dengan utang, namun menurut Majelis
yang dimaksud dengan utang adalah : “suatu hak yang dapat dinilai
dengan sejumlah uang tertentu, yang timbul karena perjanjian/perikat-
an atau undang-undang, termasuk tidak hanya kewajiban debitur untuk
membayar, akan tetapi juga hak dari kreditur menerima dan mengusa­
hakan pembayaran”.

bahwa meskipun perjanjian yang terjadi antara Termohon Kasasi


dengan Pemohon Kasasi berupa perjanjian jual beli antara konsumen
dengan produsen, namun dalam perjanjian jual beli berlaku azas hu­
kum perjanjian pada umumnya.

Perjanjian timbul karena adanya tindakan atau perbuatan hukum para


pihak yang mengadakan perjanjian. Di satu pihak memperoleh hak dan
di pihak lainnya mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi. Pihak

217
yang berhak atas suatu prestasi berkedudukan sebagai kreditur
(.schuldeiser) sedangkan pihak lain yang wajib memenuhi prestasi
berkedudukan sebagai debitur (schuldenaar)".
bahwa dengan demikian maka kedudukan Termohon Kasasi
sebagai konsumen dapat disebut Kreditur sedangkan kedudukan
Pemohon Kasasi sebagai produsen dapat disebut Debitur.

Mengenai keberatan ad. I l l :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie
tidak salah menerapkan hukum, lagi pula mengenai jatuh tempo
Pemohon melaksanakan kewajibannya telah ditetapkan dalam Pasal 8
(bukti 3) yaitu jatuh pada bulan Januari 1998.
bahwa tepatnya jatuh tempo terjadi yaitu bulan Januari tahun
1998, yang pada waktu itu belum terjadi gejolak moneter dan belum
ada krisis ekonomi di Indonesia. Keadaan krisis ekonomi baru terjadi
bulan Mei 1998, itupun sifatnya sementara. Lagi pula mengenai gejolak
moneter merupakan resiko dari perdagangan.
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka terjadinya Force
majeure yang dijadikan alasan oleh Pemohon Kasasi untuk menyata­
kan bahwa utang belum jatuh tempo, adalah tidak benar.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
lagipula dari sebab tidak ternyata bahwa putusan Judex Factie dalam
perkara ini bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang,
maka permohonan kasasi : PT. JAWA BARAT INDAH tersebut harus
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi di pihak yang
dikalahkan, harus membayar semua biaya perkara baik yang jatuh da­
lam Pengadilan Niaga, maupun yang jatuh dalam tingkat kasasi;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 4 Tahun 1985 dan Undang-undang No. 4
Tahun 1998/Perpu No. 1 Tahun 1998 serta Undang-undang yang ber­
sangkutan;

MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. JAWA
BARAT INDAH tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar semua biaya
perkara, baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,-

218
(lima juta rupiah) dan dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah)

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari: Rabu, tanggal 3 Maret 1999, dengan J. DJOHANSJAH,
SH. yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai ketua Sidang,
SOEKIRNO, SH. dan Ny. Hj. MARNIS KAHAR, SH. sebagai Hakim-
Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
pada hari Selasa, tanggal 9 Maret 1999 oleh Ketua Sidang tersebut
dengan dihadiri SOEKIRNO, SH. dan Ny. Hj. MARNIS KAHAR, SH.
dan RAHMI MULYATI, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri
oleh kedua belah pihak;

Hakim-Hakim Anggota: K etua,


ttd. ttd.

SOEKIRNO. SH. J. DJOHANSJAH. SH.

ttd.

NY. Hi. MARNIS KAHAR. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

RAHMI MULYATI. SH.

Biava-biava perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 1.997.000.-
Jum lah........................................ Rp. 2.000.000,-

219
PUTU SAN
N om or :27/P A !LIT/1998/P N .N IA G A /JK T.P S T.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat yang memeriksa dan mengadili permohonan pernyataan Pailit
pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusannya sebagai berikut
dalam perkara permohonan pernyataan Pailit dari:
SUMENI, OMAR SAN DJAYA, berkedudukan di Jalan Rusun Pluit MD.
301, Jakarta Utara.
WIDAYASTUTI, berkedudukan di Jl. Ir. Sutami 111/31,
Giri Puro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Yang dalam hal ini diwakili oleh kuasa
hukumnya MUHAMMAD NUR, SH.,
MARLIANUS RUSLI, SH., METIAWATI,
SH. dan MUGI HASTUTI, SH. dari Kan­
tor Pengacara dan Konsultan Hukum
TIGANA, beralamat di Gedung Lina
lantai 5 No. 503 B Jl. H.R. Rasuna Said
Kav. B-7, Jakarta Selatan 1290, ber­
dasarkan Surat Kuasa Khusus : 1. dari
Pemohon I No. 038/SK/PK/TGN/XII/98
tertanggal 1 Desember 1998, 2. Dari
Pemohon II No. 039/SK/PK/TGN/XII/98
tertanggal 1 Desember 1998 yang se­
lanjutnya disebut sebagai Para Pemo­
hon (Para Kreditur);

Yang memohon pernyataan pailit terhadap

PT. JAWA BARAT INDAH, berkedudukan di Jalan Pluit Raya Sela­


tan 11, Jakarta Utara diwakili oleh
kuasa Hukumnya GUNAWAN NANUNG,
SH. dan REKAN, berkantor di Jalan
Daan Mogot 346-348 Jakarta Barat,
berdasarkan Surat Kuasa tanggal 07
Januari 1999 selanjutnya disebut seba­
gai Debitur;

220
- Telah membaca permohonan Para Pemohon;
- Telah mendengar Para Pemohon dan Debitur;
- Telah membaca dan memperhatikan Surat-surat bukti dan
surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara ini;

TENTANG DUDUK PERKARANYA


Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan surat perkaranya
tertanggal 8 Desember 1998 yang ditandatangani oleh kuasa hukum­
nya tersebut, perkara mana telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat di bawah Nomor Register Perkara : 27/Pailit/1998/
PN.NIAGA/JKT.PST. tanggal 22 Desember 1998, mengemukakan
permohonannya yang berisi hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa pada tahun 1995, TERMOHON yaitu sebuah perusahaan
Pengembang Perumahan dan Apartemen bermaksud membangun
satuan rumah susun di atas tanah dibawah Pengawasan Badan
Pengelolaan Lingkungan Pluit Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
seluas ± 22.000 M2 terletak dan dikenal sebagai Apartemen
LAGUNA PLUIT, Pluit Timur Blok MM, Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara;
2. Bahwa sebelum Apartemen ini dimulai pembangunannya, T E R ­
MOHON memasarkan dan menawarkan kepada masyarakat ter­
masuk kepada para Pemohon untuk membeli Satuan Rumah
Susun dengan segala persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan
oleh TERMOHON sebagai pengembang, yang pada akhirnya
PARA PEMOHON berminat untuk membelinya;
3. bahwa sesuai dengan ketentuan TERMOHON, PARA PEMOHON
sebelum menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli telah
menyetor pembayaran uang muka masing-masing sebesar
Rp. 12.900.000,- (dua belas juta sembilan ratus ribu rupiah) atau
20% dari harga jual sebesar Rp. 64.900.000,- (enam puluh empat
juta sembilan ratus ribu rupiah) (bukti P-1 dan P-2);
4. Bahwa kemudian pada bulan Desember 1995 PARA PEMOHON
dan TERMOHON telah menandatangani Perjanjian Pengikatan
Jual Beli, dimana ditentukan PARA PEMOHON akan mencicil sisa
pembayaran yang 80% selama 20 bulan, bunga 4% (empat per­
sen) setiap bulan, dan akhirnya pada bulan Juni 1997 PARA
PEMOHON telah melunasi pembayaran SUMEINI OMAR SA N -
DJAYA sebesar Rp. 64.900.000,- (enam puluh empat juta sembi­
lan ratus ribu rupiah) dan WIDYASTUTI sebesar Rp. 64.900.000,-

221
(enam puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah) tanpa ada
keterlambatan sam a sekali, total pembayaran seluruhnya
Rp. 129.800.000,- (seratus dua puluh sembilan juta delapan ratus
ribu rupiah) (Bukti P-5, P-6, P-7 dan P-8);
5. Bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Perjanjian Pengikatan Jual
Beli bulan Desember 1995, TERMOHON akan menyerahkan
obyek perjanjian selambatnya bulan Januari 1998;
6. Bahwa akan tetapi sampai Permohonan ini diajukan belum ada
tanda-tanda TERMOHON menyerahkan Obyek Perjanjian kepada
PARA PEMOHON sebagai Para Kreditur yang telah mempunyai
andil dalam membiayai pembangunan Apartemen yang dijanjikan
TERMOHON selaku Debitur dan TERMOHON juga mempunyai
kewajiban yang sama terhadap 1715 kreditur lainnya sebagai­
mana dinyatakan oleh TERMOHON dalam suratnya kepada
PEMOHON tanggal 14 Oktober 1998 yang belum dapat direali­
sasikan sampai saat ini; (bukti P-9);
7. Bahwa sebelum Para Pemohon mengajukan Permohonan ini ke
hadapan Pengadilan Niaga, PEMOHON sebelumnya telah me­
nyampaikan Somasi/Teguran masing-masing melalui surat:
- Surat No. 031/TGN/X/98 tanggal 14 Oktober 1998
- Surat No. 035/TGN/XI/98 tanggal 14 November 1998
(Bukti P-10 dan P-11)
8. Bahwa terhadap kedua Somasi/Teguran PEMOHON di atas yang
pada intinya meminta agar TERMOHON dapat memenuhi kewa­
jibannya untuk membayar Ganti Rugi kepada PEMOHON sebesar
1%o (satu permil) setiap hari sesuai dengan Pasal 9 Surat Perjan­
jian Pengikatan Jual Beli, sama sekali tidak mendapatkan tanggap­
an yang memadai dari Pihak TERMOHON, dan bahkan dalam su­
rat Jawaban No. 265/JBI/Srt/XI/98 tanggal 14 Oktober 1998 TER­
MOHON dengan tegas menyatakan Tidak dapat memenuhi tun­
tutan ganti rugi tersebut dengan alasan bukan merupakan kela­
laian TERMOHON semata; (vide Bukti P. No. 9)
9. Bahwa berdasarkan alasan-alasan terurai di atas jelas dan nyata-
nyata bahwa TERMOHON tidak dapat lagi menjalankan usahanya
dan tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
PARA PEMOHON selaku Kreditur, termasuk untuk membayar
ganti rugi sebesar 1%o (satu permil) per hari pun TERMOHON su­
dah tidak sanggup, maka sangat cukup alasan menurut Hukum
bagi TERMOHON untuk dinyatakan dalam keadaan Pailit;

222
10. Bahwa karena TERMOHON tidak lagi mampu memenuhi kewa­
jibannya kepada PARA PEMOHON untuk menyerahkan obyek
Perjanjian pada waktu yang ditentukan atau waktu jatuh tempo,
maka pada saat yang sama TERMOHON berkewajiban/berhutang
untuk mengembalikan semua dana yang telah disetorkan PARA
PEMOHON berikut kerugian yang diderita PARA PEMOHON se­
laku Para Kreditur;
11. Bahwa untuk pengembalian dana yang telah disetor PARA
PEMOHON kepada TERMOHON beserta kerugian PARA PEM O­
HON tersebut sekiranya Pengadilan berkenan meletakkan Sita
Jaminan atas asset-asset dan/atau barang-barang milik TER M O ­
HON antara lain berupa :
- Sebidang tanah dibawah Pengawasan Badan Pengelolaan
Lingkungan Pluit DKI Jakarta seluas ± 22.000 M2, setempat
dikenal dengan Apartemen LAGUNA PLUIT, Pluit Timur Blok
MM, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara;
- Sebidang tanah beserta Bangunan yang berada di atasnya,
yang terletak di dan setempat dikenal umum dengan Jalan Blok
X No. 33 Kelurahan Muara Karang, Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara;
Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PEMOHON, mohon
ke hadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, ki­
ranya berkenan mengabulkan permohonan PARA PEMOHON dan s e ­
lanjutnya memutuskan sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan PARA PEMOHON seluruhnya;
- Menyatakan TERMOHON PT. JAWA BARAT INDAH dalam keada­
an pailit dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari TERMOHON PT. JAWA BARAT INDAH tersebut;
- Memerintahkan penyelesaian asset atau harta kekayaan milik
TERMOHON untuk melunasi hutang TERMOHON kepada PARA
PEMOHON/Kreditur;
- Menghukum TERMOHON untuk membayar biaya yang terbit dari
perkara ini;
Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan seadil-
adilnya (ex Aequo et bono)\
Menimbang, bahwa pada hari sidang Pertama yang ditetapkan
(Selasa tanggal 5 Januari 1999) Debitur/Termohon tidak tampak hadir

223
di persidangan, sehingga Panggilan sesuai dengan ketentuan per-
undang-undangan telah diulangi lagi untuk hari sidang kedua (Hari
Jumat tanggal 8 Januari 1999) pada hari sidang mana telah hadir
kuasa hukum Debitur/Termohon;
Menimbang, bahwa pada hari sidang kedua tanggal 8 Januari
1999 Debitur hadir yang diwakili oleh kuasa hukumnya GUNAWAN
NANUNG, SH. dari kantor Hukum GUNAWAN NANUNG & REKAN
berkedudukan di Jalan Daan Mogot No. 246-248, Jakarta Barat ber­
dasarkan surat kuasanya tanggal 7 Januari 1999 akan tetapi tidak
menyerahkan tanggapannya dan pada hari persidangan berikutnya
yaitu pada tanggal 11 Januari 1999 Debitur telah memberikan tangga­
pannya dengan surat yang ditandatangani oleh GUNAWAN NANUNG,
SH. yang pada pokoknya menolak dalil-dalil para pemohon dengan
alasan, bahw a:
- Antara Debitur/Termohon dengan Para Pemohon tidak mem­
punyai hubungan Hukum Utang-piutang;
- Termohon tidak dalam keadaan berhenti membayar;
- Bahwa Pengadilan Niaga tidak berwenang untuk menangani
masalah ini, hanya Pengadilan Perdata yang bisa memu­
tuskan permasalahan ini;
Tanggapan Debitur/Termohon selengkapnya ditunjuk kepada
surat tanggapan tersebut sebagaimana terlampir dalam Berita
Acara Persidangan;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonannya, Para
Pemohon telah melampirkan surat-surat bukti berupa :
1. Foto copy Kwitansi Pembayaran Uang Muka tanggal 1 Desember
1995 a/n Sumeini Omar Sandjaya (Seusai dengan asli) (Bukti P-1);
2. Foto copy Kwitansi Pembayaran Uang Muka tanggal 1 Desember
1995 a/n Widyastuti (Seusai dengan asli) (Bukti P-2);
3. Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 5 Desember
1995 a/n Sumeini Omar, S. (sesuai dengan asli) (Bukti P-3);
4. Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 9 Desember
1995 a/n Widyastuti (sesuai dengan asli) (Bukti P-4);
5. Foto copy Kwitansi Pelunasan tanggal 13 November 1997, a/n
Sumeini Omar S. (sesuai dengan asli) (Bukti P-5);
6. Foto copy Kwitansi Pelunasan tanggal 31 Juli 1997, a/n Widyastuti
(sesuai dengan asli) (Bukti P-6);

224
7. Foto copy Kwitansi Pelunasan PPN 10% tanggal 13 November
1997, a/n Sumeini Omar S. (sesuai dengan asli) (bukti P-7);
8. Foto copy Kwitansi Pelunasan PPN 10% tanggal 31 Juli 1997, a/n
Widyastuti (sesuai dengan asli) (bukti P-8);
9. Foto copy Surat PT. JAWA BARAT INDAH No. 262/JBI/Srt/X/98
tanggal 14 Oktober 1998 (sesuai dengan asli) (Bukti P-10);
10. Foto copy Surat Somasi/Tegoran Pemohon No. 031/TGN/X/98
tanggal 14 Oktober 1998 (sesuai dengan asli) (Bukti P-11);
11. Foto copy Surat Somasi/Tegoran Pemohon No. 035/TGN/XI/98
tanggal 14 November 1998 (sesuai dengan asli) (Bukti P-12);
12. Foto copy Brosur Rencana Pembangunan Rusun LAGUNA PLUIT
(sesuai dengan asli) (bukti P-12/Tambahan);
13. 1 (satu) lembara Foto Pembangunan Rusun LAGUNA PLUIT yang
telah terhenti hingga saat ini (Bukti P-13/Tambahan);

TENTANG HUKUMNYA :

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari permohonan Para


Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa permohonan tersebut diajukan di Kepani­
teraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 22 Desember
1998 yang telah memenuhi persyaratan administratif, maka permo­
honan tersebut telah mendapatkan No. Reg. 27/Pailit/1998/JKT.PST;
Menimbang, bahwa jika hal tersebut di atas dihubungkan dengan
Pasal 281 ayat (1) sampai dengan ayat (3) serta Pasal 284 ayat 1 dari
Undang-undang No 4/1998 maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa
permohonan Para Pemohon ini merupakan kewenangan dari Pengadilan
Niaga, dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;
Menimbang, bahwa yang menjadi alasan dari permohonan Para
Pemohon ini pada pokoknya adalah adanya utang Debitur pada para
Pemohon yang dalam hal ini merupakan Kreditur yang telah melunasi
seluruh cicilan pembayaran unit Rumah Susun/Apartemen Laguna
Pluit yang dipesan oleh masing-masing pemohon pada tanggal 31 Juli
1998 (bagi Pemohon I) dan tanggal 13 November 1998 (bagi Pemohon
2) yang menurut perjanjian pengikatan jual beli yang telah ditanda­
tangani oleh masing-masing Pemohon harus telah diserahkan Debitur
pada Para Pemohon pada bulan Januari 1999 (atau dengan kata lain
utang Debitur pada para Pemohon telah jatuh tempo pada bulan Januari
1998), namun hingga saat permohonan ini diajukan oleh Para Pemo­

225
hon ke Pengadilan Niaga ini Debitur selaku pengembang belum juga
menyerahkan Unit Apartemen dimaksud dengan alasan keadaan me-
maksalOvermachtlForce Majeure dan tidak pula mau membayar ganti
rugi sebagaimana tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli di­
maksud dan Para Pemohon mohon agar Debitur dinyatakan Pailit
dengan segala akibat hukumnya;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan­
nya itu Para Pemohon telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda
P-1 sampai dengan P-3, sedangkan Debitur juga mengajukan bertanda
T-1 sampai dengan T-4;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan
materi dari permohonan Para Pemohon ini, maka terlebih dahulu Majelis
Hakim perlu mempertimbangkan lebih dahulu akan tanggapan dari
Debitur tertanggal 11 Januari 1999 yang pada pokoknya menyatakan
bahwa : 1. Debitur bukanlah sebagai Debitur; 2. Debitur tidak berada
dalam keadaan berhenti membayar akan tetapi terlambat menyerah­
kan Apartemen Laguna Pluit pada Pemohon 1 dan Pemohon 2 oleh
karenanya adanya Force Majeur, 3. Yang terjadi antara Para Pemohon
(Pemohon 1 dan Pemohon 2) adalah masalah Wanprestasi yang
merupakan kewenangan Pengadilan Perdata oleh karena itu Pengadilan
Niaga tak berwenang mengadili perkara ini;
Menimbang, bahwa jika tanggapan Debitur tersebut dikaitkan
dengan bukti P-1 sampai dengan P-9, maka Debitur pada dasarnya
mengakui tidak menyerahkan objek perjanjian walau sudah jatuh
tempo pada bulan Januari 1998 oleh adanya krisis moneter, adapun
tanggapan Debitur tentang kewenangan Pengadilan Negeri Niaga
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tanggapan Debitur tersebut tidak
beralasan oleh karena berdasarkan bukti P-9 pada dasarnya mengakui
telah mempunyai utang pada Pemohon 1 dan Pemohon 2, utang mana
telah jatuh tempo dan dapat dibayar, berarti secara implisit Debitur
mengakui kewenangan Pengadilan Negeri Niaga;
Menimbang, bahwa mengenai bukti-bukti yang diajukan oleh
Debitur oleh karena tidak ada kaitannya langsung dengan Para Pemo­
hon, disamping itu dari bukti-bukti T-2 dan T-3 tidak memenuhi syarat
formal sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang mengenai alat
bukti surat maka Mejelis Hakim mengesampingkan bukti-bukti ini, se­
dangkan bukti T-4a dan T-4b malahan memperkuat bukti P-13;
Menimbang, bahwa Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 4/1998
menentukan bahwa Debitur yang mempunyai dua Kreditur atau lebih
dan tidak dapat membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh

226
tempo dan dapat ditagih dapat dinyatakan pailit baik atas Permohonan
sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih Kreditur;
Menimbang, bahwa hubungan yang ada antara Debitur dengan
Kreditur sebagaimana tersebut di atas merupakan hubungan perikatan,
yaitu ikatan dalam bidang hukum harta benda (Vermogen Recht)
antara dua orang atau lebih dimana satu pihak berhak atas sesuatu
(Kreditur) dan pihak lainnya berkewajiban untuk melaksanakannya
(Debitur), obyeknya tertentu dan subyeknyapun tertentu pula dimana
jika pihak yang mempunyai kewajiban itu tidak melaksanakan kewa­
jibannya akan menimbulkan apa yang disebut Utang, yaitu sesuatu
yang dihutangkan oleh seseorang terhadap orang lain baik itu berupa
uang, barang maupun jasa;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 yang diajukan oleh
Pemohon 1 diperoleh fakta hukum bahwa sebelum menandatangani
perjanjian pengikatan jual beli dengan Debitur Pemohon 1 telah
menyetor uang muka sebesar Rp. 12.900.000,- (dua belas juta sembi­
lan ratus ribu rupiah) atau 20% dari harga rumah susun Laguna Pluit
Blok MM Menara B 15-22 type 37 m2 termasuk 10% Pajak Tambahan
Nilai pada tanggal 1 Desember 1995 sedangkan sisanya dicicil sebanyak
20 tahap masing-masing Rp. 2.595.000,- (dua juta lima ratus sembilan
puluh lima ribu rupiah);
Menimbang, bahwa fakta berdasarkan bukti P-3 yang diajukan
oleh Pemohon 1 diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon 1 setelah
membayar uang muka, maka pada tanggal 5 Desember 1995 telah
menandatangani perjanjian pengikatan jual beli dengan Debitur selaku
pihak pengembang, hal mana sesuai dengan isi Pasal 3 sub a.b1 dan
b2 dari perjanjian pengikatan jual beli yang dimaksud;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-5 dikaitkan dengan
bukti P-7 dan bukti P-3 (khususnya Pasal 8) yang diajukan oleh Pemo­
hon 1 diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon 1 telah mematuhi isi
perjanjian pengikatan jual beli dimaksud dengan cara melunasi semua
cicilan pembayaran rumah susun yang dibeli Pemohon 1 pada tanggal
13 November 1998 (vide bukti P-5) berikut Pajak Pertambahan Nilai
sebesar 10% (vide bukti P-7) akan tetapi hingga saat Pemohon 1 be­
serta Pemohon 2 mengajukan permohonan ini ternyata Debitur selaku
pengembang belum juga melaksanakan kewajibannya sebagaimana
disyaratkan oleh Pasal 8 dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli dimak­
sud, hingga demikian cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menga­
takan bahwa benar Debitur telah mempunyai hutang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih oleh Pemohon 1 sebagai Kreditur;

227
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-2 yang diajukan oleh
Pemohon 2 dalam permohonan ini diperoleh fakta hukum sebelum
menandatangani perjanjian pengikatan jual beli dengan Debitur,
Pemohon 2 telah menyetor uang muka sebesar Rp. 12.980.000,- (dua
belas juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah) atau 20% dari
harga rumah susun/apartemen Laguna Pluit Blok MM Menara B 08-30
Type 37 m2, termasuk Pajak Pertambahan Nilai 10% pada tanggal 1
Desember 1995 sedangkan sisanya akan dicicil selama 20 tahap,
masing-masing sebesar Rp. 2.965.000,- (dua juta sembilan ratus enam
puluh lima ribu rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-4 yang diajukan oleh
Pemohon 2 diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon 2 setelah mem­
bayar uang muka sebagaimana tersebut di atas pada tanggal 9 De­
sember 1995 telah menandatangani perjanjian pengikatan jual beli
dengan Debitur selaku pengembang sesuai dengan Pasal 3 Sub a, b1
dan b2 dari perjanjian pengikatan jual beli dimaksud;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-6 dihubungkan dengan
bukti P-8 dan bukti P-4 (khususnya Pasal 8) yang diajukan oleh Pemo­
hon 2 diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon 2 telah mematuhi isi
perjanjian pengikatan jual beli dimaksud, yaitu dengan cara melunasi
semua cicilan pembayaran rumah susun yang dibelinya pada tanggal
31 Juli 1995 (vide bukti P-6) beserta Pajak Pertambahan Nilainya se­
besar 10% (vide bukti P-8) akan tetapi hingga saat Pemohon 2 ber­
sama Pemohon 1 mengajukan permohonan ini ternyata Debitur selaku
pengembang belum juga melaksanakan kewajibannya sebagaimana
disyaratkan oleh Pasal 8 Perjanjian Pengikatan Jual Beli dimaksud
hingga dengan demikian cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk
mengatakan bahwa benar Debitur telah mempunyai hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih oleh Pemohon 2 sebagai Kreditur;
Menimbang, bahwa oleh karena Debitur belum juga memenuhi
kewajibannya pada Pemohon 1 dan Pemohon 2 sebagaimana diper­
syaratkan oleh Pasal 8 dari perjanjian pengikatan jual beli di atas maka
Pemohon 1 dan Pemohon 2 melalui Kuasa Hukumnya telah melakukan
3 (tiga) kali penegoran/somasi melalui surat yang dibuat oleh kuasa
Para Pemohon (Pemohon 1 dan Pemohon 2) masing-masing bertang­
gal 6 Oktober 1998, 14 Oktober 1998 dan tanggal 14 November 1998
(vide bukti P-10 dan P-11) akan tetapi Debitur hanya satu kali men­
jawabnya, yaitu untuk surat somasi tanggal 6 Oktober 1998 yang pada
pokoknya mengatakan bahwa Debitur tidak mampu melanjutkan pem­
bangunan rumah susun Laguna Pluit hingga karenanya tidak dapat
menyerahkannya pada para konsumennya, baik Para Pemohon mau-

228
pun 1715 konsumen lainnya bukan semata-mata kesalahan Debitur
akan tetapi terlebih lagi akibat situasi perekonomian Indonesia yang
sulit saat ini sebagai alasan keadaan memaksalOvermacht/Force Ma-
je u r bagi Debitur untuk tidak melaksanakan kewajibannya dan juga
menolak membayar ganti rugi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dari
bukti P-3 maupun bukti P-4 (vide bukti P-9, P-12 dan P-13, hal mana
memberikan alasan yang cukup bagi Majelis Hakim untuk berpendapat
bahwa Debitur mengakui telah mempunyai utang pada Pemohon 1 dan
Pemohon 2, utang mana telah jatuh tempo dan dapat dibayar;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum sebagaimana ter­
sebut di atas dihubungkan pula dengan bukti-bukti surat yang diajukan
oleh Pemohon 1 maupun Pemohon 2 melalui kuasa hukumnya maka
kini Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah keadaan m a-
maksalOvermacht/Force Majeur yang dikemukakan Debitur dalam
suratnya tertanggal 14 Oktober 1998 dapat dijadikan alasan baginya
untuk tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana diperjanjikan
dalam perjanjian pengikatan jual beli dengan Para Pemohon, baik
Pemohon 1 maupun Pemohon 2 atau tidak;
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas
dihubungkan dengan doktrin hukum yang menyangkut keadaan m e­
maksa baik yang bersifat obyektif maupun yang bersifat subyektif akan
diperoleh kesimpulan bahwa unsur kesalahan erat kaitannya dengan
unsur resiko, sehingga jika hal ini dihubungkan dengan permohonan
pernyataan pailit yang diajukan Para Pemohon ini, bukti-bukti surat
yang diajukan maupun fakta-fakta hukum yang dapat diperoleh dari
padanya, dapat diperoleh kesimpulan bahwa keadaan memaksa dalam
hal ini adalah adanya kenaikan harga yang mengakibatkan keadaan
perekonomian Indonesia menjadi sulit sebagaimana didalilkan oleh
Debitur tidak dapat dijadikan alasan bagi Debitur untuk tidak melak­
sanakan kewajibannya, oleh karena hal itu sudah menjadi bagian dari
resiko yang harus dipikul oleh Debitur sebagai seorang pengembang/
pengusaha, resiko mana/kemungkinan untuk tidak dapat dijalankannya
suatu kewajiban seharusnya sudah dapat diperhitungkan oleh Debitur/
Pengusaha sebelumnya jika hingga dihubungkan dengan bukti P-3 dan
P-4 maka Majelis Hakim menyimpulkan bahwa Force Majeur sebagai­
mana didalilkan Debitur bukanlah Force Majeur atau keadaan m e ­
maksa akan tetapi merupakan resiko yang harus dipikul oleh Debitur
sebagai pengembang pada Pemohon 1 dan Pemohon 2 jadi meru­
pakan utang Debitur kepada Kreditur, dalam hal ini Para Pemohon;
Menimbang, bahwa jika hal-hal tersebut di atas dikaitkan dengan
ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4/1998 menjadikan

229
alasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan Debitur dalam keadaan
pailit;
Menimbang, bahwa mengenai permohonan sita jaminan yang
diajukan oleh Para Pemohon oleh karena Para Pemohon tidak dapat
memperlihatkan/mengajukan bukti yang mendukung bagi alasan per­
mohonan sita jaminan dan tidak pula memenuhi persyaratan bagi
pengajuan sita jaminan dalam permohonan kepailitan sebagai dimak­
sud Pasal 7 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 menjadikan alasan
bagi Majelis Hakim untuk menyatakan bahwa Para Pemohon tidak
sungguh-sungguh dalam mengajukan permohonan sita jaminan ini
karenanya patut kiranya permohonan sita jaminan ini dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa terlepas dari alasan-alasan tersebut di atas
oleh karena telah terbukti bahwa Debitur dinyatakan Pailit maka ber­
dasarkan Pasal 90 Undang-undang No. 4/1998 seluruh harta kekayaan
Debitur berada dalam sitaan umum;
Menimbang, bahwa mengenai masalah keinginan Para Pemo­
hon agar Debitur mengembalikan semua uang yang telah disetorkan
dan masalah ganti rugi akan dibayar kemudian bagi budel pailit setelah
diadakan rapat verifikasi;
Menimbang, bahwa dengan dinyatakannya Debitur berada da­
lam keadaan Pailit dalam amar putusan ini maka Debitur tidak lagi ber­
hak berbuat bebas atas hartanya yang sejak saat putusan ini diucap­
kan menjadi budel/harta pailit sebagaimana diatur Pasal 22 Undang-
undang No. 4/1998 oleh karena itu perlu ditunjuk seorang Hakim Peng­
awas oleh Majelis Hakim dan mengangkan seorang Kurator yaitu BHP
DKI Jakarta sebagaimana dimohonkan Para Pemohon dalam permo­
honannya sebagaimana ditetapkan dalam amar putusan di bawah ini;
Menimbang, bahwa mengenai besarnya imbalan jasa dan biaya
bagi BHP telah diatur oleh Keputusan Menteri Kehakiman RI No. 02-
UM.01.06 tahun 1993 tanggal 28 Januari 1993, maka Majelis Hakim
berpedoman pada keputusan tersebut;
Mengingat Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPdt, Pasal 1 ayat (1)
jis, Pasal 2 jis Pasal 28 ayat (1) dan 2 jis Pasal 281 ayat (1) sampai
dengan 284 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan
Peraturan Perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MEMUTUSKAN:

- Mengabulkan permohonan Para Pemohon;


- Menyatakan PT. JAWA BARAT INDAH tersebut di atas Pailit;

230
- Menunjuk HIRMAN PURWANASUMA, SH. Hakim Pengadilan Niaga
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
- Mengangkat BHP DKI Jakarta Jalan MT. Haryono No. 24 Jakarta
Timur selaku Kurator;
- Menetapkan bahwa imbalan jasa dan biaya bagi kurator BHP
Jakarta adalah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kehakiman RI No. M .0.2-UM .01.06 tahun 1993 tanggal 28 Januari
1993;

Demikian diputus dalam permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari Selasa, tanggal 12 Januari
1999 oleh kami NY. NUR ASLAM BUSTAMAN, SH. Selaku Ketua
Majelis, SYAMSUDDIN MANAN SINAGA, SH.MH. dan TJAHJONO,
SH, masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan
pada hari Rabu tanggal 13 Januari 1999 dengan dihadiri oleh Hakim
tersebut dengan dibantu oleh MAHDI, SH. Panitera Pengganti dan di­
hadiri oleh Kuasa Hukum Para Pemohon dan Kuasa Hukum Debitur.

Hakim Ketua,
ttd.

Nv. NUR ASLAM BUSTAMAN. SH.

Hakim-Hakim Anggota:

ttd.

1. SYAMSUDDIN MANAN SINAGA. SH.MH.

ttd.

2. TJAHJONO. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANRIANI NURDIN, SH,

231
Biaya-biaya perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi............. ............................ Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Jum lah............................................. Rp. 2.500.000,-

232
- Penjelasan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No­
mor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang hubungan hu­
kum utang dan pengertian utang yang tidak dibayar oleh debitur sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan ini adalah utang pokok atau bunganya.

V I. PERKARA KEPAILITAN ; PT. MODERNLAND REALTY LTD.

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 06 P K /N /1999)

Pihak berperkara :
- Drs. Husein Sani dan : Para Pemohon Peninjauan
Johan Subekti Kembali/Para Termohon Kasasi/
Para Pemohon Pailit;

terhadap :

- PT. Modernland Realty Ltd. : Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Kasasi I/Pemohon
Pailit;

- PT. Bank International Indonesia : Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Kasasi II/K re d itu r
lain;

- PT. Bank Danamon Indonesia T b k .: Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Kasasi III/K r e d itu r
lain;

1, Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 14 Mei 1999, Nomor


06 PK /N /1999.

1 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan peninjauan kembali dari : 1. Drs.
Husein Sani dan 2. Johan Subekti;
- Dan seterusnya;

233
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan ad. 1 dapat dibenarkan karena
bukti tertu lis yang diajukan tidak dapat disebut sebagai
bukti baru yang penting seperti dimaksud dalam Pasal
286 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1998 yang ditetapkan sebagai
Undang-undang oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998;
- bahwa keberatan ad. 2 tidak dapat dibenarkan
karena tidak ternyata ada kesalahan berat dalam pen­
erapan hukum oleh Majelis tingkat kasasi dalam memutus
perkara ini;

2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 2 Desember 1998, Nomor :


0 3 K /N /1 9 9 8 .
2 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan kasasi dari para pemohon
kasasi : 1. PT. Modernland Realty Ltd., 2. PT. Bank
International Indonesia dan 3. PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk.;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 12 Oktober 1998, Nomor 07/P ailit/19 98/P N .
N iag a/Jkt. Pst.;
Mengadili sendiri :
- Menolak permohonan pernyataan pailit dari para
pemohon : 1. Drs. Husein Sani dan 2. Johan Subekti;
- Dan seterusnya;
2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan kasasi ad. 3 dari pemohon kasasi I
dapat dibenarkan karena Judex Factie telah salah
menerapkan hukum didalam menentukan objek perkara
kepailitan, karena pada hakekatnya hubungan hukum

234
yang ada antara para termohon kasasi (para pemohon
asal) dan pemohon kasasi (termohon asal) adalah hubung­
an hukum pengikatan jual beli mengenai satuan rumah
susun Golf Modern yang dibangun oleh pemohon kasasi
dengan pembayaran secara angsuran oleh para termohon
kasasi, sehingga karenanya merupakan perikatan antara
produsen dan konsumen;
- bahwa penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998 dengan jelas mencantumkan
adanya hubungan hukum utang dan pengertian utang
yang tidak dibayar oleh debitur sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan ini adalah utang pokok dan bunganya;
- bahwa konsiderans Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998 butir (e) dan ( f ) mencantumkan bahwa pertimbang­
an untuk diadakannya penyempurnaan peraturan kepailit­
an dalam mengatasi gejolak moneter beserta akibatnya
yang berat terhadap perekonomian saat ini adalah
penyelesaian utang-piutang pemohon, yang juga sangat
diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha dan
kehidupan perekonomian pada umumnya;
- bahwa pengertian "utang" dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 harus diartikan
dalam konteks pemikiran konsiderans tentang maksud
diterbitkannya Undang-undang tersebut, pada dasarnya
menekankan pada pinjaman-pinjaman swasta, karena itu
tidak meliputi bentuk wanprestasi lain yang tidak b e r ­
awal pada konstruksi hukum pinjam meminjam uang;
- bahwa keberatan ad. 4 dari pemohon kasasi I dapat
dibenarkan karena Hakim Pengadilan Niaga dalam memu­
tus perkara ini telah melampaui wewenangnya, sebab
kompetensi dan kewenangan absolut Pengadilan Niaga
berdasarkan Pasal 2 8 0 ayat (2 ) Undang-undang Nomor 4
Tahun 1998 adalah memeriksa dan memutuskan permo­
honan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pem­
bayaran utang;

235
- bahwa dalam perkara ini in casu, sepanjang mengenai
masalah pemeriksaan, pembuktian dan pembatalan atas
tidaknya suatu perikatan jual beli antara pemohon kasasi
dan para termohon kasasi beserta segala sanksi hukum­
nya akibat perbuatan wanprestasi oleh salah satu pihak,
pada hakekatnya termasuk dalam ruang lingkup kewe-
nangan pemeriksaan Hakim Perdata di Pengadilan Negeri;

3. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 12 Oktober 1998, Nomor : 07/P ailit/1998/P N .N iag a/
J k t. Pst.
3 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan para pemohon;
- Menyatakan PT. Modernland Realty Ltd. pailit;
- ban seterusnya;
3 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa berdasarkan bukti surat P . I I I (hitam) yaitu
surat permohonan kepada para pemohon, tertanggal
Tangerang, 24 Juli 1998 ternyata termohon secara se­
pihak telah membatalkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Satuan Rumah Susun Golf Modern dengan alasan bahwa
termohon tidak akan melanjutkan pembangunan Satuan
Rumah Susun (Apartemen) Golf Modern;
- bahwa dengan dibatalkannya Perjanjian Pengikatan
Jual Beli Satuan Rumah Susun tersebut, maka termo­
hon wajib mengembalikan uang pembayaran yang telah
diterima dari para pemohon, dan oleh karena termohon
belum mengembalikan uang pembayaran yang telah
diterima tersebut, maka termohon harus dinyatakan
telah mempunyai hutang kepada masing-masing para
pemohon;

236
PUTUSAN
No. 06 PK /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA E S A

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil keputusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri:
1. Drs. HUSEIN SANI, bertempat tinggal di Buncit
Indah Blok N-10 Pejaten Barat, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan.
2. JOHAN SUBEKTI. bertempat tinggal di Jl.
Kelapa Hibrida IV RB-9/02 Kelapa Gading,
Jakarta Utara.
keduanya dalam hal ini diwakili oleh kuasa
mereka : DARYO M, SH. dan MEITAWATI, SH.
Advokat dan Pengacara dari Dea Law Firm,
berkedudukan di Jalan Pintu Air Raya No. 8
Pasar Baru, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus masing-masing tanggal 28 D e­
sember 1998.
Sebagai Para Pemohon Peninjauan Kembali
dahulu para Termohon Kasasi/Para Pemohon
Pailit/Para Kreditur;

Melawan :

1. PT. MODERNLAND REALTY LTD., bertempat


tinggal di Jalan Hartono Boulevard Kaveling 10
Tangerang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya
ISHAK G. KOSASIH, SH. Advokat berkantor di
Jalan K.H. Moh. Mansyur No. 15 (Roxy) Ja­
karta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 30 Maret 1999.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Pemohon Kasasi/Termohon Pailit/Debitur,

237
2. PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA,
berkedudukan di Plaza BII Tower II Jalan. M.H.
Thamrin Kaveling 22 Jakarta 10350.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Pemohon Kasasi ll/Termohon Pailit/Debitur;

3. PT, BANK DANAMON INDONESIA, berkedu­


dukan di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 45
Jakarta Selatan.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Pemohon Kasasi Ill/Termohon Pailit/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Termohon Kasasi/
Para Pemohon Pailit/Para Kreditur telah mengajukan permohonan
Peninjauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 23 November 1998 Nom or: 03 K/N/1998 yang telah
berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para Termohon
Peninjauan Kembali, dahulu sebagai para Pemohon Kasasi/Termohon
Pailit/Debitur dan para Kreditur lain dengan posita perkara sebagai
berikut:
bahwa pada tahun 1996, Termohon sedang membangun sebuah
Kompleks Apartemen atau Satuan rumah Susun dengan nama atau
sebutan satuan rumah susun “Golf Modern” berikut segala fasilitas
yang diperlukan untuk rumah tinggal, terletak di Kotamadya Tangerang,
Jawa Barat dan sebelum Termohon membangun Apartemen atau
Satuan Rumah Susun tersebut, Termohon telah memasarkan Aparte­
men atau Rumah Susun tersebut kepada Masyarakat dan Para Pemo­
hon yang berminat membeli Apartemen atau Rumah Susun yang se­
dang dibangun tersebut;
bahwa walaupun pembayaran harga Apartemen atau Rumah
Susun tersebut dilakukan dengan bertahap atau cicilan, akan tetapi
untuk dapat membeli Apartemen atau Rumah Susun tersebut harus
dilakukan dengan pesanan dan pembayaran cicilan tersebut harus di­
lakukan dirnuka atau sebelum Para Pemohon menerima barang yang
akan dibelinya tersebut (bukti terlampir P-1), karenanya posisi Para
Pemohon, Drs. Husein Sani, dengan jumlah biaya yang telah dikeluar­

238
kan Rp. 30.300.547,- dan Johan Subekti dengan jumlah biaya yang
telah dikeluarkan Rp. 64.807.934,- dalam hal ini adalah sebagai para
Kreditur, sedangkan Termohon sebagai Debitur dan kewajiban Debitur
terhadap Kreditur yang lain adalah seperti terurai dalam surat Permo­
honan Pemohon, yang jumlah totalnya sudah dikeluarkan oleh para
Kreditur sebesar Rp. 908.588.707,-;
bahwa kemudian antara Termohon dengan masing-masing
Pemohon telah dibuat perjanjian pengikatan untuk jual-beli satuan ru­
mah susun “Golf Modern” (bukti terlampir P-2);
bahwa akan tetapi kemudian Termohon tidak mampu lagi
melanjutkan pembangunan Apartemen atau Satuan Rumah Susun
“Golf Modern” tersebut dan dengan surat tertanggal 29 Mei 1998
menangguhkan pembayaran yang telah jatuh tempo yang kemudian
disusul dengan surat tertanggal 24 Juli 1998 yang menyatakan bahwa
Termohon tidak melanjutkan pembangunan Apartemen atau Rumah
Susun “Golf Modern” tersebut kepada para Pemohon, Termohon
menawarkan beberapa alternatif akan tetapi tidak dapat disetujui oleh
Para Pemohon karena dianggap sangat tidak memadai (bukti P-3);
bahwa oleh karena Termohon tidak dapat lagi menjalankan usa­
hanya dan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
Para Pemohon selaku Krediturnya, maka cukup alasan menurut hukum
bagi Termohon untuk dinyatakan dalam keadaan Pailit;
bahwa oleh karena Termohon tidak mampu memenuhi kewa­
jibannya kepada para Pemohon maka ia berkewajiban untuk mengem­
balikan uang para Pemohon berikut dengan kerugian-kerugian yang
diderita oleh para Pemohon dan untuk menjamin pengembalian uang
dan kerugian Para Pemohon tersebut kiranya dapat diletakkan penyi­
taan jaminan atas asset atau barang-barang milik Termohon antara
lain berupa:
- Tanah berikut bangunan-bangunan Apartemen atau Satuan Rumah
Susun “Golf Modern” yang belum jadi;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Cikande Permai, Cikande;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Taman Adiyasa, Cisoka;
- Dan barang-barang lain yang diketahui kemudian.
bahwa pembayaran-pembayaran Para Pemohon yang telah
diterima oleh Termohon yang harus dipertanggung jawabkan berikut
kerugian-kerugiannya adalah sebagai berikut:
- Drs. Husein Sani dengan jumlah Rp. 30.300.547,-

239
- Johan Subekti dengan jumlah Rp. 63.807.934,-
bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka para
Pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat agar memutuskan :
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon tersebut di atas;
- Menyatakan Termohon PT. Modern Realty Ltd., dalam keadaan
Pailit dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari PT. Modernland Realty tersebut;
- Memerintahkan pemberesan asset atau harta kekayaan Termohon
untuk melunasi hutang Termohon untuk melunasi hutang Termohon
kepada Para Pemohon atau Para Kreditur.

Atau sekiranya Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang


seadil-adilnya (ex aquo et bono)\
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 23 November 1998 No. 03 K/N/1999 yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon K a s a s i: 1.
PT. MODERNLAND REALTY LTD. dalam hal ini diwakili oleh para
kuasanya : AMIR SYAMSUDDIN, SH. dan HARDINA, SH., 2. PT.
BANK INTERNASIONAL INDONESIA dalam hal ini diwakili oleh
para kuasanya : HOTMAN PARIS HUTAPEA, SH. dan DENNY
CHRISTYANTO, SH., 3. PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya : DENNY KAILIMANG,
SH. dan BERNY PONTO, SH., TOGAP MARPAUNG, SH., dan
HERFIAN, SH. tersebut;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12
Oktober 1998 No. 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/J KT. PST.;

Dan Mengadili S e n d iri:

- Menolak permohonan pernyataan Pailit dari Para Pemohon : 1. Drs.


Husein Sani, 2. Johan Subekti.
- Menghukum para Termohon Kasasi/Para Pemohon pernyataan
Pailit untuk membayar semua biaya perkara baik yang timbul dalam
Pengadilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan
dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);

240
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 23 November 1998 No. 03 K/N/1998 diberitahukan
kepada Para Termohon Kasasi/Para Pemohon Pailit/Para Kreditur
dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
masing-masing tanggal 28 Desember 1998 diajukan permohonan
peninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
tersebut pada tangal 24 Maret 1999 permohonan mana disertai dengan
memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang diterima di
kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 29 Maret 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 1 April 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun
1998, yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 permohonan Peninjauan Kembali a quo be­
serta alasan-alasannya yang telah diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang;
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah
mengajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya
sebagai berikut:
1. Terdapat bukti-bukti tertulis baru yang penting, yang apabila
diketahui pada tahap persidangan sebelumnya, akan menghasil­
kan putusan yang berbeda (bukti PK-1)
Bahwa sebagaimana telah dimaklumi, Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 menentukan : “Debitur yang mempunyai
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud da­
lam Pasal 2, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permin­
taan seorang atau lebih krediturnya”;
Bahwa didalam konsideran Undang-undang No. 4 Tahun 1998
pada pokoknya dinyatakan bahwa diperlukannya kehidupan per­
ekonomian nasional perlu diusahakan tetap berkembang dengan
wajar dan penyelesaian utang-piutang di kalangan dunia usaha,
besar artinya dalam upaya pemulihan kegiatan usaha pada
khususnya dan perkembangan perekonomian pada umumnya;

241
Bahwa dalam konsideran huruf d, Undang-undang No. 4 Tahun
1998, dinyatakan bahwa ditetapkannya Undang-undang tersebut
adalah untuk menciptakan kepastian hukum bagi kepentingan
dunia usaha dalam mengatasi persoalan yang mendesak, yaitu
penyelesaian utang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif;
Bahwa di dalam penjelasan umum alinea ketiga undang-undang
No. 4 Tahun 1998 dinyatakan : “.... oleh karena itu, untuk kepen­
tingan dunia usaha dalam menyelesaikan masalah utang piutang
tersebut secara adil, cepat, terbuka dan efektif, sangat diperlukan
sarana hukum yang mendukungnya”;
Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas dapatlah kira­
nya dimaklumi bersama bahwa dibentuknya Undang-undang No­
mor : 4 Tahun 1998 bukanlah sekedar untuk kepentingan peng­
usaha, akan tetapi untuk kepentingan dunia usaha dalam hal ini
untuk kepentingan umum dan kepentingan hukum;
Bahwa sesuai bukti PK-1 tersebut di atas, didapat kenyataan
bahwa Termohon Peninjauan Kembali (semula Termohon Kepailit-
an/Pemohon Kasasi) yang mengaku memiliki asset lebih kurang
Rp. 500.000.000.000,- (lima ratus milyar rupiah), ternyata mem­
punyai utang yang telah jatuh waktu atau dapat ditagih sebesar
kurang lebih Rp. 960.829.993.219,- (sembilan ratus enam puluh
milyar delapan ratus dua puluh sembilan juta sembilan ratus
sembilan puluh tiga ribu dua ratus sembilan belas rupiah) walau­
pun hanya bunganya saja;
Bahwa dengan demikian maka untuk kepentingan dunia usaha,
untuk kepentingan Termohon Peninjauan Kembali semula Termo­
hon Pailit/Termohon Kasasi, untuk kepentingan masyarakat dan
bangsa Indonesia, untuk kepentingan hukum dan kepentingan
nama baik bangsa Indonesia di mata dunia usaha internasional,
maka sesuai dengan maksud dibentuknya peradilan niaga, Ter­
mohon Peninjauan Kembali in casu PT. MODERNLAND REALTY
LTD. haruslah dinyatakan dalam keadaan Pailit;
Bahwa hal-hal yang dikemukakan oleh Pemohon Kasasi II dan
Pemohon Kasasi 111, dapatlah dikatakan bahwa para Pemohon
Kasasi tersebut tidak melakukan studi kelayakan atau melakukan
studi kelayakan yang tidak sehat;
Bahwa mengenai bukti-bukti (P-l, P-ll, P-lll) adalah bukti-bukti
yang diterbitkan oleh Termohon Kepailitan sendiri, karenanya
antara Para Pemohon dengan Termohon sejak semula dalam
posisi Kreditur dan Debitur karena Pemohon telah membayar lebih

242
dulu, dan antara Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada
hubungan jual-beli bukan atas kehendak Pemohon, akan tetapi
atas kehendak Termohon sendiri dan Pemohon tidak dapat ber­
buat lain karena ada perjanjian alternatif untuk mengakhiri per­
ikatan jual-beli dan barang yang semula akan dibelipun tidak ada,
dan karen aitu tidak perlu ada pembatalan jual-beli karena jual-beli
sudah batal sebelumnya;
2. Bahwa Pengadilan Niaga dalam peradilan tingkat kasasi telah
melakukan kesalahan dalam penerapan hukum;
Bahwa sebagaimana diatur oleh undang-undang, putusan per­
nyataan pailit adalah suatu putusan yang berlaku untuk kepenting­
an umum dan tidak berlaku untuk kepentingan si Pemohon Pailit,
baik si pemohon itu debitur sendiri, kreditur ataupun Kejaksaan
Negara, terbukti bahwa pemohon tidak mempunyai hak preverent
atas asset si pailit;
Bahwa adalah tidak benar hal-hal yang dikemukakan oleh Para
Pemohon Kasasi dalam perkara ini yang menyatakan bahwa
perkara kepailitan hanya dapat diajukan terhadap orang atau
badan hukum yang mempunyai utang karena pinjam-meminjam
uang saja, karena Undang-undang tidak menyatakan hal
demikian;
Bahwa benar dalam perkara ini Termohon Pailit diajukan ke
Pengadilan Niaga karena wanprestasi, akan tetapi wanprestasi
dalam perkara ini jelas karena Termohon berkewajiban untuk
membayar sejumlah uang, hal mana terjadi atas kehendak dari
Pemohon Pailit sendiri sesuai bukti P-l, P-ll, dan P-lll, kewajiban
mana terhadap lebih dari dua orang;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan alasan-alasan
Peninjauan Kembali dari Para Pemohon Mahkamah Agung meman­
dang perlu untuk mempertimbangkan surat-surat T.PK-1, T.PK-2 dan
T.PK-4 serta surat-surat Permohonan Pembatalan Permohonan Penin­
jauan Kembali tertanggal 26 April 1999 dimana ternyata para Pemohon
Kepailitan telah menyangkal memberi kuasa kepada : METIAWATI,
SH. dan DARYO M., SH. untuk mengajukan permohonan Peninjauan
Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung tanggal 02 Desember
1998 No. 03 K/N/1998 jo Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 12 Oktober 1998 No. 07/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. Namun
oleh karena pihak pemberi kuasa tidak dengan tegas-tegas mencabut
kuasanya untuk mengajukan Peninjauan Kembali maka Mahkamah
Agung tetap memeriksa perkara ini;

243
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan peninjauan kembali dari Para Pemohon seba­
gai berikut:

Mengenai keberatan ad. 1 :


bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan karena bukti tertulis
yang diajukan tidak dapat disebut sebagai bukti baru yang penting
seperti dimaksud dalam Pasal 286 (2) Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang ditetapkan sebagai Undang-
Undang oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998 oleh karena bukti ter­
sebut sudah pasti tidak akan pernah diketahui pada tahap persidangan
sebelumnya;
Mengenai keberatan ad. 2 :
bahwa keberatan inipun tidak dapat dibenarkan karena tidak
ternyata ada kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan
oleh Majelis tingkat kasasi namun memutus perkara yang kini dimo­
honkan Peninjauan Kembali;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
maka Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh : 1. Drs.
HUSEIN SANI, 2. JOHAN SUBEKTI tersebut adalah tidak beralasan,
sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon Peninjauan
Kembali sebagai pihak yang kalah, harus membayar biaya perkara,
yang jatuh dalam peninjauan kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 1 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
sebagai Undang-undang oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998 serta
Undang-undang lain yang bersangkutan;

MENGADILI

Menolak permohonan Peninjauan Kembali d a ri: 1. Drs. HUSEIN


SANI, 2. JOHAN SUBEKTI tersebut;
Menghukum Para Pemohon Peninjauan Kembali untuk mem­
bayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini yang ditetapkan se­
besar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada h a ri: Jumat tanggal 14 Mei 1999, dengan SARWATA, SH.

244
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH. Ketua
Muda Mahkamah Agung dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil
Ketua Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan diucap­
kan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Sidang tersebut dengan dihadiri H. ZAKIR, SH. dan Th. KETUT
SURAPUTRA, SH. Hakim-Hakim Anggota, Ny. ANDRIANI NURDIN,
SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak;

Hakim-Hakim Anggota: Ketua,


ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA, SH,

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya perkara:
1. M eterai.......................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Jumlah............................................. Rp. 2.500.000,-

245
PUTUSAN
No. 03 K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri:

1. P.T. MODERNLAND REALTY LTD, berkedudukan


di JL. Hartono Boulevard Kav. 10 Tangerang, da­
lam hal ini diwakili oleh para kuasanya : Amir
Syamsuddin, SH. dan Hardina, SM, advokat dari
Kantor Advokat dan Law Office AMIR SYAMSUDDIN,
SH. dan PARTNERS, berkududukan digedung
Sentra Mulia, lantai 6, ruang 603, Jalan H.R. Rasuna
Said, Kaveling X-6 No. 8 Jakarta 129401 ber­
dasarkan surat kuasa khusus tanggal 12 Oktober
1998. No. 4071/AS/1998 sebagai Pemohon Kasasi
I juga sebagai Termohon Kasasi II dan III dahulu
Termohon/Debitur;

2. P.T. BANK INTERNASIONAL INDONESIA, berke­


dudukan di Plaza B 11 Tower II. J1. M.H. Thamrin
Kav. 22 Jakarta 10350, dalam hal ini diwakili oleh
para kuasanya: HOTMAN PARIS HUTAPEA, SH.
dan DENNY CHRISTYANTO, SH, Advokat dan
Pengacara pada Kantor Pengacara dan Konsultan
Hukum Makarim & Taira S., berkedudukan di
Gedung Summitmas I, lantai 17, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 61-62 Jakarta 12069, berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 19 Oktober 1998 se­
bagai Pemohon Kasasi ll/Kreditur lain.

3. P,T. BANK DANAMON INDONESIA TBK, berke­


dudukan di Jl. Jenderal Sudirman No. 45 Jakarta
Selatan, dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya:
DENNY KAILIMANG, SH. dan BERNY PONTO,
SH., TOGAP MARPAUNG, SH dan HERFIAN,
SH. Advokat/Pengacara dari Kantor Hukum Lontoh

246
dan Kailimang, berkedudukan di Jl. Jati Baru No.
45 Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 19 Oktober 1998, sebagai Pemo­
hon Kasasi lll/Kreditur lain.

Melawan:

4.1. Drs. HUSEIN SANI , bertempat tinggal di Buncit


Indah Blok N-10 Penjaten Barat, Pasar Minggu
Jakarta Selatan.
4.2. JOHAN SUBEKTI, bertempat tinggal di Jalan
Kelapa Hibrida IV RB-9/02 Kelapa Gading Jakarta
Utara, keduanya dalam hal ini diwakili oleh para
kuasa mereka: DARYO M, SH. dan METIAWATI,
SH. Advokat dan Pengacara dari Dea Law Firm,
berkedudukan di Jalan Pintu Air Raya No. 8 Pasar
Baru, Jakarta Pusar sebagai para Termohon Ka­
sasi dallulu para Pemohon.

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surar-surat yang bersangkutan;
Menimbang bahwa dari surar-surat tersebut ternyata bahwa
sekarang para Termohon Kasasi sebagai para Pemohon telah meng­
ajukan permohonan pailit terhadap sekarang Pemohon Kasasi I seba­
gai Termohon di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
pada pokoknya atas dalli-dalil:
Bahwa pada lahun 1996, termohon sedang membangun sebuah Kom­
pleks Apartemen atau Satuan Rumah Susun dengan nama atau sebu­
tan satuan rumah susun “Golf Modern" berikut segala fasilitas yang
diperlukan untuk rumah tinggal, terletak di Kotamadya Tangerang, Jaw a
Barat dan sebelum Termohon membangun Apartemen atau Satuan
Rumah Susun tersebut, Termohon telah memasarkan Apartemen atau
Satuan Rumah Susun tersebut kepada Masyarakat dan Para Pemohon
yang berminat untuk membeli Apartemen atau Satuan Rumah Susun
yang sedang dibangun tersebut;
Bahwa walaupun pembayaran harga Apartemen atau Rumah
Susun tersebut dilakukan dengan bertahap atau cicilan, akan tetapi
untuk dapat membeli Apartemen atau Rumah Susun tersebut harus
dilakukan dengan pesanan dan pembayaran cicilan tersebut harus di­
lakukan dimuka atau sebelum Para Pemohon menerima barang yang

247
akan dibelinya tersebut (bukti terlampir P-1) , karenanya posisi Para
Pemohon, Drs. Husein Sani, dengan jumlah biaya yang telah dikeluar­
kan Rp. 30.300.547,- dan Johan Subekti dengan jumlah biaya yang
telah dikeluarkan Rp. 63.807.934,- dalam hal ini adalah sebagai para
Kreditur, sedangkan Termohon sebagai debitur dan kewajiban debitur
terhadap Kreditur yang lain adalah seperti terurai dalam surat Permo­
honan Pemohon, yang jumlah totalnya sudah dikeluarkan oleh para
Kreditur sebesar Rp. 908.588.707,-
Bahwa kemudian antara Termohon dengan masing-masing
Pemohon telah dibuat perjanjian pengikatan untuk jual beli satuan ru­
mah susun "Golf Modern" (bukti terlampir P-2);
Bahwa akan tetapi kemudian termohon tidak mampu laqi
melanjutkan pembangunan Apartemen atau Satuan Rumah Susun
“Golf modern" tersebut dan dengan surat tertanggal 29 Mei 1998
menangguhkan pembayaran yang telah jatuh tempo yang kemudian
disusul dengan surat tertanggal 24 Juli 1998 yang menyatakan bahwa
Termohon tidak melanjutkan pembangunan Apartemen atau rumah
susun "Golf Modern" tersebut dan kepada para Pemohon, Termohon
menawarkan beberapa alternatif akan tetapi tidak dapat disetujui oleh
Para Pemohon karena dianggap sangat tidak memadai (bukti P-3);
Bahwa oleh karena Termohon tidak dapat lagi menjalankan usa­
hanya dan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
Para Pemohon selaku Krediturnya, maka cukup alasan menurut hukum
bagi Termohon untuk dinyatakan dalam keadaan Pailit;
Bahwa oleh karena Termohon tidak mampu memenuhi kewa­
jibannya kepada para Pemohon maka ia berkewajiban untuk mengem­
balikan uang para Pemohon berikut dengan kerugian-kerugian yang
diderita oleh Para Pemohon dan untuk menjamin pengembalian uang
dan kerugian Para Pemohon tersebut kiranya dapat diletakkan penyi­
taan jaminan atas asset atau barang-barang milik Termohon antara
lain berupa:
- Tanah berikut bangunan-bangunan Apartemen atau Satuan Rumah
Susun "Golf Modern" yang belum jadi;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Cikande Permai, Cikande;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Taman Adiyasa, Cisoka;
- Dan barang-barang lain yang diketahui kemudian.

248
Bahwa pembayaran-pembayaran Para Pemohon yang telah
diterima oleh Termohon yang harus dipertanggung jawabkan berikut
kerugian-kerugiannya adalah sebagai berikut:
Drs. Husen Sani dengan jumlah Pp. 30.300.547, -
Johan Subekti dengan jumlah Rp. 63.807.934,

Maka berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas para Pemohon


memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat agar
memutuskan:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon tersebut di atas;
- Menyatakan termohon PT. Modemland Realty Ltd, dalam keadaan
Pailit dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari PT. Modernland Realty tersebut,;
- Memerintahkan pemberesan asset atau harta kekayaan Termohon
untuk melunasi hutang temohon kepada Para Pemohon atau Para
Kreditur.

