DI SUSUN OLEH :
SARINI
NIM : 20200920100039
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi. Pada tahun 2030, pemerintah berkomitmen mencapai
target SDG’s (Sustainable Development Goals) terkait dengan kesehatan anak. Derajat
kesehatan anak adalah cerminan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi
Anak adalah harapan keluarga. Perubahan serta perkembangan pada anak dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik ataupun faktor kejadian prenatal. Rentang usia anak
terbagi menjadi 5 yaitu bayi, batita, balita, pra sekolah, dan sekolah. Masa kanak-kanak
merupakan masa yang sangat rentan sekali terhadap berbagai penyakit terutama
penyakit infeksi. Sehingga, anak sering menderita berbagai gejala penyakit salah
Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium tanpa adanya gangguan
elektrolit atau riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (Rasyid et al., 2019).
penyakit infeksi yang mendasari, seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis
media, pneumonia, dan influenza yang dapat memicu timbulnya demam . Selain itu,
pemberian imunisasi juga mampu memicu timbulnya demam pada anak (Doharmauli,
2019). Adapun dampak langsung yang ditimbulkan apabila terjadi kejang demam
adalah lidah dapat tergigit atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan.
2014).
tercatat hampir 1,5 juta kejadian kejang demam setiap tahunnya. Di Eropa Barat dan di
Amerika tercatat 2-4% angka kejadian kejang demam pertahunnya (Adhar, 2016).
Sedangkan, insiden kejadian kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat bila
dibandingkan dengan Eropa dan amerika. Di Jepang angka kejadian kejang demam
berkisar 8,3% - 9,9%, di India 10,1%, dan di Guam mencapai 14%. Di laporkan bahwa
Di Indonesia angka kejadian kejang demam setara dengan Eropa dan Amerika yaitu
berkisar 2-5% anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30% diantaranya akan
mengalami kejang demam berulang. Data dari Dinas Kesehatan Bandar Lampung,
terdapat 80% kasus kejang demam sederhana, dan 20% kasus kejang demam kompleks
(Ernawaty, 2018). Berdasarkan data hasil rekam medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung pada bulan November tahun 2019 sampai dengan bulan Januari 2020
tercatat 108 anak menderita kejang demam dan kejang demam menempati urutan ke 8
Hasil pra survey diruangan, terdapat 46 anak yang dirawat dan 19 anak dengan
kejang demam, 14 anak berjenis kelamin laki-laki dan 5 anak berjenis kelamin
perempuan. Kemudian, peneliti melakukan wawancara kepada 5 orang tua pasien, yaitu
3 orang tua pasien dari anak laki-laki dan 2 orang tua pasien dari anak perempuan.
Hasil yang didapatkan bahwa kejang terjadi saat suhu tubuh anak meningkat diatas
38°C dan 2 pasien anak diantaranya memiliki riwayat kejang demam dalam keluarga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nurhayati et al., 2017) dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Pasien Anak
pengukuran suhu tubuh dirumah, dan pemberian obat di rumah sakit merupakan faktor-
faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian kejang demam. Kemudian menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wawan (2017) dengan judul “Hubungan Karakteristik
Anak Demam Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Anak Diruang Perawatan Anak
RSUD Brebes” menyimpulkan bahwa jenis kelamin, umur, dan suhu tubuh merupakan
penelitian “Analisis Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan Anak
RSU Anutapura Palu” menyimpulkan bahwa riwayat kejang keluarga dan BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah) merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejang demam.
Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Made (2019) dengan judul penelitian
Anak Di RSUP Sanglah Denpasar” menyimpulkan bahwa usia <12 bulan dan riwayat
kejang demam.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan Anak
RSUD Karawang”.
B. Rumusan Masalah
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang cukup rentan dialami oleh anak.
Angka kejadian kejang demam diberbagai negara sangat bervariasi. Di Eropa dan
Amerika angka kejadian kejang demam pada anak tercatat cukup tinggi. Sedangkan di
India dan Jepang angka kejadian kejang demam dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
dengan Eropa dan Amerika. Di Indonesia, angka kejadian kejang demam pada anak
setara dengan jumlah angka kejadian kejang demam di Eropa dan Amerika. Kejang
demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu tubuh
mengalami peningkatan. Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kejang demam,
seperti dampak langsung yang timbul adalah gerakan lidah yang tidak terkontrol
sehingga menyebabkan lidah dapat tergigit atau berbalik arah menyumbat saluran
pernapasan. Dampak lain yang terjadi pada anak dikemudian hari adalah resiko
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah
faktor-faktor resiko yang menyebabkan kejang demam di ruang perawatan anak RSUD
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan faktor resiko yang menyebabkan kejadian kejang demam pada anak di
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan suhu tubuh dengan kejadian kejang demam pada anak.
anak.
e. Menganalisis hubungan berat lahir dengan kejadian kejang demam pada anak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data pasien yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi
atau konteks variabel yang berbeda juga tentang intervensi keperawatan yang dapat