Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI WANITA SUBUR (WUS) : OLIGOMENOREA

KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

LARA CLAUDYA

(2141312019)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIERSITAS ANDALAS

2021
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

I. PENGKAJIAN

Hari/ Tanggal : Selasa/21 September 2021


Oleh : Lara Claudya

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. T
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kel. Ikua koto dibalai, Kec. Payakumbuh utara
Tanggal Pengkajian : 21 September 2021
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kel. Ikua koto dibalai, Kec. Payakumbuh utara
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan bahwa siklus menstruasi yang dialami oleh klien tidak
teratur dan biasanya terjadi sekali dalam 2 bulan atau sekali dalam 3 bulan.
Klien mengatakan biasanya setiap menstruasi merasakan nyeri dengan skala
nyeri ringan skala 3-4, yang dirasakan seperti diremas di perut bagian
bawah. Nyeri terasa 1-3 hari pertama menstruasi dan nyeri yang dirasakan
tidak mengganggu aktivitas. Klien mengatakan khawatir dan cemas terhadap
masalah siklus menstruasi yang dialaminya.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 September 2021,
didapatkan TTV klien dalam rentang normal yaitu : Tekanan Darah :
120/80 mmHg, Nadi : 78 x/ menit, Pernafasan : 22x/ menit, Suhu :
37,4o C. Saat ditanyakan ke klien terkait masalah menstruasi yang
dialaminya, Nn. D mengatakan bahwa siklus menstruasi yang dialami
klien biasanya 1 kali dalam 2 bulan atau 1 kali dalam 3 bulan. Klien
mengatakan cemas dan khawatir terhadap kondisinya. Nn. T juga
mengatakan adanya nyeri saat menstruasi dengan skala 4 dan tidak
mengganggu akitivas.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Nn. T mengatakan pernah dirawat di RS dengan penyakit usus buntu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Nn. T mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
keturunan ataupun penyakit kronis. Ibu klien juga memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur.
5. Riwayat Obstetri Sebelumnya
(Tidak ada)
6. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus Haid : Tidak teratur, siklus menstruasi 1 kali dalam 2 bulan,
atau 1 kali dalam 3 bulan
- Lama Haid : 7-10 hari. Pada hari pertama darah dalam bentuk flek
hitam, dan hari selanjutnya berupa darah segar
- Frekuensi : siklus menstruasi 1 kali dalam 2 bulan, atau 1 kali
dalam 3 bulan
- Disminorrhea : Ada pada hari pertama dan kedua, dengan skala nyeri 4
- Haid Terakhir : Tanggal 2 Agustus 2021
7. Riwayat KB
(Tidak Ada)
D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
- Kulit : Bewarna sawo matang, bersih, dan tidak ada luka
- Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
b. Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 78 x/ menit
- Pernafasan : 22x/ menit
- Suhu : 37,4o C
c. Pengukuran Antropometri :
- BB : 45 kg
- TB : 155 cm
- IMT : 18,5
d. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
- Bentuk : Bulat lonjong
- Simetris : Simetris
- Luka : Tidak ada luka
- Nyeri : Tidak ada
2) Rambut
- Warna : Hitam
- Struktur : Halus
- Kondisi : Rambut tebal dan tidak mudah tercabut
3) Mata
- Simetris : Simetris antara mata kanan dan kiri
- Pupil : Refleks pupil normal
- Palpebral : Normal
- Edema : Tidak ada
- Penglihatan : Baik
- Sklera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : Tidak anemis
4) Hidung
- Simetris : Simetris antara lubang hidung kanan dan kiri
- Tulang hidung : Normal, tidak bengkok
- Sekret : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Penciuman : Baik
5) Telinga
- Daun Telinga : Normal
- Liang Telinga : Normal
- Membran tympani : Normal
6) Mulut dan tenggorakan
a. Bibir
- Mukosa : Lembab
- Warna : Merah muda
- Kondisi : Bersih
b. Mukosa/ mulut
- Keadaan gusi : Tidak ada luka, bewarna merah muda
c. Lidah
- Warna : Merah Muda
- Luka : Tidak ada
d. Gigi
- Jumlah : Lengkap, ada yang berlubang gigi geraham 2
- Kondisi : Bersih, dan tidak ada caries gigi
- Gigi Palsu : Tidak ada
e. Uvula
- Warna : Merah muda
- Ukuran : Normal
- Tonsil : Normal
7) Leher
- KGD : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
- Kaku kuduk : Tidak ada
8) Wajah
- Ekspresi : Normal
- Oedema : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
9) Dada dan Thorax
- Inspeksi :
a. Paru-paru
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Vocal fremitus
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Suara nafas veskuler, tidak ada suara nafas tambahan
b. Jantung
- Inspeksi : Ictus terlihat
- Palpasi : Ictus teraba
- Perkusi : Berbunyi pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung normal lup-dup, dan tidak ada mur-mur
c. Payudara
- Inspeksi : Payudara simetris kiri dan kanan, adanya puting dan
adanya areola, tidak ada luka
- Palpasi : Tidak ada massa teraba dan bengkak. Tidak ada
pengeluaran sekret ASI
10) Abdomen
- Inspeksi : Perut simetris, perut tidak buncit, posisi umbilikal
normal, tidak ada peradangan, keadaan umbilikal bersih, dan tidak
ada kelainan pada umbilikal, tidak ada luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada
masa abdomen
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Bising usus normal (10x/ menit)
11) Ekstremitas Atas/Bawah
- Inspeksi kuku : Kulit normal dan bersih
- Palpasi : CRT < 2 detik, kulit teraba hangat, tidak ada
edema, dan tidak ada nyeri tekan
- Kemampuan otot : 5555 5555
5555 5555
12) Genitalia
Dalam keadaan normal