Atau sekiranya Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang


seadil-adilnya (ex aquo et bono );
Bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 12 Oktober
1998 No. 07/PAILIT/1998/PN.NlAGA/JKT PST, yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
Mengabulkan permohonan Para Pemohon;
Menyatakan PT. Modernland Realty, Ltd., Pailit;
Mengangkat dan menunjuk : HIRMAN PURWANASUWA, SH.
Hakim pada Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat sebagai
Hakim Pengawas;
Mengangkat Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;
Menetapkan biaya imbalan jasa kurator sebesar 0,5% (setengah
persen) dari Asset Pailit;
Membebankan biaya perkara kepada Para Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­


but diberitahukan kepada Termohon/Debitur pada tanggal 13 Oktober
1998 kemudian terhadapnya oleh Termohon/Debitur dengan peranta­

249
raan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 12 Oktober
1998 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 19 Okto­
ber 1998 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi Nom or:
05/Kas/Pailit/1998/PN/Niaga/Jkt/Pst. jo Nomor : 07/PAILIT/1998/PN/
NIAGA/JKT.PST. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, permohonan mana kemudian disusul oleh memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat pada hari itu juga;

Bahwa 2 (dua) kreditur lain yang bukan pihak pada persidangan


tingkat pertama dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat
kuasa khusus masing-masing tanggal 19 Oktober 1998 juga telah
mengajukan permohonan kasasi secara lisan atas putusan Pengadilan
Niaga tersebut masing-masing tanggal 19 Oktober 1998 sebagaimana
ternyata dari akte permohonan kasasi masing-masing Nomor 06/Kas/
Pailit/PN.Niaga/Jkt.Pst. jo Nomor 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.
dan Nomor 07/KAS/PAILIT/1998/PN. NIAGA/JKT. PST. jo Nomor :
07/KAS/PAILIT/1998/PN/NIAGA/JKT.PST. yang dibuat oleh Panitera
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana kemudian disusul
oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga;
Bahwa setelah itu oleh masing-masing Termohon Kasasi yang
pada tanggal 20 Oktober 1998 telah disampaikan salinan permohonan
kasasi dan salinan memori kasasi dari Para Pemohon Kasasi, diajukan
kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat masing-masing tanggal 26 Oktober 1998 dan 27 Oktober
1998;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dengan cara yang ditentukan dalam
Undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut
formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
para Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokok­
nya masing-masing ialah :

I. Pemohon Kasasi I PT. Moderland Realty Ltd.


1. Hakim Peradilan Niaga telah melanggar Hukum Acara karena
menolak upaya perdamaian.
Cara mengadili perkara a quo telah melanggar acara hukum
yang berlaku dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut:

250
1.1. Didalam Undang-undang Kepailitan, sama sekali tidak
diatur mengenai adanya kesempatan dan upaya per­
damaian di dalam proses Peradilan Niaga.

Dengan demikian, secara yuridis, upaya perdamaian


semestinya dilakukan oleh Hakim, kembali kepada hukum
acara yang diatur di dalam HIR dan Undang-undang No.
14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:

1.1.1. Dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-undang No. 4


Tahun 1998 tentang Kepailitan diatur bahwa :
“Kecuali ditentukan lain dengan Undang-undang,
hukum acara perdata yang berlaku diterapkan
pula terhadap Pengadilan Niaga”.

1.1.2. Berdasarkan Pasal 130 ayat (1) HIR disebutkan


bahwa sebelum Hakim memeriksa perkara,
harus terlebih dahulu berupaya untuk mendamai­
kan kedua belah pihak.

1.1.3. Didalam Pasal 14 ayat (2) Undang-undang No.


14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan, bahwa
didalam pemeriksaan dan didalam mengadili
perkara, Pengadilan tidak menutup kemungkinan
untuk usaha penyelesaian perkara secara damai.
1.1.4. Disamping itu upaya perdamaian merupakan
azas hukum acara perdata di Indonesia, sesuai
dengan hakekat nilai-nilai dan kepribadian bangsa
Indonesia yang bersumber pada Pancasila.

1.1.5. Disamping itu pula, upaya perdamaian selama


proses peradilan adalah sejalan dengan azas
peradilan yang berlaku berdasarkan Pasal 4 ayat
(2) Undang-undang No. 14 Tahun 1970 yang
menyatakan bahwa hendaknya ditempuh suatu
peradilan yang murah dan cepat.

1.2. Upaya perdamaian yang dilakukan oleh kedua belah pi­


hak sebelum dan sesudah proses peradilan di Sidang
Pengadilan Niaga, bukanlah merupakan bagian dari
ketentuan hukum acara peradilan niaga.

251
Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.2.1. Sebelum proses Sidang Pengadilan perkara ini
dimulai, di luar sidang Pengadilan memang
kedua belah pihak sudah pernah mengadakan
upaya perdamaian, namun belum berhasil.
Akan tetapi upaya perdamaian di luar tidaklah
merupakan upaya Hakim yang merupakan
bagian dari proses peradilan sebagaimana yang
dimaksud dalam hukum acara peradilan perdata.
1.2.2. Ketentuan Pasal 134-135 Undang-undang No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan diatur kemungkinan
adanya upaya perdamaian antara kedua belah
pihak, namun ketentuan perdamaian dalam pasal
ini tidaklah mengenai upaya perdamaian di da­
lam proses peradilan, melainkan perdamaian
antara para pihak yang dilakukan sesudah pu­
tusan Pengadilan, jadi merupakan perdamaian di
luar proses peradilan.

2. Hakim Pengadilan Niaga telah salah menerapkan hukum da­


lam memberikan pertimbangan atas bukti-bukti.
Pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri/Niaga pada
halaman 4 dan 5 pada pokoknya menyatakan sebagai berikut:
- “Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.l (hitam) yang
diajukan oleh Para Pemohon tersebut diperoleh fakta
bahwa Drs. Husein Sani telah memesan Apartement
M enara...”
- “Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P.ll (hitam)
diperoleh fakta bahwa antara Para Pemohon dan Termo­
hon telah disepakati perjanjian Pengikatan Jual Beli
- “Menimbang, bahwa surat bukti P.lll (hitam) adalah surat
tertanggal, Tangerang 29 Mei 1998 yang memuat pemberi­
tahuan Termohon kepada Para Pemohon agar kewajiban
Para Pemohon untuk melakukan pembayaran angsuran
yang telah jatuh tempo ditangguhkan.... ”
- “Menimbang, bahwa surat bukti P-IV (hitam) adalah surat
yang memuat jumlah uang yang telah disetor oleh Para
Pemohon kepada Termohon....”
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga
tersebut adalah tidak benar dan melanggar hukum yang ber­
laku, dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut:

252
2.1. Dalam putusan a quo , Majelis Hakim Pengadilan Negeri/
Niaga telah mempertimbangkan bukti-bukti yang diaju­
kan oleh Para Termohon Kasasi yang dilampirkan ber­
sama permohonan pernyataan kepailitan sebagai
berikut:
2.1.1. Surat Pesanan dan Kwitansi Pembayaran Cicilan
(bukti P-1).
2.1.2. Perjanjian pengikatan untuk Jual Beli Satuan
Rumah Susun “Golf Modern” (bukti P-ll).
2.1.3. Surat tertanggal 29 Mei 1998 dan surat ter­
tanggal 24 Juli 1998 (bukti P-ill).
2.1.4. Daftar Para Pemohon (bukti P-IV).

Bukti-bukti tersebut di atas tidak membuktikan adanya


perikatan utang-piutang yang mengikat pihak Pemohon
Kasasi I dan Para Termohon Kasasi, sebagaimana di­
syaratkan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) jo Pasal 6
ayat (3) Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
2.2. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa hubungan hu­
kum antara Para Termohon Kasasi dan Pemohon Ka­
sasi I adalah masih berupa hubungan perikatan Jual-
Beli belum merupakan perjanjian jual-beli. Jadi jelaslah
bahwa bukti-bukti tersebut tidak membuktikan telah ter­
jadinya suatu perjanjian utang-piutang apapun juga
antara Pemohon Kasasi I dan Termohon Kasasi.
2.3. Ketentuan mengenai kepailitan yang berlaku mensyarat­
kan bahwa yang dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga adalah Debitur yang memiliki lebih dari satu
Kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun
1998;
Dengan demikian jelas bahwa hubungan hukum antara
para pihak dalam suatu perkara kepailitan adalah per­
ikatan utang-piutang sebagaimana diatur dalam bab
ketigabelas “tentang pinjam-meminjam" buku ketiga
KU H Perdata.
Hal ini didukung oleh Deskripsi mengenai utang yang
diberikan oleh Undang-undang dalam penjelasan Pasal
1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 bahwa

253
yang dimaksud utang yang tidak dibayar oleh debitur
adalah utang pokok atau bunganya.
2.4. Bahwa mengenai substansi perkara kepailitan berupa
utang-piutang dan disyaratkannya utang-piutang dalam
perkara kepailitan dipertegas dalam pedoman pelak­
sanaan administrasi penyelesaian perkara di lingkungan
Peradilan Niaga yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung
RI mengenai kelengkapan persyaratan permohonan
perkara kepailitan pada Pengadilan Negeri/Niaga antara
lain berupa surat perjanjian utang dan perincian utang
yang tidak terbayar.
Hal mana tidak dipenuhi oleh para Termohon Kasasi
dalam permohonan pernyataan kepailitan yang diajukan
terhadap Pemohon Kasasi I.
2.5. Bahwa tidak dipenuhinya syarat-syarat untuk meleng­
kapi permohonan perkara kepailitan berupa perjanjian
utang-piutang dan perincian utang yang tidak terbayar,
tidak memungkinkan Hakim Peradilan Niaga untuk
mengabulkan permohonan pernyataan pailit, mengingat
untuk dikabulkannya pernyataan pailit harus terbukti
bahwa persyaratan pailit harus terbukti bahwa per­
syaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 te­
lah terpenuhi berdasarkan fakta atau keadaan yang
sederhana sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat
(3) Undang-undang No. 4 Tahun 1998;
Dalam penjelasan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang No.
4 Tahun 1998 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
pembuktian secara sederhana adalah yang lazim dise­
but pembuktian secara sumir dimana salah satunya,
dalam hal permohonan persyaratan pailit diajukan oleh
kreditur, pembuktian mengenai hak kreditur untuk me­
nagih juga dilakukan secara sederhana.
2.6. Dengan demikian, bukti-bukti yang dilampirkan oleh
para Termohon Kasasi dalam mengajukan permohonan
pernyataan kepailitan tidak relevan dengan substansi
dari perkara kepailitan. Sedangkan dalam putusan a
quo, Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga telah men­
dasarkan pertimbangan hukumnya pada bukti-bukti
yang tidak relevan dengan perkara kepailitan tersebut.
3. Hakim Pengadilan Niaga keliru dalam menafsirkan obyek
perkara kepailitan.
Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat dalam pertim­
bangan halaman 5 alinea 6 antara lain menyatakan sebagai
berikut:
“Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya perjanjian peng­
ikatan jual beli satuan rumah susun tersebut, maka ter­
mohon adalah wajib mengembalikan uang pembayaran
yang telah diterima dari para pemohon tersebut, dan oleh
karena termohon belum mengembalikan uang pembayaran
yang telah diterima tersebut, maka termohon harus
dinyatakan telah mempunyai hutang kepada masing-masing
para pemohon”
Pertimbangan hukum putusan a quo tersebut adalah tidak be­
nar dan bertentangan dengan hukum yang berlaku, dengan
alasan-alasan hukum sebagai berikut:

3.1. Menurut pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan/


Niaga tersebut pembatalan perjanjian pengikatan untuk
jual beli satuan rumah susun yang dibatalkan sepihak
oleh Pemohon Kasasi I (bukti P.lll-hitam), ditafsirkan
sebagai timbulnya hutang Pemohon Kasasi kepada para
Termohon Kasasi dengan kata lain, Majelis Hakim telah
menafsirkan perjanjian pengikatan untuk jual beli satuan
rumah susun (bukti P.lll-hitam) tersebut sebagai sebuah
perjanjian hutang-piutang antar Pemohon Kasasi I dan
para Termohon Kasasi.
3.2. Penafsiran Majelis Hakim terserbut sangat keliru karena:
3.2.1. Surat tanggal 24 Juli 1998 (bukti P-lll-hitam) di­
maksud adalah tidak relevan sama sekali untuk
ditafsirkan sebagai persetujuan/perjanjian utang-
piutang karena surat bukti P-lll (hitam) tersebut
merupakan pernyataan sepihak yang belum
disetujui pihak lain dalam hal ini para Termohon
Kasasi.
3.2.2. Seperti diketahui bahwa suatu perjanjian utang-
piutang KUHPerdata merupakan perjanjian timbal
balik dimana antara kedua belah pihak harus ter­
capai kesepakatan Pasal 1320.

255
3.2.3. Disamping itu surat tanggal 24 Juli 1998 bukti
(P.lll-hitam) jelas-jelas membuktikan bahwa
Pemohon Kasasi I telah menawarkan beberapa
alternatif pengembalian uang muka yang telah
terjadi akibat adanya surat perjanjian untuk
mengikat jual beli dimaksud. Hal ini berarti,
bahwa Pemohon Kasasi I tidak menolak untuk
mengembalikan uang muka tersebut kepada
para Termohon Kasasi.
Dengan demikian Pemohon Kasasi I menolak di­
katakan mempunyai hutang apapun kepada para
Termohon Kasasi.

3.3. Dengan demikian surat tanggal 24 Juli 1998 bukti P.Ill


dari Pemohon Kasasi I yang merupakan pernyataan
pembatalan sepihak yang belum disetujui para Termo­
hon Kasasi tidak dapat ditafsirkan sebagai perjanjian
timbal balik apapun juga.

3.4. Jadi jelaslah bahwa surat tanggal 24 Juli 1998 (bukti


P-lll) tidak dapat ditafsirkan sebagai adanya suatu utang
Pemohon Kasasi I terhadap Para Termohon Kasasi
yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar sehingga
dapat dijadikan obyek permohonan pailit dalam perkara
ini.

3.5. Bahwa sesuai dengan ketentuan dan substansi dari


Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dan
penjelasannya, yang dimaksud dengan utang adalah
kewajiban pembayaran yang terbit dari adanya perikat­
an utang-piutang dimana dikenal istilah pihak kreditur
bagi pihak yang memiliki piutang dan pihak debitur yang
mempunyai utang yaitu kewajiban pembayaran kembali
uang yang telah diterima dari kreditur berupa uang
pokok ditambah bunga.
3.6. Disamping itu surat tanggal 24 Juli 1998 (bukti P.lll-
hitam) tersebut kecuali tidak dapat ditafsirkan sebagai
perjanjian utang piutang, juga tidak dapat ditafsirkan se­
bagai perjanjian apapun juga karena sesungguhnya
berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan
yang berlaku, pembatalan sepihak tidak disetujui pihak
lainnya itu harus dimintakan ke Pengadilan, dan dalam
hal ini Pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan

256
Umum dan bukan Pengadilan Niaga, adapun peraturan
perundang-undangan yang dimaksud tersebut adalah
Pasal 1266 KUH Perdata dan Pasal 1267 KUH Perdata.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata ini
manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban­
nya (wanprestasi), perjanjian tidak batal demi hukum
tetapi pembatalan harus dimintakan Hakim. Berdasar­
kan ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata, pihak yang tidak
mendapat pemenuhan prestasi dari pihak lain dapat
memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian atau
menuntut pembatalan perjanjian disertai penggantian
biaya, kerugian dan bunga.

4. Mejelis Hakim Pengadilan Niaga dalam memutus perkara ini


telah melampaui kewenangannya.
Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat dalam pertim­
bangan halaman 5, alinea 5, antara lain menyatakan sebagai
berikut:
- “Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P.Ill (hitam),
yaitu surat termohon kepada para pemohon, tertanggal
Tangerang 24 Juli 1998 ternyata termohon secara sepihak
telah membatalkan perjanjian pengikatan jual beli satuan
rumah susun GOLF MODERN tersebut dengan alasan
bahwa termohon tidak akan melanjutkan pembangunan
satuan rumah susun (apartemen) GOLF MODERN tersebut;
- “ dan seterusnya..

Pertimbangan hukum tersebut adalah tidak benar dan m e­


langgar hukum yang berlaku, dengan alasan-alasan hukum
berikut:

4.1. Seperti telah diuraikan dalam butir 3 dan 4 di atas,


hubungan yang terjadi antara Pemohon Kasasi I dan
para Termohon Kasasi adalah hubungan hukum akan
mengadakan jual beli (bahkan belum terjadi perjanjian
jual beli). Jadi sama sekali tidak pernah terjadi hubung­
an hukum hutang piutang berdasarkan peraturan per­
undang-undangan yang berlaku.

4.2. Hubungan hukum yang telah terjadi antara Pemohon


Kasasi I dengan para Termohon Kasasi tersebut merupa­
kan obyek dari peradilan umum bukan merupakan

257
obyek Peradilan Niaga sebagaimana diatur dalam
Undang-undang No. 4 Tahun 1998.

4.3. Oleh karena Majelis Hakim dalam pertimbangan hukum


dan putusannya telah mengadili perkara yang obyeknya
merupakan perjanjian perikatan akan jual beli (bahkan
belum merupakan perjanjian jual beli) dan obyeknya itu
sama sekali bukan merupakan perjanjian utang piutang
maka sesungguhnya Majelis Hakim Pengadilan Niaga
yang telah mengadili perkara ini telah melampaui
kewenangannya sebagai Majelis Hakim Niaga.
4.4. Seperti diketahui bahwa yurisdiksi Pengadilan Niaga
yang berada di lingkup Peradilan Umum adalah untuk
memeriksa dan memutuskan pemohon pernyataan pailit
dan penundaan kewajiban membayar utang (vide Pasal
280 Undang-undang No. 4 Tahun 1998);

4.5. Bahwa dengan demikian putusan Majelis Hakim Pengadilan


Niaga yang melampaui batas wewenangnya sebagai­
mana diuraikan di atas dalam tingkat kasasi dapat di­
batalkan oleh Mahkamah Agung berdasarkan ketentuan
Pasal 30 butir c UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung.

II. Pemohon Kasasi II Bank Internasional Indonesia.


Pemohon Kasasi II adalah salah satu kreditur dari Termohon Ka­
sasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I dan Memori Kasasi ini diajukan
berdasarkan ayat 2 dari Penjelasan Pasal 8 Undang-undang No. 4
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Tentang
Kepailitan, mengemukakan keberatan sebagai berikut:
1. Unsur-unsur dalam Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang No.
4 Tahun 1998 tidak dipenuhi.
1.1. Unsur Kreditur:
a. Bahwa para Termohon Kasasi bukanlah Kreditur
akan tetapi hanya calom pembeli/pemesan aparte­
men. Jadi unsur “Kreditur" dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-udang No. 4 Tahun 1998 tidak dipenuhi.
1.2. Unsur (Tidak membayar utang dan Jatuh Tempo) tidak
dipenuhi dan permohonan kepailitan “Premature ” atau
belum waktunya diajukan.

258
a. Bahwa dasar utama pertimbangan hukum Majelis
Hakim di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk
mempailitkan Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon
Kasasi I adalah seperti tersebut dalam paragraf
terakhir halaman 5 dari Putusan Pengadilan Niaga
dalam perkara a quo yang berbunyi sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa dengan adanya pembatalan s e ­
cara sepihak oleh Termohon atas Perjanjian Peng­
ikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun tersebut, maka
seketika itu juga Termohon wajib mengembalikan
uang pembayaran yang telah diterima dari Para
Termohon tersebut, dan dengan demikian sejak
tanggal 24 Juli 1998 Termohon wajib membayar
kembali uang pembayaran yang telah merupakan
hutang tersebut kepada para pemohon, sehingga
hutang tersebut juga telah dapat ditagih”.
b. Bahwa dengan demikian bukti satu-satunya bagi
Majelis Hakim Pengadilan Niaga untuk mempailitkan
Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I adalah
surat Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I
tanggal 24 Juli 1998 (vide P-lll-hitam).
c. Bahwa Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I
baru wajib menyelesaikan pembangunan apartemen
pada bulan November 1998 dan baru akan diserah­
kan kepada para Termohon Kasasi selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak bulan November
1998 (Pasal 8 (1) Perjanjian Pengikatan - vide Bukti
P-2).
d. Bahwa Termohon Kasai II dan Ill/Pemohon Kasasi l
menegaskan kesediaan tersebut. Para Termohon
Kasasi tidak dapat membuktikan penolakan atau
ketidakmampuan membayar oleh Termohon Kasasi
II dan ll/Pemohon Kasasi I. Jadi unsur “Tidak m em ­
bayar”, seperti disyaratkan dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak dipenuhi.
e. Bahwa surat Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon
Kaasi I tanggal 24 Juli 1998 bukan merupakan bukti
hutang yang jatuh tempo (Manurity Date) dan juga
bukan merupakan penolakan untuk membayar utang
atau bukan penolakan Termohon Kasasi II dan III/

259
Pemohon Kasasi I untuk mengembalikan uang pem­
bayaran para Termohon Kasasi, melainkan surat
tentang usulan “alternatif penyelesaian dengan tukar
tambah dengan produk lain” dan apabila alternatif
tersebut ditolak oleh para Termohon Kasasi maka
terbuka dua (2) alternatif bagi para Termohon Kasasi
yaitu:

Alternatif pertam a:
Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I mem­
bayar denda seperti diatur dalam Pasal 10 (1) dari
Perjanjian Pengikatan.
Alternatif k ed u a:
Para Termohon Kasasi dapat menuntut sebagai
berikut:
a. Memaksa Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon
Kasasi I memenuhi perjanjian yaitu membangun
menyelesaikan rumah susun.
atau
b. Menuntut kembali uang pembayaran.
c. Surat tanggal 24 Juli 1998 jelas menyebutkan
kata-kata sebagai berikut dalam paragraf dua (2) :
“Kami management PT. Modernland Realty Tbk.
menawarkan beberapa alternatif penyelesaian ...”
d. Jadi jelas surat tanggal 24 Juli 1998 bukan bukti
jatuh tempo utang seperti didalilkan Majelis
Hakim, melainkan hanya “alternatif penawaran”,
bukan tolakan membayar tagihan sesuai Pasal 10
ayat (1) Perjanjian Pengikatan atau bukan peno­
lakan pengembalian uang pembayaran rumah
susun. Apabila alternatif penyelesaian tersebut
ditolak oleh para Termohon Kasasi maka prose­
dur selanjutnya adalah para Termohon Kasasi ti­
dak menagih sesuai Pasal 10 ayat (1) Perjanjian
Pengikatan atau tidak meminta pengembalian
uang pembayaran, atau pemenuhan perjanjian
sesuai Pasal 1267 KUH Perdata melainkan lang­
sung mengajukan Permohonan Kepailitan ke
Pengadilan Niaga. Jadi jelas terbukti Permohonan
Kepailitan para Termohon Kasasi “Premature”
atau terlalu dini dan belum saatnya untuk diaju­
kan.
e. Bahwa Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Ka­
sasi I tidak pernah menolak untuk membayar
denda kepada para Termohon Kasasi sebagai­
mana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Perjanjian
Pengikatan atau tidak pernah menolak mengem­
balikan uang pembayaran sesuai Pasal 1267
KU H Perdata.
f. Bahwa dengan demikian terbukti Majelis Hakim
telah salah dalam menafsirkan pengertian jatuh
tempo (maturity date) sebab surat tertanggal 24
Juli 1998 dari Termohon Kasasi II dan Ill/Pemo­
hon Kasasi I hanyalah upaya mencari alternatif
penyelesaian.
2. Para Termohon Kasasi tidak menagih.
2.1. Bahwa Para Termohon Kasasi tidak pernah menagih
Denda yang besarnya sesuai dengan Pasal 10 (1) Per­
janjian Pengikatan atau pengembalian uang pemba­
yaran sesuai Pasal 1267 KUH Perdata dan lagi pula
baru dapat ditagih setelah alternatif dalam surat tanggal
24 Juli 1998 ditolak atau tidak disetujui. Jadi “unsur da­
pat ditagih” dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.
4 Tahun 1998 tidak dipenuhi.
3. Majelis Hakim melanggar Hukum Acara Perdata dengan m e­
nolak rencana berdamai di luar sidang.
3.1. Fakta yang terungkap di dalam persidangan adalah se­
bagai berikut:
- Pada tanggal 12 Oktober 1998, Termohon Kasasi II
dan Ill/Pemohon Kasasi I telah menyampaikan
kepada Majelis Hakim di muka persidangan bahwa
Termohon Kasasi II dan ll/Pemohon Kasasi I menya­
takan akan menyelesaikan tuntutan permohonan dari
Para Termohon Kasasi.
- Untuk itu Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Ka­
sasi I mengajukan permohonan agar Majelis Hakim
menunda sidang yang sedianya akan dibacakan pu­
tusan. Para Termohon Kasasi sendiri telah menyam­
but itikad baik dari Termohon Kasasi II dan Ill/Pemo­

261
hon Kasasi I, namun menyerahkan kebijaksanaan­
nya kepada Majelis Hakim.
- Majelis Hakim kemudian menskors sidang untuk be­
runding selama 15 menit dan akhirnya memutuskan
untuk tetap membacakan putusan dengan alasan
perdamaian dapat dilakukan setelah putusan pailit
dibacakan.
3.2. Bahwa apabila sidang diundur beberapa hari maka pasti
akan dicapai perdamaian sebab Termohon Kasasi II dan
Ill/Pemohon Kasasi I sudah dengan tegas menyatakan
akan menyerahkan uang pembayaran yang belum per­
nah ditagih sesuai Pasal 10 ayat (1) dari Perjanjian
Pengikatan.
3.3. Bahwa dengan demikian terbukti bahwa Majelis Hakim
telah melanggar Pasal 284 (1) UJ No. 14 Tahun 1998 jo
Pasal 14 (2) UU No. 14 Tahun 1970.

Kepentingan Pemohon Kasasi II.


4.1. Bahwa tagihan Termohon Kasasi I adalah Rp. 30.300.547,-
(tiga puluh juga tiga ratus ribu lima ratus empat puluh
tujuh rupiah) dan tagihan Termohon Kasasi II adalah
Rp. 63.807.934,- (enam puluh tiga juta delapan ratus
tujuh ribu sembilan ratus tiga puluh empat rupiah).
Jadi total tagihan Termohon Kasasi I dan Termohon
Kasasi II adalah Rp. 94.108.481,- (sembilan puluh em­
pat juta seratus delapan ribu empat ratus delapan puluh
satu rupiah).
4.2. Bahwa Pemohon Kasasi II adalah salah satu kreditur
dari Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I dan
total kewajiban Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon
Kasasi I terhadap Pemohon Kasasi II tertanggal 9 Okto­
ber 1998 adalah Rp. 140.108.243.611,5 (seratus empat
puluh milyar seratus delapan juta dua ratus tiga puluh
empat enam ratus sebelas rupiah lima sen) jumlah
mana dapat berubah dengan berjalannya waktu.
4.3. Bahwa Pemohon Kasasi II belum melihat alasan yang
kuat dari segi hukum untuk mempailitkan Termohon Ka­
sasi II dan ll/Pemohon Kasasi I sebab :
a. Tidak ada bukti penolakan atau ketidakmampuan
Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I untuk
mengembalikan uang pembayaran kepada Para
Termohon Kasasi berdasarkan Pasal 10 ayat (1)
Perjanjian Pengikatan atau Pasal 1267 KUH Perdata.
b. Jumlah tagihan para Termohon Kasasi sangat kecil
dibandingkan dengan tagihan Pemohon Kasasi II.
c. Asset dari Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Ka­
sasi I diperkirakan Rp. 500 milyar dan apabila putusan
Pengadilan Niaga No. 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/
Jkt.Pst., dilaksanakan maka sesuai putusan Pengadi­
lan Niaga harus dibayar biaya kurator (Balai Harta
Peninggalan) sebesar 0,5% dikali dengan Rp. 500
Milyar atau sama dengan Rp. 25 Milyar.
akibatnya:
1. Total kewajiban Termohon Kasasi II dan lll/
Pemohon Kasasi I bertambah Rp. 25 milyar hanya
gara-gara tagihan Rp. 94.108.481,- (sembilan pu­
luh empat juta seratus delapan ribu empat ratus
delapan puluh satu rupiah)
2. Kreditur lain dirugikan sebab jumlah Rp. 25
milyar tersebut akan mengurangi nilai asset
Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I.
d. Kerugian Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi
I dan kreditur lain tetap akan ada, jumlahnya besar
untuk membayar kurator (Balai Harta Peninggalan)
sekalipun dicapai perdamaian sesudah dinyatakan
pailit, padahal kerugian tersebut tidak akan terjadi
apabila Majelis Hakim di Pengadilan Niaga menunda
sidang bukan hanya 15 menit tetapi beberapa hari
karena para pihak telah meminta sidang diundur
untuk berdamai sebelum keputusan pailit.
e. Apabila Termohon Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi
I dipailitkan maka yang merugi adalah para kreditur
keseluruhan, masyarakat pembeli saham Termohon
Kasasi II dan Ill/Pemohon Kasasi I melalui bursa,
para karyawan akan di PHK dan perusahaan pada
akhirnya “mati”.

III. Pemohon Kasasi III PT. Bank Danamon Indonesia.


1. Pemohon Kasasi III, adalah sebagai Kreditur dari PT. Modern-
land Realty Ltd., dimana PT. Modernland Realty Ltd. sebagai

263
debitur berhutang kepada Pemohon Kasasi III sebesar utang
pokok Rp. 150.000.000.000,-, hal ini sesuai dengan Akta
Perjanjian Kredit No. 217 tertanggal 18 Desember 1996
(terlampir sebagai bukti PK-1) junto Akta Pengakuan Hutang
No. 218 tertanggal 18 Desember 1996 (terlampir sebagai
bukti PK-2), merasa sangat keberatan atas putusan pernya­
taan pailit terhadap PT. Modernland Realty Ltd. yang telah di­
putus pada tanggal 12 Oktober 1998 oleh Pengadilan Niaga
karena:
a. Pengadilan Niaga sama sekali tidak mempertimbangkan
kepentingan kreditur lainnya, sehingga menimbulkan penye­
lesaian secara tidak adil dalam arti Pengadilan Niaga tidak
memperhatikan kepentingan perusahaan sebagai Debitur
maupun kepentingan Kreditur secara seimbang.
b. Pengadilan Niaga dalam menjatuhkan putusannya tidak
memperhatikan tentang landasan pertimbangan dilakukan­
nya penyempurnaan terhadap Undang-undang Kepailitan
sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Umum
Undang-undang Kepailitan.
Atas dasar Penjelasan Umum Undang-undang Kepailitan
tersebut dan mengingat anjuran pemerintah dalam kaitan­
nya dalam usaha untuk merehabilitasi perekonomian
nasional, pihak kreditur dan debitur diimbau untuk meng­
ambil langkah-langkah penyelesaian restrukturisasi hutang
untuk menghindari dampak negatif dari upaya penyelesaian
lain yang justru akan memperburuk situasi perekonomian
nasional dengan adanya PHK, kemacetan dunia usaha,
dan sebagainya. Oleh karenanya Pemohon Kasasi tidak
mengambil langkah penyelesaian hutang piutang melalui
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Bahwa akibat adanya putusan pailit terhadap PT.
Modernland Realty Ltd. telah memupus upaya-upaya
penyelesaian yang sudah dan sedang dilakukan oleh
Pemohon Kasasi dan memupus upaya PT. Modernland
Realty Ltd., dalam merealisasi restrukturisasi hutang seba­
gai solusi dari masalah yang timbul akibat krisis moneter.
Bahwa Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah keliru menerap­
kan hukum dan menginterprestasikan hukum dalam memberi­
kan pertimbangan hukum mengenai status Drs. Husein Sani
dan Johan Subekti sebagai Kreditur, karena :
Pertimbangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada halaman
4 menyatakan :
“Menimbang, bahwa para pemohon telah mendalilkan bahwa
para Pemohon adalah para pembeli apartemen/satuan rumah
susun golf modern yang akan dibangun oleh termohon dengan
cara mengangsur (cicil) dan untuk itu Pemohon Drs. Husein
Sani telah mengangsur (cicil) sebesar Rp. 30.300.547,- dan
Pemohon Johan Subekti telah mengangsur (cicil) sebesar
Rp. 63.807.934,-. Akan tetapi termohon dengan suratnya
tanggal 24 Juli 1998 telah memberitahukan kepada Pemohon
bahwa Termohon tidak lagi dapat melanjutkan usahanya dan
tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada para Pemohon
selaku krediturnya, maka cukup beralasan Termohon dinyata­
kan dalam keadaan pailit”.
Bahwa pertimbangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menya­
takan Drs. Musein Sani dan Johan Subekti adalah sebagai
Kreditur PT. Modernland Realty Ltd. didasarkan :
- Drs. Husein Sani dan Johan Subekti adalah para pembeli
apartemen/satuan rumah susun Golf Modern.
- Dengan cicilan/angsuran.
- Drs. Husein Sani telah mengangsur sebesar Rp. 30.300.547,-
- Johan Subekti telah mengangsur sebesar Rp. 63.807.934,-
- Adanya surat tertanggal 24 Juli 1998 yang menyatakan
PT. Modernland Realty Ltd. tidak dapat lagi melanjutkan
usahanya dan tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Pertimbangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut di­
dasarkan pada adanya hubungan pengembang/developer
dengan konsumen sesuai surat perjanjian pengikatan jual beli
dan karena PT. Modernland Realty Ltd., tidak dapat tagi
melanjutkan usahanya dan tidak dapat memenuhi kewajiban­
nya, kemudian Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan
Drs. Husein Sani dan Johan Subekti adalah selaku Kreditur.
Sedang menurut Penjelasan Umum dan Pertimbangan undang-
undang kepailitan m enyatakan:
- Bahwa salah satu hukum yang menjadi landasan penyele­
saian utang piutang adalah Undang-undang Kepailitan.
- Bahwa pokok-pokok penyempurnaan tentang Undang-
undang Kepailitan tersebut meliputi segi-segi penting yang

265
dinilai perlu untuk mewujudkan penyelesaian masalah
utang piutang secara cepat, adil, terbuka dan efektif.
Oleh karenanya kepailitan harus berkaitan dengan kreditur
dan debitur yang terikat dengan perjanjian peminjam (utang-
piutang), maka perjanjian pengikatan jual beli tidak berkaitan
dengan Kepailitan.
3. Bahwa Pengadilan Niaga telah keliru menerapkan hukum dan
menginterprestasikan hukum dalam pertimbangan hukum
mengenai pembatalan perjanjian pengikatan jual beli yang
mengakibatkan tidak mengembalikan uang pembayaran cicilan/
angsuran dinyatakan sebagai utang.
Bahwa pertimbangan Pengadilan Niaga berdasarkan :
- Surat pesanan dan kwitansi pembayaran cicilan (bukti P-1).
- Perjanjian Pengikatan jual beli satuan rumah susun “Golf
Modern” (bukti P-2).
- Surat tertanggal 29 Mei 1998 dan surat tertanggal 24 Juli
1998 (bukti P-4)
Kemudian Pengadilan Niaga menyimpulkan adanya ke­
sepakatan perjanjian pengikatan jual beli satuan rumah susun
Golf Modern dengan cara mengangsur dan dengan dibatal­
kannya perjanjian pengikatan jual beli rumah susun Golf Mod­
ern oleh PT. Modernland Realty Ltd., berkewajiban mengem­
balikan uang pembayaran yang telah diterima, kalau tidak
dikembalikan maka dinyatakan sebagiai utang.
Bahwa Pengadilan Niaga sama sekali tidak memberikan per­
timbangan, apakah Drs. Husein Sani dan Johan Subekti telah
menerima pembayaran sepihak atas perjanjian Pengikatan
jual beli dan Pengadilan Niaga tidak mempertimbangkan
apakah perjanjian pengikatan jual beli dapat dibatalkan secara
sepihak. Karena belum ada kepastian tentang pembatalan
perjanjian pengikatan jual beli, maka Drs. Husein Sani dan
Johan Subekti masih tunduk pada isi perjanjian pengikatan
jual beli tersebut, khsusunya mengenai kewajiban PT. Modern­
land Realty Ltd. untuk menyelesaikan pembangunan Aparte-
men/Rumah Susun pada bulan November .1998 dan penye­
rahannya sampai bulan Desember 1998.
4. Pengadilan Niaga telah salah menerapkan hukum dalam per­
timbangan hukum mengenai jatuh tempo (maturity date)
Bahwa pertimbangan hukum hanya menyatakan:
“Menimbang, bahwa menjadi pertanyaan sekarang apakah
utang pemohon tersebut telah jatuh tempo (maturity date)’ .
Bahwa ternyata Pengadilan Niaga sama sekali tidak mem­
berikan pertimbangan tentang ketentuan Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Pokok Kepailitan.
5. Pertimbangan Pengadilan Niaga mengenai dapat ditagih
dinyatakan sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa dengan adanya pembatalan secara se­
pihak oleh Termohon atas perjanjian pengikatan jual beli
satuan rumah susun tersebut, dan dengan demikian sejak
tanggal 24 Juli 1998, termohon wajib membayar kembali uang
pembayaran yang telah merupakan utang tersebut kepada
para pemohon, sehingga utang tersebut juga telah dapat di­
tagih”.
Bahwa Pengadilan Niaga telah keliru dalam menerapkan dan
penginterprestasikan hukum dalam pertimbangan hukum
mengenai akibat pembatalan sepihak perjanjian pengikatan
jual beli tersebut maka kewajiban mengembalikan uang pem ­
bayaran cicilan yang telah merupakan utang yang telah dapat
ditagih, karen a:
- Pengadilan Niaga tidak mempertimbangkan apakah pem ­
batalan sepihak atas perjanjian pengikatan jual beli tersebut
telah mendapat persetujuan dari Drs. Husein Sani dan Jo­
han Subekti.
- Pengadilan Niaga tidak mempertimbangkan akibat Perjan­
jian Pengikatan Jual Beli terhadap Drs. Husein Sani dan
Johan Subekti dengan PT. Modernland Realty Ltd. untuk
menyelesaikan pembangunan apartemen sampai Novem ­
ber 1998.
Oleh karenanya utang dapat ditagih sebagaimana pertim ­
bangan Pengadilan Niaga adalah tidak termasuk penger­
tian utang dapat ditagih menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang Kepailitan khususnya menyangkut pembuktian
mengenai hak kreditur untuk menagih juga dilakukan se­
cara sederhana.
6. Pengadilan Niaga keliru dalam menerapkan hukum dalam
memutus perkara a quo, karena:
Pengadilan Niaga dalam pertimbangannya dengan begitu saja
menyatakan bahwa karena terbukti adanya wanprestasi,

267
maka telah ada sejumlah uang yang terutang oleh debitur dan
bahwa utang tersebut telah jatuh tempo, justru disinilah pene­
rapan hukum yang keliru.
Pengadilan Niaga dengan pertimbangan tersebut di atas telah
melampaui batas suatu tahap pembuktian atau setidak-tidak­
nya ada wanprestasi atau tidak.
Sebab dengan menyatakan PT. Modernland Realty Ltd., telah
jatuh pailit dalam satu putusan, maka berarti Pengadilan Niaga
telah melakukan wanprestasi sebenarnya tidak termasuk da­
lam yurisdiksi (kompetensi absolut) Pengadilan Niaga, melain­
kan yurisdiksi (kompetensi absolut) Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
Bahwa Drs. Husein Sani dan Johan Subekti sendiri dalam
permohonannya sebagaimana tampak dari uraian butir 6
permohonannya, sebenarnya ragu-ragu apakah PT. Modern­
land Realty Ltd. telah melakukan wanprestasi atau telah pasti
berutang, ternyata Drs. Husein Sani dan Johan Subekti
sendiri masih meminta agar PT. Modernland Realty Ltd.
dinyatakan wanprestasi dan sekaligus menuntut pengem­
balian uang dan kerugian disertai permohonan sita jaminan.
Oleh karena Drs. Husein Sani dan Johan Subekti telah meng­
akumulasikan masalah wanprestasi dengan permintaan per­
nyataan pailit, hal yang terakhir ini tidak dibenarkan oleh
Undang-undang, karena dengan kumulasi tersebut Drs.
Husein Sani dan Johan Subekti meniadakan hak PT. Modern­
land Realty Ltd. untuk membela diri (untuk mengajukan upaya
hukum) terhadap pernyataan wanprestasi tersebut. Padahal
sebagaimana diketahui kewenangan untuk menyatakan wan­
prestasi berada dalam yurisdiksi (kompetensi absolut) Peng­
adilan Negeri bukan Pengadilan Niaga. Lagi pula upaya hukum
yang tersedia bagi pernyataan wanprestasi adalah banding
(upaya hukum perdata biasa).
Dengan kumulasi hak PT. Modernland Realty Ltd. untuk
melawan wanprestasi atau untuk mengajukan upaya hukum
banding menjadi hilang.
Bahwa dengan demikian Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
telah melampaui wewenangnya.
Menimbang:
Mengenai keberatan kasasi ad. 3 dari Pemohon Kasasi I (PT.
Modernland Realty L td.):
Bahwa keberatan ini dapat dibdnarkan sebab Judex Factie
telah salah dalam menerapkan hukum didalam menentukan
objek perkara kepailitan, karena pada hakekatnya hubungan
hukum yang ada antara para Termohon kasasi (dahulu Para
Pemohon Asal) dengan Pemohon Kasasi (dahulu Termohon
Asal/PT. Modernland Realty Ltd.) adalah hubungan hukum
pengikatan jual beli mengenai satuan rumah susun Golf Modem
yang dibangun oleh Pemohon Kasasi dengan pembayaran
secara angsuran oleh para Termohon Kasasi, sehingga karena­
nya merupakan perikatan antara produsen dan konsumen.
Sedangkan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 beserta penjelasannya telah dicantumkan
dengan jelas adanya hubungan hukum utang dan bahwa
pengertian utang yang tidak dibayar oleh debitur sebagai­
mana dimaksud dalam ketentuan ini adalah utang pokok
dan bunganya.
Bahwa selanjutnya jika ditinjau dari segi tujuan dan maksud
diadakannya Undang-undang ini, maka dalam Konsiderans
Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998 butir e dan f
telah dicantumkan bahwa pertimbangan untuk diadakannya
penyempurnaan peraturan kepailitan dalam mengatasi gejolak
moneter beserta akibatnya yang berat terhadap perekonomian
saat ini adalah penyelesaian utang-piutang perusahaan, yang
juga sangat diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan
usaha dan kehidupan perekonomian pada umumnya.
Bahwa dengan demikian pengertian “utang” dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998 harus
diartikan dalam konteks pemikiran Konsiderans tentang maksud
diterbitkannya undang-undang tersebut dan tidak dapat
dilepaskan kaitan itu dari padanya, yang pada dasarnya m e­
nekankan pada pinjaman-pinjaman swasta. Sehingga karena­
nya tidak meliputi bentuk wanprestasi lain yang tidak berawal
pada konstruksi hukum pinjam meminjam uang.

269
Mengenai keberatan ad. 4 dari Pemohon Kasasi I (PT. Modern-
land Realty L td .):
Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena Hakim
Pengadilan Niaga dalam memutus perkara ini telah melam­
paui wewenangnya, sebab dengan telah dibentuknya Pengadil­
an Niaga sebagai peradilan yang khusus dalam perkara
kepailitan dan yang terpisah dari peradilan dalam perkara
perdata pada umumnya, maka kompetensi atau kewenangan
absolut dari Pengadilan Niaga pada waktu ini sebagaimana
yang dicantumkan dalam Pasal 280 ayat (2) Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 adalah memeriksa dan memutuskan per­
mohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pem­
bayaran utang. Sedangkan dalam perkara in casu, sepanjang
mengenai masalah pemeriksaan, pembuktian, dan pembatal­
an atau tidaknya suatu Perikatan Jual Beli antara Pemohon
Kasasi dengan Para Termohon Kasasi beserta segala sanksi
hukumnya akibat perbuatan wanprestasi oleh salah satu pi­
hak, pada hakekatnya termasuk dalam ruang lingkup
kewenangan pemeriksaan Hakim Perdata di Pengadilan
Negeri, sehingga dalam kasus ini Hakim Pengadilan Niaga
(Kepailitan) tidak dapat secara langsung otomatis dan seka­
ligus menyimpulkan atau menyatakan dalam pertimbangan
hukumnya bahwa Termohon Kepailitan harus dinyatakan
mempunyai utang kepada masing-masing para Pemohon
Kepailitan;

Mengenai keberatan kasasi ad. 1 s/d ad. 4 dari Pemohon


Kasasi II (PT. Bank Internasional Indonesia) dan keberatan
kasasi ad. 1 s/d ad. 6 dari Pemohon Kasasi III (PT. Bank
Danamon Indonesia. T b k .:

Bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan, sebab di-


samping bahwa hubungan hukum antara para Pemohon
Kepailitan dan Termohon Kepailitan adalah pada hakekatnya
bukan dalam hubungan hukum utang-piutang melainkan da­
lam hubungan hukum PERIKATAN JUAL-BELI, juga per­
syaratan bahwa “utang telah jatuh waktu (tempo) dan dapat
ditagih", sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998 belum dipenuhi
dalam kasus ini.
Sebab syarat bahwa “telah jatuh waktu (tempo)” tersebut tidak
dapat disimpulkan sekedar dari adanya Surat Pemohon Ka­
sasi tertanggal 24 Juli 1998 (bukti P-lll-hitam ) sebagaimana
telah dipertimbangkan oleh Judex Factie, oleh karena surat
demikian itu pada hakekatnya hanyalah merupakan pe­
nawaran sepihak mengenai alternatif penyelesaian dari pihak
Pemohon Kasasi, hal mana belum disetujui oleh pihak lainnya
sehingga disini belum tampak adanya suatu hubungan kon-
sensual dalam suatu perikatan, dan yang masih harus dibukti­
kan.
Bahwa penentuan tanggal 24 Juli 1998 tersebut adalah pe­
nentuan saat berlakunya sikap Pemohon Kasasi untuk tidak
lagi melanjutkan pembangunan perumahan, hal mana tidak
dengan sendirinya berarti bahwa utang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


tersebut di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung dengan tanpa
mempertimbangkan alasan-alasan kasasi lainnya terdapat cukup alasan
untuk mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh : 1. PT.
Modernland Realty Ltd., dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : Amir
Syamsuddin, SH. dan Hardina, SH., 2. PT. Bank Internasional Indonesia
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya : Hotman Paris Hutapea, SH .
dan Denny Christyanto, SH., 3, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.,
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya : Denny Kailimang, SH., dan
Bemy Ponto, SH., Togap Marpaung, SH. dan Herfian, SH. tersebut
serta untuk membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tangal 12 Oktober 1998 No. 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/J KT. PST. se­
hingga Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini dan selu­
ruh amarnya akan berbunyi sebagaimana yang akan disebutkan di
bawah ini.
Menimbang, bahwa para Termohon Kasasi/para Pemohon
Pernyataan Pailit sebagai pihak yang kalah harus dihukum untuk
membayar seluruh biaya perkara ini baik yang timbul pada Pengadilan
Niaga maupun pada tingkat kasasi.
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985, dan Undang-undang N o. 4
Tahun 1998 serta undang-undang yang bersangkutan;

MENGADILI

Mengabulkan permohonan Kasasi dari para Pemohon Kasasi :


1. PT. MODERNLAND REALTY LTD., dalam hal ini diwakili oleh

271
kuasanya : AMIR SYAMSUDDIN, SH. dan HARDINA, SH„ 2. PT.
BANK INTERNASIONAL INDONESIA dalam hal ini diwakili oleh para
kuasanya: HOTMAN PARIS HUTAPEA, SH. dan DENNY CHRISTYANTO,
SH., 3. PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK., dalam hal ini diwakili oleh
para kuasanya : DENNY KAILIMANG, SH., dan BERNY PONTO, SH.,
TOGAP MARPAUNG, SH. dan HERFIAN, SH. tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tangal 12
Oktober 1998 No. 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST;

Dan M engadili Sendiri

Menolak permohonan pernyataan pailit dari para Pemohon :


1. Drs. Husein Sani, 2. Johan Subekti.
Menghukum para Termohon Kasasi/Para Pemohon Pernyataan
Pailit untuk membayar semua biaya perkara, baik yang timbul dalam
Pengadilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan dalam
tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);

Demikianlah diputus dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Senin tanggal 23 November 1998 dengan H.
SOEHARTO, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditunjuk oleh
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua sidang, Prof. DR. PAULUS
EFENDI LOTULUNG, SH. dan NY. SUPRAPTINI SUTARTO, SH. se­
bagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka un­
tuk umum pada h a ri: Rabu tanggal 02 Desember 1998 oleh Ketua Si­
dang tersebut dengan dihadiri Prof. DR. PAULUS EFENDI LOTULUNG,
SH. dan NY. SUPRAPTINI SUTARTO, SH. Hakim-Hakim Anggota dan
BINSAR P. PAKPAHAN, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri
oleh kedua belah pihak.

Ketua,
ttd.
H. SOEHARTO. SH.

Hakim-Hakim Anggota:
ttd.
/

PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG. SH.

272
ttd.

NY. SUPRAPTIN1SUTARTO. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

BINSAR P. PAKPAHAN

Biava-biava:
1. M eterai......................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi........................ Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi.... Rp.. 1.997.000,-
Jum lah......................... Rp. 2.000.000,-

273
PUTUSAN
N o m o r: 07/P A IL IT /1998/P N .N IA G A /JK T .P S T .

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang bersidang di Jakarta yang


memeriksa perkara Permohonan Kepailitan telah menberikan keputusan
sebagaimana tersebut di bawah ini dalam perkaranya :
- Drs. Husein Sani, bertempat tinggal di Buncit Indah Blok N-10
Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
- Johan Subekti, bertempat tinggal di Jl. Kelapa Hibrida IV RB-
9/02 Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dalam hal ini diwakili oleh kuasa mereka : Daryo M., SH. dan
Metiawati, SH. Advokat dan Pengacara dari Dea Law Firm,
berkedudukan di Jalan Pintu Air Raya No. 8 Pasar Baru, Jakarta
Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 2 Septem­
ber 1998, yang dilegalisir di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Ja­
karta Pusat No. 36/leg. Sft. Kuasa/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.
tanggal 22 September 1998, selanjutnya disebut sebagai: PARA
PEMOHON;
Dan:
PT. MODERNLAND REALTY LTD., beralamat di Jalan Hartono
Boulevard Kaveling 10 Tangerang, selanjutnya disebut sebagai:
TERMOHON;

PENGADILAN NIAGA TERSEBUT;


Telah membaca surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini;
Telah memperhatikan bukti-bukti surat dari pihak-pihak;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya


tanggal 2 September 1998 yang diterima dan didaftarkan di Kepanitera­
an Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 23 September 1998
dibawah Register Perkara Nom or: 07/PAILIT/1998/PN.NIAGA/JKT.PST.,
pihak Pemohon telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa pada tahun 1996, Termohon sedang membangun sebuah
Kompleks Apartemen atau Satuan rumah Susun dengan nama

274
atau sebutan SATUAN RUMAH SUSUN “GOLF MODERN” berikut
segala fasilitas yang diperlukan untuk rumah tinggal, terletak di
Kotamadya Tangerang, Jawa Barat dan sebelum Termohon mem­
bangun Apartemen atau Satuan Rurrjah Susun tersebut, Termo­
hon telah memasarkan Apartemen atau Rumah Susun tersebut
kepada Masyarakat dan Para Penomon yang berminat membeli
Apartemen atau Rumah Susun yang sedang dibangun tersebut;
2. Bahwa walaupun pembayaran harga Apartemen atau Rumah
Susun tersebut dilakukan dengan bertahap atau cicilan, akan
tetapi untuk dapat membeli Apartemen atau Rumah Susun terse­
but harus dilakukan dengan pesanan dan pembayaran cicilan ter­
sebut harus dilakukan dimuka atau sebelum Para Pemohon
menerima barang yang akan dibelinya tersebut (bukti terlampir
P-1), karenanya posisi Para Pemohon, Drs. Husein Sani, dengan
jumlah biaya yang telah dikeluarkan Rp. 30.300.547,- dan Johan
Subekti dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan Rp. 64.807.934,-
dalam hal ini adalah sebagai para Kreditur, sedangkan Termohon
sebagai Debitur dan kewajiban Debitur terhadap Kreditur yang lain
adalah sebagai berikut:
- Mohammad Ivan, dengan jumlah Rp. 9.599.829,-
- Zainal A. Yudakusuma SE., dengan jumlah Rp. 11.371.488,-
- Suryandi Mulya, dengan jumlah Rp. 39.979.369,-
- Pardomuan Hasiholan H., dengan jumlah Rp. 12.791.067,-
- Tommy, dengan jumlah Rp. 11.269.019,-
- Emas, dengan jumlah Rp. 23.796.920,-
- Perlindungan Naibaho, dengan jumlah Rp. 12.537.977,-
- Syahril, dengan jumlah Rp. 14.168.955,-
- Ceacilia Sri Lestari, dengan jumlah Rp. 11.599.000,-
- Fam Siu Lin, dengan jumlah Rp. 10.971.800,-
- Johannes Anwar Pamudji, dengan jumlah Rp. 49.173,686,-
- Johannes Anwar Pamudji, dengan jumlah Rp. 8.914.912,-
- Feryanto, dengan jumlah Rp. 8.298.802,-
- M. Irfan, dengan jumlah Rp. 13.811.890,-
- Dr. Muchlisah, dengan jumlah Rp. 11.989.973,-
- Toni Satrio Soerachmat, dengan jumlah Rp. 10.489.630,-
- Bambang Yama Wijayaman, dengan jumlah Rp. 10.456.707,-
- Budi Satrio, dengan jumlah Rp. 49.492.731,-

275
- Perdomuan Hasiholan, dengan jumlah Rp. 72.415.200,-
- Agustianto Saputra, dengan jumlah Rp. 6.635.800,-
- Iskandar Ibrahim, dengan jumlah Rp. 7.467.882,-
- Andra R. Sutanto, dengan jumlah Rp. 64.828.605,-
- Gouw Sauw Nio, dengan jumlah Rp. 8.922.164,-
- Lili Trisnawati, dengan jumlah Rp. 47.315.664,-
- Bing Rianto, dengan jumlah Rp. 8.922.164,-
- Jetty, dengan jumlah Rp. 9.767.758,-
- Tjoe In In, dengan jumlah Rp. 9.866.343,-
- Budhi Harta Wangsadidjaja, dengan jumlah Rp. 8.480.336,-
- Drs. DjoharArifin, dengan jumlah Rp. 10.828.927,-
- Edy R ., dengan jumlah Rp. 4.768.681,-
- Hahan Lutfi, dengan jumlah Rp. 20.000.000,-
- Dewi Kumiasih/Yulianingsih S, dengan jumlah Rp. 78.188.000,-
- Tirta Lukman, dengan jumlah Rp. 9.837.856,-
- Junie, dengan jumlah Rp. 30.811.849,-
- Cucu Nurhayati, dengan jumlah Rp. 8.095.737,-
- Djohansjah Sintiany, dengan jumlah Rp. 35.898.718,-
- Tjioe Meei Tjeng, dengan jumlah Rp. 8.570.393,-
- Henry Gunawan, dengan jumlah Rp. 14.604.677,-
- Angkih, dengan jumlah Rp_ 39.615.867,-
Dengan demikian total yang sudah dikeluarkan
oleh Kreditur: ............................................... Rp. 908.588.707,-

3. Bahwa kemudian antara Termohon dengan masing-masing


Pemohon telah dibuat PERJANJIAN PENGIKATAN UNTUK JUAL-
BELI SATUAN RUMAH SUSUN “GOLF MODERN" (bukti terlampir
P-2);
4. Bahwa akan tetapi kemudian Termohon tidak mampu lagi melan­
jutkan pembangunan Apartemen atau Satuan Rumah Susun “GOLF
MODERN” tersebut dan dengan surat tertanggal 29 Mei 1998
menangguhkan pembayaran yang telah jatuh tempo yang kemu­
dian disusul dengan surat tertanggal 24 Juli 1998 yang menyata­
kan bahwa Termohon tidak melanjutkan pembangunan Apartemen
atau Rumah Susun “QOLF MODERN" tersebut kepada para
Pemohon, Termohon menawarkan beberapa alternatif akan tetapi

276
tidak dapat disetujui oleh Para Pemohon karena dianggap sangat
tidak memadai (bukti P-3);
5. Bahwa oleh karena Termohon tidak dapat lagi menjalankan usa­
hanya dan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
Para Pemohon selaku Krediturnya, maka cukup alasan menurut
hukum bagi Termohon untuk dinyatakan dalam keadaan Pailit;
6. Bahwa oleh karena Termohon tidak mampu memenuhi kewajiban­
nya kepada para Pemohon maka ia berkewajiban untuk mengem­
balikan uang para Pemohon berikut dengan kerugian-kerugian
yang diderita oleh para Pemohon dan untuk menjamin pengem­
balian uang dan kerugian Para Pemohon tersebut kiranya dapat
diletakkan penyitaan jaminan atas asset atau barang-barang milik
Termohon antara lain berupa :
- Tanah berikut bangunan-bangunan Apartemen atau Satuan
Rumah Susun “GOLF MODERN” yang belum jadi;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Cikande Permai, Cikande;
- Tanah dan bangunan-bangunan di Taman Adiyasa, Cisoka;
- Dan barang-barang lain yuang diketahui kemudian.

7. Bahwa pembayaran-pembayaran Para Pemohon yang telah


diterima oleh Termohon yang harus dipertanggung jawabkan
berikut kerugian-kerugiannya adalah sebagai berikut:
- Drs. Husein Sani dengan jumlah Rp. 30.300.547,-
- Johan Subekti dengan jumlah Rp. 63.807.934,-

Maka berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka para


Pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat agar memutuskan:
- Mengabulkan permohonan Para Pemohon tersebut di atas;
- Menyatakan Termohon PT. MODERN REALTY LTD., dalam
keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya;
- Menunjuk Balai Harta Peninggalan yang berwenang sebagai Kura­
tor dari PT. MODERNLAND REALTY LTD. tersebut;
- Memerintahkan pemberesan asset atau harta kekayaan Termohon
untuk melunasi hutang Termohon untuk melunasi hutang Termohon
kepada Para Pemohon atau Para Kreditur.

