Anda di halaman 1dari 60

SURVEY KEPATUHAN BIDAN DALAM PENGGUNAAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SAAT MELAKUKAN


PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

TENGKU YULIANI RACHMAYANTI


NIM : P032115301044

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : Survey Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan Alat Pelindung

Diri Saat Melakukan Pertolongan Persalinan Normal

Nama : Tengku Yuliani Rachmayanti

Nim : P032115301044

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapkan Tim Penguji

Pekanbaru,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ari Susanti S.ST.,M.Keb Elly Susilawati S.ST.,M.Keb

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan kerunianya yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul“ Survey Kepatuhan Bidan Dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri Saat Melakukan Pertolongan Persalinan

Normal Proposal ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Terapan Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau Tahun 2021.

Dalam penyusunan proposal ini peneliti mendapatkan bimbingan, masukan

dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin menyampaikan banyak

ucapat terimakasi kepada :

1. Bapak H.Husnan, SKP, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Riau

2. Ibu Lailiyana, SKM, MKM selaku Ketua Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan dan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Riau

3. Ibu Ari Susanti S.ST.,M.Keb selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu memberi bimbingan dan ilmu yang

bermanfaat sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.

4. Ibu Elly Susilawati S.ST.,M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu memberi bimbingan dan ilmu yang

bermanfaat sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.

ii
5. Ibu selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan dan masukan

dalam penyusunan proposal ini.

6. Ibu selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia mengarahkan peneliti

dalam penyusunan proposal ini.

Dalam penyusunan proposal ini peneliti telah berusaha semampunya dan

menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini memerlukan tanggapan, kritikan

dan nasehat yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

proposal ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari

semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini, mudah-mudahan dapat

bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru,

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10
E. Ruang Lingkup....................................................................... .............. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi................................................................................................. 12
B. Kepatuhan............................................................................................. 13
C. Defenisi Bidan........................................................................................ 22
D. Alat Pelindung Diri (APD)..................................................................... 24
E. Persalinan............................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................................... 47
B. Lokasi dan Waktu................................................................................... 47
C. Populasi................................................................................................... 47
D. Sampel..................................................................................................... 48
E. Informan.................................................................................................. 49
F. Instrumen Penelitian........................................................,....................... 49
G. Teknik Pengolahan Data...................................................,......................
50
H. Analisis Data......................................................................,.....................
52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sarung Tangan...................................................................... 25


Gambar 2.2 Masker..................................................................................... 26
Gambar 2.3 Pelindung Mata....................................................................... 28
Gambar 2.4 Penutup Kepala....................................................................... 29
Gambar 2.5 Gaun Penutup.......................................................................... 30
Gambar 2.6 Gaun Bedah.............................................................................. 31
Gambar 2.7 Apron........................................................................................ 32
Gambar 2.8 Sepatu Boots............................................................................. 33

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Responden

2. Surat Persetujuan Menjadi Responden

3. Lembar Cheklist Penggunaan APD

4. Lembar Pedoman Wawancara Mendalam ( Indepth Interview) Untuk

Bidan BPM di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru

Tahun 2020.

5. Lembar Konsultasi

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan merupakan tenaga kesehatan profesional yang memiliki

kewajiban memberikan dukungan dan asuhan selama hamil, persalinan

maupun masa nifas, serta membantu bertanggung jawab dalam membantu

proses persalinan dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan

ini merupakan upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi

komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan lain yang sesuai, serta

melaksanakan tindakan kegawatdaruratan di sarana kesehatan (Yurez,

2018).

Petugas kesehatan termasuk bidan beresiko tinggi terinfeksi penyakit

HIV saat menolong persalinan karena terjadi kontak dengan darah dan

cairan tubuh pasien melalui percikan pada mukosa mata, mulut, hidung.

Penularan juga bisa melalui luka akibat tusuk jarum karena kurang berhati-

hati mengolah benda tajam saat prosedur pertolongan persalinan maupun

saat memproses alat setelah persalinan (Maryunani, 2011)

Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan

paripurna dan paripurna yang berfokus pada aspek pencegahan, promosi

dengan berlandasakan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-

sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa melayani siapapun

yang memerlukan, kapanpun dan dimanapun dia berada. Alat

perlindungan diri (APD) merupakan peralatan yang dirancang untuk

1
2

melindungi tenaga kesehatan dari kecelakaan kerja atau penyakit di tempat

kerja. Alat perlindungan diri yang digunakan mencakup berbagai peralatan

dan pakaian seperti kaca mata, baju pelindung, sarung tangan, sepatu dan

masker.

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di

Indonesia ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari

komuntas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan

rumah sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan

istilah infeksi nosokomial. Tindakan media untuk mengurangi atau

memutuskan rantai penularan penyakit infeksi adalah dengan tindakan

pencegahan infeksi, diantaranya adalah melalui cuci tangan, penerapan

teknik aseptic, pemrosesan alat-alat yang digunakan dan mengolah limbah.

Disamping itu juga untuk mencegah penularan penyakit infeksi dengan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Bagi petugas kesehatan (Lestari,

2016).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Adapun jenis-

jenis APD yaitu sarung tangan,pelindung wajah seperti : masker, kaca

mata, penutup kepala, gaun pelindung (baju kerja/celemek) dan sepatu

pelindung (Lestari, 2016).

