Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan
yang terus menjadi perhatian masyarakat dunia. Menurut World
Health Organization (WHO), pada tahun 2018 terdapat 830 Angka
Kematian Ibu (AKI) di dunia setiap harinya akibat penyakit/komplikasi
terkait kehamilan dan persalinan (WHO, 2018). AKI pada proses
persalinan dan kehamilan cukup tinggi. Pembangunan kesehatan
yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.
Untuk mencapai sasaran Sustainable Development Goals (SDGs)
yaitu Angka kematian Ibu (AKI) sebesar 70 per 100.000 kelahiran
hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 25 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2030, perlu upaya percepatan yang lebih
besar dan kerja keras (Depkes. RI, 2015). Salah satu bentuk dari
upaya pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan
kesehatan ibu dengan program yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2007).

Selama periode tahun 2014-2017 terjadi penurunan jumlah


kematian ibu di Provinsi NTB sebesar 26 orang, namun kembali
meningkat 14 dalam tahun 2018 menjadi 99 kasus dibandingkan
dengan keadaan tahun 2017 yaitu sebanyak 85 kasus. Kejadian
kematian ibu terbanyak pada tahun 2018 yakni 29,29%, nifas sebesar
48,48% dan saat ibu hamil sebesar 22,22%. Berdasarkan kelompok
umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak
61,62%, usia ≥35 tahun sebanyak 31,31% dan usia <20 tahun
sebanyak 7,07%. Dari 99 kasus kematian pada tahun 2018, 29 kasus
disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan, 23 kasus oleh karena
perdarahan,11 kasus disebabkan karena gangguan system peredaran
1
darah (jantung, stroke dll), 9 kasus disebabkan karena infeksi, 3 kasus
gangguan metabolik (Diabetes Mellitus dll). (Profil Kesehatan NTB,
2018).

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS KIA)


UPT BLUD PKM Kediri tahun 2020, jumlah kasus perdarahan
sebanyak 7 kasus. (PWS KIA Puskesmas Kediri 2020) Berdasarkan
kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
dijadikan sebagai bahan dalam seminar kelompok (tambahkan data
SDKI)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan persalinan patologis atonia uteri terutama dalam
menyiapkan tindakan dengan menggunakan pola pikir dan
pendokumentasiannya dengan langkah SOAP. (perbaiki kata2
nya)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data
Subyektif pada pasien dengan atonia uteri
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data
Obyektif pada pasien dengan atonia uteri
c. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi analisa/
assasment pada pasien dengan atonia uteri (perbaiki kata2
nya jangan pemborosan kata) lihat seperti di proposal kalian
buat
d. Mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan
penatalaksanaan pada pasien dengan atonia uteri
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penulisan ini dapat sebagai tambahan sumber
kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kebidanan pada ibu
bersalin patologis.
2
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan Asuhan Kebidanan Patologis sesuai standar
pelayanan sehingga dapat mengoptimalkan penurunan angka
kematian ibu.
3. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sehingga
nantinya pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara
sistematis yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang
akan memberikan dampak menurunkan angka kematian ibu

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2014). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Ary
Sulistyawati, 2010). Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Asuhan
persalinan normal).
2. Etiologi Persalinan
Perlu diketahui bahwa selama persalinan, dalam tubuh
wanita terdapat dua hormone yang dominan. Estrogen, berfungsi
untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis. Progesterone, berfungsi untuk
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsang dari
luar seperti rangsang oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Estrogen dan
progesterone harus dalam posisi yang seimbang, sehingga
kehamilan dapat dipertahankan.Perubahan keseimbangan antara
estrogen dan progesterone memicu oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan kontraksi yang
disebut dengan Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan
menjadi kekuatan yang dominan saat mulainya proses persalinan
sesungguhnya, oleh karena itu makin matang usia kehamilan maka
frekuensi kontraksi ini akan semakin sering

4
3. Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori
yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika
telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus
antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum
persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium.Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada
ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik
menyebabkan uterus berkontraksi (Prawirohardjo, 2014).
4. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
a. Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus
dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap
(10 cm). Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis
servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks
mendatar dan membuka..
Tanda dan gejala kala I yaitu his sudah teratur, frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit, penipisan dan pembukaan
serviks,dan keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir
bercampur darah.
Gambaran prosesnya adalah sebagai berikut:
a) Penipisan serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks.Seiring dengan bertambah efektifnya
kontraksi,serviks mengalami perubahan bentuk menjadi

5
lebih tipis.Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang
bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah serviks tertarik
ke atas dan lama-kelamaan menjadi tipis. Batas antara
segmen atas dan bawah rahim mengikuti arah tarikan ke
atas, sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser ke
atas. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah-
ubah. Dengan dimulainya persalinan, panjang serviks
berkurang secara teratur sampai menjadi sangat
pendek.Serviks yang sangat tipis ini disebut dengan
“menipis penuh”.
b) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement.
Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahapan
berikutnya adalah pembukaan.Serviks membuka disebabkan
daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat
uterus berkontraksi.Dilatasi dan diameter serviks dapat
diketahui melalui pemeriksaan intravagina.
Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini
terbagi menjadi dua fase:
(1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
(2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
(a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 Jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2
jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2
jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

6
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dengan
menggunakan partograf. Partograf adalah alat
bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Dengan demikian, juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau
memantau :
(a) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna
air ketuban (setiap pemeriksaan dalam),
penyusupan sutura (setiap pemeriksaan
dalam).
(b) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus
(setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap
4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
c) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah (setiap
4 jam) dan temperatur tubuh, produksi urin
aseton dan protein (setiap 2 sampai 4 jam),
makan dan minum

b. Kala II (Kala Pengeluaran)


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Wanita
merasa hendak buang air besar karena tekanan pada rektum.
7
Perineum menonjol dan menjadi besar karena anus membuka.
Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak pada vulva pada waktu his.Pada primigravida kala II
berlangsung 1,5-2 jam, pada multigravida 0,5-1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
2) Perineum terlihat menonjol.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum
dan atau vaginanya.
4) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum
dan atau vaginanya.
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Prawirohardjo,
2009). Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Permulaan proses pemisahan diri dari
dinding uterus atau pelepasan plasenta:
1) Menurut Duncan
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai
dengan adanya tanda darah yang keluar dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas.
2) Menurut Schultze
Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (central) dengan
tanda adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di
vagina.
3) Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan
robek pada saat plasenta terlepas. Situs plasenta akan
berdarah terus sampai uterus seluruhnya berkontraksi.

8
Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus akan
berkontraksi menekan pembuluh darah yang akhirnya
akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta
tersebut.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Perubahan bentuk uterus dari discoid menjadi globular
(bulat)
b) Semburan darah.
c) Pemanjangan tali pusat.
Manajemen aktif kala III bertujuan untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan
darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis,
serta mencegah terjadinya retensio plasenta.Tiga langkah
menejemen aktif kala III, yaitu:
a) Berikan oksitosin 10 IU dalam waktu satu menit setelah
bayi lahir, dansetelah dipastikan kehamilan tunggal.
b) Lakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah
plasenta lahir.
d. Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan
amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak
diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran
darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat
menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar
hipofise posterior. Tanda dan gejala kala IV ialah bayi dan
plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.

9
Selama 2 jam pertama pascapersalinan pantau tekanan
darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan
yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap
30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temuan yang
tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih
sering.
Tabel 1.1 Lamanya persalinan pada primigravida dan
multigravida:
Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 12-14 jam 8-10 jam
memasukkan kala IV
yang bersifat
observasi
(Rukiyah, 2009)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Tabel 1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power His dan tenaga mengejan.
b. Passage Ukuran panggul dan otot-otot
persalinan.
c. Passenger Terdiri dari janin, plasenta dan air
ketuban.
d. Personality Yang diperhatikan kesiapan ibu dalam
(kepribadian) menghadapi persalinan dan sanggup
berpartisipasi selama proses
persalinan.
e. Provider (penolong) Dokter atau bidan yang merupakan
tenaga terlatih dalam bidang
kesehatan.
(Prawirohardjo, 2014)

10
6. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan adalah proses pengeluaran bayi
dengan mengandalkan posisi, bentuk panggul, serta presentasi
jalan lahir. Bagian terendah janin akan menyesuaikan diri terhadap
panggul ibu pada saat turun melalui jalan lahir. Kepala akan
melewati rongga panggul dengan ukuran yang menyesuaikan
dengan ukuran panggul (Wulandari, 2011).
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
sebagai berikut:
a.Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala
janin mulai turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu,
sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu,
kadang-kadang baru pada permulaan partus. (Prawirohardjo,
2009). Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah
mencapai Hodge III. Pada kepala masuk PAP, maka kepala
dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang
sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada
waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada
di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya,
sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang
disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis :
1) Asynclitismus posterior: bila sutura sagitalis mendekati
simfisis danos parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan.
2) Asynclitismus anterior: bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah
dari os parietal belakang.

11
b. Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam
panggul.Faktor-faktor yng mempengaruhi descensus ialah
tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri
padabokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi
badan janin. Turunnya kepala kedalam panggul disebabkan
oleh hal- hal tekanan air ketuban, tekanan langsung fundus
uteri pada bokong, kekuatan mengejan dan melurusnya badan
fetus.
c. Fleksi Kepala
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga
bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat
kearah dada janin sehingga ubun- ubun kecil lebih rendah dari
ibun- ubun besar. Dengan adanya fleksi, diameter suboksipito
frontalis (11 cm) digantikan oleh diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm).
d. Putaran paksi dalam(internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun
-ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor
yang mempengaruhi ialah perubahan arah bidang PAP dan
PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang
bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor
yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah lengkungan
panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang
belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke
atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion)
dibawah symphisis sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.

