MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO
“Risiko Pasar”
Disusun Oleh:
Fanny Aurell Putri (33116010009)
Bismillahirrahmannirrahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Taufik dan
hidayah-NYA kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selalu umatnya.
Aamiin
Makalah ini menyajikan tentang pengertian Manajemen Risiko Pasar seiring dengan
berakhirnya penyusunan makalah ini, Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam penyusanan makalah ini, oleh karena itu penyusun berharap adanya kritik dan saran
yang membangun. Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah disisi ALLAH SWT.
Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko ? Karena selalu ingin aman dan
hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua
tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita mengelak atau lari dari resiko,
makaa disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak ada hidup
tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita
menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha
melindungi diri tehadap resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi
diri terhadap resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu
dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia kurang
memperhatikan manajemenn resiko?Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas
mengidentifikasikaan resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan
besarnya resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi ataau
menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun
mengendalikannya.
Pendeknya dengan progran itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan yang
bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara lain
adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu
terhadap kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana
yang harus dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien untuk
menghadapinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Resiko Pasar
Financial Maket
Capital Market
Money Market
2) Soft curriencies
Soft curriencies ( mata uang yang lembut) adalah jenis mata uang yang diterbitkan
oleh suatu Negara namun jarang dipakai sebagai standar acuan dalam transaksi pasar bisnis
internasional, dengan alasan dianggap belum memiliki nilai kelayakan.
Pasar keuangan sangat bebas dari berbagai intervensi.Pengertian bebas dari intervensi ini
mencakup dimana berbagai regulator didunia baik otoritas moneter berbagai Negara maupun
lembaga keuangan internasonal tidak memiliki kekuatan maksimal untuk melakukan interval
secara mutlak.Kondisi ini terjadi karena berbagai sebab.Yaitu :
1) Berbaga pihak dapat dengan mudah mengakses seluruh data dan informasi tentnag keuangan
dan non keuangan. Ingin terjadi karena begitu berkembangnya perang teknolog yang tersedia
terutama dengan munculnya internet. Dipakainya internet sebagai salah satu sarana
penghubung menyebabkan dunia ini berada dalam kondisi borndholders atau tanpa batas.
2) Maksudnya berbagai investor dari berbagai Negara untuk ikut bermain valas. Para investor
dengan jumlah kepemilikan dan ayang besar dan berbagai saran dan prasarana yang dimiliki
seperti perangkat teknologi dan para karyawan yang memiliki kualitas dan kompetensi yang
tinggi.
3) Berbagai pihak baik analisis ekonomi dan non ekonomi serta para pelaku pasar dan juga
pemerintah sebagai regulator tidak pernah mengetahui dengan pasti dimana “equilibrium
point” itu berada. Titik equilibrium bias saja setiap saat berpindah-pindah sesuai dengan
berbagai situasi dang kondisi yang terjadi.
4) Setiap pihak memiliki berbagai bentuk data dan informasi. Namun seluruh data dan informasi
tersebut bersifat masa lalu, dan tidak ada satu pihakpun yang bias memperoleh data masa
depan. Karena itu sering sekali data masa itu hanya bias dijadikan sebagai alat prediksi untuk
mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
e. Politic risk
Stabilitas politik adalah sesuatu sangat pening bagi suatu Negara.Stabilitas politik
menjanjikan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, namun jika pemimpin dan pihak
terkait di suatu Negara tidak mampu menciptakan iklim kondusif dalam bidang politik maka
artinya seluruh pemimpin dan aparatur di Negara tersebut tidak memiliki semangat
kemimpinan.Jika kondisin ini terus terjadi maka yang terjadi adalah krisis kepemimpinan.
Krisis kepemimpinan akan berakibat pada pencarian kepemimpinan di luar lembaga resmi,
yaitu memungkinkan orang-orang yang berasal dari masyarakat atau oposisi akan muncul
sebagai pemimpin dan berusaha mengambil alih kepemimpinan.
Pada prinsipnya pemimpin eksternal tersebut memiliki bangunan konsep dan
ideology dan kadang kala sering ditemui memiliki konsep serta ideologi yang berbeda
dengan pemerintah yang berkuasa. Jika kelompok tersebut lama semakin besar jumlah dan
dukungannya maka akibatnya pemerintah akan kewalahan dalam mengatasi perbedaan
ideology dan padangan tersebut.
Indonesia pernah mengalamidau sistem kurs yang berbeda.Sebelum krisis pada tahun 1997,
Indonesia menggunakan sistem kurs tetap.Perubahan kurs dilakukan secara resmi oleh
pemerintah.Biasanya pemerintah mendevaluasikan rupiah tehadap dolar. Sebagi contoh, kurs
sebelumnya misalkan Rp 2.500/$. Kemudian pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap
dolar menjadi, misal, Rp 3.000/$. Perhatikan nilai rupiah menjadi turun (lebih murah)
terhadap dolar.Pemerintah mengumumkan secara resmi keputusan tersebut.