Atau sekiranya Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan


yang seadil-adilnya (ex aequo et bond)',

277
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan pihak
Pemohon telah hadir kuasanya : Metiawati, SH., pihak Termohon telah
hadir kuasanya : Sdr. S. Harina, SH. dan Daniel Suryana, SH., ber­
dasarkan surat kuasa khusus tertanggal: 1 Oktober 1998, dan pihak
Kreditur lainnya yakni : Parlindungan Naibaho, Syahril, Feryanto,
Perdomuan Hasiholan H., Agustianto Saputra;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat per­
mohonan Pemohon, dimana isinya tetap dipertahankannya;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan­
nya, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat berupa foto copy :
1. Surat Pesanan dan Kwitansi Pembayaran Cicilan (Bukti P.l);
2. Surat Perjanjian Pengikatan Jual Beli (Bukti P.II);
3. Surat tertanggal 29 Mei 1998 dan surat tertanggal 24 Juli 1998
(Bukti P.lll);
4. Daftar Para Pemohon (Bukti P.IV);

Menimbang, bahwa Termohon telah mengajukan tanggapan


tertanggal 5 Oktober 1998;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pengadilan akan memberikan
Putusannya;

TENTANG HUKUMNYA :
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para
Termohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Para Pemohon telah mendalilkan bahwa
Para Pemohon adalah para pembeli Apartemen atau Satuan Rumah
Susun Golf Modern yang akan dibangun oleh Termohon dengan cara
cicilan (angsuran) dan untuk itu Pemohon Drs. Husein Sani telah
mengangsur sebenar Rp. 30.300.547 (tiga puluh juta tiga ratus ribu
lima ratus empat puluh tujuh rupiah) dan Pemohon Johan Subekti telah
mengangsur sebesar Rp. 63.807.934,- (enam puluh tiga juta delapan
ratus tujuh ribu sembilan ratus tiga puluh empat rupiah) akan tetapi
Termohon dengan suratnya tertanggal 24 Juli 1998 telah memberita­
hukan kepada Para Pempohon bahwa Termohon tidak dapat lagi
melanjutkan usahanya dan tidak dapat memenuhi kewajibannya
kepada Para Pemohon selaku Krediturnya, maka cukup beralasan
Termohon dinyatakan dalam keadaan Pailit;

278
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya
para Pemohon telah mengajukan surat Bukti P.l (hitam) s/d P.IV
(hitam) sebagai telah disebutkan dan diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan ;surat bukti P.1 (hitam) yang
diajukan oleh Para Pemohon tersebut diperoleh fakta bahwa Drs.
Husein Sani telah memesan Apartmen Menara D. Lantai 01, N o m o r:
Unit 025 dan telah membayar angsurannya sebesar Rp. 30.300.547,-
(tiga puluh juta tiga ratus ribu lima ratus empat puluh tujuh rupiah) se­
dangkan Johan Subekti telah memesan Menara D. Lantai 10, Nomor
Unit 027 dan telah membayar angsuran sebesar Rp. 60.893.695,-
(enam puluh juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu enam ratus
sembilan puluh lima rupiah) dari Satuan Rumah Susun Golf Modern
tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P.II (hitam)
diperoleh fakta bahwa antara Para Pemohon dan Termohon telah
disepakati parjanjian Pengikatan Jual Beli Menara D, lantai 02 Nomor
Unit 025 dan Bagian Menara D, lantai 10, Nomor Unit 027 dari Satuan
Rumah Susun Golf Modern;
Menimbang, bahwa surat bukti P.Ill (hitam) adalah surat tertang­
gal, Tangerang 29 Mei 1998 yang memuat pemberitahuan Termohon
kepada Para Pemohon agar kewajiban para Pemohon untuk melak­
sanakan pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo ditangguhkan
sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari Termohon, dan surat ter­
tanggal, Tangerang 24 Juli 1998 yang memuat pemberitahuan dari
Termohon kepada Para Pemohon bahwa Termohon telah memutuskan
untuk tidak melanjutkan pembangunan Apartemen atau Rumah Susun
Golf Modern;
Menimbang, bahwa surat bukti P.IV (hitam) adalah surat yang
memuat jumlah uang yang telah disetor oleh Para Pemohon kepada
Termohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P.l (hitam) di­
hubungkan dengan surat bukti P.ll (hitam) dapat disimpulkan bahwa
antara Para Pemohon dan Termohon telah disepakati suatu Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun Golf Modern dengan cara
mengangsur, dan untuk itu Para Pemohon telah membayar angsuran-
angsurannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakati
dan Pemohon Drs. Huesein Sani telah membayar Rp. 30.300. 5 4 7 ,-
(tiga puluh juta tiga ratus ribu lima ratus empat puluh tujuh rupiah) dan
Pemohon Johan Subekti telah mengangsur sebesar Rp. 60.893.695,-

279
(enam puluh juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu enam ratus
sembilan puluh lima rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P.lll (hitam), yaitu
surat Termohon kepada Para Pemohon, tertanggal, Tangerang 24 Juli
1998 ternyata Termohon secara sepihak telah membatalkan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun Golf Modern tersebut dengan
alasan bahwa Termohon tidak akan melanjutkan pembangunan Satuan
Rumah Susun (Apartemen) Golf Modern tersebut;
Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya Perjanjian Pengikatan
Jual Beli Satuan Rumah Susun tersebut, maka Termohon adalah wajib
mengembalikan uang pembayaran yang telah diterima dari Para
Pemohon tersebut, dan oleh karena Termohon belum mengembalikan
uang pembayaran yang telah diterima tersebut, maka Termohon harus
dinyatakan telah mempunyai hutang kepada masing-masing Para
Pemohon;
Menimbang, bahwa yang menjadi pertanyaan sekarang apakah
hutang Termohon tersebut telah jatuh tempo (maturity date)',
Menimbang, bahwa pada azasnya perjanjian bertimbal balik
mengatur tentang prestasi dan hak untuk menuntut tengen prestasi;
Menimbang, bahwa didalam perkara ini Para Pemohon yang
telah melakukan prestasinya tidak menuntut tengen prestasi dari
Termohon sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Satuan
Rumah Susun Golf Modern tersebut, akan tetapi menuntut pengem­
balian uang pembayaran angsuran Satuan Rumah Susun tersebut
yang merupakan hutang dari Termohon kepada Para Pemohon;
Menimbang, bahwa dengan adanya pembatalan secara sepihak
oleh Termohon atas Perjanjian Pengikatan Jual Beli Satuan Rumah
Susun tersebut, maka seketika itu juga Termohon wajib mengem­
balikan uang pembayaran yang telah diterima dari Para Termohon ter­
sebut, dan dengan demikian sejak tanggal 24 Juli 1998 Termohon
wajib membayar kembali uang pembayaran yang telah merupakan
hutang tersebut kepada Para Pemohon, sehingga hutang tersebut juga
telah dapat ditagih;
Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentua Pasal 1 ayat (1)
dari Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 telah ditentukan bahwa
apabila Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak mem­
bayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dinyatakan Pailit, maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ter­
sebut di atas cukup alasan untuk menyatakan Termohon Pailit;

280
Menimbang, bahwa didalam perkara ini ternyata Para Pemohon
telah memohon agar Balai Harta Peninggalan diangkat sebagai Kurator
dan sesuai dengan Ketentuan Pasal 13 dari Undang-undang Nomor 4
Tahun 1998 harus pula diangkat dan ditunjuk seorang Hakim Pengawas
sebagaimana disebutkan dalam diktum Putusan;
Menimbang, bahwa tentang imbalan jasa (fee) bagi Kurator se­
bagaimana ditentukan dalam Pasal 67D Undang-undang Nomor 4 T a ­
hun 1998 oleh Pengadilan ditetapkan sebesar 0,5% (setengah persen)
dari Asset Pailit;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, maka permohonan Para Pemohon patut untuk dikabul­
kan dan dengan demikian pula biaya yang timbul dalam perkara ini
dibebankan kepada Para Pemohon;
Mengingat, dan memperhatikan pasal-pasal dari Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998;

MEMUTUSKAN:

Mengabulkan Permohonan Para Pemohon;


Menyatakan PT. MODERNLAND REALTY LTD., PAILIT;
Mengangkat Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;
Menetapkan biaya imbalan jasa Kurator sebesar 0,5% (setengah
persen) dari Asset Pailit;
Membebankan biaya perkara kepada Para Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis


Hakim pada hari : Kamis tanggal 8 Oktober 1998, oleh kami : HARY-
ONO, SH, sebagai Hakim Ketua, NY. PUTU SUPADMI, SH. dan
ERWIN MANGATAS MALAU, SH., masing-masing sebagai Hakim
Anggota, Putusan mana diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 1998, oleh Majelis Hakim
tersebut, dengan dibantu oleh : SUSWANTI, SH., Panitera Pengganti,
dan dengan dihadiri oleh Kuasa Para Pemohon dan Kuasa Termohon;

HAKIM A N G G O TA : HAKIM KETUA,


ttd. ttd.

NY. PUTU SUPADMI. SH. HARYONO. SH.

281
ttd.

ERWIN MANGATAS MALAU. SH.

PANITERA PENGGANTI,

ttd.

SUSWANTI, SH.

282
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 7 Februari 1991, Nomor :
50/PRT/1991, Pasal 1 butir (d) tentang Perizinan Perwakilan Perusahaan J a s a
Konstruksi Asing perihal pengertian Usaha Kerjasama ( J o in t O peration ) an tara
perusahaan jasa konstruksi asing dan nasional;'
- Pasal 6 ayat (1) sub (a) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 : pengertian wajib m e­
manggil debitur yaitu sepanjang telah disampaikan melalui pos te rc a ta t harus
dianggap sah, sehingga kewajiban untuk hadir bagi term ohon/debitur tidak perlu
dihiraukan lagi dan dianggap telah melepaskan haknya;

VH. PERKARA KEPAILITAN : D A IT O K 06Y 0 CO. LTD. -


PT. B IN A BARAGA UTAMA J O IN T OPERATION

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 0 7 P K /N /1 9 9 9 )

Pihak berperkara :
- PT. Bina Baraga Utam a : Pemohon Peninjauan Kembali/
Termohon Pailit;

terhadap :

- PT. Bangun Prima Graha Persada : Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Pailit;

- Daito Kogyo Co. Ltd. : Turut Termohon Peninjauan


Kembali/Termohon Pailit;

1. Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 14 Mei 1999, Nomor '•


0 7 P K /N /1999.
1 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan peninjauan kembali d a ri
pemohon : PT. Bina Baraga Utama;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 14 Januari 1999, Nomor : 3 0 /P a ilit/1 9 9 9 /P N .
N iag a /J k t. Pst.

283
Mengadili sendiri :
- Menolak permohonan pailit dari pemohon pailit;
- Dan seterusnya;
1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa Peraturan M en teri Pekerjaan Umum
tanggal 7 Februari 1991, Nomor : 5 0 /P R T /1 9 9 1 , ten­
tang Perizinan Perwakilan Perusahaan Jasa Konstruksi
Asing, Pasal 1 butir (d) menentukan bahwa usaha k e r-
jasama [Joint operation ) adalah usaha antara satu atau
beberapa perusahaan jasa konstruksi asing dan nasional
yang b ersifat sementara, untuk menangani satu atau
beberapa proyek dan tidak merupakan suatu badan hu­
kum baru berdasarkan perundang-undangan Indonesia;
- bahwa segala pertanggung jawaban yang timbul
akibat hubungan hukum antara pemohon pailit dengan
Badan Kerjasama tersebut tetap berada pada kedua
badan hukum : Daito Kogyo Co. Ltd. dan PT. Bina Baraga
Utama, masing-masing sendiri-sendiri menurut proporsi-
nya;
- bahwa oleh karena yang dimohon untuk dinyatakan
pailit dalam perkara ini adalah suatu badan kerjasama
yang bukan merupakan suatu badan hukum dan tidak
memiliki asset sebagai kekayaan sendiri yang dapat me­
menuhi tagihan-tagihan para kreditur, maka permohonan
pemohon pailit harus ditolak;

2. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 14 Januari 1999, Nomor : 30/P ailit/19 98/P N .N iag a/
Jkt. Pst.
2 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan pemohon;
- Menyatakan Daito Kogyo Co. Ltd. - PT. Bina Baraga
Utama Joint Operation pailit;
- Dan seterusnya;

284
2 .2 . Pertimbangan Hukum '•
- bahwa debitur Daito Kogyo Co Ltd. - PT. Bina
Baraga Utama Joint Operation selaku termohon p a ilit
tid ak datang menghadap di persidangan atau menyuruh
kuasanya/wakilnya yang sah, walaupun telah dipanggil se­
cara patut sebagaimana surat panggilan melalui pos t e r ­
catat tertanggal 30 Desember 1998 dan melalui k u rir
tanggal 8 Januari 1999;
- bahwa Batas waktu maksimal pemeriksaan m enurut
Pasal 6 ayat (4 ) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 atau U n­
dang-undang Nomor 4 Tahun 1998 hanya 30 hari harus
sudah diputus;
- bahwa pengertian wajib memanggil debitur dalam
Pasal 6 ayat (1 ) sub (a) Perpu Nomor 1 Tahun 1 9 9 8
atau Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 separ\jang
telah disampaikan melalui pos te rc a ta t harus dianggap
sah, sehingga kewajiban untuk hadir bagi termohon
debitur tidak dihiraukan lagi dan dianggap telah m e­
lepaskan haknya;
- bahwa Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara sengketa an tara
pemohon dengan termohon, karena BANI cabang
Sumatera Barat telah berusaha menyelesaikan persoalan
terseb u t, akan tetap i tidak berhasil;

285
PUTU SAN
No. 07 PK /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te­


lah mengambil keputusan sebagai berikut:
PT. BINA BARAGA UTAMA, yang dalam hal ini di­
wakili oleh Direktur Utamanya REANY R. BAMBANG
TJAHYONO berkedudukan di Wisma Benhil lantai
V, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan dalam
hal ini memberi kuasa kepada ARIANO SITORUS,
BAc., SH. dan SABAS SINAGA, SH. Pengacara
pada Ariano Sitorus, BAc. SH. & Associates ber­
kedudukan di Jalan Haji Amsir No. 14 Rt. 003/04,
Cipinang Melayu, Jakarta Timur 13620, berdasar­
kan surat kuasa khusus tanggal 8 Februari 1999
Sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu
Termohon Pailit/Debitur;

Melawan:
PT. BANGUN PRIMA GRAHA PERSADA, berke­
dudukan di Jalan Agung Utara II Blok A. 8 No. 1A,
Sunter Agung, Podomoro, Jakarta Utara dalam hal
ini memberi kuasa kepada Ny. R. AY. HERTATI
MULATSIH, SmHk. Pengacara/Penasehat Hukum
beralamat di Jalan E.1 No. 11, Cipinang Timur,
Jakarta Timur 13240, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 12 April 1999.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Pemohon Pailit/Kreditur;
dan
DAITO KOGYO CO.LTD.. berkedudukan di Kuningan
Plaza South Tower Kamar 508 B. Jalan H.R.
Rasuna Said Kav. C. 11-14, Jakarta 12940.

286
Sebagai Turut Termohon Peninjauan Kembali da­
hulu Termohon Pailit/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata


bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Termohon
Pailit/Debitur telah mengajukan permohonan Peninjauan Kembali ter­
hadap putusan Pengadilan Niaga di Jakarta Pusat tanggal 14 Januari
1999 No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst., yang telah berkekuatan hu­
kum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali
dahulu sebagai Pemohon Pailit/Kreditur dengan posita perkara sebagai
berikut:
Bahwa pada tanggal 28 Maret 1998 Pemohon Pailit telah men­
dapat Surat Perintah Kerja dari Termohon Pailit No. 01/SPK/PDG/III-92
yang isinya:
- Pemohon Pailit melaksanakan pekerjaan Padang Area Flood Control
Project Package I dan dapat dimulai tanggal 10 April 1992 dengan
harga borongan sebesar Rp. 4.870.043.000,- (empat milyard dela­
pan ratus tujuh puluh juta empat puluh tiga ribu rupiah);
- Pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas akan diselesaikan dalam
jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, terhitung mulai tanggal
10 April 1994 (720 hari kalender), sehingga dapat dilaksanakan
serah terima (pertama) pada tanggal 10 April 1994);
- Mengenai spesifikasi umum pekerjaan borongan baik syarat admin­
istrasi dan teknis sesuai/mengikuti kontrak antara Daito-Bbu Joint
Operation dengan Direktorat Jenderal Pengairan, Direktorat Sungai,
Departemen Pekerjaan Umum;
- Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Uang muka 20% dari nilai kontrak atau sebesar Rp. 974.000.000,-
(sembilan ratus tujuh puluh empat juta rupiah), dibayarkan
setelah SPK ditandatangani dengan menyerahkan Bank Garansi
sebesar uang muka yang diterima;
2. Untuk tahap pembayaran selanjutnya akan diatur dalam surat
perjanjian pemborongan dan segera dibuat SPK ditandatangani
atau paling lambat tanggal 30 April 1992 (Bukti P-1);
Pada tanggal 8 Mei 1992 Pemohon Pailit (sebagai Sub Kon­
traktor) telah menandatangani Kontrak Perjanjian dengan T e r­

287
mohon Pailit (Kontraktor) untuk melaksanakan pekerjaan yang
tersebut dalam Appendix Perjanjian ini (bukti P.2a dan P.2b);
3. Termohon Pailit adalah Kontraktor dari Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Pengairan berdasarkan Perjanjian
Tanggal 28 Maret 1992 untuk membangun Padang Area Flood
Control Project;
4. Volume pekerjaan sebagaimana diperjanjikan antara Termohon
Pailit dengan Pemohon Pailit sebagaimana tersebut dalam
Appendix Perjanjian bernilai Rp. 4.870.043.184,- (empat milyard
delapan ratus tujuh puluh juta empat puluh tiga ribu seratus
delapan puluh empat rupiah);
5. Berdasarkan perincian tagihan oleh Pemohon Pailit kepada
Termohon Pailit tanggal 21 Juli 1995 terdapat kekurangan
pembayaran yang harus dibayar oleh Termohon Pailit kepada
Pemohon Pailit sebesar Rp. 1.266.788.465,- (satu milyard dua
ratus enam puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh delapan
ribu empat ratus enam puluh lima rupiah) (bukti P.3);
6. Karena Pemohon Pailit tidak membayar kekurangan tagihan
sebesar Rp. 1.226.788.465,- maka oleh Pemohon Pailit hal ter­
sebut dilaporkan kepada Polda Sumatera Barat dengan Pengadu­
an No. 07/BPG/VI/1995 berdasarkan Surat Kapolda Sumatera
Barat No. B/1834/X/1995 tanggal 12 Oktober 1995 kepada
Ketua Badan Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta
disebutkan bahwa Termohon Pailit telah melakukan penggelap-
an/penipuan terhadap Pemohon Pailit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 372/Pasal 378 KUHP (bukti P.4);
7. Sebagaimana diperjanjikan dalam kontrak Perjanjian bukti
P.2a, bahwa penyelesaian sengketa melalui BANI, maka Ketua
BANI Cabang Padang Bapak H.B. Bastian Tafal, SH. telah
melaporkan hal tersebut di atas kepada Duta Besar Kerajaan
Jepang di Jakarta dengan suratnya No. 6/1996 tanggal 14 April
1996 yang pada pokoknya mohon bantuan kepada Duta Besar
Kerajaan Jepang agar memanggil Termohon Pailit untuk da­
tang ke Kantor BANI Cabang Padang guna memenuhi per­
syaratan yaitu menandatangani pernyataan terhadap BANI
(bukti P. 5);
8. Karena Termohon Pailit yang diwakili oleh Mr. Nobuo Senoo
menolak untuk melaksanakan dan menandatangani per­
syaratan sebagaimana ditentukan oleh BANI Cabang Padang,
maka Ketua BANI Cabang Padang berpendapat bahwa Ter­

288
mohon Pailit membatalkan secara sepihak Kontrak yang telah
mereka buat dengan Pemohon Pailit (bukti P.6);
9. Selain Pemohon Pailit sebagai Kreditur terdapat juga kreditur
lain (CV. Eka Jaya alamat Jl. Pramuka Raya No. 54 Jakarta
13140) yang tidak dibayar oleh Termohon Pailit yang berjumlah
Rp. 4.901.080.626,- (empat milyard sembilan ratus satu juta
delapan puluh ribu enam ratus dua puluh enam rupiah);
Sebagai bukti kami lampirkan bukti P.4, P.5, P.7, P.8, P.9.
Karena Pemohon Pailit membiayai proyek Padang Area Flood Control
Project dengan meminjam uang kepada PT. Bank Dana Hutama di
Jakarta dan dengan berjalannya waktu terkena bunga yang cukup
tinggi total Rp. 3.496.336.163,4 dengan perincian seperti tersebut da­
lam surat permohonan;
Atas dasar alasan-alasan tersebut di atas, kami mohon kiranya Bapak
Ketua Pengadilan Niaga/Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ber­
kenan untuk:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan kami;
2. Menyatakan Daito Kogya Co.Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation Pailit;
3. Menghukum Daito Kogya Co.Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation membayar tagihan Pemohon Pailit sebesar
Rp. 3.496.336.163,4 (tiga milyard empat ratus sembilan puluh
enam juta tiga ratus tiga puluh enam ribu seratus enam puluh tiga
rupiah empat sen);
4. Meletakkan sita jaminan atas seluruh kekayaan Daito Kogya
Co.Ltd - PT. Biha Baraga Utama Joint Operation baik berupa
benda bergerak maupun benda tetap dan memblokir seluruh re­
kening Bank Termohon Pailit yang ada di Indonesia;
5. Menetapkan Pengangkatan Hakim Pengawas;
6. Menetapkan Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;
7. Menghukum Termohon Pailit membayar seluruh biaya yang
diakibatkan karena kepailitan;

Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Niaga Jakarta


Pusat tanggal 14 Januari 1999 No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.
yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan Pemohon;
- Menyatakan Daito Kogya Co.Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation Pailit;

289
- Mengangkat dan menunjuk Sdr. Untung Haryadi, SH. Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai
Hakim Pangawas;
- Menetapkan Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;
- Menetapkan imbalan jasa Kurator BHP sebagaimana ditentukan
dalam SK Menkeh No. 02.01.06 tahun 1993;
- Membebankan biaya perkara permohonan ini kepada Pemohon
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan


hukum tetap tersebut i.c. putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 14 Januari 1999 No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. diberta-
hukan kepada Termohon Paiiit/Debitur dengan perantaraan kuasanya,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 8 Februari 1999 diajukan per­
mohonan Peninjauan Kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga tersebut pada tanggal 6 April 1999 Permohonan mana disertai
dengan memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 7 April 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tanggal 15 April 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998, yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 permohonan Peninjauan Kembali a quo be­
serta alasan-alasannya yang telah diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh karena
itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah meng­
ajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
1. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali sangat berkeberatan ter­
hadap pertimbangan hukum Pengadilan Niaga pada halaman 9
(sembilan) dan 10 (sepuluh) alinea 5 (kelima) sampai dengan 6
(enam) dari atas dan alinea ke 1 (satu) sampai ke 3 (tiga) dari atas
yang intinya menyatakan Debitur tidak hadir di persidangan.
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dibentuk berdasarkan “Joint
Operation Agreement (JOA)” yang ditandatangani pada tanggal 30

290
November 1990 antara Daito Kogyo Co.Ltd., berkedudukan di
Tokyo, Japan dan PT. Bina Baraga Utama, berkedudukan di
Jakarta, Indonesia, dan terdaftar pada Kantor Notaris Ny. Siti
Rachmani Widarso, SH., dibawah No. 524/1990 pada tanggal 13
Desember 1990, sebagaimana ternyata dari adanya Joint Opera­
tion Agreement tanggal 30 November 1990 (PK-1);
Bahwa berdasarkan Pasal 3 Joint Operation Agreement (JOA)
tanggal 30 November 1990 di atas sebagai “Penanggung jawab
Joint Operation” secara keseluruhan adalah Daito Kogyo Co.Ltd.,
Tokyo, Japan, yang berbunyi (terjemahan):
“Para pihak dengan ini setuju bahwa Daito bertindak sebagai pe­
rusahaan utama dalam Kerjasama operasi ini, dalam rangka
mengikuti tender untuk proyek tersebut dan melaksanakan peker­
jaan kontrak jika kontrak diberikan kepada kerjasama operasi ini.
Daito bertanggung jawab penuh dalam masalah keuangan ter­
masuk jaminan tender, jaminan pelaksanaan serta bertanggung
jawab penuh dalam pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi pe­
kerjaan”,
dan dengan demikian segala tuntutan pihak ketiga dan pertang­
gung jawaban resiko pekerjaan akibat proyek berada dan ditunjuk-
an kepada Daito Kogyo Co.Ltd. dengan mengesampingkan PT.
Bina Baraga Utama (vide PK-1, him. 3).
Bahwa Joint Operation Agreement tersebut dibentuk khusus untuk
tujuan kerjasama melaksanakan pekerjaan proyek.
“River Channel Improvement of Arau (L=3, 880 M) and Jirak (L=2,
200 M) Rivers and construction of river constmctures and bridges
(Package V), Padang Area Flood Control Project (stage /)”
Di Padang, Sumatera Barat, dari Direktorat Jenderal Pengem­
bangan Sumber Air (Direktorat Pengairan) Dinas Pekerjaan Umum
Republik Indonesia, sebagaimana ternyata dari adanya kontrak
kerja No. PFC (I) tanggal 28 Maret 1992 (PK-2);
Bahwa pelaksanaan Proyek tersebut di atas telah selesai dikerja­
kan oleh Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 30 Desem­
ber 1995, sebagaimana ternyata dari adanya Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan No. 01/BA/FHO/BPPBKP/I/95 tanggal 30 Desem­
ber 1995 antara Pemohon Peninjauan Kembali dengan Direktorat
Pengairan DPU RI (PK-3).
Bahwa dengan adanya serah terima pekerjaan ( Process o f M ain­
tenance certificate for final hand over for package I), sebagaimana

291
tersebut di atas, maka secara hukum berdasarkan Pasal 5 joint
operation agreement (terjemahan):
Kerjasama operasi ini dianggap telah didirikan pada saat perjan­
jian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dan akan dibubar­
kan berdasarkan penegasan tertulis yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak dengan persetujuan memberi pekerjaan
setelah pembangunan dan pemeliharaan proyek selesai dikerja­
kan secara otomatis berakhir (bubar), dan segala resiko dan
tuntutan pihak ketiga selanjutnya haruslah ditujukan kepada
Daito Kogyo Co. Ltd. (vide PK-1, him. 3-4);
Bahwa oleh karena sejak diserahkannya proyek di atas oleh
Pemohon Peninjauan Kembali kepada Direktorat Pengairan DPU
RI, dan tidak adanya tuntutan pihak ketiga hingga Juni 1998, maka
secara hukum adalah wajar dan patut apabila Pemohon Penin­
jauan Kembali mengakhiri sewa kantor dengan alamat Suite 508 B
South Tower Kuningan Plaza, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C .11-
14, Jakarta 12940;
Bahwa berdasarkan alasan dan bukti-bukti baru di atas, maka
tuntutan oleh Pemohon/Termohon Peninjauan Kembali kepada
Termohon/Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 21 Desem­
ber 1998, adalah tidak beralasan hukum dan dengan demikian
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang telah menyatakan Pailit Pemohon Peninjauan Kembali di­
dasarkan kepada adanya pertimbangan hukum yang salah, dan
oleh karenanya putusan tersebut patut untuk dibatalkan;
2. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali yang merupakan Joint
Operation, hanya didasarkan kepada adanya suatu perjanjian
antara Daito Kogyo Co.Ltd. - PT. Bina Baraga Utama, sehingga
dengan demikian Pemohon Peninjauan Kembali bukan merupakan
Badan Hukum yang dapat digugat di Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat;
Bahwa karena Daito Kogyo Co.Ltd. - PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation, bukan merupakan Badan Hukum, maka menurut hu­
kum acara perdata seharusnya Pemohon/Termohon Peninjauan
Kembali mengajukan permohonan pailitnya kepada Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat dengan Daito Kogyo Co.Ltd. (Penanggung
jawab Joint Operation) sebagai Termohon dan PT. Bina Baraga
Utama sebagai Turut Termohon;
Bahwa karena ternyata permohonan dari Termohon Peninjauan
Kembali adalah tidak sesuai dengan Hukum Acara Perdata, maka

292
menurut hukum seharusnya permohonan dari Termohon Penin­
jauan Kembali ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima;
Bahwa oleh karena Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah memu­
tuskan Termohon/Pemohon Peninjauan Kembali Pailit, maka ber­
dasarkan hukum putusan tersebut telah didasarkan serta
mengandung pertimbangan hukum yang salah dan karena pu­
tusan tersebut didasarkan kepada adanya pertimbangan hukum
yang salah dan keliru maka haruslah dibatalkan;
3. Bahwa oleh karena Pemohon Peninjauan Kembali dan Termohon
Peninjauan Kembali telah sepakat menyelesaikan sengketa yang
timbul melalui Badan Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) yaitu
berdasarkan Pasal 23 huruf (a) bagian ke-4 Perjanjian Kontrak
tanggal 8 Mei 1992 yang berbunyi (terjemahan):
“Semua perselisihan atau perbedaan yang timbul sehubungan
dengan keputusan yang dibuat kontraktor (apabila ada) belum
bersifat final dan belum bersifat mengikat sebagaimana disebut­
kan terdahulu, akan diselesaikan oleh BANI oleh seseorang
yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan antara kontraktor dan
sub kontraktor atau apabila yang bersangkutan meninggal dunia,
atau tidak bersedia, atau tidak mampu bertindak, atau apabila
kontraktor dan sub kontraktor tidak mencapai kesepakatan,
maka keputusan yang diambil oleh seorang Arbitrator yang ditun­
juk oleh Ketua Lembaga Insinyur, akan bersifat final dan mengi­
kat kedua belah pihak”, maka
proses penyelesaian sengketa harus sesuai dan didasarkan
kepada sistem dan prosedur BANI;
Bahwa karena tempat kedudukan hukum Pemohon Peninjauan
Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali adalah di Jakarta,
maka menurut hukum sengketa yang timbul antara Pemohon
Peninjauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali diselesai­
kan melalui BANI di Jakarta dan bukan BANI Cabang Sumatera
Barat yang dalam perkara a quo tidak ada dalam ketentuan P e r­
janjian tanggal 8 Mei 1992;
Bahwa bukti P.5 dan P.6 yang diajukan oleh Termohon Peninjauan
Kembali dalam permohonannya yaitu surat Kapolda Sumatera
Barat kepada BANI dan surat BANI Cabang Padang kepada
Kedutaan Besar Jepang, bukan merupakan putusan BANI dan ti­
dak berdasarkan hukum dan oleh karenanya menurut hukum

293
Majelis Hakim seharusnya menolak atau mengenyampingkan bukti
secara tertulis tersebut;
Bahwa seandainya Termohon Peninjauan Kembali mengajukan
Tuntutannya sesuai dengan prosedur BANI, tidak ada alasan hu­
kum bagi BANI tidak memutus sengketa tersebut walaupun misal­
nya Pemohon Peninjauan Kembali tidak menghadiri persidangan
sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) prosedur BANI (Pk-4)
yang isinya menyatakan :
“Apabila pada hari yang telah ditetapkan lagi itu termohon tanpa
sesuatu alasan yang sah tidak datang mengahadap juga, maka
pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya termohon dan
tuntutan pemohon akan dikabulkan, kecuali tuntutan itu oleh
Majelis dianggap tidak berdasarkan hukum atau keadilan", maka
dengan demikian Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tidak berwenang mengadili perkara ini.
Maka, berdasarkan uraian dan alasan-alasan hukum di atas, per­
timbangan hukum Majelis Hakim Niaga Jakarta Pusat yang telah
memutus Pemohon Peninjauan Kembali Pailit didasarkan atau
mengandung pertimbangan hukum yang salah berat dan tidak
menunjukkan rasa keadilan sehingga patut untuk dibatalkan;
4. Bahwa yang menjadi objek sengketa menurut Termohon Penin­
jauan Kembali adalah belum dibayarnya tagihan pekerjaan Proyek
Padang Area Flood Control Project Packagre/berdasarkan Perjan­
jian tanggal 8 Mei 1992 antara Pemohon Peninjauan Kembali dan
Termohon Peninjauan Kembali (PK-5);
Bahwa Perjanjian tanggal 8 Mei 1992 yang ditandatangani antara
Pemohon Peninjauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali
telah memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata dan sah menurut hukum
dan karenanya mengikat kepada Pemohon Peninjauan Kembali
dan Termohon Peninjauan Kembali berdasarkan Pasal 1338
KUHPerdata;
Bahwa karena hubungan kerja antara Pemohon Peninjauan Kem­
bali dengan Termohon Peninjauan Kembali didasarkan kepada
adanya suatu Perjanjian, maka menurut hukum sengketa yang
timbul akibat tidak dibayarnya suatu prestasi adalah merupakan
Wanprestasi atau Ingkar Janji yang harus dibuktikan terlebih da­
hulu kebenarannya dan dalam perkara ini Pemohon Peninjauan
Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali sepakat melalui dan
sesuai menurut proses dan prosedur Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI);

294
Bahwa berdasarkan fakta hukum Termohon Peninjauan Kembali
maupun Kreditor CV. Eka Jaya, hingga batas akhir yang diperjan­
jikan 10 April 1992 sampai dengan 10 April 1994 tidak mampu
melaksanakan pekerjaan, dan Pemohon Peninjauan Kembali baru
menyelesaikan 69% dan Kreditor CV. Eka Jaya 59%, sebagai­
mana yang disampaikan dalam pertemuan antara Pemohon Penin­
jauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali di Polda Su-
matera Barat (PK-6);
Bahwa berdasarkan perhitungan dan akibat dari Pekerjaan yang
tidak mampu dikerjakan oleh Termohon Peninjauan Kembali, ter­
nyata Termohon Peninjauan Kembali masih mempunyai kewajiban
harus mengembalikan uang kelebihan pembayaran kepada
Pemohon Peninjauan Kembali sebesar Rp. 794.793.489,- (tujuh
ratus sembilan puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh tiga
ribu empat ratus delapan puluh sembilan rupiah) (Pk-7);
Bahwa Kreditor CV. Eka Jaya berdasarkan Surat Pernyataan
tanggal 7 Juli 1994, masih mempunyai kewajiban harus membayar
kepada Pemohon Peninjauan Kembali kelebihan pembayaran
yang hingga saat ini belum dilunasinya sebesar Rp. 449.660.440,-
(empat ratus empat puluh sembilan juta enam ratus enam puluh
ribu empat ratus empat puluh rupiah) (PK-8);
Bahwa berdasarkan fakta di atas maka Pemohon Peninjauan
Kembali tidak lagi mempunyai kewajiban apapun kepada Termo­
hon Peninjauan Kembali yang justru sebaliknya Termohon Penin­
jauan Kembalilah yang harus melaksanakan kewajibannya kepada
Pemohon Peninjauan Kembali karena Termohon Peninjauan
Kembali telah Wanprestasi;
Bahwa dengan demikian seandainya Pemohon Peninjauan Kem ­
bali belum membayar sisa tagihan kepada Termohon Peninjauan
Kembali, qoud non, maka hal tersebut bukan merupakan hutang
sebagaimana yang dimaksudkan oleh UU No. 4 Tahun 1998 dan
menurut hukum gugatan Termohon Peninjauan Kembali harus
diajukan melalui Badan Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) dan
atau apabila dalam proses BANI tidak dapat diselesaikan m aka
berdasarkan Pasal 181 HIR adalah Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, dan Pengadilan Niaga Pusat tidak berwenang untuk
mengadili perkara tersebut;
Karena putusan tersebut seharusnya bukan merupakan
wewenang Pengadilan Niaga Jakarta Pusat serta pertimbangan

295
hukum Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengandung kesalahan
berat, maka putusan tersebut harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Pemohon sebagai
berikut:
mengenai alasan ad.1 dan ad.2 :
bahwa alasan ad. 1 dan ad.2 ini dapat dibenarkan karena
walaupun yang menjadi pihak-pihak dalam perjanjian Padang Area
Flood Control Project Package I adalah Daito Kogya Co.Ltd. - PT. Bina
Baraga Utama Joint Operation dan PT. Bangun Prima Graha Persada,
akan tetapi Daito Kogyo Co.Ltd. - PT. Bina Baraga Utama Joint Opera­
tion bukalah suatu badan hukum yang dapat dituntut di muka Pengadil­
an. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 50/PRT/1991
tanggal 7 Februari 1991 tentang Perizinan Perwakilan Perusahaan
Jasa Konstruksi Asing Pasal 1 butir (d). Usaha Kerjasama (joint opera­
tion) adalah usaha antara satu atau beberapa proyek dan tidak meru­
pakan suatu badan hukum baru berdasarkan perundang-undangan
Indonesia. Karena itu walaupun secara formal, Pemohon Pailit ber­
hubungan langsung dengan Daito Kgyo Co.Ltd. - PT. Bina Baraga
Utama Joint Operation dalam membuat perjanjian pelaksanaan proyek
Padang Arena Flood Project Package /, namun segala pertanggung
jawaban yang timbul sebagai akibat hubungan hukum antara Pemohon
Pailit dengan Badan Kerjasama itu tetap berada pada kedua Badan
Hukum Daito Kogyo Co.Ltd. dan PT. Bina Baraga Utama, masing-
masing secara sendiri-sendiri menurut proporsinya;
bahwa oleh karena yang dimohon untuk dinyatakan pailit dalam
perkara ini adalah suatu badan kerjasama yang bukan merupakan
suatu badan hukum dan tidak memiliki aset sebagai kekayaan sendiri
yang dapat memenuhi tagihan-tagihan para Kreditur, maka permo­
honan Pemohon Pailit harus ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan atas alasan ad.
1 dan ad.2 tersebut di atas, tanpa mempertimbangkan alasan-alasan
Peninjauan Kembali selebihnya, karena adanya kesalahan berat dalam
penerapan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga, maka terda­
pat alasan untuk mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang
diajukan oleh Pemohon PT. Bina Baraga Utama tersebut dan mem­
batalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 14 Januari
1999 No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. serta Mahkamah Agung
mengadili kembali perkara ini dengan amar seperti yang akan disebut­
kan di bawah ini;

296
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Peninjauan Kembali
sebagai pihak yang kalah, harus membayar semua biaya perkara, baik
yang jatuh dalam pengadilan tingkat pertama, maupun yang jatuh da­
lam Peninjauan Kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998
serta Undang-undang lain yang bersangkutan;

MENGADILI

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon


PT. BINA BARAGA UTAMA tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal
14 Januari 1999 No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst.;

DAN MENGADILI KEMBALI

Menolak permohonan pailit dari Pemohon Pailit/Kreditur;


Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar
semua biaya perkara baik yang jatuh dalam peradilan tingkat pertama,
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), maupun dalam Peninjauan
Kembali sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada h a ri: Jumat tanggal 14 Mei 1999, dengan SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH. Ketua
Muda Mahkamah Agung dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil
Ketua Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan diucap­
kan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Sidang tersebut dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH. dan Th. KETUT
SURAPUTRA, SH. Hakim-Hakim Anggota, Ny. ANDRIANI NURDIN,
SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak;

HAKIM-HAKIM A N G G O TA : HAKIM KETUA MAJELIS :

ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA. SH.

297
ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

NY. ANDRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. R edaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Jum lah............................................. Rp. 2.500.000,-

298
PUTUSAN
N o m o r : 30/P A ILIT/1998/P N .N IA G A /JK T.P S T

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat yang memeriksa dan mengadili permohonan Kepailitan pada
tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam permo­
honan :
PT. BANGUN PRIMA GRAHA PERSADA, berkedudukan di Jalan
Agung Utara li Blok A. 8 No. 1A, Sunter Agung, Podomoro, Jakarta
Utara dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Ny. R. AY. HERTATI
MULATSIH, SmHk. Pengacara/Penasehat Hukum beralamat di
Jalan E.1 No. 11, Cipinang Timur, Jakarta Timur (13240) selanjut­
nya disebut sebagai PEMOHON;
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon
Pailit/Kreditur;
Melawan:
DAITO KOGYO CO.LTD. - PT. BINA BARAGA UTAMA JOINT OPERA­
TION , beralamat di Kuningan Plaza South Tower Kamar 508 B.
Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C .11-14, Jakarta 12940, selanjutnya
disebut sebagai TERMOHON;
Majelis Pengadilan Niaga tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Telah mendengar keterangan Pemohon di persidangan;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA :

Menimbang, bahwa Pemohon melalui kuasanya tersebut telah


mengajukan permohonannya tertanggal 21 Desember 1998, yang telah
terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat dengan
Register No. 30/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt. Pst., pada tanggal 30 Desem­
ber 1998 telah mengemukakan hal-hal pada pokoknya sebagai berikut:
Pada tanggal 28 Maret 1998 Pemohon Pailit telah mendapat Surat
Perintah Kerja dari Termohon Pailit No. 01/SPK/PDG/III-92 yang isinya:
- Pemohon Pailit melaksanakan pekerjaan Padang Area Flood Control
Project Package I dan dapat dimulai tanggal 10 April 1992 dengan

299
harga borongan sebesar Rp. 4.870.043.000,- (empat milyard delapan
ratus tujuh puluh juta empat puluh tiga ribu rupiah);

Lingkup Pekerjaan

- Pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas akan diselesaikan dalam


jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, terhitung mulai tanggal
10 April 1994 (720 hari kalender), sehingga dapat dilaksanakan
serah terima (pertama) pada tanggal 10 April 1994);

Spesifikasi

- Mengenai spesifikasi umum pekerjaan borongan baik syarat admin­


istrasi dan teknis sesuai/mengikuti kontrak antara DAITO-BBU
JOINT OPERATION dengan DIREKTORAT JENDERAL PENGAIR­
AN, DIREKTORAT SUNGAI, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM;

Cara Pembayaran
Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Uang muka 20% dari nilai kontrak atau sebesar Rp. 974.000.000,-
(sembilan ratus tujuh puluh empat juta rupiah), dibayarkan setelah
SPK ditandatangani dengan menyerahkan Bank Garansi sebesar
uang muka yang diterima;
2. Untuk tahap pembayaran selanjutnya akan diatur dalam surat
perjanjian pemborongan dan segera dibuat SPK ditandatangani
atau paling lambat tanggal 30 April 1992 (Bukti P-1);
Pada tanggal 8 Mei 1992 Pemohon Pailit (sebagai Sub Kontraktor)
telah menandatangani Kontrak Perjanjian dengan Termohon Pailit
(Kontraktor) untuk melaksanakan pekerjaan yang tersebut dalam
Appendix Perjanjian ini (bukti P.2a dan P.2b);
3. Termohon Pailit adalah Kontraktor dari Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Pengairan berdasarkan Perjanjian
Tanggal 28 Maret 1992 untuk membangun Padang Area Flood
Control Project,
4. Volume pekerjaan sebagaimana diperjanjikan antara Termohon
Pailit dengan Pemohon Pailit sebagaimana tersebut dalam Appendix
Perjanjian bernilai Rp. 4.870.043.184,- (empat milyard delapan
ratus tujuh puluh juta empat puluh tiga ribu seratus delapan puluh
empat rupiah);

300
5. Berdasarkan perincian tagihan oleh Pemohon Pailit kepada Ter­
mohon Pailit tanggal 21 Juli 1995 terdapat kekurangan pem­
bayaran yang harus dibayar oleh Termohon Pailit kepada Pemo­
hon Pailit sebesar Rp. 1.266.788.465,- (satu milyard dua ratus
enam puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh delapan ribu em ­
pat ratus enam puluh lima rupiah) (bukti P.3);
6. Karena Pemohon Pailit tidak membayar kekurangan tagihan sebe­
sar Rp. 1.226.788.465,- maka oleh Pemohon Pailit hal tersebut
dilaporkan kepada Polda Sumatera Barat dengan Pengaduan No.
07/BPG/VI/1995 berdasarkan Surat Kapolda Sumatera Barat No.
B/1834/X/1995 tanggal 12 Oktober 1995 kepada Ketua Badan
Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta disebutkan bahwa
Termohon Pailit telah melakukan penggelapan/penipuan terhadap
Pemohon Pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 372/Pasal
378 KUHP (bukti P.4);
7. Sebagaimana diperjanjikan dalam kontrak Perjanjian bukti P.2a,
bahwa penyelesaian sengketa melalui BANI, maka Ketua BANI
Cabang Padang Bapak H.B. Bastian Tafal, SH. telah melaporkan
hal tersebut di atas kepada Duta Besar Kerajaan Jepang di Jakarta
dengan suratnya No. 6/1996 tanggal 14 April 1996 yang pada
pokoknya mohon bantuan kepada Duta Besar Kerajaan Jepang
agar memanggil Termohon Pailit untuk datang ke Kantor BANI
Cabang Padang guna memenuhi persyaratan yaitu menandatangani
pernyataan terhadap BANI (bukti P.5);
8. Karena Termohon Pailit yang diwakili oleh Mr. Nobuo Senoo m e­
nolak untuk melaksanakan dan menandatangani persyaratan se­
bagaimana ditentukan oleh BANI Cabang Padang, maka Ketua
BANI Cabang Padang berpendapat bahwa Termohon Pailit mem­
batalkan secara sepihak Kontrak yang telah mereka buat dengan
Pemohon Pailit (bukti P.6);
9. Selain Pemohon Pailit sebagai Kreditur terdapat juga kreditur lain (CV.
Eka Jaya alamat Jl. Pramuka Raya No. 54 Jakarta 13140) yang tidak
dibayar oleh Termohon Pailit yang berjumlah Rp. 4.901.080.626,-
(empat milyard sembilan ratus satu juta delapan puluh ribu enam ratus
dua puluh enam rupiah);
Sebagai bukti kami lampirkan :
- Padang Arena Flood Control Project (I) Contract Agreement for
Package I DAITO KOGYO CO.LTD. - PT. BINA BARAGA UTAMA
JOINT OPERATION BETWEEN CV. EKA JAYA tanggal 18 Mei
1992 (bukti P.7)

301
- SURAT KUASA tanggal 23 November 1992 dari Kardia Kartaatmaja
Direktur CV. Eka Jaya kepada Albert Hendro Direktur Keuangan
CV. Eka Jaya (bukti P.8);
- Surat Kapolda Sumatera Barat kepada Ketua BANI di Jakarta No.
Pol. B/1834/X/1985 tanggal 12 Oktober 1995 (bukti P.4);
- Surat Direktur CV. Eka Jaya kepada Ketua BANI di Padang tanggal
30 Maret 1996 (bukti P.9)
- Surat Ketua BANI Cabang Padang kepada Duta Besar Kerjaaan
Jepang di Jakarta tanggal 14 April 1996 (bukti P.5)
Karena Pemohon Pailit membiayai proyek Padang Area Flood Control
Project dengan meminjam uang kepada PT. Bank Dana Hutama di
Jakarta dan dengan berjalannya waktu terkena bunga yang cukup
tinggi dengan perincian sebagai berikut:
a. Jumlah tagihan Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit sebesar
................... Rp. 1.226.788.465,00
b. Bunga Bank antara tahun 1994-1996 adalah 28% =
Rp. 1.226.788.465,- x 28% X 2 = ............... Rp. 709.401.504,4
c. Bunga Bank antara tahun 1996-1998 adalah 60% =
Rp. 1.226.788.465,-x 60% x 2 = ............... Rp. 1.520.146.158.00
Jumlah........................................................... Rp. 2.229.547.698,4
To tal............................................................... Rp. 3.496.336.163,4
Atas dasar alasan-alasan tersebut di atas, kami mohon kiranya Bapak
Ketua Pengadilan Niaga/Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ber­
kenan memutuskan:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan kami;
2. Menyatakan Daito Kogya Co. Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation Pailit;
3. Menghukum Daito Kogya Co.Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint Opera­
tion membayar tagihan Pemohon Pailit sebesar Rp. 3.496.336.163,4
(tiga milyard empat ratus sembilan puluh enam juta tiga ratus tiga
puluh enam ribu seratus enam puluh tiga rupiah empat sen);
4. Meletakkan sita jaminan atas seluruh kekayaan Daito Kogya
Co.Ltd - PT. Bina Baraga Utama Joint Operation baik berupa
benda bergerak maupun benda tetap dan memblokir seluruh re­
kening Bank Termohon Pailit yang ada di Indonesia;
5. Menetapkan Pengangkatan Hakim Pengawas;
6. Menetapkan Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;

302
7. Menghukum Termohon Pailit membayar seluruh biaya yang
diakibatkan karena kepailitan;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetap­


kan, Pemohon datang menghadap Kuasanya Ny. R. AY. Hertati Mu-
latsih, SmHk. berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 16 Desember
1998, sedangkan pihak Debitur/Termohon Daito Kogyo Co.Ltd.-PT.
Bina Baraga Utama Joint Operation tidak datang dan tidak menyuruh
Wakilnya/Kuasanya yang sah untuk hadir di persidangan, walaupun
telah dipanggil secara patut;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat per­
mohonan Pemohon tertanggal 21 Desember 1998 yang isinya tetap
dipertahankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya,
Pemohon di persidangan telah menyerahkan surat-surat bukti berupa :
1. Foto copy Surat Perintah Kerja No. 01/SPK/PDG/III-92 tanggal 2 8
Maret 1992 dari Daito Kogya Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation (Termohon Pailit) kepada PT. Bangun Prima Graha
Persada (Pemohon Pailit);
2. Foto copy Padang Area Flood Control Project (1) Contract Agree­
ment For Package (1) Daito Kogya Co.Ltd-PT. Bina Baraga Utama
Joint Operation Between PT. Bangun Prima Graha Persada tang­
gal 8 Mei 1992 berikut terjemahan resmi;
3. Foto copy Appendix perjanjian berikut terjemahan resmi;
4. Foto copy perincian tagihan dari PT. Bangun Prima Graha P e r­
sada (Pemohon Pailit) kepada Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina
Baraga Utama Joint Operation tanggal 21 Juli 1995 sebesar
Rp. 1.266.788.465,-
5. Foto copy surat Kapolda Sumatera Barat kepada Ketua Badan
Arbitrasi Nasional Indonesia No. B/1834/X/1995 tanggal 12 O kto­
ber 1995 (asli ada pada BANI);
6. Foto copy Surat Badan Arbitrasi Nasional Indonesia cabang
Padang Kepada Duta Besar Kerajaan Jepang No. 6/1996 tanggal
14 April 1996 (asli ada pada Kedutaan Besar Kerajaan Jepang);
7. Foto copy surat Badan Arbitrasi Nasional Indonesia cabang
Padang kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas I Padang No.
11/1996 tanggal 15 Juni 1996 (asli pada Pengadilan Kelas I
Padang);
8. Foto copy Padang Area Flood Control Project (1) Contract A gree­
ment For Package (1) Daito Kogya Co.Ltd-PT. Bina Baraga Utama

303
Joint Operation Betweeen CV. Eka Jaya tanggal 8 Mei 1992 (asli
ada pada Kreditur CV. Eka Jaya);
9. Foto copy Surat Kuasa dari Kardiah Kartaatmaja Direktur CV, Eka
Jaya kepada Albert Hendro Direktur Keuangan CV. Eka Jaya
tanggal 23 November 1992 (asli pada CV. Eka Jaya);
10. Foto copy surat CV. Eka Jaya kepada Ketua BANI di Padang
tanggai 30 Maret 1996 (asli ada pada BANI Cabang Padang);
11. Gambar foto proyek;

Menimbang, bahwa Pemohon kemudian menambahkan alat


bukti berupa:
1. Foto copy surat Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation kepada PT. Bangun Prima Graha Persada tanggal 20
Juli 1995 tentang permintaaan laporan termyn (asli pada Polda
Sumatera Barat)
2. Foto copy pendirian PT. Bangun Prima Graha Persada akte No.
45 tanggal 12 Agustus 1988 Notaris Chufran Hamal, SH.;
3. Foto copy jual beli saham PT. Bangun Prima Graha Persada akte
No. 134 tanggal 26 Mei 1992 Notaris Chufran Hamal, SH.;
4. Foto copy Berita Acara Rapat PT. Bangun Prima Graha Persada
No. 133 tanggal 26 Mei 1992 Notaris Chufran Hamal, SH.;
5. Foto copy Jaminan Bank No. Jam/05/2877/92 tanggal 30 April
1992 sejumlah Rp. 974.000.000,- Bank Bali (asli ada pada Daito
Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint Operation);
6. Foto copy Jaminan Bank No. Jam/05/2877/92 tanggal 30 April
1992 sejumlah Rp. 974.000.000,- Bank Bali (asli ada pada Daito
Kogyo Co.Ltd. tanggal 08 Juni 1992);
7. Foto copy Jaminan Bank No. 276/BG/V/1994 tanggal 11 Mei 1994
Bank Dana Hutama (asli ada pada Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina
Baraga Utama Joint Operation);
8. Foto copy surat Daito Kogyo Co.Ltd-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation kepada PT. Bangun Prima Graha Persada No.
38JO/IV/1994 tanggal 27 April 1994 perihal perpanjangan Bank
Garansi (asli ada pada Polda Sumatera Barat);
9. Foto copy kwitansi No. 025/DK/PD/1992 tanggal 13 April 1992
sejumlah Rp. 974.000.000,- uang muka Padang Area Flood Con­
trol Project Package I sebesar 20% dari Rp. 4.870.043.184,- (asli
ada pada Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint Ope­
ration);

304
10. Foto copy surat permintaan transfer tanggal 9 Juni 1992 =
Rp. 682.000.000,- (asli ada pada Fuji Bank Internasional Indonesia);
11. Foto copy surat permintaan transfer tanggal 22 Juni 1992 =
Rp. 292.000.000,- (asli ada pada Fuji Bank Internasional Indonesia);
12. Foto copy Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak No. Reg. 009272-0531
atas nama Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation NPWP : 1.068.486.8-053 (asli ada pada Daito Kogyo
Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint Operation)

Surat-surat bukti tersebut yang berupa foto copy yang telah dicocokkan
dengan aslinya dan telah diberi meterai secukupnya sehingga dapat
diterima sebagai alat bukti yang sah, kemudian diberi tanda P.1 s/d P .9
dan P.3a, P. 10 s/d P.20;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini
maka ditunjuk segala sesuatu yang terjadi di persidangan yang untuk
lengkapnya dianggap tercantum dalam putusan ini;

Tentang Hukum

Menimbang, bahwa yang menjadi esensi pokok permohonan


Pemohon adalah Termohon tidak membayar kekurangan tagihan pem­
bayaran Proyek Padang Area Flood Control Project yang telah dikerja­
kan oleh Pemohon sebesar Rp. 1.266.788.465,- (satu milyard dua ra­
tus enam puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh delapan ribu e m ­
pat ratus enam puluh lima rupiah) dan ditambah bunga Bank sebesar
Rp. 2.229.547.698,4 (dua milyard dua ratus dua puluh sembilan juta
lima ratus empat puluh tujuh ribu enam ratus sembilan puluh delapan
rupiah empat sen), sehingga total tagihan sebesar Rp. 3.496.336.163,4
(tiga milyard empat ratus sembilan puluh enam juta tiga ratus tiga puluh
enam ribu seratus enam puluh tiga rupiah empat sen);
Menimbang, bahwa disamping itu, Termohon juga mempunyai
Kreditur lain yaitu CV. Eka Jaya, Jl. Pramuka Raya No. 54 Jakarta
yang tidak dibayar oleh Termohon berjumlah Rp. 4.901.080.626,-
(empat milard sembilan ratus satu juta delapan puluh ribu enam ratus
dua puluh enam rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan atas hal tersebut maka Pem o­
hon intinya mohon pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat agar Permo­
honan Daito Kogyo Co.Ltd-PT. Bina Baraga Utama Joint Operation
dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan­
nya tersebut Pemohon telah menyerahkan surat-surat bukti bertanda

305
P.1 s/d P.9 dan gambar foto proyek serta tambahan bukti bertanda
P.3a, P. 10 s/d P.20;
Menimbang, bahwa sebelum pemeriksaan materi pokok perkara
Majelis perlu mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai:
1. Debitur yang tidak hadir di persidangan;
2. Adanya Klausula penyelesaian sengketa melalui BANI;

Ad. 1. Debitur yang tidak hadir di persidangan


Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan
Debitur Daito Kogya Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint Operation
selaku Termohon Pailit tidak datang menghadap di persidangan atau
menyuruh kuasanya/wakilnya yang sah walaupun telah dipanggil se­
cara patut sebagaimana surat panggilan melalui pos tercatat tertang­
gal 30 Desember 1998 dan melalui kurir pada tanggal 8 Januari
1999;
Menimbang, bahwa bahkan surat penggilan tertanggal 8 Januari
1999 tersebut ternyata Termohon sudah tidak ada pada alamat yang
semula ditunjuk oleh Pemohon yaitu di Kuningan Plaza South Tower
Kamar 5083 Jl. HR. Rasuna Said Kav. C.11-14 Jakarta 12940 (tidak
menyewa lagi di Gedung Plaza Kuningan sejak tanggal 14 Juni
1998);
Menimbang, bahwa menurut Hukum Acara Perdata yang lazim
jikalau Tergugat tidak diketahui alamat tempat tinggalnya maka jalan
yang ditempuh adalah melalui panggilan umum (via surat kabar atau
mass media atau melalui pengumuman yang ditempel pada Pemda
setempat yang sudah barang tentu akan memakan tenggang waktu
yang lama antara pengumuman yang pertama dan seterusnya);
Menimbang, bahwa sedangkan dalam acara Pemeriksaan
Kepailitan tidak dimungkinkan untuk tenggang waktu tersebut karena
batas waktu maksimal pemeriksaan menurut Pasal 6 ayat (4) Perpu
No. 1/1998 atau Undang-undang No. 4 Tahun 1998 hanya 30 hari
harus sudah diputus;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal dan pertimbangan tersebut,
maka pengertian wajib memanggil debitur dalam Pasal 6 ayat (1a)
Perpu No. 1/1998 atau Undang-undang No. 4/1998 sepanjang telah
disampaikan melalui pos tercatat harus dianggap sah, sehingga ke­
wajiban untu hadir bagi Termohon debitur tidak dihiraukan lagi dan
dianggap telah melepaskan haknya;

306
Ad. 2. Adanya Klausula penyelesaian sengketa melalui BANI
Menimbang, bahwa sebagaimana didalilkan oleh Pemohon
bahwa dalam perjanjian kontrak (bukti P.2a) terdapat klausuia yang
menyatakan bahwa penyelesaian sengketa antara Pemohon dengan
Termohon akan diselesaikan melalui BANI;
Menimbang, bahwa memang sesuai azas pacta sunt servanda
dan telah menjadi Jurisprudensi di Indonesia bahwa setiap perjanjian
yang mengandung klausula Arbitrase dengan sendirinya terikat Ko-
petensi Absolut Badan Arbitrase untuk menyelesaikan yang timbul
dari perjanjian tersebut (vide Putusan MA No. 455 K/Sip/1982 tang­
gal 27 Mei 1983 dan No. 255 K/Sip/1976 tanggal 30 September
1983);
Menimbang, bahwa akan tetapi berdasarkan bukti P.5 dan P.6
yaitu yang berupa surat dari BANI Cabang Sumatera Barat yang te­
lah berusaha menyelesaikan persoalan tersebut, akan tetapi tidak
berhasil, oleh karenanya tidak menjadi Kopetensi BANI lagi, melain­
kan dapat diselesaikan melalui Pengadilan;
Menimbang, bahwa berdasarkan atas fakta dan pertimbangan
tersebut maka Majelis berpendapat bahwa Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo\
Menimbang, bahwa sekarang yang menjadi persyaratan pokok
untuk dapat dinyatakan pailit menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Perpu
No. 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan yang telah ditetapkan menjadi
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 adalah Debitur yang mempunyai
dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1, benar Pemohon te­
lah mendapatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dari Termohon tertanggal
28 Maret 1992 dengan Nomor 01/SPK/PDG/III-1992 untuk melak­
sanakan pekerjaan Padang Area Flood Control Project Packageltiengan
harga borongan sebesar Rp. 4.870.043.000,- (empat milyard delapan
ratus tujuh puluh juta empat puluh tiga ribu rupiah) pekerjaan mana
menurut SPK tersebut akan diselesaikan dalam jangka waktu 24 bulan
terhitung mulai tanggal 10 April 1992 s/d 10 April 1994;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.2a dan P.2b antara
Pemohon dan Termohon juga telah menandatangani kontrak perjanjian
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan menurut bukti P.13, P. 14,
P. 15 dan P. 17 Pemohon juga telah menyerahkan bukti adanya Bank
Garansi serta menerima uang muka sebesar 20% dari Rp. 4.870.043.184,-

307
= Rp. 974.000.000,- sebagaimana yang telah disyaratkan dalam SPK
tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.3 dan P.3a Pemohon-
juga telah membuat dan menyampaikan surat perincian tagihan utang
kepada Termohon tertanggal 21 Juli 1995 atas permintaan dari Pemo­
hon sendiri melalui surat tertanggal 20 Juli 1995 yang isinya agar
Pemohon menyampaikan laporan termin terakhir dan agar dilampirkan
data hitungan (calculation sheet) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan atas fakta tersebut di atas
maka telah terbukti adanya hutang Termohon kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 yaitu mengenai SPK
No. 01/SPK/PDG/III-1992 yang batas waktu pelaksanaan pekerjaan
terakhir pada tanggal 10 April 1994, dihubungkan dengan bukti P.3 dan
P.3a tersebut yang berupa surat dari Termohon yang memerintahkan
agar Pemohon memberikan laporan termyn terakhir dengan disertai
hitungan (calculation sheet) dan Pemohon juga telah membuat perin­
cian tagihan dengan disertai tenggang waktu satu minggu harus sudah
dibayar, maka telah dapat disimpulkan bahwa kewajiban Termohon
untuk membayar tagihan kekurangan pembayaran pekerjaan proyek
yang telah diselesaikan Pemohon tersebut, telah jatuh tempo dan da­
pat ditagih;
Menimbang, bahwa sekarang apakah Termohon juga mempunyai
Kreditur lain selain Pemohon tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.7, P.8 dan P.9 telah
didapat fakta bahwa benar antara Termohon dengan CV. Eka Jaya Jl.
Pramuka Raya No. 54 Jakarta telah ada perjanjian kontrak kerja sama
sebagaimana dituangkan dalam SPK No. 02/SPK/PDGA/-1992 tanggal
8 Mei 1992 dan menurut bukti P.9 Termohon dituntut untuk memenuhi
kewajibannya kepada CV. Eka Jaya tersebut sebesar Rp. 1.225.401.840,-;
Menimbang, bahwa berdasarkan atas fakta hukum tersebut
maka telah terbukti pula bahwa Termohon mempunyai Kreditur lain
selain Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan atas pandangan-pandangan
hukum dan penilaian hukum tersebut di atas yang satu sama lain
saling berkaitan maka Majelis berpendapat bahwa permohonan Pemo­
hon telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun
1998 yang telah menjadi Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tersebut,
dan oleh karenanya permohonan Pemohon dapat untuk dikabulkan;

308
Menimbang, bahwa karena permohonan Pemohon dapat dika­
bulkan maka Termohon Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama
Joint Operation harus dinyatakan Pailit dengan segala akibat hukum­
nya;
Menimbang, bahwa karena Termohon dinyatakan pailit, maka
berdasarkan Pasal 13 (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 harus
ditunjuk seorang Hakim Pengawas dan harus pula diangkat Kurator;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon telah menunjuk peng­
angkatan Kurator Balai Harta Peninggalan Jakarta maka Majelis mene­
tapkan Balai Harta Peninggalan Jakarta tersebut sebagai Kurator dari
Termohon Pailit Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation;
Menimbang, bahwa tentang tuntutan agar diletakkan sita jami­
nan atas seluruh kekayaan termohon pailit Daito Kogyo Co.Ltd-PT.
Bina Baraga Utama Joint Operation, baik berupa benda bergerak mau­
pun benda tetap dan memblokir seluruh rekening Bank Termohon Pailit
di Indonesia dapat dipertimbangkan sebagai berikut;
Menimbang, bahwa karena selama dalam proses pemeriksaan
Pemohon untuk sementara belum dapat menunjukkan bukti-bukti
adanya aset kekayaan dari Termohon yang dapat diletakkan sita jamin­
an tersebut, maka permohonan mengenai sita tersebut tidak dapat
dikabulkan;
Menimbang, bahwa terlepas dari hal dan pertimbangan tersebut
dengan dinyatakan pailit maka demi hukum si pailit akan kehilangan
haknya untuk berbuat bebas terhadap harta kekayaannya karena se­
mua harta kekayaan telah menjadi sitaan umum (vide Pasal 9 jo Pasal
22 Perpu No. 1 tahun 1998/Undang-undang No. 4 Tahun 1998;
Menimbang, bahwa sedangkan mengenai besarnya imbalan
atas jasa untuk Kurator BHP sesuai dengan SK Menkeh No. 09-
HT.05.10 Tahun 1998 dalam Pasal 8 nya telah menunjuk ketentuan
dalam SK Menkeh No. 02.UM.01.06 Tahun 1993, oleh karena itu be­
sarnya imbalan jasa bagi Kurator BHP harus mengacu dan berpedo­
man pada SK Menkeh No. 02.UM.01.06 Tahun 1993 tersebut;
Menimbang, bahwa karena permohonan Pemohon telah dika­
bulkan maka menurut hukum biaya perkara kepailitan ditanggung oleh
Pemohon yang jumlahnya akan ditetapkan dalam amar putusan;
Memperhatikan ketentuan Undang-undang dan peraturan yang
bersangkutan khususnya Perpu No. 1 Tahun 1998/Undang-undang
No. 4 Tahun 1998

309
MEMUTUSKAN

- Mengabulkan permohonan Pemohon;


- Menyatakan Daito Kogyo Co.Ltd.-PT. Bina Baraga Utama Joint
Operation Pailit;
- Mengangkat dan menunjuk Sdr. Untung Haryadi, SH. Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai
Hakim Pengawas;
- Menetapkan Balai Harta Peninggalan Jakarta sebagai Kurator;
- Menetapkan imbalan jasa Kurator BHP sebagaimana ditentukan
dalam SK Menkeh No. 02.01.06 Tahun 1993;
- Membebankan biaya perkara permohonan ini kepada Pemohon
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikian diputusakan dalam rapat permusyawaratan Majelis


Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
hari Selasa tanggal 12 Januari 1999 oleh Tjahjono, SH. sebagai Hakim
Ketua, Erwin Mangatas Malau, SH. dan Ny. Nur Aslam Bustaman, SH.
masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan da­
lam pesidangan yang terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 14
Januari 1999, oleh Majelis tersebut dengan dibantu oleh Hamzah Nur-
din sebagai panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon
dan tanpa dihadiri oleh Termohon;

Hakim-Hakim Anggota : Hakim Ketua,


ttd. ttd.