12
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan
sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi
Adalah lahirnya seluruh badan bayi(Cunningham, 2005)

B. Konsep Dasar Atonia Uteri


1. Pengertian Atonia Uteri 
Menurut Prawirohardjo tahun 2014 Atonia uteri adalah
keadaan lemahnya tonus/ kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka  dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.  Atonia uteri
merupakan kondisi rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik
setelah  persalinan, terjadi pada sebagian besar perdarahan
pascasalin
Atonia uteri terjadi jika miometroium tidak berkontraksi.
Dalam hal ini uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada
daerah bekas perlekatan plasenta menjadi terbuka lebar. Penyebab
perdarahan post partum ini lebih banyak (2/3 dari semua kasus
perdarahan post partum) oleh Atonia Uteri. Atonia uteri
didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan berkontraksi dengan
baik setelah persalinan (Saifudin AB, 2002). intinya bahwa atonia
uteri adalah tidak adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir.
Pada kondisi normal setelah plasenta lahir, otot-otot rahim
akan berkontraksi secara sinergis. Otot–otot tersebut saling bekerja
sama untuk menghentikan perdarahan yang berasal dari tempat
implantasi plasenta. Namun sebaliknya pada kondisi tertentu otot
otot rahim tersebut tidak mampu untuk berkontraksi/kalaupun ada
kontraksi kurang kuat. Kondisi demikian akan menyebabkan
perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta tidak akan
berhenti dan akibatnya akan sangat membahayakan ibu. Sebagian

13
besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya
atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah
uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500 – 800 ml/menit,
sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi
selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan
darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia
hanya berkisar 5-6 liter saja. (Didien dan Suprapti,2016)
2. Patofisiologi Atonia Uteri 
Atonia uteri terjadi karena uterus tidak berkontraksi dengan
sempurna setelah  anak lahir. Jika uterus tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan  rangsangan taktil (pemijatan) fundus
uteri (Manuaba, 2012). Kontraksi uterus merupakan mekanisme
utama untuk mengontrol perdarahan  setelah melahirkan. Atonia
terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan  pospartum
secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta.
Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak 
berkontraksi (Saifudin, 2008; Cunningham, 2013). Miometrium
terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang 
terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan
postpartum.  Lapisan tengah miometrium tersusun sebagai
anyaman dan ditembus oleh  pembuluh darah. Masing-masing
serabut mempunyai dua buah lengkungan  sehingga setiap bulan
serabut kira-kira membentuk angka delapan.
Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti diatas,
jika otot berkontraksi akan menjepit  pembuluh darah.
Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan 
menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi
sehingga terjadinya perdarahan postpartum (Cunningham, 2013) 

14
3. Faktor Predisposisi Atonia Uteri 
Faktor-faktor predisposisi atonia uteri meliputi beberapa hal
berikut: 
a. Regangan rahim yang berlebihan dikarenakan Polihidramnion,
kehamilan  kembar, makrosemia atau janin besar. Peregangan
uterus yang berlebihan  karena sebab-sebab tersebut akan
mengakibatkan uterus tidak mampu  berkontraksi segera
setelah plasenta lahir. 
b. Persalinan yang lama, merupakan  persalinan yang memanjang
pada kala satu dan kala dua yang terlalu  lama (Prawirohardjo,
2011). 
c. Persalinan yang terlalu cepat atau persalinan spontan.
Persalinan cepat (presipitatus), terjadi persalinan kurang dari 3
jam. Hal ini dikarenakan uterus telah berkontraksi dengan kuat
dan menyebabkan durasi persalinan kurang dari 1 jam,
kesempatan otot untuk beretraksi tidak cukup.
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin 
e. Multiparitas yang sangat tinggi 
f. Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta
keadaan umum  ibu yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun. Terjadinya  peningkatan kejadian atonia
uteri sejalan dengan meningkatnya umur ibu  yang diatas 35
tahun dan usia yang seharusnya belum siap untuk dibuahi.  Hal
ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi 
frekuensi perdarahan yang terjadi (Prawirohardjo, 2011). 
g. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). 
h. Bekas operasi Caesar.
i. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
j. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama
saat  kehamilan, persalinan dan nifas. Kekurangan Hb dalam
darah  mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke

15
sel tubuh maupun  otak. Sehingga dapat memberikan efek
yang buruk baik pada ibu maupun  bayi yang dilahirkan
(Manuaba, 2012) 
k. Dapat terjadi akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan
mendorong  uterus kebawah sementara uterus belum terlepas
dari tempat implannya  atau uterus. Perdarahan yang banyak
dalam waktu singkat dapat diketahui. Tetapi, bila perdarahan
sedikit dalam waktu banyak tanpa disadari, ibu telah kehilangan
banyak darah sebelum ibu tanpak pucat dan gejala  lainnya.
Perdarahan karena atonia uteri, uterus tanpak lembek
membesar  (Anik, 2009). 
l. Fibroid (fibromiomata). Fibroid normalnya adalah tumor yang 
terdiri atas otot dan jaringan fibrosa. Yang dapat menggangu
efektifitas  kerja uterus.
4. Faktor-faktor penyebab terjadinya Atonia Uteri 
a. Pemisahan plasenta inkomplet. Jika plasenta tetap melekat
secara utuh pada  dinding uterus, hal ini cenderung tidak
menyebabkan perdarahan. Namun  demikian, jika pemisahan
telah terjadi, pembuluh darah maternal akan robek.  Jika jaringan
plasenta sebagian tetap tertanam dalam desidua yang 
menyerupai spon, kontraksi dan retraksi yang efisien akan
terganggu. 
b. Retensi kotiledon, pragmen plasenta atau membaran. Hal ini
juga  mengganggu kerja uterus yang efisien. 
c. Percepatan persalinan. Jika uterus telah berkontraksi dengan
kuat dan  menyebabkan durasi persalinan kurang dari satu jam,
kesempatan otot untuk  berretraksi tidak cukup. 
d. Persalinan lama. Pada partus lama uterus dalam kondisi yang
sangat lelah, sehingga otot- otot rahim tidak mampu melakukan
kontraksi segera setelah plasenta lahir. Dalam persalinan yang
fase aktifnya berlangsung lebih dari  12 jam inersia uterus dapat
terjadi akibat kelelahan otot.  

16
e. Polihydramnion atau kehamilan kembar. Peregangan uterus
yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan
mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah
plasenta lahir. Miometrium menjadi sangat regang  sehingga
menjadi kurang efisien. 
f. Plasenta previa. Sebagian atau seluruh plasenta berada di
bawah tempat  lapisan otot yang lebih tipis mengandung sedikit
serat oblik : mengakibatkan  control perdarahan yang buruk. 
g. Abrupsio plasenta. Darah dapat meresap diantara serat otot
mengganggu kerja  efektif. 
h. Anastesi umum. Agen anastesi dapat menyebabkan relaksi
uterus, terutama  agen inhalasi yang mudah menguap seperti
halotan. 
i. Kesalahan penatalaksanaan kala 3 persalinan. Dikatakan bahwa
faktor ini  tetap menjadi penyebab perdarahan pasca partum
yang paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus
dapat mencetuskan terjadinya  kontraksi aritmik sehingga
plasenta hanya sebagian terpisah dan kehilangan  retraksi 
j. Kandung kemih penuh. Kandung kemih penuh, kedekatannya
dengan uterus  di dalam abdomen setelah kala 2 persalinan
dapat mengganggu kerja uterus.  Hal ini juga merupakan
kesalahan penatalaksanaan. 
k. Anemia. Anemia Ibu yang memasuki persalinan dengan
konsentrasi hemoglobin yang rendah (dibawah 10 gr/dl) dapat
mengalami penurunan yang lebih cepat lagi jika terjadi
perdarahan, bagaimanapun kecilnya anemia berkaitan dengan
debilitas yang merupakan penyebab lebih langsung terjadinya
atonia uterus.

17
5. Gejala dan Diagnosis Atonia Uteri 
Dikutip dalam modul Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal oleh Didien dan Suprapti,tahun 2016.
Gejala dari Atonia Uteri yaitu :
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang
lainnya.
b. Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan
darah tidak merembes. Yang sering terjadi pada kondisi ini
adalah darah keluar disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah.
c. Terjadinya syok, pembekuan darah pada serviks/posisi
telentang akan menghambat aliran darah keluar
d. Nadi cepat dan lemah
e. Tekanan darah yang rendah
f. Pucat
g. Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
h. Pernapasan cepat
i. Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran
j. Urin yang sedikit
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir
ternyata  perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada
palpasi didapatkan  fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada
saat atonia uteri di diagnosis, maka pada saat itu  juga masih ada
darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh 
darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus di
perhitungkan dalam  kalkulasi pemberian darah pengganti .

18
6. Komplikasi Atonia Uteri 
Komplikasi yang terjadi karena kehilangan darah yang banyak
adalah syok  hipovolemik disertai dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat.
Syok Hemoragik Adalah suatu syok yang disebabkan oleh
perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda,
misalnya abortus, kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas (mola
hidatidosa); perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena
atonia uteri dan laserasi jalan lahir.(Didien dan Suprapti,2016)
7. Pencegahan Atonia Uteri 
Menurut Prawirohardjo (2014) perdarahan oleh karena atonia uteri
dapat dicegah  dengan:
a. Melakukan secara rutin menejamen aktif kala III pada semua
wanita yang  bersalin karena hal ini menurunkan insiden
perdarahan pascapersalinan akibat  atonia uteri. 
b. Pemberian misoprostol 2-3 tablet (400-600µg) segera setelah
bayi lahir
c. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan  pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
mengurangi kebutuhan obat tersebut  sebagai terapi.
Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan 
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. 
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri
yaitu onsetnya  yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia 
uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian
oksitosin setelah bayi  lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150
cc/jam. 

