Anda di halaman 1dari 13

Thabiea :

Journal of Natural Science Teaching

Efektivitas Pembelajaran Biologi Berorientasi Literasi Saintifik


M. Surip, S. Pd., M.Si , Mei Lanie Siagian, Siti Nurhliza
meilaniesiagian@gmail.com

ABSTRAK
Kata kunci: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keefektifan pendekatan saintifik
literasi saintifik dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi saintifik. Subjek dari
pembelajaran biologi penelitian ini adalah siswa program ilmu pengetahuan alam sekolah
pendekatan saintifik menengah di Kudus. Keefektifan diukur berdasarkan nilai ukuran efek
Cohen d berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diambil menggunakan
desain deret waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi
saintifik berada di kategori sedang dengan nilai 0,548. Pendekatan saintifik
dapat menjadi tawaran model pembelajaran berorientasi literasi saintifik
serta tidak dapat ditemukan model terbaik untuk digunakan dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam termasuk biologi.
ABSTRACT
Keyword: Effectiveness of biology learning scientific literacy oriented. The goals
biology learning scientific of this work were to find the effectiveness of scientific approach in
approach scientific literacy biological learning oriented. The subject of this study is
scientific literacy students of natural science program class in secondary school in Kudus.
To reveal effectiveness is measured based on the value of Cohen’s d effect
size based on pretest and posttest result gained with time series design. The
results of this work revealed that the effectiveness of scientific approach in
scientific literacy biological learning oriented were in medium category
with the value were 0,548. Scientific approach can be used as alternative
model for scientific literacy learning oriented nor did not found the best
model for science learning include biology.

Pendahuluan prinsip tersebut ialah menggunakan


Pembelajaran yang bertujuan untuk pendekatan saintifik.
meningkatkan kemampuan siswa secara optimal Pendekatan saintifik adalah pendekatan
harus dilakukan melalui langkah terstruktur dan pedagogis yang menggunakan langkah sesuai
terukur (Setiawan & Koimah, 2019). Struktur dengan metode ilmiah (Setiawan, 2019).
pembelajaran yang baik diterapkan secara Nurohmah (2015) melalui one-group
bertahap mulai dari langkah sederhana sampai pretestposttest menemukan bahwa pendekatan
rumit. Seluruh langkah tersebut dibuat agar dapat saintifik mempunyai keefektifan tinggi dalam
diukur, baik dari sisi pelaksanaan maupun meningkatkan hasil belajar tiap aspek kognitif
pencapaian. Hal ini berlaku secara umum, siswa pada jenjang pengetahuan, pemahaman,
termasuk dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan dan penerapan. Setiawan (2017) kemudian
Alam (IPA) seperti biologi, fisika, kimia, menerapkan pendekatan saintifik dalam
geologi, dan astronomi. Salah satu cara untuk pembelajaran fisika berorientasi literasi saintifik.
menyusun pembelajaran yang sesuai dengan Hasil yang diperoleh menggunakan one-group
pretest-posttest menyebutkan bahwa pendekatan
saintifik dalam pembelajaran fisika topik

