SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) LANCANG

KUNING DUMAI
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA
Pengasuh Mata Kuliah : DR. H.M. Herdi Salioso, SE, MA.
Hari/ Tanggal/Waktu : Senin dan Selasa / 07 dan 08/11/2021 / 60 (enam puluh) menit.
Close / Open Book, bekerja sendiri-sendiri.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : PUTRI NURMAWADDAH RAHMADANI
Nim : 2010090811029
Kelas : ADMINISTRASI NEGARA III C

Pertanyaan :
1. Problem Kelembagaan Transisi Demokrasi di Daerah
merupakan fenomena yang terjadi saat ini walaupun sebagian
besar literatur memperbincangkan lebih banyak
memperbincangkan demokrasi di tingkat nasional atau studi
perbandingan di sejumah negara (Gill, 2000; Haggard dan
Kaufman, 1995; O’Donnel et al., 1986) Literatur yang
memperbincangkan tentang kebijakan desentralisasi tidak
hanya dianggap sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki
tersedianya jasa-jasa dan barang-barang publik di daerah agar
berlangsung lebih efisien dan efektif guna memperbaiki
kualitas demokrasi di daerah terutama untuk mendorong
munculnya pemerintahan yang accountable, responsible dan
transparant (Choup, 2003; Diamond et al., 1999; Smith 1998)
Brian C Smith (1998) mengatakan bahwa adanya demokrasi di
daerah adalah merupakan prasyarat bagi munculnya demokrasi
di tingkat nasional. Pandangan bercorak fungsional ini
berangkat dari asumsi bahwa terdapat demokrasi di daerah
yang secara otomatis berarti adanya perbakan kualitas
demokrasi di tingkat nasional. Berdasarkan beberapa studi di
beberapa negara di dunia, beliau mengemukakan empat alasan
yang memperkuat pandangannya tersebut.
Pertanyaan :
Coba Saudara jelaskan secara rinci keempat alasan
kenapa pentingnya demokrasi di tingkat daerah tersebut, dan
berikan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari
disekeliling Saudara.
Jawaban :

1. Pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah yang

langsung berinteraksi dengan masyarakat ketika proses
demokratisasi itu berlangsung. contoh pilkada, pemilihan ketua
RT,ketua tingkat dll.
hubungan-hubungan sosial yang ada di Daerah terbangun dari
pergaulan sosial secara personal antar sesama penduduk Daerah
yang telah berlangsung lama. Bahkan, banyaknya Daerah
daerah di Indonesia yang usianya jauh lebih tua dari usia
Negara Republik Indonesia menandai bahwa
hubungan-hubungan sosial tersebut telah sangat lama terbentuk.
Apabila nasionalisme atau perasaan kebangsaan di tingkat
Negara terbentuk secara imajiner, seperti danyatakan oleh
seorang antropolog, perasaan sebagai sesama orang sedesa
tumbuh secara empiris dan personal, yaitu hasil dari pergaulan
sehari-hari termasuk dari hubungan kekerabatan.
Hubungan-hubungan tersebut seringkali membentuk pola sikap
dan tata cara pergaulan. Secara umum misalnya hubungan
antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda, saudara
dekat dengan saudara jauh, berkerabat atau tidak berkerabat.
2. Pemerintah daerah dipandang sebagai pengontrol bagi
perilaku pemerintah pusat yang berlebihan dan kecenderungan
anti demokratis di dalam suatu pemerintahan yang sentralistis.
Contoh : Kebijakan yang dipusat yang kadang kala
bertentangan dgn peraturan daerah, contoh omnibuslaw dan
undang undanng cipnaker
hubungan Daerah dengan ruang juga berlangsung dengan
intensitas yang sangat tinggi. Bagi Daerah, tanah dan ruang
yang mereka tinggali bukan semata-mata ruang mati yang dapat
ditinggalkan sewaktu-waktu atau diolah dan diuangkan (dijual)
dengan sesuka hati. Ruang bagi Daerah sama pentingnya
dengan kehidupan itu sendiri. Keterikatan pada ruang tersebut
bukan semata-mata bersifat ekonomis, yakni sebagai sumber
nafkah, melainkan tidak jarang dibarengi dengan perlakuan
ruang sebagai sesuatu yang bernyawa dan hidup. Dari model
keterikatan semacam itulah muncul kearifan lokal (local
wisdom) yang teraktualisasi dalam bentuk-bentuk tindakan
ramah lingkungan masyarakat, penghargaan terhadap tanah,
udara, dan air.
3. Demokrasi di daerah dianggap mampu menyuguhkan
kualitas partisipasi yang lebih baik dibandingkan kalau terjadi
ditingkat nasional. contoh,misalnya banyak Di daerah yang
masih mempergunakan trah atau keturunan sebagai rujukan
penilaian siapa yang layak menjadi Kepala daerah
pergaulan yang lama, intens, dan berlangsung dalam hubungan
serba hidup dengan ruang, menciptakan atau pola sosio budaya
Daerah yang khas. Kehidupan Di daerah bukan
berlangsungsebagai kumpulan manusia yang berhubungan
secara kontraktual dan formal, melainkan sekumpulan manusia
yang memiliki pengalaman bersama, sekaligus digerakkan oleh
tradisi yang terbentuk dalam lintasan sejarah, dan terikat pada
ruang. Setiap Daerah memiliki adat-istiadat, sistem
kelembagaan politik tradisional yang berbeda-beda, dan
sejarahnya masing- masing. Misalnya, Banyak Di daerah yang
masih mempergunakan trah atau keturunan sebagai rujukan
penilaian siapa yang layak menjadi Kepala daerah

4. Keempat, kasus Kolumbia menunjukkan bahwa legitimasi pe

merintah pusat akan mengalami penguatan manakala
pemerintah pusat itu melakukan reformasi di tingkat lokal.
Penguatan legitimasi ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan
daerah kepada pemerintah pusat. contoh,Persamaan kedudukan
di muka hukum. Artinya, hukum harus dijalankan secara adil
dan benar. Hukum tidak boleh pandang bulu. Siapa saja yang
bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk
menciptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat
penegak hukum yang tegas dan bijaksana. Serta bebas dari
pengaruh pemerintahan yang berkuasa dan berani menghukum
siapa saja yang bersalah.
solidaritas yang terbentuk di Daerah biasanya bersifat mekanis
yang kental dengan nuansa kolektivistik. Dalam bentuk
solidaritas semacam itu, masyarakat menjadi suatu kategori
subyektif tersendiri yang diikat oleh rasa kebersamaan dan
saling topang. Masyarakat Di daerah sebagai subyek atau aktor
dapat bertindak sebagaimana individu. Dalam cara pandang
modernisasi-pembangunan model orde baru, sifat-sifat Desa
yang semacam itu dilihat sebagai penghambat pembangunan.
Sebaliknya, dalam UU Desa sifat-sifat itu justru diakui dan
diterima sebagai fakta