19
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai  uterotonika untuk mencegah dan mengatasi
perdarahan pospartum dini.  Karbetosin merupakan obat long-
acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai  waktu paruh 40
menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada 
membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan
oksitosin drip pada  pasien yang dilakukan operasi sesar.
Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding  oksitosin. 
8. Penatalaksanaan Atonia Uteri 
Jika Uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan  taktil (masase) fundus uteri 
a. Melakukan kompresi bimanual internal 
1) Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril,
dengan lembut  memasukkan tangan (dengan cara
menyatakan kelima Ujung jari) ke  introitus dan kedalam
vagina ibu 
2) Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau
bekuan darah  pada kavum uteri tidak dapat berkontraksi
secara penuh. 
3) Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior  uterus, sementara telapak tangan lain pada
abdomen, menekan dengan kuat  di dinding.
4) Tekan uterus dari kedua tangan secara kuat, kompresi
uterus ini  memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah didalam dinding  uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi. 
b. Evaluasi keberhasilan 
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan  KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dari  dalam vagina. 
2) Uterus akan berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung,
periksa  perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi

20
dibagian tersebut.  Seberapa lakukan penjahitan jika
ditemukan laserasi. 
3) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,
ajarkan keluarga  untuk melakukan, kompresi bimanual
eksternal, kemudian teruskan  dengan langkah - langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya minta  tolong
keluarga mulai menyiapkan rujukan.Alasan : Atonia uteri 
seringkali bisa di atasi dengan KBI tidak berhasil dalam
waktu 5 menit  diperlukan tindakan-tindakan lain. 
a) Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin
kepada ibu dengan  hipertensi). Alasan : Ergometrin yang
diberikan, akan meningkatkan tekanan  darah lebih tinggi
dari kondisi normal. 
b) Menggunakan jarum berdiameter (ukuran 16 atau 18),
pasang infus dan  berikan 500 melakukan larutan RL yang
mengandung 20 unit oksitosin.  Alasan: Jarum dengan
diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV 
secara cepat, dapat langsung digunakan jika ibu
membutuhkan tranfusi darah. 
c) Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi
uterus. RL akan  membantu mengganti volume cairan yang
hilang selama perdarahan. ∙ Pakai sarung tangan steril atau
DTT dan ulangi KBI. Alasan: KBI yang digunakan bersama
dengan ergometrin dan oksitosin dapat  membantu
membuat uterus berkontraksi. 
d) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2
ment, segera lakukan  rujukan. Berarti ini bukan atonia uteri
sederhana. Ini membutuhkan perawatan gawat  darurat di
fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan
pembedahan  dan tranfusi darah. Dampingi Ibu ke tempat
rujukan, teruskan melakukan KBI hingga Ibu tiba di  tempat
rujukan. 

21
e) Teruskan pemberian cairan IV hingga Ibu tiba di fasilitas
rujukan.
(1) Infus 500 melakukan yang pertama dan dalam waktu 10
menit.
(2) Kemudian berikan 500 / jam hingga tiba di tempat
rujukan atau hingga  jumlah cairan yang diinfuskan
mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan  125 / jam. 
(3) Jika cairan secara IV tidak cukup, infus botol kedua
berisi 500 melakukan  cairan dengan tetes lambat dan
berikan cairan secara oral untuk asupan  cairan
tambahan. 
c. Kompresi Bimanual Ekternal 
1) Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat
di atas simpisis  pubis.
2) Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen
(dibelakang korpus  uteri) usahakan memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
3) Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk
melakukan  kompresi pembuluh darah di dinding uterus
dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan
tersebut. Ini akan membantu uterus berkontraksi dan 
menekan pembuluh darah uterus. (APN : 2008) 
d. Setelah perdarahan teratasi (24 Jam setelah perdarahan
berhenti), periksa  kadar Haemoglobin: 
1) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%
(anemia  berat): berilah sulfas ferosus 600 mg atau ferous
fumarat 120 mg ditambah  asam folat 400 mcg per oral
sekali sehari selama 6 bulan. 
2) Jika Hb 7-11 g/dl:beri sulfas ferossus 600 mg atau ferous
fumarat 60 mg  ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali
sehari selama 6 bulan  (Saifuddin, 2010)
3) Tabel Alur Penatalaksanaan Atonia Uteri

22
23
C. Konsep Dasar Perdarahan Post Partum
1. Pengertian Perdarahan Post Partum 
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan
yang melebihi 500  ml dalam 24 jam pertama setelah anak lahir,
atau setara dengan pengeluaran darah  1000 ml pada seksio
sesarea. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau  sesudah
lahirnya plasenta (Sujiyatini, 2010). Perdarahan postpartum
merupakan perdarahan yang bersifat konstan sehingga 
perdarahan ini tampak sedang tetapi dapat terus terjadi hingga
timbul hipovolemi  berat (Cunningham, 2013). 
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah 500 ml atau
lebih setelah bayi  lahir yang pada praktisnya tidak dilakukan
pengukuran jumlah perdarahan sampai  sebanyak itu untuk
memberikan prognosis yang lebih baik. Perdarahan post  partum
dapat dilihat dari perubahan tanda-tanda vital (seperti kesadaran
menurun,  pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak nafas, serta
tensi <90 mmHg dan nadi  >100/menit (Karkata, 2013).
2. Faktor Predisposisi Perdarahan Post Partum
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan
faktor  predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan,
keadaan tersebut ditambah  lagi dengan tidak maksimalnya kondisi
kesehatannya dan nutrisi ibu selama  hamil.  Oleh karena itu faktor-
faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada  waktu
persalinan : 
a. Trauma persalinan 
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan
harus diikuti  dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui
adanya robekan pada jalan lahir dan  segera dilakukan
penjahitan dengan benar. 
b. Atonia Uteri
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak
dapat  berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar

24
dari bekas tempat  melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. Pada kasus yang  diduga berisiko tinggi terjadinya
atonia uteri harus diantisipasi dengan  pemasangan infus.
Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta 
pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar. 
c. Jumlah darah sedikit 
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu
jelek, hipertensi  saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
d. Kelainan pembekuan darah 
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal,
sehingga perlu  diantisipasi dengan hati-hati dan seksama. 
3. Patofisiologi Perdarahan Post Partum 
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah
didalam uterus  masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan
pembuluh darah dalam stratum  spongiosum sehingga sinus-sinus
maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. 
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan  menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga  perdarahan akan terhenti. Adanya
gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,  akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang 
banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska  persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan  servix, vagina dan
perineum. 
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar
untuk  meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi
uterus menyebabkan  kontraksi uterus menurun sehingga
pembuluh darah yang melebar tadi tidak  menutup sempurna
sehingga terjadi perdarahan terus menerus. Trauma jalan  terakhir
seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri
juga  menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh

25
darah, penyakit darah  pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada  kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab
dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan
bisa  mendorong pada keadaan shock hemoragik.  
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian
masih melekat pada  tempat implementasinya yang akan
menyebabkan terganggunya retraksi dan  kontraksi otot uterus,
sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta  menimbulkan
perdarahan. Perdarahan placenta rest dapat diterangkan dalam 
mekanisme yang sama dimana akan terjadi gangguan
pembentukan thrombus di  ujung pembuluh darah, sehingga
menghambat terjadinya perdarahan.  Pemebentukan epitel akan
terganggu sehingga akan menimbulkan perdarahan 
berkepanjangan. (I.B.G Manuaba, 2012). 
4. Klasifikasi Perdarahan Postpartum 
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum menurut (Manuaba, 2012) :
a. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca
persalinan yang  terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.
Penyebab utama perdarahan  postpartum primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,  robekan jalan lahir dan
inversio uteri. Terbanyak dalam 24 jam pertama. (Manuaba,
2012) 
b. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan pasca
persalinan yang  terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran.
Perdarahan postpartum sekunder  disebabkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa  plasenta yang
tertinggal.

26
5. Komplikasi pada Perdarahan Post Partum 
Komplikasi perdarahan postpartum adalah: 
a. Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan
daya tahan  dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi
nifas. 
b. Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani.
(Harry Oxorn, 2010) 

D. Konsep Dasar Anemia


1. Pengertian Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah
merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah
Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh
Anemia sering disebut KD (kurang darah) yaitu keadaan dimana
kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (< 12 gr/dl)
yang berakibat penurunan pada daya tahan tubuh, kebugaran
tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, dan menghambat
tumbuh kembang serta membahayakan kehamilan di masa yang
akan datang (Kemenkes RI, 2013).
Menurut WHO (2014) anemia adalah suatu kondisi dimana
jumlah sel darah merah atau kemampuan pengangkutan oksigen
oleh sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan normal
yang berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin,
ketinggian (diatas permukaan laut), kebiasaan merokok, dan
kehamilan. Anemia pada  ibu hamil disebut “potensial danger to
mother and child”(potensial  membahayakan ibu dan anak). Oleh
karena itulah anemia memerlukan perhatian  serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2012). 
Anemia untuk wanita hamil apabila Hb kurang dari 10,0 gram
per desiliter  (Varney, 2007). Anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl  pada wanita yang
tidak hamil (Cunningham, 2010). Anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya  kurang dari 12 gr%
27
(Wiknjosastro, 2010). Sedangkan anemia dalam kehamilan  adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I  dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2014). 
2. Anemia Dalam Kehamilan
a. Etiologi Anemia Pada Kehamilan 
Menurut Manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan
adalah
1) Kekurangan asupan zat besi. Kecukupan akan zat besi tidak
hanya dilihat dari konsumsi makanan sumber zat  besi tetapi
juga tergantung variasi penyerapannya. Yang membentuk
90% Fe pada makanan non daging (seperti biji-bijian, sayur,
telur, buah) tidak mudah diserap  tubuh. 
2) Peningkatan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan akan Fe
meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan 
ibu, janin, dan plasenta serta untuk menggatikan kehilangan
darah saat persalinan.
3) Kebutuhan yang berlebihan. Bagi ibu yang sering mengalami
kehamilan (multiparitas), kehamilan  kembar, riwayat anemia
maupun perdarahan pada kehamilan sebelumnya 
membutuhkan pemenuhan zat besi yang lebih banyak 
4) Malabsorbsi. Gangguan penyerapan zat besi pada usus
dapat menyebabkan pemenuhan zat  besi pada ibu hamil
terganggu. 
5) Kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, operasi,
perdarahan  akibat infeksi kronis misalnya cacingan) 
b. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan 
Menurut Saifuddin (2009), anemia dalam kehamilan dapat
terjadi karena  peningkatan volume plasma darah yang
menyebabkan konsentrasi sel darah  merah menurun dan darah
menjadi encer, inilah yang menyebabkan kadar  hemoglobin
dalam darah menurun. Pengenceran darah yang terjadi ini
memiliki  manfaat yaitu meringankan kerja jantung dalam
28
memompa darah dan mencegah  terjadinya kehilangan unsur
besi yang berlebih saat persalinan. 
Penurunan konsentrasi sel darah merah ini harus disertai
pemenuhan gizi  yang cukup terutama kebutuhan akan zat besi.
Hal ini untuk mencegah terjadinya  anemia yang lebih lanjut
dimana kadar hb dibawah 10,5 gr/dl.
c. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan 
1) Klasifikasi Anemia menurut derajat keparahan
Tabel1.3 Klasifikasi Anemia menurut derajat keparahan