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
a. Persepsi terhadap penyakit
Nn. T mengatakan bahwa sakit yang diderita nya merupakan hal
yang biasa dalam kehidupan dan berharap dapat segera sembuh
b. Penggunaan
- Tembakau : tidak ada
- Alcohol : tidak ada
- Obat lain : tidak ada
c. Alergi obat : tidak ada
d. Obat-obatan : herbal (tidak ada) tanpa resep dokter (tidak ada)
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Nn. T mengatakan biasanya makan 3 kali sehari
1) Makan pagi
Makanan : nasi putih (1 sendok nasi) + lauk pauk + sayur
Minuman : air putih
2) Makan siang
Makanan : nasi putih (2 sendok nasi) + lauk pauk + sayur
Minuman : air putih
3) Makan malam
Makanan : nasi putih (2 sendok nasi) + lauk pauk +sayur
Minuman : air putih
Alergi makanan/minuman : tidak ada
3. Pola Eliminasi
Nn. T mengatakan BAB 1 kali/ hari dengan bau khas BAB dan
konsistensi yang lunak
Nn. T mengatakan BAB 5-6 kali/hari, bewarna kekuningan, bau khas
urine

4. Pola Istirahat Tidur


a. Kebiasaan menjelang tidur : berdoa
b. Jumlah tidur
- Malam () Lama tidur (8-9 jam, mulai tidur jam 21.00)
- Siang () Lama tidur (1-2 jam, mulai jam 14.00)
c. Masalah segara setelah tidur : tidak ada
d. Masalah tidur : tidak ada

5. Pola Kognitif-Persepsi
Status Mental
a. GCS : 15 Kooperatif : 
b. Bicara : Normal 
c. Bahasa Sehari-hari : bahasa Minang
d. Kemampuan berkomunikasi : Ya  Tidak
e. Kemampuan Memahami Pembicaraan : Ya  Tidak
f. Tingkat Ansietas : Ringan Sedang Berat
g. Keterampilan Interaksi : Tepat Lain lain …….
h. Pendengaran : tidak ada masalah
i. Penglihatan : tidak ada masalah
j. Vertigo : tidak ada
k. Ketidaknyaman nyeri : Ada Tidak ada 

6. Persepsi dan Konsep Diri


Klien mengatakan cemas dan khawatir terhadap masalah gangguan
siklus haid yang dialaminya.
7. POLA hubungan dengan orang lain
Nn. T merupakan seorang mahasiswa yang sekarang sedang menjalani
praktek lapangan (PL). Nn. T mengatakan bahwa system pendukungnya
yaitu keluarga dan teman-temannya. Hubungan Nn. T dengan tetangga
dan orang sekitar juga baik, dan sering berinteraksi serta bersosialisasi.
8. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien mengatakan merasa nyeri dengan skala 4 pada hari 1-5 sebelum
menstruasi dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari klien. Siklus
menstruasi tidak teratur biasanya 1 kali dalam 2 bulan atau 1 kali dalam
3 bulan.