Penggunaan APD pada tenaga kesehatan tergantung pada jenis

tindakan yang akan dikerjakan. Namun untuk kegiatan menolong


3

persalinan, semua alat pelindung diri dipakai oleh petugas untuk

mengurangi kemungkinan terpajan darah atau cairan tubuh pasien (Yurez,

2018)

Di USA setiap tahunnya terdapat 600.000 – 1 juta (14,2%) petugas

kesehatan mengalami luka akibat tertusuk jarum, 5000 (0,71%) petugas

kesehatan terinfeksi hepatitis B, 47 tenaga kesehatan positif HIV.

Persentasi kumulatif kasus HIV tertinggi pada kelompok umur 25-49

tahun (69,7%) sedangkan bidan yang terpapar HIV 49 orang (0,9%)

(Depkes RI 2016)

Menurut WHO mencatat kasus infeksi akibat tertusuk jarum suntik

yang terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis B sebesar

32%, Hepatitis C sebesar 40% dan HIV sebesar 5% dari seluruh infeksi

baru. Panamerican health organization tahun 2017 memperkirakan 8-12%

SDM fashiankes sensitif terhadap sarung tangan latex (PHO, 2017).

Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun ada

lebih dari 250 juta kecelakaan ditempat kerja dan lebih dari 160 juta

pekerja menjadi sakit karena bahaya ditempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta

pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit ditempat kerja. Angka

menunjukan, biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi. (ILO,

2013).

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2018, Estimasi dan proyeksi

jumlah orang dengan HIV/AIDS pada umur ≥ 15 tahun di Indonesia pada

tahun 2017 adalah sebanyak 628.492 orang dengan jumlah infeksi baru
4

sebanyak 45.729 orang dan kematian sebanyak 42.586 orang (Estimasi

dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2015-2020, Kemenkes RI).

Penderita HIV positif pada perempuan sebesar 36,2%.

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2017, Estimasi dan proyeksi

jumlah orang dengan HIV/AIDS pada umur ≥15 tahun di Indonesia pada

tahun 2017 adalah sebanyak 628.492 orang dengan jumlah infeksi baru

sebanyak 46.357 orang dan kematian sebanyak 40.468 orang (Estimasi

dan Proyeksi HIV/AIDS Indonesia Tahun 2015-2020, Kemkes RI).

Penderita HIV positif pada perempuan sebesar 36,5% (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017)

Menurut data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Pada tahun 2017

dilaporkan 411 kasus HIVdan 383 AIDS, sampai dengan oktober 2018 di

laporkan 222 kasus HIV baru dan 264 kasus AIDS. Secara kumulatif HIV

yang telah teridentifikasi 2950 orang dan AIDS sebanyak 2408 orang.

(Dinkes Kota Pekanbaru, 2018)

Berdasarkan data Profil Dinkes Kota Pekanbaru 2015 jumlah bidan di

Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru adalah 8 bidan

(Dinkes Pekanbaru, 2017).

Terwujudnya sikap bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

yang lebih baik dengan memperhatikan aspek-aspek kepatuhan manusia,

salah satunya adalah faktor internal pada diri bidan, meliputi sikap,

pengetahuan, pendidikan dan masa kerja. Faktor eksternal salah satunya

yaitu dukungan fasilitas. Hal ini menunjukan bahwa aspek tersebut dapat
5

memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan pertolongan persalinan

(Supiana, 2015).

Menurut Kurniawidjaja (2010) akibat tidak menggunakan APD

dengan lengkap dalam pertolongan persalinan, petugas kesehatan memiliki

faktor resiko seperti : bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologik

(Hepatitis, HIV dan AIDS, Tubercolosis) (Kurniawidjaja 2010).

Alat pelindung diri seperti yang tertera pada Permenkes 1464/2010

pasal 17 ayat 1 adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau

tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis

dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi.

Melihat tingginya resiko penularan berbagai penyakit di rumah

sakitkhususnya pada bidan, maka perlu dilakukan upaya pencegahan

terhadap terjadinya penyakit atau traumatik akibat lingkungan kerja dan

faktor manusianya. Salah satunya adalah penggunaan alat pelindung diri

(APD), dan hampir semua kasus, transmisi virus hepatitis atau HIV ke

petugas kesehatan teah terjadi melalui kecelakaan yang sebenarnya dapat

dicegah, seperti luka tusukan, percikan cairan tubuh pasien.

Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009 kesehatan adalah

keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun social dan

ekonomis. Indonsia sendiri merupakan negara yang tingkat prevalensi

hepatitis B mencapai tingkat endemik tinggi yaitu terbesar kedua dinegara

Sour East Asian Region (SEAR) yang bila dihitung lagi sekitar 1,4 juta
6

jiwa penduduk Indonesia memiliki potensi mengidapkanker hati (Pusdatin,

Kemenkes RI, 2014)

Asuhan persalinan normal merupakan upaya yang dilakukan oleh

bidan dalam pertolongan persalinan secara sehat dan normal yang

dilakukan dengan menggunakan peralatan steril, serta perlaksanaan

komplikasi. APN dapat dijadikan sebagai standar persalinan normal pada

bidan yang ada dirumah sakit, puskesmas, dan bidan praktek. Dalam

proses persalinan virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV dapat menular

pada pertolongan melalui percikan darah atau cairan tubuh pada mata,

hidung, mulut serta luka lecet kecil pada permukaan kulit. Selain itu,

penularan juga dapat disebabkan oleh luka tusuk jarum yang

terkontaminasi. Penularan penyakit virus hepatitis B, hepatitis C dan

HIV/AIDS dari pasien sangat bersiko terhadap bidan saat menolong

persalinan normal. (Sulistono, 2002)