Klasifikasi Angka Hemoglobin


Ringan 10,0 – 10,9 gr/dl
Sedang 7,0 – 9,9 gr/dl
Berat < 7,0 gr/dl
Sumber: WHO (2014)
2) Klasifikasi Anemia menurut jenisnya
1) Anemia Defisiensi Besi 
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang
terjadi akibat kekurangan zat  besi dalam darah.
Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena 
terganggunya proses pembentukan sel darah merah
akibat kurangnya zat besi  dalam darah (Wirakusumah,
2006). Pada ibu hamil konsentrasi hemoglobin  <11,0
g/dl di trimester pertama, <10,5 g/dl di trimester kedua,
dan <11,0 g/dl di  trimester ketiga. Anemia defisiensi zat
besi terjadi akibat peningkatan kebutuhan  zat besi atau
ketidakadekuatan absorbsi zat besi (Robson, 2011). 
2) Anemia Megaloblastik 
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi
asam folat dan juga dapat  terjadi karena defisiensi
vitamin B12 (kobalamin) (Saifuddin, 2009).

3) Anemia Hipoplastik
29
Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang
kurang mampu membuat  sel-sel darah merah baru.
Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan 
oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen
atau sinar radiasi.
4) Anemia Hemolitik 
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/
pemecahan sel darah merah  lebih cepat dari
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi pada  organ-organ
vital.
d. Tanda dan Gejala Anemia dalam Kehamilan 
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan
adanya gejala gejala seperti : keluhan letih, lemah, lesu, dan
loyo yang berkepanjangan  merupakan gejala khas yang
menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut  biasanya juga
akan muncul keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka
bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah,
nafas terasa pendek,  kehilangan selera makan serta daya
kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah  terserang
penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa menyebabkan
stroke atau  serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi
mual muntah yang lebih hebat.
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat
lelah, sering pusing,  palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, nafsu makan turun  (anoreksia), konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan  mual muntah
lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, 
gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia
dan pembesaran  kelenjar limpa. 

30
Menurut Sulaiman Sastrawinata, tanda dan gejala anemia
pada ibu hamil yaitu:
1) Berat badan yang tidak meningkat dengan baik 
2) Keluhan letih, lemah, lesu yang berkepanjangan  
3) Pusing , sulit konsentrasi, muka, bibir, kelopak mata tampak
pucat
4) Telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek 
5) Kehilangan selera makan, Hb < 11 gr %.
e. Komplikasi Anemia pada Kehamilan 
Adapun komplikasi atau Bahaya anemia selama kehamilan
adalah, sebagai  berikut: 
1) Dapat terjadi abortus 
2) Persalinan prematuritas 
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim 
4) Mudah terjadi infeksi 
5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %) 
6) Molahidatidosa 
7) Hiperemisis gravidarum, 
8) Perdarahan anteparum 
9) Ketuban pecah dini. 
f. Diagnosis, Derajat dan Efek Anemia Pada Kehamilan 
Diagnosis anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan
dengan dilakukannya anamnesa. Pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah,  sering pusing, mata berkunang-
kunang, dan keluhan mual muntah hebat pada  hamil muda. 
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa anemia, yaitu anamnesa. 
1) Riwayat nutrisi 
2) Latar belakang geografis. 
3) Gejala dan keluhan pada penderita. 
Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang

31
mendasari penyakit-penyakit tertentu penyebab anemia.
Pemeriksan hematologik dasar untuk pemeriksaan kadar Hb.
Efek anemia pada kehamilan,yaitu:
1) Keguguran 
2) Partus permaturus
3) Inersi uteri dan partus lama ibu. Berpengaruh terhadap
kejadian retensio  plasenta 
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan 
5) Syok
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada  trimester I dan trimester III. Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu  hamil mengalami
anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak
90  tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.
g. Prognosis Anemia pada Kehamilan 
1) Bahaya anemia terhadap kehamilan 
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan
tumbuh kembang  janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
ancaman dekompensasi kordis (Hb <6  g%), mola hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban 
pecah dini (KPD). Anemia pada trimester tiga meningkatkan
resiko buruknya  pemulihan akibat kehilangan darah saat
persalinan, begitu juga takikardi, napas  pendek dan keletihan
maternal (Robson, 2011).
2) Bahaya anemia terhadap janin
Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga  menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Akibat anemia  dapat terjadi gangguan dalam
bentuk abortus, kematian intrauterin, persalinan 
prematuritas, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan
anemia, dapat terjadi  cacat bawaan, bayi mudah mendapat

32
infeksi sampai kematian perinatal, dan  inteligensia rendah
(Manuaba, 2010). 
h. Penanganan Anemia pada Kehamilan 
Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu: 
1) Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia
dari riwayat diet  untuk mengetahui adakah kemungkinan
pica, kebiasaan mengidam berlebihan dan  mengonsumsi
makanan-makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat
dan uji  yang tepat (Robson, 2011). 
2) Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat
ferosa diberikan 1  tablet pada hari pertama kemudian
dievaluasi apakah ada keluhan (misalnya mual,  muntah,
feses berwarna hitam), apabila tidak ada keluhan maka
pemberian sulfat  ferosa dapat dilanjutkan hingga anemia
terkoreksi (Robson, 2011) 
3) Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat
kehilangan  darah atau prosedur operasi darurat. Wanita
hamil dengan anemia sedang yang  secara hemodinamis
stabil, dapat beraktifitas tanpa menunjukan
gejala menyimpang dan tidak septik, transfusi darah tidak
diindikasikan, tetapi diberi  terapi besi selama setidaknya 3
bulan
4) Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar
Hb dapat  dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian
dosis sulfat ferosa (retikulosit  meningkat mulai hari ketiga
dan mencapai puncaknya pada hari ketujuh).  Sedangkan
pemantauan kadar Hb pada pasien yang mendapat terapi
transfusi  dilakukan minimal 6 jam setelah transfuse
(Cunningham, 2013) 
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan
satu tablet per hari  sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tablet zat besi sebaiknya tidak  diminum bersama teh

33
atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 
2009). Terapi pemberian zat besi dapat menimbulkan efek
samping seperti mual,  feses berwarna kehitaman dan
konstipasi yang dapat menyebabkan  ketidaknyamanan
pada pasien. 
Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga
diikuti dengan  pemantauan cara minum yang benar karena
hal ini akan sangat mempengaruhi  efektifitas penyerapan zat
besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen  yang
sangat membantu dalam penyerapan zat besi, sedangkan
kopi, teh, garam  kalsium, magnesium dan fitat (terkandung
dalam kacang-kacangan) akan  menghambat penyerapan zat
besi.
Ibu hamil perlu diberikan konseling mengenai  makanan
yang banyak mengandung zat besi dan cara pengolahannya.
Beberapa  contoh makanan yang kaya zat besi adalah:
daging sapi, ayam, sarden, roti  gandum, kapri, buncis
panggang, kacang merah, sayuran berdaun, brokoli, daun 
bawang, bayam, buah-buahan kering, dan telur (Sulistyawati,
2009). 
3. Anemia pada persalinan
Anemia dalam persalinan dapat terjadi pada ibu bersalin
dengan perdarahan,  karena banyak darah yang keluar dari
tubuhnya. Adapun kadar hemoglobin yang  dibawa ibu pada saat
bersalin adalah kadar hemoglobin pada saat pra-persalinan. 
Adapun bahaya anemia selama persalinan adalah, sebagai
berikut:
a. Gangguan his, kekuatan waktu mengejan 
b. Kala pertama dapat berlangsung lama sehingga dapat terjadi
partus  terlantar 
c. Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan 

34
d. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post
partum  karena atonia uteri
e. Kala empat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri.
4. Anemia Post Partum 
Anemia postpartum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
<11,0 g/ l pada 1  minggu postpartum dan <12,0 g/l pada 8 minggu
pascapersalinan. Perdarahan  yang melebihi kehilangan darah
normal kira-kira 300 ml dapat menyebabkan  cadangan besi tubuh
berkurang dan menimbulkan kekurangan zat besi dan IDA  (anemia
defisiensi zat besi) selama masa postpartum. Penyebab utama
anemia  pascapersalinan adalah kekurangan zat besi selama
hamil/anemia dengan  kombinasi dengan kehilangan darah yang
berlebihan pada saat persalinan.  Kehilangan darah pada
persalinan normalnya 250-300 ml. 
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran  darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen
menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat  mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi 
dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan  banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi  cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama  kehamilan
bersama-sama dengan trauma selama persalinan. 
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-
400cc. Bila  kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan
darah dapat dua kali lipat.  Perubahan terdiri dari volume darah
(blood volume) dan hematokrit  (haemoconcentration). Bila
persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio
sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-
6  minggu. 

