Anda di halaman 1dari 8

MATA PELAJARAN LITERASI DIGITAL SEBAGAI CARA

MENCEGAH CYBER BULLYING PADA REMAJA JENJANG SEKOLAH


MENENGAH

(nama), (nim)
Jurusan, instansi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi sangat pesat dan semakin canggih.
Salah satu bentuk perkembangan teknologi adalah adanya internet. Menurut
Supriyanto (2006) internet merupakan suatu hubungan dengan berbagai jenis
komputer dan jaringannya yang ada di seluruh penjuru dunia serta memiliki
sistem operasi dan aplikasi yang berbeda. Internet terus berkembang hingga
masuk ke setiap lini kehidupan manusia seperti ranah bisnis, pendidikan, kantor,
dan perniagaan. Tak luput dari hal tersebut, internet sudah bisa diakses semua
orang dan bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok zaman ini.
Tanpa disadari, adanya internet juga menciptakan sebuah dunia baru yang
disebut sebagai dunia maya atau cyber community. Komunitas siber tersebut bisa
berkomunikasi satu sama lain tanpa bertemu secara langsung karena dimediumi
oleh internet. Remaja yang krisis identitas pastinya memiliki rasa penasaran yang
tinggi untuk menjajal berkomunikasi di dunia maya dan bertemu lebih banyak
orang (Sarwono, 2004).
Karakter masa remaja tersebut menjadi alasan mengapa seorang remaja
hampir tidak pernah melepaskan gawainya untuk terhubung ke internet. Apalagi
dengan adanya aplikasi sosial media seperti facebook, twitter, instagram, dan
whatsapp sebagai aplikasi chatting. Sering kali apa yang dipermasalahkan di
dunia nyata dibawa-bawa ke sosial media lewat tulisan status, cerita, atau feed.
Begitupun sebaliknya. Pemanfaatan media sosial yang salah oleh seseorang
ditambah pengguna sosial media yang kurang memahaminya, memunculkan apa
yang disebut dengan kejahatan siber atau cyber crime. Salah satu kejahatan yang
sering dialami remaja adalah perundungan/penindasan maya atau disebut cyber
bullying.
Dilansir dari laman Aminef (American Indonesian Exchange Foundation),
menurut data Polda Metro Jaya, di Indonesia ada 25 kasus cyber bullying yang
dilaporkan setiap harinya. Selain itu, dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) pada tahun 2018 menyatakan bahwa jumlah anak yang menjadi korban
perundungan mencapai 22,4%. Sedangkan menurut IPSOS (perusahaan firma riset
dan konsultasi pasar multinasional yang berpusat di Paris, Perancis) yang
melakukan survei di 24 negara termasuk Indonesia, didapati bahwa satu dari
sepuluh orang tua melaporkan bahwa anaknya mengalami perundungan/bullying,
60%-nya sosial media yang digunakan adalah facebook.
Literasi digital adalah salah satu cara untuk memberikan pemahaman
kepada remaja tentang penggunaan dunia maya dengan baik. Paul Gilster dalam
bukunya yang berjudul “Digital Literacy” (1997), mendefinisikan literasi digital
sebagai kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan dan memahami
informasi dalam berbagai bentuk dan sumber yang sangat luas yang diakses dari
internet melalui perangkat komputer. Mengadakan mata pelajaran literasi digital
untuk jenjang sekolah menengah dinilai penulis sebagai solusi mencegah adanya
kejahatan siber di era digital, khususnya bagi remaja.

Tujuan
Tujuan dari penulisan gagasan ini adalah untuk memberikan sebuah solusi
terhadap banyaknya masalah terkait dunia maya, terutama cyber bullying. Sedini
mungkin etika berselancar di dunia maya harus diperkenalkan pada setiap anak,
terutama remaja yang mulai mengalami krisis identitas agar tidak ada lagi kasus
perundungan di dunia maya yang mana dampaknya sampai pada psikologis
remaja tersebut.