Mekanisme pelaksanaan APN juga tidak terlepas dari penggunaan alat

kesehatan, bahkan berpotensi terhadap gangguan-gangguan kesehatan

bidan, baik yang ditimbulkan oleh kondisi udara atau ruangan, adanya

paparan bahan kimia, maupun kesalahan teknis secara tidak sengaja yang

dilakukan oleh bidan. Sebagaimana di ketahui bahwa para pekerja seperti

bidan sering dihadapkan pada beban kerja yang berbahaya terhadap

kesehatan sehingga yang penanganannya memerlukan upaya-upaya

khusus, baik di tempat kerja maupun dalam memberikan pelayanan

kesehatan pertolongan asuhan persalinan normal (JNPK-KR, 2014)


7

Terwujudnya sikap bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

yang lebih baik dengan memperhatikan aspek-aspek kepatuhan manusia,

salah satunya adalah faktor internal pada diri bidan, meliputi sikap,

pengetahuan, pendidikan dan masa kerja. Faktor eksternal salah satunya

yaitu dukungan fasilitas. Hal ini menunjukan bahwa aspek tersebut dapat

memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan pertolongan persalinan

(Supiana, 2015).

Pemilihan alat pelindungan diri berdasarkan pada sifat interaksi pasien

dan tingkat potensi terkena darah, cairan tubuh atau agen infeksius.

Penggunaan yang tepat dari APD untuk kepatuhan terhadap pelaksanaan

standard precautions meliputi : penggunaan sarung tangan (handscoon)

dalam situasi yang kemungkinan kontak dengan darah atau cairan tubuh,

selaput lendir (mukosa), kulit yang tidak utuh atau bahan yang dicurigai

berpotens menular, menggunakan apron untuk melindungi kulit dan

pakaian selama prosedur tindakan di mana kontak dengan darah atau

ciaran tubuh pasien, penggunaan perlindungan mulut, hidung dan

perlindungan mata selama tindakan yang mungkin menimbulkan percikan

cairan tubuh seperti darah atau lainnya. Setiap tenaga kesehatan terutama

bidan praktek swasta harus mengevaluasi layanan yang diberikan untuk

menentukan kebutuhan dan memastikan bahwa alat perlindungan diri

(APD). Semua petugas pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan harus diberi pengetahuan mengenai pilihan yang tepat dalam

penggunaan alat perlindungan diri (CDC, 2014).


8

Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan

petugas kesehatan di indoesia belum terekam dengan baik. Penerapan

praktik kebidanan dalam memberikan asuhan memiliki resiko terjadinya

infeksi penyakit dari pasien ke petugas kesehatan dan juga infeksi yang

terjadi antar pasien. Pengendalian bahaya bisa dilakukan dengan berbagai

cara, salah satunya dengan menggunakan alat pelindung diri. Menurut

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI NO. 8/MEN/VII/2010, alat

pelindung diri (APD) atau protective equitment didefenisikan sebagai alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang untuk

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat

kerja. Alat pelindung diri merupakan komponen dari kewaspadaan standar

dan juga merupakan metode pencegahan dan pengendalian infeksi yang

harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan disemua fasilitas

pelayanan kesehatan (Nurhayati,2016)

Hasil penelitian ida wahyuni dan eka (2018) tentang kepatuhan

pemakaian alat pelindung diri (APD) persalinan pada bidan di semarang,

hasil penelitian menunjukan bahwa 100% bidan mencuci tangan dan

menggunakan sarung tangan saat menangani pasien. Sebanyak 87,8%

bidan mengenakan masker, 35,1% mengenakan kacamata, dan sebanyak

6,8% mengenakan topi. Sebanyak 50% bidan tidak patuh mengenakan

APD persalinan, dan 49,3% bidan patuh menggunakan APD persalinan

saat menangani pasien.


9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

penelitian : “Bagaimana Survey Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan Alat

Pelindung Diri Saat Melakukan Pertolongan Persalinan Normal di

Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2020?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Survey Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan Alat

Pelindung Diri Saat Pertolongan Persalinan Normal

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kepatuhan bidan pada penggunaan APD pada bidan

saat melakukan pertolongan persalinan normal

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai masukan bagi dinas kesehatan untuk pengambilan

kebijakan dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh bidan

2. Bagi Bidan di BPM

Sebagai masukan bagi bidan di BPM tentang untuk menjaga

kesehatan dan keselamatan kerja khususnya tentang penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD).


10

3. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan upaya keselamatan dan kesehatan

dalam bekerja dalam menolong persalinan normal.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mensurvey kepatuhan penggunaan APD

(Alat Pelindung Diri) pada bidan saat melakukan pertolongan persalinan

normal di BPM. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih banyaknya

bidan yang belum menggunakan APD dan kecenderungan terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja saat melakukan pertolongan

persalinan sesuai SOP yang telah ditetapkan yang nantinya akan

berdampak terhadap bidan maupun pasien.

Penelitian in menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan

data secara In-depthinterview (wawancara mendalam). Penelitian ini

dilakukan di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru.

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2020. Analisis data meliputi

reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan dan verivikasi

dengan menggunakan tabel triangulasi.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

Kepatuhan (obedience) menurut Milgram (dalam taylor, 2009 :266)

menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sikap yang menunjukan rasa patuh

dengan menerima dan melakukan tntutan atau perintah dari orang lain. Hal

ini serupa dengan pendapat Blass (1999:957) yang mengungkapkan bahwa

kepatuhan adalah menerima perintah-perintah dari orang lain. Menurut

Milgram (dalam Taylor, 2009:279) kepatuhan terkait dengan ketaatan

pada otoritas aturan-aturan. Kepatuhan terhadapa aturan pertama kali

dipublikasikan milgram pada tahun 1963, salah satu dari beberapa

eksperimen psikologi terkenal pada abad 20.