M. Surip, Mei, Siti/JURNAL THABIEA Vol. 02 No. 02 Tahun 2019 | 83 – 94


mekanika dapat meningkatkan literasi saintifik kalau menggunakan dari kelompok true
siswa di kategori sedang dengan nilai gain yang experimental lantaran peneliti dapat mengontrol
dinormalisasi sebesar 0,61. beberapa faktor yang tidak diharapkan
Nurohmah (2015) berupaya untuk memengaruhi hasil penelitian.
mengetahui seberapa besar keefektifan Berdasarkan tuturan tersebut, kami
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hasil memandang perlu dilakukan tindak lanjut
belajar. Besar keefektifan diukur berdasarkan terhadap Nurohmah (2015) dan Setiawan (2017)
ukuran efek 𝐶𝑜ℎ𝑒𝑛 𝑑 terhadap hasil pretest dan berupa penelitian yang memaduan tujuan dan
posttest. Hasil pretest dan posttets diambil pembahasan data serta perbaikan desain
menggunakan tes objektif sebanyak 20 butir soal penelitian dari keduanya. Sehingga kami
yang disusun sebagai alat pengukur hasil belajar menerapkan pendekatan saintifik dalam
tiap aspek kognitif. Tes tersebut diberikan pembelajaran biologi berorientasi literasi
kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran saintifik siswa. Karena itu rumusan masalah yang
sebanyak 3 pertemuan. Sementara tujuan menjadi fokus kami ialah, “Bagaimana
penelitian Setiawan (2017) ialah untuk mendapat keefektifan pendekatan saintifik dalam
gambaran peningkatan literasi saintifik setelah pembelajaran biologi berorientasi literasi
diterapkan pendekatan saintifik dalam saintifik?”
pembelajaran fisika topik mekanika. Penerapan
tersebut dilakukan menggunakan desain Metode
pembelajaran yang diadaptasi dari usulan Utari,
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan
dkk. (2015). Peningkatan literasi saintifik diukur
keefektifan pendekatan saintifik dalam
berdasarkan nilai gain yang dinormalisasi
pembelajaran biologi berorientasi literasi
terhadap hasil pretest dan posttest. Alat ukur
saintifik. Karena itu dibutuhkan data berupa
pretest dan posttets berupa tes tipe uraian
profil literasi saintifik sebelum dan sesudah
sebanyak 18 butir soal yang disusun berdasarkan
pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
indikator kompetensi literasi saintifik dari
saintifik. Berdasarkan tujuan penelitian dan
Programme for International Student
kebutuhan data, metode penelitian yang dapat
Assessment (PISA). Tes tersebut diberikan
dipakai ialah pendekatan kualitatif tipe
kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
experimental jenis action research (Fraenkel &
sebanyak 3 pertemuan.
Wallen, 2009). Dalam metode ini dapat
Dari penyampaian informasi tersebut tampak digunakan kelompok desain quasiexperimental,
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh yang kami pilih karena kesulitan menggunakan
Nurohmah (2015) tidak diarahkan untuk melatih true experimental, tapi hasilnya lebih kuat
literasi saintifik sepertihalnya dilakukan oleh daripada weak eksperimental.
Setiawan (2017). Namun, Setiawan (2017) luput
Desain penelitian yang dipilih dari kelompok
tidak mengulas keefektifan penerapan
quasi-experimental yakni time series, karena
pendekatan saintifik dalam pembelajaran laiknya
tidak memerlukan kelompok kontrol untuk
dikerjakan oleh Nurohmah (2015). Ditilik dari
dibandingkan dengan kelompok eksperimen,
sisi metode penelitian, keduanya menggunakan
tidak menggunakan penyamaan karakteristik
desain yang sama berupa onegroup pretest-
dalam satu kelompok tindakan, serta tidak
posttest. Desain tersebut termasuk dalam tipe
memerlukan pengontrol variabel. Untuk desain
experimental dari kelompok weak experimental
time series, kelompok yang digunakan untuk
karena tidak memiliki kontrol untuk ancaman
penelitian tidak dapat dipilih secara random
terhadap kualitas pelaksanaan rancangan
sampling, sehingga sampel diambil
penelitian, sehingga hasilnya bukan semata
menggunakan teknik convenience sampling
dipengaruhi oleh tindakan yang diberikan
(Fraenkel & Wallen, 2009). Target populasi di
(Fraenkel & Wallen, 2009). Keabsahan hasil
sini adalah siswa sekolah menengah program
penelitian tipe experimental akan lebih kuat
ilmu pengetahuan alam (IPA) di Kabupaten

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|84


Kudus. Sampel yang diambul sebanyak 120 OA2 P2 OH2
siswa dengan kisaran usia 15-17 tahun dari salah OA3 P3 OH3
satu sekolah menengah.
OA4 P4 OH4
Desain penelitian berupa 16 kali pengamatan
terhitung mulai 6 Januari sampai 3 Maret 2019. OA5 P5 OH5
Rincian desain yakni: 8 kali pengamatan sebelum OA6 P6 OH6
diberikan tindakan berupa hasil pretest (OA1, OA2, OA7 P7 OH7
OA3, OA4, OA5, OA6, OA7, OA8); 8 kali pengamatan
OA8 P8 OH8
setelah diberikan tindakan berupa hasil posttest
Penerapan pendekatan saintifik
(OH1, OH2, OH3, OH4, OH5, OH6, OH7, OH8); serta dilaksanakan menggunakan desain
tindakan berupa penerapan pendekatan saintifik pembelajaran usulan Utari, dkk. (2015) yang
yang dilaksanakan secara malar dalam diperbaiki oleh Setiawan (2017). Komponen
pembelajaran biologi topik plantae meliputi literasi saintifik yang dilatih untuk setiap langkah
bryophyta (P1), pteridophyta (P2), berfokus kepada domain kompetensi, ialah:
gymnospermae (P3), dan angiospermae (P4) serta menjelaskan fenomena secara ilmiah (K1),
animalia mencakup annelida (P5), arthropoda merancang dan mengevaluasi penyelidikan
(P6), pisces (P7), dan tetrapoda (P8). Desain ilmiah (K2), dan menafsirkan data dan bukti
tersebut ditunjukkan dengan pola berikut: secara ilmiah (K3).
Instrumen yang dipakai untuk mengukur
literasi saintifik berupa tes tipe uraian dengan
konten terkait topik bryophyta, pteridophyta,
gymnospermae, angiospermae, annelida,
arthropoda, pisces, dan tetrapoda masingmasing
sebanyak 3 butir soal yang disusun berdasarkan
OA1 P1 OH1 indikator kompetensi dari kerangka kerja PISA.
Tabel 1. Indikator Kompetensi Literasi Saintifik
Kompetensi Kode Indikator
Mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang sesuai
Mengidentifikasi, menggunakan, serta menghasilkan model dan
Menjelaskan fenomena
K1 representasi yang jelas
secara ilmiah
Menjelaskan implikasi potensial dari pengetahuan ilmiah bagi
masyarakat
Mengusulkan cara mengeksplorasi secara ilmiah terhadap pertanyaan
yang diberikan
Merancang dan Mengevaluasi cara mengeksplorasi secara ilmiah pertanyaan yang
mengevaluasi penyelidikan K2 diberikan
ilmiah Mendeskripsikan dan mengevaluasi berbagai cara yang digunakan oleh
ilmuan untuk menentukan keabsahan dan keobjektifan data serta
keumuman penjelasan
Menafsirkan data dan bukti Mengubah data dari satu representasi ke representasi yang lain
secara ilmiah K3
Menganalisis dan menafsirkan data dan menarik kesimpulan yang tepat
(OECD, 2018)

Tabel 2. Kompetensi yang dilatihkan untuk Setiap Langkah Pembelajaran

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|85


Literasi
Langkah Pembelajaran Gambaran Kegiatan Saintifik

Kegiatan Apersepsi Memberi contoh penerapan masalah keseharian K1


Pendahuluan Motivasi terkait dengan konsep yang akan disampaikan. K1
Melakukan simpulan dari hasil pengamatan,
Mengamati mendapatkan data untuk memunculkan K1, K3
pertanyaan penyelidikan.
Kegiatan Inti
Mengajukan pertanyaan penyelidikan terkait
Menanya objek yang dimati, memprediksi hubungan antar K1, K2
variabel.
Merencanakan eksperimen, melakukan
Mengumpulkan Informasi eksperimen, mengumpulkan informasi pustaka K1, K2, K3
(pustaka) yang relevan.
Mengolah Data
(laboratorium atau Menganalisis data dan membuat kesimpulan. K2, K3
lapangan)
Menyampaikan kesimpulan yang didapatkan
Mengomunikasikan Hasil K2, K3
secara lisan dan tulisan.
Memberi soal terkait dengan konsep yang telah
Evaluasi K1, K2, K3
dibahas.
Kegiatan
Memberi tugas yang memacu siswa untuk
Penutup
Penugasan menuangkan gagasan dalam memecahkan K1, K2, K3
masalah keseharian.
Setiawan (2017)

Tabel 3. Sebaran Topik Instrumen Pengukuran


Topik Rincian Penggunaan

Plantae Bryophyta OA1 dan OH1 Pteridophyta OA2 dan OH2


Gymnospermae OA3 dan OH3
Angiospermae OA4 dan OH4

Animalia Annelida OA5 dan OH5


Arthropoda OA6 dan OH6 Pisces OA7 dan OH7
Tetrapoda OA8 dan OH8

(OECD, 2018)

Keabsahan instrumen ditentukan biologi sekolah menengah dan bidang


berdasarkan validasi pakar, masing-masing profesional terkait biologi.
terhadap kesesuaian indikator dengan soal, Sementara keandalan
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan, serta instrumen ditentukan berdasarkan internal
kesesuaian soal dengan jenjang sekolah. Pakar consistency. Dengan cara ini, dibutuhkan satu
yang dipilih yaitu akademisi dengan bidang kali uji coba yang hasilnya diolah
kepakaran literasi saintifik dan evaluasi dengan ketentuan instrumen dapat digunakan
pembelajaran biologi serta praktisi pembelajaran kalau nilai koefisien keandalan persamaan

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|86


Kuder-Richardson Approaches (KR20) lebih posttest memenuhi persamaan 𝑦 = −0,0152𝑥 +
besar dari 0,70 (Fraenkel & Wallen, 2009; 1,4886. Persamaan garis 𝑦 = 0,075𝑥 + 0,3717
Cronbach, 1951). diperoleh untuk keseluruhan tahap pengamatan.
Setelah dilakukan validasi kepada 4 Koefisien positif dalam persamaan tersebut
pakar dan uji coba terhadap 40 siswa ditemukan menyampaikan makna bahwa terdapat
bahwa instrumen layak dipakai serta nilai kecenderungan peningkatan nilai dari setiap
koefisien keabsahan memenuhi kriteria dapat tahap. Perhitungan hasil tersebut memberi nilai
digunakan. Cohen d sebesar 0,548, yang berarti secara
Dalam mengukur literasi saintifik siswa, keseluruhan penerapan pendekatan saintifik
digunakan panduan penilaian jawaban berikut: dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi
Tabel 4. Klasifikasi Skor Setiap Jawaban saintifik memiliki keefektifan di kategori sedang.
Skor Jawaban Dapat dilihat dari Gambar 1 bahwa
3 Sesuai seperti yang diharapkan pendekatan saintifik terbilang efektif untuk
2 Hampir seperti yang diharapkan tanpa melatih literasi saintifik dalam pembelajaran
terdapat pernyataan yang salah biologi. Hasil ini menguatkan Nurohmah (2015)
1 Mengandung hal yang benar dan terdapat pula yang mengungkap bahwa pendekatan saintifik
pernyataan yang salah efektif dalam meningkatkan hasil belajar tiap
0 Jawaban tidak berhubungan dengan aspek kognitif siswa pada jenjang pengetahuan,
pertanyaan yang diajukan
pemahaman, dan penerapan. Namun, kategori
0 Tidak menjawab
keefektifan yang didapat oleh Nurohmah (2015)
berada di kategori tinggi, sedangkan kami berada
Dari skor tersebut, keefektifan dicari di kategori sedang. Hal ini mungkin disebabkan
melalui perhitungan nilai ukuran efek (effect size) oleh indikator hasil belajar yang dirancang dalam
dari nilai Cohen d (Nissen, dkk., 2018). Hasil pembelajaran. Nurohmah (2015) merancang
perhitungan tersebut kemudian ditafsirkan pembelajaran berdasarkan aspek kognitif tanpa
berdasarkan tabel berikut: mengaitkan dengan literasi saintifik seperti yang
kami lakukan. Kemungkinan tersebut didukung
Tabel 5. Besar Keefektifan
oleh temuan PISA yang menyebutkan bahwa
Nilai Kategori
ratarata skor literasi saintifik siswa Indonesia
0,01 Sangat Kecil
sebesar 403, lebih rendah 90 poin dari rata-rata
0,20 Kecil
internasional sebesar 493 serta jauh di bawah
0,50 Sedang
0,80 Tinggi
peringkat pertama yakni Singapura dengan
1,20 Sangat Tinggi ratarata 556 poin (OECD, 2018).
2,00 Luar Biasa