9. Pola Mekanisme Koping


Nn. T mengatakan jika ada suatu masalah maka hal yang dilakukannya
adalah berusaha untuk memecahkan masalah tersebut, berdoa kepada
tuhan, dan berdiskusi dengan orang tua atau teman sejawat. Nn. T tidak
pernah mengonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stress. Keadaan
emosi Nn. T sehari-hari stabil dan terkontrol.
10. Pola Nilai dan Keyakinan
a. Agama : Islam
b. Pantangan Agama : Ya Tidak 
c. Pengaruh agama dalam kehidupan :
Nn. T mengatakan bahwa agama adalah hal yang paling penting
dalam hidup, kita harus senantiasa taat dan beribadah setiap saat.
11. Pola Aktivitas dan Latihan
Nn. T tidak menggunakan alat bantu saat beraktivitas. Nn. T juga
mengatakan tidak ada keluhan saat beraktivitas.
a. Kemampuan Perawatan Diri :
0 = mandiri
1 = dengan alat bantu
2 = bantuan dari orang lain
3 = bantuan peralatan dan orang lain
4 = tergantung/tidak mampu
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan rumah 
II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Data Subjektif : Gangguan Ansietas
- Klien mengatakan khawatir keseimbangan
dan cemas dengan siklus hormonal
mestruasi yang dialaminya
yang tidak teratur setiap
bulannya. Oligomenorea

Data Objektif :
- TD : 120/80 mmHg Siklus menstruasi
- Nadi : 72 x/ menit memanjang
- RR : 22x/menit
- Suhu : 37,
- TB : 155 cm Gelisah
- BB : 45 kg
- IMT : 18 (Normal)
- Klien tampak gelisah

DOKUMENTASI PENGKAJIAN
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1. Ansietas b/d Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi (I. 09326)
ancaman status (L. 09093) Definisi :
kesehatan Definisi : Menggunakan teknik
(D.0080) Kondisi emosi dan peregangan untuk mengurangi
Definisi : pengalaman subjektif tanda dan gejala
Kondisi emosi terhadap objek yang tidak ketidaknyamanan seperti nyeri,
dan pengalaman jelas dan spesifik akibat ketegangan otot, atau
subjektif terhadap antisipasi bahaya yang kecemasan.
objek yang tidak memungkinkan individu Tindakan
jelas dan spesifik melakukan tindakan untuk Observasi :
akibat antisipasi menghadapi ancaman 1. Identifikasi penurunan
bahaya yang Kriteria Hasil : tingkat energy,
memungkinkan - Verbalisasi khawatir ketidakmampuan
individu terhadap kondisi yang berkonsentrasi, atau
melakukan dihadapi menurun (1-5) gejala lain yang
tindakan untuk mengganggu
menghadapi kemampuan kognitif
ancaman 2. Identifiksi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Monitor respons
terhadap teknik
relaksasi
Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
2. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan relaksasi
sebagai penunjang
dengan analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis, musik,
meditasi, nafas dalam,
dan teknik relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
6. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis, nafas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)

Evidence-Based Nursing Practice (EBNP)

a. Judul Artikel : Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan pada


Siklus Menstruasi Remaja Puteri
b. Penulis : Yulinda, Dewi Purwaningsih, Cherly Marlina Sudarta
c. Nama Jurnal : Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
d. ISSN : 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)
e. Volume, nomor, dan halaman : Vol. 5, No. 1 Tahun 2017, 20-26
f. Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan yoga terhadap
tingkat kecemasan pada siklus menstruasi remaja putri
g. Kesimpulan :
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa yoga secara signifikan dapat
menurunkan kecemasan remaja puteri (p<0,5). Latihan yoga menekankan
konsentrasi yang memberi pengaruh positif yaitu ketenangan pikiran.
Konsentrasi bisa menjadi sarana relaksasi pikiran yang sangat dubutuhkan oleh
pikiran yang sedang stress. Latihan yoga secara teratur dapat menyeimbangkan
system saraf otonom, sehingga tubuh menjadi lebih relaks. Latihan yoga yang
diberikan dapat membuat tubuh menjadi rileks dan meningkatkan konsentrasi
sehingga kecemasann responden berkurang. Pemberian latihan yoga dapat
meningkatka kadar oksitoksin dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang
dikeluarkan dapat menurunkan kecemasan. Yoga juga meningkatkan produksi
endorphin yang merupakan hormon ansietas yang tentunya juga menurunkan
kecemasan.

h. Critical Apraisal :
1) Why was this study done ?
Setiap bulan perempuan berusia 12-49 tahun (WUS), tidak sedang hamil dan
belum menopause mengalami menstruasi. Pada saat menstruasi masalah
yang dialami banyak wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri.
Alternatif preventif untuk meningkatkan kesehatan perempuan adalah
dengan melakukan yoga. Yoga memberikan manfaat pada kesehatan fisik
dan mental melalui pengaturan sumbu HPA (Hipothalamus Pitutari Adrenal)
dan System Syaraf Simpatis, meningkatkan aktifitas parasimpatis,
menurunkan tekanan darah, menurunkan stress, dan tingkat kecemasan.