Berdasarkan hasil penelitiannya didapat bahwa kepatuhan muncul

bukan karena adanya keinginan dari pelaksana perintah untuk

menyesuaikan diri, tetapi lebih karena didasarkan akan kebutuhan untuk

menjadi apa yang lingkungan harapkan atau reaksi yang timbul untuk

merespon tuntutan lingkungan sosial yang ada. Kepatuhan dapat terjadi

dalam bentuk apapun, selama individu menunjukan perilaku taat terhadap

sesuatu atau seseorang misalnya kepatuhan terhadap peraturan. Menurut

Taylor (2006:266) kepatuhan adalah “memenuhi perintah orang lain

didefenisikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan

berdaarkan keinginan orang lain atau melakukan apa-apa yang diminta


12

oleh orang lain, kepatuhan mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai

respon terhadap permintaan langsung dan berasal dari pihak lain”.

Menurut Shaw (dalam Umami, 2010:25-26), kepatuhan berhubungan

dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang telah memiliki

konsep bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan menjadi malu

apabila dia menolak memberikan sesuatu ketika orang lain meminta

sesuatu padanya.

Kebebasan untuk bersikap, juga seringkali mendorong orang untuk

mengikuti kemauan orang lain. Semakin orang dibebaskan untuk memilih

semakin cencerung orang tersebut untuk patuh. Hal ini disebabkan adanya

ambiguitas situasi serta rasa aman yang dimiliki akibat kebebasan dalam

memilih. Ambiguitas situasi yang dimaksud berkaitan dengan akibat dan

reaksi yang akan diterima jika seseorang memilih pilihan tertentu. Hal ini

akan menimbulkan kecemasan jika memilih pilihan yang tidak tepat.

Bersamaan dengan itu pula, kebebasan mengakibatkan seseorang merasa

bebas untuk mengambil keputusan untuk dirinya sehingga menimbulkan

rasa aman. Rasa aman selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya

terhadap lingkungan sehingga orang dengan suka rela mematuhi otoritas.

Kecemasan maupun rasa aman orang untuk berlaku patuh. Kepatuhan

terjadi ketika seseorang menerima pengaruh tertentu karena ia berharap

mendapatkan reaksi yang menyenangkan dari orang berkuasa atau dari

kelompok. Tindakan tersebut hanya diawasi oleh pihak yang berwenang.

Kelompok sosial yang dibentuk oleh sejumlah individu pasti memiliki


13

aturan, baik itu berupa oraganisasi atau lembaga. Hal ini bertujuan agar

individu yang menjalankan perannya dalam kelompok tersebut dapat

terstruktur.

B. Definisi Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan bidan yang telah diakui oleh negara serta memperoleh

kualifikasi dan memberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan

dinegeri ini (Trisnawati, 2016 p.1).

Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan

kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk

keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal,

dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan asuhan anak. Bidan bisa

berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau

tempat – tempat pelayanan lainnya (Trisnawati, 2016 p.1).

Menurut KepMenkes Nomor 900/Menkes/VII/2002 BAB I pasal 1

menyatakan : bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program

pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persayaratan yang berlaku.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler

dalam program pendidikan kebidanan sebagai yang telah diakui skala

yuridis, dimana dia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan

kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan.


14

C. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan penguasan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki

asosiasi profesi, kode etik, serta profesi tersebut contohnya profesi adalah

pada bidan hukum, kedokteran, keuangan militer dan teknik (Trisnawati,

2016 p.3).

1. Profesi Bidan

Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai

wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam

melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

Bidan memiliki tugas – tugas yang sangat unik, yaitu :

a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik anak –

anaknya.

b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah

yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.

c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi bertugas

meningkatkan mutu pelyanan pada masyarakat.

d. Anggotanya memiliki jasa atau pelayanan yang dilakukan

dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.

1. Ciri – ciri bidan sebagai profesi

a. Bidan disiapkan melalui pendidikn formal gar lulusannyadapat

melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara

profesonl.
15

b. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan

profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik dan

etika kebidanan.

c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam

menjalankan profesinya.

d. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

e. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

f. Bidan memiliki organisasi profesi.

g. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta

dibutuhkan masyarakat.

h. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber

utama kehidupan.

D. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) adalah pakaian khusus atau perlatan yang

di pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,

biologi/bahan infeksius.

Tujuan pemakaian alat pelindung diri adalah untuk melindungi kulit

dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, secret,

eksreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lender dari pasien ke petugas dan

sebaliknya (Menkes RI,2017)

1. Jenis Alat Pelindung Diri

a. Sarung tangan
16

Sarung tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien

dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan

pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi,

tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien

lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Umpamanya,

sarung tangan pemeriksaan harus dipakai kalau menangani

darah, duh tubuh, sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), alat

atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit

nonintak atau selaput lender.

Gambar 2.1

Sarung tangan

b. Masker

Harus cukup besar untuk menutup hidup, muka bagian

bawah, rahang, dan semua rambut muka .Masker di pakai untuk

menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau


17

petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk

mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi

masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker

terbuat dari barbagai bahan, antara kain katun ringan, kasa,

kertas sampai bahan sintetis, yang beberapa diantaranya tahan

cairan. Masker yang terbuat dari katun atau kertas nyaman tapi

sebagai filter tidak tahan cairan dan tidak efektif, masker yang

terbuat dari bahan sintetik dapat memberikan sedikit

perlindungan dari tetesan partikel besar (> 5 µ m) yang

disebarkan lewat batuk atau bersin dari petugas pelayanan

kesehatan yang berada dekat (kurang dari 1 meter) dengan

pasien.