(Sawilowsky, 2009)

Hasil dan pembahasan


Hasil penelitian ditunjukkan melalui
gambar 1, yang menampakkan bahwa terdapat
peningkatan hasil dari pretest ke posttest. Hasil
yang diperoleh dari pretest tidak stabil dengan
bentuk garis memenuhi persamaan persamaan
𝑦 = −0,0045𝑥 + 0,6179, tapi karena memiliki
rentang perbedaan yang kecil dapat dikatakan
bahwa ketidakstabilan kurang signifikan.
Ketidakstabilan serupa juga diperoleh dari hasil

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|87


1.600

1.400

1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Gambar 1. Kecenderungan data dari tahap pretest (black) ke posttest (pink)


bahan evaluasi pembelajaran di beberapa negara,
Temuan PISA berbanding terbalik PISA juga memberikan kerangka kerja yang
dengan pendapat Suwarma (2012), yang melalui digunakan dasar pengukuran. Kerangka kerja
kajian deskriptif terhadap kurikulum dari PISA dapat diadopsi atau minimal diadaptasi
Indonesia sejak 1947 sampai 2006 ke dalam proses pembelajaran karena
menyampaikan bahwa kualitas pendidikan di menekankan kemampuan siswa untuk
Indonesia mulai meningkat secara bertahap menerapkan hasil pembelajaran terhadap
dilihat dari persentase siswa yang lulus ujian masalah keseharian. Kerangka kerja tersebut
nasional (UN). Anggapan berdasarkan hasil UN secara ringkas dapat disebut dengan literasi
ini dapat memberi kesimpulan bahwa hasil saintifik.
pembelajaran IPA di Indonesia sudah bagus. Corebima (2016) mengungkap fakta
Artinya ketika acuan penilaian hasil berupa pembelajaran dilakukan mengacu pada
pembelajaran IPA berupa ujian nasional dengan acuan utama, yaitu supaya para siswa lulus ujian,
susunan indikator berdasarkan rincian aspek yang membuat guru berupaya dengan segala
kognitif, diperoleh kesimpulan lebih baik cara, baik halal maupun setengah halal, agar
daripada menggunakan indikator literasi siswa memahami sajian konten pembelajaran
saintifik. Hasil ini selaras dengan perbandingan sementara siswa juga berupaya dengan segala
hasil yang kami peroleh dengan temuan cara serupa agar dapat menjawab soal ujian
Nurohmah (2015). sehingga dinyatakan lulus. Artinya fakta di
Penilaian dari PISA memang bukan lapangan menunjukkan bahwa ketika ujian
harga mati dalam mengukur hasil pembelajaran. nasional, yang menjadi dasar Suwarma (2012)
Pasalnya PISA hanya menunjukkan umur sampel dalam mengungkap pendapat, cenderung
tanpa menyampaikan wilayah sekolah yang berupaya menumpuk pengetahuan ketimbang
menjadi lokasi pengambilan data. Aspek wilayah memupuk keterampilan. Hal ini berbeda kalau
terbilang penting karena Indonesia masih acuan utama yang digunakan ialah literasi
memiliki masalah kesenjangan pendidikan antar saintifik. Rustaman (2017) menyebutkan bahwa
wilayah. Sehingga penilaian di wilayah tertentu pembelajaran IPA, termasuk biologi, berorientasi
misalnya di Bandung, dengan di wilayah lain literasi saintifik dapat dilakukan dengan cara
seperti Malang, memungkinkan hasil yang mengkaji indikator guna dibekalkan kepada
berbeda. Meski demikian, bukan berarti siswa, bukan sekadar membiasakan berlatih soal
penilaian PISA tidak perlu diperhatikan sama menurut PISA. Dari sini tampak bahwa
sekali. Selain menyediakan informasi sebagai pembelajaran berorientasi literasi saintifik lebih

