Anda di halaman 1dari 7

TUGAS IV MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

FAKTOR RESIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM


DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD KARAWANG

DI SUSUN OLEH :

SARINI

NIM : 20200920100039

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

kesehatan yang saat ini terjadi. Pada tahun 2030, pemerintah berkomitmen mencapai

target SDG’s (Sustainable Development Goals) terkait dengan kesehatan anak. Derajat

kesehatan anak adalah cerminan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi

penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak menjadi

prioritas dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Windarto, 2018).

Anak adalah harapan keluarga. Perubahan serta perkembangan pada anak dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik ataupun faktor kejadian prenatal. Rentang usia anak

terbagi menjadi 5 yaitu bayi, batita, balita, pra sekolah, dan sekolah. Masa kanak-kanak

merupakan masa yang sangat rentan sekali terhadap berbagai penyakit terutama

penyakit infeksi. Sehingga, anak sering menderita berbagai gejala penyakit salah

satunya kejang demam (Soetjiningsih & Ranuh, 2017).

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium tanpa adanya gangguan

elektrolit atau riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (Rasyid et al., 2019).

Penyebab terjadinya kejang demam pada anak biasanya dikarenakan adanya

penyakit infeksi yang mendasari, seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis

media, pneumonia, dan influenza yang dapat memicu timbulnya demam . Selain itu,

pemberian imunisasi juga mampu memicu timbulnya demam pada anak (Doharmauli,
2019). Adapun dampak langsung yang ditimbulkan apabila terjadi kejang demam

adalah lidah dapat tergigit atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan.

Dampak lainnya dapat mengalami penundaan penumbuhan jaringan otak (Ngastiyah,

2014).

Angka kejadian kejang demam diberbagai negara sangat bervariasi. Di USA

tercatat hampir 1,5 juta kejadian kejang demam setiap tahunnya. Di Eropa Barat dan di

Amerika tercatat 2-4% angka kejadian kejang demam pertahunnya (Adhar, 2016).

Sedangkan, insiden kejadian kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat bila

dibandingkan dengan Eropa dan amerika. Di Jepang angka kejadian kejang demam

berkisar 8,3% - 9,9%, di India 10,1%, dan di Guam mencapai 14%. Di laporkan bahwa

setidaknya 1 dari 25 anak mengalami kejang demam selama masa kanak-kanaknya

(Amalia & Bennu, 2012).

Di Indonesia angka kejadian kejang demam setara dengan Eropa dan Amerika yaitu

berkisar 2-5% anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30% diantaranya akan

mengalami kejang demam berulang. Data dari Dinas Kesehatan Bandar Lampung,

terdapat 80% kasus kejang demam sederhana, dan 20% kasus kejang demam kompleks

(Ernawaty, 2018). Berdasarkan data hasil rekam medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung pada bulan November tahun 2019 sampai dengan bulan Januari 2020

tercatat 108 anak menderita kejang demam dan kejang demam menempati urutan ke 8

dari 10 besar penyakit terbanyak.

Hasil pra survey diruangan, terdapat 46 anak yang dirawat dan 19 anak dengan

kejang demam, 14 anak berjenis kelamin laki-laki dan 5 anak berjenis kelamin

perempuan. Kemudian, peneliti melakukan wawancara kepada 5 orang tua pasien, yaitu

3 orang tua pasien dari anak laki-laki dan 2 orang tua pasien dari anak perempuan.
Hasil yang didapatkan bahwa kejang terjadi saat suhu tubuh anak meningkat diatas

38°C dan 2 pasien anak diantaranya memiliki riwayat kejang demam dalam keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nurhayati et al., 2017) dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Pasien Anak

Di Rumah Sakit Dalam Wilayah Propinsi Lampung” menyimpulkan bahwa demam,

pengukuran suhu tubuh dirumah, dan pemberian obat di rumah sakit merupakan faktor-

faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian kejang demam. Kemudian menurut

penelitian yang dilakukan oleh Wawan (2017) dengan judul “Hubungan Karakteristik

Anak Demam Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Anak Diruang Perawatan Anak

RSUD Brebes” menyimpulkan bahwa jenis kelamin, umur, dan suhu tubuh merupakan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Arifuddin (2019) dengan judul

penelitian “Analisis Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan Anak

RSU Anutapura Palu” menyimpulkan bahwa riwayat kejang keluarga dan BBLR (Berat

Bayi Lahir Rendah) merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejang demam.

Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Made (2019) dengan judul penelitian

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kejang Demam Berulang Pada

Anak Di RSUP Sanglah Denpasar” menyimpulkan bahwa usia <12 bulan dan riwayat

kejang demam dalam keluarga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kejang demam.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan Anak

RSUD Karawang”.
B. Rumusan Masalah

Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang cukup rentan dialami oleh anak.

Angka kejadian kejang demam diberbagai negara sangat bervariasi. Di Eropa dan

Amerika angka kejadian kejang demam pada anak tercatat cukup tinggi. Sedangkan di

India dan Jepang angka kejadian kejang demam dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan

dengan Eropa dan Amerika. Di Indonesia, angka kejadian kejang demam pada anak

setara dengan jumlah angka kejadian kejang demam di Eropa dan Amerika. Kejang

demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu tubuh

mengalami peningkatan. Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kejang demam,

seperti dampak langsung yang timbul adalah gerakan lidah yang tidak terkontrol

sehingga menyebabkan lidah dapat tergigit atau berbalik arah menyumbat saluran

pernapasan. Dampak lain yang terjadi pada anak dikemudian hari adalah resiko

terjadinya penurunan intelegensi yang mengakibatkan kecerdasan dibawah rata-rata.

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah

faktor-faktor resiko yang menyebabkan kejang demam di ruang perawatan anak RSUD

Karawang tahun 2020?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan faktor resiko yang menyebabkan kejadian kejang demam pada anak di

ruang perawatan anak RSUD Karawang.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan suhu tubuh dengan kejadian kejang demam pada anak.

b. Menganalisis hubungan usia dengan kejadian kejang demam pada anak.


c. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian kejang demam pada

anak.

d. Menganalisis hubungan riwayat kejang sebelumnya dengan kejadian kejang

demam pada anak.

e. Menganalisis hubungan berat lahir dengan kejadian kejang demam pada anak.

f. Menganalisis hubungan anemia dengan kejadian kejang demam pada anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data pasien yang

beresiko kejang demam serta dapat memperhatikan faktor-faktor yang beresiko

memicu terjadinya kejang demam pada anak.

b. Bagi Keluarga Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga

tentang faktor-faktor yang memicu terjadinya kejang demam pada anak.

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih mengembangkan pelayanan

kesehatan pada masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan, khususnya

dalam masalah kejang demam pada anak.

2. Bagi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta dan dapat memberikan manfaat


khususnya dalam mengkaji teori-teori dan menambah referensi tentang faktor resiko

kejadian kejang demam.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi

penelitian selanjutnya untuk melaksanakan penelitian yang sifatnya melanjutkan

atau konteks variabel yang berbeda juga tentang intervensi keperawatan yang dapat

diterapkan pada penelitian tentang kejadian kejang demam pada anak.

Anda mungkin juga menyukai