Gambar 2.2

Pelindung Wajah/masker

c. Respirator

Respirator masker jenis khusus, disebut respirator pertikel,

yang dianjurkan dalam situasi memfilter udara yang ditarik


18

napas dianggap sangat penting (umpamanya, dalam perawatan

orang dengan tuberculosis paru). Terdiri dari berlapis-lapis

bahan filter yang terpasang pada muka dengan ketat. Lebih sulit

untuk bernapas melaluinya dan lebih mahal dari pada masker

bedah

Gambar 2.3

Respirator

d. Pelindung Mata

Melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan

tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata.

Pelindung mata termasuk pelindung plastic yang jernih,

kacamata pengaman,pelindung muka. Masker dan pelindung

mata atau pelindung muka harus dipakai jika cipratan pada

muka dapat terjadi (umpamanya, melakukan seksio atau

persalinan biasa atau kalau membersihkan instrument).


19

Gambar 2.4

Kaca mata

e. Kap

Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran

kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan.

Kap harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Kap

memberikan sedikit perlindungan pada pasien, tujuan utamanya

adalah melindungi pemakainya dari semprotan dan cipratan

darah dan cairan tubuh.

Gambar 2.5
20

Kap/penutup kepala

f. Gaun penutup

Pemakaian utama dari gaun penutup adalah untuk

melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan. Gaun penutup

biasanya terdiri dari celana piama dan baju. Baju dengan leher-

V jangan dipotong terlampau rendah, sehingga dapat merosot

dari bahu pemakaiinya atau memperlihatkan bulu dada pria.

Gambar 2.6

Gaun penutup

g. Gaun Bedah

Pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari

mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf

perawatan kesehatan sewaktu pembedahan. Gaun bedah terbuat

dari bahan tahan cairan berperan dalam menahan darah dan


21

cairan lainnya, seperti cairan ketubahan, terhindar dari kulit

personel, khususnya di ruang operasi, ruang bersalin dan gawat

darurat.

Gambar 2.7

Gaun bedah

h. Apron

Yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas

tahan air di bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron

harus digunakan dipakai kalau sedang membersihkan atau

melakukan tindakan dimana darah dan duh tubuh diantisipasi

akan tumpah ( umpamanya, sewaktu seksio atau persalinan

pervaginam). Apron membuat cairan yang terkontaminasi tidak

mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.


22

Gambar 2.8

Apron

i. Alas kaki

Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda

tajam atau berat atau dari cairan yang kebetulan jauh atau

menetes pada kaki. Untuk alas an ini sandal, atau sepatu terbuat

dari bahanempuk (kain) tidak dapat diterima. Sepatu bot dari

karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus selalu bersih dan

bebas dari kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh

lainnya. Penutup sepatu tidak perlu kalau bersih sepatu yang

kokoh hanya dipakai di area bedah. (JNPK-KR, 2010 P.5-5 )


23

Gambar 2.9

Sepatu pelindung/boots

E. Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan memipis serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi

yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin

tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal

jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)

sejak uterus berkontraksi dan dengan lahirnya plasenta secara

lengkap.ibu belum masuk tahap inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks (Mutmainnah, 2017 p.3).

Defenisi persalinan nrmal menurut WHO adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan, dan


24

tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara

spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan

antara37 minggu sampai dengan dengan 24 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

1. Tahapan-tahapan persalinan

a. Kala I

Kala I disebut dengan kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan 0 sampai dengan pembkaan lengkap (10cm).

Pada permulaan his, kala pembukaan berangsung tidak begitu

kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses

pembukaan serviks sebagai akibat his dibedakan menjadi dua

fase, yaitu :

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai dengan pembukaan mencapai ukuran

diameter 3 cm.

2) Fase aktif

a) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm sampai dengan 9 cm.

c) Fase dilatasi
25

Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap.

Di dalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus

akan meningkat secara bertahap secara bertahap, biasanya terjadi

tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama

40 detik ata lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm hingga mencapai

pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata

yaitu 1 cm per jam unttuk primigravida dan 2 cm untuk

multigravida.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula

pada multigravida, tetapi pada fase laten, fase aktif, dan fase

deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan seriks

berbeda antara primi atau multgravida. Pada primigravida, OUI

membuka lebih dulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

baru kemudian OUE membuka, pada multigravida OUI dan OUE

akan mengalami penipisan dan pendataran yang bersamaan. Kala I

selesai apabila pembukaan serviks sudah lengkap. Pada

primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada

multigravida kira-kira 7 jam.

b. Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala

ini dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi

lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida


26

dan 1 jam pada multigravida, gejala utama dari kala II

adalah :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit

dengan durasi 50 sampai 100 detik.

2) menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan

pendeteksi lengkap diikuti keinginan mengejan

karena fleksus frankenhauser tertekan.

4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong

kepala bayi sehingga kepala bayi membuka pintu,

subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-

turut lahir dari dahi, muka, dagu yang melewati

perineum.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran

paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlangsung maka

persalinan bayi ditolong dengan jalan :

a) Kepala dipegang pada ocsiput dan dibawah

dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan

bahu belakang.

b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk

melahirkan sisa badan bayi.


