Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN ASP

ASET TETAP DAN PENYUSUTAN

Nama : Jurati

NIM : A1C019118

Kelas ; C S1 Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
A. Definisi Aset Tetap
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum.
B. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan sifat atau fungsinya dalam aktivitas
operasi entitas (PSAP No.7 Paragraf 7-14).Uraian mengenai klasifikasi aset tetap antara
lain :
1. Tanah
Tanah yang termasuk sebagai aset tetap adalah tanah yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
2. Peralatan dan mesin
Peralatan dan mesin mencangkup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik,
dan inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung dan bangunan
Gedung dan bangunan mencangkup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai.
4. Jalan, irigasi dan jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai.
5. Aset tetap lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
6. Konstruksi dalam pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun belum selesai selurunya pada tanggal pelaporan keuangan.
Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi
definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset tetap lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya. Misalnya, aset tetap dalam kondisi rusak dan belum dihapus, maka aset tetap
tersebut disajikan sebagai aset tetap lainnya.
C. Definisi Penyusutan
Menurut IAI dalam SAK ETAP (2013: 15.8) Entitas harus mengalokasikan jumlah aset
yang dapat disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya. Aset tetap yang dimiliki
perusahaan akan kehilangan kemampuannya dalam memberikan manfaatnya di masa
mendatang yang terukur dalam pola penggunaan aset tersebut. Pola penggunaan aset
merupakan fungsi dari waktu atau fungsi dari penggunaan secara fisik. Umur manfaat
merupakan perkiraan waktu dari kemampuan yang dapat diberikan oleh aset. Penurunan
kemampuan aset tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya. Menurut Warren dkk
(2015:499) pemindahan biaya ke beban secara berkala disebut penyusutan atau depresiasi
(depreciation). Depresiasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
 Penyusutan fisik terjadi karena penggunaan dan disebabkan oleh cuaca.
 Penyusutan fungsional terjadi saat aset tetap tidak lagi dapat menyediakan jasa pada
tingkat yang diharapkan. Sebagai contoh, peralatan dapat menjadi kuno akibat
perubahan teknologi.
Terdapat tiga faktor yang menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap
periode. Tiga faktor tersebut sebagai berikut:
o Biaya awal aset tetap
o Masa manfaat yang diharapkan
o Estimasi nilai pada akhir masa manfaatnya. Faktor ketiga disebut nilai sisa.
Penyusutan merupakan proses alokasi biaya perolehan menjadi sedemikian sehingga
jumlah yang disusutkan dari suatu aset tetap dapat dialokasikan secara sistematis selama
umur manfaatnya (Kartikahadi, 2012:344). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2013: 235)
Penyusutan (depresiasi) adalah alokasi sistematis dari jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu asset selama umur manfaatnya. Penyusutan dapat didefinisikan sebagai pengalokasian
biaya perolehan aset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati
manfaat dari aset tetap tersebut. Dengan kata lain penyusutan adalah pengalokasian harga
perolehan secara rasional kepada periode-periode dimana aset tersebut dinikmati
manfaatnya. Adapun besarnya jumlah rupiah beban depresiasi hal ini akan tergantung
kepada harga perolehan/pokok aset tetap; taksiran umur ekonomis; taksiran nilai sisa;
(residual value) dan metode penyusutan yang digunakan.
Seluruh aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan nilai manfaat. Oleh karena
itu, aset tetap akan disusutkan agar perusahaan dapat mengetahui bahwa nilai dari aset tetap
yang tercatat tidak lagi dapat mewakili nilai manfaat yang dimiliki aset tersebut. Seluruh
aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan nilai manfaat. Oleh karena itu, aset
tetap akan disusutkan agar perusahaan dapat mengetahui bahwa nilai dari aset tetap yang
tercatat tidak lagi dapat mewakili nilai manfaat yang dimiliki aset tersebut. Pengalokasian
manfaat atas aset tetap ini juga perlu dilakukan secara sistematis.
D. Metode Penyusutan
Menurut Soemarso (2017: 25-30) Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan yaitu:
 Metode Penyusutan Garis Lurus
Dalam metode garis lurus, beban penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya
waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap. Beban
penyusutan dihitung dengan rumus:
a. Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
b. Dasar penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa
Nilai Sisa adalah taksiran harga pasar aktiva tetap pada akhir masa manfaat.
Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga perolehan dikurangi
