Anda di halaman 1dari 4

ILMU FILSAFAT

OBSERVASI TRADISI SASAK


“SEMBEQ SENGGETENG” DI DESA BELEKA KEC. JANAPRIA

Dosen Pengampu: HASBULLAH MUSLIM, S.Fil.1., M.Pd.I

Disusun oleh

LINA SUSANTI
INDRA WIJAYA
MIFTAHUL HAFIZAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PALAPA NUSANTARA
(STIT) PALAPA NUSANTARA LOMBOK TIMUR NTB
2021
A. PENDAHULUAN

SEJARAH SEMBEQ SENGGETENG

Tradisi Sembeq Sengeteng (Jampi Pengikat) merupakan tradisi yang tidak

tertulis namun secara lisan yang secara turun temurun masih dipercaya dan berlaku

bagi masyarakat local. jika diteliti lebih mendalam Sembeq Senggeteng merupakan

tradisi simbolik masyrakat sasak yang memiliki makna mendalam. Sembeq

Senggeteng bukan sekedar lelakaq (tembang orang sasak) yang bahasanya dipercaya

mengandung makna gaib, melainkan bacaan sembek senggeteng mengandung asma

asma Allah SWT. secara umum praktik Sembeq Senggeteng ini tidak hanya dilakukan

oleh para muda mudi melainkan para orang tua yang menginginkan anak-anaknya

suskses dalam pendidikan.

Dalam hal ini sukses yang dimaksud para orang tua berupa anak-anak mereka

baik laki-laki maupun perempuan ketika duduk di Sekolah Menegah Pertama (SMP)

atau Sekolah Menegah Atas (SMA), bahkan untuk yang sedang menempuh

pendidikan Strata 1 (S1) dipasangkan tradisi Sembeq Senggetang dengan tujuan agar

anak-anak mereka terhindar dari hal-hal yang tidak produktif seperti disebabkan

hubungan asmara maupun keinginan untuk menikah muda. dengan adanya sembek

senggetang ini diyakini bahwa orang yang bersangkutan tidak akan tergaganggu

lingkungan sekitar, hingga pendidikan yang ditempuh selesai.

Selain itu, tujuan dipasangkan sembek senggeteng agar anak-anak mereka

sebelum melangkah kejenjang pernikahan harus matang secara fisik, mental, social,

ekonomi serta pendidikan sehingga rumah tangga yang didambakan tercapai. hingga

saat ini keyakinan tersebut masih dipercayai oleh sebagian masyarakat sasak. akan

tetapi yang namanya suatu tradisi atau kebudayaan tidak ada yang sifatnya kekal

melainkan bergeser atau bahkan mengalami kepunahan sejalan dengan zaman yang
semakin berkembang. kemudian dengan buadaya Sembeq Senggeteng secara turun

temurun ini tentunya akan mengalami perubahan dan kenyataannya. meskipun

demikian bukan berarti tradisi yang sudah menjadi hal sacral bagi masyarakat

Lombok dihilangkan begitu saja melainkan masih ada sebagian masyarakat Lombok

yang meyakini tradisi praktik Sembeq Senggeteng itu sebagai senjata untuk mengatasi

masalah dalam hal percintaan.

Seseorang yang melangsungkan pernihan dituntut akan mempertanggung

jawabkan perbuatannya terhadap istri maupun suami, terhadap keluarga dan tentunya

terhadap yang maha kuasa Allah SWT dalam AlQur’an Surah Annur Ayat 32. Allah

mengajurkan kepada Hambanya untuk segera menikah yang artinya:

“Dan nikahkan lah orang-orang yang masih membujang diantara kamu dan

orang-orang yang layak(menikah) dari hamba hamba sahayamu yang laki laki

dan perempuan. jika mereka miskin, Allah akan member kemampuan kepada

mereka dengan karunia-Nya dan Allah SWT Maha Luas. (pemberiannya, maha

mengetahui)”.

Pada dasarnya islah tidak mengatur mengenai batas usia calon pasangan suami

istri untuk melangsungkan sebuah pernikahan.karena bagimanapun juga pernikah

merupaaka sunnatullah, apabila sudah mecapai umur dalam aturan pernikahan (umur

dewasa) yang mana proses tersebut semata-mata untuk menjaga berbagai persoalan

yang timbul di tengah-tengah kehidupan dalam tatanan kekeluargaan yang harmonis

dan dinamis.
B. SIMPULAN

Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa, Sembeq

Senggeteng tersebut merupakan tradisi masyarakat dalam memenuhi sebuah

keinginan yang dikaitkan dengan berbagai bentuk kepercayaan seperti dalam hal

pendidikan yang semata-mata bertujuan untuk memberikan motivasi terhadap apa

dan bagaimana proses tersebut bisa berhasil dan terlaksana dengan sebaik-

baiknya, khususnya dalam memotivasi anak-anaknya untuk bisa menekuni

bidang-bidang tertentu untuk menuju kesuksesan. dan juga dalam hal lainnya

yaitu terkait pernikahan anak usia dini yang semata-mata tidak terjadi hal tersebut.

Hal yang sama dalam proses Sembeq Senggeteng dilakukan ketika orang

tua merasa khawatir terhadap masa depan anak-anaknya. sehingga orang tua

membawa anaknya kepemangku adat untuk dipasangkan Sembeq Senggeteng,

dengan membawa andang-andang (barang-barang) sesuai tradisi masyarakat

sasak. diawali dengan proses pemandian (mandi kembang) kemudian setelah itu

pasangan Sembeq senggeteng yang dibuat dari campuran daun pinang, sirih dan

kapur sirih. dimana pembuatan Sembeq Senggeteng pengikat maupun

pembukanya dibuat secara bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai