Disusun Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hantarkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah, saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada dokter fasilitator yang telah membina dan mengarahkan kami
dalam pembelajaran tutorial. Makalah “Tutorial Ginjal Saluran Kemih” ini saya buat guna
memenuhi salah satu tuntutan tugas pada proses pembelajaran Tutorial.
Saya menyadari, laporan ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari Dosen Tutor kami, demi perbaikan pada penulisan selanjutnya.
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga bermanfaat. Atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.
Dijumpai
Kesadaran : composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nafas 20x/ menit,
temperatur 36,5 c
Pemeriksaan rinoskopi anterior : mukosa hidung oedem, konkha inferior, berwarna merah
tua dan hipertrofi, sekret mukoid.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
- Rinore
Perempuan 16 tahun
1. Rhinitis Vasomotor
2. Rhinitis Alergi
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Anatomi hidung
2. Definisi dari kedua DD
3. Manifestasi klinis dx
4. Epidemiologi dx
5. Etiologi dx
6. Patogenesis dari dx
7. Diagnosis dx
8. Pemeriksaan penunjang dx
9. Penatalaksanaan dx
10.Prognosis
VI. PEMBAHASAN
1.Anatomi Hidung
2. Definisi DD
Rhinitis Vasomotor : Rhinitis vasomotor, atau disebut juga dengan rhinitis non
alergi, merupakan suatu peradangan pada mukosa hidung yang ditandai dengan
hidung berair, bersin-bersin, dan hidung tersumbat, tanpa adanya penyebab yang
jelas.
Rhinitis Alergi : peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi.
Rhinitis alergi dapat dipicu oleh berbagai jenis alergen, contohnya serbuk sari, debu,
atau bulu hewan.
3. Manifestasi Klinis
Rhanitis Vasomotor:
hidung tersumbat
hidung meler
bersin-bersin
pilek
lendir atau dahak di tenggorokan (postnasal drip)
batuk
Yang membedakan rhinitis non-alergi atau vasomotor dengan rhinitis alergi adalah,
kondisi ini biasanya tidak disertai dengan rasa gatal di hidung, mata, dan
tenggorokan.
4. Epidemiologi
Data epidemiologi di Amerika menunjukkan bahwa rhinitis, termasuk rhinitis
vasomotor, menyebabkan morbiditas yang signifikan. The National Rhinitis
Classification Task Force Amerika Serikat melaporkan setidaknya 17 juta orang
memiliki rhinitis nonalergi, termasuk rhinitis vasomotor.
Global
Epidemiologi rhinitis, baik rhinitis alergi maupun non alergi, terjadi pada sekitar 20%
populasi di negara industri dan lebih dari 200 juta orang di dunia. Sebanyak 34%
pasien rhinitis kronis didapatkan mengalami rhinitis campuran alergi dan nonalergi.
Di Amerika Serikat, sebanyak 1/4 kasus rhinitis merupakan rhinitis nonalergi.
Rhinitis vasomotor dilaporkan cenderung terjadi pada pasien usia 30-60 tahun tanpa
riwayat alergi dalam keluarga. Perempuan lebih banyak mengalami rhinitis nonalergi
dibandingkan dengan laki-laki.
Indonesia
Belum ada data nasional mengenai prevalensi rhinitis vasomotor di Indonesia.
5. Etiologi
etiologi rhinitis vasomotor belum diketahui pasti. Rhinitis vasomotor tidak
disebabkan oleh infeksi, alergi, atau inflamasi terkait IgE. Walaupun demikian,
terdapat beberapa pencetus yang diduga dapat menyebabkan rhinitis vasomotor
Perubahan lingkungan
Udara dingin dan kering
Udara panas dan lembab
Perubahan suhu
Perubahan tekanan
Iritan
Bau yang menyengat seperti parfum, bunga
Pembersih rumah tangga
Paparan rokok baik aktif maupun pasif
Polutan
Obat-obatan
Penyekat alfa: prazosin, terazosin
Penyekat beta: propranolol, metoprolol
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid lain
ACE inhibitor: captopril, ramipril
6. Patoegenesis
Rinitis vasomotor merupakan suatu kelainan neurovaskular pembuluhpembuluh darah
pada mukosa hidung, terutama melibatkan sistem saraf
parasimpatis. Tidak dijumpai alergen terhadap antibodi spesifik seperti yang
dijumpai pada rinitis alergi. Keadaan ini merupakan refleks hipersensitivitas mukosa
hidung yang non – spesifik. Serangan dapat muncul akibat pengaruh beberapa faktor
pemicu.
- adanya paparan terhadap suatu iritan ! memicu ketidakseimbangan sistem
saraf otonom dalam mengontrol pembuluh darah dan kelenjar pada mukosa
hidung ! vasodilatasi dan edema pembuluh darah mukosa hidung ! hidung
tersumbat dan rinore.
- disebut juga “ rinitis non-alergi ( nonallergic rhinitis ) “
- merupakan respon non – spesifik terhadap perubahan – perubahan
lingkungannya, berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan
respon terhadap protein spesifik pada zat allergen nya.
©2003 Digital by USU digital library 6
- tidak berhubungan dengan reaksi inflamasi yang diperantarai oleh IgE
( IgE-mediated hypersensitivity )
2. Pemicu ( triggers ) : 2,11,15
- alkohol
- perubahan temperatur / kelembapan
- makanan yang panas dan pedas
- bau – bauan yang menyengat ( strong odor )
- asap rokok atau polusi udara lainnya
- faktor – faktor psikis seperti : stress, ansietas
- penyakit – penyakit endokrin
- obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi oral
7. Diagnosis
Diagnosis rhinitis vasomotor ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab alergi.
Anamnesis
Pasien dengan rhinitis vasomotor akan mengeluhkan gejala obstruksi nasal,
rhinorrhea, dan kongesti. Gejala ini dieksaserbasi oleh bebauan tertentu seperti
parfum, asap rokok, dan bau cat. Hal lain yang bisa mencetuskan adalah konsumsi
alkohol, makanan pedas, emosi, dan pemicu lingkungan seperti perubahan suhu,
tekanan, dan cahaya terang.
8. Pemeriksaan Penunjang
berbagai pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh seseorang ketika mengalami tanda
atau gejala dari rhinitis vasomotor, seperti pemeriksaan fisik. Dokter akan
mendiagnosis dari gejala yang muncul seperti hidung berair.
Selain pemeriksaan fisik, dokter juga melakukan tes alergi untuk mengetahui apakah
pengidap memiliki alergi terhadap suatu objek atau tidak. Pada kondisi yang cukup
serius, biasanya dokter akan melakukan CT Scan pada sinus untuk memastikan
penyebab rhinitis vasomotor.
9. Penatalaksanaan
Kortikosteroid Intranasal
Kortikosteroid intranasal menurunkan aktivitas mediator inflamasi, merangsang
relaksasi otot polos, dan mengurangi edema. Penelitian menunjukkan bahwa
fluticasone propionate intranasal dalam dosis 200-400 mcg efektif mengurangi
obstruksi nasal, post nasal drip, dan rhinorrhea. Efek samping steroid topikal yang
dapat terjadi adalah iritasi nasal dan krusta di hidung. Saat ini, hanya fluticasone
propionate dan beclomethasone yang disetujui oleh FDA sebagai terapi steroid
topikal.
10. prognosis
Prognosis rhinitis vasomotor dipengaruhi oleh paparan terhadap pencetus dan terapi
medis yang diberikan. Adanya komplikasi akan memperburuk prognosis.
Komplikasi
Komplikasi rhinitis vasomotor yang utama adalah gangguan kualitas hidup pada
penderita. Terjadi penurunan produktivitas kerja atau performa dalam sekolah akibat
gejala yang berulang dan kunjungan ke dokter. Penderita rhinitis vasomotor
cenderung membatasi pilihan pekerjaan atau tempat tinggal untuk mengurangi gejala.
Daftar Pustaka