Erwin Mangatas Malau. SH. Tiahiono, SH.

ttd.
Ny, Nur Aslam Bustaman. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

Hamzah Nurdin

310
- Kewajiban/prestasi yang seharusnya sudah dibayar oleh debitur kepada k red i­
tur, karena sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, tetap i tidak dibayar oleh d eb i­
tu r adalah utang dalam pengertian Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Peng­
ganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998;
- Pasal 5 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 jo
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang syarat penasehat hukum yaitu
harus memiliki izin praktek;

VUE. PERKARA KEPAILITAN : PT. ABDI PERSADA NUSANTARA

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 08 P K /N /1999)

Pihak berperkara :
- PT. S u ry a ta ta Internusa : Pemohon Peninjauan Kembali/
Termohon Kasasi/Pemohon
Pailit;

te rh a d a p :

- PT. Abdi Persada Nusantara, dkk. : Termohon Peninjauan Kembali/


Pemohon Kasasi II/T erm o h o n
Pailit;

1. Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 2 7 Juli 1999, Nomor : 0 8


P K /N /1999.
1 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan peninjauan kembali d a ri
pemohon PT. Suryatata Internusa;
- Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 2 M a re t
1999 Nomor : 0 5 K /N /1 9 9 9 ’
Menaadili sendiri :
- Menyatakan permohonan kasasi dari pemohon kasasi I
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), pemohon kasasi
I I I PT. B N I Multi Finance dan Pemohon Kasasi I V :

311
Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP) Taman
Festival Bali tidak dapat diterima;
- Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi I I :
PT. Abdi Persada Nusantara;
- Mengabulkan permohonan pemohon pailit;
- Menyatakan PT. Abdi Persada Nusantara berkantor
di Taman Rekreasi Agung Padang Galak, Sanur Bali,
pailit;
- Dan seterusnya;

1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan ad. 1 dapat dibenarkan karena
Majelis Hakim Kasasi telah melakukan kesalahan berat
dalam penerapan hukum yang dalam pertimbangannya
menyatakan pada hakekatnya hubungan hukum yang ada
antara pemohon pailit/kred itu r dengan termohon p ailit/
debitur adalah antara pemborong dengan pemberi kerja
akibat adanya Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang
tidak menimbulkan hukum utang menurut Undang-undang
Kepailitan, sehingga tuntutan dari pemohon pailit se­
harusnya diajukan melalui gugatan perdata ke Pengadilan
Negeri atas dasar wanprestasi;
- bahwa didalam perkara ini walaupun hubungan hu­
kum yang mendasari adalah hubungan perjanjian pembo­
rongan, namun kewajiban/prestasi yang harus dilakukan
oleh debitur dalam perkara ini adalah membayar sejum­
lah uang sebagai pembayaran pekerjaan M /E Brewery Bir
Proyek Taman Rekreasi Agung Padang Galak - Bali yang
sudah selesai dikerjakan dengan baik oleh kreditur se­
laku kontraktor/suplier;
- bahwa Mahkamah Agung berpendapat kewajiban/
prestasi yang seharusnya sudah dibayar oleh debitur
kepada kreditur, karena sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih, tetapi tidak dibayar oleh debitur tersebut
adalah utang dalam pengertian Pasal 1 ayat (1) Peratur­
an Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun

312
1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998;
- bahwa permohonan kasasi pemohon kasasi I dan
pemohon kasasi m diajukan oleh orang yang bukan
penasehat hukum sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 5
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-
undang oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 yaitu
penasehat hukum yang memiliki izin praktek;
sehingga permohonan kasasi pemohon kasasi I dan pemo­
hon kasasi III seharusnya dinyatakan tidak dapat
diterima;

2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Putusan Mahkamah Agung R I, tanggal 2 M aret 1999, Nomor :


05 K /N /1 9 9 8 .
2 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi:
1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., 2. PT.
Abdi Persada Nusantara, 3. PT. B N I Multi Finance
dan 4. S erikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP)
Taman Festival Bali;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tanggal 12 Januari 1999, Nomor 2 9 /P a ilit/1 9 9 8 /
PN.Niaga/Jkt. Pst.;
Mengadili sendiri :
- Menolak permohonan pernyataan pailit dari pemohon :
PT. Suryatata Internusa;
- t)an seterusnya;

2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan ad. 3 dan ad. 4 dari pemohon kasasi
I (PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.), k e b e ra t­
an kasasi ad. 1 s/d ad. 3 dari pemohon kasasi I I (P T.

313
Abdi Persada Nusantara) dan keberatan kasasi ad. 2
dari pemohon kasasi I I I (PT. B N I Multi Finance) dapat
dibenarkan;
- bahwa Judex Factie telah salah menerapkan hukum
dalam menentukan objek perkara kepailitan ini, karena
hakekatnya hubungan hukum yang ada antara termohon
kasasi, dahulu pemohon/kreditur dengan pemohon kasasi
I I , dahulu termohon/debitur adalah antara pemborong
(penerima kerja) dengan pemberi kerja, dimana tidak
adanya pembayaran atau masih kurangnya pembayaran,
dalam hal ini bukanlah sebagai yang dimaksud dengan
"utang";
- bahwa dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998 beserta penjelasannya telah
dicantumkan dengan jelas harus adanya hubungan hukum
utang, sedangkan pengertian utang yang tidak dibayar
oleh debitur itu adalah utang pokok dan bunganya;
- bahwa hubungan hukum antara termohon kasasi
dengan pemohon kasasi I I adalah wanprestasi, sehingga
seharusnya tuntutan termohon kasasi diajukan dengan
gugatan ke Pengadilan Negeri, dan bukan ke Pengadilan
Niaga;

3. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 12 Januari 1999, Nomor : 29/P ailit/1998/P N .N iag a/
Jkt. Pst.
3 .1 . Amar Putusan :
- Mengabulkan permohonan pemohon;
- Menyatakan PT. Abdi Persada Nusantara, berkantor di
Taman Rekreasi Agung, Padang Galak, Sanur-Bali,
pailit;
- ban seterusnya;

314
3.2. Pertimbangan Hukum :
- bahwa menurut ketentuan Pasal 1601 ayat (b) KUH
Perdata yang dimaksud dengan pemborongan pekerjaan
adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si
pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang membo­
rongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan;
- bahwa utang adalah merupakan prestasi yang harus
dibayar dengan uang dan prestasi membayar dengan
uang itu dapat ditimbulkan antara lain oleh perjanjian
utang piutang, perjanjian pemborongan pekerjaan dan
lain-lain;
- bahwa harga kontrak yang ditimbulkan oleh per­
janjian pemborongan pekerjaan yang tidak dibayar
merupakan utang seperti yang dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang
kepailitan;

PUTUSAN
No. 08 PK /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA E S A

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam permohonan Peninjauan Kembali te ­


lah mengambil keputusan sebagai berikut:
1. PT. SURYATATA INTERNUSA, berkedudukan di Jalan
Pangeran Jayakarta 20/B-12 Jakarta dalam hal ini di­
wakili oleh kuasanya : 1. DENNY KAILIMANG, SH.,
2. HARRY PONTO, SH.LLM., 3. BENNY PONTO, SH .
Advokat/Peng-acara pada Kantor Hukum Lontoh &
Kailimang, beralamat di Jalan Jati Baru No. 45 Jakarta
10250, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 9 M a ­
ret 1999.

315
Sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Termo­
hon Kasasi/Pemohon Pailit/Kreditur;

Melawan:
1. PT. ABDI PERSADA NUSANTARA, berkedudukan di
Jalan Pantai Padang Galak, Desa Sanur, Kecamatan
Denpasar Bali.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemo­
hon Kasasi ll/Termohon Pailit/Debitur;
2. PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK..
berkedudukan di Jalan Jenderal Sudirman Kaveling 1
Jakarta, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya :
1. WIMBOYONO SENO ADJI, SH„ 2. SURATINI, SH.
3. INDRIYANTO SENO ADJI, SH. MH. Pengacara dari
Kantor Pengacara & Konsultan Hukum Prof. Oemar
Seno Adji, SH. & Rekan, beralamat di Jalan Raden
Saleh Raya No. 18-0 Jakarta 10430, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 7 April 1999.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemo­
hon Kasasi l/Kreditur lain;
3. PT. BNI MULTI FINANCE, berkedudukan di Wisma 46
Lantai 14 Jalan Jenderal Sudirman Kaveling 1 Jakarta
dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : 1. HANDRA
DEDDY HASAN, SH., 2. RAHMAD IRWAN, SH.,
3. AFFANDI M., SH., Advokat pada Handra, Darwin,
Rahmad & Rekan (HDRR) beralamat di Dwima Plaza I
4th Floor Room 407 Jalan Jenderal Ahmad Yani Kave­
ling 67 Jakarta 10510, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 8 April 1999.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemo­
hon Kasasi lll/Kreditur lain;
4. SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN (SPTP)
TAMAN FESTIVAL. BALI, berkedudukan di Jalan Pan­
tai Padang Galak, Desa Sanur, Kecamatan Denpasar
sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemo­
hon Kasasi IV/Kreditur lain;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Termohon Kasasi/

316
Pemohon Pailit/Kreditur telah mengajukan permohonan Peninjauan
Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tang­
gal 2 Maret 1999 N om or: 05 K/N/1999 yang telah berkekuatan hukum
tetap, dalam perkaranya melawan Para Termohon Kasasi/ Termohon
Pailit/Debitur dan Para Kreditur Lain dengan posita perkara sebagai
berikut:
bahwa Termohon selaku Pemilik Proyek Taman Rekreasi
Ayung, yang terletak di Jalan Padang Galak, Sanur-Bali, telah menun­
juk Pemohon selaku Kontraktor/Suplier guna melaksanakan Pekeijaan
M/E Brewery Bir sesuai dengan Surat Perintah Kerja (“SPK”) No.
SPK/174/APN/PRO/II/1998 tertanggal 09 Februari 1998 yang dituang­
kan lebih lanjut masing-masing dalam Surat Perjanjian Pemborongan
dan dua Addendum seperti yang terurai dalam surat permohonan;
bahwa Pemohon telah menyelesaikan dengan baik pekerjaan
Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung
Padang Galak - Bali dengan penilaian prestasi 100%. Hal ini sesuai
dengan Sertifikat Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No.
060/SKSP/PCA/l 11/98 tertanggal 18 Maret 1998;
bahwa sesuai Pasal 6 Addendum Pertama, pembayaran Termo­
hon kepada Pemohon diatur sebagai berikut:
- Pembayaran kepada Pemohon akan dilakukan sesuai dengan pro­
gres yang dicapai dengan memperhitungkan utang Pemohon kepada
Termohon;
Selisih harga kontrak dalam Surat Perjanjian Pemborongan dengan
utang Pemohon kepada Termohon akan dibayarkan oleh Termohon
secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6 (enam) bulan
terhitung sejak pekerjaan Pemohon diserah terimakan kepada T er­
mohon yang dinyatakan dengan surat keterangan selesai pekeijaan;
bahwa sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan Addendum
Kedua utang awal Termohon kepada Pemohon adalah sebesar
Rp. 386.859.000,00 (tiga ratus delapan puluh enam juta delapan ratus
lima puluh sembilan ribu rupiah). Sesuai dengan Berita Acara Penyele­
saian Hutang Piutang tertanggal 04 April 1998, telah dilakukan per­
jumpaan utang antara utang Termohon kepada Pemohon yang sebesar
Rp. 386.859.000,00 dengan utang Pemohon kepada Termohon yang
sebesar Rp. 214.500.000,00. Dengan demikian sisa utang Termohon
kepada Pemohon adalah sebesar Rp. 172.359.500,00 (seratus tujuh
puluh dua juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah);
bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Surat Perjanjian
Pemborongan jo. Addendum Pertama jo. Addendum Kedua, sisa utang

317
Termohon secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6
(enam) bulan terhitung sejak pekerjaan Pemohon diserah-terimakan
kepada Termohon yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Selesai
Pekerjaan dan sesuai dengan Sertifikat Surat Keterangan Selesai Peker­
jaan No. 060/SKSP/PCA/l 11/98 tertanggal 18 Maret 1998, pekerjaan
Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir dilakukan oleh Pemohon di Proyek
Taman Rekreasi Padang Galak - Bali dinilai telah sesuai dengan
penilaian prestasi 100%, karena itu, utang Termohon kepada Pemohon
seharusnya sudah harus dilunasi paling lambat pada tanggal 17 Sep­
tember 1998. Karena itu pula Pemohon pada tanggal 10 September
1998 telah menerbitkan 2 (dua) tagihan (kuitansi) kepada Termohon
masing-masing sebesar Rp. 115.500.000,00 dan sebesar Rp. 56.859.500,00
atau seluruhnya Rp. 172.359.500,00;
bahwa walaupun telah ditegur berkali-kali, Termohon ternyata
tetap tidak menunjukkan itikad baiknya guna segera menyelesaikan
utangnya tersebut. Karena itu, pada tanggal 30 September 1998, Pemo­
hon bersama-sama dengan 15 Kreditur Konkuren Termohon lainnya
yang juga mengerjakan pekerjaan Proyek Taman Rekreasi Ayung
Padang Galak - Bali secara bersama-sama memberikan kuasa kepada
Kantor Hukum Lontoh & Kailimang guna mengupayakan penyelesaian
tersebut;
bahwa kuasa hukum Pemohon kemudian telah beberapa kali
memberikan somasi/peringatan kepada Termohon agar segera menye­
lesaikan utangnya tersebut, yaitu dengan :
- Surat Somasi/Teguran Nom or: 106/LK-SU/X/98 tertanggal 2 Oktober
1998;
- Surat Somasi/Peringatan Kedua Nom or; 132/LK-SU/X/98 tertanggal
15 Oktober 1998 (dilampirkan nama 16 Kreditur Konkuren lainnya -
Kontraktor dan Suplier) yang juga mengerjakan Proyek Taman Re­
kreasi Ayung Padang Galak Denpasar - Bali, yang belum mem­
peroleh pembayaran dari Termohon;
- Surat Somasi/Teguran terakhir Nomor: 105/LK-SU/XI/98 tertanggal 3
November 1998, berikut lampiran I dan II;
- Surat Tanggapan Nomor: 166/LK-SU/XI/98 tertanggal 25 November
1998;
Akan tetapi, sampai dengan diajukan permohonan ini, Termohon
ternyata tidak dapat menyelesaikan utangnya kepada Pemohon;
bahwa Termohon sendiri melalui kuasa hukumnya telah mengakui
bahwa Termohon masih mempunyai sisa kewajiban/tunggakan pem­
bayaran kepada Pemohon dimana Termohon minta agar diberikan

318
diskon sebesar 7% (tujuh persen) (Surat No. 156-19/SK/TS/X/98 ter­
tanggal 19 Oktober 1998);
bahwa dengan demikian Termohon telah terbukti tidak membayar
utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Pemohon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Kepailit­
an No. 4 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang
Kepailitan menjadi Undang-undang, karena itu Pemohon berhak memo­
hon agar Termohon dinyatakan Pailit;
bahwa sesuai dengan somasi-somasi yang diajukan oleh Kuasa
Hukum Pemohon, Kreditur lain Termohon antara lain adalah :
- PT. Lelco Trindo, berkantor di Komplek Jembatan Lima Permai Blok
D/8-9, Jalan K.H. Mas Mansyur No. 11 Jakarta 10140 dan
- PT. Aneka Sakarsa Tugas, berkantor di Jalan Tanjung Duren Timur
No. 2 Rt. 009/05, Jakarta 11470;
bahwa guna menjamin permohonan yang diajukan Pemohon ini
tidak sia-sia dan juga menjaga agar Termohon tidak mengalihkan,
memindah-tangankan atau melakukan upaya-upaya lain terhadap
kekayaannya, sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon
(Kreditur) dalam rangka pelunasan utangnya, cukup alasan bagi
Pengadilan Niaga g u n a :
- Meletakkan sita jaminan umum terhadap seluruh kekayaan Termo­
hon, khususnya sebidang tanah berikut bangunannya yang berdiri
diatasnya yang terletak di Jalan Padang Galak, Sanur - Bali, dikenal
dengan nama Taman Rekreasi Ayung;
- Mengangkat Tuan YAN APUL GIRSANG, SH. dari Kantor Pengacara
Yan Apul & Partners sebagai Kurator sementara guna mengawasi
pengelolaan usaha Termohon dan mengawasi pembayaran kepada
Pemohon (Kreditur), serta pengalihan atau pengagunan kekayaan
Termohon yang dalam rangka kepailitan memerlukan persetujuan
Kurator;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas kiranya cukup alasan
bagi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat guna
memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon;
2. Menyatakan Termohon berada dalam keadaan Pailit;
3. Mengangkat Tuan Yan Apul Girsang dari Kantor Hukum Yan Apul &
Partners sebagai Kurator Sementara Termohon;
4. Membebankan biaya perkara yang telah dikeluarkan Pemohon d a ­
lam mengajukan permohonan kepailitan ini kepada Termohon;

319
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 02 Maret 1999 Nomor : 05/N/1999 yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. PT.
BANK NEGARA INDONESIA (PERSER01 TBK., dalam hal ini di­
wakili oleh para kuasanya NASRUL DARISIN. dkk.. 2. PT. ABDI
PERSADA NUSANTARA dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya HL
TEGUH SAMUDERA, SH.. MH. dkk.. 3. PT, BNI MULTI FINANCE
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya NOVI AVINDA MAR-
TIANTO SOETOPO, SH. dkk.. 4. SERIKAT PEKERJA TINGKAT
PERUSAHAAN (SPTP1 TAMAN FESTIVAL BALI yang dalam hal ini
diwakili oleh para kuasanya H. TEGUH SAMUDERA. SH.MH.. dkk.
tersebut;
- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12
Januari 1999 No. 29/PAILIT/1998/NIAGA/JKT.PST;

Dan Mengadili S en d iri:


- Menolak permohonan pernyataan Pailit dari Pemohon PT. SURYA
TATA INTERNUSA;
- Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon Pernyataan Pailit/Kreditur
untuk membayar semua biaya perkara, baik yang timbul pada
Peng-adilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan da­
lam tingkat Kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan


hukum tetap tersebut in casu putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 02 Maret 1999 No. : 05 K/N/1999 diberitahukan
kepada Termohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit/Kreditur dengan
perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 9
Maret 1999 diajukan permohonan Peninjauan Kembali secara lisan di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada tanggal 30 Maret 1999
permohonan mana disertai dengan memori yang memuat alasan-
alasan permohonannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga tersebut pada hari itu juga dan tambahan memori diterima pada
tanggal 09 April 1999;

Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali


tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 31 Maret 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan
telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat, dari Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi I/

320
Kreditur lain pada tanggal 09 April 1999 dan tambahan jawaban pada
tanggal 19 April 1999 sedangkan dari Termohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi lll/Kreditur lain pada tanggal 09 April 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Ta­
hun 1998 yang ditetapkan sebagai Undang-undang oleh Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, permohonan Peninjauan Kembali a q u o
beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara-cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh
karena itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah meng­
ajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
1. Bahwa pada halaman 25 putusannya, Majelis Hakim Kasasi ber­
pendapat bahwa Majelis Hakim Pengadilan Niaga telah salah
menerapkan hukum dalam menentukan obyek perkara kepailitan.
Menurut Majelis Hakim Kasasi, hubungan hukum antara Pemohon
Peninjauan Kembali (semua Termohon Kasasi/Pemohon Pailit)
dengan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Kasasi
ll/Termohon Pailit) adalah antara Pemborong (penerima kerja)
dengan pemberi kerja sebagai akibat adanya perjanjian kerja
(pemborong pekerjaan). Tidak adanya pembayaran atau kurang­
nya pembayaran dalam hal ini, oleh Majelis Hakim Kasasi diang­
gap bukan sebagai utang. Karena itu, Majelis Hakim Kasasi ber­
pendapat bahwa permasalahan yang ada adalah masalah wan-
prestasi yang harus diajukan melalui Pengadilan Negeri, bukan ke
Pengadilan Niaga.
Dengan memberikan pertimbangan sebagaimana disebut di atas
Majelis Hakim Kasasi jelas melakukan kesalahan dalam menerap­
kan hukum karena:
1.1. Sesuai dengan Ordonansi Kepailitan Tahun 1905 sebagai­
mana diubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 4
Tahun 1998, Undang-undang Kepailitan tidak mensyaratkan
bahwa debitur yang bisa diminta pailit harus mempunyai
utang berdasarkan suatu perjanjian utang-piutang. Dengan
kata lain, Undang-undang Kepailitan tidak mensyaratkan
adanya geldschuld atau utang berbentuk uang berdasarkan
perjanjian utang piutang, melainkan dapat juga berupa utang
yang timbul berdasarkan perjanjian lain (termasuk perjanjian
pemborongan pekerjaan).

321
Bukti bahwa usul-usul utang dalam suatu perkara kepailitan
tidak harus berasal dari suatu perjanjian utang-piutang dapat
dilihat dengan jelas dalam Pasal 129 Undang-undang
Kepailitan yang berbunyi:
“Piutang-piutang yang harganya tidak ditetapkan, tak
tertentu, tidak dinyatakan dalam uang Indonesia, ataupun
sama sekali tidak ditetapkan dalam uang, harus dicocokan
untuk harganya yang ditaksir dalam uang Indonesia”.
1.2. Bahwa usul-usul utang dalam suatu perkara kepailitan tidak
harus berasal dari suatu perjanjian utang-piutang juga dapat
dilihat dari tulisan Mr. N.J. Polak dalam bukunya Faillisse-
mentsrecht, tahun 1997, halaman 13 yang mengatakan :
“Om als schuldeiser in de zin van de Faillissementswet
te worden aangemerkt, is het vereist dat de schuldenaar in
rechte geldend kan maken”
Terjemahan bebasnya :
“Agar dapat diakui sebagai Kreditur dalam artian Ordo­
nansi Kepailitan disyaratkan bahwa kreditur dapat men­
yatakan tuntutannya terhadap debitur dalam bentuk uang”
1.3. Dalil Pemohon Peninjauan Kembali sebagaimana telah di­
uraikan di atas juga secara bijaksana telah ditetapkan oleh
Mahkamah Agung dalam beberapa perkara pailit lainnya.
Mahkamah Agung dalam putusan No. 01 K/N/1999 tanggal
23 Februari 1999 dalam perkara antara PT. JAYA READMIX
dan PT. PRIMACOAT LESTARI (kreditur) melawan PT. HU-
TAMA KARYA dan PT. BINA MAINT (debitur) berpendapat
bahw a:
“... yang dimaksud dengan utang dalam kaitannya
dengan kepailitan adalah utang baik yang timbul karena
Undang-undang maupun karena perikatan yang dapat dinilai
dengan sejumlah uang tertentu”.
(Putusan Mahkamah Agung dalam putusan No. 01 K/N/1999
tanggal 23 Februari 1999, halaman 12 alinea kedua);
Dalam perkara pailit ini, utang yang timbul adalah berdasar­
kan pada perjanjian pemborongan pekerjaan. Karena dalam
perkara ini unsur-unsur yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang Kepailitan telah terpenuhi, kedua debitur
dalam perkara tersebut dinyatakan pailit oleh Mahkamah
Agung.

i
322
1.4. Dalam perkara lainnya, yaitu dalam putusannya No. 04 K/N/
1999 tanggal 09 Maret 1999, dalam perkara antara SUMBINI
OMAR SANDJAYA dan WIDYASTUTI (kreditur) melawan
PT. JAWA BARAT INDAH (debitur), Mahkamah Agung ber­
pendapat :
- “Bahwa perjanjian jual-beli sebagaimana didalilkan T e r­
mohon termasuk dalam lingkup perniagaan”
(Putusan Mahkamah Agung dalam putusan No. 04 K/N/
1999 tanggal 09 Maret 1999, halaman 11 alinea pertama)
- “.... utang adalah : “suatu hak yang dapat dinilai dengan
sejumlah uang tertentu, yang timbul karena perjanjian/
perikatan atau Undang-undang, termasuk tidak hanya
kewajiban debitur untuk membayar, akan tetapi juga hak
dari kreditur menerima dan mengusahakan pembayaran’
(Putusan Mahkamah Agung dalam putusan No. 04 K/N/
1999, halaman 11 alinea ketiga).
- “Bahwa meskipun perjanjian yang terjadi antara Termo­
hon Kasasi (Kreditur) dengan Pemohon Kasasi (Debitur)
berupa perjanjian jual beli antara konsumen dengan pro­
dusen, namun dalam perjanjian jual beli berlaku azas hu­
kum perjanjian umumnya. Perjanjian timbul karena
adanya tindakan atau perbuatan hukum para pihak yang
mengadakan perjanjian. Di satu pihak memperoleh hak
dan di pihak lainnya mempunyai kewajiban untuk m e­
menuhi prestasi. Pihak yang berhak atas suatu prestasi
berkedudukan sebagai Kreditur (schuldeiser), sedangkan
pihak lain yang wajib memenuhi prestasi berkedudukan
sebagai kreditur (schuldenaar)”.
(Putusan Mahkamah Agung dalam putusan No. 04 K /N /
1999, halaman 12 alinea pertama).
1.5. Khusus dalam perkara ini, dalam persidangan perkara Pailit
No. 29/PAILIT/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst., Termohon Penin­
jauan Kembali I (semula Pemohon Kasai ll/Termohon Pailit)
sama sekali tidak mempermasalahkan keabsahan Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan antara ia dengan Pemohon Penin­
jauan Kembali (semua Termohon Kasasi/Pemohon Pailit),
sebagaimana ternyata dalam bukti P-2, bukti P-3, dan bukti
P-4.

323
Selanjutnya di dalam persidangan Termohon Peninjauan
Kembali (Debitur) juga tdak pernah mempersoalkan jumlah
ung yang terutang kepada Pemohon Peninjauan Kembali
(Kreditur), yaitu sebesar Rp. 172.359.500,00 (seratus tujuh
puluh dua juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus
rupiah). Pengakuan Termohon Peninjauan Kembali (Kreditur)
diulangi lagi dalam Rapat Kreditur pada hari Rabu, tanggal
26 Januari 1999, dengan memberikan surat usulan kepada
Hakim Pengawas dan Kurator. Dalam surat yang dibacakan
oleh Hakim Pengawas itu, Termohon Peninjauan Kembali I
(Debitur) mengakui mempunyai utang kepada Pemohon
Peninjauan Kembali I (Kreditur) dan bersedia membayar lu­
nas seketika seluruh utangnya tersebut.
Dalam persidangan dan sesuai dengan bukti-bukti yang ada,
Termohon Peninjauan Kembali I (Debitur) juga tidak mem­
bantah dan atau mempersoalkan saat jatuh tempo utangnya
tersebut, yaitu pada tanggal 18 September 1998.
Yang secara terus-menerus dipermasalahkan oleh Termo­
hon Peninjauan Kembali I (Debitur) bersama-sama dengan
Termohon Peninjauan Kembali II dan III adalah bahwa Peng­
adilan Niaga tidak berhak memeriksa perkara ini karena
utang Termohon Peninjauan Kembali I (Debitur) tidak
berasal dari perjanjian utang-piutang murni. Termohon Pe­
ninjauan Kembali I, III, dan III berpendapat bahwa perkara ini
seharusnya menjadi wewenang pengadilan umum. Walau­
pun Pengadilan Niaga telah menyatakan Termohon Penin­
jauan Kembali I (Debitur) Pailit, Majelis Hakim Kasasi ternyata
mengabulkan permohonan kasasi Para Termohon Penin­
jauan Kembali.
1.6. Berdasarkan bukti-bukti dan dalil-dalil yang diuraikan di atas,
jelas bahwa persyaratan “utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih” sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang Kepailitan, secara sederhana, telah ter­
bukti. Karena Majelis Hakim Kasasi telah salah dalam pene­
rapan hukum, dan sesuai dengan Pasal 6 ayat (3) Undang-
undang Kepailitan, permohonan Peninjauan Kembali ini se­
layaknya dikabulkan, dimana putusan Mahkamah Agung
Reg. No. 05 K/N/1999 tanggal 02 Maret 1999 selayaknya di­
batalkan dan Termohon Peninjauan Kembali I (Debitur)
harus dinyatakan Pailit.

324
2.1. Bahwa Pasal 5 Undang-undang Kepailitan menyebutkan :
“Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal
7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 56A Pasal 66, Pasal
151, Pasal 161, Pasal 197 dan Pasal 205 harus diajukan
oleh seorang penasehat hukum yang memiliki izin praktek”
2.2. Sesuai dengan penjelasan dalam butir 3 (halaman 2) Memori
Kasasinya, Termohon Peninjauan Kembali II (semua Pemo­
hon Kasasi I) mendalilkan Pasal 8 Undang-undang Kepailit­
an sebagai dasar pengajuan Permohonan dan Memori Ka­
sasinya tersebut. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Undang-
undang Kepailitan, permohonan kasasi itu seharusnya diaju­
kan oleh seorang penasehat hukum yang memiliki izin prak­
tek. Kenyataannya, permohonan Pemohon Peninjauan Kem­
bali II (semula Pemohon Kasasi I) diajukan oleh pegawainya
(harap lihat Surat Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
Nomor W.7.DC.HT/341/I/1999 tertanggal 21 Januari 1999).
Karena Termohon Peninjauan Kembali II (semula Pemohon
Kasasi I) diwakili oleh orang yang tidak berhak menurut hu­
kum, permohonan dan memori kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
Karena Majelis Hakim Kasasi mengabulkan permohonan ka­
sasi tersebut, Majelis Hakim Kasasi telah melakukan ke­
salahan berat dalam penerapan hukum.
2.3. Sesuai dengan penjelasan dalam butir 3 (halaman 2) Memori
Kasasinya, Termohon Peninjauan Kembali III (semula
Pemohon Kasasi III) mendalilkan Pasal 8 Undang-undang
Kepailitan sebagai dasar pengajuan Permohonan dan
Memori Kasasinya tersebut. Sesuai dengan ketentuan Pasal
5 Undang-undang Kepailitan, permohonan kasasi itu se­
harusnya diajukan oleh seorang penasehat hukum yang
memiliki izin praktek. Kenyataannya, permohonan Pemohon
Peninjauan Kembali III (semula Pemohon Kasasi III) diajukan
oleh Pegawainya (harap lihat Surat Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat Nomor W7/DC.HT/346/I/1999 tertanggal 21
Januari 1999). Karena Termohon Peninjauan Kembali III
(semula Pemohon Kasasi III) diwakili oleh orang yang tidak
berhak menurut hukum, permohonan dan memori kasasi
yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali III
(semula Pemohon Kasasi III) haruslah dinyatakan tidak da­
pat diterima. Karena Majelis Hakim Kasasi mengabulkan

325
permohonan kasasi tersebut, Majelis Hakim Kasasi telah
melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum.
2.4. Termohon Peninjauan Kembali IV (semula Pemohon Kasasi
IV) dalam mengajukan Memori Kasasinya tidak diwakili oleh
seorang penasehat hukum yang memiliki izin praktek.
Karena Termohon Peninjauan Kembali IV (semula Pemohon
Kasasi IV) diwakili oleh orang yang tidak berhak menurut hu­
kum, permohonan dan memori kasasi yang diajukan oleh
Termohon Peninjauan Kembali IV (semula Pemohon Kasasi
IV) haruslah dinyatakan tidak dapat diterima. Karena Majelis
Hakim Kasasi mengabulkan permohonan kasasi tersebut,
Majelis Hakim Kasasi telah melakukan kesalahan berat da­
lam penerapan hukum.
2.5. Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Kepailitan menyebutkan
bahwa permohonan kasasi diajukan dalam jangka waktu
paling lambat 8 (delapan) hari terhitung sejak tanggal pu­
tusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan.
Putusan dalam perkara ini ditetapkan pada tanggal 12 Januari
1999. Termohon Peninjauan Kembali IV (semula Pemohon
Kasasi IV) ternyata mengajukan permohonan kasasinya
pada tanggal 22 Januari 1999, permohonan dan memori ka­
sasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi jelas telah lewat
waktu dan karena itu harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Karena Majelis Hakim Kasasi mengabulkan permohonan ka­
sasi tersebut, Majelis Hakim Kasasi telah melakukan ke­
salahan berat dalam penerapan hukum.

3.1. Pasal 56 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 Ten­


tang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Tentang Kepailitan menjadi Undang-undang
(“Undang-undang Kepailitan”).
“Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 56 A, setiap
kreditur yang memegang hak tanggungan, hak gadai atau
hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi
haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan"
Berdasarkan bunyi Pasal 56 ayat (1) Undang-undang
Kepailitan di atas, dengan kata lain PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) TBK, selaku Termohon Penin­
jauan Kembali II (semula Pemohon Kasasi I) dan PT. BNI
MULTI FINANCE, selaku Termohon Peninjauan Kembali III
(semula Pemohon Kasasi III) adalah tergolong kepada
Kreditur Separatis yang dapat mengeksekusi haknya seolah-
olah tidak terjadi Kepailitan terhadap PT. ABDI PERSADA
NUSANTARA, selaku Termohon Peninjauan Kembali I
(semula Pemohon Kasasi ll/Termohon Pailit).
3.2. Dalil Pemohon Peninjauan Kembali sebagaimana diuraikan
di atas juga secara bijaksana telah diterapkan oleh Mahka­
mah Agung dalam putusan perkara Pailit No. 07 K/N/1998
tanggal 4 Februari 1999 dalam perkara antara PT. Bank
Niaga Tbk, PT. Ing Indonesia Bank dan International Finance
Corporation (Kreditur) melawan PT. Dharmala Agrifood Tbk
(Debitur), berpendapat bahw a:
“....... Pemohon III adalah Kreditur yang memegang hak
tanggungan, hypotek dan Fuducia, atau disebut sebagai
Kreditur Separatis, yang dalam proses Kepailitan Kreditur
Separatis tidak mempunyai hak untuk mengeluarkan suara.
Karena sesuai dengan Pasal 56 Undang-undang Kepailitan
Kreditur Separatis dapat mengeksekusi haknya seolah-olah
tidak terjadi Kepailitan. Sehingga dengan demikian kalau
Kreditur Separatis mengajukan permohonan Kepailitan ter­
hadap Debitur, seharusnya melepaskan haknya terlebih da­
hulu sebagai Kreditur Separatis dan menjadi Kreditur
Konkuren. Sehingga dengan demikian unsur kreditur tidak
terpenuhi”
3.3. Dalam perkara Pailit ini mengingat ketentuan Pasal 5 6 A
Undang-undang Kepailitan, karena Majelis Hakim Kasasi
mengabulkan permohonan kasasi PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) TBK, selaku Termohon Penin­
jauan Kembali II (semula Pemohon Kasasi I) dan PT. BNI
MULTI FINANCE, selaku Termohon Peninjauan Kembali III
(semula Pemohon Kasasi III) tersebut, Majelis Hakim Kasasi
melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum.
Berdasarkan hal-hal yang Pemohon Peninjauan Kembali (Kreditur)
kemukakan di atas, terbukti unsur Pasal 286 ayat (2) butir b
Undang-undang Kepailitan terpenuhi yang mana Majelis Hakim
Kasasi telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum.
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Pemohon sebagai
berikut:

327
mengenai keberatan ad. 1 :
bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena Majelis Hakim
Kasasi telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum di-
mana dalam pertimbangannya menyatakan bahwa “pada hakekatnya
hubungan hukum yang ada antara Pemohon Pailit/Kreditur dengan
Termohon Pailit/Debitur adalah antara Pemborong dengan Pemberi
Kerja akibat adanya Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang tidak
menimbulkan hubungan hukum utang menurut Undang-undang
Kepailitan, sehingga tuntutan dari Pemohon Pailit seharusnya diajukan
melalui gugatan Perdata ke Pengadilan Negeri atas dasar wanpres-
tasi”;
bahwa pertimbangan Majelis Hakim Kasasi tersebut keliru, se­
bab yang dimaksud dalam pengertian Utang menurut Undang-undang
Kepailitan seperti tercantum dalam Pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
sebagai Undang-undang oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998, jika
dikaitkan dengan penjelasan pasal tersebut, adalah Utang Pokok atau
bunganya yang mengacu kepada sejumlah Uang yang seharusnya
sudah dibayar oleh Debitur kepada Kreditur karena sudah jatuh tempo
dan dapat ditagih, tapi ternyata tidak dibayar oleh Debitur, tanpa mem­
permasalahkan hubungan hukum yang mendasarinya;
bahwa di dalam perkara ini walaupun hubungan hukum yang
mendasari adalah hubungan Perjanjian Pemborongan, namun kewa-
jiban/prestasi yang harus dilakukan oleh Debitur dalam perkara ini
adalah membayar sejumlah uang sebagai pembayaran pekerjaan M/E
Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung-Padang Galak-Bali yang
sudah selesai dikerjakan dengan baik oleh Kreditur selaku Kontraktor/
Suplier; maka Mahkamah Agung berpendapat kewajiban/prestasi yang
seharusnya sudah dibayar oleh Debitur kepada Kreditur karena sudah
jatuh tempo dan dapat ditagih, tapi tidak dibayar oleh Debitur tersebut
adalah utang dalam pengertian Pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
sebagai Undang-undang oleh Undang-Undang No. 4 Tahun 1998;
Mengenai alasan ad. 2 :
bahwa keberatan ini dapat dibenarkan, karena Majelis Hakim
Kasasi telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
- bahwa terhadap Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi III dalam
permohonannya diajukan oleh orang yang bukan Penasehat Hukum
sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah

328
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
sebagai Undang-undang oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998
yaitu Penasehat Hukum yang memiliki Izin Praktek sehingga se­
harusnya Majelis Hakim Kasasi menyatakan permohonan kasasi
yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi III tidak
dapat diterima;
- bahwa terhadap permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi IV oleh karena terlambat diajukan yaitu lebih dari 8 hari
(putusan Pengadilan Niaga tanggal 12 Januari 1999 sedangkan
permohonan kasasi diajukan tanggal 22 Januari 1999), maka M a ­
jelis Hakim Kasasi seharusnya juga menyatakan permohonan
Pemohon Kasasi IV tidak dapat diterima;
- Bahwa terhadap permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II (PT.
ABDI PERSADA NUSANTARA) syarat-syarat untuk mengajukan
permohonan kasasi sebagaimana diatur oleh Undang-undang telah
terpenuhi, namun berdasarkan pertimbangan ad. 1 tersebut di atas
maka permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II ini seharusnya
ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan ad. 1 dan ad. 2
tersebut di atas, tanpa mempertimbangkan keberatan/alasan Penin­
jauan Kembali selebihnya, menurut pendapat Mahkamah Agung terda­
pat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali
yang diajukan oleh Pemohon : PT. SURYATATA INTERNUSA dan
membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Maret 1999 Nomor:
05 K/N/1999 serta Mahkamah Agung mengadili kembali perkara ini
dengan mengambil alih alasan dan pertimbangan putusan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 12 Januari 1999 N om or: 29/Pailit/19 9 8 /
PN.Niaga/Jkt.Pst. yang memang sudah tepat dan benar;
Menimbang, bahwa oleh karena dalam Peninjauan Kembali ini
Para Termohon Peninjauan Kembali (Termohon Peninjauan Kembali I/
Termohon Pailit/Debitur dan Para Termohon Peninjauan Kembali II dan
Ill/Para Kreditur Lain) sebagai pihak yang kalah, maka harus m em ­
bayar semua biaya perkara, baik dalam tingkat kasasi maupun dalam
Peninjauan Kembali, sedangkan biaya perkara dalam tingkat pertama
dibebankan kepada Termohon Peninjauan Kembali l/Termohon Pailit/
Debitur;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan

329
sebagai Undang-undang oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1998 serta
Undang-undang lain yang bersangkutan;

MENGADILI

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon :


PT. SURYATATA INTERNUSA tersebut;

Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Maret 1999


No. 05 K/N/1999;

DAN MENGADILI KEMBALI

- Menyatakan Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi I. PT BANK


NEGARA INDONESIA (PERSERO). Pemohon Kasasi III. PT. BNI
MULTI FINANCE dan Pemohon Kasasi IV. SERIKAT PEKERJA
TINGKAT PERUSAHAAN (SPTP1 TAMAN FESTIVAL BALI tidak
dapat diterima;
- Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II. PT. ABDI
PERSADA NUSANTARA:
- Mengabulkan permohonan Pemohon Pailit/Kreditur;
- Menyatakan PT. ABDI PERSADA NUSANTARA berkantor di
Taman Rekreasi Ayung Padang Galak, Sanur Bali, Pailit;
- Mengangkat dan menunjuk Sdr. JUDiONO, SH. Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Peng­
awas;
- Mengangkat Sdr. YAN APUL GIRSANG dari Kantor Konsultan Hu­
kum Yan Apul, Jl. H. Agus Salim 57 Jakarta 10340 sebagai Kurator;
- Menetapkan imbalan jasa Kurator akan ditentukan kemudian;

Menghukum Para Termohon Peninjauan Kembali (Termohon


Peninjauan Kembali l/Termohon Pailit/Debitur dan Para Termohon
Peninjauan Kembali II, III dan IV/Para Kreditur lain) untuk membayar
biaya perkara baik dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah) dan dalam Peninjauan Kembali sebesar Rp. 2.500.000,-
(dua juta lima ratus ribu rupiah);

Menghukum Termohon Peninjauan Kembali l/Termohon Pailit/


Debitur untuk membayar biaya perkara dalam tingkat pertama sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari: KAMIS, tanggal 27 Mei 1999, dengan SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. ZAKIR, SH. Ketua

330
Muda Mahkamah Agung dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil
Ketua Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Sidang
tersebut, dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH. dan Th. KETUT SURAPUTRA,
SH. Hakim-Hakim Anggota, Ny. ANDRIANI NURDIN, SH. Panitera
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

Ketua,
ttd.
S A R W A T A , SH.

Hakim-Hakim Anggota:

ttd.

H. Z A K I R. SH.

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

PANITERA PENGGANTI

ttd.

Nv. ANDRIANI NURDIN. SH.

Biaya-biaya :
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
Administrasi Peninjauan Kembali Rp. 2.497.000,-
Jumlah Rp. 2.500.000,-

331
PUTUSAN
No. 05 K/N/1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil putus­


an sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri:

1. PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.,


berkedudukan di Jl. Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta,
dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : Nasrul Darisin,
dkk. para pegawai PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk., beralamat Jl. Jenderal Sudirman Kav. 1
Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18
Januari 1999 sebagai Pemohon Kasasi l/Kreditur lain.
2. PT. ABDI PERSADA NUSANTARA, berkedudukan di
Jalan Pantai Padang Galak, Desa Sanur, Kecamatan
Denpasar Bali, dalam hal ini diwakili oleh para kuasa­
nya : H. TEGUH SAMUDERA, SH.,MH„ dkk., Advokat
dan Pengacara pada Kantor Teguh Samudera & Asso­
ciates, berkedudukan di Jl. Kramat Raya No. 5
Perkantoran Maya Indah F-12 Senen Jakarta Pusat,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 13 Januari
1999, sebagai Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur;

3. PT. BNI MULTI FINANCE, berkedudukan di Wisma 46


Lantai 14 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta da­
lam hal ini diwakili oleh kuasanya : NOTI AVINDA
MARTIANTO SOETOPO, SH„ dkk., para pegawai PT.
BNI Multi Finance, beralamat di Wisma 46 lantai 14 Jl.
Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 15 Januari 1999 sebagai Pemo­
hon Kasasi lll/Kreditur lain;
4. SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN (SPTP)
TAMAN FESTIVAL, BALI, berkedudukan di Jalan Pan­
tai Padang Galak, Desa Sanur, Kecamatan Denpasar,
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya H. Teguh

332
Samudera, SH..MH., dkk., Advokat dan Pengacara
pada Kantor Teguh Samudera & Associates, berke­
dudukan di Jl. Kramat Raya No. 5 Perkantoran Maya
Indah F-12 Senen Jakarta Pusat berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 18 Januari 1999, sebagai Pemo­
hon Kasasi IV/Kreditur lain;

Melawan :

PT. SURYATATA INTERNUSA, berkedudukan di Jalan


P. Jayakarta 20/B-12 Jakarta dalam hal ini diwakili oleh
Kuasanya : BENNY PONTO, SH., dkk. Advokat/Peng-
acara pada Kantor Hukum Lontoh dan Kailimang, ber­
alamat di Jl. Jati Baru No. 45 Jakarta, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 21 Desember 1998, sebagai
Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur.

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Termohon Kasasi sebagai Pemohon telah mengajukan permo­
honan pailit terhadap sekarang Pemohon Kasasi II sebagai Termohon
di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, pada pokoknya
atas dalil-dalil:
Bahwa Termohon selaku Pemilik Proyek Taman Rekreasi
Ayung, yang terletak di Jalan Padang Galak, Sanur-Bali, telah menun­
juk Pemohon selaku Kontraktor/Suplier guna melaksanakan Pekerjaan
M/E Brewery Bir sesuai dengan Surat Perintah Kerja (“SPK”) No.
SPK/174/APN/PRO/II/1998 tertanggal 09 Februari 1998 yang dituang­
kan lebih lanjut masing-masing dalam Surat Perjanjian Pemborongan
dan dua Addendum seperti yang terurai dalam surat permohonan.
Bahwa Pemohon telah menyelesaikan dengan baik pekerjaan
Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung
Padang Galak - Bali dengan penilaian prestasi 100%. Hal ini sesuai
dengan Sertifikat Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No.
060/SKSP/PCA/III/98 tertanggal 18 Maret 1998.
Bahwa sesuai Pasal 6 Addendum Pertama, pembayaran T e r­
mohon kepada Pemohon diatur sebagai berikut:
- Pembayaran kepada Pemohon akan dilakukan sesuai dengan pro­
gres yang dicapai dengan memperhitungkan utang Pemohon kepada
Termohon.

333
- Selisih harga kontrak dalam Surat Perjanjian Pemborongan dengan
utang Pemohon kepada Termohon akan dibayarkan oleh Termohon
secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6 (enam) bulan
terhitung sejak pekerjaan Pemohon diserah terimakan kepada Ter­
mohon yang dinyatakan dengan surat keterangan selesai pekerjaan.

Bahwa sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan Addendum


Kedua utang awal Termohon kepada Pemohon adalah sebesar
Rp. 386.859.000,00 (tiga ratus delapan puluh enam juta delapan ratus
lima puluh sembilan ribu rupiah). Sesuai dengan Berita Acara Penyele­
saian Hutang Piutang tertanggal 4 April 1998, telah dilakukan per­
jumpaan utang antara utang Termohon kepada Pemohon yang sebesar
Rp. 386.859.000,00 dengan utang Pemohon kepada Termohon yang
sebesar Rp. 214.500.000,00. Dengan demikian sisa utang Termohon
kepada Pemohon adalah sebesar Rp. 172.359.500,00 (seratus tujuh
puluh dua juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah).

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Surat Perjanjian


Pemborongan jo. Addendum Pertama jo. Addendum Kedua, sisa utang
Termohon secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6
(enam) bulan terhitung sejak pekerjaan Pemohon diserah-terimakan
kepada Termohon yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Selesai
Pekerjaan dan sesuai dengan Sertifikat Surat Keterangan Selesai Peker­
jaan No. 060/SKSP/PCA/III/98 tertanggal 18 Maret 1998, pekerjaan
Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir dilakukan oleh Pemohon di Proyek
Taman Rekreasi Padang Galak - Bali dinilai telah sesuai dengan
penilaian prestasi 100%, karena itu, utang Termohon kepada Pemohon
seharusnya sudah harus dilunasi paling lambat pada tanggal 17 Sep­
tember 1998. Karena itu pula Pemohon pada tanggal 10 September
1998 telah menerbitkan 2 (dua) tagihan (kuitansi) kepada Termohon
masing-masing sebesar Rp. 115.500.000,00 dan sebesar Rp. 56.859.500,00
atau seluruhnya Rp. 172.359.500,00.
Bahwa walaupun telah ditegur berkali-kali, Termohon ternyata
tetap tidak menunjukkan itikad baiknya guna segera menyelesaikan
utangnya tersebut. Karena itu, pada tanggal 30 September 1998, Pemo­
hon bersama-sama dengan 15 Kreditur Konkuren Termohon lainnya
yang juga mengerjakan pekerjaan Proyek Taman Rekreasi Ayung
Padang Galak - Bali secara bersama-sama memberikan kuasa kepada
Kantor Hukum Lontoh & Kailimang guna mengupayakan penyelesaian
tersebut.

334
Bahwa kuasa hukum Pemohon kemudian telah beberapa kali
memberikan somasi/peringatan kepada Termohon agar segera menye­
lesaikan utangnya tersebut, yaitu dengan :
- Surat Somasi/Teguran Nomor: 106/LK-SU/X/98 tertanggal 2 Oktober
1998;
- Surat Somasi/Peringatan Kedua Nom or: 132/LK-SU/X/98 tertanggal
15 Oktober 1998 (dilampirkan nama 16 Kreditur Konkuren lainnya -
Kontraktor dan Suplier) yang juga mengerjakan Proyek Taman R e­
kreasi Ayung Padang Galak Denpasar - Bali, yang belum mem­
peroleh pembayaran dari Termohon;
- Surat Somasi/Teguran terakhir Nomor: 105/LK-SU/XI/98 tertanggal 3
November 1998, berikut lampiran I dan II;
- Surat Tanggapan Nom or: 166/LK-SU/XI/98 tertanggal 25 November
1998;
Akan tetapi, sampai dengan diajukan permohonan ini, Termohon
ternyata tidak dapat menyelesaikan utangnya kepada Pemohon;

Bahwa Termohon sendiri melalui kuasa hukumnya telah mengakui


bahwa Termohon masih mempunyai sisa kewajiban/tunggakan pem­
bayaran kepada Pemohon dimana Termohon minta agar diberikan
diskon sebesar 7% (tujuh persen) (Surat No. 156-19/SK/TS/X/98 ter­
tanggal 19 Oktober 1998).
Bahwa dengan demikian Termohon telah terbukti tidak membayar
utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Pemohon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Udang-undang Kepailitan
No. 4 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang
Kepailitan menjadi Undang-undang, karena itu Pemohon berhak memo­
hon agar Termohon dinyatakan Pailit.
Bahwa sesuai dengan somasi-somasi yang diajukan oleh Kuasa
Hukum Pemohon, Kreditur lain Termohon antara lain adalah :
- PT. Lelco Trindo, berkantor di Komplek Jembatan Lima Permai Blok
D/8-9, Jalan K.H. Mas Mansyur No. 11 Jakarta 10140 dan
- PT. Aneka Sakarsa Tugas, berkantor di Jalan Tanjung Duren Timur
No. 2 Rt. 009/05, Jakarta 11470.

Bahwa guna menjamin permohonan yang diajukan Pemohon ini


tidak sia-sia dan juga menjaga agar Termohon tidak mengalihkan,
memindah-tangankan atau melakukan upaya-upaya lain terhadap
kekayaannya, sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon

335
(Kreditur) dalam rangka pelunasan utangnya, cukup alasan bagi Peng­
adilan Niaga guna:
- Meletakkan sita jaminan umum terhadap seluruh kekayaan Termo­
hon, khususnya sebidang tanah berikut bangunannya yang berdiri di
atasnya yang terletak di Jalan Padang Galak, Sanur - Bali, dikenal
dengan nama Taman Rekreasi Ayung;
- Mengangkat Tuan YAN APUL GIRSANG, SH. dari Kantor Pengacara
Yan Apul & Partners sebagai Kurator sementara guna mengawasi
pengelolaan usaha Termohon dan mengawasi pembayaran kepada
Pemohon (Kreditur), serta pengalihan atau pengagunan kekayaan
Termohon yang dalam rangka kepailitan memerlukan persetujuan
Kurator;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas kiranya cukup alasan
bagi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat guna
memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon;
2. Menyatakan Termohon berada dalam keadaan Pailit;
3. Mengangkat Tuan Yan Apul Girsang dari Kantor Hukum Yan Apul &
Partners sebagai Kurator Sementara Termohon;
4. Membebankan biaya perkara yang telah dikeluarkan Pemohon da­
lam mengajukan permohonan kepailitan ini kepada Termohon;
Bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil putusan, tanggal 12 Januari 1999 No.
29/Pailit/1998/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
Mengabulkan Permohonan Pemohon;
Menyatakan PT. ABDI PERSADA NUSANTARA, berkantor di
Taman Rekreasi Ayung Padang Galak, Sanur-Bali, PAILIT;
Mengangkat dan menunjuk Sdr. Judiono, SH. Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas.
Mengangkat Sdr. Yan Apul Girsang dari Kantor Konsultan Hukum
Yan Apul, Jl. H. Agus Salim 57 Jakarta 10340 sebagai KURATOR.
Menetapkan imbalan jasa Kurator akan ditentukan kemudian;
Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar
Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­
but diberitahukan kepada Termohon/Debitur pada tanggal 13 Januari
1999, kemudian terhadapnya oleh Termohon/Debitur dengan peranta­
raan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 13 Januari

336
1999 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 18 Januari
1999, sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No.
03/Kas/Pailit/1999/PN. Niaga.JKT.PST. yang dibuat oleh Panitera Peng­
adilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana kemudian disusul oleh
memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepani­
teraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga.

Bahwa 3 (tiga) kreditur lain (Para Pemohon) Kasasi I, III dan IV)
yang bukan pihak pada persidangan tingkat pertama masing-masing
dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus
masing-masing tanggal 18 Januari 1999, 15 Januari 1999 dan 18
Januari 1999 juga telah mengajukan permohonan kasasi secara lisan
atas putusan Pengadilan Niaga tersebut masing-masing pada tanggal
18 Januari 1999, 18 Januari 1999 dan 22 Januari 1999, sebagaimana
ternyata dari akte permohonan kasasi masing-masing No. 02/KAS/
PAILIT/1999/PN.NIAGA/JKT.PST., No. 05/KAS/PAILIT/1999/PN.NIAGA/
JKT.PST. dan No. 06/KAS/PAILIT/1999/PN.NIAGA/JKT.PST. yang
dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan-
permohonan mana kemudian disusul dengan memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang masing-masing diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga.
Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi dahulu Pemohon dan
Pemohon Kasasi II selalu Termohon Kasasi yang pada tanggal 22
Januari 1999 dan tanggal 25 Januari 1999 telah disampaikan salinan-
salinan permohonan kasasi dan salinan-salinan memori kasasi dari
para Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang masing-
masing diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada
tanggal 27 Januari 1999 dan tanggal 1 Februari 1999.

Menimbang, bahwa permohonan-permohonan kasasi dari Para


Pemohon Kasasi beserta alasan-alasannya masing-masing telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam Undang-
undang, maka oleh karena itu permohonan-permohonan kasasi terse­
but formil dapat diterima.