Manfaat
Adapun manfaat dari gagasan ini sebagai berikut.
Bagi Anak Remaja
Memahami bagaimana etika berselancar pada dunia maya mulai dari apa
yang boleh dan tidak boleh ditulis di sosial media, dampak dunia maya di dunia
nyata dan sebaliknya, kejahatan yang ada di dunia maya, etika berkomunikasi di
dunia maya, sikap ketika ada warganet yang mengajak berkenalan atau bertemu,
dan menyikapi seorang penghujat atau disebut haters di sosial media.
Bagi Orang Tua
Meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap penggunaan gawai
anak remaja menjadi hal penting dalam mencegah anak menjadi korban cyber
bullying. Selain itu, nasihat dan pelajaran dari orang tua tentang penggunaan
internet yang baik harus senantiasa diberikan agar jangan sampai anak terlalu
kecanduan dengan internet karena semuanya bisa diakses dengan mudah.
Bagi Pemerintah
DPR sebagai pembentuk Undang-undang
Dilansir dari laman merdeka.com ada 12 macam kejahatan siber. DPR
sebagai lembaga legislatif pembentuk undang-undang sebaiknya membuat
pengerucutan aturan tentang 12 macam kejahatan siber tersebut. Alasannya adalah
setiap kejahatan siber memiliki korban dan dampak yang berbeda-beda. Misalkan
carding, kejahatan siber yang menguras kartu debit/kredit korbannya, dampaknya
korban mengalami kerugian. Lain dengan cyber bullying yang membuat
korbannya tertekan secara mental.
Dinas Pendidikan
Mengadakan mata pelajaran literasi digital sebagai bentuk upaya
menanamkan tata cara dan etika berselancar di dunia maya yang baik. Hal ini
tentunya bisa membuat anak remaja bisa mengontrol penggunaan media sosialnya
untuk hal baik sehingga diharapkan kasus kejahatan siber bisa terus berkurang.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Memberikan sosialisasi tentang dunia maya kepada orang tua. Melindungi
dan membantu pemulihan korban kejahatan siber terutama cyber bullying.

GAGASAN
Kondisi Kekinian
Remaja merupakan manusia yang berumur antara 11-21 tahun. Masa
remaja ditandai dengan krisis identitas. Krisis identitas disebabkan karena remaja
kesulitan mengendalikan emosi, salah menempatkan diri dengan teman
sebayanya, salah berpenampilan, dan tidak mendapat figur atau contoh yang tepat
untuk ditiru dan mencapai identitas diri yang baik (Hidayah dan Huriati, 2016).
Penelitian dari UNICEF (organisasi dana anak-anak PBB) menyatakan bahwa
remaja rentang usia 13 sampai 15 tahun telah mengalami tindakan cyber bullying.
Tindakan cyber bullying seperti mempublikasikan data pribadi orang lain, stalker
atau tindakan penguntitan di dunia maya, penyebaran foto atau video dengan
tujuan melakukan intimidasi dan pemerasan.
Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap remaja membuat
mereka kurang mengetahui apa yang dilakukan anaknya di dunia maya. Hal ini
merupakan suatu yang rawan untuk anak melakukan kebebasan hingga suatu
ketika mengalami cyber bullying. Akhirnya, saat mental anak sudah down baru
disadari bahwa anaknya mengalami perundungan. Selain itu, tidak adanya literasi
digital yang sebaiknya dipelajari orang tua sebelum memberikan gawai pada
anaknya dan anak yang belum mengerti bagaimana beretika di dunia maya
membuat kejahatan siber terus meningkat.

Solusi yang Pernah Ditawarkan


(Model program intervensi anti bullying)
Bullying memanglah bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Bullying
terkenal terjadi di kawasan sekolah dimana anak – anak tidak mendapat
pengawasn secara langsung dari orang tua mereka. Mungkin bullying dianggap
hanya candaan oleh beberapa orang atau guru yang ada di sekolah. Padahal hal
yang dianggap candaan itu justru dapat membuat mental seorang murid menjadi
menurun dan bahkan menjadi trauma tersendiri dalam dirinya. Model pencegahan
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan kombinasi Model dari
Allan L. Beane (2008) dan Model dari Kim Storey dan Ron Slaby (2013) yang
telah didesain untuk anak usia dini dimana aktifitas selama pembelajaran program
anti bullyingberbasis sekolah meliputi kegiatan dimana anak dapat
mengembangkan pemahaman tentang bullying. Area pengembangan kemampuan
anak dalam program anti bullyingberbasis sekolah selanjutnya adalah kemampuan
anak untuk mengembangkan pemahaman terhadap aturan-aturan dasar dalam
program anti bullying. Dan yang terakhir adalah pengembangan kemampuan anak
dalam pemahaman terhadap aturan-aturan emas di Taman Bermain.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran program anti bullying berbasis
sekolah untuk anak usia dini diterapkan di kelas dan di Taman Bermain.
Pembelajaran dikelas diberikan dalam metode story telling yang bersumberkan
dua cerita bertemakan bullying yang berjudul Chrysanthemum by Kevin Henkes
dan King of The Playground by Phyllis Reynolds Naylor. Kegiatan pembelajaran
meliputi; pertanyaan pre-reading, pertanyaan post-reading, kegiatan post-reading.
Anak-anak diminta mengenali tindakan bullying apa yang dapat mereka ketahui
dalam ke dua cerita tersebut, siapa yang melakukan tindakan bullying dan siapa
yang menjadi korban bullying, siapa yang melihat kejadian bullyingtersebut, apa
solusi yang diambil untuk mengatasi bullying. Seperti halnya yang ditemukan
dalam penelitian Suwarjo bahwa banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
bullying di sekolah. Diantaranya adalah mengembangkan budaya relasi yang
positif, mengembangkan dan menegakkan aturan sekolah, mengembangkan
hubungan positif antar guru, antar siswa, dan antara guru dengan siswa. Selain itu
orang dewasa, dalam hal ini orang tua, guru, dan masyarakat perlu berperan
dengan memberi teladan dengan tidak menampilkan perilaku kekerasan.
(Literasi pencegahan cyber bullying pada siswa SMA di Tangerang)
Bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata, bahkan sekarang sudah
mencapai dunia digital. Hal ini merupakan hal wajar karena orang – orang mulai
lebih menyukai dunia virtual dibanding dunia nyata. Hal ini dikenal dengan nama
cyber Bullying. Untuk mencegah cyberbullying terus berlanjut, SMA di
Tanggerang melakukan kegiatan literasi. Hal ini mengacu pada empat tahapan
proses perencanaan strategis yang diciptakan oleh Ronald D. Smith yang
dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Strategic Planing for Public Relations
(2005). Berikut adalah runtutan fase dari strategi ini.
Fase 1 – Riset Perkembangan, berisi analisis analisi yang mempengaruhi
adanya cyberbullying di kalangan siswa SMA serta melihat kemungkinan
lingkungan yang membuat siswa SMA melakukan cyberbully.
Fase 2 – Strategi, berisi tentang rencana yang akan dilakukan untuk
menanggulangi adanya cyberbully di kalangan siswa SMA. Pada fase ini
cendeung berisi tentang penyuluhan dan ceramah mengenai bahaya cyberbully
yang dijelaskan kepada siswa SMA
Fase 3 – Taktik, dalam fase ini dilakukan ketika fase 2 tidak mampu
mengambil hati siswa dan cyberbullying masih terus terjadi. Dalam fase ini tim
guru atau dosen akan mengundang siswa dan memita pendapat mengenai
cyberbully. Hal ini juga akan mendapat penjelasan langsung dari beberapa dosen
yang sudah ahli agar lebih mendapat tempat di hati siswa SMA.
Fase 4 – Riset Evaluasi, pelaksana akan terus melihat dan mendatangi
sekolah – sekolah yang memberi informasi cyberbully masih sering terjadi. Hal
ini akan terus di update secara berkala dengan pendekatan yang diupdate juga.

Seberapa Jauh Kondisi Dapat Diperbaiki Melalui Mata Pelajaran Literasi


Digital
Willard (2007) telah mengidentifikasi beberapa jenis tindakan
cyberbullying, yaitu : flaming, online harassment, denigration , impersonation
berpura-pura menjadi orang lain dengan membobol akun orang yang menjadi
korban, dan mengirim atau memposting materi yang membuat orang itu menjadi
terlihat buruk, membuat orang tersebut dalam masalah atau bahaya, atau merusak
reputasi maupun persahabatan seseorang, outing and trickery, exclusion,
cyberstalking. Sementara itu, Dom Helder Camara (2000:x) menawarkan teori
spiral kekerasan, yang dapat dijelaskan dari bekerjanya tiga bentuk kekerasan,
yaitu yang bersifat personal, institusional, dan struktural, yaitu: 1) Ketidakadilan,
2) Kekerasan pemberontakan sipil, dan 3) Represi Negara. Ketiganya saling
berkaitan satu sama lain, kemunculan kekerasan satu disusul dan menyebabkan
kemunculan kekerasan lainnya.
Dalam beberapa teori tersebut bullying tidak dapat diselesaikan dalam
sekali penjelasan dan penyeluruhan. Kegiatan ini harus sering dilakukan secara
rutin kepada siswa karena hal ini sangat rentan terjadi di usia anak sekolah. Selain
melakukan penyuluhan rutin, siswa akan di perkenalkan bagaimana sebuah
bullying menyerang mental seseorang.

Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu


Mengimplementasikan Mata Pelajaran Literasi Digital
Dalam kegiatan ini sudah jelas sangat diperlukan bantuan dari beberapa
pihak terkait, seperti pihak guru dan staff di sekolah, dosen, ahli psikologi, siswa
dan keluarga siswa. Kegiatan ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada
bantuan dari pihak tersebut. Karena hasil dari kegiatan ini ketika bullying sudah
sangat berkurang atau bahkan sudah menghilang di kalangan siswa sekolah.

Langkah-langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Mata Pelajaran


Literasi Digital
Untuk langkah – langkah yang mungkin akan diterapkan dalam
mengimplementasikan mata pelajaran literasi digital mengenai penanganan
bullying. Strategi yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung : hal ini adalah strategi
pembelajaran yang paling umum dilakukan dalam kehidupan pendidikan. Dalam
strategi ini diusahakan melakukan penyuluhan secara langsung kepada siswa dan
juga memberikan gambaran tentang bullying kepada siswa. Penjelasan imbas
kepada diri seseorang yang mengalami bullying dari lingkungannya serta banyak
lagi informasi mengenai bullying.
Strategi pembelajaran interaktif : Salah satu strategi yang dapat digunakan ketika
pembelajaran mengalami rasa bosan. Strategi ini lebih mampu menempel pada
audience karena terasa tidak monoton dan memiliki kesan tersendiri.
Strategi pembelajaran melalui Pengalaman : Ada yang bilang pengalaman adalah
guru terbaik dalam kehidupan. Disini narasumber akan berasal dari guru atau
dosen bahkan psikolog yang sudah sering mengatatasi masalah bullying yang
dilaporkan pada beliau. Hal ini diyakini mampu memberikan kesan yang lebih
berarti mengenai pentingnya masalah bullying yang terjadi pada kalangan siswa.

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Berdasarkan gagasan yang telah dijelaskan diatas, kesimpulan yang dapat
ditarik memiliki beberapa poin penting seperti kondisi sekarang dimana remaja
kurang mendapat perhatian dan pengawasan sehingga menimbulkan sifat buruk
pada remaja itu sendiri saat di dunia maya karena pendidikan dan informasi yang
mereka punya sangat minim. Efek dari sifat buruk tersebut salah satunya adalah
terjadinya cyberbullying yang mana hal tersebut dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Oleh karena itu penulis memiliki sebuah solusi untuk
mengatasi permasalahan ini dengan cara melaksanakan atau membuat sebuah
kegiatan literasi digital bagi remaja.

Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan


Literasi digital tersebut tidak bisa langsung mengubah pola pikir remaja,
namun harus dilakukan secara rutin dan bertahap serta memiliki beberapa strategi
seperti yang telah dijelaskan di atas agar dapat berjalan dengan maksimal dan
kegiatan ini bisa bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh


Diharapkan dengan ditulisnya essay ini dapat membantu masyarakat
Indonesia agar terhindar dari kejahatan berbentuk cyberbullying yang sangat
meresahkan warga. Semoga dapat menyadarkan kita semua tentang pentingnya
melindungi generasi muda sebagai penerus bangsa yang akan membawa bangsa
ini ke jalan yang lebih baik yang mana itu juga merupakan kewajiban kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Mardatila, Ani. 2020. 12 Jenis-jenis Cyber Crime atau Kejahatan Dunia Maya
yang Perlu Diwaspadai. https://www.merdeka.com/sumut/12-jenis-jenis-
cyber-crime-atau-kejahatan-dunia-maya-yang-perlu-diwaspadai-kln.html?
page=6 (diakses tanggal 15 Januari 2021).
Adminwebsir. 2020. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama. http://siln-
riyadh.kemdikbud.go.id/smp/2020/04/16/karakteristik-siswa-sekolah-
menengah-pertama-smp/ (diakses tanggal 15 Januari 2021).
Saputra, N.M Aris. 2019. Maraknya Cyberbullying, Mahasiswa UM Temukan
Motif Tindakan Cyberbullying.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/06/15/maraknya-
cyberbullying-mahasiswa-um-temukan-motif-tindakan-cyberbullying
(diakses tanggal 15 Januari 2021).
Rachmawati, Fitri. 2015. Cyberbullying: Begini Dampak dan Cara
Penanganannya Pada Anak.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20150107/236/388487/cyberbullying-
begini-dampak-dan-cara-penanganannya-pada-anak (diakses tanggal 15
Januari 2021).
Psikologi, Humas. 2017. Tiga Mahasiswi Ikuti Konferensi Nasional
Cyberpsychology . https://www.liputan6.com/tekno/read/3547441/psikolog-
ungkap-pemicu-perilaku-reaktif-di-media-sosial (diakses tanggal 15 Januari
2017).
Gusna, Dhaniar. 2012. Cyberpsychology.
https://www.kompasiana.com/dhaniargf/5519efc9a33311011db6594f/cyber
psychology (diakses tanggal 15 Januari 2012).
Ancis, J. R. (2020). The age of cyberpsychology: An overview. Technology,
Mind, and Behavior, 1(1). https://doi.org/10.1037/tmb0000009
Chalim, S., & Anwas, E. O. M. (2018). Jurnal Penyuluhan, Maret 2018 Vol. 14
No. 1 Peran Orangtua dan Guru dalam Membangun Internet sebagai Sumber
Pembelajaran. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 33–42.
Hakim, S. N., Raj, A. A., & Prastiwi, D. F. C. (2016). Remaja dan internet.
Prosiding SEMNAS Penguatan Individu Di Era Revolusi Informasi, 2008,
311–319. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9290/Siti
Nurina Hakim.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Huriati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Diri pada Remaja. Sulesana, 10(1),
49–62.
Ii, B. A. B., & Remaja, A. (2011). tahapan umur remaja I Puspita - 2017.pdf.
Sarwono 2006, 13–38.
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1234/5/13.860.0063_file5.p
df
Mulya, Y. A. (2013). Tingginya Angka Rasio Peningkatan Cyberbullying di
Indonesia. 2, 1–5.
Nasrullah, R., Aditya, W., Satya, T. I., Nento, M. N., Hanifah, N., Miftahussururi,
& Akbari, Q. S. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital: Gerakan
Literasi Nasional. 33. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-
content/uploads/2017/10/cover-materi-pendukung-literasi-finansial-
gabung.pdf
Nurina Hakim, S., & Alyu Raj, A. (2017). PROSIDING TEMU ILMIAH X
IKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN INDONESIA Dampak
kecanduan internet (internet addiction) pada remaja. Jurnal UNISSULA, 978-
602–22(2), 280–284.
jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/download/2200/1662
Putra, F. D. (2017). Psikologi Cyber Media Seni Komunikasi Propaganda
Menggunakan Media Sosial Dalam Kaitannya Dengan Isu Sara Di Indonesia.
CHANNEL: Jurnal Komunikasi, 5(2), 91–108.
https://doi.org/10.12928/channel.v5i2.7978
Putri, M. H., & Wisnu Sri Hertinjung, S. P. (2018). Dinamika Psikologis Korban
Cyberbullying. http://eprints.ums.ac.id/65769/%0Ahttps://lens.org/020-015-
036-373-595
Rahmat Syah; Istiana Hermawati. (2018). Upaya pencegahan kasus cyberbullying
bagi remaja pengguna media sosial di indonesia. Jurnal Penelitian
Kesejahteraan Sosial, 17 no 2(2), 131–146.
https://www.elearningkebencanaan.education/longsor/upaya-pencegahan-
longsor/
Ramdhani, N. (2016). Emosi Moral dan Empati pada Pelaku Perundungan-siber.
Jurnal Psikologi, 43(1), 66. https://doi.org/10.22146/jpsi.12955
Yamin, A. (2018). Pencegahan perilaku bullying pada siswa-siswi SMPN 2
Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
UNPAD, 2(4), 93–101.

Anda mungkin juga menyukai