nilai sisa. Metode penyusutan garis lurus menghasilan pembebanan yang tetap
selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
 Metode Penyusutan Saldo Menurun
Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan makin menurun dari tahun ke
tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin
tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga akan semakin menurun.
Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
a. Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
b. Dasar penyusutan = Nilai buku awal periode
Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan menurun selama umur manfaat
aset.
 Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama
dengan saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun.
Tetapi cara perhitungan penyusutan berbeda dengan metode saldo menurun. Beban
penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan rumus:
a. Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
b. Dasar penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa
Dalam penyusutan pada penyusutan metode jumlah angka tahun adalah harga
perolehan dikurangi nilai sisa, bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun.
 Metode Unit Produksi
Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan
dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit
kegiatan lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.
Tarif penyusutan dihitung sebagai presentase produksi aktual terhadap kapasitas
produksi. Beban penyusutan untuk setiap periode dihitung dengan mengalikan tarif
penyusutan dengan dasar penyusutan.
Produksi Aktual
a. Tarif penyusutan =
Kapasitas Produksi
b. Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
c. Dasar penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa
Metode unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada peggunaan
yang diperkirakan dari aset.
E. Pengukuran Aset Tetap dan Penyusutan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No.7 Paragraf 20, aset tetap
dinilai dengan biaya perolehan. Jika tidak memungkinkan melakukan penilaian dengan
biaya perolehan, maka aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan
nilai wajar pada saat perolehan.
1. Biaya perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk digunakan. Biaya perolehan aset terdiri dari:
a. Harga pembelian atau biaya konstruksinya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian, setelah dikurangi dengan diskon dan/atau rabat
b. Seluruh biaya lainnya yang secara langsung dapat dihubungkan/diatribusikan
kepada aset sehingga dapat membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat
aset dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Demikian juga pengeluaran untuk belanja perjalanan dan jasa yang terkait dengan
perolehan aset tetap atau aset lainnya. Hal ini meliputi biaya konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan pengembangan perangkat lunak (software), dan harus
ditambahkan pada nilai perolehan. Meskipun demikian, tentu saja harus diperhatikan
nilai kewajaran dan kepatutan dari biaya-biaya lain di luar harga beli aset tetap
tersebut.
Contoh biaya yang secara langsung dapat dihubungkan/diatribusikan dengan aset,
antara lain:
- biaya persiapan tempat
- biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat
(handling cost)
- biaya pemasangan (installation cost)
- biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
- biaya konstruksi
- biaya pengujian aset untuk menguji apakah aset telah berfungsi dengan benar
(testing cost). Contoh: biaya pengujian aset pada proses pembuatan/karoseri
mobil pada suatu kementerian.
Ketika pembelian suatu aset dilakukan secara kredit dimana jangka waktu kredit
melebihi jangka waktu normal, biaya perolehan yang diakui adalah setara dengan
harga kas yang tertera (nilai rupiah harga perolehan) pada dokumen
kontrak/perjanjian. Perbedaan/selisih antara nilai rupiah harga perolehan dengan total
pembayaran yang dikeluarkan diakui sebagai beban bunga selama jangka waktu
kredit kecuali selisih tersebut dapat dikapitalisasi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Biaya administrasi dan biaya overhead lainnya bukan merupakan komponen dari
biaya perolehan suatu aset kecuali biaya tersebut dapat diatribusikan secara langsung
pada biaya perolehan aset untuk membawa aset ke kondisi kerjanya (siap pakai).
Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan biaya lain yang sejenis adalah
bukan merupakan komponen dari biaya suatu aset kecuali biaya tersebut diperlukan
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. Biaya perolehan
aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi:
a. biaya langsung untuk tenaga kerja dan bahan baku
b. biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan
c. semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan/perolehan
aset tetap tersebut.

Aset tetap Harga beli + seluruh biaya yang


diperoleh dengan = dikeluarkan sampai dengan aset
pembelian siap digunakan/dipakai

 Biaya Langsung = tenaga


kerja + bahan baku
Aset tetap
 Biaya tidak langsung =
diperoleh dengan =
Biaya perencanaan dan
membangun sendiri
pengawasan, perlengkapan,
sewa peralatan, dll

Berikut ini adalah komponen biaya perolehan berdasarkan jenis aset tetap antara
lain sebagai berikut :
a) Tanah
Harga perolehan atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dll.
b) Peralatan dan Mesin
Pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya
untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap digunakan.
c) Gedung dan Bangunan
Harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pemungutan IMB,
notaris, dan pajak.
d) Jalan, Jaringan, dan Instalasi
Biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
sampai jalan, jaringan, dan instalasi tersebut siap pakai.
e) Aset Tetap Lainnya
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap
pakai.
Pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai
ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai perolehan aset tetap
di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset tetap tersebut tidak dapat
diakui dan disajikan sebagai aset tetap, namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan dan Catatan atas Laporan BMN. Khusus aset tetap berupa tanah,
jalan, irigasi dan jaringan tidak memiliki nilai satuan minimum kapitalisasi. Oleh
karena itu, berapa pun nilainya akan dikapitalisasi.
2. Nilai wajar
Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Nilai wajar digunakan
untuk mencatat aset tetap yang bersumber dari donasi/hibah atau rampasan/sitaan
yang tidak diketahui nilai perolehannya. Penggunaan nilai wajar pada saat tidak ada
nilai perolehan atau tidak dapat diidentifikasi bukan merupakan suatu proses
penilaian kembali (revaluasi). Suatu aset dapat juga diperoleh dari bonus pembelian,
contohnya beli tiga gratis satu. Atas aset hasil dari bonus tersebut biaya perolehan
aset adalah nilai wajar aset tersebut pada tanggal perolehannya.
Aset tetap
diperoleh dengan
= Nilai tukar aset secara wajar
cara lain,
misalnya hibah

F. Pengakuan Aset Tetap dan Piutang


Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan andal. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.
Kriteria untuk dapat diakui sebagai aset tetap adalah:
- Berwujud
- Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
- Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
- Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas
- Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Aset tetap yang diperoleh dari hibah/donasi diakui pada saat aset tetap tersebut diterima
dan/atau hak kepemilikannya berpindah. Aset tetap yang diperoleh dari sitaa/jrampasan
diakui pada saat terdapat keputusan instansi yang berwenang yang memiliki kekuatan
hukum tetap.
Pengakuan atas aset tetap berdasarkan jenis transaksinya, antara lain perolehan,
pengembangan, pengurangan serta penghentian dan pelepasan. Penjelasan masing-masing
transaksi dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai dengan aset tersebut
dalam kondisi siap digunakan.
b. Pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai aset tetap yang berakibat
pada peningkatan masa manfaat, peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu
produksi dan kinerja dan/atau penurunan biaya pengoperasian.
c. Pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai aset tetap dikarenakan
berkurangnya volume/nilai aset tetap tersebut atau dikarenakan penyusutan.
d. Penghentian dan pelepasan adalah suatu transaksi penghentian dari penggunaan aktif
atau penghentian permanen suatu aset tetap.

G. Jurnal Aset Tetap dan Penyusutan


1. Pembelian aset tetap
Aset tetap yang dibeli akan dicatat sebagai aset dan kas yang dikeluarkan untuk
membayar. Transaksi ini akan dicatat dalam LRA sebagai belanja modal. Atas
peralatan akan dibuat jurnal penyusutan
Contoh :
- Pada tanggal 2 Juni 2015 dibeli peralatan sebesar Rp50.000.000. Pada 31
Desember beban depresiasi Rp5.000.000.