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh masing-


masing para Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut, pada
pokoknya ialah:
I. Pemohon Kasasi I : PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
1. Pemohon Kasasi I adalah kreditur lain dari PT. Abdi Persada
Nusantara yang bukan merupakan pihak pada persidangan

337
tingkat pertama. PT. Abdi Persada Nusantara sebagai debitur
yang telah berhutang kepada Pemohon Kasasi I berdasarkan
7 (tujuh) paket perjanjian kredit seluruhnya adalah maksimum
sebesar Rp. 311.966.927.664,00 (tiga ratus sebelas milyar
sembilan ratus enam puluh enam juta sembilan ratus dua pu­
luh tujuh ribu enam ratus enam puluh empat rupiah) dengan
perincian seperti yang terurai dalam memori kasasi dari
Pemohon Kasasi I sehingga Pemohon Kasasi 1 merasa ke­
beratan atas putusan pernyataan pailit terhadap PT. Abdi
Persada Nusantara yang mana seharusnya dipertimbangkan
oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga, yakni:
- Pengadilan Niaga tidak mempertimbangkan kepentingan
dari kreditur-kreditur lainnya sehingga menghasilkan pu­
tusan yang tidak adil.
- Pengadilan Niaga dalam putusannya tidak memperhatikan
dan mempertimbangkan tentang landasan pertimbangan
dilakukannya penyempurnaan Undang-undang Kepailitan
sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum Undang-
undang Kepailitan antara lain, yakni:
* Krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan 1997 te­
lah menimbulkan kesulitan yang besar terhadap per­
ekonomian nasional khususnya dunia usaha.
* Kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan
kegiatan menjadi sangat terganggu, terutama untuk
memenuhi kewajiban pembayaran utang mereka pada
kreditur.
* Keadaan ini telah melahirkan akibat berantai dan apa­
bila tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dam­
pak yang lebih luas, antara lain hilangnya kesempatan
kerja dan timbulnya kerawanan sosial lainnya.
2. Akibat dari putusan pailit yang telah dijatuhkan Pengadilan
Niaga sangat merugikan terhadap upaya penyelesaian yang
saat ini sedang dilakukan oleh Pemohon Kasasi I dan PT.
Abdi Persada Nusantara untuk melakukan restrukturisasi hu­
tang maupun mencari investor baru.
3. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam pertimbangan hukum­
nya, khususnya dalam penafsiran utang, menyebutkan bahwa
utang yang timbul oleh perjanjian pemborongan adalah ter­
masuk yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sebagai pertim-

338
bangan hakim yang dinyatakan pada halaman 8 dari Putusan
Pengadilan Niaga Jakarta P usat: No. 29/Pailit/1998/PN.Niaga.
JktPst. tanggal 12 Januari 1999.
Penafsiran yang demikian adalah sangat keliru karena utang
yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang
No. 4 Tahun 1998 adalah sebagaimana dinyatakan dalam
penjelasan adalah sebagai berikut:
“Utang yang tidak dibayar oleh debitur sebagaimana dimak­
sud dalam ketentuan ini, adalah utang pokok atau bunganya”
Dengan demikian mengingat dalam perkara tersebut tidak ada
utang pokok maupun bunga, yang ada hanyalah kekurangan
pembayaran oleh PT. Abdi Persada Nusantara atas pekerjaan
pemborongan yang telah diselesaikan oleh Termohon Kasasi,
sehingga hubungan hukum yang timbul adalah wanprestasi
dari PT. Abdi Persada Nusantara.
Seharusnya tuntutan hukum yang dilakukan oleh Termohon
Kasasi bukan melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat akan
tetapi berupa gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri se­
bagai lembaga peradilan yang berwenang untuk memeriksa
perkara dimaksud.
4. Hubungan hukum yang terjadi antara PT. Abdi Persada N u­
santara dengan Termohon Kasasi adalah hubungan antara
PT. Abdi Persada Nusantara sebagai pemberi kerja dengan
Termohon Kasasi sebagai Pemborong Pekerjaan sebagai­
mana dituangkan dalam perjanjian pemborongan Paket Peker­
jaan Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir Taman Rekreasi
Ayung Padang Galak Denpasar-Bali berikut addendum-
addendumnya. Dengan demikan sangat jelas bahwa hubung­
an hukum yang terjadi antara PT. Abdi Persada Nusantara
bukanlah hubungan antara Kreditur dengan Debitur, dengan
demikian unsur Kreditur maupun Debitur sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 ti­
dak dipenuhi.
5. Dalam Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga tidak
mempertimbangkan Keputusan Mahkamah Agung No. 03
K/N/1998 tanggal 2 Desember 1998.
II. Pemohon Kasasi I I : PT. Abdi Persada Nusantara
1. Bahwa Hakim Pengadilan Niaga telah tidak dan atau telah
salah dalam menerapkan hukum, karena pertimbangan hu-

339
kum putusan Pengadilan Niaga a quo pada halaman 7 alinea
9 yang menyatakan:
“Menimbang, bahwa dari bukti P-1 yang sama dengan bukti
T-4 terdapat fakta hukum Pemohon telah ditunjuk oleh Ter­
mohon dan disetujui oleh Pemohon untuk melaksanakan
Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir Proyek Festival Bali, Jl.
Padang Galak, Sanur, Bali dengan harga berupa kontrak se­
besar Rp. 330.000.000,00 (tiga ratus tiga puluh juta rupiah)”;
“Menimbang, bahwa dari bukti P-2 yang sama dengan bukti T-
3 telah terbukti antara Termohon dengan Pemohon telah ter­
jadi Perjanjian Pemborongan paket Pekerjaan Mekanikal &
Elektrikal Taman Rekreasi Ayung, Padang Galak, Sanur,
Denpasar, Bali, yang menurut Pasal 5 harga kontrak sebesar
Rp. 330.000.000,00 (tiga ratus tiga puluh juta rupiah) dengan
syarat-syarat seperti dimuat dalam perjanjian tersebut”;
“Menimbang, bahwa bukti P-4 terdapat fakta hukum bahwa
harga kontrak seperti yang dimuat dalam bukti P-1 dan P-2
telah dirubah dari harga sebesar Rp. 330.000.000,00 (tiga ratus
tiga puluh juta rupiah) menjadi sebesar Rp. 386.859.500,00
(tiga ratus delapan puluh enam juta delapan ratus lima puluh
sembilan ribu lima ratus rupiah)";
“Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-3 yang merupakan
Perubahan Surat Perjanjian Pemborongan No. SPP/110/APN/
11/1998 (P-2) telah dilakukan perubahan terhadap ketentuan
Pasal 6 dan telah ditentukan cara pembayaran Termohon
kepada Pemohon dan selisih harga kontrak dalam SPP ini
terhadap piutang pihak pertama kepada pihak kedua sebesar
Rp. 115.062.000,00 (sebelum dirubah dengan P-4) akan di­
bayarkan oleh pihak pertama secara berangsur dalam jangka
waktu tidak lebih dari 6 bulan terhitung sejak perjanjian diserah­
terimakan untuk pertama kali yang dinyatakan dengan surat
keterangan selesai pekerjaan dan menurut bukti P-6 hutang
Pemohon kepada Termohon sebesar Rp. 214.500.000,00 se­
hingga sisa kewajiban Termohon kepada Pemohon adalah
Rp. 369.859.500,00 dikurangi Rp. 214.500.000,00 menjadi
Rp. 172.359.500,00;
Adalah tidak benar dan tidak berdasarkan hukum, sebenarnya
dari pertimbangan hukum tersebut serta bukti P-1, P-2, P-3,
dan P-4 yang Pemohon kasasi II dahulu Termohon/Debitur
ajukan telah terbukti tidak ada hubungan hukum pinjam
meminjam uang/utang piutang yang mengikat Pemohon Ka­
sasi II dahulu Termohon/Debitur dan Termohon Kasasi dahulu
Pemohon/Kreditur;
Dari bukti-bukti yang Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur ajukan menunjukan hubungan hukum yang ada
antara Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/Debitur dengan
Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur adalah hubungan
yang timbal dan terbentuk karena perjanjian pemborongan
Mekanikal & Elektrikal;
Padahal ketentuan kepailitan yang berlaku mensyaratkan
bahwa yang dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga
adalah Debitur yang memiliki lebih dari satu Kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih, karena itu hubungan hukum dalam perkara
kepailitan adalah perikatan "utang-piutang”, sebagaimana
diatur dan ditentukan dalam bab ketiga belas, Buku Ketiga
KUH Perdata tentang pinjam meminjam dan hal ini sesuai
dengan penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4
Tahun 1998, yang dimaksud utang yang tidak dibayar Debitur
adalah hutang pokok dan bunganya;
2. Bahwa Hakim Pengadilan Niaga keliru menafsirkan objek
perkara kepailitan, karena pertimbangan hukum putusan
Pengadilan Niaga a quo pada halaman 8 alinea 5 dan se­
terusnya yang menyatakan:
“Menimbang bahwa dari bukti P-5 ternyata pekerjaan yang
menjadi kewajiban Pemohon telah mencapai 100% dan telah
diserahkan Pemohon serta telah diterima oleh Termohon
dengan ketentuan Pemborong (Pemohon) tetap bertanggung
jawab untuk mengganti, memperbaiki hasil pekerjaan yang
rusak disebabkan o leh :
a. Keausan normal akibat pemakaian;
b. kesalah pemakaian.
dan dilakukan atas biaya Pemborong dan tidak ada ketentuan
tentang pengetesan”;
“Menimbang, bahwa oleh karenanya Termohon berkewajiban
untuk membayar harga kontrak yang telah diselesaikan oleh
Pemohon tersebut dan jika tidak dibayar menjadi utang dari
Termohon tersebut”;

341
“Menimbang, bahwa menurut pendapat Majelis, utang adalah
merupakan prestasi yang harus dibayar dengan uang dan
prestasi membayar dengan uang itu dapat ditimbulkan antara
lain oleh perjanjian utang piutang, perjanjian pemborongan
pekerjaan dan lain-lain”;
“Menimbang, bahwa oleh karenanya menurut pendapat
Majelis harga kontrak yang ditimbulkan oleh perjanjian pem­
borongan pekerjaan yang tidak dibayar merupakan utang
seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan”;
Adalah salah dalam menafsirkan perjanjian pemborongan se­
bagaimana yang ditentukan Pasal 1601 KUH Perdata yang
apabila tidak dibayar menjadi hutang Pemohon Kasasi II da­
hulu Termohon/Debitur.
Perjanjian Pemborongan dimaksud adalah tidak tepat ditafsir­
kan sebagai persetujuan utang piutang atau yang menimbul­
kan utang, karena sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 beserta penjelasannya
yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban pembayaran
yang terbit dari adanya perikatan hutang piutang, sehingga
Perjanjian Pemborongan dimaksud bukan termasuk objek
Peradilan Niaga sebagaimana ditentukan UU No. 4 Tahun
1998, akan tetapi apabila salah satu pihak tidak melak­
sanakan kewajibannya/wanprestasi, berdasarkan perjanjian
pemborongan tersebut maka penyelesaiannya harus dimin­
takan kepada Pengadilan Umum/Negeri;
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 point 2 perjanjian pemborong­
an sekalipun pekerjaan Termohon telah selesai dilakukan
100%, akan tetapi atas hasil pekerjaan Termohon dahulu
Pemohon/Kreditur tersebut belum dites fungsi mekanikal dan
elektrikal, sehingga penafsiran Hakim Pengadilan Niaga ter­
hadap isi perjanjian pemborongan sebagai hal yang menim­
bulkan utang adalah salah dan atau keliru dan atau telah
melampaui kewangannya, karena Pemohon Kasasi II dahulu
Termohon/Debitur tidak pernah menolak dan tetap akan
membayar sisa pekerjaan Termohon sepanjang telah dilaku­
kan pengetesan fungsi dari elektrikal dan mekanikal tersebut
sesuai dengan Peraturan Kelistrikan Indonesia sebagaimana
yang telah diperjanjikan.
3. Bahwa Majelis hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan meng­
adili permohonan pailit Termohon, karena pertimbangan hu­
kum putusan Hakim Pengadilan Niaga pada halaman 9 alinea
2 yang menyatakan :
“Menimbang, bahwa oleh karena harga kontrak tidak dibayar
oleh Termohon dan hal tersebut merupakan utang Termohon
kepada Pemohon maka Pengadilan Niaga berwenang m e­
meriksa dan mengadili perkara tersebut”;
Adalah tidak benar dan tidak berdasarkan hukum sebagai­
mana yang telah diuraikan di atas, karena hubungan hukum
yang terjadi antara Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur dengan Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur
adalah hubungan hukum yang timbul akibat Pemohon mem­
berikan pekerjaan kepada Termohon, yang diikat dengan
Perjanjian Pemborongan Mekanikal & Elektrikal; jadi sama
sekali tidak pernah terjadi hubungan hukum hutang piutang
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Hubungan
hukum yang telah terjadi antara Pemohon Kasasi dengan
Termohon Kasasi tersebut merupakan objek kewenangan dari
peradilan umum, maka sesungguhnya Majelis Pengadilan
Niaga yang telah mengadili perkara ini telah melampaui
wewenangnya sebagai Majelis Hakim Niaga. Selain itu ber­
dasarkan ketentuan Pasal 18 Perjanjian Pemborongan di­
maksud (bukti T-3), ditentukan bahwa "untuk pelaksanaan
Surat Perjanjian kedua belah pihak memilih tempat keduduk­
an hukum (domisili) yang tetap dan tidak berubah di Kantor
Panitera Pengadilan Negeri Denpasar, Bali”.
4. Bahwa putusan Majelis Pengadilan Niaga telah mengabaikan
rasa keadilan atau setidak-tidaknya putusan tersebut dijatuh­
kan tidak Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, karena kewajiban Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur membayar sisa pekerjaan Termohon Kasasi dahulu
Pemohon/Kreditur hanya sejumlah Rp. 172.359.500,00 (sera­
tus tujuh puluh dua juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu
lima ratus rupiah) sendangkan asset Pemohon Kasasi II d a ­
hulu Termohon/Debitur adalah meliputi jumlah yang besar
yaitu sejumlah Rp. 346.917.833.189,00 (tiga ratus empat pu­
luh enam milyar sembilan ratus tujuh belas juta delapan ratus
tiga puluh tiga ribu seratus delapan puluh sembilan rupiah).

343
Proyek Taman Rekreasi yang Pemohon Kasasi II dahulu
Termohon/Debitur laksanakan adalah:
- Bekerja sama dengan Pemda Bali semata-mata dalam
rangka menyediakan sarana daya penarik wisatawan (baik
asing maupun lokal) guna mendatangkan/memasukan de­
visa negara sebagai satu-satunya alternatif unggulan pen­
dapatan negara dari sektor industri wisata/turis;
- dibiayai dan didukung dengan sumber dana dari kredit
Bank Pemerintah ternama yang tangguh dan bonafid serta
dari lembaga keuangan yang kuat serta tetap mendukung
dan mampu menyelesaikan segala kewajiban Pemohon
kasasi II dahulu Termohon/Debitur kepada pihak lainnya
termaduk terhadap diri Termohon Kasasi dahulu Pemohon/
Kreditur;
- proyek yang menampung banyak tenaga kerja lebih dari
750 karyawan dan menjadikan mata pencaharian serta
tumpuan kelangsungan hidup mereka bersama dengan
keluarganya yang apabila dipailitkan dan diurus oleh orang
yang tidak menguasai/capable di bidangnya akan menjadi­
kan proyek macet, terbengkalai dan mengakibatkan
kerugian tidak saja para karyawan dan keluarganya, akan
tetapi juga keuangan negara karena uang yang digunakan
adalah uang bank pemerintah;

III. Pemohon Kasasi I I : PT. BNI Multi Finance


1. Pemohon Kasasi III adalah salah satu Kreditur lain dari
Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/Debitur yang bukan
merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama dan
memori kasasi ini diajukan berdasarkan ayat 2 dari penjelasan
Pasal 8 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang perubah­
an atas Undang-undang tentang Kepailitan.
2. Unsur-unsur dalam Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang No.
4 Tahun 1998 tidak dipenuhi, karena :
- Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur bukanlah
kreditur akan tetapi hanya Kontraktor/Supplier, dimana
hubungan hukum antara Termohon Kasasi dahulu Pemo­
hon/Kreditur dengan Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur adalah hubungan hukum yang terjadi karena
adanya perjanjian pemborongan yang pembayaran dilaku­
kan sesuai dengan progres yang dicapai, sehingga

344
karenanya merupakan perikatan antara Pemberi Peker­
jaan dengan penerima Pekerjaan. Jadi unsur “Kreditur”
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998
tidak dipenuhi.
- Dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998 telah digariskan
secara jelas “Adanya hubungan utang” dan pengertian
utang yang tidak dibayar oleh Debitur sebagaimana di­
maksud dalam ketentuan ini adalah utang pokok dan
bunganya (vide Pasal 1754, 1756 KUH Perdata).
- Oleh karena itu menurut hukum permohonan pailit yang
diajukan Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur ada­
lah tidak didasarkan kepada konstruksi hukum pinjam
meminjam uang.
3. Pemohon Kasasi III berkepentingan, karena :
- Tagihan Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur ada­
lah Rp. 172.359.500,00 (seratus tujuh puluh dua juta tiga
ratus lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah).
- Pemohon Kasasi II adalah salah satu Lessor/Pemberi
fasilitas pembiayaan sewa guna usaha (leasing) dari
Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/Debitur yang mem­
biayai pengadaan barang modal berupa Kitchen Equip­
ment, Track Ride, Fiber Optic dan Genset senilai US$
8,484,675.00 sekaligus pemilik barang modal, berdasarkan
perjanjian-perjanjian sebagai berikut:
a. Perjanjian sewa guna usaha, akta tertanggal 25 Juni
1997 No. 194, yang dibuat di hadapan Ny. Sumardilah
Oriana Roosdilan, SH., Notaris di Jakarta.
b. Addendum Perjanjian Sewa Guna Usaha, akta tertang­
gal 28 Desember 1998 No. 94, yang dibuat di hadapan
Ny. Sumardilah Oriana Roosdilah, Notaris di Jakarta
- Pemohon Kasasi III belum melihat alasan yang kuat
dari segi hukum untuk mempailitkan Pemohon Ka­
sasi II dahulu Termohon/Debitur sebab :
a. Jumlah tagihan Termohon Kasasi dahulu Pemo­
hon/Kreditur sangat kecil dibandingkan dengan
tagihan Pemohon Kasasi III.
b. Atas tagihan Termohon Kasasi dahulu Pemo­
hon/Kreditur sebesar Rp. 172.359.500,00 (sera­
tus tujuh puluh dua juta tiga ratus lima puluh

345
sembilan ribu lima ratus rupiah) tersebut adalah
masih dapat dan mampu dibayar oleh Pemohon
Kasasi II dahulu Termohon/Debitur karena asset
Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/Debitur
jauh lebih besar dari tagihan Termohon Kasasi
dahulu Pemohon/Kreditur dan Pemohon Kasasi II
dahulu Termohon/Debitur dengan itikad baik dan
bertanggung jawab tetap akan membayarnya
apabila seluruh pekerjaan Termohon Kasasi da­
hulu Pemohon/Kreditur telah dites/diuji coba dan
berhasil baik sebagaimana yang telah diperjanji­
kan dalam perjanjian pemborongan Mekanikal &
Elektrikal antara Termohon Kasasi dahulu
Pemohon/Kreditur dan Pemohon Kasasi II dahulu
Termohon/Debitur.
c. Pertimbangan pemberian fasilitas sewa guna
usaha (Leasing) adalah dalam rangka membantu
kepentingan nasional yaitu mengembangkan
pariwisata di Indonesia khususnya Bali yang
merupakan salah satu sumber devisa negara
yang potensial.
d. Apabila Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/
Debitur dipailitkan maka yang rugi adalah :
* Para Kreditur dan Pemberi fasilitas pembiaya­
an sewa guna usaha (leasing) keseluruhan;
* Pemerintah, karena proyek Taman Festival ini
sudah dipromosikan secara internasional
apabila terhenti akan mengakibatkan :
- Ketidakpercayaan terhadap dunia pari­
wisata Indonesia khususnya Bali.
- Akan mengurangi pendapatan dari sektor
pariwisata dan devisa negara dan penda­
patan Pemerintah Daerah Bali.
- Para Karyawan yang jumlahnya kurang
lebih 700 orang akan di PHK dan dapat
menimbulkan kerawanan sosial.

IV. Pemohon Kasasi IV : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP)


Taman Festival Bali.
Apabila Pemohon Kasasi I dipailitkan maka beberapa akibat
negatif yang akan terjadi adalah:

346
1. Seluruh karyawan akan di PHK yaitu sebanyak 347 (tiga ratus
empat puluh tujuh) orang, yang berarti menambah jumlah
pengangguran dan hilangnya sumber nafkah karyawan be­
serta keluarga yang menjadi tanggungan karyawan. Kondisi
ini tidak hanya berpengaruh langsung pada karyawan sendiri
tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial
ekonomi dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan.
2. Berkurangnya pendapatan asli daerah (PAD) Pemda setem­
pat (Tingkat I Bali dan Tingkat II Kondya Denpasar) akibat
berkurangnya wisatawan yang berkunjung ke Bali, karena di­
tutupnya Taman Festival Bali.
3. Hilangnya Taman Rekreasi terbesar di Asia Pasifik sebagai
tempat rekreasi yang bernuansakan Bali dengan teknologi
tinggi, dengan ciri khasnya permainan sinar laser yang sangat
dibutuhkan oleh wisatawan nusantara dan wisatawan manca­
negara pada umumnya serta rakyat Bali khususnya. Ditutup­
nya usaha rekreasi ini berarti menghilangkan kesempatan
untuk memadukan apresiasi seni budaya bernuansakan tradi­
sional dengan kemasan teknologi modern.

Menimbang :
Mengenai keberatan ad. 3 dan ad. 4 dari Pemohon Kasasi I (P T.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.), keberatan kasasi ad. 1 sampai
dengan ad. 3 dari Pemohon Kasasi II (PT. Abdi Persada Nusantara)
dan keberatan Kasasi ad. 2 dari Pemohon Kasasi III (PT. BNI Multi Fi­
nance) :
Bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan sebab Judex
Factie telah salah menerapkan hukum dalam menentukan obyek
perkara kepailitan ini, karena pada hakekatnya hubungan hukum yang
ada antara Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur dengan Pem o­
hon Kasai II dahulu Termohon/Debitur adalah antara pemborong
(penerima kerja) dengan pemberi kerja akibat adanya peijanjian kerja
(pemborongan kerja), dimana tidak adanya pembayaran atau masih
kurangnya pembayaran dalam hal ini bukanlah sebagai yang dimaksud
dengan “utang";
Bahwa dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang N o. 4
Tahun 1998 beserta penjelasannya telah dicantumkan dengan jelas
harus adanya hubungan hukum utang, sedangkan pengertian utang
yang tidak dibayar oleh debitur itu adalah utang pokok dan bunganya;

347
Bahwa dengan demikian akibat yang timbul dalam hubungan
hukum antara Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur dengan
Pemohon Kasasi II dahulu Termohon/Debitur seperti yang terurai di
atas merupakan wanprestasi, sehingga seharusnya tuntutan dari Ter­
mohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur diajukan dengan gugatan
perdata ke Pengadilan Negeri, bukanya ke Pengadilan Niaga;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung dengan tanpa
mempertimbangkan alasan-alasan kasasi lainnya juga yang dari
Pemohon Kasasi IV, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan per­
mohonan kasasi yang diajukan oleh : 1. PT. Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya Nasrul Darisin,
dkk., 2. PT. Abdi Persada Nusantara dalam hal ini diwakili oleh para
kuasanya H. Teguh Samudera, SH.MH, dkk., 3. PT. BNI Multi Finance
dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya Novi Avinda Martianto
Soetopo, SH., dkk., 4. Serika Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP)
Tanam Festival Bali yang dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya H.
Teguh Samudera, SH.,MH., dkk. tersebut serta membatalkan putusan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12 Januari 1999 No.
29/PAILIT/ 1998/PN.NIAGA.JKT.PST., sehingga Mahkamah Agung
akan mengadili sendiri perkara ini dengan menolak permohonan dari
Pemohon dan seluruh amarnya akan berbunyi sebagaimana yang
akan disebutkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa Termohon Kasasi dahulu Pemohon/Kreditur
sebagai pihak yang kalah harus dihukum untuk membayar seluruh
biaya perkara yang timbul pada Pengadilan Niaga maupun pada ting­
kat Kasasi;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-undang No. 4
Tahun 1998 serta Undang-undang yang bersangkutan;

Mengadili

Mengabulkan permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi :


1. PT. BANK NEGARA INDONESIA (persero) Tbk dalam hal ini diwakili
oleh para kuasanya NASRUL DARISIN. dkk.. 2. PT. ABDI PERSADA
NUSANTARA dalam hal ini diwakili oleh para kuasanya H. TEGUH
SAMUDERA. SH.MH. dkk.. 3. PT. BNI MULTI FINANCE dalam hal ini
diwakili oleh para kuasanya NOVI AVINDA MARTIANTO SOETOPO.
SH.. dkk.. 4. SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN (SPTP)

348
TANAM FESTIVAL BALI yang dalam hal ini diwakili oleh para kua­
sanya H. TEGUH SAMUDERA. SH..MH.. dkk. tersebut
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal
12 Januari 1999 No. 29/PAILIT/ 1998/PN.NIAGA.JKT.PST.

Dan Mengadili sendiri

Menolak permohonan pernyataan pailit dari Pemohon PT. Surya


Tata Internusa;
Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon pernyataan pailit/
kreditur untuk membayar semua biaya perkara baik yang timbul pada
Pengadilan Niaga sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan d a ­
lam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahka­
mah Agung pada hari Kamis tanggal 25 Februari 1999 dengan H.
SOEHARTO, SH. Ketua Muda yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Sidang, NY. SUPRAPTINI SUTARTO, SH. dan
PULUS EFFENDI LOTULUNG, SH. sebagai Hakim-Hakim Anggota
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari : Selasa,
tanggal 02 Maret 1999 oleh Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri NY.
SUPRAPTINI SUTARTO, SH. dan PAULUS EFFENDI LOTULUNG,
SH. Hakim-Hakim Anggota, BINSAR P. PAKPAHAN, SH. Panitera
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

Ketua,

ttd.
H. SOEHARTO. SH.

Hakim-Hakim Anggota:
ttd.

NY. SUPRAPTINI SUTARTO. SH.

ttd.

PAULUS EFFENDI LOTULUNG. SH.

349
PANITERA PENGGANTI

ttd

BINSAR P. PAKPAHAN. SH.

Biava-biava:
1. M eterai....... .................................. Rp. 2.000,-
2. Redaksi..... .................................. Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi..................... Rp.. 1.997.000,-
Jumlah Rp. 2.000.000,-

350
PUTUSAN
No. 29/PA 1LIT/1998/PN .N IA G A .JK T.PST

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang


memeriksa dan mengadili perkara-perkara permohonan kepailitan
pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut da­
lam perkara Kepailitan d a ri:
PT. Surya Tata Internusa, berkedudukan di Jalan Pangeran
Jayakarta 20/B-12 Jakarta dalam hal
ini diwakili oleh kuasanya : Denny
Kailimang, SH. Advokat dan Peng­
acara dari Kantor Hukum Lontoh &
Kailimang, Jalan Jatibaru No. 45
Jakarta Pusat, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 21 Desember
1998 No. 130/SK/XII/ 98, selanjutnya
disebut sebagai Pemohon/ Kreditur

Melawan:

PT. Abdi Persada Nusantara, berkantor di Taman Rekreasi


Agung, Padang Galak, Sanur Bali,
selanjutnya disebut sebagai Termohon/
Debitur.

PENGADUAN NIAGA TERSEBUT;


Telah membaca penetapan Ketua Pengadilan Niaga/Negeri Ja­
karta Pusat pada tanggal 23 Desember 1998 No. 29/PAILIT/1998/PN.
NIAGA.Jkt. Pst. Tentang penunjukan Majelis Hakim;
Telah membaca permohonan pemohon dan surat-surat bukti
yang berhubungan dengan perkara ini;
Telah mendengar Pemohon dan Termohon

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa pemohon melalui kuasa hukum telah meng­


ajukan permohonan yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan

351
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 22 Desember 1998 di
bawah N o m o r: 29/PAILIT/1998/PN.NIAGA.Jkt.Pst. yang pada pokok­
nya sebagai berikut:
1. Termohon selaku debitur tidak membayar utangnya yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih kepada Pemohon sebagai kreditur;
2. Termohon selaku Pemilik Proyek Taman Rekreasi Ayung, yang
terletak,di Jalan Padang Galak, Sanur-Bali, telah menunjuk Pemo­
hon selaku Kontraktor/Suplier guna melaksanakan Pekerjaan M/E
Brewery Bir sesuai dengan Surat Perintah Kerja (“SPK”) No.
SPK/174/APN/PRO/II/1998 tertanggal 09 Februari 1998 (Bukti P-1)
yang dituangkan lebih lanjut masing-masing dalam :
2.1. Surat Perjanjian Pemborongan Paket Pekerjaan Mekanikal &
Elektrikal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak - Denpasar, Bali, Nomor SPP/110/APN/II/1998 ter­
tanggal 09 Februari 1998 (Bukti P-2);
2.2. Addendum Pertama Surat Perjanjian Pemborongan No.
SPP/110/APN/II/1998 Paket Pekerjaan Mekanikal & Elektri­
kal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak - Denpasar, Bali, No. Add.l/98/SPP/110/APN/ll/1998
tertanggal 24 Februari 1998 (Bukti P-3);
2.3. Addendum Kedua Surat Perjanjian Pemborongan No.
SPP/110/APN/11/1998 Paket Pekerjaan Mekanikal & Elektri­
kal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak - Denpasar, Bali, No. Add.ll/98/SPP/110/APN/ll/1998
tertanggal 9 April 1998 (Bukti P-4);
3. Pemohon telah menyelesaikan dengan baik pekerjaan Mekanikal
& Elektrikal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak-Bali dengan penilaian prestasi 100%. Hal ini sesuai dengan
Sertifikat Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No. 060/SKSP/
PCA/lll/98 tertanggal 18 Maret 1998 (Bukti P-5);
4. Sesuai Pasal 6 Addendum Pertama, pembayaran Termohon
kepada Pemohon diatur sebagai berikut:
4.1. Pembayaran kepada Pemohon akan dilakukan sesuai dengan
progres yang dicapai dengan memperhitungkan utang Pemo­
hon kepada Termohon;
4.2. Selisih harga kontrak dalam Surat Perjanjian Pemborongan
dengan utang Pemohon kepada Termohon akan dibayarkan
oleh Termohon secara berangsur dalam jangka waktu tidak
lebih dari 6 (enam) bulan terhitung sejak pekerjaan Pemohon

352
diserah terimakan kepada Termohon yang dinyatakan dengan
surat keterangan selesai pekerjaan;
5. Sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan (Bukti P-2) jo. Ad­
dendum Kedua (Bukti P-4) utang awal Termohon kepada Pemohon
adalah sebesar Rp. 386.859.000,00 (tiga ratus delapan puluh enam
juta delapan ratus lima puluh sembilan ribu rupiah). Sesuai dengan
Berita Acara Penyelesaian Hutang Piutang tertanggal 4 April 1998
(Bukti P-6), telah dilakukan perjumpaan utang antara utang Termo­
hon kepada Pemohon yang sebesar Rp. 386.859.000,00 dengan utang
Pemohon kepada Termohon yang sebesar Rp. 214.500.000,00.
Dengan demikian sisa utang Termohon kepada Pemohon adalah sebe­
sar Rp. 172.359.500,00 (seratus tujuh puluh dua juta tiga ratus lima
puluh sembilan ribu lima ratus rupiah);
6. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Surat Perjanjian Pembo­
rongan (Bukti P-2) jo. Addendum Pertama (Bukti P-3) jo. Addendum
Kedua (Bukti P-4), sisa utang Termohon secara berangsur dalam
jangka waktu tidak lebih dari 6 (enam) bulan terhitung sejak peker­
jaan Pemohon diserah-terimakan kepada Termohon yang
dinyatakan dengan Surat Keterangan Selesai Pekerjaan dan sesuai
dengan Sertifikat Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No.
060/SKSP/PCA/III/98 tertanggal 18 Maret 1998 (Bukti P-5), peker­
jaan Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir dilakukan oleh Pemohon di
Proyek Taman Rekreasi Padang Galak - Bali dinilai telah sesuai
dengan penilaian prestasi 100%, karena itu, utang Termohon
kepada Pemohon seharusnya sudah harus dilunasi paling lambat
pada tanggal 17 September 1998. Karena itu pula Pemohon pada
tanggal 10 September 1998 telah menerbitkan 2 (dua) tagihan
(kuitansi) kepada Termohon masing-masing sebesar Rp.
115.500.000,00 (Bukti P-7) dan sebesar Rp. 56.859.500,00 (Bukti P-8)
atau seluruhnya Rp. 172.359.500,00;
7. Walaupun telah ditegur berkali-kali, Termohon ternyata tetap tidak
menunjukkan itikad baiknya guna segera menyelesaikan utangnya
tersebut. Karena itu, pada tanggal 30 September 1998, Pemohon
bersama-sama dengan 15 Kreditur Konkuren Termohon lainnya
yang juga mengerjakan pekerjaan Proyek Taman Rekreasi Ayung
Padang Galak - Bali secara bersama-sama memberikan kuasa
kepada Kantor Hukum Lontoh & Kailimang guna mengupayakan
penyelesaian tersebut (Bukti P-9);
8. Kuasa hukum Pemohon kemudian telah beberapa kali memberikan
somasi/peringatan kepada Termohon agar segera menyelesaikan
utangnya tersebut, yaitu dengan :

353
8.1. Surat Somasi/Teguran Nom or: 106/LK-SU/X/98 tertanggal 2
Oktober 1998 (Bukti P-10);
8.2. Surat Somasi/Peringatan Kedua Nomor : 132/LK-SU/X/98
tertanggal 15 Oktober 1998 (dilampirkan nama 16 Kreditur
Konkuren lainnya - Kontraktor dan Suplier) yang juga menger­
jakan Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang Galak Denpasar-
Bali, yang belum memperoleh pembayaran dari Termohon
(Bukti P-11);
8.3. Surat Somasi/Teguran terakhir Nomor : 105/LK-SU/XI/98
tertanggal 3 November 1998, berikut lampiran I dan II (Bukti
P-12);
8.4. Surat Tanggapan Nom or: 166/LK-SU/XI/98 tertanggal 25 No­
vember 1998 (Bukti P-13);
Akan tetapi, sampai dengan diajukan permohonan ini, Termohon
ternyata tidak dapat menyelesaikan utangnya kepada Pemohon;
9. Bahwa Termohon sendiri melalui kuasa hukumnya telah mengakui
bahwa Termohon masih mempunyai sisa kewajiban/tunggakan
pembayaran kepada Pemohon dimana Termohon minta agar diberi­
kan diskon sebesar 7% (tujuh persen) (Surat No. 156-19/SK/TS/X/
98 tertanggal 19 Oktober 1998) (Bukti P-14);
10. Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan sebagaimana disampaikan di
atas, Termohon telah terbukti tidak membayar utangnya yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Pemohon sebagaimana di­
maksud dalam Pasal 1 ayat (1) Udang-undang Kepailitan No. 4 Ta­
hun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang Kepailit­
an menjadi Undang-undang, karena itu Pemohon berhak memohon
agar Termohon dinyatakan Pailit;
11. Sesuai dengan somasi-somasi yang diajukan oleh Kuasa Hukum
Pemohon, Kreditur lain Termohon antara lain adalah :
11.1. PT. Lelco Trindo, berkantor di Komplek Jembatan Lima Per­
mai Blok D/8-9, Jalan K.H. Mas Mansyur No. 11 Jakarta
10140 dan
11.2. PT. Aneka Sakarsa Tugas, berkantor di Jalan Tanjung Deren
Timur No. 2 Rt. 009/05, Jakarta 11470;
12. Guna menjamin permohonan yang diajukan Pemohon ini tidak sia-
sia dan juga menjaga agar Termohon tidak mengalihkan, memin-
dah-tangankan atau melakukan upaya-upaya lain terhadap
kekayaannya, sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon

354
(Kreditur) dalam rangka pelunasan utangnya, cukup alasan bagi
Pengadilan Niaga guna:
12.1. Meletakkan sita jaminan umum terhadap seluruh kekayaan
Termohon, khususnya sebidang tanah berikut bangunannya
yang berdiri diatasnya yang terletak di Jalan Padang Galak,
Sanur - Bali, dikenal dengan nama Taman Rekreasi Ayung;
11.2. Mengangkat Tuan YAN APUL GIRSANG, SH. dari Kantor
Pengacara Yan Apul & Partners sebagai Kurator sementara
guna mengawasi pengelolaan usaha Termohon dan meng­
awasi pembayaran kepada Pemohon (Kreditur), serta peng­
alihan atau pengagunan kekayaan Termohon yang dalam
rangka kepailitan memerlukan persetujuan Kurator;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan ditunjang dengan bukti-
bukti yang sah menurut hukum serta sesuai dengan Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Penetapan Peraturan Pe­
merintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 Tentang Perubah­
an atas Undang-undang Tentang Kepailitan menjadi Undang-undang
kiranya cukup alasan bagi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat guna memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon;
2. Menyatakan Termohon berada dalam keadaan Pailit;
3. Mengangkat Tuan Yan Apul Girsang dari Kantor Hukum Yan Apul &
Partners sebagai Kurator Sementara Termohon;
4. Membebankan biaya perkara yang telah dikeluarkan Pemohon da­
lam mengajukan permohonan kepailitan ini kepada Termohon;
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan
untuk Pemohon telah datang menghadap kuasanya Harry Ponto,
SH.LLM. dan Benny Ponto, SH. berdasarkan surat kuasa tanggal 21 De­
sember 1998 No. 130/SK/XII/98, sendangkan untuk Termohon telah
hadir kuasanya H. Teguh Samudera, SH.MH., Taufik Hais, SH. dan Eddy
Manangka, SH. berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 31 Desember
1998 serta Bambang Pangestu, Direktur Utama dari Termohon;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan Surat Permo­
honan Pemohon tanggal 21 Desember 1998 yang isinya tetap diperta­
hankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa Termohon atas permohonan Pemohon terse­
but telah mengemukakan tanggapan yang pada pokoknya sebagai
berikut:

355
Dalam Eksepsi
bahwa perkara tersebut merupakan perjanjian pemborongan
yang mempunyai syarat-syarat tertentu, maka sesuai dengan
putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Desember 1998 No. 03
K/N/1998 Perjanjian Pemborongan bukan wewenang Pengadilan
Niaga sehingga Termohon tidak dapat dinyatakan Pailit;

Dalam Pokok Perkara


bahwa yang termasuk utang adalah jika ada perjanjian utang
piutang, ada hutang pokok dan ada bunga, sedangkan dalam
perkara tersebut tak ada utang pokok dan bunga, yang ada
hanya kekurangan pembayaran dan ada perselisihan tentang
cara pembayaran yang mengakibatkan Termohon Wanprestasi
sehingga perkara ini tidak termasuk wewenang Pengadilan Niaga
tetapi wewenang Pengadilan Negeri. Oleh karena itu Termohon
menolak adanya utang dan jatuh tempo karena ketentuan 6 bu­
lan dihitung setelah mesin elektrik berfungsi atau dites;

Menimbang, bahwa atas tanggapan Termohon tersebut Pemo­


hon mengemukakan tanggapan yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Termohon salah menafsirkan Undang-undang
Kepailitan karena pekerjaan sudah selesai dilakukan dan
pembayaran telah dilakukan oleh Termohon dengan per­
jumpaan utang dan ada bukti pekerjaan sudah selesai;
2. Bahwa atas utang Termohon tersebut, telah dilakukan So­
masi oleh Pemohon, oleh karena itu perkara ini termasuk
wewenang Pengadilan Niaga.

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya


Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa :

1. SK : Surat Kuasa No. 130/SK-LK/XII/98 tanggal 21 Desember


1998 (asli);

2. TDP : Tanda Daftar Perusahaan PT. Suryatata Internusa tanggal


5 Mei 1998 (sesuai dengan asli);

3. P-1 ; Surat Perintah Kerja (SPK No. SPK/174/APN/PRO/II/1998


tanggal 09 Februari 1998 (sesuai dengan asli);

4. P-2 : Surat Perjanjian Pemborong Paket Pekerjaan Mekanikal &


Elektrikal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung

356
Padang Galak-Denpasar, Bali No. SPP/110/APN/II/1998
tanggal 09 Februari 1998 (sesuai dengan asli);

5. p-3 : Addendum Pertama Surat Perjanjian Pemborongan No.


SPP/110/APN/II/1998 Paket Pekerjaan Mekanikal & Elektri­
kal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak - Denpasar, Bali, No. Add.l/98/SPP/110/APN/ll/1998
tertanggal 24 Februari 1998 (sesuai dengan asli);
6. P-4 : Addendum Kedua Surat Perjanjian Pemborongan No.
SPP/110/APN/II/1998 Paket Pekerjaan Mekanikal & Elektri­
kal Brewery Bir Proyek Taman Rekreasi Ayung Padang
Galak - Denpasar, Bali, No. Add. 1I/98/SPP/110/APN/I1/1998
tanggal 9 April 1998, mengenai pekerjaan Tambah Paket
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Brewery Bir (sesuai
dengan asli);
7. p-5 : Sertifikat Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No. 060/SKSP/
PCA/lll/98 tanggal 18 Maret 1998 (sesuai dengan asli);
8. p-6 : Berita Acara Penyelesaian Hutang Piutang tanggal 4 April
1998 (sesuai dengan asli);

9. p-7 : Bukti Kwitansi Tagihan Pemohon kepada Termohon tang­


gal 10 September 1998, sebesar Rp. 115.500.000,- (sesuai
dengan asli);

10. P-8 : Bukti Kwitansi Tagihan Pemohon kepada Termohon tang­


gal 10 September 1998, sebesar Rp. 56.859.500,- (sesuai
dengan asli);

11 • P-9 : Surat Kuasa Pemohon dengan beberapa Kreditur Kong-


kuren Termohon lainnya (sesuai dengan asli);

12. p-10 : Surat Somasi/Teguran kuasa hukum Pemohon Nomor :


106/LK-SU/X/98 tanggal 2 Oktober 1998 (sesuai dengan
asli);
13. P-11 : Surat Somasi/Teguran kedua kuasa hukum Pemohon No­
mor : 132/LK-SU/X/98 tanggal 15 Oktober 1998 (sesuai
dengan asli);

14. P-12 : Surat Somasi/Teguran terakhir kuasa hukum Pemohon


Nomor : 105/LK-SU/XI/98 tanggal 3 November 1998
(sesuai dengan asli);

15. P-13 : Surat Tanggapan Kuasa Hukum Pemohon Nom or: 166/LK-
SU/X1/98 tanggal 25 November 1998 (sesuai dengan asli);

357
16. P-14 : Surat Kuasa Hukum Pemohon Nom or: 156/19/SK/TS/X/98
tanggal 19 Oktober 1998 (sesuai dengan asli);
Surat-surat bukti tersebut berupa photo copy cocok dengan asli­
nya dan telah diberi meterai secukupnya sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan sangkalannya Termohon


telah mengajukan surat-surat bukti berupa:

1. T-1 : Surat Persetujuan Modal Dalam Negeri PERSADA NU­


SANTARA No. 112/PMDN/1997 & No. Peroyek 9490/6310-
23-013358

2. T-2 : Balance Sheet (02)

3. T-3 : Surat Perjanjian Pemborongan No. SPP/110/APN/1998


tertanggal 09 Februari 1998

4. T-4 : Surat Perintah Kerja (SPK) No. SPK/174/APN/PRO/II/1998


PT. Surya Tata Internusa, Jl. Pangeran Jayakarta No. 20/B-
12, Jakarta Barat

5. T-5 : Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BPAP) No. 659/PCA/


APN/ll/1998

6. T-6 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa tanggal 10


September 1998

7. T-7 : Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BPAP) No. 652/PCA/


APN/ll/1998

8. T-8 : Surat Keterangan Pembayaran No. No. 652/PCA/APN/ll/


1998

9. T-9 : Bukti Pembayaran tanggal 10 September 1998

10. T-10 : Surat Keterangan Selesai Pekerjaan No. 060/SKSP/PCA/lll/


98 tertanggal sertifikat 18 Maret 1998, yang sesuai dengan
Surat Perintah Kerja No. SPK/174/APN/PRO/II/98

11. T-11 : Surat Perintah Kerja No. SPK/170/APN/PRO/X/1997

12. T-12 : Surat Perintah Kerja No. SPK/139/APN/PROA/I/1997

13. T-13 : Surat Perintah Kerja No. SPK/112/APN/PRO/I/1997

14. T-14 : Surat Keterangan Pembayaran No. 638/SKP/PCA/APN/lll/ 98

358
15. T-15 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 020/STI-
APN/IV/98 Surat Perintah Kerja No. SPK/1/4/APN/PRO/II/
98
16. T-16 : Surat Keterangan Pembayaran No. 652/SKP/PCA/APN/1II/98

17. T-17 : Surat Keterangan Pembayaran No. 659/SKP/PCA/APN/V/98

18. T-18 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0030/STi-


APN/IV/97
19. T-19 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0055/STI-
APNA//97
20. T-20 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0066/STI-
APNA/l/97

21. T-21 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0077/STI-


APNA/ll/97

22. T-22 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0089/STI-


APNA/lll/97

23. T-23 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0111/STI-


APN/IX/97

24. T-24 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0136/STI-


APN/X/97

25. T-25 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0140/STI-


APN/X/97

26. T-26 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0145/STI-


APN/X/97

27. T-27 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0136/STI-


APN/XI/97

28. T-28 : Bukti Pembayaran PT. Suryatata Internusa No. 0137/STI-


APN/X/97

29. T-29 : Akte Jual Beli No. 81/Dps/Barat/1997

30. T-30 : Akte Jual Beli No. 82/Dps/Barat/1997

Surat-surat bukti tersebut berupa photo copy cocok dengan asli­


nya dan telah diberi meterai secukupnya sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah;

359
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka
ditunjuk segala sesuatu yang terjadi di persidangan yang untuk lengkap­
nya dianggap tercantum dalam putusan ini;

TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon
adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa yang menjadi alasan permohonan Pemohon
adalah adanya utang Termohon kepada Pemohon yang ditimbulkan
karena adanya perjanjian Pemborongan antara Termohon dengan
Pemohon yang menurut Pemohon pekerjaan telah selesai dan pem­
bayaran harga kontrak telah dilakukan Termohon dengan cara per­
jumpaan utang antara Termohon dan Pemohon, akan tetapi harga sisa
kontrak belum dilakukan oleh Termohon dengan cara angsuran dalam
waktu tidak lebih dari 6 bulan terhitung sejak pekerjaan Pemohon dise­
rahkan kepada Termohon walaupun telah dilakukan beberapa kali So­
masi, sehingga Pemohon memohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat agar Termohon dinyatakan Pailit;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya
Pemohon telah mengajukan alat bukti berupa surat yang diberi tanda
P-1 sampai dengan P-14;
Menimbang, bahwa Termohon atas permohonan Pemohon ter­
sebut telah mengajukan tanggapannya seperti tersebut di atas dan
untuk menguatkan tanggapan tersebut Termohon telah mengajukan
alat bukti berupa surat yang diberi tanda T-1 sampai dengan T-30;
Menimbang, bahwa Majelis berpendapat tanggapan yang diaju­
kan oleh Termohon merupakan permasalahan hukum yang juga meru­
pakan permasalahan hukum yang harus dibuktikan oleh Majelis, maka
tanggapan Termohon tersebut akan dipertimbangkan Majelis bersama
dengan pertimbangan dalam pokok perkara;
Menimbang, bahwa syarat utama permohonan pernyataan pailit
menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan adalah Debitur mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat di­
tagih;
Menimbang, bahwa bukti P-1 yang sama dengan bukti T-4 ter­
dapat fakta hukum Pemohon telah ditunjuk oleh Termohon dan disetu­
jui oleh Pemohon untuk melaksanakan M/E Brewery Bir Proyek Taman
Festival Bali Jl. Padang Galak-Sanur-Bali dengan harga kontrak
Rp. 330.000.000,-;

360
Menimbang, bahwa dari bukti P-2 yang sama dengan bukti T -3
telah terbukti antara Termohon dan Pemohon telah terjadi perjanjian
Pemborongan Paket Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal Brewery Bir
Taman Rekreasi Ayung Padang Galak-Denpasar, Bali yang menurut
Pasal 5 harga kontrak sebesar Rp. 330.000.000,- dengan syarat-syarat
seperti dimuat dalam perjanjian tersebut;
Menimbang, bahwa bukti P-4 terdapat fakta hukum bahwa harga
kontrak seperti yang dimuat dalam bukti P-1 dan P-2 telah dirubah dari
harga sebesar Rp. 330.000.000,- menjadi sebesar Rp. 386.895.500,-’
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-3 yang merupakan pe­
rubahan surat perjanjian pemborongan No. SPP/110/APN/1I/1998 (P-2)
telah dilakukan perubahan terhadap ketentuan Pasal 6 dan telah
ditentukan cara pembyaran Termohon kepada Pemohon akan dilaku­
kan sesuai dengan progress yang dicapai dengan memperhitungkan
piutang Termohon kepada Pemohon dari selisih harga kontrak dalam
SPP ini terhadap piutang pihak pertama kepada pihak kedua sebesar
Rp. 115.062.000,- (sebelum dirubah dengan P-4) akan dibayarkan oleh
pihak pertama secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6
bulan terhitung sejak perjanjian diserahterimakan untuk pertama kali
yang dinyatakan dengan surat keterangan selesai pekerjaan dan m e­
nurut bukti P-6 hutang Pemohon kepada Termohon sebesar
Rp. 214.500.000,- sehinga sisa kewajiban Termohon kepada Pemohon
adalah Rp. 368.859.500,- dikurangi Rp. 214.500.000,- menjadi
Rp. 172.359.500,-;
Menimbang, bahwa menurut ketentuan Pasal 1601 KUHPerdata
yang dimaksud pemborong pekerjaan adalah persetujuan dengan
mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menye­
lenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang membo­
rongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
Menimbang, bahwa dari persetujuan pemborongan pekerjaan
tersebut telah timbul hak dan kewajiban hukum bagi pihak-pihak yaitu
pihak Pemohon berkewajiban menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik dan kemudian mendapatkan hak untuk menerima pembayaran
harga yang telah ditentukan/disepakati, sedangkan pihak Termohon
berhak atas hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh Pemohon dengan
baik dan berkewajiban untuk membayar harga yang telah ditentu­
kan/disepakati.
Menimbang, bahwa dari bukti P-5 ternyata pekerjaan yang
menjadi kewajiban Pemohon telah mencapai 100% dan telah diserah­
kan Pemohon serta telah diterima oleh Termohon dengan ketentuan

361
Pemborong (Pemohon) tetap bertanggung jawab untuk mengganti,
memperbaiki hasii pekerjaan yang rusak yang bukan disebabkan oleh :
a. keausan normal akibat pemakaian;
b. kesalahan pemakaian.
dan dilakukan atas biaya pemborong dan tidak ada ketentuan tentang
pengetesan;
Menimbang, bahwa oleh karenanya Termohon berkewajiban
untuk membayar harga kontrak yang telah diselesaikan oleh Pemohon
tersebut dan jika tkdak dibayar menjadi utang dari Termohon tersebut;
Menimbang, bahwa menurut pendapat Majelis utang adalah
prestasi yang harus dibayar dengan uang dan prestasi membayar
dengan uang itu dapat ditimbulkan antara lain oleh perjanjian utang
piutang, perjanjian pemborongan pekerjaan dan lain-lain;
Menimbang, bahwa oleh karenanya menurut pendapat Majelis
harga kontrak yang ditimbulkan oleh perjanjian pemborongan peker­
jaan yang tidak dibayar merupakan utang seperti yang dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;
Menimbang, bahwa menurut bukti P-5 yang sama dengan bukti
T-10 pada tanggal 18 Maret 1998 pekerjaan Mekanikal & Elektrikal
Brewery Bir yang ditugaskan oleh Termohon kepada Pemohon telah
selesai 100% dan menurut bukti P-3 pembayaran selisih harga kontrak
dilakukan secara berangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari 6 bu­
lan terhitung sejak pekerjaan diserahterimakan, maka dengan demikian
harga kontrak harus selesai dibayar Termohon pada tanggal 18 Sep­
tember 1998;
Menimbang, bahwa oleh karena harga kontrak tidak dibayar oleh
Termohon dan hal tersebut merupakan utang Termohon kepada
Pemohon maka Pengadilan Niaga berwenang memeriksa dan meng­
adili perkara tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas terbukti Termohon masih mempunyai utang kepada
pemohon dan utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih serta
harus sudah lunas seluruhnya pada tanggal 18 September 1998 dan
terhadap utang Termohon tersebut, telah dilakukan Somasi beberapa
kali oleh Pemohon (Bukti P-10, P-11 dan P-12) akan tetapi ternyata
Termohon belum juga membayar utangnya tersebut kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Termohon yang
dikuatkan pula dengan bukti P-11 dan P-14 Termohon mempunyai

362
Kreditur lain selain Pemohon adalah PT. Lelco Trindo dan PT. Aneka
Sekarsa Tugas;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas Majelis berpendapat permohonan Pemohon tersebut
telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 T a ­
hun 1998 tentang Kepailitan dan oleh karenanya dapat dikabulkan.
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon dapat
dikabulkan mana Termohon beralasan untuk dinyatakan Pailit;
Menimbang, bahwa menurut hemat Majelis Undang-undang
Kepailitan mengandung asas terbuka yang berarti walaupun yang
mengajukan permohonan Kepailitan tagihannya terhitung kecil anak
tetapi putusan Kepailitan berlaku terhadap kreditur-kreditur lainnya dan
dalam permohonan kepailitan tersebut berdasarkan bukti P-11 terdapat
16 Kreditur kongkuren lainnya.
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon dinyatakan pailit
maka berdasarkan Pasal 13 (1) Undang-undang No. 4 tahun 1998
harus ditunjuk seorang Hakim Pengawas dan harus pula diangkat
seorang atau lebih Kurator yang diusulkan oleh Pemohon yang akan
ditentukan dalam amar putusan di bawah ini.
Menimbang, bahwa walaupun berdasarkan Pasal 67 D kepada
Kurator akan ditentukan besarnya imbalan jasa dalam putusan, akan
tetapi Majelis berpendapat imbalan jasa tersebut diberikan berdasar­
kan pada volume pekerjaan yang dilakukan sehingga beralasan imbal­
an jasa Kurator akan ditentukan kemudian.
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon telah
dikabulkan maka menurut hukum biaya yang timbul dalam perkara ini
dibebankan kepada Pemohon;
Mengingat dan memperhatikan Undang-undang No. 4 tahun
1998 khususnya Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 13 serta pasal-pasal lain
yang bersangkutan.

MENGADILI

Mengabulkan Permohonan Pemohon;

Menyatakan PT. ABDI PERSADA NUSANTARA, berkantor di


Taman Rekreasi Ayung, Padang Galak, Sanur-Bali, PAILITI

Mengangkat dan menunjuk Sdr. Judiono, SH. Hakim Pengadilan


Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;

363
Mengangkat Sdr. Yan Apul Girsang dari Kantor Konsultan Hu­
kum Yan Apul, Jl. H. Agus Salim 57 Jakarta 10340 sebagai KURATOR;

Menetapkan imbalan jasa Kurator akan ditentukan kemudian;

Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar


Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis


Hakim pada hari Senin, tanggal 11 Januari 1999, dengan Hasan Basri,
SH. sebagai Hakim Ketua, Mahdi Soroinda Nasution, SH. dan Ny. Putu
Supadmi, SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan ini di­
ucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari Selasa,
tanggal 12 Januari 1999 oleh Hakim Ketua tersebut dengan dihadiri
oleh Hakim-Hakim Anggota dibantu oleh Coriana J. Saragih, SH. Pani­
tera Pengganti serta dihadiri oleh kuasa Pemohon dan Termohon;

Hakim Ketua Majelis,


ttd.
HASAN BASRI. SH,

Hakim-Hakim Anggota:
ttd.

MAHDI SOROINDA NASUTION. SH.

ttd.

Nv. PUTU SUPADMI. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

CORIANA J. SARAGIH. SH.

364
- Jaminan yang diberikan oleh H olding Company adalah jaminan yang tidak tunduk
pada ketentuan umum B o rg to c h t yang diatur dalam Bab Ketujuh Belas, Buku
Ketiga, KUH Perdata (Pasal 1820 dan seterusnya) yaitu tidak murni sebagai C o r­
p o ra te G uarantor atau G uaranted Bond, tetapi sebagai Purchase obligation. Ke­
wajiban Membeli dan dikonstruksi sebagai C onstructus S u i Genesis atau P a rtic u ­
la r to its e lf.

IX . PERKARA KEPAILITAN : PT. CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI


(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 09 P K /N /1999)

Pihak berperkara :
- IB J Asia Limited, dkk. : Para Pemohon Peninjauan
Kembali/Para Pemohon Kasasi/
Para Pemohon Pailit;
terhadap :

- PT. Cakrawala Andalas Televisi : Termohon Peninjauan Kembali/


Termohon Kasasi /Termohon
Pailit;

1. Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 27 Mei 1999, Nomor : 0 9


PK /N /1999.
1 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan peninjauan kembali dari para
pemohon peninjauan kembali : 1. IB J Asia Limited,
2. Korea Commercial Finance Limited, dan 3. Hanareum
Banking Corporation;
- Dan seterusnya;

1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa alasan-alasan ad. 1, ad. 2 dan ad. 3 tidak da­
pat dibenarkan, karena tidak terdapat kesalahan berat
dalam penerapan hukum yang dilakukan Hakim kasasi, dan

365
juga bukan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286
ayat (2) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998;

2. Putusan • Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 23 M aret 1999, Nomor : 06


K /N /1 9 9 9 .
2 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : 1.
IB J Asia Limited, 2. Korea Commercial Finance Lim­
ited, dan 3. Hanareum Banking Corporation;
- Dan seterusnya;

2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa keberatan kasasi ad. 2 tidak dapat dibenar­
kan karena dari fa k ta yang telah dipertimbangkan, ja ­
minan yang diberikan PT. Bakrie Investindo dalam
kedudukannya sebagai Holding Company, tidak murni
Corporate Guarantor atau Guaranted Bond yang tunduk
kepada ketentuan umum B orgtocht yang diatur dalam
Bab ketujuh belas, Buku m , KUH Perdata (Pasal
1820 dan seterusnya), akan tetapi memperhatikan klau-
sula yang mengatur jaminan ini mempergunakan terminus
hukum {legal term ) Purchase O bligation - Kewajiban
Membeli. Berarti bentuk jaminan ini harus di konstruksi
sebagai Contractus S u i Generis atau P articular to its e lf,
- bahwa bertitik tolak dari konstruksi Sui Generis te r­
sebut, pertama-tama yang mesti dituntut para pemohon
dalam penyelesaian pembayaran adalah PT. Bakrie Inves­
tindo, dengan jalan menuntut agar PT. Bakrie Investindo
melaksanakan kewajiban untuk membeli dari tangan para
pemegang saham (para pemohon), terhitung sejak terjadi­
nya d efa ult yang dibarengi dengan Pemberitahuan Cnotice)
terjadinya Imm ediate Payment kepada PT. Cakrawala Anda­
las Televisi (sebagai penerbit obligasi, PT. Bakri Investindo

366
(sebagai Holding) dan kepada Wali Amanat, maka pihak
yang dapat dituntut pemenuhan kewajiban hanya PT. Bakri
Investindo dengan cara membeli obligasi dari para pemo­
hon;

3. Putusan : Pengadilan Niaga

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 28 Januari 1999, Nomor : 01/P ailit/1999/P N .N iag a/
Jk t. Pst.
3 . 1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan para pemohon;
- Dan seterusnya;
3 . 2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa berdasarkan persyaratan ii dalam lampiran 3
bukti P-3 (Perjanjian Penerbitan Obligasi yang diubah
dan dinyatakan ulang {Amanded and R estates In d e n tu re )
halaman 107 dan halaman 112, huruf (a) dan huruf (r ),
kalau terjad i event o f d efault, maka akan menimbulkan
akibat hukum;
1. bahwa perjanjian antara pemohon dan termohon
jatuh waktu {a cce le ra te d m a tu rity)’,
2. bahwa accelerated m a tu rity ’tersebut menimbulkan
hak kepada para pemohon untuk menuntut pembayaran
obligasi tersebut kepada B IN dengan cara B IN wajib
membeli obligasi tersebut dari para pemegang b e r ­
dasarkan harga yang telah ditetapkan, yaitu "pada harga
pari ditambah bunga dan premi dan wajib membeli
waran";
- bahwa dengan demikian apabila terjadi a ccelera te
m a tu rity, maka yang menjadi debitur terhadap peme­
nuhan kewajiban untuk membayar obligasi terseb u t
kepada para pemohon, bukanlah termohon sebagai issuer,
akan tetapi adalah B IN yang wajib membeli obligasi t e r ­
sebut berdasarkan harga yang telah disepakati bersama.

367
Dengan kata lain apabila terjadi accelerate m a turity,
maka yang menjadi debitur terhadap pemenuhan hak-
hak dari pemohon bukanlah termohon sebagai issuer
tetapi adalah B IN .