Pada periode sesudah pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia memutuskan untuk
mengambangkan nilai kurs rupiah.Dalam situasi tersebut, nilai rupiah bergerak naik atau
turun tergantung mekanisme pasar. Sebagai contoh, jika perusahaan membutuhkan dolar
untuk melunasi hutang dalam dolar, permintaan terhadap dolar akan meningkat, yang
menyebabkan naiknya nilai dolar tehadap rupiah ( atau turunnya rupiah terhadap dolar). Pada
waktu terjadi bom, rupiah jatuh nilainya terhadap dolar.Dalam kedua contoh tersebut, Rupiah
mengalami depresiasi tehadap dolar AS. Dalam situasi sebaliknya, rupiah bisa menguat
tehadap dolar (apresiasi), misal dari Rp 10.000/dolar menjadi Rp 9.000/$. Perubahan tesebut
ditentukan oleh mekanisme pasar, bukannya oleh pemerintah.Bank Sentral bisa saja
melakukan intervensi jika mereka menginginkan kurs yang tertentu.Tetapi intervensi tersebut
biasanya dilakukan untuk melakukan mekanisme pasar.
CONTOH KASUS
Bahkan kasus yang bagai air kini mengalir deras hingga menyentuh persoalan
pencucian uang. Malinda Dee lewat pengacaranya mengaku bahwa Citibank telah
menampung dana pencucian uang nasabahnya selama 10 tahun. Jadi pihak Citibank telah
lama mengetahui praktik Malinda yang kini telah merugikan nasabah sebesar Rp16,03 miliar.
Dampaknya, jika terjadi masalah pada Citibank maka akan mempengaruhi reputasi bank lain
dalam pasar tersebut.
Sebuah data menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir, yaitu periode 2007-2010, terjadi
sekitar 15.097 kasus pembobolan perbankan. Selain Citibank dan Bank Mega, ada sederetan
kasus yang menjadi perhatian publik dalam setahun terakhir. Kasus-kasus tersebut, antara
lain pembobolan kantor kas BRI Tamini Square sebesar Rp 29 miliar, pemberian kredit
dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank BII dengan total kerugian Rp 3,6 miliar, dan
pencairan deposito dan nasabah tanpa sepengetahuan pemiliknya di Bank Mandiri dengan
nilai kerugian Rp 18 miliar.
Jadi, kejahatan yang menimpa dunia perbankan ini tidak hanya dialami
bank-bank kecil tapi juga perbankan besar dengan reputasinya yang sudah teruji. Para pelaku
pembobolan pun bukanlah siapa-siapa tapi, dari kalangan karyawan bank sendiri. Sungguh
ironis, sebagai sebuah institusi bisnis yang sangat bertumpu pada kepercayaan, reputasinya
justru dirusak oleh orang dalamnya.
Betapapun kecilnya kerugian yang diderita, kasus pembobolan dana nasabah jelas
merusak, setidaknya, mengganggu reputasi perbankan sebagai institusi bisnis yang aman bagi
masyarakat dalam menyimpan dananya.
Dengan gampang kita pasti akan menyebutkan bahwa kasus-kasus pembobolan terjadi
karena perbankan tidak lagi memperhatikan prosedur standar dalam pengelolaan risiko.
Padahal, setiap bank pasti memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko yang berfungsi
memantau dan menilai secara sistematik profil risiko bank. Tim pengelola risiko inilah yang
bertugas mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan, prosedur, serta pengawasan
internal perbankan.
Krisis perbankan yang telah menimpa perekonomian dalam satu decade terakhir ini
menjadi pelajaran berharga bagi otoritas moneter untuk semakin memperkuat regulasi dan
kelembagaan perbankan dalam mengelola risiko. Sejak 2004, Bank Indonesia telah
mengeluarkan sejumlah ketentuan dalam mengelola risiko perbankan, seperti pembentukan
Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu bank, manajemen bank
tersebut harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai, sehingga segala macam
risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
penanggulangannya.
ANALISIS:
Risiko operasional memang merupakan ancaman terbesar dari sejumlah risiko yang
dihadapi bank. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang diakibatkan
kegagalan proses internal, orang, dan sistem atau dari peristiwa eksternal. Artinya, risiko ini
timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis.
Kegagalan dalam mengelola risiko operasional bisa membawa dampak yang sangat
luas, mulai dari tergerusnya modal bank, kerugian derivative yang besar, bahkan berpotensi
sebagai penyebab utama kebangkrutan dalam industri perbankan. Risiko ini dapat terjadi di
seluruh organisasi, pada front office dan back office, termasuk terjadi pada aktivitas-aktivitas
sebelum, selama, dan setelah transaksi bisnis.
Dalam mengelola risiko operasional, manajemen wajib memastikan setiap unit kerja
menjalani fungsi dan tugasnya sesuai prosedur. Sekecil apapun kesalahan tidak bisa
ditoleransi. Hal ini diterapkan mulai level direktur hingga staf.
BAB III
KESIMPULAN