Anda di halaman 1dari 10

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia


Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS


(PROLANIS) TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI
DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG

M. Hilmi Fathurrahman1,2,*, Auliya A. Suwantika1, Rini Hendriani1


1
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
2
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Jl. Soekarno-Hatta No.354 (Parakan Resik 1), Bandung
*Alamat korespondensi: m_hilmi_fathurrahman@stfi.ac.id

Abstrak

Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan terapi pengobatan yang membutuhkan biaya yang besar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya dalam pelaksanaan Prolanis hipertensi di
puskesmas Kota Bandung tahun 2015 dan 2016. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada pasien
prolanis di puskesmas Kota Bandung adalah sebanyak 762 pasien. Analisis efektivitas biaya dilakukan
dengan menghitung Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness
Ratio (ICER), selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui parameter yang
mempengaruhi efektivitas biaya. Uji t tidak berpasangan pada ACER menunjukkan tidak berbeda
signifikan antara tahun 2015 dan 2016, dimana nilai t (0,004 < 4,303) dan nilai signifikansi lebih besar
dari α (0.997 > 0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan Prolanis hipertensi pada tahun
2016 (ACER = Rp 25.840) lebih cost-effective dibandingkan tahun 2015 (ACER = Rp 41.831). Hasil
analisis senisitivitas menunjukkan obat golongan ARB lebih banyak digunakan dan mempengaruhi
efektivitas biaya dalam pengobatan hipertensi dalam pelaksanaan Prolanis tahun 2015 dan 2016. Karena
itu, dalam penggunaan obat golongan ARB perlu diperhatikan dan peserta prolanis harus meningkatkan
kepatuhan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Kata kunci : Hipertensi, Prolanis, Analisis Efektivitas Biaya, Average Cost Effectiveness (ACER),
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).

Abstract

Hypertension is one of chronic diseases that requires relatively high cost treatment. The aim of this
study was to investigate the cost-effectiveness of chronic disease management (Prolanis) for
hypertension patients at primary healthcare centers in Bandung during 2015 and 2016, by applying
data from 762 selected patients. Cost-effectiveness analysis was conducted by considering Average
Cost Effectiveness Ratio (ACER) and Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER). Sensitivity analysis
was conducted to investigate the most influential parameter affecting the cost-effectiveness value,
thereafter. An unpaired t-test showed that there was no significant difference on ACER values of 2015
and 2016 by confirming that the significant value (0,004 < 4,303 is higher than α (0.997 > 0.05). In
particular, the ACER values of 2016 (Rp 25.840) and 2015 (Rp 41.831) confirmed that the
implementation of Prolanis in 2016 seem to be more cost-effective than in 2015. The sensitivity analysis
showed that cost of ARB drugs is the most influential parameter affecting the cost effectiveness values,
both in 2015 and 2016. Therefore, in the use of ARB class drugs should be considered and Prolanis
participants should improve adherence to obtain satisfactory results.

Keywords : Hypertension, Prolanis, Cost-effectiveness analysis, Average Cost Effectiveness (ACER),


Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).