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|88


berupaya memupuk keterampilan ketimbang melalui langkah pembelajaran terstruktur dan
menumpuk pengetahuan. terukur. Struktur pembelajaran diterapkan secara
Utari, dkk. (2015) menyediakan hasil bertahap mulai dari langkah sederhana sampai
bagus berupa matriks kaitan antara literasi rumit dengan langkah yang dapat diukur, baik
saintifik untuk domain pengetahuan dan dari sisi pelaksanaan maupun pencapaian.
kompetensi dengan langkah pembelajaran Rustaman (2017) menyebut bahwa dalam
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan pembelajaran IPA selayaknya terdapat kegiatan
Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K13). yang membekali siswa untuk mengembangkan
Nilai penting dari karya Utari, dkk. (2015) ialah operasi mereka menjadi sesuatu yang lebih
menyediakan panduan operasional dalam bermakna dalam memahami pola di alam dan
menyusun desain pembelajaran berorientasi hakikat sains sekaligus melatih keterampilan
literasi saintifik. Panduan tersebut kemudian ilmiah serta menumbuhkan kepedulian terhadap
diadaptasi dalam bentuk matriks oleh Setiawan alam dan upaya pelestarian fungsinya. Dari sini
(2017) untuk menerapkan pendekatan saintifik dapat dikatakan bahwa langkah pendekatan
dalam pembelajaran fisika berorientasi literasi saintifik mendukung pembelajaran IPA.
saintifik. Walau sayang seperti telah disebutkan Kompetensi merancang dan
sebelumnya, Setiawan (2017) luput tidak mengevaluasi penyelidikan ilmiah mengalami
mengulas keefektifan penerapan pendekatan nilai keefektifan paling tinggi, yang secara
saintifik dalam pembelajaran. Selain itu, baik berurutan diikuti oleh menjelaskan fenomena
Utari, dkk. (2015) maupun Setiawan (2017), secara ilmiah kemudian menafsirkan data dan
memperoleh profil literasi saintifik dalam bukti secara ilmiah. Hasil yang ditampilkan
pembelajaran fisika, bukan biologi. Untuk itulah dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa pendekatan
diperlukan penelitian berlanjut di luar topik fisika saintifik lebih efektif dalam melatih siswa untuk
seperti yang kami lakukan melalui desain time merancang dan mengevaluasi penyelidikan
series dalam pembelajaran biologi ini, walau ilmiah daripada menjelaskan fenomena serta
untuk saat ini keefektifan yang diperoleh belum menafsirkan data dan bukti secara ilmiah. Hasil
mencapai kategori tinggi. ini memiliki perbedaan dengan dengan Setiawan
Desain time series dalam praktiknya (2017) yang memberi informasi bahwa
sama seperti dengan penelitian tindakan kelas peningkatan literasi saintifik untuk pembelajaran
(PTK), tapi tanpa terdapat tahap refleksi. Melalui fisika topik mekanika berada di kategori sedang
PTK yang terdiri dari 4 siklus Wahyuni dengan urutan: menafsirkan data dan bukti secara
(2018) memperoleh kesimpulan bahwa ilmiah, merancang dan mengevaluasi
penerapan pendekatan saintifik dapat penyelidikan ilmiah, dan menjelaskan fenomena
meningkatkan aspek pengetahuan dan secara ilmiah. Perbandingan hasil tersebut
keterampilan pada pelajaran biologi di sekolah menunjukkan bahwa peningkatan untuk
menengah. Wahyuni (2018), laiknya Nurohmah kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah
(2015), tidak mengaitkan pembelajaran dengan dan merancang dan mengevaluasi penyelidikan
literasi saintifik. Namun, perbandingan tersebut ilmiah untuk topik biologi lebih tinggi daripada
menunjukkan bahwa pendekatan saintifik dapat fisika, tapi hal ini berlaku sebaliknya untuk
memberikan hasil belajar yang baik. Secara kompetensi menjelaskan fenomena serta
umum pendekatan saintifik tersusun dari menafsirkan data dan bukti secara ilmiah.
beberapa langkah pembelajaran berurutan, ialah: Tampak bahwa siswa lebih sulit menafsirkan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, data dan bukti secara ilmiah di topik biologi
melakukan percobaan, mengolah data, serta daripada fisika.
mengomunikasikan hasil.
Pendekatan saintifik dipakai guna memberi Tabel 6. Rincian Keefektifan
pengalaman kepada siswa agar hasil yang
diperoleh dapat absah, andal, dan objektif Keefektifan