PUTUSAN
No. 09 PK/N/1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAMAH AGUNG

memeriksa Permohonan Peninjauan Kembali Perkara Niaga telah


mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:
I. IBJ ASIA LIMITED, berkedudukan di Lantai 17, Two Pacific
Place, 88 Queen Sway, Hong Kong.
II. KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, berkedudukan
di Kamar 4004, Jardine House 1 Connaught Place, Central
Hong Kong.
III. HANAREUM BANKING CORPORATION, berkedudukan di
Lantai 3, Nawei Building, 6, 2-Ga Ulchi-ro, Chung-Ku, Seoul,
100-192 Korea
dalam hal ini semuanya diwakili oleh kuasanya Joni Aries
Bangun, SH. Advokat dan Konsultan Hukum pada Firma
Hukum Hanafiah dan Ponggawa beralamat di Gedung BNI
Lantai 24 Jalan Jenderal Sudirman Kaveling 1 Jakarta
10220, masing-masing berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 25 Maret 1999;

Sebagai Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Para


Pemohon Kasasi/Para Pemohon Pailit/Para Kreditur;

Melawan:
PT. CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI, berkedudukan di
Gedung Sentra Mulia, Lantai 7, Ruang 711 Jalan HR. Rasuna
Said Kaveling X-6 No. 8 Jakarta 12940, dalam hal ini di­
wakili oleh kuasanya

368
1. Munir Fuady, SH.MH, LLM., 2. Tommy S, 3. B. Hail,
SH. dan 4. Freddy T. Simatupang, SH. kesemuanya Advo­
kat dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum Fuady,
Tommy, Aji Wijaya beralamat di Wisma Bumi Putra, Lantai
7, suite 701, Jalan Jenderal Sudirman, Kaveling 75, Jakarta
12910, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 29 April
1999.
Sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon
Kasasi/Termohon Pailit/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para
Pemohon Kasasi/Para Pemohon Pailit/Para Kreditur telah mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan Mahkamah Agung
RI tanggal 23 Maret 1999 No. 06/K/N/1999 yang telah berkekuatan
hukum tetap dalam perkaranya melawan Termohon Kasasi/Termohon
Pailit/Debitur dengan posita perkara sebagai berikut:
Bahwa pada tanggai 29 Januari 1997, Termohon (sebagai P e ­
nerbit) PT. Bakrie Invenstindo dan Para Manager (yang terdiri dari KEB
(Asia) Finance Limited (cq Pemohon II), Shinhan Invesment Bank dan
J.P. Morgan Securities Asia Limited) membuat dan menandatangani
suatu perjanjian pengikatan (subcription Agreement) (vide Bukti P-1),
yang antara lain mengatur hal-hal berikut:
a. Termohon (sebagai penerbit) menyatakan kepada Para Manager
bahwa Termohon akan menerbitkan Obligasi sebesar US$ 70,000,000
pada tanggal penutupan, yaitu tanggal 11 Februari 1997 yang dapat
ditunda sampai dengan tanggal 11 Maret 1997 (disingkat “Tanggal
Penutupan”);
b. Para Manager setuju untuk melakukan pembayaran pada tanggal
Penutupan kepada Termohon atas Obligasi yang diterbitkannya da­
lam jumlah dan denominasi Dollar Amerika yang telah disepakati
(yaitu sebesar US$ 70,000,000) dengan perincian sebagai berikut:
- KEB (Asia) Finance Limited US$ 20,000,000.00
- IBJ Asia Limited US$ 15,000,000.00
- Korea Commercial Finance Limited US$ 15,000,000.00
- Shinhan Invesment Bank US$ 15,000,000.00
- J.P. Morgan Securities Asia Limited US$ 5,000,000.00

369
Bahwa sebagai pelaksana Perjanjian Pengikatan ( Subcription
Agreement), Bukti P-1, telah dibuat dan ditandatangani perjanjian-
perjanjian sebagai berikut:
a. Perjanjian penerbitan Obligasi (Indenture) tertanggal 5 Februari 1997,
(vide Bukti P-3);
b. Perjanjian waran ( Warrant Agreement) tertanggal 5 Februari 1997,
(vide Bukti P-4);
c. Perjanjian Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund Agreement)
tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-5);
d. Perjanjian Agen Pembayaran ( Paying Agency Agreement) tertanggal
5 Februari 1997, (vide Bukti P-6);
e. Perjanjian Agen Penjaminan ( Security Agency Agreement) tertanggal
5 Februari 1997, (vide Bukti P-7);
f. Perjanjian Gadai Saham ( Share Pledge Agreement) tertanggal 5 Fe­
bruari 1997, (vide Bukti P-8);
g. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia atas piutang untuk keperluan
penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-9);
h. Perjanjian Penagihan secara Fidusia Atas Hak Kepemilikan untuk
keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-10);
i. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia Atas Benda tak Berwujud untuk
keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-11);
j. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti P-12);
k. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti P-13);

Bahwa perjanjian penerbitan Obligasi ( Indenture) tertanggal 5


Februari 1997 sebagaimana telah diubah dan dinyatakan ulang
(Amended and Restated Indenture) pada tanggal 12 Maret 1998 berikut
lampiran-lampirannya (disingkat “Lampiran”) Bukti P-2 dan P-3 pada
pokoknya mengatur, antara lain hal-hal berikut:
a. Jumlah pokok Obligasi yang diterbitkan Penerbit cq. Termohon ada­
lah terbatas sampai dengan US$ 70,000,000;
b. Sesuai dengan Perjanjian Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund
Agency Agreement), Bukti P-5, penerbit wajib untuk membayar
kepada Agen Dana yang disisihkan (Sinking Fund), antara lain :
1. Pada atau sebelum tanggal penutupan cq. 11 Februari 1997 se­
besar US$ 14,000,000;
2. Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar US$ 3,675,000
dan;

370
3. Pada tanggal pembayaran Bunga, antara lain pada Februari 2000
sebesar US$ 11,200,000;
c. Dana yang disisihkan tersebut akan dipergunakan antara lain untuk
pembelian kembali atas penebusan Obligasi yang telah jatuh tempo;
d. Peristiwa Cidera Janji (Event o f Default) terjadi dan berkelanjutan,
antara lain apabila penerbit cq. Termohon (1) lalai melakukan pem­
bayaran atas dana yang disisihkan (Sinking Fund) pada atau sebelum
tanggal jatuh tempo, atau (2) lalai melakukan pembayaran atas bunga
pada tanggal jatuh tempo, atau (3) tidak memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam setiap Dokumen-dokumen Transaksi (Transaction
Documents) dimaksud dalam Bukti P-2 s/d P-13;
e. Apabila Peristiwa Cidera Janji terjadi dan berkelanjutan, maka seluruh
jumlah pokok Obligasi segera dinyatakan jatuh tempo dan harus di­
bayar dengan cara pemegang mayoritas obligasi memberitahukan
percepatan jatuh tempo jumlah pokok obligasi (akselerasi) kepada
Penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie Investindo dan Wali Amanat;

TERMOHON MEMPUNYAI 2 (DUA) ATAU LEBIH KREDITUR :

a. Bahwa berdasarkan Bukti P-1 s/d Bukti P-13 Surat-surat keterangan


(vide bukti P-14 s/d P-16), Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III
adalah pemegang masing-masing 21, 43% Obligasi yang diterbitkan
oleh Termohon;
b. Bahwa pemegang Obligasi lainnya disamping Pemohon I, Pemohon
II, dan Pemohon III yang juga merupakan kreditur-kreditur Termohon
sehubungan dengan penerbitan Obligasi ini (“pemegang Obligasi
lainnya”) adalah sebagai berikut:
1. Pacific Rainbow Investment Limited-Labuan Malaysia
2. Central Banking Corporation-Seoul
3. Korea Exchange Bank KEB-Seoul
4. KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong

Bahwa disamping kewajiban atau hutang kepada Pemohon I,


Pemohon II, Pemohon III dan para pemegang Obligasi lainnya dimaksud
dalam 4.b di atas, Termohon juga mempunyai kewajiban atau hutang
kepada pihak ketiga lain (“kreditur-kreditur lain”), yaitu:
1. PT. Bakrie Finance Corporation Tbk.
2. PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
3. PT. Panin Sekuritas
4. PT. Bank Arya Panduarta

371
5. PT. Bank Susila Bhakti
6. PT. Bank Pos Nusantara
7. PT. Bank Dagang Negara (persero)
8. PT. Bank Nasional

Satu dan lain berdasarkan laporan keuangan Termohon Tahun 1997


yang dibuat dan ditandatangani oleh Kantor Akuntan Publik terdaftar
Prasetio Utomo (Bukti P-17)
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Termohon mempunyai
hutang atau kewajiban kepada Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon
III, para pemegang Obligasi lain dan kreditur-kreditur lain sebagaimana
diterangkan di atas, sehingga dengan demikian telah terbukti menurut
hukum Termohon mempunyai lebih dari 2 (dua) Kreditur;

HUTANG ATAU KEWAJIBAN TERMOHON TELAH JATUH TEMPO


DAN DAPAT DITAGIH

a. Bahwa persyaratan 11 dari lampiran 3 Perjanjian, Bukti P-3, men­


yatakan bahwa apabila peristiwa cidera janji terjadi dan berkelanjutan
maka pemegang Mayoritas Obligasi dengan pemberitahuan kepada
penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie Investindo dan Wali Amanat dapat
menyatakan bahwa jumlah pokok Obligasi segera menjadi jatuh
tempo dan harus dibayar (Akselerasi);
b. Bahwa berdasarkan bukti-bukti di bawah ini, peristiwa Cidera Janji
telah terjadi dan berkelanjutan yang dilakukan oleh Termohon, karena :

1. Termohon lalai dalam melakukan pembayaran atas dana yang


disisihkan (Sinking Fund) sejumlah US$ 3,675,000 pada atau se­
belum tanggal 11 Juni 1998;
A. Bahwa berdasarkan Pasal 9 jo. Persyaratan 4 butir lampiran 3
perjanjian, Bukti P-3, Termohon wajib melakukan pem­
bayaran atas dana yang disisihkan (Sinking Fund Agent),
antara lain:
a. Pada atau sebelum tanggal penutupan yaitu 11 Februari
1997 sebesar US$ 14,000,000; jumlah dana tersebut di
atas telah dibayarkan oleh Termohon kepada Agen Dana
yang disisihkan (Sinking Fund Agent) sesuai dengan yang
diperjanjikan.
b. Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar US$
3,675,000.
B. Bahwa ternyata sampai dengan tanggal diajukannya permo­
honan ini Termohon belum atau lalai melakukan pembayaran

372
atas kewajiban penyetoran Dana yang disisihkan (Sinking
Fund) sejumlah US$ 3,675,000 pada atau sebelum tanggal
11 Juni 1998 dimaksud dalam butir (b) di atas.
C. Bahwa sesuai dengan fungsinya masing-masing, The Hong
Kong And Shanghai Banking Corporation Limited (sebagai
Agen Pembayaran) dan PT. Sigma Batara, telah menegur
atau mengingatkan Termohon untuk melunaskan kewajiban­
nya tersebut sebelum atau pada saat jatuh tempo (11 Juni
1998), (vide Bukti P-18 s/d P-21), namun Termohon tetap lalai
dan tidak melunasi kewajibannya tersebut (Bukti P-22);
D. Bahwa karena Termohon lalai dan tetap tidak melunasi kewa­
jibannya sebelum dan pada saat jatuh tempo, kelalaian mana
berkelanjutan (karena melebihi 5 hari kerja), maka pada tang­
gai 15 Juni 1998 Marine Midland Bank sebagai Wali Amanat
menyatakan kepada Termohon bahwa telah terjadi Peristiwa
Cidera Janji berdasarkan Pasal 11 (a) Persyaratan 11 lampir­
an 3 Perjanjian Bukti P-3 dengan cara mengirimkan Surat
Pemberitahuan Peristiwa Cidera Janji kepada Termohon
(vide Bukti P-23);
E. Bahwa dengan adanya pemberitahuan Cidera Janji tersebut,
maka jumlah pokok Obligasi segera jatuh tempo dan harus
dibayar dengan cara Pemegang Mayoritas Obligasi mengi­
rimkan pemberitahuan kepada penerbit cq. Termohon PT.
Bakrie Investindo dan Wali Amanat yang isinya menyatakan
jumlah pokok Obligasi yang diterbitkan Termohon (yaitu US$
70,000,000) segera menjadi jatuh tempo dan harus dibayar
(Akselerasi);
F. Bahwa pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam butir
(E) di atas telah dikirimkan (1) oleh Kuasa Hukum para Pe­
megang Mayoritas Obligasi pada tanggal 29 Juli 1998 kepada
Termohon, PT. Bakrie Investindo, dan Wali Amanat, dan (2)
oleh Wali Amanat kepada Termohon, PT. Bakrie Investindo,
PT. Sigma Batara, The Hong Kong and Shanghai Banking
Corporation dan Kuasa Hukum para Pemegang Obligasi dan
Kuasa Hukum Wali Amanat, yang intinya merupakan pem­
beritahuan Akselerasi dari pemegang Mayoritas Obligasi ber­
dasarkan persyaratan 11 (a) jo 11 Lampiran 3 Perjanjian
Penerbitan Obligasi Bukti P-3 (Bukti P-24 dan P-25);
G. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti menu­
rut hukum bahwa hutang atau kewajiban Termohon kepada

373
para Pemegang Obligasi (termasuk Pemohon I, Pemohon II
dan Pemohon III) telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
2. Termohon lalai dalam melakukan pembayaran bunga sebesar
US$ 3,249,720.84 pada tanggal 11 Agustus 1998.
A. Bahwa disamping kelalaian yang dikemukakan dalam butir (1)
di atas, Termohon juga lalai dalam memenuhi kewajibannya
membayar bunga yang diperjanjikan sebesar US$ 3,249,720.84
pada tanggal 11 Agustus 1998;
B. Bahwa atas kelalaian tersebut Termohon telah ditegur oleh
The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation Limited
(sebagai Agen Pembayaran Utama), (vide Bukti P-26 dan P-27);
C. Bahwa karena telah terjadi kelalaian dalam pembayaran
bunga tersebut maka, jumlah pokok Obligasi dapat dinyata­
kan jatuh tempo dan harus dibayar satu dan lain berdasarkan
persyaratan 11 (a) jo 11 lampiran 3 perjanjian Penerbitan
Obligasi Bukti P-3;
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, hutang atau kewa­
jiban Termohon kepada Pemohon I, Pemohon II dan Pemo­
hon III serta kepada Pemegang Obligasi lainnya telah jatuh
tempo dan dapat ditagih menurut hukum;
Bahwa walaupun yang mengajukan permohonan ini hanya Pemo­
hon I, Pemohon II dan Pemohon III, namun sesuai dengan Pasal 15,
Perjanjian Bukti P-3, kelalaian dalam melakukan pembayaran terhadap
pemegang Obligasi dianggap juga telah terjadi terhadap pemegang Obli­
gasi lainnya, sehingga dengan demikian kelalaian dimaksud dalam butir
5.b. di atas telah terjadi pula terhadap pemegang obligasi lainnya,
karenanya jumlah pokok obligasi yang diterbitkan Termohon ini seba­
gaimana diperincikan butir 7 di bawah ini dan dipegang oleh Pemegang
Obligasi lainnya dan Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III menurut
Perjanjian Bukti P-3 telah jatuh tempo dan dapat ditagih menurut hukum;
Bahwa adapun perincian dari julah pokok Obligasi yang telah jatuh
tempo dan harus dibayar adalah sebagai berikut:
a. IBJ Asian Limited cq. Pemohon I us$ 12,787,500.00
b. Korea Commercial Finance cq. Pemohon II us$ 12,787,500.00
c. Hanareum Banking Corporation
cq. Pemohon III us$ 12,787,500.00
d. Pacific Rainbow Invesment Limited Labuan,
Malaysia us$ 17,050,000.00
e. Central Corporation-Seoul us$ 1,705,000.00

374
f. Korea Exchange Bank (KEB) -Seoul US$ 1,705,000.00
g. KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong US$ 825,500.00
US$ 59,675,000.00

Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti menurut


hukum bahwa Termohon (sebagai Debitur) mempunyai lebih dari 2 (dua)
kreditur, yaitu Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, pemegang Obligasi
lainnya, dan kreditur-kreditur lain sebagaimana diterangkan di atas, dan
tidak membayar sedikitnya satu (dalam hal ini lebih dari 1 (satu) utang
atau kewajiban yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, satu dan lain
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 tahun 1998 sebagaimana
yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998;
Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Perpu No. 1 Tahun 1998 se­
bagaimana yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998,
Pemohon I, Pemohon I dan Pemohon III mohon kepada Majelis Hakim
yang terhormat untuk menerima dan mengabulkan permohonan ini,
karena permohonan ini telah didasarkan pada fakta atau keadaan yang
telah terbukti seara sederhana untuk dinyatakan pailit berdasarkan Pasal
1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 sebagaimana yang telah diundang­
kan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998;
Bahwa untuk mencegah Termohon melakukan tindakan terhadap
kekayaannya sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III dalam rangka pelunasan kewajibannya se­
bagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998
sebagaimana yang telah di Undangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun
1998, Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III mohon kepada Mejelis
yang terhormat untuk:
a. Meletakkan sita jaminan terhadap seluruh kekayaan Termohon, atau;
b. Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau peng­
agunan kekayaan Termohon dalam rangka kepailitan memerlukan
persetujuan Kurator;
Bahwa sehubungan dengan permohonan pernyataan Pailit ter­
hadap Termohon, Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III mohon
kepada Majelis Hakim terhormat yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk berkenan menunjuk dan/atau mengangkat:
a. Hakim Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan hu­
kum yang berlaku, dan;
b. Drs. Jusuf Wibisono, M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertugas se­
suai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

375
Maka berdasarkan alasan dan dasar hukum di atas, Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III mohon agar Majelis Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan
mengadili perkara ini untuk berkenan memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan seluruh permohonan pailit Pemohon I, Pemohon II
dan Pemohon III;
2. Menyatakan Pemohon dalam keadaan pailit dengan segala akibat
hukumnya;
3. Menyatakan seluruh kekayaan Termohon baik yang bergerak mau­
pun yang tidak bergerak diletakkan dalam sita jaminan;
4. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat seorang Hakim
Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan Hukum
yang berlaku;
5. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat Drs. Jusuf Wibisono,
M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku;
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya dan ongkos perkara;

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI tanggal


23 Maret 1999 Nomor 06 K/N/1999 yang telah berkekuatan hukum
tetap tersebut adalah sebagai berikut:
Menolak permohonan kasasi dari para pemohon Kasasi I : I. IBJ.
ASIA LIMITED, II. KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, dan III.
KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, dan III. HANAREUM
BANKING CORPORATION tersebut.
Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar semua
biaya perkara, baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan dalam tingkat kasasi sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);
Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat tanggal 28 Januari 1999 No. 01/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt.Pst.
yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menolak permohonan Para Pemohon;
2. Membebankan biaya yang timbul sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan


hukum tetap tersebut i.c putusan Mahkamah Agung tanggal 23 Maret
1999 No. 06 K/N/1999 diberitahukan kepada Para Pemohon Kasasi
dahulu Para Pemohon Pailit/Para Kreditur dengan perantaraan kuasa­

376
nya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Maret 1999 diajukan
permohonan Peninjauan Kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadil­
an Niaga tersebut pada tanggal 21 April 1999 permohonan mana diser­
tai dengan memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali
tersebut telah diberitahuan kepada pihak lawan dengan seksama pada
tanggal 22 April 1999, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan telah
diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tanggal 30 April 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, Permohonan Peninjauan Kem­
bali a quo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang
waktu dan yang dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang,
maka oleh karena itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah meng­
ajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
Bawa Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam hal ini Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung
dalam tingkat kasasi telah melakukan kesalahan berat dalam penerap­
an hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286 ayat 2 (b) Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998 mengenai Kepailitan;
Bahwa adapun kesalahan-kesalahan berat dalam penerapan
hukum yang telah dilakukan oleh Pengadilan Niaga (yaitu Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung
dalam tingkat Kasasi) adalah sebagai berikut:

1. Pengadilan Niaga telah salah atau keliru dalam menerapkan dan


menafsir Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 :
- Bahwa Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998
menyatakan bahwa “debitur yang mempunyai dua atau lebih
kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan yang berwenang....”
Bahwa penjelasan dari Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 menyatakan bahwa : "... Utang yang tidak dibayar
oleh Debitur sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, adalah
utang pokok atau bunganya”

377
Bahwa dari fakta-fakta bukti-bukti yang diajukan oleh Para
Pemohon Peninjauan Kembali dalam persidangan telah terbukti
secara sah dan menurut hukum syarat-syarat untuk Termohon
Peninjauan Kembali dinyatakan pailit sebagaimana yang di­
syaratkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun
1998, karena Termohon Peninjauan Kembali mempunyai lebih
dari dua kreditur dan utang pokok atau bunganya tidak dibayar
sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
(A) Termohon Peninjauan Kembali mempunyai lebih dari dua
kreditur.
Bahwa Permohonan Pailit diajukan oleh tiga pemegang Obli­
gasi (Bondholders) yang merupakan kreditur Temohon
Peninjauan Kembali, yaitu Para Pemohon Peninjauan Kem­
bali; dan
Bahwa disamping itu, Para Pemohon Peninjauan Kembali
telah memperincikan dengan jelas kreditur-kreditur Termo­
hon Peninjauan Kembali yang lain, termasuk di dalamnya 4
(empat) Para Pemegang Obligasi dan 8 (delapan) kreditur
lainnya (vide butir 4 Surat Permohon Pernyataan Pailit ter­
tanggal 5 Januari 1999).
(B) Termohon Peninjauan Kembali tidak membayar sedikitnya
satu utang, yaitu utang pokok atau bunga Obligasi yang te­
lah jatuh waktu dan dapat ditagih.
(a) Utang Pokok atau Surat Obligasi.
Bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan dalam
persidangan telah terbukti menurut hukum bahwa Surat
Obligasi yang dibuat dan dikeluarkan oleh Termohon
Peninjauan Kembali telah jatuh tempo dan dapat ditagih
sebagai akibat adanya akselerasi yang dilakukan/dike-
luarkan oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali (vide
bukti P-3 dan P-24 sebagaimana dijelaskan dalam butir
5.3 (2) (A).
(b) Bunga.
(i) Bahwa berdasarkan bukti-bukti dalam persidangan
sebagaimana diakui kebenarannya dalam Putusan
Pengadilan Niaga (sebagaimana dijelaskan dalam
butir (ii) di bawah ini) Sinking Fund dan Bunga Obli­
gasi telah jatuh tempo dan dapat ditagih pada
tanggal 11 Juni 1998 dan 11 Agustus 1998;
(ii) Bahwa mengenai bunga yang telah jatuh tempo ini,
Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat telah mengakui kebenaran­
nya sebagaimana tertuang dalam pertimbangan­
nya pada halaman 15 alinea 1 Putusan Pengadilan
Niaga yang berbunyi sebagai berikut:
Halaman 15 Alinea 1
“Bahwa Termohon telah lalai melaksanakan pem­
bayaran atas dana yang disisihkan (Sinking Fund)
karenanya Termohon telah ditegur oleh Hong Kong
Bank dan Sigma Batara, untuk melaksanakan
Pembayaran atas Sinking Fund sebelum atau pada
tanggal 11 Juni 1998”
“Bahwa Termohon telah lalai membayar bunga
karenanya Termohon telah ditegur oleh Hong Kong
Bank and Shanghai Bank Corporation Limited s e ­
laku agen pembayaran utama untuk melaksanakan
pembayaran bunga yang jatuh tempo pada tanggal
11 Agustus 1998”
Halaman 16 alinea 1
“Bahwa dengan telah terbuktinya bahwa Termohon
tidak membayar (menyetor) Sinking Fund dan
bunga yang sudah dibayar pada tanggal 11 Juni
1998 dan tanggal 11 Agustus 1998, m aka.... “
Bahwa apabila Majelis Hakim Mahkamah Agung dan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mempertimbang­
kan bahwa Surat Obligasi belum jatuh tempo dan dapat ditagih,
quod non, maka berdasarkan penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-
udang No. 4 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa :
Utang yang tidak dapat dibayar oleh debitur adalah utang
pokok atau bunganya”, maka Termohon Peninjauan Kembali
harus dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya karena
Sinking Fund dan bunga yang wajib dibayar Termohon Penin­
jauan Kembali pada tanggal 11 Juni 1998 dan 11 Agustus 1998
sebagaimana diterangkan dalam butir (3) (B) di atas telah jatuh
tempo dan dapat ditagih menurut hukum dan syarat-syarat untuk
dinyatakan pailit berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 6 ayat
(3) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 setelah secara sah terpe­
nuhi dan terbukti menurut hukum.

379
2. Pengadilan Niaga telah salah atau keliru dalam menerapkan dan
menafsirkan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang No. 4 Tahun 1998.
- bahwa Pasal 6 ayat (3) Undang-undang No. 4 Tahun 1998
menyatakan bahwa ‘permohonan pernyataan pailit harus dika­
bulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana bahwa persyaratan yang terbukti secara sederhana
bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi”.
Bahwa penjelasan dari Pasal 6 ayat (3) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 menyatakan bahwa “ ... yang dimaksud dengan
pembuktian secara sederhana adalah yang lazim disebut secara
sumir.... “
- Bahwa adapun fakta atau keadaan yang telah terbukti secara
sederhana (SUMIR) bahwa syarat-syarat untuk dinyatakan pailit
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undag-undang No. 4 Tahun 1998
adalah sebagai berikut:
(A) Termohon Peninjauan Kembali mempunyai lebih dari dua
kreditur, yaitu Para Pemohon Peninjauan Kembali sebagai­
mana dijelaskan di atas; dan
(B) Termohon Peninjauan Kembali tidak membayar sedikitnya
satu utang (yaitu utang pokok/surat obligasi atau bunga)
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, yaitu :
- Sinking Fund dan bunga yang telah jatuh tempo dan da­
pat ditagih pada tanggal 11 Juni 1998 dan 11 Agustus
1998, yang perinciannya telah diuraikan dalam butir 5.1
(3) (B) di atas; dan
- Surat Obligasi yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
akibat adanya akselerasi yang dilakukan oleh Para
Pemohon Peninjauan Kembali.
3. Pengadilan Niaga tidak (kurang) cukup pertimbangan (Niet
Voldoende Gemotiveerd) dan terdapat ketidak tertiban dalam ber­
acara sebagaimana yang diisyaratkan dalam Jurisprudensi
Mahkamah Agung tertanggal 22 Juli 1970 No. 638 K/Sip/1969 dan
tertanggal 18 November 1972 No. 672 K/Sip/1972.
- Bahwa Jurisprudensi Mahkamah Agung tertanggal 22 Juli 1970
No. 638 K/Sip/1969 dan tertanggal 18 November 1972 No. 672
K/Sip/1972 menyatakan bahwa “suatu putusan harus dibatalkan
apabila perkara tersebut kurang cukup dipertimbangkan dan
apabila terdapat ketidaktertiban dalam beracara”.

380
Bahwa adapun hal-hal yang kurang cukup dipertimbangkan
(onvoldoende gemotiveerd) dan hal-hal yang tidak tertib dalam
beracara adalah:
(A) Mengenai pertimbangan atas Bukti P-3 dan Bukti P-24 yang
diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali.
(i) Bahwa Pasal 6 (a) jo. Persyaratan 11 dalam lampiran 3
Perjanjian Penerbitan Obligasi yang diubah dan
dinyatakan ulang, Bukti P-3 (halaman 18, 107 dan 112)
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6 (a) Perjanjian Penerbitan Obligasi
“BIN setuju dan mengakui bahwa jika terjadi Peristiwa
Cidera Janji dan Obligasi menjadi jatuh tempo dan
harus dibayar berdasarkan 11 “
Persavaratan 11 Lampiran 3 Perjanjian Penerbitan Obli­
gasi
“Jika salah satu peristiwa-peristiwa di bawah ini (tiap-
tiapnya sebagai “Peristiwa Cidera Janji”) terjadi dan
berkelanjutan : ... maka Pemegang Mayoritas Obligasi
dengan pemberitahuan kepada Penerbit, BIN dan Wali
Amanat, dapat menyatakan bahwa jumlah pokok dari
Obligasi menjadi jatuh tempo dan harus dibayar dengan
segera dengan aturan-aturan di bawah ini, dan dengan
tiap pernyataan tersebut jumlah tersebut terjadi dan
menjadi jatuh tempo dan harus dibayar segera .... “
Pemberitahuan Akselerasi tertanggal 29 Juli 1998
“Berdasarkan Ketentuan dan Persyaratan Obligasi
dengan melakukan pemberitahuan ini, obligasi menjadi
jatuh tempo dan harus dibayar... “
(ii) Bahwa berdasarkan Bukti P-3 tersebut di atas, degan
dikirimny Surat Pemberitahuan Akselerasi tertanggal 29
Juli 1998, Bukti P-24, maka telah terbukti menurut hu­
kum bahwa jumlah pokok obligasi menjadi jatuh tempo
dan harus dibayar segera pada tanggal 9 Juli 1998.
(iii) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
dan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang menyatakan jatuh tempo Obligasi adalah
tanggal 11 Februari 2002 adalah tidak benar dan harus
ditolak karena kurang cukup mempertimbangkan Bukti
P-3 dan Bukti P-24 di atas yang dengan jelas menyata-

381
kan bahwa jumlah pokok obligasi telah jatuh tempo
pada saat pemberitahuan akselerasi (yaitu 29 Juli 1998).
(B) Megenai pertimbangan atas kewajiban membeli PT. Bakrie
Investindo.
(i) Bahwa peristiwa jatuh tempo utang Termohon Penin­
jauan Kembali dan Peristiwa pembelian Obligasi PT.
Bakrie Investindo merupakan 2 (dua) peristiwa yang
berbeda dan tidak mempunyai hubungan hukum dalam
proses pembuktian permohonan kepailitan ini.
(ii) Bahwa sehubungan dengan permohonan pailit dan un­
tuk memenuhi persyaratan atau ketentuan Pasal 1 ayat
(1) UU No. 4 Tahun 1998, yang harus dan wajib dibuk­
tikan terlebih dahulu oleh Majelis Hakim Pengadilan
Niaga adalah apakah hutang pokok atau bunga telah
jatuh tempo dan dapat ditagih.
(iii) Bahwa berdasarkan Bukti P-24 jo. persyaratan 11
Lampiran 3 Perjanjian Penerbitan Obligasi, Bukti P-3
telah terbukti secara sederhana menurut hukum bahwa
hutang pokok cq. Obligasi telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
(iv) Bahwa berdasarkan penjelasan dalil-dalil hukum pada
butir 5.1 (3) (B) b. di atas, bunga obligasipun telah jatuh
tempo dan dapat ditagih pada tanggal 11 Juni 1998 dan
11 Agustus 1998.
(v) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
dan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat mengenai kewajiban membeli PT.
Bakrie Investindo adalah keliru dan salah menerapkan
hukum acara pembuktian kepailitan karena Hukum
Acara Pembuktian Kepailitan hanya mensyaratkan/
mengharuskan pembuktian secara sederhana apakah
utang (yaitu utang pokok atau bunga) telah jatuh tempo
dan dapat ditagih dimana dalam hal ini telah terbukti se­
cara sederhana menurut hukum, sehingga oleh karena­
nya harus dinyatakan pailit menurut hukum.
(vi) Bahwa dengan demikian pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan Niaga mengenai kewajiban membeli PT.
Bakrie Investindo merupakan pertimbangan berlebihan
yang seharusnya tidak diperlukan dalam proses pem­
buktian perkara kepailitan karena hal tersebut meru­
pakan peristiwa berbeda yang tidak ada hubungannya
(relevansi) nya dengan pembuktian perkara kepailitan.
(C) Mengenai pertimbangan atas keberatan ad 2 halaman 17
Putusan Mahkamah Agung yang bertentangan dengan
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985.
(i) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
halaman 17 alinea terakhir mengenai keberatan ad. 2
dinyatakan bahwa “keberatan inipun tidak dapat dibe­
narkan karena Judex Factie tidak salah menerapkan
hukum dan lagi pula mengenai penilaian hasil pembuk­
tian yang bersifat penghargaan tentang suatu ken­
yataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam
pemeriksaan dalam tingkat kasasi.... “
(ii) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
dimaksud dalam butir (1) di atas sangat bertentangan
atau tidak sesuai (sinkron) dengan pertimbangannya
pada halaman 18 alinea 2 putusan Mahkamah Agung
(“menimbang, bahwa dapat dijelaskan .... sebagai salah
satu subsidiary”) sampai dengan halaman 21 alinea 2
putusan Mahkamah Agung (“bahwa sehubungan ....
yang diperjanjikan”), karena apa yang dipertimbangkan
tersebut merupakan penghargaan tentang suatu kenya­
taan (van feitelijken aard) sebagaimana dimaksud da­
lam Jurisprudensi Mahkamah Agung No. 104 K/Sip/
1953 tertanggal 6 Agustus 1953 dan bukan hal-hal yang
menjadi wewenang Mahkamah Agung dalam tingkat
kasasi sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 30
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun
1985 (yaitu : (a) hal-hal yang berkenaan dengan keti-
dak wenangan atau melampaui batas kewenangan,
(b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku dan (c) lalai memenuhi syarat-syarat yang di­
wajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan
yang bersangkutan).
(iii) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
dalam tingkat Kasasi dimaksud dalam butir (ii) di atas,
jelas tidak ada hubungannya (relevansinya) dengan
kewenangan Mahkamah Agung sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 30 Undang-undang No. 14 Ta­
hun 1985 di atas;

383
(iv) Bahwa disamping itu Majelis Hakim Mahkamah Agung
mempertimbangkan hal-hal yang bukan merupakan
masalah utama yaitu dengan mempertimbangkan ke­
wajiban membeli PT. Bakrie Investindo. Seharusnya
masalah utama yang wajib dibuktikan dalam proses
kepailitan adalah jumlah kreditur dan utang yang jatuh
tempo dan dapat ditagih, halmana sama sekali tidak
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung
dalam tingkat Kasasi.
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertim­
bangkan alasan-alasan Peninjauan Kembali dari Pemohon sebagai
berikut:
Mengenai alasan-alasan ad. 1 dan 2
bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan sebab tidak ter­
dapat kesalahan berat dalam penerapan hukum yang telah dilakukan
Hakim Kasasi.
Mengenai alasan ad. 3.
bahwa alasan ini pun tidak dapat dibenarkan karena hal-hal
yang dikemukakan Pemohon Peninjauan Kembali bukanlah alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286 (2) Perpu No. 1 Tahun 1998
jo UU No. 4 Tahun 1998.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
maka permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh IBJ Asia
Limited dkk. tersebut adalah tidak beralasan, sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Peninjauan Kembali
di pihak yang dikalahkan, harus membayar semua biaya perkara, baik
yang jatuh dalam pengadilan tingkat pertama, tingkat kasasi maupun
yang jatuh dalam tingkat Peninjauan Kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 1 Ta­
hun 1970, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 dan Perpu No. 1
Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 serta Undang-
undang lain yang bersangkutan:

MENGADILI

Menolak permohonan Peninjauan Kembali dari para Pemohon


Peninjauan K em bai: 1. IBJ ASIA LIMITED, 2. KOREA COMMERCIAL
FINANCE LIMITED, 3. HANAREUM BANKING CORPORATION terse­
but;

384
Menghukum Para Pemohon Peninjauan Kembali untuk mem­
bayar biaya perkara dalam tingkat Peninjauan Kembali ini yang
ditetapkan sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis tanggal 27 Mei 1999 dengan Sarwata, SH.
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, H. Zakir, SH., Ketua
Muda Mahkamah Agung dan Th. Ketut Suraputra, SH. Wakil Ketua
Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan da­
lam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Sidang
tersebut dengan dihadiri oleh H. Zakir, SH. dan Th. Ketut Suraputra,
SH. Hakim-Hakim Anggota, Sirande Palayukan, SH. Panitera Peng­
ganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak

HAKIM KETUA MAJELIS :

ttd.
S A R W A T A . SH.

HAKIM ANGGOTA I HAKIM ANGGOTA II :


ttd. ttd.

H. ZAKIR, SH. Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

SIRANDE PALAYUKAN. SH.

Biava-biava:
1. M eterai.............................................. Rp. 2.000,-
2. Redaksi............................................. Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali... Rp. 2.497.000.-
Jumlah............... Rp. 2.500.000,-

385
PUTU SAN
No. 06 K /N/1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAM AH AGUNG

memeriksa Perkara Niaga dalam tingkat Kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d ari:
I. IBJ ASIA LIMITED, berkedudukan di Lantai 17, Two Pacific
Place, 88 Queensway, Hong Kong.
II. KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, berkedudukan
di Kamar 4004, Jardine House 1 Connaught Place, Central
Hong Kong.
III. HANAREUM BANKING CORPORATION, berkedudukan di
Lantai 3, Nawei Building, 6, 2-Ga Ulchi-ro, Chung-Ku, Seoul,
100-192 Korea, dalam hal ini semuanya diwakili oleh kuasa­
nya Joni Aries Bangun, SH.dan kawan-kawan Advokat dan
Konsultan Hukum pada Firma Hukum Hanafiah dan Pong-
gawa beralamat di Gedung BNI Lantai 24 Jalan Jenderal
Sudirman Kaveling 1 Jakarta 10220, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 22 Oktober 1998, sebagai Pemohon
Kasasi I, II dan III dahulu Pemohon I, II dan III/ Para Kreditur.

Melawan:

PT. CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI, berkedudukan di


Gedung Sentra Mulia, Lantai 7, Ruang 711 Jalan HR. Rasuna
Said Kaveling X-6 No. 8 Jakarta 12940, dalam hal ini di­
wakili oleh kuasanya Munir Fuady, SH. dan kawan-kawan
Advokat dan konsultan Hukum pada Kantor Hukum Fuady,
Tommy, Aji Wijaya beralamat di Wisma Bumiputra, Lantai 7,
suite 701, Jalan Jenderal Sudirman, Kaveling 75, Jakarta
12910, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 10 Fe­
bruari 1999, sebagai Termohon Kasasi dahulu Termohon/
Debitur.

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

386
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata sekarang
Pemohon I, II, III sebagai Para Pemohon telah mengajukan permo­
honan Pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
pada pokoknya atas dalil-dalil:
Bahwa pada tanggal 29 Januari 1997, Termohon (sebagai Pe­
nerbit), PT. Bakrie Invenstindo dan Para Manager (yang terdiri dari
KEB (Asia) Finance Limited (cq Pemohon II), Shinhan Invesment Bank
dan J.P. Morgan Securities Asia Limited) membuat dan menanda­
tangani suatu perjanjian pengikatan (subcription Agreement) (vide
Bukti P-1), yang antara lain mengatur hal-hal berikut:
a. Termohon (sebagai penerbit) menyatakan kepada Para Manager
bahwa Termohon akan menerbitkan Obligasi sebesar US$ 70,000,000
pada tanggal penutupan, yaitu tanggal 11 Februari 1997 yang dapat
ditunda sampai dengan tanggal 11 Maret 1997 (disingkat “Tanggal
Penutupan”);
b. Para Manager setuju untuk melakukan pembayaran pada tanggal
Penutupan kepada Termohon atas Obligasi yang diterbitkannya da­
lam jumlah dan denominasi Dollar Amerika yang telah disepakati
(yaitu sebesar US$ 70,000,000) dengan perincian sebagai berikut:
- KEB (Asia) Finance Limited US$ 20,000,000.00
- IBJ Asia Limited US$ 15,000,000.00
- Korea Commercial Finance Limited US$ 15,000,000.00
- Shinhan Invesment Bank US$ 15,000,000.00
- J.P. Morgan Securities Asia Limited US$ 5,000,000.00
Bahwa sebagai pelaksana Perjanjian Pengikatan ( Subcription
Agreement), Bukti P-1, telah dibuat dan ditandatangani perjanjian-
perjanjian sebagai berikut:
a. Perjanjian penerbitan Obligasi ( Indenture) tertanggal 5 Februari 1997,
(vide Bukti P-3);
b. Perjanjian waran ( Warrant Agreement) tertanggal 5 Februari 1997,
(vide Bukti P-4);
c. Perjanjian Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund Agreement)
tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-5);
d. Perjanjian Agen Pembayaran (Paying Agency Agreement) tertanggal
5 Februari 1997, (vide Bukti P-6);
e. Perjanjian Agen Penjaminan ( Security Agency Agreement) tertanggal
5 Februari 1997, (vide Bukti P-7);
f. Perjanjian Gadai Saham ( Share Pledge Agreement) tertanggal 5 Fe­
bruari 1997, (vide Bukti P-8);

387
g. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia atas piutang untuk keperluan
penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-9);
h. Perjanjian Penagihan secara Fidusia Atas Hak Kepemilikan untuk
keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-10);
i. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia Atas Benda tak Berwujud untuk
keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-11);
j. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti P-12);
k. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti P-13);

Bahwa perjanjian penerbitan Obligasi (Indenture) tertanggal 5


Februari 1997 sebagaimana telah diubah dan dinyatakan ulang
(Amended and Restated Indenture) pada tanggal 12 Maret 1998 berikut
lampiran-lampirannya (disingkat “Lampiran”) Bukti P-2 dan P-3 pada
pokoknya mengatur, antara lain hal-hal berikut:
a. Jumlah pokok Obligasi yang diterbitkan Penerbit cq. Termohon ada­
lah terbatas sampai dengan US$ 70,000,000;
b. Sesuai dengan Perjanjian Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund
Agency Agreement), Bukti P-5, penerbit wajib untuk membayar
kepada Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund), antara lain :
1. Pada atau sebelum tanggal penutupan cq. 11 Februari 1997 se­
besar US$ 14,000,000;
2. Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar US$ 3,675,000
dan;
3. Pada tanggal pembayaran Bunga, antara lain pada Februari 2000
sebesar US$ 11,200,000;
c. Dana yang disisihkan tersebut akan dipergunakan antara lain untuk
pembelian kembali atas penebusan Obligasi yang telah jatuh tempo;
d. Peristiwa Cidera Janji (Event o f Default) terjadi dan berkelanjutan,
antara lain apabila penerbit cq. Termohon (1) lalai melakukan pem­
bayaran atas dana yang disisihkan ( Sinking Fund) pada atau sebelum
tanggal jatuh tempo, atau (2) lalai melakukan pembayaran atas bunga
pada tanggal jatuh tempo, atau (3) tidak memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam setiap Dokumen-dokumen Transaksi (Transaction
Documents) dimaksud dalam Bukti P-2 s/d P-13;
e. Apabila Peristiwa Cidera Janji terjadi dan berkelanjutan, maka seluruh
jumlah pokok Obligasi segera dinyatakan jatuh tempo dan harus di­
bayar dengan cara pemegang mayoritas obligasi memberitahukan
percepatan jatuh tempo jumlah pokok obligasi (akselerasi) kepada
Penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie Investindo dan Wali Amanat;

388
TERMOHON MEMPUNYAI 2 (DUA1 ATAU LEBIH KREDITUR :

a. Bahwa berdasarkan Bukti P-1 s/d Bukti P-13 Surat-surat keterangan


(vide bukti P-14 s/d P-16), Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III
adalah pemegang masing-masing 21,43% Obligasi yang diterbitkan
oleh Termohon;
b. Bahwa pemegang Obligasi lainnya disamping Pemohon I, Pemohon
II, Pemohon III yang juga merupakan kreditur-kreditur Termohon se­
hubungan dengan penerbitan Obligasi ini (“pemegang Obligasi lain­
nya”) adalah sebagai berikut:
1. Pacific Rainbow Investment Limited-Labuan Malaysia
2. Central Banking Corporation-Seoul
3. Korea Exchange Bank KEB-Seoul
4. KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong

Bahwa disamping kewajiban atau hutang kepada Pemohon I,


Pemohon II, Pemohon III dan para pemegang Obligasi lainnya dimaksud
dalam 4.b di atas, Termohon juga mempunyai kewajiban atau hutang
kepada pihak ketiga lain (“kreditur-kreditur lain”), yaitu :
1. PT. Bakrie Finance Corporation Tbk.
2. PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
3. PT. Panin Sekuritas
4. PT. Bank Arya Panduarta
5. PT. Bank Susila Bhakti
6. PT. Bank Pos Nusantara
7. PT. Bank Dagang Negara (persero)
8. PT. Bank Nasional

Satu dan lain berdasarkan laporan keuangan Termohon Tahun 1997


yang dibuat dan ditandatangani oleh Kantor Akuntan Publik terdaftar
Prasetio Utomo (Bukti P-17)
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Termohon mempunyai
hutang atau kewajiban kepada Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon
III, para pemegang Obligasi lain dan kreditur-kreditur lain sebagaimana
diterangkan di atas, sehingga dengan demikian telah terbukti menurut
hukum Termohon mempunyai lebih dari 2 (dua) Kreditur;

389
HUTANG ATAU KEWAJIBAN TERMOHON TELAH JATUH TEMPO
DAN DAPAT DITAGIH
a. Bahwa persyaratan 11 dari lampiran 3 Perjanjian, Bukti P-3, menyata­
kan bahwa apabila peristiwa cidera janji terjadi dan berkelanjutan
maka pemegang Mayoritas Obligasi dengan pemberitahuan kepada
penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie Investindo dan Wali Amanat dapat
menyatakan bahwa jumlah pokok Obligasi segera menjadi jatuh
tempo dan harus dibayar (Akselerasi);
b. Bahwa berdasarkan bukti-bukti di bawah ini, peristiwa Cidera Janji
telah terjadi dan berkelanjutan yang dilakukan oleh Termohon,
karena:
1. Termohon lalai dalam melakukan pembayaran atas dana yang
disisihkan (Sinking Fund) sejumlah US$ 3,675,000 pada atau se­
belum tanggal 11 Juni 1998;
A. Bahwa berdasarkan Pasal 9 jo. Persyaratan 4 butir lampiran 3
perjanjian, Bukti P-3, Termohon wajib melakukan pembayar­
an atas dana yang disisihkan (Sinking Fund Agent), antara
lain:
a. Pada atau sebelum tanggal penutupan yaitu 11 Februari
1997 sebesar US$ 14,000,000; jumlah dana tersebut di
atas telah dibayarkan oleh Termohon kepada Agen Dana
yang disisihkan (Sinking Fund Agent) sesuai dengan yang
diperjanjikan.
b. Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar US$
3,675,000.
B. Bahwa ternyata sampai dengan tanggal diajukannya permo­
honan ini Termohon belum atau lalai melakukan pembayaran
atas kewajiban penyetoran Dana yang disisihkan (Sinking
Fund) sejumlah US$ 3,675,000 pada atau sebelum tanggal
11 Juni 1998 dimaksud dalam butir (b) di atas.
C. Bahwa sesuai dengan fungsinya masing-masing, The Hong
Kong And Shanghai Banking Corporation Limited (sebagai
Agen Pembayaran) dan PT. Sigma Batara, telah menegur
atau mengingatkan Termohon untuk melunaskan kewajiban­
nya tersebut sebelum atau pada saat jatuh tempo (11 Juni
1998), (vide Bukti P-18 s/d P-21), namun Termohon tetap lalai
dan tidak melunasi kewajibannya tersebut (Bukti P-22);
D. Bahwa karena Termohon lalai dan tetap tidak melunasi kewa­
jibannya sebelum dan pada saat jatuh tempo, kelalaian mana

390
berkelanjutan (karena melebihi 5 hari kerja), maka pada tang­
gal 15 Juni 1998 Marine Midland Bank sebagai Wali Amanat
menyatakand kepada Termohon bahwa telah terjadi Peristiwa
Cidera Janji berdasarkan Pasal 11 (a) Persyaratan 11 lampir­
an 3 Perjanjian Bukti P-3 dengan cara mengirimkan Surat
Pemberitahuan Peristiwa Cidera Janji kepada Termohon
(vide Bukti P-23);
E. Bahwa dengan adanya pemberitahuan Cidera Janji tersebut,
maka jumlah pokok Obligasi segera jatuh tempo dan harus
dibayar dengan cara Pemegang Mayoritas Obligasi mengi­
rimkan pemberitahuan kepada penerbit cq. Termohon PT.
Bakrie Investindo dan Wali Amanat yang isinya menyatakan
jumlah pokok Obligasi yang diterbitkan Termohon (yaitu US$
70,000,000) segera menjadi jatuh tempo dan harus dibayar
(Akselerasi);
F. Bahwa pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam butir
(E) di atas telah dikirimkan (1) oleh Kuasa Hukum para Pe­
megang Mayoritas Obligasi pada tanggal 29 Juli 1998 kepada
Termohon, PT. Bakrie Investindo, dan Wali Amanat, dan (2)
oleh Wali Amanat kepada Termohon, PT. Bakrie Investindo,
PT. Sigma Batara, The Hong Kong and Shanghai Banking
Corporation dan Kuasa Hukum para Pemegang Obligasi dan
Kuasa Hukum Wali Amanat, yang intinya merupakan pem­
beritahuan Akselerasi dari pemegang Mayoritas Obligasi ber­
dasarkan persyaratan 11 (a) jo 11 Lampiran 3 Perjanjian
Penerbitan Obligasi Bukti P-3 (Bukti P-24 dan P-25);
G. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti menu­
rut hukum bahwa hutang atau kewajiban Termohon kepada
para Pemegang Obligasi (termasuk Pemohon I, Pemohon II
dan Pemohon III) telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

2. Termohon lalai dalam melakukan pembayaran bunga sebesar


US$ 3,249,720.84 pada tanggal 11 Agustus 1998.
A. Bahwa disamping kelalaian yang dikemukakan dalam butir (1)
di atas, Termohon juga lalai dalam memenuhi kewajibannya
membayar bunga yang dipeijanjikan sebesar US$ 3,249,720.84
pada tanggal 11 Agustus 1998;
B. Bahwa atas kelalaian tersebut Termohon telah ditegur oleh
The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation Limited
(sebagai Agen Pembayaran Utama), (vide Bukti P-26 dan
P-27);

391
C. Bahwa karena telah terjadi kelalaian dalam pembayaran
bunga tersebut maka, jumlah pokok Obligasi dapat dinyata­
kan jatuh tempo dan harus dibayar satu dan lain berdasarkan
persyaratan 11 (a) jo 11 lampiran 3 perjanjian Penerbitan
Obligasi Bukti P-3;
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, hutang atau kewajiban
Termohon kepada Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III serta
kepada Pemegang Obligasi lainnya telah jatuh tempo dan dapat ditagih
menurut hukum;
Bahwa walaupun yang mengajukan permohonan ini hanya Pemo­
hon I, Pemohon II dan Pemohon III, namun sesuai dengan Pasal 15,
Perjanjian Bukti P-3, kelalaian dalam melakukan pembayaran terhadap
pemegang Obligasi dianggap juga telah terjadi terhadap pemegang Obli­
gasi lainnya, sehingga dengan demikian kelalaian dimaksud dalam butir
5.b. di atas telah terjadi pula terhadap pemegang obligasi lainnya,
karenanya jumlah pokok obligasi yang diterbitkan Termohon ini seba­
gaimana diperincikan dalam butir 7 di bawah ini dan dipegang oleh Pe­
megang Obligasi lainnya dan Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III
menurut Perjanjian Bukti P-3 telah jatuh tempo dan dapat ditagih menurut
hukum;
Bahwa adapun perincian dari jumlah pokok Obligasi yang telah
jatuh tempo dan harus dibayar adalah sebagai berikut:
a. IBJ Asia Limited cq. Pemohon I US$ 12,787,500.00
b. Korea Commercial Finance cq. Pemohon II US$ 12,787,500.00
c. Hanareum Banking Corporation
cq. Pemohon III US$ 12,787,500.00
d. Pacific Rainbow Invesment Limited Labuan,
Malaysia US$ 17,050,000.00
e. Central Corporation-Seou! US$ 1,705,000.00
f. Korea Exchange Bank (KEB)-Seoul US$ 1,705,000.00
g- KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong US$ 825.500.00
US$ 59,675,000.00
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti menurut
hukum bahwa Termohon (sebagai Debitur) mempunyai lebih dari 2 (dua)
kreditur, yaitu Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, pemegang Obligasi
lainnya, dan kreditur-kreditur lain sebagaimana diterangkan di atas, dan
tidak membayar sedikitnya satu (dalam hal ini lebih dari 1 (satu) utang
atau kewajiban yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, satu dan lain

392
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 tahun 1998 sebagaimana
yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998;
Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Perpu No. 1 Tahun 1998 se­
bagaimana yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998,
Pemohon I, Pemohon I dan Pemohon III mohon kepada Majelis Hakim
yang terhormat untuk menerima dan mengabulkan permohonan ini,
karena permohonan ini telah didasarkan pada fakta atau keadaan yang
telah terbukti seara sederhana untuk dinyatakan pailit berdasarkan Pasal
1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 sebagaimana yang telah diundang­
kan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998;
Bahwa untuk mencegah Termohon melakukan tindakan terhadap
kekayaannya sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III dalam rangka pelunasan kewajibannya se­
bagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998
sebagaimana yang telah di Undangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun
1998, Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III mohon kepada Mejelis
yang terhormat untuk:
a. Meletakkan sita jaminan terhadap seluruh kekayaan Termohon, atau;
b. Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau peng­
agunan kekayaan Termohon dalam rangka kepailitan memerlukan
persetujuan Kurator;
Bahwa sehubungan dengan permohonan pernyataan Pailit ter­
hadap Termohon, Pemohon l, Pemohon II dan Pemohon III mohon
kepada Majelis Hakim terhormat yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk berkenan menunjuk dan/atau mengangkat:
a. Hakim Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan hu­
kum yang berlaku, dan;
b. Drs. Jusuf Wibisono, M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertugas se­
suai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Maka berdasarkan alasan dan dasar hukum di atas, Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III mohon agar Majelis Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan
mengadili perkara ini untuk berkenan memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan seluruh permohonan pailit Pemohon I, Pemohon II
dan Pemohon III;
2. Menyatakan Pemohon dalam keadaan pailit dengan segala akibat
hukumnya;
3. Menyatakan seluruh kekayaan Termohon baik yang bergerak mau­
pun yang tidak bergerak diletakkan dalam sita jaminan;

393
4. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat seorang Hakim
Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan Hukum
yang berlaku;
5. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat Drs. Jusuf Wibisono,
M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku;
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya dan ongkos perkara;

Menimbang terhadap Permohonan Pailit tersebut Pengadilan


Niaga Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal
28 Januari 1999 No. 01/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya
berbunyi sebagai berikut:
1. Menolak Permohonan para Pemohon;
2. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada para
Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah)
Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­
but diberitahukan kepada Para Pemohon pada tanggal 29 Januari
1999, kemudian terhadapnya oleh para Pemohon dengan Perantaraan
Kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal Pemohon I,
Pemohon II 22 Oktober 1998, Pemohon III 27 November 1998 diajukan
Permohonan Kasasi secara tertulis/lisan pada tanggal 4 Februari 1999,
sebagaimana ternyata dari Akte Permohonan Kasasi No. 07 Kasasi/
Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt.Pst. Panitera Perkara Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, Permohonan mana kemudian disusul oleh memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tanggal 4 Februari 1999;

Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi/Termohon Pailit/


Debitur yang pada tanggal 5 Februari 1999 telah disampaikan salinan
Permohonan Kasasi dan salinan Memori Kasasi yang dari Pemohon
Kasasi, diajukan Kontra Memori Kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12 Februari 1999;

Menimbang, bahwa Permohonan Kasasi a quo beserta alasan-


alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan da­
lam Undang-undang, maka oleh karena itu Permohonan Kasasi terse­
but formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya :

394
1. Bahwa Judex Factie telah melampaui batas wewenangnya karena
mempertimbangkan lebih dari yang ditentukan oleh Undang-undang
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun
1998, kewenangan Pengadilan Niaga untuk menyatakan Pailit satu
debitur hanya terbatas pada pembuktian secara sederhana, apakah
debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo. Sedangkan pada
halaman 17 putusan Pengadilan Niaga, Judex Factie tidak hanya
mempertimbangkan jumlah Kreditur Termohon dan hutang Termo­
hon telah jatuh tempo atau tidak, akan tetapi juga telah mempertim­
bangkan hal-hal yang intinya berhubungan dengan :
a. Akibat-akibat terjadinya even of default.
b. Kewajiban PT. BAKRIE INVESTINDO untuk membeli Obligasi.
c. Debitur adalah PT. BAKRIE INVESTINDO
d. Hak Para Pemohon untuk menuntut pembayaran Obligasi pada
PT. BAKRIE INVESTINDO.
2. Bahwa Judex Factie telah salah menerapkan hukum mengenai
pengertian jatuh tempo.
- Pada halaman 16 alinea 4 putusan Judex Factie mempertim­
bangkan, bahwa jatuh tempo dipercepat (Accelerated maturity)
telah terbukti. Maka berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 6
ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998, Judex Factie harus mengabulkan
permohonan kepailitan Para Pemohon Kasasi, karena telah ter­
bukti secara sederhana bahwa Termohon Kasasi mempunyai
dua atau lebih kreditur dan obligasi telah jatuh tempo dan dapat
ditagih pada tanggal 29 Juli 1998 yaitu tanggal jatuh tempo yang
dipercepat (accelerated maturity date)
- Selanjutnya berdasarkan bukti P-3, apabila terjadi cidera janji dan
berkelanjutan, Para Pemegang Mayoritas Obligasi dengan pem ­
beritahuan kepada penerbit, PT. BAKRIE INVESTINDO dan W ali
Amanat dapat menyatakan bahwa jumlah pokok obligasi menjadi
jatuh tempo dan harus dibayar dengan segera.
- Demikian juga dengan dikirimnya Surat Pembukti P-24, Pasal 6
(a) Jo Persyaratan 11 dalam lampiran 3 Perjanjian Penerbitan
Obligasi yang diubah dan dinyatakan ulang, bukti P-3 (Him. 18,
107 dan 112), maka telah terbukti Termohon telah ingkar janji
dan karenanya jumlah pokok obligasi menjadi jatuh tempo dan
harus dibayar dengan segera.
- Dengan terjadinya akselerasi, telah terbukti jatuh tempo Obligasi
dipercepat dari tanggal 11 Februari 2002 menjadi 29 Juli 1998

395
sehingga dengan demikian persyaratan untuk dinyatakan pailit
telah terbukti.
- Bahwa putusan Judex Factie yang menyatakan seolah-olah jatuh
tempo dari kewajiban Termohon Kasasi atas Obligasi adalah
tanggal 11 Februari 2002 (him. 17) adalah tidak benar dan harus
ditolak karena bertentangan dengan Bukti P-24, Pasal 6 (a) jo.
Persyaratan 11 dalam lampiran 3 Perjanjian Penerbitan Obligasi
yang diubah dan dinyatakan ulang, bukti P-3 (him. 18, 107 dan
112).
- Bahwa Judex Factie mempertimbangkan “kewajiban PT.
BAKRIE INVESTINDO adalah keliru, karena yang menjadi per­
soalan utama dalam perkara kepailitan adalah utang cq. Obligasi
telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Mengenai kewajiban mem­
beli PT. BAKRIE INVESTINDO tidak perlu dibuktikan dan diper­
timbangkan, sebab Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Kepailitan
hanya mensyaratkan untuk membuktikan jatuh temponya utang
cq. Obligasi tersebut.
- Bahwa oleh karena telah terbukti obligasi jatuh tempo, maka se­
harusnya Judex Factie menerima permohonan Pemohon Kasasi
untuk menyatakan Termohon Kasasi Pailit.
3. Bahwa berdasarkan Pasal 10.2 (him. 26) Perjanjian Penerbitan Obli­
gasi, Termohon Kasasi atau PT. BAKRIE INVESTINDO wajib dan
harus membayar seluruh jumlah pokok Obligasi bunga dan biaya
yang diperjanjikan apabila jatuh temponya dipercepat. Dan karena
Permohonan ini diajukan terhadap Termohon Kasasi yang meru­
pakan issuer cq. Debitur, maka Termohon Kasasi lah yang wajib
melakukan pembayaran Obligasi yang jatuh temponya dipercepat
tersebut. Dengan demikian pertimbangan Judex Factie yang menya­
takan bahwa yang menjadi Debitur terhadap pemenuhan kewajiban
untuk membayar Obligasi tersebut kepada para Pemohon bukan
Termohon sebagai issuer akan tetapi adalah PT. BAKRIE INVESTINDO
yang wajib membeli Obligasi berdasarkan harga yang telah disepa­
kati adalah salah.
Menimbang :
Mengenai keberatan ad. 1 dan 3 :

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan karena Judex Factie


tidak salah menerapkan hukum.

396
Mengenai keberatan ad. 2 :
bahwa keberatan inipun tidak dapat dibenarkan karena Judex
Factie tidak salah menerapkan hukum dan lagipula mengenai penilaian
hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan,
hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam ting­
kat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan
dengan ketidak wenangan atau melampaui batas wewenang, atau lalai
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan
yang bersangkutan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985.
Menimbang, bahwa dapat dijelaskan, memang sepintas lalu
kedudukan PT. BAKRIE INVESTINDO dalam perjanjian kredit yang
berbentuk Obligasi (Bonds) dalam perkara ini, mirip dengan ikatan
CORPORATE GUARANTOR, dalam kedudukannya sebagai HOLDING
COMPANY (parent company) terhadap Termohon (PT. CAKRAWALA
ANDALAS TELEVISI) sebagai salah satu SUBSIDIARY.
bahwa memang benar dalam praktek dan lalu lintas dunia inves­
tasi, HOLDING COMPANY sebagai induk grup usaha, sering bertindak
sebagai GUARANTOR atau BORGTOCH terhadap perikatan pemin­
jaman investasi yang dilakukan SUBSIDIARY, guna memberi keaman­
an kepada pihak investor (kreditur) atas pemenuhan pelaksanaan
pembayaran. Hal inilah yang terjadi dalam kasus perkara ini. Agar
perjanjian Penerbitan Obligasi yang dilakukan PT. CAKRAWALA
ANDALAS TELEVISI tidak bersifat UNSECURED BOND (obligasi
tanpa jaminan), maka PT. BAKRIE INVESTINDO bertindak memberi­
kan dukungan jaminan atas pemenuhan pembayaran pinjaman Pener­
bitan Obligasi tersebut kepada pihak Pemohon sebagai pemegang
obligasi. Dengan demikian obligasi Termohon yang dipegang para
Pemohon merupakah SECURED BONDS.

bahwa akan tetapi, jaminan yang diberikan PT. BAKRIE IN VES­


TINDO dalam kasus ini, bukanlah murni berbentuk GUARANTY atau
Borgtoch yang bersifat umum. Atau keterikatan PT. BAKRIE IN VES­
TINDO dalam perjanjian Penerbitan Obligasi yang dilakukan PT.
CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI sebagai subsidiary, memberi ga­
ransi (jaminan) atas pembayaran pelunasan pokok dan bunga, apabila
PT. ANDALAS TELEVISI melakukan DEFAULT yang diperjanjikan
(event o f default), tidak tunduk pada general provision yang diatur da­
lam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Namun guaranted bond
yang disepakati antara para Pemohon, Termohon dan PT. BAKRIE

397
INVESTINDO sebagaimana yang tertuang dalam surat bukti P-3, sec­
tion 6 (huruf a) adalah PURCHASE OBLIGATION yang menegaskan,
jika terjadi peristiwa cidera janji dan obligasi menjadi jatuh tempo dan
harus dibayar berdasarkan persyaratan 11, PT. BAKRIE INVESTINDO
akan membeli obligasi tersebut sebagaimana yang ditentukan dalam
persyaratan 11, dalam bentuk PURCHASE OBLIGATION (KEWAJIBAN
MEMBELI)
Menimbang, bahwa dari fakta yang dipertimbangkan di atas,
jaminan yang diberikan PT. BAKRIE INVESTINDO dalam kedudukan­
nya sebagai HOLDING COMPANY, tidak murni CORPORATE
GUARANTOR atau GUARANTED BOND yang tunduk kepada keten­
tuan umum BORGTOCH yang diatur dalam BAB KETUJUH BELAS,
buku III KUH Perdata (Pasal 1820 dan seterusnya). Akan tetapi mem­
perhatikan klausula yang mengatur jaminan ini mempergunakan ter-
munus hukum (legal term) PURCHASE OBLIGATION = KEWAJIBAN
MEMBELI, berarti bentuk jaminan ini harus dikonstruksi sebagai CON­
TRACTUS SUI GENERIS atau PARTICULAR TO IT SELF.
bahwa dalam mengahadapi suatu perjanjian yang berbentuk SUI
GENERIS, harus diselesaikan dengan cara memberi perlakukan
tersendiri sesuai dengan makna kodrati yang terkandung dan yang
dikehendaki para pihak. Dalam hal ini ditinjau dari segi makna kodrati
maupun tujuan yang dikehendaki para pihak, tiada lain :
- apabila principal (dalam hal ini PT. CAKRALAWA ANDALAS
TELEVISI melakukan default, dan akibat default terjadi PERCE­
PATAN PEMBAYARAN (percepatan jatuh tempo), maka penyele­
saian pemenuhan pembayaran jatuh ke pundak PT. BAKRIE IN­
VESTINDO,
- cara pemenuhan yang musti dilakukan oleh PT. BAKRIE INVES­
TINDO adalah, membeli obligasi dari tangan para pemegang. Da­
lam hal ini, dengan terjadi akselerasi jatuh tempo atau immediate
payment sebagai akibat default yang dilakukan Termohon, maka
pemenuhan pembayaran menurut hukum sesuai dengan klausula
perjanjian adalah PT. BAKRIE INVESTINDO wajib membeli obligasi
tersebut dari para Pemohon; bukan terhadap Termohon dalam
kedudukan sebagai penerbit (issuer).
Menimbang, bertitik tolak dari konstruksi SUI GENERIS tersebut,
pertama-tama yang musti dituntut para Pemohon dalam penyelesaian
pembayaran adalah PT. BAKRIE INVESTINDO dengan jalan menuntut
agar PT. BAKRIE INVESTINDO melaksanakan KEWAJIBAN untuk
membeli obligasi dari tangan para pemegang (para Pemohon). Terhi­
tung sejak terjadinya default yang dibarengi dengan PEMBERITAHUAN

398
(notify) terjadinya IMMEDIATE PAYMENT kepada PT. CAKRAWALA
ANDALAS TELEVISI (sebagai Penerbit Obligasi), PT. BAKRIE INVES-
TINDO (sebagai HOLDING) dan kepada WALI, maka pihak yang dapat
dituntut pemenuhan hanya PT. BAKRIE INVESTINDO dengan cara
membeli obligasi dari para Pemohon.
bahwa sehubungan dengan itu, yang dapat dituntut oleh para
Pemohon untuk menyelesaikan pembayaran adalah PT. BAKRIE
INVESTINDO dalam hal terjadi akselerasi jatuh tempo berdasarkan
faktor default. Karena dalam hal yang demikian PT. BAKRIE INVES­
TINDO mengambil dan menggantikan kedudukan PT. CAKRAWALA
ANDALAS TELEVISI sebagai debitur Penerbit Obligasi maka ke­
beradaannya baru muncul ke permukaan untuk memikul kewajiban
pelaksanaan apabila terjadi kelalaian sesudah sampai pada saat
FINAL MATURITY DATE yang diperjanjikan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
lagipula dari sebab tidak ternyata bahwa putusan Judex Factie dalam
perkara ini bertentangan dengan hukum dan/atau Undang-undang,
maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi :
I. IBJ ASIA LIMITED, II. KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED,
dan III. HANAREUM BANKING CORPORATION tersebut haruslah
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena para Pemohon Kasasi di pihak
yang dikalahkan, harus membayar semua biaya perkara baik yang
timbul dalam Pengadilan Niaga, maupun yang timbul dalam tingkat ka­
sasi;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-undang Nomor
4 Tahun 1998/Perpu No. 1 Tahun 1998 serta Undang-undang yang
bersangkutan ;

MENGADILI

Menolak permohonan Kasasi dari para Pemohon K asasi: I. IBJ


ASIA LIMITED, II. KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, dan
III. HANAREUM BANKING CORPORATION tersebut;
Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar semua
biaya perkara, baik yang timbul dalam Pengadilan Niaga sebesar
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan dalam tingkat kasasi sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahka­
mah Agung pada hari Kamis tanggal 11 MARET 1999, dengan M. YAHYA

399
HARAHAP, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditunjuk oleh Ketua
Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang. S.O. NAINGGOLAN, SH., dan
NY. HJ. MARNIS KAHAR, SH. sebagai Hakim-Hakim Anggota dan di­
ucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari : SELASA
TANGGAL 23 MARET 1999 oleh Ketua Sidang tersebut dengan di­
hadiri S.O. NAINGGOLAN, SH. dan NY. HJ. MARNIS KAHAR, SH.
Hakim-Hakim Anggota, RAHMI MULYATI, SH. Panitera Pengganti
dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

HAKIM KETUA MAJELIS :


ttd.