17
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

PENDAHULUAN menjadi tidak sehat seperti merokok, kurang


Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan
Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa kalori. Penyakit PTM diantaranya adalah
penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 (DM).
semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama Hipertensi sendiri adalah terjadinya
dengan BPJS kesehatan berupa Fasilitas peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan dari lebih dari 90 mmHg pada dua kali
(FKRTL). FKTP yang dimaksud adalah pengukuran dengan selang waktu lima menit
puskesmas, praktik dokter, praktik dokter gigi, dalam keadaan cukup beristirahat atau tenang.
klinik pratama dan rumah sakit kelas D pratama Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013). dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(PROLANIS) adalah suatu sistem pelayanan (penyakit jantung koroner), dan otak
kesehatan dan pendekatan proaktif yang (menyebabkan stroke) (Pusat Data dan
dilaksanakan secara terintegrasi yang Informasi Kementrian Kesehatan, 2014).
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan Hipertensi telah menyumbang 4,4%
BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan penyakit secara global dan prevalensinya sama
kesehatan bagi peserta yang menderita penyakit antar negara maju maupun berkembang
kronis untuk mencapai kualitas hidup yang (Wisløff et al., 2012). Menurut data Riset
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
yang efektif dan efisien. Pelayanan Prolanis secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
dilaksanakan untuk seluruh peserta BPJS menderita penyakit hipertensi dan Jawa barat
penyandang penyakit kronis diabetes melitus termasuk dalam 5 provinsi dengan prevalensi
tipe 2 dan hipertensi (BPJS Kesehatan, 2014). tertinggi yaitu jumlah penduduk 46.300.543
Terjadinya perubahan epidemiologi dengan 13.612.359 jiwa menderita hipertensi
dilihat dari perubahan demografi dan dengan persentase 29,4% (Pusat Data dan
perubahan teknologi di Indonesia Informasi Kementrian Kesehatan, 2014).
mengakibatkan perubahan pada pola penyakit Data laporan bulanan per puskesmas
dari infeksi menjadi penyakit tidak menular Kota Bandung tahun 2012 jumlah pasien yang
(PTM) diantaranya penyakit degeneratif yang menjalani rawat jalan dengan diagnosis
merupakan faktor utama dari morbiditas dan hipertensi tercatat sebanyak 41.500 jiwa. Pasien
mortalitas (Balitbangkes, 2006). Perubahan dengan diagnos hipertensi di kota bandung
epidemiologi tersebut dikarenakan oleh menduduki ranking 3 dengan persentase 6,87%
perubahan sosial ekonomi, dan lingkungan, dibawah penyakit ISPA (Dinas Kesehatan Kota
saat masyarakat telah mengubah gaya hidup Bandung, 2012). Program kesehatan yang

18
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada Bahan


pasien yang kurang mampu dapat Bahan yang digunakan pada penelitian
meningkatkan kesejahteraan pasien tetapi harus ini berupa data pasien yang didapatkan dari
didukung dengan peningkatan fasilitas BPJS.
kesehatan dan program kesehatan memiliki
dampak terbatas pada perawatan kesehatan Metode
primer (Johar, 2009). Pada penelitian yang Penelitian ini merupakan penelitian
dilakukan oleh Skarayadi et al., 2017 di analisis observational dengan dimensi waktu
puskesmas Puter kota Bandung efektivitas retrospektif dan menggunakan metode
pengobatan hipertensi pada pasien tunai hanya experimental. Perspektif penilaian yang
50% sedangkan pasien prolanis 96,77%. Hal ini digunakan adalah healthcare perspective,
membuktikkan bahwa pasien Prolanis lebih dimana biaya yang dihitung hanya biaya
efektif dibandingkan dengan pengobatan perawatan langsung (direct medical cost),
hipertensi umum. khususnya biaya obat-obatan. Penelitian ini
Dengan terbentuknya BPJS kesehatan, dilakukan dengan menilai efektivitas biaya
maka pelaksanaan JKN direalisasikan dalam Prolanis di FKTP yaitu di puskesmas di Kota
beberapa program unggulan, salah satunya Bandung. Penelitian ini telah mendapatkan
adalah Prolanis yang diterapkan di FKTP. persetujuan Komite Etik Penelitian Fakultas
Prolanis sebagai salah satu program baru dari Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung
BPJS kesehatan perlu dievaluasi dengan nomor 1129/UN6.C10/PN/2017.
pelaksanaannya dari segi efektivitas biaya dan Dalam rancangan ini digunakan satu
sensitivitasnya. Terkait dengan hal tersebut, kelompok data sampel, data kelompok
penulis merasa perlu malakukan penelitian perlakuan pertama adalah data kelompok yang
dengan tema “Analisis Efektivitas Biaya menerima intervensi Prolanis di puskesmas
Program Pengelolaan Penyakit Kronis Kota Bandung pada tahun 2015 dan 2016. Data
(PROLANIS) Terhadap Hipertensi di hasil penelitian kemudian dilakukan
Puskesmas Kota Bandung” selama periode perhitungan analisis efektivitas biaya dengan
Prolanis tahun 2015 dan 2016. menghitung ACER, ICER, dan analisis
sensitivitas pada Prolanis pasien tahun 2015
METODOLOGI dan 2016 di Kota Bandung.
Alat Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
Alat yang digunakan pada penelitian ini 1. Pria dan wanita berusia antara 45 - 65
antara lain alat tulis, laptop dan aplikasi tahun.
Software Microsot Office dan Software SPSS 2. Penderita hipertensi menerima terapi obat
(Statistical Product and Service Solutions). hipertensi.