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|89


Kompetensi di topik pisces serta kompetensi menafsirkan data
Nilai Kategori dan bukti secara ilmiah di topik tetrapoda, yang
keduanya mendapat keefektifan rendah. Hasil ini
K1 0,555 Sedang
cenderung selaras dengan gambar 1 yang
K2 0,581 Sedang memperlihatkan bahwa pendekatan saintifik
K3 0,509 Sedang memiliki keefektifan berbeda untuk melatih
kompetensi literasi saintifik di kategori sedang
Biologi memang disiplin ilmu yang dengan nilai beragam untuk setiap topik. Secara
rumit dibanding dengan cabang lain dalam IPA beruntun urutannya ialah: pteridophyta (P2),
(Koimah & Setiawan, 2019). Marcharis (2015) bryophyta (P1), gymnospermae (P3),
menyebut bahwa biologi kerap dianggap sebagai angiospermae (P4), tetrapoda (P8), pisces (P7),
pelajaran hafalan yang membuat siswa annelida (P5), kemudian arthropoda (P6). Urutan
cenderung merasa berat dalam mempelajari. tersebut justru berbeda dengan pembelajaran
Melalui kajian deskriptif terungkap bahwa siswa yang dilaksanakan, secara malar yakni bryophyta
di pondok pesantren memiliki kemampuan (P1), pteridophyta (P2), gymnospermae (P3), dan
menerima dan mengolah informasi yang angiospermae (P4) serta animalia mencakup
termasuk ke dalam kategori sedang, hanya annelida (P5), arthropoda (P6), pisces (P7), dan
menggunakan sedikit usaha mentalnya dalam tetrapoda (P8).
mempelajari materi biologi di dalam kelas, serta Keefektifan seperti itu menunjukkan
hasil belajar termasuk ke dalam kategori kurang. bahwa dalam pembelajaran biologi pendekatan
Nilai penting dari gambaran yang didapat oleh saintifik lebih efektif untuk melatih kompetensi
Marcharis (2015) ialah menunjukkan bahwa literasi saintifik menggunakan topik plantae
terdapat perjuangan berat bagi guru biologi untuk daripada topik animalia. Dalam proses
memandu pembelajaran seiring topik yang pembelajaran secara umum, siswa diminta untuk
dibahas memiliki kerumitan. Kerumitan biologi mengamati organisme terkait topik yang sedang
cukup berbahaya karena ketika topik dipelajari. Misalnya untuk topik angiospermae
pembelajaran terlampau rumit siswa dapat (P4), siswa diminta untuk mengamati mawar
mengalami beban kognitif, tapi pada saat merah (Rosa centifolia) dengan fokus
bersamaan ketika hal ini disampaikan secara pengamatan terhadap bentuk akar, letak
sederhana membuka peluang timbulnya pembuluh angkut, bentuk tulang daun, serta pola
kesalahpahaman serta mempromosikan hafalan bagian bunga. Dengan keefektifan pembelajaran
bukan pemahaman (Koimah & Setiawan, 2019; di kategori sedang sebesar 0,547, diharapkan
Si’ayah, 2010). pembelajaran berikutnya yakni annelida (P5)
Literasi saintifik tampak tidak terkait dapat lebih efektif dalam melatih siswa. Sayang
maupun identik dengan topik tertentu. Hal ini dalam pembelajaran annelida menggunakan
diperlihatkan oleh temuan yang menunjukkan Cacing tanah (Lumbricus terrestris) yang fokus
bahwa pembelajaran memiliki keefektifan relatif pengamatan terhadap jaringan tubuh, simetri
setara meski berbeda topik untuk kompetensi tubuh, lapisan nutfah, dan tulang belakang justru
merancang dan mengevaluasi penyelidikan memiliki keefektifan sedang sebesar 0,526.
ilmiah. Dalam kompetensi ini, siswa tidak Artinya, keefektifan yang diperoleh dari
dikaitkan secara langsung dengan objek pembelajaran angiospermae (P4) terasa kurang
pengamatan dan/atau percobaan karena lebih berguna ketika memasuki topik annelida (P5).
menekankan terhadap penggunaan metode Pasalnya dalam topik annelida, siswa harus
ilmiah. Walau begitu, kaitan antara semua berurusan dengan organisme yang lebih lentur,
kompetensi dengan setiap topik yang sehingga lebih menyulitkan mereka buat
ditunjukkan melalui tabel 7 diperoleh keefektifan memotong setiap bagian organisme untuk
kategori sedang hampir di setiap rincian, kecuali mengamati lapisan nutfah. Hasil potongan pun
kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah akhirnya sulit untuk diamati, sehingga data yang

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|90


diperoleh sulit untuk ditafsirkan. Keadaan seperti Paparan hasil di Tabel 7 justru
ini dikuatkan oleh temuan yang menunjukkan melemahkan anggapan bahwa literasi saintifik
bahwa keefektifan pembelajaran dalam topik tidak identik dengan topik tertentu. Pasalnya
animalia untuk tetrapoda menggunakan Mencit perbedaan tingkat kerumitan antar topik ketika
(Mus musculus) dan pisces menggunakan disampaikan dengan pendekatan yang sama dan
Bandeng (Chanos chanos), yang lebih mudah diukur menggunakan indikator yang sama,
dipotong, lebih tinggi dibandingkan dengan hasilnya tampak berbeda. Kian rumit topik yang
annelida menggunakan Cacing tanah (Lumbricus dibahas, keefektifan pembelajaran untuk
terrestris) dan arthropoda menggunakan Udang
jerbung (Fenneropenaeus merguiensis).
Tabel 7. Rincian Keefektifan