27

c) Bayi kemudian lahir diikuti oleh ketuban.

c. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5

sampai 10 menit. Melalui kelahiran bayi, plasenta sudah

mulai terlepas pada lapisan nitabisch karena sifat retraksi

otot rahim. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai

plasenta lahir, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,

jika lebih maka harus diberi penanganan lebih atau

dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan

dengan memperhatikan tanda-tanda :

1) Uterus menjadi bundar

2) Uterus terdorong ke ata.s karena plasenta dilepas ke

segmen bahwa rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan

ringan secara crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta

lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir.

Lepasnya plasenta secara Schultze, biasanya tidak ada

perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak

pengeluaran darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara

Duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah

mengalir keluar antara selaput ketuban.


28

d. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi

karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2

jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah :

1) Tingkat kesadaran penderita.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi,

dan pernapasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadi pendarahan.

2. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi

bagi ibu dan bayinya. Hal ini dilakukan melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap, serta intervensi minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal.

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami

pergeseran paradigma. Dahulu fokus utama adalah menunggu

dann menangani komplikasi, namun sekarang fokus utama

adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan

setelah bayi lahir. Fokus tersebut adalah untuk mengurangi

kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.


29

Perubahan paradigma ini diakui dapat membawa perbaikan

kesehatan ibu di indonesia. Penyesuaian tersebut sangat penting

dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru

lahir karena sebagaian besar persalinan di indonesia masih

terjadi pada tingkat primer yang tingkat keterampilan dan

pengetahuannya belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan

komplikasi dapat dimanfaatkan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Jika semua

tenaga penolong persalinan, dilatih agar mampu mencegah atau

mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan

asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum

atau sesaat masalah terjadi, serta segara melakukan rujukan saat

kondisi ibu masih optimal maka ibu dan bayi baru lahir akan

terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. Selain hal

tersebut, tujuan lain dari asuhan persalinan antara lain :

a. Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan

keamanan dalam memberikan pelayanan persalinan normal

dan penanganan awal penyulit beserta rujukannya.

b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan

persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta

rujukan yang berkualitas dan sesuai dengan prosedur

standar.
30

c. Mengidentifikasi praktik-praktik terbaik bagi

penatalaksanaan persalinan dan kelahiran, yang berupa :

1) Penolong yang terampil

2) Kesiapan menghadapi persalinan, kelahiran, dan

kemungkinan komplikasinya

3) Partograf

4) Episiotomi yang terbatas hanya pada indikasi

5) Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang mrugikan

dengan maksud menghilangkan tindakan tersebut.

3. Tanda-tanda persalinan

a. Tanda bahwa persalinan sudah dekat

1) Lightening

Menjelang minggu ke-36, tanda pada primigravida

terjadi penurunan fundus uteri karena bayi sudah masuk

pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi barkton

hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum

rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah

bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan

ibu merasakan :

a) Ringan di bagian atas dan rasa sesaknya berkurang.

b) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.

c) Terjadinya kesulitan saat berjalan.

d) Sering kencing.
31

2) Terjadinya his permulaan

Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan

progesterone juga makin berkurang sehingga produksi

oksitosin meningkat, dengan demikian dapat menimbulkan

kontraksi yang lebih sering. His pemulaan ini lebih sering

diistilahkan sebagai his palsu. Sifat his palsu, antara lain :

a) Rasa nyeri ringan di bagaian bawah.

b) Datangnya tidak teratur.

c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada

tanda-tanda kemajuan persalinan.

d) Durasinya pendek.

e) Tidak bertambah bila beraktivitas.

b. Tanda-tanda timbulnya persalinan

1) Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan

menimbukan rasa nyeri diperut serta dapat dapat

menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim, dimulai

pada 2 face maker yang terletaknya di dekat cornu uteri. His

yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan

tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat

adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal

dominance), kondisi berlangsung secara sinkron dan

harmonis. Kondisi ini juga menyebabkan adanya intensitas


32

kontraksi yang maksimal di antara dua kontraksi, irama

teratur dan frekuensi yang kian sering. lama his berkisar 45-

60 detik.

Pengaruh his dapat menimbulkan dinding menjadi tebal

pada korpus uteri, itsmus uterus menjadi teregang dan

menipis, kanalis sevikal mengalami effacement dan

pembukaan. His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan.

b) Sift his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan

semakin besar.

c) Terjadi perubahan pada serviks.

d) Jika pasien menambah akivitasnya, misalnya dengan

berjalan maka kekuatan hisnya akan bertambah.

2) Keluarnya lendir bercampur darah perbagian (show)

Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan

lepasnya lendir berasal dari kanalis servikal. Dengan

pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah

waktu serviks membuka.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka

ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.


33

Namun, apabila tidak tercapai maka persalinan harus

diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum

atau section caesaria.

4) Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikal secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali sehingga

hanya tinggal ostium yang tipis, seperti kertas.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggnakan metode Kualitatif dengan mengumpulkan

data secara in-depth interview (wawancara mendalam) yaitu untuk

mengetahui bagaimana kepatuhan bidan dalam penggunaan APD (Alat

Pelindung Diri) saat melakukan pertolongan persalinan di BPM Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2020.

B. Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitan

Penelitian ini akan dilakukan di BPM Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2020.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2020.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Hidayat 2014 p.62). populasi dalam penelitian ini terdiri

dari populasi target yaitu seluruh bidan praktik swasta (BPM)

dWilayah Kerja Puskesmas Payung Sekakii Kota Pekanbaru

berjumlah 8 orang.

34
2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2014

p.62). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bidan Praktik

Mandiri (BPM) diWilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota

Pekanbaru 2020.