19
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

3. Berkunjung ke FKTP minimal 2 kali Darah Sistolik) peserta Prolanis hipertensi.


kunjungan dalam tahun 2015 dan 2016. Pada analisis efektivitas ini nilai penurunan
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: mmHg TDS dihitung dari rata-rata selisih
data pasien yang tidak lengkap. penurunan 1 mmHg. Hasil perhitungan rata-
rata efektivitas penurunan mmHg pada pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN Prolanis dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan
Penelitian analisis efektivitas biaya tabel 1 perbandingan rata-rata selisih
Prolanis ini dimulai dengan melakukan penurunan mmHg TDS pada pasien hipertensi
pengambilan data peserta Prolanis yang di puskesmas tahun 2015 yaitu 4 mmHg
menderita hipertensi pada tahun 2015 dan tahun memberikan nilai efektivitas yang lebih baik
2016. Data yang dikumpulkan terdiri nama dibandingkan tahun 2016 yaitu 1 mmHg. Pada
pasien, jenis kelamin, nama puskesmas, data tahun 2015 dan tahun 2016 terdapat satu
monitoring tekanan darah, nama obat, dosis puskesmas dengan nilai rata-rata penurunan
obat, dan jumlah obat yang digunakan. mmHg TDS dengan nilai (-) pada tahun 2016
sedangkan tahun 2015 satu puskesmas hal
Analisis Efektivitas Biaya tersebut disebabkan karena terjadinya kenaikan
Efektivitas terapi yang di ukur pada rata-rata selisih tekanan darah sistolik yang
penelitian ini adalah penurunan tekanan darah disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya
sistolik. Efektivitas (outcome) pada penelitian adalah kepatuhan pasien dalam menjalankan
ini adalah keberhasilan obat antihipertensi Prolanis . Semakin besar penurunan tekanan
dalam mencapai tekanan darah menuju goal darah sistolik maka akan semakin besar nilai
therapy yang akan dicapaiPada penelitian ini selisih yang didapatkan begitupun sebaliknya
analisis terhadap efektivitas penurunan tekanan semakin rendah penurunan tekanan darah
darah sistolik dilakukan dengan cara sistolik maka semakin kecil nilai selisih yang
menghitung selisih antara setiap TDS (Tekanan akan diperoleh.

Tabel 1. Perhitungan Rata-rata Efektivitas mmHg TDS


Efektivitas penurunan mmHg
Tahun TDS
2016 1
2015 4

Analisis Statistik Rata-Rata ACER Antara ACER pada tahun 2015 sebesar 21664.75.
Tahun 2015 dan 2016 Terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata
Berdasarkan tabel 2 didapatkan rata-rata antara tahun 2015 dan tahun 2016. Untuk
angka ACER pada tahun 2016 sebesar mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata
21595.00 lebih rendah dari rata-rata angka

20
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

antara tahun 2015 dan tahun 2016 maka perbedaan rata-rata yang tidak signifikan antara
dilakukan uji-t sampel tidak berpasangan. tahun 2015 dan 2016 berdasarkan angka ACER
Dari pengujian t tidak berpasangan, yang diukur. Terlihat dari tabel 4, rata-rata
didapatkan nilai |t hitung| kurang dari t tabel angka ACER pada tahun 2015 yang lebih tinggi
(0.004 < 4.303), dan nilai signifikansi lebih dari rata-rata angka ACER pada tahun 2016
besar dari α (0.997 > 0.05), maka diambil tetapi tidak terlalu jauh.
keputusan H0 diterima yang berarti terdapat

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Beda Rata-rata

Tahun Rata-rata St dev. t Signifikansi Keterangan

2016 21595.00 8285.877 Tidak berbeda


-0.004 0.997
2015 21664.75 21763.686 signifikan
t tabel (0.05,2) = 4.303

Hasil ACER dan ICER untuk mendapatkan outcome yang baik dengan
Analisis efektifitas biaya metode analisis biaya serendah mungkin. Terapi dituntut bukan
yang membandingkan dua atau lebih jumlah hanya pada efek terapi yang memberikan nilai
biaya dengan efektivitas pengobatan. Hasil yang baik namun biaya terapi yang rendah
CEA dinyatakan sebagai rasio, rata-rata rasio (Skarayadi et al., 2017).
efektivitas biaya (Average Cost-Effectiveness a. Nilai ACER untuk obat hipertensi saja
Ratio/ACER) atau sebagai tambahan ratio (Rp/penurunan 1 mmHg TDS) tahun
(Incremental Cost-Effectiveness Ratio/ICER). 2016 < 2015 (Rp 27.454 < Rp 36.454).
Tujuan keseluruhan dari CEA adalah mengukur Dari nilai ACER dapat dinyatakan bahwa
ICER (Arnold, 2016). Hasil ACER pelaksanaan Prolanis pada tahun 2016
diinterpretasikan sebagai rata-rata biaya per lebih efektif dari segi biaya dibandingkan
unit efektivitas, dalam hal ini rata-rata biaya per tahun 2015.
penurunan tekanan darah sistolik. Setelah b. Nilai ACER untuk total obat
dilakukan analisis rata-rata biaya dan rata-rata (Rp/penurunan 1 mmHg TDS) tahun
efektivitas, tahapan selanjutnya yang dilakukan 2016 < 2015 (Rp.25.840 < Rp. 41.831).
dalam analisis efektivitas biaya adalah Dari nilai ACER dapat dinyatakan bahwa
menghitung Average Cost Effectiveness pelaksanaan Prolanis pada tahun 2016
(ACER). ACER dihitung dengan membagi lebih efektif dari segi biaya disbanding
rata-rata biaya obat antihipertensi, obat lainnya tahun 2015.
dan total obat terhadap rata-rata efektivitas Berdasarkan tabel 3 nilai ACER dapat
yaitu selisih penurunan tekanan darah sistolik. disimpulkan bahwa pelaksanaan Prolanis pada
Biaya merupakan komponen pengeluaran tahun 2015 lebih efektif dari segi biaya

21
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

dibandingkan tahun 2016 dan terdapat biaya yaitu suatu alternatif intervensi
perbedaan yang tidak berbeda secara signifikan kesehatan, termasuk obat, harus dibandingkan
antara pelaksanaan Prolanis pada tahun 2015 dengan intervensi standar dan untuk
dan tahun 2016. Selain nilai ACER alat bantu mempermudah pengambilan kesimpulan
lain yang dapat digunakan dalam analisis alternatif mana yang memberikan efektivitas-
efektivitas biaya adalah diagram efektivitas biaya terbaik (Direktorat Jenderal Bina
biaya dan tabel efektivitas biaya. Tujuan Kefarmasian Dan Kesehatan, 2013).
digunakannya diagram dan tabel efektivitas

Tabel 3 Hasil Perhitungan ACER Tahun 2015-2016 di Puskesmas Kota Bandung


Tahun ACER (Obat hipertensi) ACER (total biaya obat)
2016 Rp 27.454/penurunan 1 mmHg TDS Rp 25.840/penurunan 1 mmHg TDS
2015 Rp 36.454/penurunan 1 mmHg TDS Rp 41.831/penurunan 1 mmHg TDS

Tabel 4 Hasil Interpretasi Berdasarkan Tabel Efektivitas Biaya (Direktorat


Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2012).
Efektivitas-biaya Biaya lebih rendah Biaya sama Biaya lebih tinggi

Efektivitas lebih 2016 (A perlu B C (didominasi)


rendah perhitungan ICER)
Efektivitas sama D E F
Efektivitas lebih G (dominan) H 2015 ( I perlu
tinggi perhitungan ICER)

Berdasarkan tabel 4 efektivitas biaya, (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan


rata-rata biaya yang dibandingkan terhadap Kesehatan, 2013).
rata-rata efektivitas dan diposisikan ke dalam Pada Prolanis hipertensi tahun 2015
tabel efektivitas biaya didapatkan kesimpulan terhadap tahun 2016 efektivitas penurunan
bahwa tahun 2015 berada pada kolom I dan tekanan darah sistolik tahun 2015 lebih tinggi
tahun 2016 berada di kolomi A yaitu posisi dengan biaya yang tinggi jika dibandingkan
yang memerlukan pertimbangan efektivitas dengan tahun 2016 Sedangkan Prolanis
biaya, jika suatu intervensi kesehatan yang hipertensi tahun 2016 terhadap tahun 2015
menawarkan efektivitas yang lebih rendah efektivitas penurunan tekanan darah sistolik
dengan biaya yang rendah pula (Kolom A) atau, lebih rendah dan dengan biaya yang lebih
sebaliknya, menawarkan efektivitas yang lebih rendah pula sehingga perlu dilakukannya
tinggi dengan biaya yang lebih tinggi (Kolom I) perhitungan Incremental Cost Effectiveness
sehingga perlu dilakukannya perhitungan ICER Ratio Analysis (ICER). Dengan melakukan
perhitungan ICER dapat diketahui besarnya

22
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

biaya tambahan untuk meningkatkan satu unit


efektivitas. Perhitungan ICER dihitung dengan
menggunakan rumus (Arnold, 2016).

Tabel 5 Nilai ICER Tahun 2015 terhadap Tahun 2016

Nilai ICER Obat hipertensi Total obat

ICER 2015 → 2016 Rp 39.454/penurunan 1 Rp 47.161/penurunan 1


mmHg TDS mmHg TDS

Dari Tabel 5 nilai ICER tahun 2015 dinilai, dan di interpretasikan terutama untuk
terhadap tahun 2016 yaitu untuk biaya obat parameter yang paling dominan pada hasil
hipertensi/penurunan1 mmHg TDS yaitu Rp. kajian. Untuk menganalisis dampak
39.454 dan total biaya obat/penurunan 1 mmHg ketidakpastian, lazim digunakan analisis
TDS yaitu Rp. 47.161 Nilai ICER merupakan sensitivitas. Metode yang paling sederhana
suatu ukuran biaya tambahan untuk setiap adalah analisis sensitivitas satu arah, dilakukan
perubahan satu unit efektivitas. Jika Prolanis dengan mengubah nilai suatu variabel dalam
tahun 2016 ingin meningkatkan efektivitas kisaran yang memungkinkan dengan menjaga
biaya sesuai dengan tahun 2015 maka Prolanis nilai variabel lainnya konstan. Sementara
tahun 2016 harus menambahkan biaya obat dalam realita parameter tersebut berupa nilai
hipertensi/ TDS sebesar Rp. 39.454 dan biaya kontinyu yang terdistribusi acak dalam suatu
total obat/ TDS Rp. 47.161 untuk kisaran tertentu dan model analisis yang
meningkatkan 1 mmHg efektivitas tekanan digunakan yang terkait dengan
darah sistolik. pengkombinasian parameter dan
penggeneralisasian hasil kajian serta untuk
Analisis Sensitivitas penentuan parameter yang paling dominan pada
Analisis sensitivitas dilakukan untuk hasil analisis. Analisis dilakukan dengan
memperhitungkan aspek ketidakpastian dari melihat rata-rata dari efektivitas setiap
berbagai data yang digunakan termasuk hasil. pengobatan, limit atas, dan limit bawah.
Munculnya ketidakpastian dapat disebabkan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan
karena ketersediaan data yang kurang Kesehatan, 2013).Berdasarkan analisis
menyebabkan hasil prediksi menjadi kurang sensitivitas yang telah dilakukan dengan
tajam, hasil kajian terhadap parameter mengubah nilai suatu variabel dalam kisaran
umumnya berupa nilai diskret (single point, yang memungkinkan terhadap rata-rata yang
misalnya rerata). Agar ketidakpastian yang ada telah dihitung dengan tetap menjaga nilai
dapat diperhitungkan dengan baik, dampak dari variabel lainnya pada kondisi konstan, hasil
unsur ketidakpastian harus diidentifikasi, dengan jumlah terbesar merupakan variabel

23
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

yang paling besar dampaknya terhadap analisis (2015;2016) Rp. 83.224,52 dan Rp. 62.535,00.
efektivitas biaya. Dari diagram terlihat bahwa Besarnya dampak yang muncul akibat
variabel terbesar pada tahun 2015 dan tahun penggunaan obat golongan ARB ini
2016 yang memberikan dampak paling besar menyebabkan perlunya dilakukan perhatian
dalam penelitian ini adalah biaya obat khusus agar dapat mempertahankan efektivitas
hipertensi golongan ARB dengan hasil biaya pada tahun tersebut.

