Anda di halaman 1dari 7

SOAP

PM SUBJEKTIF OBJEKTIF TERAPI DRP PLAN


Hepatitis B  Mata kuning 23 September 23 September  Pegasys (Peg INF  Terapi Pegasys dilanjutkan
Kronis  SGOT 324 Terapi Sebelum α2a) Pemberian IFN alfa pada
(dicurigai) iu/ml  Pegasys (Peg M1.2 Efek obat tidak kasus berjalan 3 hari

 SGPT 383 INF α 2a) 3 optimal menurut jurnal yang


berjudul “Management of
iu/ml kali seminggu  Ribavirin
chronic hepatitis B”
 Bilirubin 2,4  Rivabirin 400 P1.1 Obat tidak tepat
menyebutkan bahwa
mg/dl mg 2x1 (bukan untuk indikasi
pemberian terapi yang
 Albumin 3 Terapi Selanjutnya yang paling tepat).
dapat direkomendasikan
g/dl Pegasys 80 mg/ I3.5 Obat dihentikan HBeAg positif dengan
minggu dilanjutkan I3.6 Obat baru mulai hepatitis kronis dengan
26 September hingga 12 bulan diberikan efek IFN dalam
 Kreatinin 2,3 kombinasi dengan menginduksi respons

mg/dl Tenofovir Disoproxil virologi dan biokimia telah

Fumarate 300 mg diketahui dengan baik.

sekali sehari setelah Meta-analisis telah


menunjukkan bahwa
makan.
respon positif dapat dicapai
pada 25-40% pasien
HBeAg positif dengan
peningkatan ALT dalam
waktu 12 bulan setelah
memulai pengobatan.
Hilangnya HBsAg dengan
pengobatan IFN terjadi
pada 5-10% pasien dalam
waktu 1 tahun sejak
dimulainya pengobatan,
meningkat seiring waktu di
antara responden
berkelanjutan dengan
tingkat kumulatif 5 tahun
11-20% dalam studi Eropa
dan lebih tinggi. menjadi
71% pada 11 tahun dalam
satu penelitian di AS.
Sehingga pengobatan
dengan PEG IFN alfa 80
mg/ minggu dilanjutkan
hingga 12 bulan.
 Dalam jurnal yang berjudul
“The efficacy of addition
of Tenofovir Disoproxil
Fumarate to Peg-IFNα-2b
is superior to the addition
of Entecavir in HBeAg
positive CHB patients with
a poor response after 12
weeks of Peg-IFNα-2b
treatment alone”
menyatakan tingkat HBsAg
menurun dengan cepat
pada kedua kelompok
perlakuan selama 12
minggu pertama dan
menurun secara bertahap
pada 36 minggu
berikutnya. Pada minggu
ke 48, rerata kadar HBsAg
pada kelompok Peg-IFNα-
2b+TDF secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok Peg-
IFNα-2b +ETV (-1.799 ±
0.3063 vs. -1.078 ±
0.2028,P=0,0491). Tingkat
kehilangan HBeAg secara
signifikan lebih tinggi pada
kelompok pengaya TDF
daripada kelompok
pengaya ETV pada minggu
ke 48 (40% vs. 10%,P=
0,028). Pada minggu ke 48,
proporsi pasien dengan
DNA HBV yang tidak
terdeteksi (<500 IU/mL)
adalah 80% (16 dari 20)
dan 95% (19 dari 20) pada
kelompok Peg-IFNα-
2b+ETV dan Peg-IFNα -2b
+ kelompok TDF, masing-
masing. Dosis yang
diberikan 300 mg sekali
sehari setelah makan.
Diminum pada jam yang
sama setiap harinya selama
24 minggu (MIMS, 2021).

 Ribavirin dihentikan.
Menurut Pharmaceutohal
care 2007 Ribavirn
diindikasikan untuk
hepatitis C kronik pada
pasien penyakit hati >18
tahun yang mengalami
kegagalan dengan
monoterapi
menggunakan Interferon
α-2a atau α-2. Ribavirin
dengan Peginterferon α-
2a atau α-2b Untuk
Hepatitis C kronik pada
pasien > 18 tahun yang
mengalami relaps setelah
mendapat terapi dengan
Interferon α.
Edema perut Perut semakin - 26 September I3.5 Obat dihentikan Menurut jurnal
membesar (ditambah) I3.6 Obat baru mulai “Penatalaksanaan Asites
Terapi Sebelum diberikan pada Sirosis Hepatis”
Furosemid 3 kali P1.1 Pemilihan Obat Spironolakton merupakan
sehari 40 mg Tidak Tepat antagonis aldosteron yang
bekerja di tubulus distal
Terapi Selanjutnya untuk meningkatkan
Sprironolakton 100 natriuresis dan
mg dinaikkan mempertahankan kalium.
bertahap sampai 400 Spironolakton merupakan
mg setiap 7 hari. pilihan utama saat memulai
terapi asites pada sirosis.
Dosis awal 100 mg dapat
dinaikkan bertahap sampai
400 mg untuk mencapai
natriuresis yang adekuat.
Efek natriuresis akan
muncul 3-5 hari setelah
penggunaan spironolakton.
Penelitian kontrol
menunjukkan bahwa efek
natriuresis dan diuresis
spironolakton lebih baik
dibandingkan loop diuretik
seperti furosemid.

Planing :

1. Disarankan untuk melakukan pengecekan test terkait HBV (HbSAg, HbeAg)


Monitoring :

 Efektivitas Obat
Efektivitas penggunaan obat pegasys dan tenofovir untuk terapi hepatitis b pasien (4-12 bulan) dengan pemantauan
HbsAg serta HbeAg
 Efek Samping Obat
Monitoring efek samping penggunaan sprironolakton seperti seperti mual, muntah , diare maupun gastritis.

Anda mungkin juga menyukai