35
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah ibu  relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung, dapat  menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini 
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
haemokonsentrasi  sehingga volume darah kembali seperti
sediakala, umumnya hal ini terjadi pada  hari 3-5 postpartum. 
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma  serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada
hari pertama postpartum,  kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental  dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. 
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat
mencapai  15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa  postpartum. Jumlah sel darah
putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000  atau 30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami 
persalinan lama.
Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat 
bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari
volume darah,  volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah-ubah. Semua tingkatan  ini akan dipengaruhi oleh status
gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama  kelahiran dan
masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. 
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine
pada hari ke 3-7 postpartum dan  akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum. 
Bahaya anemia pada saat nifas adalah, sebagai berikut: 
a. Terjadi sub involusi uteri meliputi perdarahan post partum 
b. Memudahkan infeksi puerperium 
c. Pengeluaran ASI berkurang 

36
d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan 
e. Anemia kala nifas 
f. Mudah terjadi infeksi mamae 

E. Konsep Dasar KEK


1. Pengertian Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil 
Masalah gizi pada ibu hamil masih sebagai fokus masalah
antara lain Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energy Kronik
(KEK). Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan
dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya
konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro
yang berlangsung lama atau menahun. Studi membuktikan bahwa
ibu dengan status gizi kurang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin, melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang
rendah, dan selanjutnya dapat berdampak pada malnutrisi
antargenerasi. 
Kenaikan berat badan hamil merupakan berat dari beberapa
komponen dalam tubuh ibu hamil yang mengalami perkembangan
selama masa kehamilan. Ibu dengan status gizi kurang
(underweight) dengan IMT kurang dari 18,5kg/m 2 memiliki
simpanan gizi yang kurang oleh karenanya pada saat hamil harus
menaikkan berat badannya lebih banyak dibandingkan ibu yang
normal atau gemuk.
Tabel 1.4 Batas Ambang indeks Massa tubuh (IMT) untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat Berat <17,0

Kekurangan berat badan tingkat Ringan 17,0-18,4


Normal Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat Ringan 25,1-27,0
Kelebihan berat badan tingkat Berat >27,0
Sumber: P2PTM Kemenkes RI,2019

37
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi
Kronik (KEK) 
a. Pola Konsumsi 
Pola konsumsi adalah berbagai informasi yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu
(Sulistyoningsih, 2011). Pola konsumsi menurut Sri Handajani
adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam
memenuhi akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pilihan makanan. 
Menurut Suhardjo pola konsumsi diartikan sebagai cara
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makan dan
mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.(Sulistyoningsih,
2011). Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
pada waktu tertentu
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil 
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai
tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna
memenuhi kebutuhan gizi. Salah satu kebijakan dan upaya yang
ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan gizi
pada balita dan ibu hamil Kurang Energi Kronis
(KEK), dilakukan dengan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Pemulihan. Pemberian PMT Pemulihan dimaksudkan
sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama
sehari-hari pada sasaran.
Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23.5 cm.
Makanan Tambahan Pemulihan bumil KEK adalah makanan
bergizi yang diperuntukkan bagi ibu hamil sebagai makanan

38
tambahan untuk pemulihan gizi. Hari Makan Bumil (HMB)
adalah jumlah hari makan ibu hamil yang mendapat makanan
tambahan pemulihan berbasis makanan lokal yakni sekali sehari
selama 90 hari berturut-turut. (Sulistyoningsih, 2011). 
c. Tingkat Pendapatan 
Tingkat Pendapatan keluarga berperan dalam
menentukan status kesehatan seseorang terutama ibu hamil,
karena berbanding lurus dengan daya beli keluarga. Keluarga
mampu membeli bahan makanan tergantung dari besar kecilnya
pendapatan perbulannya. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi dalam tubuhnya. Keluarga dengan pendapatan yang
baik lebih memiliki kemungkinan untuk dapat menyisihkan lebih
banyak dana untuk membeli makanan. Sehingga diharapkan
keluarga dengan pendapatan baik akan memiliki keluarga
dengan status gizi baik. (Fikawati S. A., 2017)
d. Ketersediaan Pangan di Rumah Tangga 
Ketersediaan pangan di rumah tangga berpengaruh
terhadap konsumsi ibu hamil karena penentuan konsumsi
makan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan
zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan
penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi,
ketersediaan pangan, macam serta jenis bahan makanan
mutlak diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping
itu jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin
tercukupinya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.. 
Ketersediaan bahan pangan ditingkat keluarga secara
tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi dari seluruh
anggota keluarga. Keluarga yang dapat memenuhi tingkat
ketersediaan bahan pangan dalam kehidupan sehari- harinya
dan dapat memanfaatkan bahan pangan tersebut dengan

39
sebaik-baiknya maka secara tidak langsung akan mendapat
pemenuhan asupan zat gizi dengan yang diperlukan. 
e. Tingkat Pengetahuan 
Tingkat pengetahuan biasanya dikaitkan dengan tingkat
pendidikan seseorang yang akan berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima
informasi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah.
Pengetahuan tentang kesehatan yang tinggi menunjang perilaku
hidup sehat dalam pemenuhan gizi ibu selama kehamilan.
(Notoadmojo, 2007)
Pantangan makan adalah jenis makanan yang tidak boleh
dimakan oleh ibu hamil sehingga dapat mengganggu
kesehatannya. Adanya pantangan terhadap makanan atau
minuman tertentu dikarenakan makanan atau minuman tersebut
membahayakan jasmani dan rohani bagi yang
mengonsumsinya. Banyak berpantang makanan tertentu saat
hamil dapat memperburuk keadaan ibu dan janin yang
dikandungnya. 
f. Kebiasaan atau Pola Makan 
Kebiasaan atau pola makan pada ibu hamil
mempengaruhi status gizi ibu dan janin yang dikandungnya.
Status gizi wanita, terutama pada masa usia subur, merupakan
elemen pokok dari kesehatan reproduksi karena keterkaitan ibu
hamil dengan pertumbuhan dan perkembangan janin yang
dikandungnya, yang pada akhirnya berdampak terhadap masa
dewasanya.
Kebiasaan atau pola makan ibu hamil dalam penelitian ini
adalah kebiasaan makan ibu dalam pengaturan jumlah, jenis
makanan, dan frekuensi dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Peran mikronutrien juga

40
sangat penting terhadap kesehatan reproduksi ibu, antara lain
karena fungsinya di dalam system imunitas yang berakibat
terhadap mudahnya mengalami berbagai penyakit infeksi. 
Ibu hamil akan mengalami peningkatan kebutuhan energi
dan zat gizi terjadi seiring pertambahan usia kehamilan. Selama
hamil diperlukan tambahan energi sebesar (80.000 Kal/280 hari)
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2014). 

41
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS


DENGAN ATONIA UTERI DI RUANG BERSALIN
UPT BLUD PUSKESMAS KEDIRI
TANGGAL 30 APRIL 2021

Tanggal /waktu : 30 April 2021 / 09.00 wita


Tempat pengumpulan data : Ruang Bersalin
UPT BLUD PKM Kediri
PENGKAJIAN
KALA I
A. DATA SUBYEKTIF (S)
1. Identitas / Biodata
Nama Klien : Ny”O” Nama Suami : Tn”M”
Umur : 21 Tahun Umur : 24 Tahun
Suku Bangsa : Sasak Suku Bangsa: Sasak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Kader Pekerjaan : Tani
Alamat lengkap : Batu Tumpeng

2. Anamnesa Kebidanan
a. Keluhan Utama : Ibu hamil 9 bulan datang ke puskesmas
mengeluh sakit pinggang menjalar
hingga ke perut bagian bawah ingin
melahirkan
b. Riwayat : Ibu hamil 9 bulan datang ke puskesmas
Perjalanan mengeluh sakit pinggang menjalar
hingga ke perut bagian bawah sejak
Penyakit tanggal 30-04-2021 pukul 07.00 wita,
terdapat penegeluaran lendir campur
darah, tidak ada pengeluaran air
ketuban, serta gerakan janin masih

42
dirasakan hingga saat ini

c. Riwayat Perkawinan
1) Perkawinan Ke : Ke-1
2) Menikah sejak umur : 20 tahun
3) Lama perkawinan : ± 1 tahun
4) Status Perkawinan : Menikah
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwaya
Temp t
UK Jenis Anak Ket
Hamil at Penolong penyuli
(bln persa
ke persali persalinan t
) linan
nan BB J Um H/M
H P N
(gr) K ur
INI - - - - - - - - - - -

e. Riwayat KB
1) Metode yang pernah digunakan : Belum pernah
2) Lama pengguna KB :-
3) Kapan berhenti dan alasan :-
4) Rencana KB : KB Implant
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Ibu mengatakan
sebelumnya tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM,
Anemia, Hepatitis B, Jantung maupun Ginjal
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan saat ini
tidak menderita penyakit hipertensi, DM, hepatitis B, jantung
maupun ginjal, namun ibu saat ini menderita anemia
3) Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan keluarga
tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM, anemia,
hepatitis B, jantung maupun ginjal
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil Ke : ke-1
HPHT : 01-08-2020

43
Umur kehamilan : 9 bulan (38-39 minggu)
Pergerakan fetus dalam 12 jam terakhir : lebih dari 10 kali
Imunisasi : TT3
Jumlah kunjungan : 9 kali diposyandu dan PKM
Tablet Fe : 5 bungkus
h. Permasalahan dan keluhan dalam kehamilan
Trimester Masalah/keluhan Tindakan/terapi
I Mual-muntah makan sedikit tapi
sering, kurangi
makanan yang
bersantan dan
berbau menyengat
II Tidak ada -
III Sakit pinggang Jalan-jalan
Senam hamil

Buku KIA

Tgl Keluhan Tekanan Berat Umur Tinggi Letak Denyut


Sekarang Darah Badan kehamilan Fundus Janin Jantung
(mmHg) (Kg) (minggu) (cm) Kep/ Janin

Su/Li x/
menit
12/09/ Batuk, 100/70 43,1 5-6 BT - -
2020 pilek minggu
sejak 3
hari yang
lalu

44
06/10/ Mual- 100/70 39 10 BT - -
2020 muntah

03/11/ Taa 100/70 39,7 14 2 jari Balt -


2020 dibawah
sympisis

01/12/ Taa 100/70 42,2 18 3 jari Balt -


2020 dibawah
pusat

12/01/ Pilek, 120/70 44,7 22 sepusat Balt (+)


2021 mual
140x
Mnt
09/02/ Taa 110/70 47,1 24 16 Blm (+)
2021 masuk
140x
PAP
Mnt
09/03/ Sakit 100/70 49,7 30 minggu 24 Blm (+)
2021 pinggang masuk
144x
PAP
Mnt
06/04/ Gatal- 90/60 52,5 36 minggu 27 Blm (+)
2021 gatal di masuk
144x
vagina PAP
Mnt
07/04/ Taa 120/80 52,5 36 minggu 27 Blm (+)
2021 masuk
144x
PAP
Mnt

45
Kaki Hasil Tindakan Nasihat Keterangan Kapan
Bengkak Pemeriksaan (pemberian yang Harus
Tempat
Laboratorium TT, Fe, diberikan Kembali
pelayanan
rujukan,
umpan Nama

balik) pemeriksa

- PPT (+) SF XXX/ Makan Puskesmas 12/10/2020


1X1 sedikit tapi
Hb 9,9 gr%
B6 X/ 2X1 sering
HbSAg (-)
Ke pkm
B20 (-) cek lab

- - SF XXX Rajin Posyandu 06/11/2020


Minum
T3
tablet Fe
B6 X/ 2X1

- Hb 11,3 gr% SF XXX/ Body Posyandu 03/12/2020


1X1 mekanik

Personal
hygiene

- - Body Posyandu 01/01/2021


B6 X/ 2X1 mekanik

Nutrisi

Istirahat

- - Kalk X/ Rajin baca Posyandu 12/02/2021

46
1x1 buku KIA
- - SF XXX/ Nutrisi Ke 09/03/2021
1X1 dr.SPOG
USG

Personal
hygiene
- - Vit. Perbanyak posyandu 09/04/2021
Folamil minum air
dr.SPOG putih
- Hb : 8,6 gr% SF XXX/ Linakes posyandu 20/04/2021
1x1
Pu : (-) Tanda-
tanda
Tanggal
persalinan
20/04/2021

Hb : 9,3 gr%

3. Kebutuhan Biologis
a) Nutrisi
Makan
Makan terakhir : tanggal 30-04-2021, pukul 04.30 wita
Komposisi : Nasi, Sayur dan lauk pauk
Porsi : ½ piring
Pantangan : Tidak Ada
Kesulitan : Tidak Ada

Minum
Minum terakhir : tanggal 30 -04-2021, pukul 04.30 wita
Jenis : Air putih
Banyaknya : 1 Gelas
Kesulitan : Tidak Ada

b) Eliminasi

47
BAB
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning
Masalah : Tidak Ada
BAK
Konsistensi : Cair
Warna : Kuning Jernih
Masalah : Tidak Ada
c) Istirahat
Lama : ± 7 jam
kesulitan : Tidak ada
4. Riwayat psikososial
Pengambil Keputusan : Suami
Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung
Respon ibu : Baik
Beban kerja : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah
Tangga seperti memasak dan menyapu.
Persiapan persalinan : Transportasi menggunakan motor.
keperluan ibu seperti kain panjang, sarung, baju ganti, pembalut,
dan untuk keperluan bayi seperti baju, lampin, popok, sarung tangan
dan sarung kaki sudah disiapkan. donor darah belum disiapkan.
kartu BPJS sudah disiapkan.
Kekhawatiran khusus : Tidak ada

B. DATA OBYEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compomentis
Keadaan emosi : Stabil
2. Tinggi badan : 155 cm
BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 52 kg
IMT : 21,6 kg/m2
Kenaikan berat badan : 9 kg
48
Lila : 22 cm
HTP : 08-05-2021
3. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 130/90mmHg Denyut nadi : 82 x/ mnt
Suhu tubuh : 36,6° C Pernafasan : 22 x/mnt
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kebersihan rambut : Bersih
Distribusi rambut : Merata
Alopesia : Tidak ada
Luka/lesi : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
b. Wajah
Pucat : sedikit pucat
Oedema : Tidak
Konjungtiva : putih
Sklera : Putih tidak ikterus
c. Mulut dan Gigi
Bibir : Lembab
Luka/lesi : Tidak di periksa
Gigi tanggal : Tidak di periksa
Gigi karies : Tidak diperiksa
d. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak diperiksa
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak diperiksa
Bendungan vena jugularis : Tidak diperiksa
e. Payudara
Simetris : Simetris
Areola : Kehitaman
Putting susu : Menonjol
Benjolan/Tumor/massa : Tidak diperiksa
Rasa nyeri tekan : Tidak diperiksa

49
Pengeluaran : Tidak diperiksa
5. Pemeriksaan Obstetri
f. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
Palpasi

Leopold I : teraba bokong janin pada fundus uteri, TFU


= 27 cm

Leopold II : Teraba punggung janin di sebelah kanan ibu.


Leopold III : presentasi kepala, Kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian.
Auskultasi : DJJ (+), Irama 12-11-12, Frekuensi: 140
x/mnt
TBBJ = (27-11) x 155 gram = 2480 gram.
HIS : 3 kali dalam 10 menit, lamanya 30 detik, intensitas
sedang
Genetalia
Inspeksi : terdapat lendir campur darah, tidak
terdapat pengeluaran ketuban
Pemeriksaan dalam : (Tgl. 30-04-2021 pukul 09.00 wita)
VT : Ø 3 cm, eff 25 %, selaput ketuban (+), teraba kepala,
denominator belum jelas, penurunan kepala di Hodge I, tidak
teraba bagian kecil janin dan tali pusat.
g. Ektremitas atas dan bawah
1) Oedema : Tidak ada
2) Kemerahan : Tidak ada
3) Varises : Tidak dilakukan

6. Pemeriksaan laboratorium/ penunjang


Tanggal/pukul : (20-04-2021 / pukul 10.00 wita )
a. Darah
Hb : 9,3 gr/dL
50
HBsAg : Negatif
HIV : Negatif
Sifilis : Negatif
b. Urine
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Goldar :B
C. ANALISA
1. Diagnosa
G1P0A0H0 UK 38-39 minggu janin tunggal, hidup, intrauterine
presentasi kepala K/U ibu dan janin baik dengan inpartu kala 1 fase
laten
2. Masalah
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu yaitu rasa sakit pada
perut bagian bawah
3. Kebutuhan
KIE mengenai masalah yang dialami oleh ibu
D. Penatalaksanaan (Tanggal 30 April 2021, Pukul 09.05
wita)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan secara keseluruhan, yaitu ibu
dalam bukaan 3 cm, dengan: TD 130/90 mmHg, N: 82x/m, S:
36,6ºC, RR: 22x/m), TBJ: 2480 gr, DJJ: 140x/menit
Evaluasi: Ibu mengetahui keadaannya.
2. Melakukan informed consent kepada suami atau keluarga pasien.
Evaluasi: Keluarga setuju atas tindakan yang diberikan kepada ibu.
3. Memberikan dukungan moril, memberikan informasi proses
persalinan, menghadirkan orang terdekat ibu yaitu suami pasien.
Evaluasi: Sudah diberikan motivasi dan dukungan ke ibu serta
sudah dihadirkan suami dan keluarga terdekat dari ibu
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, agar tenaganya
terkumpul pada saat melahirkan
Evaluasi: Ibu makan dan minum hanya sedikit

51
5. Mengajarkan pada ibu cara mengurangi rasa sakit yang timbul yaitu
ibu bisa menarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan
menghembuskannya pelan-pelan lewat mulut.
Evaluasi: Ibu sudah mengerti cara mengurangi rasa sakit yang
timbul.
6. Tidak menganjurkan ibu untuk mengedan jika pembukaan belum
lengkap.
Evaluasi: ibu bersedia untuk tidak mengedan sebelum pembukaan
lengkap
7. Menganjurkan ibu untuk posisi miring dan menghindari posisi
terlentang karena posisi tersebut dapat mengakibatkan janin
mengalami kekurangan oksigen.
Evaluasi: Ibu bersedia untuk melakukan posisi miring
8. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik yaitu denagn dagu
menempel di dada, mata membuka dan melihat perut, gigi
dirapatkan, lengan diselipkan di kedua paha sampai siku, kemudian
menarik nafas panjang serta menghembuskannya pelan-pelan
lewat mulut.
Evaluasi: Ibu sudah mengetahui cara mengedan yang baik
9. Menyiapkan lingkungan, alat dan bahan, persiapan ibu dan bayi.
menyiapkan lingkungan yaitu ruangan yang bersih, nyaman, dan
menjaga privasi ibu, pencahayaan yang dapat disesuaikan, tidak
bising, keluasan mobilisasi. Menyiapkan tempat sampah infeksius
dan noninfeksius, air DTT, larutan klorin 0,5%.
a. Menyiapkan alat dan obat-obatan untuk partus
1) Partus set: 1 buah setengah kocher, 1 gunting episiotomi, 1
gunting tali pusat, 2 buah klem kelly, 2 pasang sarung
tangan, 3 buah kassa, 1 benang tali pusat.
2) Heating set: 1 buah nalpuder, 1 buah jarum jahit, 1 buah
gunting, 1 buah pinset anatomis, benang catgut, kasaa
secukupnya.
3) Balon penghisap lendir

52
4) Obat-obatan: oksitosin 10 IU minimal (8 ampul), lidocain 2%,
betadin, vit. K 1 mg (phytomenadion), salep mata 1%
(chlorampenicol), spuit 3cc dan 1 cc.
5) Alat resusitasi: tempat yang datar, kering, bersih dan keras,
3 buah handuk atau kain, lampu sorot 60 watt dan jarak 60
cm dari tubuh bayi, balon dan sungkup resusitasi.
b. Menyiapkan kebutuhan bayi yaitu baju, kain selimut, topi, sarung
tangan dan kaki.
c. Menyiapkan kebutuhan ibu yaitu baju, kain ibu, celana dalam,
dan pembalut.
d. Mengobservasi kesejahteraan janin (DJJ tiap 1 jam, warna air
ketuban dan molase tiap 4 jam saat pemeriksaan dalam),
kesejahteraan ibu (nadi tiap 1 jam, TD tiap 4 jam, suhu tiap 2
jam, makan-minum), kemajuan persalinan (his tiap 1 jam,
pembukaan dan penurunan tiap 4 jam) menggunakan tabel
observasi dan partograf (partograf terlampir).

Tabel Observasi

Tgl/ HIS DJJ TTV Pengeluaran Kel. Ket


Jam Frek La Intens +/ Frek TD N S Pervaginam

ma -

30-04- 3x 30 Sedang + 140 130 82 36,6 Lendir+darah Ibu VT ꝋ 3 cm,


2021 x/mnt /90 x/ ᴼC mengatakan eff 25%
Pukul mmH mn sakit selaput
09.00 g t pinggang ketuban (+),
Wita menjalar teraba kepala
hingga ke denominator
perut bagian belum jelas,
bawah penurunan
kep ↓ H I, ttb
bagian kecil
janin/tali
pusat.