Keefektifan
Topik Kompetensi
Nilai Kategori

Bryophyta Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,620 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,596 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,515 Sedang

Pteridophyta Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,583 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,607 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,548 Sedang

Gymnospermae Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,556 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,567 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,571 Sedang

Angiospermae Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,516 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,592 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,535 Sedang

Annelida Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,560 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,517 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,503 Sedang

Arthropoda Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,484 Rendah


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,607 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,413 Rendah

Pisces Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,520 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,580 Sedang

Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,531 Sedang

Tetrapoda Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,600 Sedang


Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,583 Sedang

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|91


Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,457 Rendah

melatih literasi saintifik kian rendah. Karena seksama berdasarkan tingkat kerumitannya di itu dalam
menyiapkan pembelajaran, urutan mata siswa tanpa perlu terpaku dengan topik yang dibahas perlu
diperhatikan secara panduan dalam kurikulum yang diberlakukan.

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching|92


Dilihat dari sisi peningkatan tinggi dari untuk melatih literasi saintifik. Pendekatan
kompetensi merancang dan mengevaluasi saintifik dipandang cocok digunakan untuk
penyelidikan ilmiah, hasil yang kami peroleh melatih kompetensi literasi saintifik karena
sama seperti Dinata (2018) ketika melakukan siswa dibiasakan untuk menggunakan metode
field trip di topik ekosistem. Dinata (2018) juga ilmiah dalam memperoleh informasi. Hal ini
memberi hasil berupa peningkatan kategori membuat pembelajaran lebih berupaya untuk
tinggi untuk kompetensi menjelaskan fenomena memupuk keterampilan ketimbang menumpuk
secara ilmiah serta sedang untuk menafsirkan pengetahuan. Beberapa perbandingan tersebut
data dan bukti secara ilmiah. Field trip memang sekaligus menunjukkan bahwa tidak ditemukan
memberi hasil lebih baik di topik ekosistem, tapi perbedaan menyolok dengan beragam model
kami memandang bahwa strategi tersebut tidak pembelajaran. Dengan demikian, melalui
cocok diterapkan di topik plantae dan animalia. penelitian ini kami belum dapat menentukan
Hal ini terjadi karena konten pembelajaran model terbaik untuk digunakan dalam
plantae dan animalia berupa organisme tertentu pembelajaran IPA termasuk biologi. Sehingga
akan tetap bermakna bagi siswa ketika diamati kami menganggap bahwa setiap model dapat
di laboratorium tanpa harus melakukan field digunakan dalam pembelajaran IPA selama
trip. Sedangkan konten pembelajaran ekosistem tidak mengabaikan kegiatan pengamatan
mempelajari interaksi, baik interaksi antar (observation) dan/atau peramalan
makhluk hidup maupun antara makhluk hidup
(eksperiment) yang merupakan karakteristik
dengan lingkungannya, sehingga membutuhkan
IPA, yakni biologi dan fisika.
pembelajaran dengan menggunakan field trip
(Dinata, 2018).
Simpulan
Perbandingan dengan beberapa hasil
penelitian lain memberi pesan bahwa guru Secara keseluruhan penerapan
selayaknya mengerti karakteristik pendekatan saintifik dalam pembelajaran
topik pelajaran, keterampilan yang hendak biologi berorientasi literasi saintifik memiliki
dilatih dalam pembelajaran, serta keadaan keefektifan di kategori sedang dengan nilai
siswa agar proses dapat dilaksanakan secara sebesar 0,548. Hasil ini menunjukkan bahwa
maksimal guna memperoleh hasil optimal. pendekatan saintifik bisa menjadi sarana untuk
Terdapat pendapat yang menyebut melatih kompetensi literasi saintifik. Melalui
bahwa pembelajaran sebaiknya berorientasi perbandingan terhadap beberapa penelitian
terhadap proses bukan hasil pembelajaran. terungkap bahwa tidak ditemukan perbedaan
Kami menyangkal pendapat ini dengan memilih menyolok dengan beragam model
pembelajaran yang berorientasi terhadap hasil. pembelajaran. Dengan demikian, kami tidak
Hasil optimal secara konsisten tentu dapat dapat menemukan model terbaik untuk
diperoleh melalui proses maksimal yang digunakan dalam pembelajaran IPA termasuk
dibiasakan. Agar hasil yang diperoleh tidak sia- sekalius bukan hanya biologi.
sia, orientasi pembelajaran perlu diarahkan
terhadap literasi saintifik bukan sekadar Ucapan Terima Kasih
meningkatkan aspek kognitif seperti HOTS Adib Rifqi Setiawan mengucapkan
(higher order of thinking skill) apalagi sekadar terima kasih kepada semua warga Madrasah
lulus ujian nasional. Sehingga pembelajaran Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus
yang dialami oleh siswa tidak sia-sia ketika yang memberi dukungan pembelajaran aktual;
sudah menyelesaikan pendidikan di sekolah serta Dr. Setiya Utari dan Dr. Kusnadi dari
(Si’ayah, 2010). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Secara keseluruhan, dapat Indonesia (SPs UPI) Bandung maupun
disampaikan bahwa penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran biologi efektif