D. Informan

Informan diperlukan untuk pemberi informasi informasi yang

diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

yang diperlukan oleh peniliti. Teknik penentuan informasi penelitian

yang digunakan adalah secara purposive sampling yaitu penentuan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu(Sulistyaningsih,2012).

Teknik penentuan informasi dalam penelitian ini berdasarkan

purposive sampling :

1. Informan yang dapat memberikan informasi – informasi yang jelas

tentang evaluasi penggunaan APD pada bidan saat melakukan

pertolongan persalinan BPM diWilayah Kerja Puskesmas Payung

Sekaki Kota Pekanbaru 2020.

2. Informan yang memenuhi masalah secara lebih luas dan mendalam

sehubungan dengan dengan objek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi informan dalam hal ini

adalah 5 BPM diWilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota

Pekanbaru.

35
Karakteristik responden penelitian :

a. Bersedia untuk memberikan informasi selama penelitian

b. Masa kerja > 5 tahun.

E. Instrumen Penelitan

Peneliti melakukan wawancara dengan dipandu oleh responden

wawancara mendalam, lembar obeservasi, alat pencatat dan alat perekam.

Untuk memudahkan informan dalam menjawab pertanyaan maka,

penyusunan format wawancara memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Menggunakan kata-kata sederhana dan dapat dimengerti oleh semua

dan hindari istilah-istilah namun sulit dimengerti.

2. Mengupayakan agar pertanyaan disusun secara lugas dengan

penggunaan istilah yang dan khusus. Misalnya pertanyaan “berapa

petugas yang ada disini” lebih baik diganti dengan berapa petugas

yang ada di BPM tersebut.

3. Menghindari dalam satu pertanyaan yang membuka peluang lebih dari

satu jawaban. Misalnya partanyaan” apakah setelah lulus sekolah akan

melanjutkan lagi ke tempat lain”mengandung kata “ya atau tidak”

oleh sebab itu lebih baik diganti dengan “akan melanjutkan sekolah

dimana”.

Menghindari pertanyaan yang mengiri informan pada jawaban

tertentu dan menutup informan menutup jawaban lainnya. Misalnya

apakah :

36
4. setelah lulus akan bekerja di pemerintahan atau berwiraswasta” akan

lebih baik diganti “apa yang anda lakukan setelah lulus sarjana”.

5. Pertanyaan bersifat umum dalam arti berlaku bagi semua informan

yang terpilih. Misalnya pertanyaan tetang “dimana anda

kuliah”Ternyata ada yang tidak kuliah. Hendaknya diganti dengan

pertanyaan pendahuluan seperti “apakah anda kuliah”

Menggunakan :

a. Panduan wawancara & lembar Cheklist

b. Alat perekam (Handphone)

c. Kamera (Handphone)

d. Alat tulis.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil secara langsung dari responden (data primer) meliputi:

1. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

2. Pengisian informed consent dan kuesioner

3. Obeservasi / pengamatan langsung

4. Pencatatan pada formulir lembar penelitian

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden.

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini yaitu:

1) Observasi langsung

Peneliti berusaha untuk tidak terlihat sebagai sebagai seorang

pengamat, tetapi justru menjadi bagian dari populasi yang di tetliti.

37
Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menjalin pengertian

tentang nilai-nilai dan kepercayaan anggota populasi tersebut.

Peneliti menyiapkan data apa yang ingin diobservasi. Observasi

dilakukan terhadap bidan pemegang program dan pembinaan

wilayah, meliputi persediaan sarana dan prasarana, pelaksanaan,

pengawas, dan kebijakan yang ada.

2) Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif

wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan

responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara

dan infroman terlibat dalam kehidupan social yang relative sama

(Nurhasanah,2017)

3) Dokumentasi

Penelitian menggunkan metode dokumentasi yaitu

penggumpulan data dengan cara mencari dokumen-dokumen yang

dianggap penting menunjang dan relevan dengan permasalahan

yang akan diteliti baik berupa literature, laporan, jurnal, maupun

karya tulis ilmiah tentang Alat Pelindung Diri pada bidan.

b. Data Sekunder

38
Data sekunder ini berupa jumlah bidan yang ada di Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru tahun 2020.

G. Analisis data penelitian kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan letak kelemahan

artikel atau laporan penelitian kualitatif secara umum. Proses penelitian

dalam penelitian kualitatif sanga berbeda dengan penelitian kuantitatif,

proses analisis dimulai segera setelah pengumpulan data. Analisis data

dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan teknik berikut ini :

a. Data reduction

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi akan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat

dibantu dengan peralatan elektronik (seperti komputer mini), dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Setiap peneliti mereduksi data akan dipandu oleh tujuan yang

akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada temuan,

sehingga bila peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang

asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, maka itulah yang harus

dijadikan perhatian peneliti dalam mereduksi data.

b. Data display (penyajian data)

Langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, teks yang bersifat naratif,

39
bagan, hubungan antar kategori , flowchart, grafik, matriks, network

(jejaring kerja) dan sejenisnya.penyajian data tidak mudah

melakukannya karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis,

sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan

setelah agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data.

c. Conclusion drawing/verification

Langkah selanjunya adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.

Kesimpulan awal yang telah dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah apabila tidka ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang belum pernah ada sebelumnya. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal

atau interaktif, hipotesis atau teori. Penyajian data yang dikemukakan

bila telah didukung dengan data-data yang mentap, maka dapat

dijadikan kesimpulan yang kredibel.

40
41
42
43
44
DAFTAR PUSTAKA

APN, 2014. Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta :

JNPK-KR

Ayuningtyas, Dumilah, 2014. Kebijakan Kesehatan Prinsip Dan Praktik.