M. YAHYA HARAHAP. SH.

HAKIM ANGGOTA I : HAKIM ANGGOTA II :


ttd. ttd.

S.O. NAINGGOLAN. SH, NY. HJ. MARNIS KAHAR. SH.

PANITERA PENGGANTI,

ttd.

RAHMI MULYATI. SH.

Biaya-biaya:
1. M eterai.............................................. Rp. 2.000,-
2. Redaksi............................................. Rp. 1.000,-
3. Administrasi K asasi......................... Rp. 1.997.000,-
Jum lah............... Rp. 2.000.000,-

400
KEPUTUSAN
N om or : 01 /P A IL IT /1999/P N .N IA G A /JK T.P S T

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang


memeriksa dan memutus perkara-perkara Kepailitan dalam tingkat
pertama telah menjatuhkan Keputusan sebagai berikut dalam permo­
honan Pailit d a ri:
• IBJ ASIA LIMITED, berkedudukan di Lantai 17, Two Pacific Place,
88 Queen Sway, Hong Kong, sebagai Pemohon I;
• KOREA COMMERCIAL FINANCE LIMITED, berkedudukan di Ka­
mar 4004, Jardine House 1 Connaught Place, Central Hong Kong,
sebagai Pemohon II;
• HANAREUM BANKING CORPORATION, berkedudukan di Lantai
3, Nawei Building, 6, 2-Ga Ulchi-ro, Chung-Ku, Seoul, 100-192 Korea,
sebagai Pemohon III;
Untuk selanjutnya Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III, disebut
sebagai Para Pemohon;

Terhadap:

• PT. CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI, berkedudukan di Gedung


Sentra Mulia, Lantai 7, Ruang 711 Jalan HR. Rasuna Said Kaveling X-6
No. 8 Jakarta 12940, untuk selanjutnya disebut sebagai: Termohon:
PENGADILAN NIAGA tersebut;
Telah membaca surat Permohonan Pemohon tersebut;
Telah membaca surat-surat dalam berkas permohonan yang
bersangkutan;
Telah membaca pula Penetapan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat tanggal: 6 Januari 1999, Nom or: 01/PAILIT/1999/
PN.NIAGA/JKT.PST, tentang Penunjukkan Majelis Hakim;
Telah mendengar pula keterangan Pemohon dan Termohon, di
persidangan;

401
TENTANG DUDUKNYA PERKARA
Menimbang, bahwa Para Pemohon melalui kuasa hukumnya,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus masing-masing untuk Pemohon I :
tanggal 22 Oktober 1998, untuk Pemohon II : tanggal 22 Oktober 1998
dan untuk Pemohon III : tanggal 27 November 1998, yang didaftarkan
di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 5
Januari 1999 dan tercatat dengan Reg. No. 01/PAILIT/PN.NIAGA/JKT.
PST., telah mengajukan hal-hal yang menjadi dasar permohonannya,
sebagai berikut:
1. Bahwa pada tanggal 29 Januari 1997, Termohon (sebagai Pe­
nerbit) PT. Bakrie Invenstindo dan Para Manager (yang terdiri dari
KEB (Asia) Finance Limited (cq Pemohon II), Shinhan Invesment
Bank dan J.P. Morgan Securities Asia Limited) membuat dan
menandatangani suatu perjanjian pengikatan (subcription Agree­
ment) (vide Bukti P-1), yang antara lain mengatur hal-hal berikut:
a. Termohon (sebagai penerbit) menyatakan kepada Para Manager
bahwa Termohon akan menerbitkan Obligasi sebesar US$
70,000,000 pada tanggal penutupan, yaitu tanggal 11 Februari
1997 yang dapat ditunda sampai dengan tanggal 11 Maret 1997
(disingkat "Tanggal Penutupan”);
b. Para Manager setuju untuk melakukan pembayaran pada tang­
gal Penutupan kepada Termohon atas Obligasi yang diterbitkan­
nya dalam jumlah dan denominasi Dollar Amerika yang telah
disepakati (yaitu sebesar US$ 70,000,000) dengan perincian se­
bagai berikut:
- KEB (Asia) Finance Limited US$ 20,000,000.00
- IBJ Asia Limited US$ 15,000,000.00
- Korea Commercial Finance Limited US$ 15,000,000.00
- Shinhan Invesment Bank US$ 15,000,000.00
- J.P. Morgan Securities Asia Limited US$ 5,000,000.00

2. Bahwa sebagai pelaksana Perjanjian Pengikatan ( Subcription


Agreement), Bukti P-1, telah dibuat dan ditandatangani perjanjian-
perjanjian berikut:
a. Perjanjian penerbitan Obligasi ( Indenture) tertanggal 5 Februari
1997, (vide Bukti P-3);
b. Perjanjian waran ( Warrant Agreement) tertanggal 5 Februari
1997, (vide Bukti P-4);
c. Perjanjian Agen Dana yang disisihkan (Sinking Fund Agreement)
tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-5);

402
d. Perjanjian Agen Pembayaran (Paying Agency Agreement) ter­
tanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-6);
e. Perjanjian Agen Penjaminan ( Security Agency Agreement) ter­
tanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-7);
f. Perjanjian Gadai Saham ( Share Pledge Agreement) tertanggal 5
Februari 1997, (vide Bukti P-8);
g. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia atas piutang untuk keper­
luan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti P-9);
h. Perjanjian Penagihan secara Fidusia Atas Hak Kepemilikan
untuk keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide
Bukti P-10);
i. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia Atas Benda tak Berwujud
untuk keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide
Bukti P-11);
j. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti
P-12);
k. Perjanjian (Agreement) tertanggal 12 Maret 1998, (vide Bukti
P-13);
3. Bahwa perjanjian penerbitan Obligasi (Indenture) tertanggal 5 Fe­
bruari 1997 sebagaimana telah diubah dan dinyatakan ulang
(Amended and Restated Indenture) pada tanggal 12 Maret 1998
berikut lampiran-lampirannya (disingkat “Lampiran”) Bukti P-2 dan P-3
pada pokoknya mengatur, antara lain hal-hal berikut:
a. Jumlah pokok Obligasi yang diterbitkan Penerbit cq. Termohon
adalah terbatas sampai dengan US$ 70,000,000;
b. Sesuai dengan Perjanjian Agen Dana yang disisihkan (Sinking
Fund Agency Agreement), Bukti P-5, penerbit wajib untuk mem­
bayar kepada Agen Dana yang disisihkan ( Sinking Fund), antara
lain:

(1) Pada atau sebelum tanggal penutupan cq. 11 Februari 1997


sebesar US$ 14,000,000;
(2) Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar US$
3,675,000 dan;
(3) Pada tanggal pembayaran Bunga, antara lain pada Februari
2000 sebesar US$ 11,200,000;
c. Dana yang disisihkan tersebut akan dipergunakan antara lain
untuk pembelian kembali atas penebusan Obligasi yang telah
jatuh tempo;

403
d. Peristiwa Cidera Janji (Event o f Default) terjadi dan berkelanjut­
an, antara lain apabila penerbit cq. Termohon (1) lalai melakukan
pembayaran atas dana yang disisihkan (Sinking Fund) pada atau
sebelum tanggal jatuh tempo, atau (2) lalai melakukan pem­
bayaran atas bunga pada tanggal jatuh tempo, atau (3) tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam setiap Dokumen-
dokumen Transaksi (Transaction Documents) dimaksud dalam
Bukti P-2 s/d P-13;
e. Apabila Peristiwa Cidera Janji terjadi dan berkelanjutan, maka
seluruh jumlah pokok Obligasi segera dinyatakan jatuh tempo
dan harus dibayar dengan cara pemegang mayoritas obligasi
memberitahukan percepatan jatuh tempo jumlah pokok obligasi
(akselerasi) kepada Penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie inves-
tindo dan Wali Amanat;

4. TERMOHON MEMPUNYAI 2 (DUA) ATAU LEBIH KREDITUR :

a. Bahwa berdasarkan Bukti P-1 s/d Bukti P-13 Surat-surat kete­


rangan (vide bukti P-14 s/d P-16), Pemohon I, Pemohon II dan
Pemohon III adalah pemegang masing-masing 21, 43% Obligasi
yang diterbitkan oleh Termohon;
b. Bahwa pemegang Obligasi lainnya disamping Pemohon I,
Pemohon II, Pemohon III yang juga merupakan kreditur-kreditur
Termohon sehubungan dengan penerbitan Obligasi ini
(“pemegang Obligasi lainnya”) adalah sebagai berikut:
(1) Pacific Rainbow Investment Limited-Labuan Malaysia
(2) Central Banking Corporation-Seoul
(3) Korea Exchange Bank (KEB) Seoul
(4) KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong

c. Bahwa disamping kewajiban atau hutang kepada Pemohon I,


Pemohon II, Pemohon III dan para pemegang Obligasi lainnya
dimaksud dalam 4.b di atas, Termohon juga mempunyai kewa­
jiban atau hutang kepada pihak ketiga lain (“kreditur-kreditur
lain”), yaitu:
(1) PT. Bakrie Finance Corporation Tbk.
(2) PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
(3) PT. Panin Sekuritas
(4) PT. Bank Arya Panduarta
(5) PT. Bank Susila Bhakti
(6) PT. Bank Pos Nusantara

404
(7) PT. Bank Dagang Negara (persero)
(8) PT. Bank Nasional
Satu dan lain berdasarkan laporan keuangan Termohon Tahun
1997 yang dibuat dan ditandatangani oleh Kantor Akuntan
Publik terdaftar Prasetio Utomo (Bukti P-17)

d. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Termohon mempunyai


hutang atau kewajiban kepada Pemohon I, Pemohon II dan
Pemohon III, para pemegang Obligasi lain dan kreditur-kreditur
lain sebagaimana diterangkan di atas, sehingga dengan
demikian telah terbukti menurut hukum Termohon mempunyai
lebih dari 2 (dua) Kreditur;

5. HUTANG ATAU KEWAJIBAN TERMOHON TELAH JATUH TEMPO


DAN DAPAT DITAGIH

a. Bahwa persyaratan 11 dari lampiran 3 Perjanjian, Bukti P-3,


menyatakan bahwa apabila peristiwa cidera janji terjadi dan ber­
kelanjutan maka pemegang Mayoritas Obligasi dengan pemberi­
tahuan kepada penerbit cq. Termohon, PT. Bakrie Investindo dan
Wali Amanat dapat menyatakan bahwa jumlah pokok Obligasi
segera menjadi jatuh tempo dan harus dibayar (Akselerasi);
b. Bahwa berdasarkan bukti-bukti di bawah ini, peristiwa Cidera
Janji telah terjadi dan berkelanjutan yang dilakukan oleh Termo­
hon, karena:
(1) Termohon lalai dalam melakukan pembayaran atas dana
yang disisihkan (Sinking Fund) sejumlah US$ 3,675,000
pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998;
(A) Bahwa berdasarkan Pasal 9 jo. Persyaratan 4 butir
lampiran 3 perjanjian, Bukti P-3, Termohon wajib
melakukan pembayaran atas dana yang disisihkan
(Sinking Fund Agent), antara lain :
(a) Pada atau sebelum tanggal penutupan yaitu 11
Februari 1997 sebesar US$ 14,000,000; jumlah
dana tersebut di atas telah dibayarkan oleh Ter­
mohon kepada Agen Dana yang disisihkan
(Sinking Fund Agent) sesuai dengan yang diper­
janjikan;
(b) Pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 sebesar
US$ 3,675,000;

405
(B) Bahwa ternyata sampai dengan tanggal diajukannya
permohonan ini Termohon belum atau lalai melakukan
pembayaran atas kewajiban penyetoran Dana yang
disisihkan (Sinking Fund) sejumlah US$ 3,675,000
pada atau sebelum tanggal 11 Juni 1998 dimaksud da­
lam butir (b) di atas.
(C) Bahwa sesuai fungsinya masing-masing, The Hong
Kong and Shanghai Banking Corporation Limited
(sebagai Agen Pembayaran) dan PT. Sigma Batara,
telah menegur atau mengingatkan Termohon untuk
melunaskan kewajibannya tersebut sebelum atau pada
saat jatuh tempo (11 Juni 1998), (vide Bukti P-18 s/d
P-21), namun Termohon tetap lalai dan tidak melunasi
kewajibannya tersebut (Bukti P-22);
(D) Bahwa karena Termohon lalai dan tetap tidak melunasi
kewajibannya sebelum dan pada saat jatuh tempo,
kelalaian mana berkelanjutan (karena melebihi 5 hari
kerja), maka pada tanggal 15 Juni 1998 Marine Midland
Bank sebagai Wali Amanat menyatakan kepada
Termohon bahwa telah terjadi Peristiwa Cidera Janji
berdasarkan Pasal 11 (a) Persyaratan 11 lampiran 3
Perjanjian Bukti P-3 dengan cara mengirimkan Surat
Pemberitahuan Peristiwa Cidera Janji kepada Termo­
hon (vide Bukti P-23);
(E) Bahwa dengan adanya pemberitahuan Cidera Janji ter­
sebut, maka jumlah pokok Obligasi segera jatuh tempo
dan harus dibayar dengan cara Pemegang Mayoritas
Obligasi mengirimkan pemberitahuan kepada penerbit
cq. Termohon PT. Bakrie Investindo dan Wali Amanat
yang isinya menyatakan jumlah pokok Obligasi yang
diterbitkan Termohon (yaitu US$ 70,000,000) segera
menjadi jatuh tempo dan harus dibayar (Akselerasi);
(F) Bahwa pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam
butir (E) di atas telah dikirimkan (1) oleh Kuasa Hukum
para Pemegang Mayoritas Obligasi pada tanggal 29 Juli
1998 kepada Termohon, PT. Bakrie Investindo, dan
Wali Amanat, dan (2) oleh Wali Amanat kepada Termo­
hon, PT. Bakrie Investindo, PT. Sigma Batara, The
Hong Kong and Shanghai Banking Corporation dan
Kuasa Hukum para Pemegang Obligasi dan Kuasa
Hukum Wali Amanat, yang intinya merupakan pemberi­
tahuan Akselerasi dari pemegang Mayoritas Obligasi
berdasarkan persyaratan 11 (a) jo 11 Lampiran 3 Per­
janjian Penerbitan Obligasi Bukti P-3 (Bukti P-24 dan
P-25);
(G) Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti
menurut hukum bahwa hutang atau kewajiban Termo­
hon kepada para Pemegang Obligasi (termasuk
Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III) telah jatuh
tempo dan dapat ditagih;

(2) Termohon lalai dalam melakukan pembayaran bunga sebe­


sar US$ 3,249,720.84 pada tanggal 11 Agustus 1998.
(A) Bahwa disamping kelalaian yang dikemukakan dalam
butir (1) di atas, Termohon juga lalai dalam memenuhi
kewajibannya membayar bunga yang diperjanjikan se­
besar US$ 3,249,720.84 pada tanggal 11 Agustus
1998;
(B) Bahwa atas kelalaian tersebut Termohon telah ditegur
oleh The Hong Kong and Shanghai Banking Corpora­
tion Limited (sebagai Agen Pembayaran Utama), (vide
Bukti P-26 dan P-27);
(C) Bahwa karena telah terjadi kelalaian dalam pembayaran
bunga tersebut maka, jumlah pokok Obligasi dapat
dinyatakan jatuh tempo dan harus dibayar satu dan lain
berdasarkan persyaratan 11 (a) jo 11 lampiran 3 perjan­
jian Penerbitan Obligasi Bukti P-3;
c. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, hutang atau kewajiban
Termohon kepada Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III
serta kepada Pemegang Obligasi lainnya telah jatuh tempo dan
dapat ditagih menurut hukum;
6. Bahwa walaupun yang mengajukan permohonan ini hanya Pemo­
hon I, Pemohon II dan Pemohon III, namun sesuai dengan Pasal 15,
Perjanjian Bukti P-3, kelalaian dalam melakukan pembayaran ter­
hadap pemegang Obligasi dianggap juga telah terjadi terhadap pe­
megang Obligasi lainnya, sehingga dengan demikian kelalaian di­
maksud dalam butir 5.b. di atas telah terjadi pula terhadap peme­
gang obligasi lainnya, karenanya jumlah pokok obligasi yang diter­
bitkan Termohon ini sebagaimana diperincikan dalam butir 7 di
bawah ini sebagaimana diperincikan dalam butir 7 di bawah ini dan
dipegang oleh Pemegang Obligasi lainnya dan Pemohon I, Pemo-

407
hon II dan Pemohon III menurut Perjanjian Bukti P-3 telah jatuh
tempo dan dapat ditagih menurut hukum\
7. Bahwa adapun perincian dari jumlah pokok Obligasi yang telah jatuh
tempo dan harus dibayar adalah sebagai berikut:

(a) IBJ Asia Limited cq. Pemohon I US$ 12,787,500


(b) Korea Commercial Finance cq. Pemohon II US$ 12,787,500
(c) Hanareum Banking Corporation
cq. Pemohon III US$ 12,787,500
(d) Pacific Rainbow Invesment Limited Labuan,
Malaysia US$ 17,050,000
(e) Central Banking Corporation-Seoul US$ 1,705,000
(f) Korean Exchange Bank (KEB) Seoul US$ 1,705,000
(g) KEB (Asia) Finance Limited-Hong Kong US$ 825.500
Jumlah US$ 59,675,000
8. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, telah terbukti menurut hu­
kum bahwa Termohon (sebagai Debitur) mempunyai lebih dari 2
(dua) kreditur, yaitu Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, peme­
gang Obligasi lainnya, dan kreditur-kreditur lain sebagaimana dite­
rangkan di atas, dan tidak membayar sedikitnya satu (dalam hal ini
lebih dari 1 (satu) utang atau kewajiban yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, satu dan lain berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu No.
1 tahun 1998 sebagaimana yang telah diundangkan berdasarkan
UU No. 4 Tahun 1998;
9. Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Perpu No. 1 Tahun 1998 se­
bagaimana yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun
1998, Pemohon I, Pemohon I dan Pemohon III mohon kepada
Majelis Hakim yang terhormat untuk menerima dan mengabulkan
permohonan ini, karena permohonan ini telah didasarkan pada fakta
atau keadaan yang telah terbukti seara sederhana untuk dinyatakan
pailit berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 seba­
gaimana yang telah diundangkan berdasarkan UU No. 4 Tahun
1998;
10. Bahwa untuk mencegah Termohon melakukan tindakan terhadap
kekayaannya sehingga dapat merugikan kepentingan Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III dalam rangka pelunasan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun
1998 sebagaimana yang telah di Undangkan berdasarkan UU No. 4

408
Tahun 1998, Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III mohon
kepada Mejelis Hakim yang terhormat untuk:
(a) Meletakkan sita jaminan terhadap seluruh kekayaan Termohon,
atau;
(b) Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau
pengagunan kekayaan Termohon dalam rangka kepailitan
memerlukan persetujuan Kurator;
11. Bahwa sehubungan dengan permohonan pernyataan Pailit ter­
hadap Termohon, Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III mohon
kepada Majelis Hakim terhormat yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk berkenan menunjuk dan/atau mengangkat:
(a) Hakim Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, dan;
(b) Drs. Jusuf Wibisono, M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertu­
gas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Maka berdasarkan alasan dan dasar hukum di atas, Pemohon I,
Pemohon II dan Pemohon III mohon agar Majelis Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan
mengadili perkara ini untuk berkenan memutuskan sebagai berikut:
I. Mengabulkan seluruh permohonan pailit Pemohon I, Pemohon II
dan Pemohon III;
II. Menyatakan Pemohon dalam keadaan pailit dengan segala akibat
hukumnya;
III. Menyatakan seluruh kekayaan Termohon baik yang bergerak mau­
pun yang tidak bergerak diletakkan dalam sita jaminan;
IV. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat seorang Hakim
Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan Hukum
yang berlaku;
V. Menyatakan menunjuk dan/atau mengangkat Drs. Jusuf Wibisono,
M.Ec. sebagai Kurator yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku;
VI. Menghukum Termohon untuk membayar biaya dan ongkos perkara;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan


telah datang menghadap Kuasa Para Pemohon, yaitu : JONI ARIES
BANGUN, SH„ WILLIAM SETI AWAN PALIJAMA, SH. dan LINNA
SIMAMORA, SH. Advokat dan Konsultan Hukum pada Firma Hukum :
HANAFIAH & PONGGAWA. beralamat di Gedung BNI Lantai 24, Jalan
Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta 10220, masing-masing berdasarkan

409
Surat Kuasa Khusus, untuk Pemohon I : tanggal 22 Oktober 1998,
untuk Pemohon II tanggal 22 Oktober 1998 dan untuk Pemohon III :
tanggal 27 November 1998. Sedangkan untuk Termohon datang
menghadap kuasanya, yaitu : MUNIR FUADY, SH.MH..LL.M., TOMMY
S. SINGGIH BHAIL, SH„ LL.M. dan FREDDY T. SIMATUPANG, SH.,
Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor FUADY. TOMMY. AJI
WIJAYA berkantor di Wisma Bumiputra, Lantai 7 # 701, Jalan Jend.
Sudirman Kav. 75 Jakarta 12910 masing-masing berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 11 Januari 1998;

Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat per­


mohonan Para Pemohon tersebut di atas, yang isinya tetap diperta­
hankan oleh Para Pemohon;
Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar pula kete­
rangan Termohon atas permohonan Para Pemohon tersebut di atas,
yang pada pokoknya mengemukakan tanggapannya sebagai berikut:
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Ta­
hun 1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang oleh Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998, Permohonan Peninjauan Kembali a quo
beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan
yang dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh
karena itu formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah meng­
ajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
1. PERJANJIAN PENERBITAN OBLIGASI TIDAK PERNAH DIAKHIRI ATAU
DIBATALKAN :

1.1. Bahwa, sampai dengan tanggal disampaikannya Tanggapan


ini, Perjanjian Penerbitan Obligasi ( Indenture) tertanggal 5
Februari 1997 sebagaimana telah diubah dan dinyatakan
ulang (Amended and Restated Indenture) pada tanggal 12 Ma­
ret 1998 (vide Bukti T-2A) serta peijanjian-perjanjian pelak­
sanaannya yaitu:
a. Perjanjian Pengikatan ( Subcription Agreement) tertanggal 5
Februari 1997, (vide Bukti T-3);
b. Perjanjian Waran ( Warrant Agreement) tertanggal 5 Fe­
bruari 1997, (vide Bukti T-4);
c. Perjanjian Agen Dana Yang Disisihkan ( Sinking Fund
Agreement) tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti T-5);

410
d. Perjanjian Agen Pembayaran (Paying Agency Agreement)
tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti T-6);
e. Perjanjian Agen Penjaminan ( Security Agency Agreement)
tertanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti T-7);
f. Perjanjian Gadai Saham ( Share Pledge Agreement) ter­
tanggal 5 Februari 1997, (vide Bukti T-8);
g. Perjanjian Pengalihan Secara Fidusia Atas Piutang untuk
keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997, (vide
Bukti T-9);
h. Perjanjian Penagihan Secara Fidusia Atas Hak Kepemilikan
untuk keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari 1997,
(vide Bukti T-10);
i. Perjanjian Pengalihan secara Fidusia Atas Benda tak Ber­
wujud untuk keperluan penjaminan tertanggal 5 Februari
1997, (vide Bukti T-11);
(selanjutnya dalam Tanggapan ini disebut sebagai “Dokumen
Transaksi”) belum dan tidak pemah diakhiri ataupun dibatal­
kan oleh para pemegang obligasi. Dengan demikian, setiap
dan seluruh ketentuan dalam Dokumen Transaksi tetap ber­
laku umum yaitu “pacta sun s e rv a n d a maka dari itu para pi­
hak dalam Dokumen transaksi termasuk pada para Pemohon
dan Termohon harus mentaati dan tunduk kepada janji-janji
dan kesepakatan-kesepakatan sebagaimana diatur dalam
ketentuan-ketentuan dalam Dokumen transaksi;
1.2. Bahwa, Obligasi belum jatuh tempo sampai dengan tanggal
11 Februari 2002 hal mana jelas dan tegas disebutkan dalam
Dokumen sebagai berikut: (i) Offering Circular (“Penawaran”)
(vide Bukti T-12), (ii) Perjanjian Penerbitan Obligasi (vide
Bukti T-2), (iii) Lampiran 3 Tentang Terms And Conditions
Pasal 7 (a) dan 7 (b) (vide Bukti T-2B) dan (iv) seluruh per­
janjian pelaksanaannya (vide Bukti T-4 sampai T-11) se­
hingga obligasi-obligasi yang diterbitkan oleh Termohon tetap
berlaku, dan dengan demikian kewajiban Termohon untuk
menembus obligasi baru akan dan hanya akan timbul pada
tanggal 11 Februari 2002 (selanjutnya disebut “Tanggal Jatuh
Tempo”) atau jika Termohon menggunakan haknya sebagai­
mana diatur dalam Pasal 7 (c) dari Lampiran 3 (vide Bukti T-
4) maka Termohon dapat menembus obligasi secara lebih
awal dari Tanggal Jatuh Tempo yaitu pada tanggal 11 Febru­
ari 2001;

411
2. TERMOHON TIDAK MEMILIKI UTANG YANG TELAH JATUH TEMPO DAN
DAPAT DITAGIH KEPADA PARA PEMOHON :

2.1. Bahwa, dengan terjadinya peristiwa Cidera Janji dan disam­


paikannya surat pemberitahuan peristiwa cidera janji ( Notice
o f Event o f Default) (Vide Bukti T-13) maka konsekwensi hu­
kum yang timbul berdasarkan Dokumen Transaksi adalah se­
bagai berikut:
2.1.1. Dalam alinea keempat Offering Circular (Penawaran)
(vide bukti T-12) disebutkan :
“If the Issuer defaults, PT. Bakrie Investindo (“BIN") is
required to purchase the Bonds at par plus the accured
interest a premium and to purchase the Warrants"
Yang terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
“Apabila Penerbit cidera janji, PT. Bakrie Investindo
(“BIN”) berkewajiban membeli Obligasi pada harga pari
ditambah bunga dan premi dan wajib membeli Waran”;
2.1.2. Dalam Pasal 11 Lampiran 3 ( Terms and Conditions)
(vide Bukti T-2B) disebutkan sebagai berikut:
“If any o f the following events (each an “Event o f De­
fault’) shall occur and shall be continuing: (a), ... (b), ...
(c) , ... ( r ) :
then the Majority bondholders by notice to the Issuer,
BIN and the Trustee, may declare the principal amount
o f the Bonds to be due and payable immediately on the
terms set forth below, and upon any such declaration
the same shall become and shall be so immediately
due and payable, and BIN shall purchase the Bonds
from the Bondholders at their principal amount together
with interest accured from the immediately preceding
Interest Payment Date To and including the date of
payment, plus a premium in an amount which would
give the Date o f Payment an internal rate o f return of
twelve percent (12%) per annum calculated annually
inclusive interest paid from the Closing Date through
the date o f payment"
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
Apabila salah satu dari perbuatan berikut (masing-
masing sebagai “Perbuatan Cidera Janji”) terjadi dan
terjadi secara terus menerus : ( a ) ,.... (b ),.... (c),.... (r);

412
Maka Pemegang obligasi mayoritas dengan pemberita­
huan kepada Penerbit (Termohon), BIN, dan Trustee, da­
pat mengumumkan jumlah hutang pokok menjadi jatuh
tempo dan dapat dibayar segera sesuai dengan per­
syaratan di bawah ini, dan setelah adanya pengumuman
ini jumlah hutang pokok dinyatakan dan dinyatakan
segera jatuh tempo dan dapat dibayar, dan BIN harus
membeli Obligasi dari pemegang Obligasi pada harga
pari ditambah bunga yang terjadi dari Tanggal Pem ­
bayaran bunga yang terakhir sampai dan termasuk
tanggal pembayaran ditambah premi dalam jumlah
yang akan diserahkan kepada Pemegang Obligasi
untuk jangka dari Tanggal Penutupan sampai dengan
tanggal pembayaran suatu tingkat suku bunga internal
pengembalian sebesar dua belas persen (12%) perta-
hun dihitung secara tahunan termasuk bunga yang di­
bayarkan dari Tanggal Penutupan sampai tanggal
pembayaran;
2.1.3. Dalam Pasal 6 Amended and Restated Indenture (vide
T-2A) disebutkan :
Section 6 purchase Obligation
(a) Bin agrees and acknoledges that if an Event o f
Default shall accure and the Bonds shall become due
and payable pursuant to Condition 11, BIN shall pur­
chase the Bonds as provided in Condition 11 (such
obligation is hereinafter referred to as the “Purchase
Obligation”;
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
BIN setuju dan mengakui jika terjadinya Peristiwa
Cidera Janji dan Obligasi menjadi jatuh tempo dan
harus dibayar berdasarkan Persyaratan 11, maka BIN
wajib membeli Obligasi sebagaimana ditentukan dalam
Persyaratan 11 (kewajiban tersebut selanjutnya dise­
but “Kewajibn Membeli”;
2.1.4. Dalam Minutes o f Bondholders Meeting dalam pernya­
taan Bondholders No 8 (vide Bukti T-14) disebutkan
sebagai berikut:
Anteve has not complied with its sinking fund require­
ments (which is an event o f default) and Note Holder

413
may exercise their contractual rights to put the Notes to
BIO (BIN).
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
Anteve telah melalaikan kewajiban untuk menyetorkan
Sinking Fund (yang merupakan Peristiwa Cidera Janji)
dan pemegang Obligasi dapat melaksanakan haknya
untuk menjual Obligasi kepada BIO (BIN);
2.1.5. Dalam alinea kedua dari Notice o f Acceleration ter­
tanggal 29 Juli 1998 (vide Bukti T-15A) disebutkan se­
bagai berikut:
“Pursuant to the Indenture and the Conditions of the
Bonds : (i) BIN is now obligated to purchase the Bonds
pursuant to the terms o f the Purchase Obligation; (ii)
the principal amount o f the Bonds are immediately due
and payable pursuant to the terms set forth in Condi­
tion 11 of the Bonds; and (iii) upon proper indemnifica­
tion to the Security Agent, the Bondholders may exer­
cise rights under the security documents in Condition 4
(b) of the Bonds"
Yang terjemahan resminya (vide Bukti T-15B) adalah
sebagai berikut:
“Berdasarkan Indentur dan Persyaratan Obligasi : (i)
BIN kini diwajibkan untuk membeli obligasi berdasar­
kan ketentuan Kewajiban Pembeli; (ii) jumlah pokok
dari obligasi segera jatuh tempo dan harus dibayar
berdasarkan ketentuan yang diuraikan pada Per­
syaratan 11 dari obligasi; dan (iii) indemnifikasi seba­
gaimana mestinya kepada Agen Jaminan, para peme­
gang Obligasi dapat melaksanakan hak menurut
dokumen jaminan yang uraikan pada Persyaratan 4 (b)
dari Obligasi;
2.2. Dari ketentuan-ketentuan di atas, maka apabila terjadi Peris­
tiwa Cidera Janji (Event o f Default) BIN berkewajiban untuk
membayar utang dengan cara membeli Obligasi dari peme­
gang Obligasi, sedangkan kewajiban Termohon untuk me­
nembus (reedem ) baru akan timbul pada Tanggal Jatuh
Tempo yaitu 11 Februari 2002;
2.3. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, maka jelas Termo­
hon mulai dari tanggal disampaikannya Notice of Acceleration

414
(vide Bukti T-15A) sampai pada saat/tanggal diajukannya
Permohonan pernyataan Pailit tidak mempunyai kewajiban
membayar kepada pemegang Obligasi dan termasuk kepada
Para Pemohon atau Termohon tidak mempunyai utang yang
jatuh tempo dan dapat ditagih terhadap para Pemohon; akan
tetapi sesuai dengan dasar dan alasan di atas serta keten­
tuan dalam Dokumen Transaksi maka yang harus melakukan
pembayaran adalah PT. Bakrie Investindo (BIN) dengan cara
membeli kembali seluruh Obligasi ditambah bunga;
2.4. Bahwa Para Pemohon dalam Permohonannya telah mengu­
tip secara sepotong-potong klausula dari dokumen Transaksi
yang dapat dan pasti memberikan persepsi yang salah
kepada Majelis Hakim karena esensi dari klausula dan
ketentuan dalam Dokumen Transaksi harus dilihat secara
utuh sebagai satu kesatuan, sebagai contoh dalam Butir 5. A.
(Persyaratan 11), Pemohon tidak mengutip penuh satu kali-
matpun, kutipan kalimat tersebut dapat dilihat di butir 2.1.2
dari Tanggapan ini;
2.5. Bahwa, berdasarkan bukti-bukti di atas, secara sah dan
menurut hukum terhitung sejak tanggal Notice o f Acceleration
(vide Bukti T-15A) sampai dengan tanggal disampaikannya
Permohonan Pernyataan Pailit Termohon tidak mempunyai
utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih kepada para
Pemohon.
Karenanya, syarat yang ditetapkan berdasarkan Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, yaitu “tidak m em ­
bayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih” tidak dipenuhi. Dengan demikian terhadap Termohon
tidak dapat dimohonkan pernyataan pailit oleh para Pemohon;

3. PARA PEMOHON DAN TERMOHON TELAH MENYETUJUI UNTUK


MELAKUKAN PENJADWALAN ULANG ATAS OBLIGASI:

3.1. Bahwa, dengan tetap memperhatikan alasan dan dasar yang


dikemukakan di atas dapat kami tambahkan bahwa sung­
guhpun Obligasi baru jatuh tempo tahun 2002 Para Pemohon
dan Termohon telah menyetujui untuk melakukan penjad­
walan ulang (restrukturisasi) atas obligasi, hal mana ternyata
secara jelas dan tegas dalam surat Pemohon I tertanggal 9
Oktober 1998 (vide Bukti T-16B), yang meminta Termohon
untuk mengirimkan kepada Pemohon l usaha rencana pen­
jadwalan ulang {restructuring plan)]

415
3.2. Bahwa, memenuhi permintaan Pemohon I tersebut dalam bu­
tir 3.1 di atas, Termohon melalui surat-suratnya tertanggal 2
Desember 1998 dan 28 Desember 1998 telah menyampaikan
dan mengirimkan usulan rencana penjadwalan ulang atas
obligasi kepada pemegang obligasi, termasuk kepada Para
Pemohon (vide Bukti-bukti T-17 dan T-18);
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas tidak terbukti secara
sah dan dapat ditagih kepada Para Pemohon, sehingga syarat ti­
dak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tidak terpenuhi;
Maka, berdasarkan alasan-alasan dan dasar hukum di atas
Termohon mohon agar Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadil­
an Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa Permohonan Pernyataan
Pailit ini berkenan untuk memutuskan, sebagai berikut:
1. Menolak seluruh Permohonan Pailit dari Para Pemohon;
2. Menghukum Para Pemohon untuk membayar biaya dan ongkos
perkara;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonannya, Para
Pemohon di persidangan melalaikan kuasa hukumnya telah mengajukan
bukti-bukti berupa foto copy surat-surat yang telah dibubuhi meterai
secukupnya, yaitu diberi tanda P-1 sampai dengan P-27;
Menimbang, bahwa foto copy surat-surat bukti tersebut, yaitu bukti
P-1 sampai dengan P-15 telah disesuaikan dengan aslinya di persidang­
an, sedangkan bukti P-16 sampai dengan bukti P-27, tidak dapat dise­
suaikan oleh karena bukti aslinya tidak dapat ditunjukkan oleh kuasa hu­
kum para Pemohon;
Menimbang, bahwa atas tanggapan dari Termohon tersebut di
atas, Kuasa Hukum Para Pemohon telah mengajukan bukti tambahan
yaitu berupa foto copy surat yang telah dibubuhi meterai secukupnya,
dan telah disesuaikan dengan aslinya, yaitu : berupa surat dari IBJ Asia
Limited Hong Kong tertanggal 12 Januari 1999;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan tanggapannya di persi­
dangan Termohon melalui kuasa hukumnya telah mengajukan bukti-bukti
berupa foto copy surat-surat yang telah dibubuhi meterai secukupnya,
yaitu diberi tanda T-1 sampai dengan T-18;
Menimbang bahwa foto copy surat-surat bukti tersebut, yaitu bukti
T-1, T-3 sampai dengan T-12, T-15, T-17 dan T-18 telah disesuaikan
dengan aslinya di persidangan, sedangkan bukti T-2a.b. T-13, T-14 dan

416
T-16.a.b tidak dapat disesuaikan oleh karena aslinya tidak dapat ditun­
jukkan oleh kuasa hukum Termohon;
Menimbang, bahwa untuk menyingkat uraian Keputusan ini maka
segaala sesuatu yang telah dimuat di dalam Berita Acara Sidang diang­
gap sudah termasuk pula dalam duduknya perkara ini;
Menimbang, bahwa pada akhirnya Para Pemohon dan Termohon
masing-masing melalui kuasa hukumnya sebagaimana tersebut di atas,
telah menyatakan tidak akan mengajukan apa-apa lagi dan telah mohon
Keputusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Para Pemo­


hon adalah seperti tersebut di atas;

Menimbang, bahwa karena dikemukakan oleh Para Pemohon dan


diakui setidak-tidaknya tidak disangkal oleh Termohon dan atau sebalik­
nya, serta dihubungkan pula dengan alat-alat bukti berupa surat-surat
sebagaimana yang terlampir di dalam Berita Acara Sidang dalam
perkara ini, maka telah terbukti hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa pada tanggal 5 Februari 1977 telah dibuat Perjanjian Penerbit­
an Obligasi senilai terbatas sampai US$ 70,000,000 antara Termohon
sebagai Penerbit, Bakrie Investindo (BIN) dan Marine Midland Bank
sebagai para Wali Amanat, Hong Kong and Shanghai Banking Corpo­
ration Limited sebagai Agen Pengesahan;
- Bahwa dalam Lampiran Perjanjian Penerbitan Obligasi yang diubah
dan dinyatakan ulang (Amended and Restated Indenture) telah
ditentukan keadaan-keadaan tentang terjadinya Cidera Janji (event o f
default) dan berkelanjutan yaitu antara lain :
• Bila Termohon lalai melakukaan pembayaran atas dana yang
disisihkan ( Sinking Fund) pada atau sebelum tanggal jatuh tempo;
• Bila Termohon lalai melakukan Pembayaran atas bunga;
Maka Pemegang Mayoritas Obligasi dapat menyatakan bahwa jum­
lah pokok dari Obligasi menjadi jatuh tempo dan harus dibayar segera
(halaman 112 Bukti P -3 : Perjanjian Penerbitan Obligasi yang diubah
dan dinyatakan ulang (Amanded and Restates Indenture);
- Bahwa Termohon telah lalai melaksanakan pembayaran atas dana
yang disisihkan ( Sinking Fund) karenanya Termohon telah ditegur
oleh Hong Kong Bank and Sigma Batara, untuk melaksanakan Pem ­
bayaran atas Sinking Fund sebelum atau pada tanggal 11 Juni 1998;

417
- Bahwa Termohon telah lalai membayar bunga karenanya Termohon
telah ditegur oleh The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation
Limited selaku agen pembayaran utama untuk melaksanakan pem­
bayaran bunga yang jatuh tempo pada tanggal 11 Agustus 1998;
Menimbang, bahwa dengan demikian yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah:
1. Apakah dalam perjanjian yang dibuat antara Pemohon dengan Ter­
mohon tersebut ada ketentuan yang mengatur tentang jatuh waktu
selain dari pada jatuh waktu yang ditetapkan dalam perjanjian terse­
but;
2. Apakah dalam perjanjian tersebut ada diatur mengenai akibat-akibat
hukum dari jatuh waktu selain dari jatuh waktu yang ditetapkan da­
lam perjanjian tersebut;
Menimbang, bahwa mengenai pertanyaan 1 tersebut di atas,
Pengadilan mempertimbangkan sebagai berikut:
- Bahwa dalam perjanjian yang telah disepakati antara Pemohon dan
Termohon dalam Pasal 11 angka 11 lampiran 3, bukti P -3 : Perjanjian
Obligasi yang diubah dan dinyatakan ulang (Amended and Restates
Indenture), ada diatur mengenai event o f default yang antara lain
disebut bahwa event of default terjadi apabila :
1. Termohon lalai melakukan pembayaran atas Sinking Fund;
2. Termohon lalai membayar bunga;
- Bahwa apabila terjadi event o f default maka hal tersebut mengakibat­
kan terjadinya percepatan kematangan/jatuh tempo (accelerated
maturity);
- Bahwa dengan terjadinya accelerated maturity tersebut menurut hu­
kum, maka tanggal jatuh waktu yang ditentukan dalam perjanjian ter­
sebut (i.c 11 Februari tahun 2002) dipercepat jatuh waktunya menjadi
tangga! terjadinya percepatan kematangan/jangka waktu (accelerated
maturity) tersebut;
- Bahwa dengan telah terbuktinya bahwa Termohon tidak membayar
(menyetor) Sinking Fund dan bunga yang sudah harus dibayar pada
tanggal 11 Juni 1998 dan tanggal 11 Agustus 1998, maka menurut
hukum telah terjadi percepatan kematangan/jatuh waktu atas hutang
Termohon tersebut;
Menimbang, bahwa dengan demikian menjadi pertanyaan utama
dalam perkara ini adalah, pertanyaan sebagaimana disebut pada angka
(2) di atas yaitu mengenai akibat-akibat hukum kalau terjadi event of de­
fault tersebut;

418
Menimbang, bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa
dalam perjanjian antara Pemohon dan Termohon telah ditentukan dalam
Pasal 11 lampiran 3 bukti P-3 : Perjanjian Obligasi yang diubah dan
dinyatakan ulang (Amended and Restates Indenture) ketentuan kapan
dalam hal bagaimana telah terjadi event o f default dan akibat hukumnya,
dan dalam bagian 6 bukti P-3 : Perjanjian Penerbitan Obligasi yang di­
ubah dan dinyatakan ulang (Amended and Restates Indenture) juga
diatur mengenai akibat-akibat dari adanya event of default,
Menimbang, bahwa persyaratan 11 dalam lampiran 3 bukti P-3
Perjanjian Penerbitan Obligasi yang diubah dan dinyatakan ulang
(Amended and Restates Indenture), halaman 107 dan halaman 112 ber­
bunyi sebagai berikut:

Huruf (a) Penerbit atau BIN lalai untuk membayar (atau mem­
bayar pada waktunya dalam mata uang dalam cara
yang ditetapkan dalam Dokumen Transaksi (sebagai­
mana didefinisikan di bawah ini) (i) suatu uang pokok
atau jumlah pembayaran dari, atau suatu bunga atau
premi atas, Obligasi manapun dalam jangka waktu
Lima Hari Kerja dari tanggal jatuh tempo untuk pem ­
bayaran : atau (ii) suatu pembayaran yang hams di­
lakukan kepada Dana yang Disisihkan berdasarkan
Persyaratan 4 (a) pada tanggal jatuh tempo tersebut,
Huruf (r)
Alinea terakhir : Pemegang Mayoritas Obligasi dengan pemberitahuan
kepada Penerbit, BIN dan Penjamin, dapat menyata­
kan bahwa jumlah pokok dari Obligasi menjadi jatuh
tempo dan harus dibayar dengan segera dengan
aturan-aturan di bawah ini, dan dengan penyertaan
tersebut jumlah tersebut menjadi dan menjadi jatuh
tempo dan hams dibayar segera, dan BIN wajib mem­
beli Obligasi dari Pemegang Obligasi pada jumlah po­
koknya bersama dengan bunga yang telah tumbuh dari
Tanggal Pembayaran Bunga yang terakhir sampai dan
sampai dan termasuk tanggal pembayaran, ditambah
premi;

dan bagian/secf/on 6 : Purchase Obligation dari Amended and Restated


Indenture (bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

419
Huruf (a) : BIN agrees and acknowledges that if an Event o f Default
shall occur and the Bonds shall become due and payable
pursuant to Condition 11, BIN shall purchase the Bonds
as provided in Condition 11 (such obligation is hereinafter
referred to as tha “Purchase Obligation")

Terjemahannya berbunyi sebagai berikut:

BIN setuju dan mengakui bahwa jika terjadi Peristiwa


Cidera Janji dan Obligasi menjadi jatuh tempo dan harus
dibayar berdasarkan Peryaratan 11, BIN akan membeli
Obligasi sebagaimana ditentukan dalam Persyaratan 11
(Kewajiban tersebut selanjutnya disebut “Kewajiban
Membeli:);

Menimbang, bahwa dari kedua ketentuan tersebut di atas, Peng­


adilan berpendapat bahwa kalau terjadi event o f default, maka akan
menimbulkan akibat hukum:
1. Bahwa perjanjian antara Pemohon jatuh waktu (accelerated maturi­
ty):
2. Bahwa accelerated maturity tersebut menimbulkan hak kepada Para
Pemohon untuk menuntut pembayaran obligasi tersebut kepada BIN
dengan cara BIN wajib membeli obligasi tersebut dari para peme­
gang berdasarkan harga yang telah ditetapkan, yaitu : “pada harga
pari ditambah harga dan premi dan wajib membeli waran”
Dengan demikian apabila terjadi accelerated maturity, maka yang men­
jadi Debitur terhadap pemenuhan kewajiban untuk membayar obligasi
tersebut kepada Para Pemohon, bukanlah Termohon sebagai issuer
akan tetapi adalah BIN yang wajib membeli obligasi tersebut berdasar­
kan harga yang telah disepakati bersama tersebut di atas.
Atau dengan kata lain apabila terjadi accelerated maturity, maka yang
menjadi Debitur terhadap pemenuhan hak-hak dari Pemohon bukanlah
Termohon sebagai issuer akan tetapi adalah BIN, sebagaimana telah
diuraikan di atas. Bahwa kewajiban Termohon sebagai issuer kepada
Para Pemohon sebagai pemegang obligasi tersebut barulah timbul apa­
bila jatuh waktu yang disebut dalam perjanjian tersebut sudah tiba wak­
tunya, yaitu tanggal 11 Februari 2002;
Menimbang, bahwa berdasarkan segala sesuatu yang telah di­
uraikan di atas, Pengadilan berpendapat bahwa permohonan Para

420
Pemohon yang memohon agar Termohon dinyatakan Pailit haruslah
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Para Pemohon
ditolak mana biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada
Para Pemohon;
Mengingat, pasal-pasal dari ketentuan-ketentuan lain dari Undang-
undang dan hukum yang bersangkutan;

MEMUTUSKAN

1. Menolak permohonan Para Pemohon;


2. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Para
Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Mejelis


Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari RABU, tanggal 27
Januari 1999, oleh kami : SIHOL SITOMPUL. SH.. sebagai Hakim
Ketua Majelis, HIRMAN PURWANA SUMA, SH.. dan SYAMSUDIN
MAN AN SI NAGA. SH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, selan­
jutnya Putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum, pada h a ri: KAMIS, tanggal 28 Januari 1999 oleh Majelis
Hakim yang sama dengan dibantu Panitera Pengganti: ADI WAHYONO.
SH.. dengan dihadiri oleh Kuasa Para Pemohon dan Kuasa Termohon;

HAKIM KETUA MAJELIS

ttd.

SIHOL SITOMPUL SH.

HAKIM-HAKIM A N G G O TA :

ttd.

HIRMAN PURWANA SUMA SH.

ttd.

SYAMSUDIN MANAN SINAGA. SH.MH.

421
PANITERA PENGGANTI

ttd.

ADI WAHYONO. SH.


- Penerimaan permohonan kasasi telah melampaui tenggang yang ditentukan dalam
Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998.

X. PERKARA K EPA H ITA N : PT. DHARMALA SA K TI SEJAHTERA

(Putusan Mahkamah Agung R I, Nomor : 10 P K /N /1999)

Pihak b e rp e rk a ra :
- PT. Hanil Bakrie Finance Corporation : Pemohon Peninjauan Kembali/
Pemohon Kasasi/Pemohon
Pailit;

terhadap :

- PT. Dharmala Sakti Sejahtera : Termohon Peninjauan Kembali/


Termohon Kasasi /Termohon
Pailit;

1. Putusan : Permohonan Peninjauan Kembali

- Mahkamah Agung R I, tanggal 27 Mei 1999, Nomor : 10


PK /N /1999.
1 .1 . Amar Putusan :
- Menolak permohonan peninjauan kembali dari pemohon
peninjauan kembali PT. Hanil Bakrie Finance Corpora­
tion;
- Dan seterusnya;

1 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa alasan ad. 1.1 dapat dibenarkan, namun tidak
dapat dijadikan alasan untuk membatalkan putusan yang
dimohonkan kasasi, karena hal tersebut tidak mempenga­
ruhi materi perkara;
- bahwa alasan ad. 1 .2 , ad. I I dan ad. m tidak
dapat dibenarkan karena bukan merupakan alasan
permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
_______ dalam Pasal 286 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998;

423
2. Putusan : Permohonan Kasasi

- Mahkamah Agung R I, tanggal 12 April 1999, Nomor : 08


K /N /1 9 9 9 .
2 .1 . Am ar Putusan :
- Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : PT.
Hanil Bakrie Finance;
- Dan seterusnya;
2 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa permohonan kasasi dari pemohon kasasi PT.
Hanil Bakrie Finance diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tang­
gal 23 Februari 1999, sedangkan putusan yang dimo­
honkan kasasi i.c. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadil­
an Negeri Jakarta Pusat Nomor 07/P ailit/1999/P N .
N iag a/Jkt. Pst. ditetapkan pada tanggal 15 Februari
1999, dengan demikian penerimaan permohonan kasasi
telah melampaui tenggang yang ditentukan dalam Pasal 8
ayat (2 ) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun
1998;

3. Putusan : Pengadilan Niaaa

- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,


tanggal 15 Februari 1999, Nomor : 07/P ailit/1999/P N .N iag a/
J kt. Pst.
3 .1 . Am ar Putusan :
- Menolak permohonan pemohon seluruhnya;
- Dan seterusnya;
3 .2 . Pertimbangan Hukum :
- bahwa Prom issory N o te No. 0 0 0 8 4 (P-4) yang
bernilai US$ 2,000,000 dan No. 0 0 0 8 0 (P-5) yang
bernilai US$ 102,059.02 diterbitkan oleh termohon

424
pada tanggal 6 Januari 1998 dan kedua-duanya ja tu h
tempo pada tanggal 7 Juli 1998;
- bahwa alat bukti P-8, P-9 dan P-10 erat sekali
hubungannya dan dapat dilihat bahwa utang pokok yang
dijadwalkan pembayarannya untuk 1 (satu) tahun, kemu­
dian diterima (tidak ditolak) oleh pemohon, hanya pem­
bayaran bunga yang didesak oleh pemohon untuk d i­
bayar;
- bahwa dengan adanya bukti T -l, maka termohon t i ­
dak terbukti telah wanprestasi yaitu tidak membayar
utangnya yang disebut dalam Prom issory N ote No.
0 0 0 8 4 senilai U S$ 2 ,0 0 0 ,0 0 0 karena menurut T - l ,
utang itu baru jatuh tempo pada tanggal 7 Juli 1999,
karenanya termohon baru wajib membayar utang te rs e ­
but pada tanggal 7 Juli 1999;
- bahwa berhentinya termohon membayar utang s e ­
bagai kewajiban kedua yaitu pembayaran tanggal 1 D e ­
sember 1998, seperti dijadwalkan dalam faximile tang­
gal 25 September 1998 (T -l) bukan karena kesalahan
termohon, tetapi karena pemohon menolak (tidak mau)
menerima pembayaran yang kedua tersebut.

PUTUSAN
N o. 010 P K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA E S A

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa Peninjauan Kembali Perkara Niaga telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri;
PT. HANIL BAKRIE FINANCE CORPORATION berkedudukan
di Gedung BRI II Suite 1910 Jalan Jenderal Sudirman No. 4 4 -4 6
Jakarta Pusat dalam hal ini diwakili oleh kuasanya FAISAL
TADJUDDIN, SH., dkk. Pengacara dan Konsultan Hukum pada
Kantor Taira Faisal & Panggabean, beralamat di Menara D E A

425
lantai 15, kawasan Mega Kuningan Barat IX No. 1 Jakarta
12950, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 29 April 1999,
Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Pemo-
hon Pailit/Kreditur;
Melawan:
PT. DHARMALA SAKTI SEJAHTERA, berkedudukan di Wisma
Dharmala Sakti lanti 11, jalan Jenderal Sudirman Kaveling No.
32 Jakarta Pusat 10220 dalam hal ini diwakili oleh kuasanya
OTTO HASIBUAN, SH.MM., Pengacara dan Konsultan Hukum
beralamat di Komplek Duta Merlin Blok B-30 Jalan Gajah Mada
No. 3-5 Jakarta 10310, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal
19 November 1999, Termohon Peninjauan Kembali dahulu Ter­
mohon Kasasi/Termohon Pailit/Debitur;

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa
Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Kasasi/
Pemohon Pailit telah mengajukan permohonan Peninjauan Kembali
terhadap putusan Mahkamah Agung tanggal 12 April 1999 No.
08/K/N/1999 dengan posita perkara sebagai berikut:
bahwa Termohon telah menerima uang dari Pemohon sebesar
US$ 1.958.384,33 dan sebagai lawannya, Termohon telah menerbitkan
“Promissory Note” No. 00065, senilai US$ 2.000.000,- yang jatuh
tempo pada tanggal 6 Januari 1998 (P-2);
bahwa kemudian “Promissory Note" No. 00065 tersebut telah
ditarik dari Pemohon oleh Termohon dan Termohon menerbitkan 2
(dua) buah “Promissory Note” yaitu :
a. Nomor Seri PN. 00084, senilai US$ 2.000.000,- (P-4);
b. Nomor Seri PN. 00080, senilai US$ 2.102.059,02,- (P-5);
bahwa pada saat “Promissory Note” tersebut jatuh tempo dan
dapat ditagih yaitu pada tanggal 7 Juli 1998, ternyata Termohon wan-
prestasi, tidak membayar utangnya senilai US$ 2.102.059,02,-’
bahwa Termohon telah mengajukan permintaan agar diadakan
“Roll Over1' (P-6, P-7, P-8);
bahwa atas permintaan Termohon tersebut, Pemohon keberatan
dan meminta supaya kedua Promissory Note tersebut dicairkan paling
lambat tanggal 17 Juli 1998, tegoran tersebut Pemohon lakukan se­

426
banyak dua kali yaitu dengan surat bertanggal 9 Juli 1998 dan yang
kedua tanggai 28 Juli 1998 (P-9 dan P-10);
bahwa selain Pemohon, Termohon juga masih mempunyai Kreditur
yang lain diantaranya PT. SMBC Indonesia Finance sebesar US$
1.600.000,- yang telah jatuh tempo;
bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon
dalam permohonan primer mohon a g a r:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon telah berhenti membayar utangnya dan
karenanya dinyatakan Pailit;
3. Menjunjuk Sdr. Munir Fuady, SH.MH.LLM dari kantor Hukum
Fuady, Tommy, Aji Wijaya, berkantor di Wisma Bumiputera Lantai
7 # 701, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 75, Jakarta Selatan, sebagai
Kurator dan Hakim Pengawas untuk melaksanakan tugasnya se­
suai Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dan Peraturan Kepailitan
Staatsblad tahun 1905 No. 217;
4. Menyatakan penyitaan umum atas seluruh harta kekayaan milik
Termohon untuk selanjutnya dijual dan hasilnya dipakai untuk
membayar tagihan pemohon sebesar US$ 2.219.694,37,- (dua
juta dua ratus sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh em ­
pat dolar tiga puluh tujuh sen) ditambah bunga, berikut piutang
kreditur lainnya sesuai peraturan hukum yang berlaku;
5. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh ongkos perkara;
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI tang­
gal 12 April 1999 No. 08 K/N/1999 yang telah berkekuatan hukum tetap
tersebut adalah sebagai berikut;
Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi PT. HANIL
BAKRIE FINANCE tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat Kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap tersebut i.c. putusan Mahkamah Agung RI tanggal 12
April 1999 No. 08 K/N/1999 diberitahukan kepada Pemohon Kasasi/
Pemohon pada tanggal 15 April 1999 melalui kuasanya, kemudian ter­
hadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan perantaraan
kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 29 April 1999 di­
ajukan permohonan Peninjauan Kembali secara tertulis di Kepan­
iteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 30 April 19 9 9

427
permohonan mana disertai dengan memori yang memuat alasan-
alasan permohonannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
tersebut pada hari itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjuanan Kembali
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
pada tanggal 3 Mei 1999 kemudian terhadapnya oleh pihak lawan telah
diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat pada tanggal 7 Mei 1999;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 286,
287, 288, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Ta­
hun 1998, yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan
Undang-undang No. 4 Tahun 1998 permohonan Peninjauan Kembali a
quo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu
dan dengan cara-cara yang ditentukan Undang-undang, maka oleh
karena itu formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa Para Pemohon Peninjauan Kembali telah meng­
ajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya seba­
gai berikut:
I. Adanya kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286
ayat 2 huruf 6 Undang-undang No. 5 Tahun 1998.
1. Antara pertimbangan dan amar putusan saling bertentangan.
- Bahwa antara pertimbangan dan amar putusan saling
bertentangan sebab dalam pertimbangan Majelis Kasasi
berpendapat bahwa permohonan Kasasi diajukan telah
melampaui tenggang waktu 8 hari, namun pada amar pu­
tusannya menolak permohonan Kasasi.
- Bahwa apabila dalam pertimbangan Majelis Kasasi ber­
pendapat bahwa permohonan diajukan telah melampaui
tenggang waktu, maka seharusnya amar putusannya
menyatakan permohonan Kasasi tidak dapat diterima bu­
kan menolak permohonan Kasasi.
2. Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu penga­
juan permohonan Kasasi.
- bahwa Majelis Kasasi dalam pertimbangannya memper­
timbangkan bahwa pengajuan Permohonan Kasasi telah
melampaui tenggang waktu karena putusan disampaikan
pada tanggal 15 Februari 1999 sedangkan Pemohon Kasasi
baru mengajukan permohonan Kasasi pada tanggal 23
Februari 1999;

428
- bahwa dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tidak
menjelaskan apa yang dimaksud hari, sedangkan dalam
pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan hari adalah
hari kerja;
- bahwa berdasarkan surat Ketua Mahkamah Agung RI No.
KMA/689A/II/1994, tanggal 26 Juli 1994 yang diperkuat
dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung No.
KMA/029/SKA/111/1994 tentang pelaksanaan uji coba lima
hari kerja di lingkungan Peradilan Umum dan Tata Usaha
Negara telah ditegaskan bahwa hari kerja diberlakukan
selama lima hari kerja, yang lebih dipertegas lagi dengan
SE Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 1994 yang menya­
takan bahwa apabila tanggal terakhir pengajuan Perla­
wanan, Banding atau Kasasi jatuh pada hari Sabtu maka
supaya yang bersangkutan diberi kesempatan pada hari
kerja berikutnya;
- bahwa dalam Pasal 284 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 se­
cara tegas ditentukan bahwa kecuali ditentukan dengan
Undang-undang ini, hukum acara yang berlaku adalah
Hukum Acara Perdata;
- bahwa dengan demikian jelas yang dimaksud dengan hari
dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998 adalah hari kerja
lima hari sehingga batas waktu pengajuan Kasasi adalah
tanggal 24 Februari 1999, sedangkan pengajuan dalam
perkara ini Permohonan Kasasi diajukan pada tanggai 23
Februari 1999, sehingga dengan demikian masih diajukan
dalam tenggang waktu kasasi.
II. Putusan Mahkamah Agung pada tingkat kasasi tidak mencer­
minkan rasa keadilan dan tidak konsisten.
- bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (3) Undang-undang No. 4
Tahun 1998 putusan Kasasi sudah harus putus dalam teng­
gang waktu 30 hari terhitung sejak permohonan kasasi di­
daftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Niaga;
- bahwa karena permohonan kasasi terdaftar pada tanggal 24
Februari 1999 maka seharusnya putusan tersebut sudah harus
dijatuhkan pada tanggal 24 Maret 1999, akan tetapi Mahkamah
Agung baru menjatuhkan putusan pada tanggal 12 April 1999.
- bahwa dengan demikian jelas Mahkamah Agung dalam memu­
tuskan perkara ini telah menggunakan pengertian hari yang
berbeda yaitu hari kalender dalam menghitung tenggang waktu

429
pengajuan Kasasi dan menggunakan perhitungan hari kerja
dalam memeriksa dan memutus perkara Kasasi.
III. Mohon agar Mahkamah Agung memeriksa dan mengadili sendiri
perkara ini dengan memperhatikan Pasal 74 ayat (1) Undang-
undang No. 14 Tahun 1985, dengan alasan :
1. Judex Factie telah salah menerapkan hukum pembuktian
karena pertimbangan hanya didasarkan persangkaan dan pe­
nafsiran belaka dari bukti yang tidak mengikat;
2. Tidak ada kesepakatan pembaharuan jadwal pembayaran
utang.
- bahwa Judex Factie telah mendasarkan putusannya pada
bukti-bukti yang cacat hukum;
- bahwa bukti T1 yang dijadikan dasar pertimbangan Judex
Factie sebagai bukti adanya pembaharuan pembayaran
utang, adalah bukti foto copy faksimili tanpa kop meru­
pakan usulan proposal pembayaran utang;
- sebagai proposal yang baru diusulkan oleh Termohon
Peninjauan Kembali tidak pernah disetujui oleh pemohon
Peninjauan Kembali, bahkan usulan proposal tersebut ti­
dak pernah diterima oleh Pemohon Peninjauan Kembali;
- sebagai bukti bahwa bukti T1 tersebut tidak pernah dikirim
oleh Termohon Peninjauan Kembali, Termohon Penin­
jauan kembali mengirim surat tanggal 29 September 1998
yang isinya minta agar apabila Pemohon Peninjauan Kem­
bali setuju atas klausula dalam bukti tersebut agar menan­
datangani surat tersebut dan mengirimkan kembali melalui
faksimili Termohon Peninjauan Kembali.
- bahwa karena bukti T 1 tersebut tidak pernah disetujui dan
ditandatangani oleh Pemohon Peninjauan Kembali, se­
hingga bukti tersebut tidak mengikat Pemohon Peninjauan
Kembali, sehingga tidak pernah terjadi pembaharuan jad­
wal pembayaran utang.
3. Termohon Peninjauan Kembali sendiri jelas-jelas mengakui
bahwa belum ada kesepakatan perjanjian pembaharuan jad­
wal pembayaran utang.
- bahwa Termohon Peninjauan Kembali sendiri telah men­
andatangani kuasa Pemohon Peninjauan Kembali dengan
taw aran:

430
a. Termohon Peninjauan Kembali bersedia mencari property-
property yang diterima dari pembayaran-pembayaran
dari debiturnya, untuk diberikan kepada Pemohon Pen­
injauan Kembali sampai berjumlah US$ 2.000.000,- (dua
juta dolar Amerika Serikat) selanjutnya akan dijual ber­
sama, serta hasilnya diserahkan kepada Pemohon
Peninjuan Kembali sebagai pembayaran;
b. Bunga minta dihentikan dari tanggal kesepakatan;
c. Bunga yang sudah diakui dibayar menurut cara huruf a
di atas;
d. Termohon Peninjauan Kembali mohon offer ini dapat
diterima, supaya komposisi mereka dengan kreditur-
kreditur lain bisa sukses.
3.2. Bahwa tawaran yang disampaikan secara lisan oleh Sdr. Tjan
Soen Eng selaku Presiden Direktur PT. Dharmala Sakti S e ­
jahtera Tbk. (Termohon Peninjauan Kembali) sebagaimana
diuraikan di atas kemudian telah dipertegas oleh Termohon
Peninjauan Kembali dengan mengirimkan data-data mengenai
property-property yang akan diserahkan kepada Pemohon
Peninjauan Kembali sebagai pembayaran atas hutang T er­
mohon Peninjauan Kembali kepada Pemohon Peninjauan
Kembali (vide Bukti Tambahan PK-1);
3.3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas telah terbukti
dengan jelas dan tidak diragukan lagi bahwa Termohon Penin­
jauan Kembali sendiri mengakui bahwa antara Termohon
Peninjauan Kembali dan Pemohon Peninjauan Kembali tidak
pernah terdapat kesepakatan untuk melakukan pembaharuan
pembayaran hutang Termohon Peninjauan Kembali terhadap
Pemohon Peninjauan Kembali.
4. Proses pembaharuan utang yang berlaku umum terhadap
Promissory Note yang telah jatuh tempo.
- bahwa untuk penundaan pembayaran Promissory Note,
harus dengan penggantian Promissory Note yang baru
seperti yang telah dilakukan sebelumnya terhadap Termo­
hon Peninjauan Kembali, dimana Promissory Note yang
pertama telah jatuh tempo dan kemudian diganti dengan
dua Promissory Note yang kemudian jatuh tempo yang kini
dijadikan dasar permohonan pailit;
- bahwa sebagaimana telah dengan tegas disebutkan dalam
Promissory Note tersebut bahwa “Perusahaan dengan ini

431
membebaskan seorang pemegang promes terhadap suatu
kewajiban apapun untuk mengajukan protes dan menge­
sampingkan semua haknya atas semua pengajuan pem­
beritahuan tuntutan presentment (SIC) ketekunan jenis
apapun, dan oleh karena itu promes ini diterbitkan dengan
ketentuan “Tanpa Protes Non Bayar” dan “Tanpa Ongkos”
menurut Pasal 176 juncto Pasal 145 Hukum Dagang Indo­
nesia”;
- bahwa dengan demikian pada saat Promissory Note telah
jatuh tempo maka Termohon Peninjauan Kembali harus
membayar terhadap Pemohon Peninjauan Kembali tanpa
adanya proses apa pun;
- bahwa jika ada kesepakatan antara Pemohon Peninjauan
Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali maka Promissory
Note tersebut ditarik dan diganti dengan Promissory Note
yang baru.
5. Judex Factie telah melampaui batas wewenang, karena telah
mempertimbangkan lebih dari apa yang disyaratkan oleh UU
No. 4 Tahun 1998 tentang kepailitan, sebab pemeriksaan se- t-
harusnya hanya berdasarkan pada Pasal 1 ayat (1) dan Pasal
6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998, namun oleh Judex Factie
putusan telah dipertimbangkan bahwa bukti P-8, P-9, P-10
erat sekali hubungan dan dapat dilihat bahwa tentang utang
polik yang dijadwalkan pembayarannya untuk 1 Tahun kemu­
dian diterima (tidak ditolak) oleh Pemohon, biaya pembayaran
bunga yang diatur harus dibayar.
6. Judex Factie telah keliru dalam beberapa pertimbangannya.
- bahwa Judex Factie telah mempertimbangkan bukti P-9
secara tidak sempurna karena tidak membaca isi bukti ter­
sebut secara keseluruhan, bahwa kalimat tersebut ber­
bunyi “untuk anda ketahui bahwa kami ingin membagi ke­
sulitan dan sakit anda dan siap menunda fasilitas
(pinjaman Pent) dan dengan luwes membicarakan syarat-
syarat baru, benar-benar kami ingin menyelesaikan
masalahnya secara damai”;
- bahwa bukti T2, T3 dipertimbangkan sebagai bukti adanya
kesepakatan perubahan jadwal pembayaran karena
Pemohon Peninjauan Kembali telah menerima pem­
bayaran Termohon, yang kemudian disusul dengan pem-

432
bayaran berikutnya (bukti T7) namun ditolak oleh Pemo­
hon Peninjauan Kembali tanpa alasan.
bahwa pertimbangan di atas jelas keliru karena bukti T2
tersebut baru pemberitahuan rekening untuk pembayaran
utang Termohon.