Tanggal Finansial
2 Juni 2015 Peralatan Rp50.000.000
Kas Rp50.000.000
31 Desember Beban penyusutan Rp5.000.000
Akumulasi penyusutan Rp5.000.000

Tanggal Anggaran
2 Juni 2015 Belanja modal Rp50.000.000
Perubahan SAL Rp50.000.000
31 Desember Tidak tercatat

- Tanggal 9 Juni 2015 BUD menerbitkan SP2D LS Barang untuk pembelian


kendaraan dinas senilai Rp400.000.000
- Tanggal 15 Juni 2015 menerima hibah peralatan dari aktivitas CSR BUMN
senilai Rp200.000.000.
- Tanggal 29 Juni 2015 melakukan pelelangan aset tetap. Peralatan dijual seharga
Rp20.000.000, peralatan tersebut harga perolehannya Rp80.000.000 dan telah
disusutkan semuanya. Kendaraan dijual dengan harga Rp50.000.000, harga
perolehan Rp200.000.000, akumulasi penyusutan Rp125.000.000
- Tanggal 30 Juni 2015 mengakui beban depresiasi peralatan sebesar
Rp50.000.000

Tanggal Finansial
9 Juni 2015 Kendaraan Rp400.000.000
RK PPKD Rp400.000.000
15 Juni 2015 Peralatan Rp200.000.000
Pendapatan hibah Rp200.000.000
29 Juni 2015 Kas Rp20.000.000
Akumulasi penyusutan Rp80.000.000
Surplus penjualan aset Rp20.000.000
Peralatan Rp80.000.000
29 Juni 2015 Kas bend penerimaan Rp50.000.000
Akumulasi penyusutan Rp125.000.000
Defisit penjualan aset Rp25.000.000
Kendaraan Rp200.000.000
30 Juni 2015 Beban penyusutan Rp50.000.000
Akumulasi penyusutan Rp50.000.000

Tanggal Anggaran
9 Juni 2015 Belanja modal Rp400.000.000
Perubahan SAL Rp400.000.000
15 Juni 2015 Tidak tercatat

29 Juni 2015 Perubahan SAL Rp20.000.000


Pendapatan lain-lain Rp20.000.000
29 Juni 2015 Perubahan SAL Rp50.000.000
Pendapatan lain-lain Rp50.000.000
30 Juni 2015 Tidak tercatat
2. Penjualan aset tetap
Aset tetap yang dijual akan dicatat kas yang diterima, aset yang dijual dihapuskan dari
pembukuan nilai aset dan akumulasinya. Dalam LRA akan dicatat sebagai penerimaan
pendapatan lain sebesar kas yang diterima
Contoh :
Pada tanggal 30 Desember 2012 dijual peralatan sebesar Rp10.000.000. Pada tanggal
penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp30.000.000

Tanggal Finansial
30 Desember 2012 Kas Rp10.000.000
Akumulasi penyusutan Rp30.000.000
Defisit penjualan aset Rp10.000.000
Peralatan Rp50.000.000

Tanggal Anggaran
30 Desember 2012 Perubahan SAL Rp10.000.000
Pendapatan lain-lain Rp10.000.000

Pada 2 Januari 2012, entitas melakukan penjualan peralatan dengan harga


Rp70.000.000. Berdasarkan catatan yang ada, nilai perolehan aset sebesar
Rp400.000.000 dan akumulasi depresiasi sebesar Rp350.000.000

Tanggal Finansial
2 Januari 2012 Kas Rp70.000.000
Akumulasi depresiasi Rp350.000.000
Peralatan Rp400.000.000
Surplus penjualan aset - LO Rp20.000.000

Tanggal Anggaran
2 Januari 2012 Perubahan SAL Rp70.000.000
Pendapatan lain Rp70.000.000
Pada 2 Januari 2012, entitas melakukan penjualan peralatan dengan harga
Rp40.000.000. Berdasarkan catatan yang ada, nilai perolehan aset sebesar
Rp300.000.000 dan akumulasi depresiasi sebesar Rp240.000.000

Tanggal Finansial
2 Januari 2012 Kas Rp40.000.000
Akumulasi depresiasi Rp240.000.000
Defisit penjualan aset peralatan Rp20.000.000
Peralatan Rp300.000.000

Tanggal Anggaran
2 Januari 2012 Perubahan SAL Rp40.000.000
Pendapatan lain Rp40.000.000

Anda mungkin juga menyukai