Jakarts : Rajawali

Damin, Sudarwan, 2012. Metode Penelitian Kebidanan Prosedur, Kebijakan &

Etik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGS

Dinkes Kota Pekanbaru, 2018. Kasus HIV AIDS

Depkes RI. 2016 Persentase Kumulatif Kasus HIV.

http://digilib2.unisayogya.ac.id/handle/123456789/1348

JNPK-KR, 2010. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Tridasa Printer

Lestari, Sujianti. 2016. Kepatuhan Bidan Dalam Tindakan Pencegahan

Infeksi DAN Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menolong

Persalinan.

https://jka.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/view/46/95

Maryunani, A. 2011. Pencegahan Infeksi Dalam Kebidanan. Trans Info Media,

Jakarta

Mutmainah, Annisa UI, Dkk, 2017. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.

Yogyakarta : Andi

Menkes RI, 2017. Alat Pelindung Diri. Jakarta : Kemenkes RI


Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurhayati, Shofia Adibah, Dkk, 2016. Faktor- Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Bidan Saat Melakukan

Pertolongan Persalinan Normal. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat

Indonesia, Volume 3, Nomor 1, April 2016.

Nurhasanah, Dkk, 2017. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : CV Budi

Utama

Profil Kesehatan Indonesia. 2018. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia.

Profil Kesehatan Indonesia 2017. Estimasi dan proyeksi jumlah orang

dengan HIV/AIDS

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan kuantitatif-kualitataf.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Trisnawati, Friska, 2016. Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta : Prestasi Pustaka

Yurez, Nanda. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) Pada Bidan Saat Melakukan Pertolongan

Persalinan Di RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan.

https://scholar.unand.ac.id/33794/
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Responden Penelitian
Di- Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alfatiah Akbar
Nim : 1915301045
Alamat : Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Fort De Kock
Bukittinggi
Menyatakan bahwa akan mengadakan penelitian tentang “Evaluasi

Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Saat Melakukan

Pertolongan Persalinan Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki

Pekanbaru Tahun 2020”. Untuk itu saya meminta kesediaan ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Peneitian ini bertujuan untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden,

kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian.

Apabila ibu bidan menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan ibu

untuk menandatangani lembar persetujuan responden. Atas perhatian dan kerja

sama yang diberikan saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Alfatiah Akbar)
Lampiran 2

FORMAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca penjelasan lembar permohonan menjadi responden dan

saya mengerti, bahwa penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta

identitas dan informasi yang saya berikan dijaga kerahasiaannya dan betul-betul

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan yang

bernama Alfatiah Akbar dengan judul “Evaluasi Kepatuhan Bidan Dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri Saat Melakukan Pertolongan Persalinan Normal

di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru Tahun 2020”.

Untuk bermanfaatnya penelitian ini, saya berjanji akan berpartisipasi dan

memberikan jawaban yang sebenarnya.

Bukittingi, 2020

Responden

( )
Lampiran 3

LEMBAR CHECKLISH PENGGUNAAN APD

Berilah tanda (√) pada pernyataan dibawah ini.

Alat Pelindung Diri (APD) pertolongan persalinan normal wajib

No Alat Pelindung Diri (APD) Menggunakan Tidak

menggunakan
1. Bidan menggunakan alat

pelindung wajah (masker) saat

melakukan pertolongan

persalinan.
2. Bidan menggunakan sarung

tangan saat melakukan

pertolongan persalinan
3. Bidan menggunakan pelindung

dada/ tubuh (apron) pada saat

melakukan pertolongan

persalinan.
4. Bidan menggunakan pelindung

mata saat melakukan

pertolongan persalinan (kaca

mata).
5. Bidan menggunakan sepatu

kerja pada saat melakukan

pertolongan persalinan (sepatu

boots).
6. Bidan menggunakan penutup

kepala pada saat melakukan

pertolongan persalinan.

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

UNTUK BIDAN DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG

SEKAKI PEKANBARU TAHUN 2020


Lokasi/ Daerah Penelitian :

Kode Responden :

Petugas Wawancara :

Hari dan tanggal wawancara :

A. Identitas Informasi

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Masa Kerja :

B. Petugas Wawancara

1. Bagaimana menurut bidan pentingnya menggunakan APD saat

menolong persalinan?

2. Bagaimana mengenai masalah kenyamanan dalam penggunaan APD

yang pernah di alami?

3. Apakah bidan mengetahui akibat jika tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) seperti yang di bawah ini ?

a. Masker

b. Sarung tangan (Handscoond)

c. Apron (Celemek)

d. Kaca mata

e. Sepatu boots

f. Penutup kepala (Topi)


4. Bagaimana program pelaksanaaan Alat Pelindung Diri (K3) ini apakah

telah diterapkan oleh bidan?

5. Apakah bidan pernah mengalami kecelakaan kerja atau terjangkit

penyakit akibat tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat

melakukan pertolongan persalinan ?

6. Apakah bidan patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada saat melakukan pertolongan persalinan?

PERNYATAAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : Survey Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan Alat Pelindung

Diri Saat Melakukan Pertolongan Persalinan Normal di

Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru

Tahun 2002.
Nama : Alfatiah Akbar

Nim : 1915301045

Proposal ini telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Universitas Fort De Kock Bukittnggi pada tanggal 10 Agustus 2020

Bukittinggi, 10 Agustus 2020


Komisi Penguji
Moderator

Nurhayati, S.ST.,M. Biomed

Penguji I

Detty Afriyanti S. S. ST, M. Keb

Penguji II

Yelva Febriani, S. ST, FT, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai