Anda di halaman 1dari 4

LIHAT KE HALAMAN ASLI

YULIANA YULIANA
FO LL OW

Merariq Kodeq
    

10 Maret 2017   11:24 |

Diperbarui: 10 Maret 2017   11:40

MERARIQ KODEQ

Merariq kodeq adalah sebuah istilah yang berasal dari suku Sasak di Lombok. Merariq kodeq
terdiri dari dua kata yakni ”merariq” dan “kodeq”, kedua kata tersebut memiliki arti tersendiri.
Merariq dalam bahasa Indonesia artinya permenikah, dalam buku Sulaiman Rasjid yang
berjudul Fiqih Islam pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi
hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang laki-lelaki dan perempuan yang
bukan mahram. Sedangkan kodeq sendiri dalam bahasa Indonesia artinya anak kecil atau
masih di bawah umur.

Berdasarkan wacana di atas maka dapat di katakan bahwa merariq kodeq adalah sebuah
pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang belum cukup umur
menurut peraturan hukum positif yang berlaku di negara Indonesia. Merariq kodeq dalam
suku Sasak di Lombok sangat sering terjadi bahkan bisa dibilang kebanyakan merariq
dilakukan pada usia yang belum matang. Merariq sendiri dilakukan dengan cara melarikan
calon pengantin perempuan oleh si pengantin laki-laki, jadi merariq merupakan cara
pernikahan yang sedikit berbeda dari pernikahan-pernikahan yang lazim dilakukan sesuai
dengan hukum yang berlaku di Negara kita. Menurut pengamatan saya selama ini sebagai
suku sasak asli yang tinggal di Lombok, merariq kodeq ini bisa terjadi kareana beberapa
faktor yang mempengaruhinya, diantaranya faktor sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan.

Di bidang sosial budaya masyarakat suku Sasak asli merupakan masyarakat yang memiliki
solidaritas dan jiwa sosial yang tinggi sehingga sangat mudah untuk membentuk suatu
kemistri antara individu yang satu dengan yang lain. Oleh suku Sasak merariq sering
dilakukan juga untuk mempererat tali silaturahim oleh kedua belah pihak keluarga yang
bersangkutan.Dalam suku Sasak apabila seorang laki-laki tertarik dengan seorang perempuan
maka mereka akan merariq tanpa bermusyawarah lebih dalam dengan orang tua atau keluarga
masing-masing. Jadi ketika laki-laki membawa perempuannya pulang kerumah laki-laki
tersebut maka orang tua si laki-laki tidak bisa mengelak dan terpaksa harus menikahkan
anaknya walaupun kondisinya tidak mendukung karena itu sebuah tradisi yang sudah turun
temurun dilakukan.

Dari segi ekonomi, keadaan ekonomi yang tidak mendukung untuk membiayai kebutuhan
hidup sehari-hari membuat kebanyakan perempuan Sasak menikah dibawah umur dan
mencari pasangan (laki-laki) yang lebih mampu darinya di bidang ekonomi. Dengan harapan
kehidupan selanjutnya setelah menikah bisa lebih sejahtera dari sebelumnya. Dan laki-laki
yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik menikahi lebih dari satu perempuan dan tidak
menutup kemungkinan ia menikah dengan gadis yang masih dibawah umur. Laki-laki yang
masih dibawah umur yang memiliki orang tua dengan kemampuan ekonomi yang baik juga
tidak jarang menikah di usia dini.

Pendidikan yang tidak merata dan kemampuan ekonomi yang kurang untuk menjangkau
biaya pendidikan membuat tidak sedikit suku Sasak tidak bersekolah. Pendidikan sangat
penting dan merupakan kebutuhan pokok, namun untuk menjangkau pendidikan itu sendiri
tidak mudah jika di tinjau dari segi biaya dan tidak sedikit orang-orang tuasuku sasak
beranggapan bahwa sekolah itu hanya membuang-buang biaya. Jadi para laki-laki dan
perempuan yang masih di bawah umur banyak yang memilih untuk menikah jika ia tidak
sekolah dan yang masih sekolah juga tidak sedikit yang meninggalkan sekolahnya untuk
merariq.