Tabel 6 Hasil Limit Atas dan Limit Bawah Golongan Obat-obatan

Tahun Golongan obat Lower (-25%) Upper (+25%)


(Rp) (Rp)
2016 Obat lainnya 24.590,48 25.921,00
Diuretik 26.083,20 26.752,00
ACEI 32.507,43 32.623,00
Beta Blocker 52.771,88 54.125,00
CCB 56.926,00 57.360,00
ARB 60.971,63 62.535,00
2015 Beta Blocker 42.168,78 43.250,03
ACEI 43.003,38 43.408,00
Diuretik 42.778,13 43.875,00
obat lainnya 47.024,94 48.230,71
CCB 74.149,11 75.024,72
ARB 81.143,91 83.224,52

Sensitivitas Tahun 2016


ARB
CCB
Beta Blocker
ACEI
Diuretik
obat lainnya
Rp(70,000.00) Rp(50,000.00) Rp(30,000.00) Rp(10,000.00) Rp10,000.00 Rp30,000.00 Rp50,000.00 Rp70,000.00

Upper Lower

Gambar 1 Diagram Tornado Analisis Sensitivitas Tahun 2016

24
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

Sensitivitas Tahun 2015


ARB
CCB
obat lainnya
Diuretik
ACEI
Beta Blocker
Rp(90,000.00) Rp(70,000.00) Rp(50,000.00) Rp(30,000.00) Rp(10,000.00) Rp10,000.00 Rp30,000.00 Rp50,000.00 Rp70,000.00 Rp90,000.00

Upper Lower

Gambar 2 Diagram Tornado Analisis Sensitivitas Tahun 2015

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Efektivitas biaya pada pelaksanaan Arnold, R.J.G. (Ed.). 2016.
Prolanis di kota Bandung tahun 2016 dalam Pharmacoeconomics: From Theory to
biaya obat hipertensi dan biaya total obat lebih Practice, 1 edition. ed. CRC Press.
efektif dibandingkan dengan tahun 2015 Balitbangkes, D.R. 2006. Operational study an
dengan nilai ACER biaya obat hipertensi tahun integrated community-based intervention
2015 dan 2016 (Rp 36.454 > Rp 27.454) dan program on common risk factors of major
nilai ACER biaya total obat (Rp 41.831 > Rp non-communicable diseases in Depok-
25.840). Faktor – faktor yang mempengaruhi Indonesia. Depkes RI, Jakarta.
perbedaan efektivitas biaya pelaksanaan BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis
Prolanis diantaranya adalah terjadinya Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN
komplikasi penyakit pada peserta Prolanis dan 2014.
kepatuhan peserta Prolanis dapat dilihat pada Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2012. Profil
hasil Analisis Sensitivitas dimana tahun 2015 Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
dan 2016 pemakaian obat golongan ARB lebih 2012.
signifikan, dan tahun 2015 pemakaian obat lain Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan
banyak digunakan. Kesehatan. 2013. Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Johar, M. 2009. The impact of the Indonesian
Terima kasih kepada Bapak apt. Auliya
health card program: A matching
A. Suwantika, PhD., MBA. dan Ibu Dr. apt.
estimator approach. J. Health Econ. 28,
Rini Hendriani, M.Si. yang telah membantu
35–53.
dalam penelitian ini.
https://doi.org/10.1016/j.jhealeco.2008.1
0.001 diakses 20 desember 2017

25
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Skarayadi, O., Sutarna, T.H., Ambarsundari,
Peraturan Menteri Kesehatan Republik A.. 2017. Efektivitas Biaya Terapi
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Di Upt Puskesmas Puter. Kartika J. Ilm.
Kesehatan Nasional. Farm. 5, 21–23.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Wisløff, T., Selmer, R.M., Halvorsen, S.,
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Fretheim, A., Norheim, O.F.,
Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Kristiansen, I.S. 2012. Choice of generic
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan antihypertensive drugs for the primary
Kesehatan Nasional. prevention of cardiovascular disease--a
Pusat Data dan Informasi Kementrian cost-effectiveness analysis. BMC
Kesehatan. 2014. InfoDATIN Hipertensi. Cardiovasc. Disord. 12, 26.
https://doi.org/10.1186/1471-2261-12-
26 diakses 13 november 2017

26

Anda mungkin juga menyukai