53
30-04- 4x 45 kuat + 140 - 80 - Lendir+darah Ibu -
2021 x/mnt mengatakan
Pukul sakit perut
10.00 bagian
Wita bawah
semakin
sering dan
bertambah
kuat

30-04- 5x 50 Ade + 140 130/ 82 36,5 Lendir+darah Ibu VT ꝋ 10 cm,


2021 kuat x/mnt 90 ᴼC Air ketuban mengatakan eff 100%
Pukul Warna sakit perut selaput
11.00 ketuban bagian ketuban (-),
Wita jernih bawah warna air
semakin ketuban
sering dan jernih teraba
bertambah kepala
kuat, ibu denominator
ingin BAB UUK di
depan,
penurunan
kep ↓ H III+,
ttb bagian
kecil janin/tali
pusat.

KALA II

Tanggal : 30 April 2021


Waktu : 11.00 wita
Tempat : Ruang Bersalin UPT BLUD PKM Kediri

A. Data Subjektif (S)


Ibu mengatakan rasa sakitnya semakin sering dan bertambah kuat dan
ibu ingin BAB
Ibu mengatakan keluar air dari jalan lahir
Ibu mengatakan ingin mengedan
54
Ibu mengatakan tidak ada tenaga
B. Data Objektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. TD 130/90 mmHg, Nadi 82x/menit, Respirasi 22x/menit, Suhu
36,5ºC
3. Pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak, dorongan
untuk
Meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
4. His frekuensi 5x dalam 10 menit, lama 50 detik, intensitas ade kuat
5. DJJ (+) frekuensi 136 x/menit, irama 11-12-11 teratur
6. Pemeriksaan dalam pukul 11.00 Wita
VT ᴓ 10 cm, eff 100%, ketuban (-), teraba kepala, denominator
UUK di depan , penurunan kepala hodge III, tidak teraba bagian
kecil janin/ tali pusat.

C. Analisa (A)
Kala II

D. Penatalaksanaan (P) Tanggal 30 April 2021, Pukul 11.05 WITA


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan
janinnya baik, ibu tidak ada tenaga untuk mengedan
Evaluasi: ibu sudah mengetahui kondisinya
2. Consul dr. Wiwin advice : pasang infu RL 1 flash (rehidrasi)
Evaluasi: sudah dipasangkan infus di tangan kanan cairan RL 1
flash jam 11.20 wita
3. Memberikan dukungan moril dan menjelaskan pada suami dan
keluarga untuk memberi dukungan
Evaluasi: suami dan keluarga sudah memberikan dukungan moril
kepada pasien
4. Memastikan kandung kemih kosong
Evaluasi: kandung kemih ibu penuh
5. Menyiapkan alat resusitasi untuk penanganan komplikasi pada bayi
selama persalinan. Adapun alat dan bahan yang disiapkan :
55
a. Tempat datar dan keras
b. 2 buah kain dan 1 handuk bersih dan kering
c. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
d. De Lee, dan alat resusitasi berupa sungkup dan balonnya
6. Memberitahu ibu bahwa pembukaannya sudah lengkap dan
mengajari cara mengedan yang benar yaitu dagu ibu menempel ke
dada, mata membuka dan melihat perut, tangan diselipkan ke
dalam kedua paha sampai batas siku, gigi dirapatkan, kemudian
menarik nafas dangkal dan perlahan-lahan, menganjurkan ibu
untuk melakukan hal tersebut pada saat kontraksi kuat.
Evaluasi: ibu sudah mengerti cara mengedan yang benar
7. Menolong persalinan sesuai APN 60 langkah
a) Melihat adanya tanda gejala kala II yakni adanya dorongan
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva serta
sfingter ani membuka.
b) Melakukan pimpinan meneran, menyiapkan diri ibu untuk
meneran apabila terjadi kontraksi, ibu terus dipimpin untuk
meneran, memberikan saran pada ibu untuk istirahat saat
kontraksi hilang sambil meminta ibu untuk makan dan minum
c) Melakukan episiotomy untuk melebarkan jalan lahir ibu, karena
perineum ibu kaku
d) Saat kepala bayi nampak pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
penolong meletakkan handuk diatas perut ibu dan kain yang
dilipat 1/3 bagian ditaruh dibawah bokong ibu, membuka partus
set lalu penolong memakai sarung tangan.
e) Saat kepala bayi nampak pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
tangan kanan menahan perineum dengan kain dibawah bokong
ibu. Sedangkan tangan kiri menahan puncak kepala bayi untuk
mencegah defleksi yang terlalu cepat serta membantu lahirnya
kepala, kemudian lahirlah berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung,
mulut, dagu secara keseluruhan kemudian penolong

56
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan, bernafas cepat dan
dangkal.
f) Kemudian penolong memeriksa apakah ada lilitan tali pusat dan
ternyata tidak ada lilitan.
g) Setelah itu penolong menunggu kepala bayi melakukan putar
paksi luar secara spontan. Kemudian tangan penolong berada
dalam posisi biparietal.
h) Kemudian penolong dengan lembut melahirkan bahu depan dan
menarik perlahan ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian penolong
menggerakkan kepala bayi keatas untuk melahirkan bahu
belakang.
i) Setelah kedua bahu lahir, penolong menggeser tangan bawah
kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah.
j) Penolong menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
k) Setelah tubuh dan lengan lahir, penolong menelusuri tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Lalu
memegang kedua mata kaki dengan cara memasukkan telunjuk
diantara kaki dan memegang masing-masing mata kaki dengan
ibu jari dan jari-jari lainnya.
Tanggal 30-04-2021 pukul 12.20 WITA, bayi lahir spontan, hidup,
langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis
kelamin laki-laki. kemudian penolong melakukan penilaian sepintas:
bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan, ekstremitas biru,
tonus otot sedikit fleksi,dengan penilaian Apgar Score 1 menit
pertama 7, meletakkan bayi di atas perut ibu, mengeringkan dan
mengganti kain dengan kain yang kering dan bersih. APGAR skor
pada 5 menit pertama 9.

Tabel APGAR SCORE

No Aspek yang 1 menit pertama Nilai 5 menit pertama Nilai

57
dinilai
1 Appearance Badan merah, 1 Seluruh tubuh 2
ekstremitas biru kemerahan
2 Pulse > 100 x/menit 2 > 100 x/menit 2
3 Grimace Menangis kuat 2 Menangis Kuat 2
4 Activity Sedikit fleksi 1 Sedikit fleksi 1
5 Respiration Belum teratur 1 Teratur 2
Jumlah 7 9

KALA III
Tanggal : 30 April 2021
Pukul : 12.20 wita
Tempat : Ruang bersalin UPT BLUD PKM Kediri

A. Subyektif (S)
Ibu mengatakan perutnya sedikit mulas
Ibu mengatakan bahwa ia merasa sangat senang atas kelahiran
bayinya
Ibu mengatakan lelah setelah melahirkan
B. Obyektif (O)
1. Plasenta belum lahir
2. TFU sepusat
3. Kontraksi uterus lembek
4. Terlihat tali pusat di vulva
5. Kandung kemih penuh
C. Analisa (A)
Kala III dengan atonia uteri
D. Penatalaksanaan (P) Tgl/Jam : 30-04- 2021/ pukul 12.20
wita
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik
Evaluasi: ibu sudah mengetahui bahwa kondisinya baik
2. Memasang kateter dan Mengosongkan kandung kemih ibu

58
Evaluasi: kateter telah terpasang dan urine sudah dikeluarkan
jumlah cairan yang terbuang ± 100 cc
3. Melakukan manajemen aktif kala III sebagai berikut :
a. Memastikan tidak adanya bayi kedua dengan meraba fundus
uteri.
b. Menyuntikannya oksitosin 10 IU segera setelah bayi lahir di 1/3
paha kanan atas bagian luar.
c. Mengklem tali pusat 2-3 cm dari umbilikus bayi dan klem kedua
2 cm dari klem pertama.
d. Setelah itu, potong tali pusat diantara kedua klem dengan tetap
melindungi perut bayi agar tidak terkena gunting. Selanjutnya
menjepit tali pusat dengan kuat.
e. Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memasangkan topi
bayi
f. Memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
g. Meletakkan satu tangan di kain pada tepi atas simfisis untuk
mendeteksi kontraksi, sedangkan tangan lain meregangkan tali
pusat.
h. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara
meregangkan tali pusat dengan tangan kanan dan tangan kiri
menekan tepi atas simfisis untuk mengetahui pelepasan
plasenta.
i. Setelah ada tanda-tanda plasenta lepas, yaitu tali pusat
semakin memanjang setelah dilakukan peregangan tali pusat,
adanya semburan darah, perut ibu membundar (globular).
Tangan kiri menekan uterus secara lembut ke arah dorso
cranial. Plasenta dikeluarkan ke arah bawah dan selanjutnya ke
atas sesuai dengan kurve jalan lahir.
j. Setelah plasenta lahir, kedua tangan menerima plasenta
kemudian melakukan gerakan memutar searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketubannya.

59
Tanggal 30-04-2021, pukul 12.25 wita plasenta lahir lengkap
secara schultze, berat plasenta ± 500 gr, terdapat cotyledon,
selaput plasenta (amnion dan korion) kontraksi uterus lembek TFU
tidak teraba, perdarahan ± 500 cc
Penatalaksanaan Atonia Uteri (Tanggal 30-04-2021, pukul 12.25)
1. Melakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
Evaluasi: sudah dilakukan masase fundus uteri pada ibu
2. Consul dr. Wiwin advice : berikan infuse RL flash II rehidrasi,
lakukan KBI dan KBE
Evaluasi: Sudah dipasangkan RL flash II grojok pada jam 12.30
wita
3. Eksplorasi sisa jaringan
Evaluasi: Sudah dilakukan eksplorasi sisa jaringan
4. Memastikan kandung kemih ibu kosong
Evaluasi: kandung kemih ibu sudah kosong
5. Melakukan KBI selama 5 menit kemudian pertahankan selama 2
menit
Evaluasi: sudah dilakukan KBI selama 5 menit kemudian
dipertahankan selama 2 menit kemudian bidan mengeluarkan
tangan secara perlahan-lahan
6. Memberikan RL flash III + 20 IU ( 2 ampul) oksitosin
Evaluasi: sudah terpasang RL flash III + 2 ampul Oksitosin pada
jam 12.40 wita
7. Injeksi methyl ergometrin 1 ML
Evaluasi: injeksi methyl ergometrin 1 ML sudah diberikan secara IV
8. Cek laserasi, terdapat robekan derajat 2, lakukan heacting
Evaluasi: sudah di cek terdapat robekan derajat 2 dan sudah
dilakukan heacting dan perdarahan sudah tidak aktif
9. Melakukan pemantauan kala IV secara ketat meliputi tanda-tanda
vital, kontraksi, kandung kemih, serta perdarahan.