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan Peninjauan Kembali


tersebut, Mahkamah Agung berpendapat.

Mengenai alasan Ad 1.1.


bahwa alasan ini dapat dibenarkan namun tidak dapat dijadikan
alasan untuk membatalkan putusan yang dimohonkan Peninjauan
Kembali, karena hal tersebut tidak membawa pengaruh apa-apa ter­
hadap materi perkara;
Mengenai alasan Ad I.2.
bahwa alasan ini tidak dapat dibenarkan karena tidak terdapat
kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 286 UU No. 4
Tahun 1998.

Mengenai alasan Ad II dan Ad. III.


bahwa alasan-alasan inipun tidak dapat dibenarkan karena bu­
kan merupakan alasan Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 286 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1998.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas
maka permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh PT. Hanil
Bakrie Finance Corporation tersebut tidak beralasan, sehingga harus
ditolak;
Menimbang, bahwa karena Pemohon Peninjauan Kembali dito­
lak dan Pemohon Peninjauan Kembali sebagai pihak yang kalah, maka
Pemohon Peninjauan Kembali hukum untuk membayar biaya perkara
Peninjauan Kembali;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998
serta Undang-undang lain yang bersangkutan;

433
MENGADILI :

Menolak permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon Penin­


jauan Kembali PT. HANIL BAKRIE FINANCE CORPORATION terse­
but;
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembaii/Pemohon Pailit
untuk membayar biaya perkara Peninjauan Kembali ini sebesar
Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis tanggal 27 Mei 1999 oleh SARWATA, SH.
Ketua Mahkamah Agung RI yang ditunjuk sebagai Ketua Sidang, H.
ZAKIR, SH. Ketua Muda, dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Wakil
Ketua Mahkamah Agung RI sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan
mana pada hari itu juga diucapkan oleh Hakim Ketua tersebut di muka
sidang yang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh H. ZAKIR, SH.,
dan Th. KETUT SURAPUTRA, SH. Hakim-Hakim Anggota. SIRANDE
PALAYUKAN, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua
belah pihak.

HAKIM-HAKIM ANGGOTA : HAKIM KETUA MAJELIS :

ttd. ttd.

H. ZAKIR. SH. SARWATA. SH.

ttd.

Th. KETUT SURAPUTRA. SH.

Panitera Pengganti

ttd.

SIRANDE PALAYUKAN. SH.

Biava-biava perkara:
1. M eterai........................................... Rp. 2.000,-
2. Redaksi.......................................... Rp. 1.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali R d . 2.497.000,-
Rp. 2.500.000,-

434
PUTUSAN
N o m o r : 08 K /N /1999

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil pu­


tusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan d a ri:
PT. HANIL BAKRIE FINANCE, berkedudukan di
Gedung BRI II Suite 1910 Jalan Jenderal Sudirman
No. 44-46 Jakarta Pusat dalam hal ini memberi kuasa
kepada FAISAL TADJUDDIN, SH., dkk. Pengacara
dan Konsultan Hukum pada Kantor Taira Faisal &
Panggabean, beralamat di Menara DEA lantai 15, Ka­
wasan Mega Kuningan Jalan Mega Kuningan Barat IX
No.1 Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 19 Februari 1999 sebagai Pemohon Kasasi
dahulu Pemohon;

Melawan:

PT. DHARMALA SAKTI SEJAHTERA, berkedudukan


di Wisma Dharmala Sakti lantai 11, Jalan Jenderal
Sudirman Kaveling No. 32 Jakarta Pusat 10220 dalam
hal ini memberi kuasa kepada OTTO HASIBUAN,
SH.MM, Pengacara dan Konsultan Hukum beralamat
di Komplek Duta Merlin Blok B-30 Jalan Gajah Mada
No. 3-5 Jakarta 10310, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 1 Februari 1999, sebagai Termohon
Kasasi dahulu Termohon;
Mahkamah Agung Tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa


sekarang Pemohon Kasasi sebagai Pemohon telah mengajukan per­
mohonan pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
pada pokoknya atas dalil-dalil:

435
bahwa Termohon telah menerima uang dari Pemohon sebesar
US$ 1,958,384.33 dan sebagai lawannya, Termohon telah menerbitkan
“Premissory Note” No. 00065, senilai US$ 2,000,000,- yang jatuh
tempo pada tanggal 6 Januari 1998 (P-2);
bahwa kemudian “Promissory Note” No. 00065 tersebut telah
ditarik dari Pemohon oleh Termohon dan Termohon menerbitkan 2
(dua) buah “Promissory Note” yaitu :
a. Nomor Seri PN. 00084, senilai US$ 2,000,000,- (P-4);
b. Nomor Seri PN. 00080, senilai US$ 2,102,059.02,- (P-5);
bahwa pada saat “Promissory Note” tersebut jatuh tempo dan
dapat ditagih yaitu pada tanggal 7 Juli 1998, ternyata Termohon wan-
prestasi, tidak membayar utangnya senilai US$ 2,102,059,02,-;
bahwa Termohon telah mengajukan permintaan agar diadakan
“Rollover” (P-6, P-7, P-8);
bahwa atas permintaan Termohon tersebut, Pemohon keberatan
dan meminta supaya kedua Promissory Note tersebut dicairkan paling
lambat tanggal 17 Juli 1998, tegoran tersebut Pemohon lakukan dua
kali yaitu dengan surat bertanggal 9 Juli 1998 dan yang kedua tanggal
28 Juli 1998 (P-9 dan P-10);
bahwa Pemohon, Termohon juga masih mempunyai Kreditur
yang lain diantaranya PT. SMBC Indonesia Finance sebesar US$
1,600,000,- yang telah jatuh tempo;
bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon
dalam permohonan Primer mohon ag a r:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon telah berhenti membayar utangnya dan
karenanya dinyatakan Pailit.
3. Menunjuk Saudara Munir Fuady, SH., MH.LLM. dari kantor Hukum
Fuady, Tommy, Aji Wijaya, berkantor di Wisma Bumiputera Lt. 7
# 701, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75 Jakarta Selatan, sebagai Kura­
tor dan Hakim Pengawas untuk melaksanakan Peraturan Kepailit­
an Staatsblad tahun 1905 No. 217.
4. Menyatakan penyitaan umum atas seluruh harta kekayaan milik
Termohon untuk selanjutnya dijual dan hasilnya dipakai untuk
membayar tagihan Pemohon sebesar US$ 2,219,694.37 (dua juta
dua ratus sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh empat
dolar tiga puluh tujuh sen) ditambah bunga, berikut piutang kredi-
tur-kreditur lainnya sesuai peraturan hukum yang berlaku;

436
5. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh ongkos perkara;
bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 15 F e ­
bruari 1999 No. 07/Pailit/1999/PN. Niaga/Jkt. Pst. yang amarnya ber­
bunyi :
1. Menolak permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Menetapkan biaya perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) dibebankan kepada Pemohon;
bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terse­
but diberitahukan kepada Pemohon pada tanggal 17 Februari 1999
kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 Februari 1999 diajukan
permohonan Kasasi secara tertulis pada tanggal 23 Februari 1999,
sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 08/KAS/
PAILIT/1999/PN.NIAGA/JKT.PST. jo 07/PAIL1T/1999/PN.NIAGA/JKT.
PST. yang dibuat oleh Panitera Perkara Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, permohonan mana kemudian disusul dengan memori kasasi
yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 23 Februari 1999 hari itu juga;
bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi dahulu Termohon yang
pada tanggal 23 Februari 1999 telah disampaikan salinan permohonan
kasasi dan salinan memori kasasi dari Pemohon Kasasi, diajukan kon­
tra memori kasasi yang diterima di kepaniteraaan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tanggal 01 Maret 1999;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang tersebut pada
pokoknya ialah:
1. Bahwa Pengadilan Niaga Jakarta Pusat (Judex Facti) telah keliru
dan salah dalam menerapkan hukum yang hanya didasarkan pada
persangkaan dan penafsiran terhadap bukti yang diajukan oleh
Termohon kasasi yang cacat hukum dan tidak mempunyai
kekuatan mengikat;
2. bahwa tidak pernah ada kesepakatan antara Pemohon Kasasi
dengan Termohon Kasasai untuk pembaharuan pembayaran hu­
tang Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi.
2.1. Bahwa Judex Factie di dalam pertimbangan hukumnya
menyatakatan bahwa telah terdapat kesepakatan diantara
Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi untuk pembaharuan
pembayaran hutang Termohon Kasasi kepada Pemohon
Kasasi yang didasarkan pada persangkaan dan penafsiran

437
belaka terhadap bukti yang diajukan oleh Termohon Kasasi
(vide Bukti T-1);
2.2. bahwa dalam bukti T-1 yang diajukan oleh Termohon Kasasi
dan yang dijadikan dasar bagi pertimbangan hukum Judex
Factie sangat terlihat jelas bahwa Pemohon Kasasi tidak
pernah memberikan persetujuan atau tidak pernah meng­
ikatkan diri atau dengan kata lain tidak pernah turut menan­
datangani apa yang tertera dalam vide bukti T-1 yang diaju­
kan oleh Termohon Kasasi sebagai proposal pembaharuan
pembayaran hutangnya kepada Pemohon Kasasi;
2.3. bahwa vide bukti T-1 yang diajukan oleh Termohon Kasasi
dalam perkara a quo sebagai proposal pembaharuan pem­
bayaran hutang Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi
tidak pernah disampaikan dan/atau dikirim oleh Termohon
Kasasi kepada Pemohon Kasasi sehingga bagaimana
mungkin Judex Factie bukti T-1 dimaksud sebagai adanya
pembaharuan pembayaran hutang oleh Pemohon Kasasi
dengan mendasarkan pada persangkaan dan penafsiran
terhadap bukti T-1 tersebut;
2.4. bahwa sehubungan dengan vide bukti T-1 yang diajukan
oleh Termohon Kasasi berupa faksimili tanpa kepala surat
tertanggal 25 September 1998 yang isinya mengenai pro­
posal pembaharuan pembayaran hutang Termohon Kasasi
kepada Pemohon Kasasi tidak pernah disampaikan/dikirim-
kan oleh Termohon Kasasi kedapa Pemohon Kasasi, se­
hingga bagaimana mungkin Termohon Kasasi mendalilkan
telah adanya kesepakatan atau persetujuan dari Pemohon
Kasasi terhadap pembaharuan pembayaran hutang Termo­
hon Kasasi.
Dengan demikian jelas terbukti bahwa vide bukti T-1 yang
diajukan oleh Termohon Kasasi hanyalah merupakan ma­
nipulasi dan/atau rekayasa Termohon Kasasi untuk mem­
bentuk opini Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang menye­
satkan, sehingga Judex Factie tersebut di dalam memberi­
kan pertimbangan hukumnya dengan berdasarkan vide bukti
T-1 dimaksud sebagai bukti adanya persetujuan pemba­
haruan pembayaran hutang dari Pemohon Kasasi dengan
mendasarkan pada persangkaan dan penafsiran yang keliru
terhadap vide bukti T-1 yang tidak pernah disampaikan
dan/atau diterima oleh Pemohon Kasasi. Oleh karenanya

438
vide bukti T-1 tersebut haruslah ditolak dan dinyatakan tidak
pernah ada sebagai suatu bukti dalam perkara a quo.
2.5. bahwa sekiranya benar vide bukti T-1 pernah disampaikan
atau dikirim oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi
sebagai dasar adanya suatu kesepakatan atau persetujuan
untuk melakukan pembaharuan pembayaran hutang Termo­
hon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi kembali mengirimkan
faksimili kepada Pemohon Kasasi (vide lampiran 3 yang
diajukan oleh Pemohon Kasasi) dan kali ini dengan kepala
surat Termohon Kasasi yang isinya sama persis dengan vide
bukti T-1 yang diajukan Termohon Kasasi. Bahwa faksimili
tertanggal 29 September 1998 yang dikirimkan oleh Termo­
hon Kasasi kepada Pemohon Kasasi meminta agar apabila
Pemohon Kasasi setuju atas klausula-klausula yang tercan­
tum dalam bukti surat tersebut maka Pemohon Kasasi di­
minta untuk menandatangani bukti surat tersebut dan mengi­
rimkan kembali bukti surat tersebut melalui faksimili Termo­
hon Kasasi No. 5704497. Sebagaimana terlihat jelas pada
alinea terakhir dari bukti lampiran 3 yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi yang berbunyi sebagai berikut:
“Please kindly sign and return the copy o f this letter o f indi­
cate your confirmation o f this deal through our facsimile no.
5704497’, yang terjemahan bebasnya adalah sebagai
berikut:
“Mohon agar ditandatangani dan dikembalikan salinan dari
surat ini untuk menunjukkan persetujuan Anda atas ke­
sepakatan ini melalui faksimili no. 5704497”
Dalam hal ini terbukti bahwa Termohon Kasasi telah mema­
nipulasi fakta yang tidak pernah ada menjadi bukti dalam
perkara a quo (vide bukti T-1) yang tidak pernah dikirim atau
disampaikan kepada Pemohon Kasasi, ternyata dari adanya
bukti lampiran 3 yang diajukan oleh Pemohon Kasasi.
2.6. Bahwa terlepas dari benar ataupun tidak vide bukti T-1 yang
diajukan oleh Termohon Kasasi maupun bukti lampiran 3
yang diajukan oleh Pemohon Kasasi sebagai bukti dalam
perkara a quo, yang jelas bukti-bukti tersebut hanyalah
merupakan suatu proposal pembaharuan pembayaran hu­
tang Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi yang dibuat
secara sepihak dan hanya ditandatangani oleh Termohon
Kasasi tanpa ada tandatangan ataupun persetujuan dari

439
Pemohon Kasasi dan oleh karenanya bukti-bukti tersebut
sama sekali tidak mengikat bagi Pemohon Kasasi, apalagi
dianggap sebagai adanya pembaharuan pembayaran hutang
Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi.
3. Bahwa Termohon Kasasi sendiri mengakui bahwa belum ada per­
setujuan mengenai pembaharuan pembayaran hutang Termohon
Kasasi terhadap Pemohon Kasasi.
3.1. Bahwa sekiranyapun benar Pemohon Kasasi telah setuju
untuk melakukan pembaharuan pembayaran hutang Termo­
hon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi "quod non”, mengapa
Sdr. Tjan Soen Eng, Presiden Direktur PT. Dharmala Sakti
Sejahtera Tbk. (Termohon Kasasi) mendatangi Sdr. Yan
Apul selaku Kuasa Hukum dari Pemohon Kasasi dimana sdr.
Tjan Soen Eng tersebut menawarkan penyelesaian damai
dengan Pemohon Kasasi, dengan tawaran yang disampai­
kan secara lisan (lihat lampiran 4 yang diajukan oleh Pemo­
hon K asasi):
a. PT. Dharmala Sakti Sejahtera bersedia mencari property-
property yang diterima dari pembayaran-pembayaran dari
debiturnya, untuk diberikan kepada PT. Hanil Bakrie Fi­
nance sampai sejumlah US$ 2,000,000,- (selanjutnya
akan dijual bersama, serta hasilnya diserahkan kepada
PT. Hanil Bakrie Finance sebagai pembayaran;
b. bunga diminta dihentikan dari tanggal kesepakatan;
c. bunga yang sudah diakui dibayar menurut cara butir 1 di
atas.
d. PT. Dharmala Sakti Sejahtera mohon offer ini dapat di­
terima, supaya komposisi mereka dengan kreditur-
kreditur lain bisa sukses.
3.2. Bahwa tawaran yang disampaikan secara lisan oleh Sdr.
Tjan Soen Eng selaku Presiden Direktur PT Dharmala Sakti
Sejahtera Tbk., sebagaimana diuraikan di atas kemudian
telah dipertegas oleh Termohon Kasasi dengan mengirimkan
data-data mengenai property-property yang akan diserahkan
kepada Pemohon Kasasi sebagai pembayaran atas hutang
Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi (Vide bukti tam­
bahan PK-1);
3.3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas telah terbukti
dengan jelas dan tidak diragukan lagi bahwa Termohon Ka-

440
sasi sendiri mengakui bahwa antara Termohon Kasasi dan
Pemohon Kasasi tidak pernah terdapat kesepakatan untuk
melakukan pembaharuan pembayaran hutang Termohon
Kasasi terhadap Pemohon Kasasi.
4. Proses Pembaharuan Pembayaran Hutang Yang Berlaku Umum
Terhadap Promissory Note yang telah jatuh tempo :
4.1. Bahwa untuk melakukan suatu pembaharuan pembayaran
hutang Termohon Kasasi yang didasarkan pada Promissory
Note tidaklah sesederhana seperti yang dilakukan oleh Ter­
mohon Kasasi yaitu dengan hanya mengajukan proposal
pembaharuan pembayaran hutang sebagaimana bukti T-1
yant telah diajukan oleh Termohon Kasasi secara sepihak
(vide bukti T-1);
4.2. Bahwa Termohon Kasasi telah pernah diberikan pemba­
haruan pembayaran hutangnya. Bahwa ketika Termohon
Kasasi menyatakan tidak sanggup untuk melakukan pem­
bayaran atas Promissory Note No. seri PN 00065, senilai
US$ 2,000,000,- (dua juta dolar Amerika Serikat) pada tang­
gal 6 Januari 1998 dan memohon agar dilakukan penundaan
atas pembayaran tersebut, ketika permintaan Termohon Ka­
sasi tersebut dikabulkan oleh Pemohon Kasasi maka T er­
mohon Kasasi kemudian mengeluarkan Promisorry Note
yang baru yaitu sebagaimana terlihat dalam Promissory Note
No. Seri 00084 (bukti P-4) dan No. Seri 00080 (bukti P-5).
4.3. Bahwa sebagaimana yang tercantum dalam Promisorry Note
(vide bukti P-4 dan P-5) telah dengan tegas dinyatakan se­
bagai berikut:
“The Company release any holder o f this Promissory Note
from any obligations to make protest and waive all o f its
rights to deligence presentment demand o f notice o f any kind
whatsoever, and therfore this Promissory Note is issued on
condition o f “Non Protest o f Non Payment” and No C o st’
pursuant to Article 176 juncto Article 145 o f the Indonesian
Commercial Code"
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Perusahaan dengan ini membebaskan seseorang peme­
gang promes terhadap sesuatu kewajiban apapun untuk
mengajukan protest dan mengenyampingkan semua haknya
atas semua pengajuan pemberitahuan tuntutan presentment
(SIC) ketekunan jenis apapun, dan oleh karena itu promes

441
ini diterbitkan dengan ketentuan “Tanpa Protest Non Bayar”
dan Tan p a Ongkos” menurut Pasal 176 juncto Pasal 145
Hukum Dagang Indonesia”.
4.4. Bahwa dengan demikian jelaslah sudah bahwa ketika
Promissory Note (vide bukti P-4 dan P-5) ini telah jatuh
tempo, maka Termohon Kasasi harus melakukan pem­
bayaran terhadap Pemohon Kasasi tanpa adanya protes
apapun juga;
4.5. Bahwa sekiranya penerbit (i.e. Termohon Kasasi) tidak
mampu membayar hutangnya sebagaimana diatur dalam
Promissory Note (vide bukti P-4 dan P-5) pada saat jatuh
temponya, maka setelah pemegang Promissory Note (i.e.
Pemohon Kasasi) memberikan persetujuan, diterbitkan sua-
tau Promissory Note yang baru mengatur mengenai jangka
waktu pembayaran atas Promissory Note tersebut dan
menarik Promissory Note yang lama secara otomatis
dinyatakan tidak berlaku lagi;
4.6. Bahwa sampai dengan saat ini atas Promissory Note No.
Seri PN 00084, senilai US$ 2,000,000.00 (dua juta dolar
Amerika Serikat) (bukti P-4) dan Promissory Note No. Seri
00080 senilai US$ 102,059.02 (seratus dua ribu lima puluh
sembilan dolar Amerika Serikat dan dua sen) (bukti P-5) ti­
dak pernah digantikan yang baru oleh Termohon Kasasi se­
bagaimana yang telah Pemohon Kasasi uraikan di atas
mengenai mekanisme suatu pembaharuan pembayaran hu­
tang yang didasarkan pada Promissory Note yang telah jatuh
tempo;
4.7. Bahwa dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas
telah terbukti tidak adanya pembaharuan pembayaran hu­
tang Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi, karena
Termohon Kasasi tidak pernah menerbitkan suatu Promissory
Note yang baru yang mencerminkan jadwal dan jangka
waktu sebagaimana yang didalilkan oleh Termohon Kasasi
berdasarkan vide bukti T-1 dan menarik Promissory Note
yang telah jatuh tempo. Dengan perkataan lain, bahwa untuk
melakukan suatu pembaharuan pembayaran hutang ter­
hadap suatu Promissory Note yang sudah jatuh tempo, baru
menjadi sah dan mengikat pemegang Promissory Note bila­
mana telah diterbitkan Promissory Note yang baru dengan
jangka waktu pembayaran yang baru pula;

442
5. Judex Factie tidak berwenang atau telah melampaui batas
wewenangnya karena Judex Factie telah mempertimbangkan lebih
daripada apa yang diisyaratkan dalam Undang-undang No. 4 T a ­
hun 1998 tentang Kepailitan.
5.1. Bahwa Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 menyatakan :
“Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadil­
an yang berwenang”
5.2. Bahwa Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998 selanjutnya
juga menyatakan bahw a:
“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila ter­
dapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana
bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana di­
maksud dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi”;
5.3. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana diuraikan di
atas, Pengadilan Niaga harus mengabulkan permohonan
pailit berdasarkan fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana untuk dinyatakan pailit yaitu debitur memiliki dua
atau lebih kreditur dan telah tidak membayar satu hutang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
5.4. Bahwa pada halaman 6 Putusan Pengadilan Niaga, Judex
Factie telah menyatakan sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa alat bukti P-8, P-9 dan P-10 erat sekali
hubungannya dan dapat dilihat bahwa tentang utang pokok
yang dijadwalkan pembayarannya untuk 1 (satu) tahun ke­
mudian diterima (tidak ditolak) oleh Pemohon, hanya pem ­
bayaran bunga yang didesak oleh Pemohon untuk dibayar.”
5.5. Bahwa sebagaimana terurai pada pertimbangan tersebut di
atas maka Judex Factie telah mengenyampingkan fakta
yang sebenarnya, yaitu bahwa alat bukti (bukti T-1) yang
menyatakan adanya kesepakatan antara Pemohon Kasasi
dengan Termohon Kasasi "quod non" adalah tidak sah dan
sama sekali tidak mengikat Pemohon Kasasi karena Pem o­
hon Kasasi sama sekali tidak pernah membubuhkan tanda-
tangan atau cap perusahaan sebagai tanda memberikan
persetujuan atas usulan yang diajukan oleh Termohon Ka­
sasi dimaksud akan tetapi sebaliknya Judex Factie malah
menafsirkan, bahwa Pemohon Kasasi telah sepakat atas

443
usulan Termohon Kasasi tersebut, berdasarkan asumsi-
asumsi belaka.
6. Bahwa pada halaman 6 Putusan Pengadilan Niaga alinea 2, Judex
Factie telah keliru dan tidak teliti dalam memberikan pertimbangan
hukum terhadap bukti T-9, dimana Judex Factie menyatakan :
“Menimbang, bahwa apabila diperhatikan dengan seksama isi dari
T-9 terutama akan alinea terakhir ada disebut “harus mendesak
membayar bunga tanpa penundaan lebih lanjut”, dan kalimat
terakhir dari alinea tersebut, yaitu : “kami selalu siap bertemu se­
suai jadwal anda guna membicarakan penyelesaian yang saling
menguntungkan”.
6.1. Bahwa bukti T-9 sebagaimana disebutkan dalam pertimbang­
an hukum Judex Factie di atas sama sekali tidak menunjuk­
kan adanya kalimat : “harus mendesak membayar bunga
tanpa penundaan lebih lanjut” maupun kalim at: “kami selalu
siap bertemu sesuai jadwal anda guna membicarakan
penyelesaian yang saling menguntungkan”, akan tetapi yang
sebenarnya bukti T-9 hanyalah berupa Kredit Nota.
6.2. Bahwa kalimat sebagaimana disebutkan dalam pertimbang­
an hukum Judex Factie di atas sebenarnya terdapat dalam
bukti P-9 alinea terakhir, namun demikian Judex Factie tidak
membaca kalimat tersebut secara keseluruhan dan hanya
mengambil sepenggal-sepenggal dari bunyi kalimat keselu­
ruhan, yang tentunya berubah makna dan arti yang sebe­
narnya dari kalimat tersebut, yang lengkapnya berbunyi se­
bagai berikut:
“.... untuk anda ketahui bahwa kami ingin membagi beban
kesulitan dan sakit anda dan siap menunda fasilitas
(pinajaman. Pent) dan dengan luwes membicarakan syarat-
syarat baru, benar-benar kami ingin menyelesaikan
masalahnya secara damai”
“Agar dapat melestarikan kedudukan dan nama baik anda
sebagai salah satu perseroan yang terpercaya di Indonesia
kami harus mendesak agar anda membayar bunga tanpa
penundaan lebih lanjut. Jika kami tidak mendengar kabar
dari anda menjelang tanggal 17 Juli 1998, kami tidak ada
pilihan lain daripada membawa hal ini di tangan bagian hu­
kum kami termasuk tetapi tidak terbatas pada membawanya
kepada pengadilan khusus kepailitan yang segera beroperasi.

444
Kami selalu siap bertemu sesuai jadwal anda guna membi­
carakan penyelesaian yang saling menguntungkan.
6.3. Bahwa bukti P-9 sebagaimana tersebut di atas jelas-jelas
menunjukkan bahwa Pemohon Kasasi dengan segala itikad
baiknya bersedia untuk mengadakan penundaan terhadap
pembayaran atas fasilitas pinjaman akan tetapi dengan
syarat bahwa Pemohon Kasasi sebelum tanggal 17 Juli 1998
telah mendapatkan kejelasan dari Termohon Kasasi dan
karena itikad baik & sifat Pemohon Kasasi yang penuh
pengertian dan luwes tersebut kejelasan yang diminta oleh
Pemohon Kasasi dari Termohon Kasasi hanyalah paling ti­
dak mengenai pembayaran atas bunga dari hutang Termo­
hon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi.
6.4. Bahwa ternyata sampai dengan tanggal 17 Juli 1998 seba­
gaimana yang diisyaratkan oleh Pemohon Kasasi, Termohon
Kasasi sama sekali tidak pernah menunjukkan itikad baiknya
untuk menyelesaikan kewajibannya terhadap Termohon Ka­
sasi memiliki itikad buruk untuk tidak menyelesaikan kewa­
jibannya terhadap Pemohon Kasasi.
7. Bahwa pada halaman 6 Putusan Pengadilan Niaga alinea 4, Judex
Factie menyatakan :
“Menimbang, bahwa dari isi kedua faximili dari pemohon dan
faximili dari Termohon telah terlihat dengan jelas bahwa antara
Pemohon dan Termohon ada pertemuan-pertemuan untuk m en­
jadwal ulang akan utang Termohon seperti tersebut dalam Prom­
issory Note No. Seri 00084 dan No. 00080 (P-4 dan P-5).
7.1. Bahwa sekiranya benar telah terdapat perundingan-
perundingan sebagaimana ditafsirkan oleh Judex Factie da­
lam pertimbangannya tersebut di atas "quod non”, maka
perundingan-perundingan tersebut tidak pernah mencapai
suatu kata sepakat sebagaimana yang tercantum dalam
bukti T-1.
7.2. Bahwa adalah terlalu naif apabila berdasarkan bukti-bukti
yang secara tidak langsung menunjukkan adanya suatu
perundingan-perundingan, lalu dengan semena-mena disim­
pulkan dan bahkan dalam hal ini Judex Factie telah memas­
tikan bahwa telah terdapat kata sepakat sebagaimana
dinyatakan dalam pertimbangan Judex Factie.

445
8. Bahwa pada halaman 6 Putusan Pengadilan Niaga alinea 6 dan
alinea 7, Judex Factie telah menyatakan sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa sebagai bukti tambahan lagi, bahwa faximili
tanggal 25 September 1998 No. 57138 tersebut, diakui oleh
Pemohon, dapat dilihat bahwa Pemohon telah menindaklanjuti
akan isi dari isi faximili tersebut, yaitu dimana Pemohon untuk
menampung pembayaran pertama dari Promissory Note No.
00080 (P-5) untuk tanggal 1 Oktober 1998, telah mengirimkan pe­
sannya melalui faximili tanggal 29 September 1998 (T-2) agar
tagihannya dapat dibayarkan melalui Bank Internasional Indonesia
Kantor Cabang Pembantu Taman Anggrek”
“Menimbang, bahwa pembayaran itu telah dilakukan pihak Termo­
hon sesuai dengan pesan Pemohon dan pembayaran itu telah
diterima dengan baik (T-3) dan pembayaran berikut yang kedua
telah dilakukan berdasarkan (T-7) tapi ditolak oleh Pemohon,
tanpa alasan/penjelasan”.
8.1. Bahwa penilaian Judex Factie atas bukti T-2 tersebut di atas
adalah salah dan sangat tidak teliti, karena yang sebenarnya
adalah, bukti T-2 tersebut hanyalah menerangkan mengenai
nomor rekening Pemohon Kasasi yang ada pada Bank Inter­
nasional Indonesia Kantor Cabang Pembantu Taman Ang­
grek dan sama sekali tidak mencantumkan permintaan dari
Pemohon Kasasi agar tagihannya dapat dibayarkan melalui
Bank Internasional Indonesia Kantor Cabang Pembantu
Taman Anggrek, akan tetapi hanyalah merupakan jawaban
yang diberikan atas permintaan dari Termohon Kasasi seba­
gaimana yang terlihat pada kalimat pertama bukti T-2 terse­
but yang berbunyi
“The following are details regarding our account that have
been requested by your company....”
yang terjemahannya adalah sebagai berikut:
“Di bawah ini tercantum perincian mengenai A/C kami yang
anda terima ....”
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa Judex Factie telah
salah menilai bukti T-2 tersebut, karena pemberian nomor
rekening Pemohon Kasasi kepada Termohon Kasasi terse­
but sifatnya hanyalah sekedar pemberitahuan belaka dan ti­
dak bisa diartikan bahwa Pemohon Kasasi memerintahkan
agar Termohon Kasasi melakukan pembayaran melalui no­
mor rekening Pemohon Kasasi tersebut sehubungan dengan

446
proposal pembaharuan pembayaran hutang Termohon Ka­
sasi terhadap Pemohon Kasasi sebagaimana didalilkan oleh
Termohon Kasasi.
8.2. Bahwa perlu Pemohon Kasasi jelaskan di sini mengenai pe­
nolakan atas pengembalian dana yang telah ditransfer oleh
Termohon Kasasi adalah guna menghindari timbulnya inter­
pretasi bahwa antara Pemohon Kasasi dengan Termohon
Kasasi telah tercapai kesepakatan sebagaimana didalilkan
oleh Termohon Kasasi, mengingat jumlah transfer yang
kedua tersebut jumlahnya sama persis dengan transfer yang
pertama dari Termohon Kasasi yaitu US$ 11,340,00
(sebelas ribu tiga ratus empat puluh dolar Amerika Serikat)
karena yang sesungguhnya memang tidak pernah ada ke­
sepakatan antara Pemohon Kasasi dengan Termohon Ka­
sasi sebagaimana yang didalilkan oleh Termohon Kasasi.
8.3. Bahwa diterimanya jumlah transfer dana dari Termohon Ka­
sasi yang pertama sebesar US$ 11,340,00 (sebelas ribu tiga
ratus empat puluh dolar Amerika Serikat) kepada Pemohon
Kasasi adalah karena Pemohon Kasasi masih berhak atas
piutang Pemohon Kasasi terhadap Termohon Kasasi yang
berjumlah US$ 2,000,000.00 (dua juta dolar Amerika Serikat)
dan bahwa transfer pertama yang dilakukan oleh Termohon
Kasasi merupakan hutang yang timbul dari, dan merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari hutang Termohon
kasasi pada Pemohon Kasasi berdasarkan Promissory Note
yang diterbitkan oleh Termohon Kasasi yang telah jatuh
tempo (vide bukti P-4 dan P-5).
9. Bahwa dari segala yang telah diuraikan di atas oleh Pemohon Ka­
sasi ada 2 hal penting yang harus mendapat perhatian khusus dari
Majelis Hakim Agung dalam perkara a quo yaitu :
9.1. Bahwa Termohon Kasasi sudah pernah ingkar janji terhadap
Pemohon Kasasi dengan tidak dapat melakukan pem ­
bayaran atas Promissory Note No. Seri PN 00065 (bukti P-2),
akan tetapi sebaliknya Pemohon Kasasi telah menunjukkan
itikad baiknya dengan memberikan kesempatan kepada
Termohon Kasasi untuk menunda kewajiban pembayaran­
nya terhadap Pemohon Kasasi.
9.2. Bahwa setelah Termohon Kasasi diberikan kesempatan oleh
Pemohon Kasasi untuk menunda kewajibannya pembayaran­
nya kepada Pemohon Kasasi, ternyata Termohon Kasasi

447
masih mangkir juga dari kewajibannya, bahkan kali ini
dengan membuat dalil yang mengada-ada serta hanyalah
bohong belaka dengan mengatakan bahwa telah ada ke­
sepakatan diantara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi
untuk pembaharuan kewajiban pembayaran hutang Termo­
hon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi.
10. Bahwa Pemohon Kasasi menolak dengan tegas bukti P-1 yang
diajukan oleh Termohon Kasasi, karena jelas dalam bukti T-1 yang
oleh Termohon Kasasi didalilkan sebagai adanya perjanjian untuk
pembaharuan pembayaran hutang Termohon Kasasi dengan
Pemohon Kasasi “quod non”, terlihat dengan jelas dan tidak diragu­
kan lagi bahwa dalam bukti surat tersebut sama sekali tidak tercan­
tum tandatangan ataupun cap perusahaan dari Pemohon Kasasi.
Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertim­
bangkan keberatan-keberatan Kasasi tersebut, terlebih dahulu
Mahkamah Agung akan mempertimbangkan mengenai apakah permo­
honan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. HANIL BAKRIE FINANCE te­
lah memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang,
karena dalam kontra memori kasasi dari Termohon Kasasi PT. Dhar-
mala Sakti Sejahtera dikemukakan bahwa :"pernyataan kasasi dan
memori kasasi dari Pemohon Kasasi telah diajukan lewat waktu yang
ditentukan oleh Pasal 8 ayat (2) Undang-undang No. 4 Tahun 1998
(Undang-undang Kepailitan)”.
Menimbang, bahwa permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
PT. HANIL BAKRIE FINANCE diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat barulah pada tanggal 23
Februari 1999, -sedangkan putusan yang dimohonkan kasasi i.c pu­
tusan Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
07/Pailit/1999/PN. Niaga/Jkt.Pst. diucapkan/ditetapkan pada tanggal 15
Februari 1999, dengan demikian penerimaan permohonan kasasi ter­
sebut telah melampaui tenggang yang ditentukan dalam Pasal 8 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1998
jo. Undang-undang No. 4 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa:
“permohonan kasasi diajukan dalam jangka waktu paling lambat 8
(delapan) hari terhitung sejak tanggal putusan yang dimohonkan kasasi
ditetapkan”, oleh karena itu permohonan kasasi dari pemohon kasasi
PT. HANIL BAKRIE FINANCE tersebut harus ditolak.
Menimbang, bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon sebagai pihak
yang kalah dalam perkara ini maka akan dihukum untuk membayar
biaya perkara y$ng timbul dalam tingkat kasasi.

448
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun
1985 dan Undang-undang No. 4 Tahun 1998/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 serta Undang-undang
yang bersangkutan;

MENGADILI
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. HANIL
BAKRIE FINANCE tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahka­
mah Agung pada hari Rabu tanggal 31 Maret 1999, dengan J.
Djohansjah, SH. Hakim Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Sidang, Soekirno, SH. dan Ny. Hj. Marnis Kahar,
SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum pada hari : Senin tanggal 12 April 1999
oleh Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri Soekirno, SH. dan Ny. Hj.
Marnis Kahar, SH. Hakim-Hakim Anggota, Rahmi Mulyati, SH. Panitera
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

HAKIM-HAKIM A N G G O TA : HAKIM KETUA MAJELIS

ttd. ttd.

SOEKIRNO. SH. J. DJOHANSJAH, SH.

ttd.

NY. HJ. MARNIS KAHAR, SH.

PANITERA PENGGANTI,

ttd.

RAHMI MULYATI, SH.

449
BIAYA-BIAYA:
1. M eterai........................... Rp. 2.000,-
2. R e d a k s i ................. Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi..... Rp. 1.997.000,-
Rp. 2.000.000,-
Terbilang : (Dua juta rupiah)

450
PUTUSAN
N O M O R : 07/P A IU T /1999/P N .N 1A G A /JK T .P S T

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang


memeriksa dan mengadili perkara-perkara Kepailitan pada tingkat
pertama telah memberikan Putusan di bawah ini atas permohonan
Kepailitan yang diajukan oleh :
PT. HANIL BAKRIE FINANCE CORPORATION berkedudukan
di Gedung BRI II Suite 1910 Jalan Jenderal Sudirman No. 44-46
Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai PEMOHON;

Terhadap:

PT. DHARMALA SAKTI SEJAHTERA, berkedudukan di Wisma


Dharmala Sakti lanti 11, jalan Jenderal Sudirman Kaveling No.
32 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON;

Pengadilan Niaga tersebut;


Telah membaca surat-surat dalam berkas perkara;
Telah mendengar keterangan Pemohon dan Termohon;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA :


Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya
tanggal 14 Januari 1999, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal
18 Januari 1999 dengan Nom or; 07/PAILIT/1999/PN.NIAGA/J KT. PST,
permohonan mana terlampir dalam Berita Acara Pemeriksaan ini, yang
pada pokoknya berisi sebagai berikut:
Bahwa Termohon telah menerima uang dari Pemohon sebesar
US$ 1,958,384.33 dan sebagai lawannya, Termohon telah menerbitkan
“Promissory Note” No. 00065, senilai US$ 2,000,000.00 yang jatuh
tempo pada tanggal 6 Januari 1998 (P-2);
Bahwa kemudian “Promissory Note" No. 00065 tersebut telah
ditarik dari Pemohon oleh Termohon dan Termohon menerbitkan 2
(dua) buah “Promissory Note” yaitu :

451
a. Nomor Seri PN. 00084, senilai US$ 2,000.000.00 (P-4);
b. Nomor Seri PN. 00080, senilai US$ 2.102.059,02 (P-5);
Bahwa pada saat “Promissory Note” tersebut jatuh tempo dan
dapat ditagih yaitu pada tanggal 7 Juli 1998, ternyata Termohon wan-
prestasi, tidak membayar utangnya senilai US$ 2,102,059.02,-’
Bahwa Termohon telah mengajukan permintaan agar diadakan
“Roll O ver (P-6, P-7, P-8);
Bahwa atas permintaan Termohon tersebut, Pemohon keberat­
an dan meminta supaya kedua Promissory Note tersebut dicairkan
paling lambat tanggal 17 Juli 1998, tegoran tersebut Pemohon lakukan
sebanyak dua kali yaitu dengan surat bertanggal 9 Juli 1998 dan yang
kedua tanggal 28 Juli 1998 (P-9 dan P-10);
Bahwa Pemohon, Termohon juga masih mempunyai Kreditur
yang lain diantaranya PT. SMBC Indonesia Finance sebesar US$
1,600,000.00 yang telah jatuh tempo;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon
dalam permohonan Primer antara lain mohon agar :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon telah berhenti membayar utangnya dan
karenanya dinyatakan Pailit;
3. Menjunjuk Sdr. Munir Fuady, SH.MH.LLM dari Kantor Hukum
Fuady, Tommy, Aji Wijaya, berkantor di Wisma Bumiputera Lantai
7 # 701, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 75, Jakarta Selatan, sebagai
Kurator dan Hakim Pengawas untuk melaksanakan tugasnya se­
suai Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dan Peraturan Kepailitan
Staatsblad tahun 1905 No. 217;
4. Menyatakan penyitaan umum atas seluruh harta kekayaan milik
Termohon untuk selanjutnya dijual dan hasilnya dipakai untuk
membayar tagihan pemohon sebesar US$ 2,219,694.37,- (dua
juta dua ratus sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh em­
pat dolar tiga puluh tujuh sen) ditambah bunga, berikut piutang
kreditur lainnya sesuai peraturan hukum yang berlaku;
5. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh ongkos perkara;
Menimbang, bahwa pada waktu pemeriksaan perkara ini di­
lakukan, Pemohon dan Termohon ada hadir, Pemohon diwakili oleh
Kuasanya, yaitu : YAN APUL, SH. dan kawannya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Nomor : 0531/YAR/SK/XII/98, tanggal 08 Desember
1998, dan Termohon diwakili oleh Kuasanya, yaitu : OTTO HASIBUAN,

452
SH, MM, dan kawannya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1
Februari 1999;
Menimbang, bahwa Pemohon di persidangan telah menerang­
kan tetap pada isi surat permohonannya tanggal 14 Januari 1999 ter­
sebut di atas;
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Ter­
mohon telah menanggapinya dengan suratnya bertanggal 05 Februari
1999 (terlampir dalam Berita Acara) yang isinya pada pokoknya m em ­
bantah hal-hal yang diterangkan oleh Pemohon sepanjang mengenai
wanprestasinya Termohon, dan oleh sebab mana Termohon mohon
agar Majelis Hakim menolak permohonan Pailit yang diajukan Pemo­
hon;
Menimbang, bahwa bahwa Pemohon untuk membuktikan kebe­
naran dari permohonannya tersebut, Pemohon telah mengajukan
bukti-bukti berupa surat-surat yaitu surat yang diberi tanda P-1 s/d P-
14, yang kemudian menarik kembali surat bukti P-14;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan kebenaran bantahan­
nya, Termohon telah mengajukan bukti-bukti berupa surat-suratnya
yang diberi tanda T-1 s/d T-12;
Menimbang, bahwa atas bukti-bukti yang diajukan oleh Term o­
hon tersebut, Pemohon mengajukan lagi tambahan bukti berupa surat
yaitu surat yang diberi tanda P-14 s/d P-17;
Menimbang, bahwa atas tambahan bukti Pemohon tersebut,
Termohon mengajukan tambahan bukti pula berupa surat yaitu surat
yang diberi tanda T-13 s/d T-16 C;
Menimbang, bahwa Termohon menerangkan lagi bahwa tentang
perubahan Promissory Note harus dibicarakan oleh pihak-pihak;
Menimbang, bahwa Pemohon telah mengajukan lagi surat bukti
berupa salinan dari fax Termohon No. 5713484, fax tanggal 25 Sep­
tember 1998 (yang diberi tanda pertama, kedua, dan ketiga) dan surat
No. 5449/YAR/XII/98 tanggal 22 Desember 1998 (keempat);
Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah mohon Pu­
tusan;
Menimbang, bahwa telah terjadi hal-hal seperti tersebut dalam
Berita Acara Pemeriksaan perkara ini, yang juga turut dipertimbang­
kan;

453
TENTANG HUKUMNYA :
Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya
tanggal 14 Januari 1999, telah mohon agar Termohon dinyatakan
Pailit;
Menimbang, bahwa adapun alasan Pemohon untuk mohon agar
Termohon dipailitkan adalah karena utang Termohon kepada Pemohon
telah jatuh tempo dan Termohon tidak membayar utangnya tersebut;
Menimbang, bahwa disamping Pemohon, Termohon masih
mempunyai Kreditur lain, antara lain PT. SMBC Indonesia Finance;
Menimbang, bahwa Termohon mengakui bahwa Termohon
mempunyai utang kepada Pemohon, dan kepada Kreditur lainnya,
akan tetapi Termohon membantah bahwa utangnya kepada Pemohon
telah jatuh tempo dan Termohon tidak benar telah tidak membayar
utangnya tersebut kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa adapun utang Termohon kepada Pemohon
adalah berdasarkan “Promissory Note" No. 00065 senilai US$
2,000,000, - yang diterbitkan oleh Termohon tanggal 30 Oktober 1997
dan jatuh tempo pada tanggal 6 Januari 1998 (P-1);
Menimbang, bahwa oleh karena utang yang ada dalam P-1,
karena sudah jatuh tempo dan Termohon belum dapat membayar,
maka oleh Pemohon dan Termohon sepakat untuk meninjau kembali
dengan memperbaharui utangnya yang ada dalam P-1 bersama
bunganya dengan menerbitkan 2 (dua) buah “Promissory Note”
masing-masing senilai US$ 2,000,000,- dan senilai US$ 102,059.02
(P-3);
Menimbang, bahwa Promissory Note tersebut adalah No. 00084
(P-4) untuk yang bernilai US$ 2,000,000,- dan No. 00080 (P-5) untuk
yang bernilai US$ 102,059.02 dan kedua-duanya diterbitkan oleh Ter­
mohon pada tanggal 6 Januari 1998 dan kedua-duanya jatuh tempo
pada tanggal 7 Juli 1998;
Menimbang, bahwa karena kedua Promissory Note tersebut te­
lah jatuh tempo maka Pemohon menegor Termohon supaya mem­
bayar utangnya seperti dapat dilihat dalam P-9;
Menimbang, bahwa Termohon atas utangnya yang telah jatuh
tempo tersebut telah mengajukan penjadwalan ulang seperti dapat di­
lihat dalam P-8;
Menimbang, bahwa atas permohonan Termohon telah tercapai
kesepakatan baru tentang utang Termohon kepada Pemohon yaitu

454
yang tertera dalam P-4 dan P-5, dan kesempatan itu dituangkan dalam
isi surat (fax) 5713484 tanggal 25 September 1998 (T-1);
Menimbang, bahwa dalam T-1 tersebut disebutkan bahwa :
a. Promissory Note PT. Dharmala Sakti Sejahtera (Termohon) senilai
US$ 2,000,000,- dibeli oleh Pemohon dengan suku bunga 11,875%,
mulai berlaku tanggal 7 Juli 1998 dan jatuh tempo tanggal 7 Juli
1999;
b. Promissory Note No. PN. 00080 senilai US$ 102,059.02 yang jatuh
tempo pada tanggal 7 Juli 1998 akan dibayar Termohon dengan
perincian sebagai berikut:
1 Oktober 1998 sebesar US$ 11,340.00
2 November 1998 sebesar US$ 11,340.00
1 Desember 1998 sebesar US$ 11,340.00
4 Januari 1999 sebesar US$ 11,340.00
1 Februari 1999 sebesar US$ 11,340.00
1 Maret 1999 sebesar US$ 11,340.00
1 April 1999 sebesar US$ 11,340.00
3 Mei 1999 sebesar US$ 11,340.00
1 Juni 1999 sebesar US$ 11,339.02

Menimbang, bahwa untuk pembayaran utang atas P-5 yaitu


Promissory Note No. 00080 senilai US$ 102,059.02 tersebut, menurut
kesepakatan tanggal 25 September 1998, oleh Termohon telah
menunjuk PT. Dharmala Kalitalindo sebagai pelaksana;
Menimbang, bahwa Pemohon telah membantah bahwa telah
ada kesepakatan antara Pemohon dengan Termohon seperti yang
disebutkan T-1 tersebut;
Menimbang, bahwa apakah T-1 tersebut dapat dijadikan alat
bukti atau tidak akan dipertimbangkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa T-1 tersebut adalah surat yang terdiri dari
faximile, yang diterbitkan tanggal 25 September 1998 No. 5713484;
Menimbang, bahwa yang menjadi pertanyaan : Apakah faximile
dapat dijadikan alat bukti surat sebagai alat-alat bukti lainnya;
Menimbang, bahwa faximile pada dewasa ini telah lazim diper­
gunakan terutama dalam dunia perniagaan;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini hubungan hukum antara
Pemohon dan Termohon diawali dengan mempegunakan faximilie
yaitu faximile No. 5713484 tanggal 28 Oktober 1997 (P-1) dilanjutkan

455
dengan faximile No.5703438, No. 5704497 tanggal 30 Oktober 1997
(P-2) dan P-3, P-5, P-6, P-7, P-8, P-9, P-10;
Menimbang, bahwa Termohon juga mengakui sah akan peng­
gunaan faximile dimana alat-alat bukti Termohon yaitu yang diberi
tanda T-1, T-2. T-3. T-4, T-10, T-11 adalah foto copy sah faximile;
Menimbang, bahwa dengan demikian faximile tersebut berlaku
sah bagi Pemohon dan Termohon dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa tentang Promissory Note dapat direvisi ber­
dasarkan kesepakatan, karena, juga adalah perjanjian;
Menimbang, bahwa apakah isi dari faximile yang diberi tanda
T-1 tersebut apakah benar atau tidak, harus dibuktikan, karena Pemo­
hon keberatan atas T-1 tersebut;
Menimbang, bahwa sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu
bahwa oleh karena utang Termohon telah jatuh tempo atas Promissory
Note No. 00084 dan No. 00080 (P-4 dan P-5) maka Termohon menga­
jukan permohonan kepada Pemohon agar diperkenankan untuk men­
gadakan penjadwalan utangnya lagi (P-8);
Menimbang, bahwa atas permohonan penjadwalan tersebut
Termohon telah menjawabnya melalui faximile yang diberi tanda P-9
dan P-10;
Menimbang, bahwa apabila diperhatikan dengan seksama isi
dari T-9 terutama akan alinea terakhir ada disebut “harus mendesak
membayar bunga tanpa penundaan lebih lanjut", dan kalimat terakhir
dari alinea tersebut, yaitu : “kami selalu siap bertemu sesuai jadwal
anda guna membicarakan penyelesaian yang saling menguntungkan”;
Menimbang, bahwa dengan demikian juga tentang isi dari P-10
dalam alinea kedua ada disebut sebagai berikut: “seperti yang disebut
dalam pertemuan-pertemuan kita, kami bersedia menanggung bagian
dari kesulitan-kesulitan dan seterusnya";
Menimbang, bahwa dari isi kedua faximile dari Pemohon dan
faximile dari Termohon telah terlihat dengan jelas bahwa antara Pemo­
hon dan Termohon ada pertemuan-pertemuan untuk menjadwal ulang
akan utang Termohon seperti tersebut dalam Promissory Note No.
00084 dan No. 00080 (P-4 dan P-5);
Menimbang, bahwa alat bukti P-8, P-9 dan P-10 erat sekali
hubungannya dan dapat dilihat bahwa tentang utang pokok yang di­
jadwalkan pembayarannya untuk 1 tahun kemudian diterima (tidak dito­
lak) oleh Pemohon, hanya pembayaran bunga yang didesak oleh
Pemohon untuk dibayar;

456
Menimbang, bahwa sebagai bukti tambahan lagi, bahwa faximile
tanggal 25 September 1998 No. 5713484 tersebut, diakui oleh pemo­
hon, dapat dilihat bahwa Pemohon telah menindaklanjuti akan isi dari
faximile tersebut, yaitu dimana Pemohon untuk menampung pem­
bayaran pertama dari Promissory Note No. 00080 (P-5) untuk tanggal
1 Oktober 1998, telah mengirimkan pesannya melalui faximile tanggal
29 September 1998 (T-2) agar tagihannya dapat dibayarkan melalui
Bank International Indonesia Kantor Cabang Pembantu Taman Anggrek;
Menimbang, bahwa pembayaran itu telah dilakukan pihak Ter­
mohon sesuai dengan pesan Pemohon dan pembayaran itu telah
diterima dengan baik (T-3) dan pembayaran berikut yang kedua telah
dilakukan berdasarkan (T-7) tapi ditolak oleh Pemohon, tanpa alasan/
penjelasan;
Menimbang, bahwa dengan adanya (T-1) tersebut, maka Ter­
mohon tidak terbukti telah wanprestasi yaitu tidak membayar utangnya
yang disebut dalam Promissory Note No. 00084 senilai US$
2,000,000,- karena menurut T-1) utang itu baru jatuh tempo pada tang­
gal 1 Juli 1999, dan karenanya Termohon baru wajib membayar utang
tersebut pada tanggal 7 Juli 1999;
Menimbang, bahwa tentang utang Termohon yang disebut da­
lam Promissory Note No. 00080 senilai US$ 102,059.02,- yang dirinci
seperti tersebut di atas dimana Termohon telah tidak membayar
utangnya sejak pembayaran ketiga yaitu pembayaran untuk tanggal 1
Desember 1998 dan seterusnya, yang mana utang-utang tersebut te­
lah jatuh tempo sedikitnya pembayaran tanggal 2 November 1998, 1
Desember 1998, 1 Januari 1999, dan 1 Februari 1999;
Menimbang, bahwa tentang tidak dibayarnya utang sebagai
bunga yang disebut dalam P-5 (Promissory Note No. 00080) apakah
dapat dipersalahkan kepada Termohon atau tidak;
Menimbang, bahwa dari apa yang telah diuraikan di atas, bahwa
Termohon telah membayar kewajiban yang pertama sebesar US$
11,340,- dan telah diterima oleh Pemohon (T-5, T-6) dan telah mem­
bayar kewajiban yang kedua sebesar US$ 11,340,- akan tetapi oleh
Pemohon menolak (keberatan) akan pembayaran tersebut, tanpa
memberi alasan atas penolakan tersebut kecuali hanya menyebut
bahwa utang telah jatuh tempo (T-9);
Menimbang, bahwa penolakan/pengembalian pembayaran
Termohon yang kedua oleh Pemohon tanpa alasan, mengakibatkan
Termohon tidak tahu apakah akan melanjutkan untuk membayar atau
tidak;

457
Menimbang, bahwa dengan demikian menurut Majelis, berhenti­
nya Termohon membayar utang sebagai kewajiban ketiga yaitu pem­
bayaran tanggal 1 Desember 1998, seperti dijadwalkan dalam faximile
tanggal 25 September 1998 (T-1) bukan karena kesalahan dari Termo­
hon, berhentinya Termohon melanjutkan melaksanakan pembayaran
selanjutnya adalah karena Pemohon menolak (tidak mau) menerima
pembayaran yang kedua tersebut;
Menimbang, bahwa tentang surat bukti P-14 s/d P-17, karena
bukan bukti mengenai piutang/tagihan Pemohon dalam perkara ini dan
Kreditur yang piutang/tagihannya tersebut dalam surat bukti tersebut
(P-14 s/d P-17) tidak turut mengajukan permohonan Kepailitan ini dan
Kreditur tersebut tidak ada memberi kuasa kepada Pemohon untuk
turut sebagai Pemohon, maka oleh karena sebab itu alat bukti dari
Kreditur PT. SMBC Indonesia Finance (P-14 s/d P-17), tidak dapat di­
jadikan sebagai alat bukti untuk membuktikan bahwa Termohon telah
terbukti telah tidak membayar utangnya yang telah jatuh tempo;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Ter­
mohon berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan telah dapat melum­
puhkan alat-alat bukti Pemohon, maka dengan demikian Pemohon ti­
dak berhasil membuktikan kebenaran dari permohonannya tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon telah tidak berhasil
membuktikan kebenaran permohonannya, maka permohonan Pemo­
hon harus ditolak seluruhnya;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon harus
ditolak, maka biaya perkara tersebut dibebankan kepada Pemohon;
Memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang ber­
hubungan dengan perkara ini;

MEMUTUSKAN:
1. Menolak permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Menetapkan biaya perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) dibebankan kepada Pemohon;

Demikianlah diputuskan pada hari Senin, tanggal : 15 Februari


1999, dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, dengan susunan : VICTOR HUTABARAT, SH. sebagai Hakim
Ketua Majelis, JOEDIJONO, SH. dan PARWOTO WIGNJOSUMARTO,
SH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan mana pada hari
itu juga diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh

458
Hakim Ketua Majelis, dengan dibantu CHRISTANTO PUDJIONO, SH.,
sebagai Panitera Pengganti, dengan dihadiri Kuasa Pemohon dan
Kuasa Termohon serta Kreditur lainnya.

HAKIM KETUA MAJELIS :

ttd.

VICTOR HUTABARAT, SH.

HAKIM ANGGOTA I : HAKIM ANGGOTA II :

ttd. ttd.

DJOEDIJONO, SH. PARWOTO WIGNJOSUMARTO. SH.

PANITERA PENGGANTI,

ttd.

CHRISTIANTO PUDJIONO. SH.

459

Anda mungkin juga menyukai