Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BATUAN METAMORF

Nama : Nurhuda Ningsi Hasan


NIM : H061191015
Kelompok : III

DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang
tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah
tugas pendahuluan Geologi Dasar yang berjudul “Batuan Metamorf”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pendahuluan mata kuliah Geologi Dasar.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami
pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya agar di kemudian
hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Makassar, 21 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuan
yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jika mencapai
suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat belum mencapai titik
peleburan kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses metamorfosis. Proses
metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses tersebut mengubah tekstur asal batuan,
susunan mineral batuan, atau mengubah keduanya sekaligus. Proses ini terjadi dalam solid
state, artinya batuan tersebut tidak melebur. Meskipun demikian, penting diingat bahwa
fluida (terutam air) memiliki peranan yang penting dalam proses metamorfosis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang didapat kita dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian batuan metamorf?
2. Apa saja agen-agen batuan metamorf?
3. Bagaimana struktur dan tekstur batuan metamorf?
4. Apa saja jenis-jenis batuan metamorf?
5. Apa saja mineral-mineral penyusun batuan metamorf?
6. Apa saja macam-macam batuan metamorf?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian batuan metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada
batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat
berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf. Proses metamorfosisme adalah proses
yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena
panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Proses-proses metamorfisme itu
mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons
terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Proses
metamorfisme ini meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi, pembentukan mineral baru (dari
unsur yang telah ada sebelumnya).
Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari
ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak
terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Proses
metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur
2000C – 6500°C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula
pada teksturnya.Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika
dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Tahap-Tahap Proses Metamorfisme
• Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan kembali
kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah ada.
• Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali dari
susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
• Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang
sebelumnya telah ada.
Syarat – syarat terjadinya metamorfisme adalah :
• Adanya batuan asal ( protolith )
• Adanya peningakatan suhu
• Adanya peningkatan tekanan (stresses)
• Adanya penambahan dan pengurangan fluida
• Adanya faktor waktu (jutaan tahun)
Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi
batuan-batuan baru lagi. Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik.
Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :
• Komposisi mineral batuan asal
• Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
• Pengaruh gaya tektonik
• Pengaruh fluida
2.2 Agen-agen Metamorfisme
Adapun agen-agen atau faktor-faktor yang berperan dalam proses metamorfisme
yaitu :
1) Suhu atau Temperatur : Suhu atau temperatur merupakan agen atau faktor pengontrol
yang berperan dalam proses metamorfisme. Kenaikan suhu atau temperatur dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi atau pengkristalan kembali
mineral-mineral dalam batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada
kondisi ini temperatur sekitar 350- 1200°C.
2) Tekanan atau Pressure : Tekanan atau pressure merupakan faktor pengontrol atau agen
dari proses metamorfisme. Kenaikan tekanan dapat menyebabkan terjadi perubahan
dan rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya. Pada kondisi
ini tekanan sekitar 1-10.000 bar (Jackson).
3) Cairan Panas/Aktifitas Larutan Kimia : Aktivitas larutan kimia juga merupakan agen
dari proses metamorfisme. Adanya cairan panas/aktivitas larutan kimia dapat
menyebabkan terjadinya alterasi atau perubahan pada batuan yang telah ada
sebelumnya
2.3 Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf
Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi (Jacson, 1997 di dalam Setyobudi, 2012).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat
terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty),
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi
dari ketiga hal tersebut.
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
- Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin)
yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan
sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar 1. 1 Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur


- Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi
yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral
granular. Batuannya disebut phyllite (filit).

Gambar 1. 2 Struktur Phylitic


- Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya
disebut schist (sekis).
Gambar 1. 3 Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur
- Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai
bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut gneiss.

Gambar 1. 4 Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur


2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
- Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mosaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk).

Gambar 1. 5 Sruktur Granulose


- Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat
metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
- Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).

Gambar 1. 6 Struktur Milonitic


- Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya
telah terjadi rekristalisasi. Ciri lainnya adalah kenampakan kilap sutera pada batuan
yang, mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Penamaan
tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blastoatau akhiran blastic yang
ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian
berikut ini.
1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa
Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi :
a. Palimset/ Relict/Sisa Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih
menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak
pada batuan metamorf tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur
batuan metamorf ini. Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf
yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang
mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.
b. Kristaloblastik Tekstur kristloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang
terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini
sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur berdasarkan ukuran butir
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi :
a. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
b. Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata
3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
b. Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
c. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi :
• Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral
• Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
4. Tekstur berdasarkan bentuk mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
a. Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular
b. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic
c. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat sutured(tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
d. Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured(lebih teratur) dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
2.4 Jenis-jenis Metamorfisme
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja.
Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
a. Metamorfosa kontak/thermal yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh
intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah
satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada
daerah disekitar intrusi.
b. Metamorfosadinamo/dislokasi/kataklastik yaitu metamorfosa yang diakibatkan
oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu:
hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah
saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin
besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan
saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
2. Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu
kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a. Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah
temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti
oleh orogenesa.
b. Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada
daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di
bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan
mengalami proses metamorfosa.
2.5 Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
1. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende
tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada
berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan
merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya
berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu
terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-
orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase
feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium
dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari
potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
6. Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi.
Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan
(cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih
transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari
calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari batugamping.
2.6 Macam-macam Batuan Metamorfisme
1) Slate

Gambar 1. 7 Batu slate


Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah.
Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus
(very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
2) Filit

Gambar 1. 8 Batu Filit


Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan
klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
3) Gneiss

Gambar 1. 9 Batu gneiss


Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan
foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan
tipis kaya amphibole dan mika.
4) Sekis

Gambar 1. 10 Batu sekis


Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal
garnet
5) Marmer

Gambar 1. 11 Batu marmer


Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami
perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer
bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil,
bereaksi dengan HCl.
6) Kuarsit

Gambar 1. 12 Batu kuarsit


Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir
(sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan
biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass
7) Milonit

Gambar 1. 13 Batu milonit


Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis
mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan.
Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal : Metamorfisme dinamik
Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Dapat dibelah-belah
8) Filonit

Gambar 1. 14 Bat filonit


Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate.
Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip
dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan
tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat
(klorit atau mika)
Asal : Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau
9) Serpetinit

Gambar 1. 15 Batu sepertinit


Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral
ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses
proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica
mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini tentang batuan metamorf maka dapat di
simpulakan bahwa Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur) da
n chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi
dalam kerak bumi.
Agen-agen atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme melip
uti suhu (temperatur), tekanan (Pressure), dan aktivitas larutan kimia. Dan secara umum
metamorfisme terbagi menjadi 3 yaitu metamorfisme sentuh ata
u kontak, metamorfisme dynamo, dan metamorfisme regional. Mineral penyusun batuan
metamorf merupakan mineral-mineral yang ada pada batuan yang telah ada sebelumnya,
baik mineral yang berasal dari batuan beku, sedimen, maupun metamorf.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Rohmanto, Ir. 2008. Geologi Fisik. Makasaar : Universitas Hasanudin.

Buranda, JP. TT. Geologi Umum. Malang : Lab. Geografi FMIPA UM.B.E.

http://mithaariany.wordpress.com/2012/05/30/batuan-metamorf/
http://effmakalahsripsi.blogspot.com/2011/11/makalah-tentang-batuan-metamorf.html

Anda mungkin juga menyukai