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching |93


Syarofis Si’ayah, S.Ked. dari Program Studi Nurohmah, Eva Fauziah. 2015. Efektivitas
Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang pendekatan saintifik dalam
(UNISMA) atas dorongan dan bantuan teknis. meningkatkan hasil dan motivasi belajar
siswa smp. Skripsi Universitas
Referensi Pendidikan Indonesia. URL:
Corebima, Aloysius Duran. 2016. http://repository.upi.edu/22537/
Pembelajaran biologi di indonesia bukan OECD. 2013. Pisa 2015 draft science
untuk hidup. Proceeding Biology framework march 2013. Paris: OECD.
Education Conference, 13(1): 8-22. OECD. 2018. Pisa 2015 results in focus. Paris:
URL: OECD.
https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/vie Rustaman, Nuryani Y. 2017. Mewujudkan
wFile/5640/5008 sistem pembelajaran sains/biologi
Cronbach, Lee J. 1951. Coefficient alpha and berorientasi pengembangan literasi
the internal structure peserta didik. Dalam Prosiding Seminar
of tests. Psychometrika, 16: Nasional III Tahun 2017 “Biologi,
297–334. DOI: Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup
Perspektif Interdisipliner”: KS.URL:
https://dx.doi.org/10.1007/BF02310555
http://researchreport.umm.ac.id/index.ph
Dinata, Anita Nurlela. 2018. The influence of
p/researchreport/article/download/944/11
field trip on high school student's
57
scientific literacy and attitude towards
Sawilowsky, Shlomo S. 2009. New Effect size
science in ecosystem concept.
rules of thumb. Journal of Modern
Assimilation: Indonesian Journal of
Applied Statistical Methods, 8(2): 597-
Biology Education, 1(1): 8-13. DOI:
http://dx.doi.org/10.17509/aijbe.v1i1.11 599. URL:
https://digitalcommons.wayne.edu/jmas
449
m/vol8/iss2/26/
Fraenkel, Jack R. & Wallen, Norman E. 2009.
How to design and evaluate research in Setiawan, Adib Rifqi & Koimah, Siti. 2019.
Effective learning and teaching. Thesis
education (7th ed.). New York. McGraw-
Commons. DOI:
Hill Companies.
Koimah, Siti & Setiawan, Adib Rifqi. 2019. A https://dx.doi.org/10.31237/osf.io/p42nx
glance overview of the Setiawan, Adib Rifqi. 2017. Penerapan
pendekatan saintifik untuk melatihkan
living environment. Thesis Commons.
literasi saintifik dalam domain
DOI:
kompetensi pada topik gerak lurus di
https://dx.doi.org/10.31237/osf.io/6wyq4
sekolah menengah pertama. Skripsi
Marcharis, Dita Alawiyah. (2015). Beban
Universitas Pendidikan Indonesia. URL:
kognitif siswa pada pembelajaran biologi
http://repository.upi.edu/29074/
di sma berbasis pesantren. Skripsi
Setiawan, Adib Rifqi. 2019. A
Universitas Pendidikan
brief explanation of scientific teaching.
Indonesia. URL:
INA-
http://repository.upi.edu/20265/
Rxiv. DOI:
Nissen, Jayson M. 2018.Comparison of
https://doi.org/10.31227/osf.io/by9sm
normalized gain and cohen’s d for
Si’ayah, Syarofis. 2010. Pendidikan di
analyzing gains on concept inventories.
indonesia?? what happen???. Open
Physical Review Physics Education
Research, 14(1): 010115. DOI: Science Framework. DOI:
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/ubg2k
https://dx.doi.org/10.1103/PhysRevPhys
Suwarma, Irma Rahma. 2012. Science
EducRes.14.010115
education development in Indonesia:

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching |94


curriculum changes from 1947 – 2010, a
way to improve education quality in
indonesia. Japan Society for Science
Education (JSSE) National Seminar, 36:
381-382. URL:
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jssep/
36/0/36_381/_pdf
Utari, Setiya, dkk. 2015. Designing science
learning for training students’ science
literacies at junior high school level.
International Conference on
Mathematics, Science, and Education
2015 (ICMSE 2015): SE. URL:
http://icmseunnes.com/2015/wpcontent/u
ploads/2016/03/82_SE.pdf
Wahyuni, Sri. 2018. Implementasi pendekatan
sainstifik pada pelajaran biologi untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif dan
keterampilan sains siswa kelas xi-ipa sma
negeri 2 lambandia, kab. kolaka timur-
sultra. Jurnal Pendidikan Biologi,
9(2): 47-55. DOI:
http://dx.doi.org/10.17977/jpb.v9i2.5301

M.Surip, Mei, Siti/Journal of Natural Science Teaching |95

Anda mungkin juga menyukai