Akibat kurangnya kemapuan suku Sasak untuk menjangkau pendidikan yang diakibatkan
tidak meratanya pendidikan di Negara kita membuat suku Sasak tidak begitu memahami
esensi hukum positif yang berlaku di Negara kita, tidak terkecuali hukum tentang pernikahan.
Ketika saya sedang asik duduk di depan rumah tetangga ada celetukan-celetukan yang saya
dengar tantang hukum yang mengatur pernikahan, menurut mereka hukum yang ada sekarang
membuat ribet suatu proses pernikahan dan membuat pernikahan menjadi sulit. Saya
tersenyum mendengarnya dan coba saya jelaskan namun mereka lebih setuju dengan proses
pernikahan yang sudah ada sejak dahulu dari nenek moyang orang sasak yaitu dengan cara
merariq.

Merariq kodeq merupakan suatu permasalahan yang harus di atasi karena merariq kodeq
berpengaruh buruk terhadap kondisi ekonomi. Karena pernikahan dilakukan di usia yang
tidak matang maka pemikiran laki-laki dan perempuan yang merariq tersebut belum dewasa,
dari segi pengalaman hidup juga belum cukup untuk bekal mereka dalam mengarungi rumah
tangga. Hal ini akan membuat pasangan yang merariq kodeq bingung mau melakukan apa
dan bekerja apa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik ketika mereka sudah memiliki
anak ataupun tidak. Kondisi ini menambah angka pengangguran dan rentan  perceraian serta
kekerasan dan kejahatan. 

Video Pilihan
TERPOPULER

Kata Andre Rosiade, Ahok Komisaris Rasa Direktur Utama


Ekspor Ganja Itu Tidak Semudah dalam Khayalan, Ini Sebabnya...
Jepang Kirim Kapal Perang ke Timur Tengah
Izinkan Aku Bercerita tentang Emak
Pria Pesolek dapat Gelar "Bujang Gadih" di Kampung Saya

NILAI TERTINGGI

Gemar Menularkan Keterampilan, Andakah Salah Satunya?


Izinkan Aku Bercerita tentang Emak
Pria Pesolek dapat Gelar "Bujang Gadih" di Kampung Saya
Meluangkan Waktu Lebih Baik daripada Menunggu Waktu Luang
Puisi | Aku Memutuskan untuk Berhenti!

FEATURE ARTICLE

Ketika Legalisasi Ganja Medis Kembali Diberlakukan di Beberapa Negara

TERBARU

Pengalaman berkesan seorang kawan


Di Jogja
Salahkah Menjadi Biasa-biasa Saja?
Daging Anjing, Tingkatakan Trombosit Penderita DBD
Legalisasi Ganja (Tidak) Menghapus Status Keharamannya?

HEADLINE

Pahit Manis Perjalanan di India


Satu Desa di Jerman, Satu Lapangan Sepak Bola
[Aksi Komunitas] Gabung Yuk, di "Ketapels Berbagi Buku"
Akrasia, Suka Menunda, dan Emosi Negatif
Reseller, Tolong Bantu Jaga Reputasi Merek Lokal!
Copyright by

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/yuliana95/merariq-
kodeq_58c22a8aeaafbd0308085158
https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.republika.co.id/amp/pjs7s6384&ved=2ahUKEwiSpY_KzbfnA
hWDe30KHTJhBVEQFjABegQIBRAB&usg=AOvVaw0whpuFHzbllnQm54rjHc-y&ampcf=1

https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36117/1/
ANNISA%2520RIZKY%2520AMALIA%2520-
%2520FUF.pdf&ved=2ahUKEwiSpY_KzbfnAhWDe30KHTJhBVEQFjACegQIBxAB&usg=AOvVaw1gqkXjO
sSMu8PtlL3cbVk7

https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36117/1/
ANNISA%2520RIZKY%2520AMALIA%2520-
%2520FUF.pdf&ved=2ahUKEwiSpY_KzbfnAhWDe30KHTJhBVEQFjACegQIBxAB&usg=AOvVaw1gqkXjO
sSMu8PtlL3cbVk7

https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2cf0a86e954
aa26987b29e12654a3b9e.pdf&ved=2ahUKEwiSpY_KzbfnAhWDe30KHTJhBVEQFjADegQIBhAB&usg=
AOvVaw0HDlsREa9OHBxBvn4Q8-0j

Anda mungkin juga menyukai