60
10. Mengajarkan ibu cara masase yang baik, yaitu menggosok fundus
uteri secara sirkuler dengan menggunakan bagian-bagian palmar
jari ibu agar kontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan.

KALA IV
Tanggal : 30-04-2021
Pukul : 12.40 wita
Tempat : Ruang bersalin UPT BLUD PKM Kediri

A. Subyektif (S)
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya
Ibu mengatakan masih sedikit pusing
B. Obyektif (O)
Keadaan umum baik, TD: 130/90 mmHg, N: 82x/m, S: 36,7ºC, RR:
22x/m
CUT baik
TFU 3 jari dibawah pusat
kandung kemih kosong, jumlah perdarahan ± 100 cc

C. Analisa (A)
Kala IV
D. Penatalaksanaan (P) Tgl/Jam : 30-04-2021 / pukul 12.30
wita
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik,
TD 130/90 mmHg, N: 82x/menit, S: 36,7ºc, RR: 22x/m, CUT baik
Evaluasi: ibu sudah mengetahui kondisinya baik
2. Membersihkan ibu, melakukan vulva hygiene membersihkan badan
ibu, tempat bersalin dari bekas darah dan memasangkan ibu
softek, mengganti baju dan menggunakan kain yang bersih untuk
memberi kenyamanan pada ibu
Evaluasi: ibu sudah dibersihkan dan tempat sudah di
dekontaminasikan

61
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak, serta
istirahat yang cukup, menjelaskan bahwa perut mules yang
dirasakan ibu akibat adanya kontraksi untuk mencegah
perdarahan.
Evaluasi: ibu mengerti dan ibu bersedia untuk makan dan minum
4. Memberikan ibu terapi obat sesuai keperluan
Evaluasi: ibu sudah meminum obat yang diberikan
5. Melakukan pengukuran antropometri pada bayi yaitu: BB: 2950 gr,
PB: 47 cm, Lika: 31 cm, Lida: 32 cm, Lila: 10 cm, anus (+), kel. (-)
6. Memberikan injeksi vitamin K 1 ML (Phytomenadion 0,1 cc) di paha
kiri lateral anterior secara IM dan salep mata (chloramphenicol)
pada kedua mata bayi.
7. Memberikan injeksi imunisasi HB 0 1 jam setelah pemberian vit.K
pada paha kanan lateral anterior secara IM
8. Memberikan ibu penyuluhan :
a. Mempertahankan kehangatan bayinya dengan cara :
1) Membungkus bayi dengan kain yang kering, bersih, dan
hangat.
2) Hindari memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir.
3) Tidak membiarkan bayi di tempat yang terlalu dingin atau
terlalu panas, agar kondisi tubuh bayi tetap terjaga.
4) Ganti popok bayi bila basah.
b. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI pada bayi
tanpa memberikan makanan apapun selain ASI.
c. Menjelaskan pada ibu perlunya melakukan gerakan-gerakan
kecil (mobilisasi dini) setelah melahirkan dimulai dari bangun
tidur, turun dari tempat tidur, berdiri dan berjalan bila ibu
merasa tidak kuat maka istirahat

Tabel 3.3 Pemantauan 2 jam PP

62
Jam Kandung Jumlah
Waktu TD N S TFU CUT
ke- kemih perdarahan
3 jari
12.40 130/90 80 36,7 dibawah Baik Kosong ± 20 cc
pst
3 jari
12.55 130/90 80 dibawah Baik Kosong ± 20 cc
pst
I
3 jari
13.10 130/90 80 dibawah Baik Kosong ± 20 cc
pst
3 jari
13.25 130/90 80 dibawah Baik Kosong ± 20 cc
pst
3 jari
13.55 120/70 82 37 dibawah Baik Kosong ± 10 cc
pst
II
3 jari
14.25 120/70 82 dibawah Baik Kosong ± 10 cc
pst

Catatan Perkembangan
Hari ke-1
Subyektif (S)

Obyektif (O)

Analisa (A)
Ny. S P1A0H1 dengan post partum normal hari 1 k/u ibu baik

Penatalaksanaan (P)

Hari ke-2
Subyektif (S)

63
Obyektif (O)

Analisa (A)
Ny. S P1A0H1 dengan post partum normal hari ke-2 k/u ibu baik

Penatalaksanaan (P)

BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan
yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesenjangan antara

64
teori yang ada pada BAB II dengan gambaran kasus nyata yang
tertuang pada BAB III serta alasan-alasan mengapa kesenjangan
tersebut terjadi. Pendokumentasian asuhan kebidanan dituangkan
dalam bentuk SOAP, yang berpedoman pada Manajemen Kebidanan
Varney.
A. Pengkajian data dan Analisis Data Dasar

Pada kasus Ny “O” dalam pengkajian pada identitas umur


ibu yaitu 21 tahun, berdasarkan teori

B. Menemukan Diagnosa dan Masalah Potensial

Dalam pengkajian data dapat ditemukan diagnosa dan masalah


kebidanan berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan
yang didukung oleh beberapa data, data subyektif maupun data
obyektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilakukan.

Adapun diagnosa atau masalah aktual yang dapat


diidentifikasi pada klien Ny ”O” tidak memperlihatkan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek yaitu atonia uter

C. Penatalaksanaan

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan Asuhan Kebidanan pada Ny.”O”
dengan persalinan patologis di Puskesmas Kediri penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Mampu melakukan pengkajian data berupa data subyektif dan
objektif pada Ny. “O” dengan persalinan patologis di Puskesmas
Kediri
2. Mampu melakukan analisa data pada Ny. “O” dengan persalinan
patologis di Puskesmas Kediri
3. Mampu melakukan tindakan segera kepada Ny.“O” dengan
persalinan patologis di Puskesmas Kediri
4. Mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada Ny.“O”
5. Mampu melaksanakan asuhan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh Ny.“O”
6. Mampu melaksanakan penatalaksanaan atas tindakan yang akan
dilakukan pada Ny.“O” dengan persalinan patologis di Puskesmas
Kediri
7. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan
SOAP
B. Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “O” adapun saran
yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu :
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan
manfaat untuk institusi agar dapat meningkatkan kualitas
mahasiswanya, menambah bahan bacaan agar dapat menjadi
acuan untuk mahasiswa

62
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk puskesmas agar
dapat lebih meningkatkan lagi pelayanan kebidanan khususnya
pada persalinan patologis, untuk mengurangi angka kematian ibu
3. Bagi penulis
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan
kualitas dan pengetahuan penulis khususnya keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan persalinan patologis

63
DAFTAR PUSTAKA

Anik , Maryunani. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas.


Jakarta: TIM. 
APN, 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini
.Jakarta: JNPK-. KR.
Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada
Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
Cunningham,FG. 2010. Obstertric Wiliam. Jakarta: EGC.
Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. Department
Kesehatan Republik Indonesia, 
Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbang). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2014, Laporan
Nasional. Balitbang Depkes, Jakarta, 2014
Dewi, Vivian Nanny Lia, Sunarsih Tri. 2014. Asuhan kehamilan
Untuk Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika
Fikawati,Sandra dkk. Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali
Pers; 2017
Gary Cunningham, D. Williams Obstetrics. Jakarta: EGC; 2005
Gondo, Harry Kurniawan & Tjokorda Gde Agung Suwardewa. 2011
Kardiotokografi mengerti dan memahami pemantauan denyut
jantung janin. Jakarta: EGC
Karkata, M.K. 2013. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP).Jakarta.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Kemenkes RI 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Audit Maternal-Perinatal di Tingkat
Kabupaten Atau Kota. Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI Badan Pengembangan dan Penelitian
Kesehatan,Hasil Riskesdas 2018
Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2018
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.
Manuaba, Ida Bagus Gede, Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2 .Jakarta. EGC.

64
Manuaba, Ida Bagus.2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2 .Jakarta:EGC
Manuaba, IGB. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KB. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka
cipta : Jakarta. Kebiasaan atau Pola Makan 
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi
& Fisiologi. Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
P2PTM Kemenkes RI,2019. Tabel Ambang indeks Massa tubuh
(IMT) untuk Indonesia. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt
Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo. Ilmu kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011;106-10
Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Prawiroharjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta :EGC
Robson,S.E dan Waugh J.,2011.Patologi pada
kehamilan:Manajemen&Asuhan kebidanan.Jakarta:EGC
Rukiah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L.
(2013).Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Rukiyah, A.Y, Lia Yulianti, Maemunah, Lilik Susilowati. 2009.
Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media
Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Ed,I, Cet.11. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4. Jakarta.
YBPSP.
Saifuddin, Adul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Setyarini, Didien Ika, Suprapti. 2016. ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN. MTAERNAL NEONATAL. Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan
Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta: Salemba Medika

65
Sulistyoningsih, H, 2011, Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak,
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Varney H,. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4. Jakarta: EGC
Varney, Helen dan Jan M.Kriebs, Carolyn L. Gegor.2006.Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.Jakarta.EGC.
Varney, Helen dan Jan M.Kriebs, Carolyn L. Gegor.2007.Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1.Jakarta.EGC.
Varney, Helen. 2002. Buku Saku Bidan Jakarta: EGC
WHO (World Health Statistics). 2018. Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi. World Bank, 2018
Widyastuti. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya
Wiknjosastro, Gulardi. 2014. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi Departemen Kesehatan RI
World Health Organization. Anemia in maternity 2014. Geneva:
WHO, 2014
Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia

66

Anda mungkin juga menyukai