2) What is sample size ?


Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 30 orang mahasiswa
jurusan kebidanan Bandung Poltekkes Kemenkes Bandung.

3) Are the measurements of major variables valid & reliable ?


Iya, karena pengukuran dilakukan berdasarkan uji uji statistic dan hasil dari
penelitian dapat digunakan untuk menjadi salah satu intervensi yang dapat
menurunkan kecemasan.

4) How where the data analyzed ?


Data dianalisis menggunakan analisis univariabel dan bivariabel. Analisis
bivariabel sebelum dan sesudah diberi perlakuan maka diujikan beda dua
mean berpasangan (paired sample t-test). Pada kelompok control digunakan
uji beda dua mean tidak berpasangan (independent sample t-test).
Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan Pyschological Parameters :
BAI (Beck Anxiety Inventory).

5) Where there any untoward events during the conduct of the study ?
Tidak ada

6) How the results fit with previous search in the area ?


Didalam jurnal ini tidak terdapat pemaparan hasil penelitian sebelumnya.

7) What does this research mean for clinical practice ?


Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan sumber data bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengurangi kecemasan yang
dialami selama siklus menstruasi. Latihan yoga dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada siklus menstruasi. Latihan yoga dapat membuat tubuh
menjadi rileks dan meningkatkan konsentrasi sehingga kecemasan
berkurang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

“Terapi Relaksasi Yoga”

No Prosedur
1. Pra Interaksi :
- Informed consent dengan klien
- Siapkan alat-alat
- Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
- Cuci tangan

2. Tahap Orientasi :
- Perkenalan diri
- Evaluasi validasi
- Menjelaskan tujuan tindakan
- Kontrak dengan pasien (topik, tempat, waktu)

3. Tahap Kerja :
1. Posisi Pranayama
Latihan pernafasan hidung bergantian
- Letakkan kedua tangan diatas lutut dengan telapak tangan
menghadap ke atas
- Tegakkan tulang punggung, pandangan lurus kebelakang, jari
telunjuk sebelah kanan dan jari tengah menahan dahi, ibu jari
menutup hidung sebelah kanan, jari kanan dan kelingking
menutup hidung sebelah kiri
- Tarik nafas dari kanan, tutup hidung kanan, buang nafas dari
hidung kiri, tarik nafas dari kiri, tutup hidung kiri, buang nafas
dari kanan. Teknik ini dilakukan secara bergantian dengan tangan
kiri dan dilakukan sebanyak 5-10 pernafasan
2. Posisi Spaniel Rock
- Duduk dengan kaki ditekuk, genggam erat paha, pada saat tarik
nafas tekuk tubuh ke belakang, angkat lutut mendekat ke dada dan
bawa ke lantai
3. Posisi Dowring Facing Dog
- Dimulai dari posisi child pose
- Perlahan-lahan tangan ke depan, tekan tangan ke lantai, angkat
tubuh ke atas, kaki diinjit dan perlahan angkat lutut. Dorong
pinggul ke atas dan pandangan ke belakang, tumit kaki menempel
ke lantai. Dorong dada seperti mendekat ke paha. Lakukan selama
5-10 kali pernafasan
4. Posisi Matsyasana (Fish Pose)
- Dimulai dari posisi telentang, tekuk lutut ke atas
- Angkat pinggul ke atas perlahan, letakkan telapak tangan di
bawah pinggul, duduk di atas telapak tangan dan dorong pinggul
ke bawah
- Masukkan siku ke dalam, perlahan dorong dada ke atas, sampai
kepala menghadap ke belakang, lakukan sebanyak 5 kali
pernafasan
5. Posisi Shavasana
- Relaxtion time dengan posisi telentang

4. Fase Terminasi
- Evaluasi hasil kegiatan
- Simpulkan hasil kegiatan
- Berikan umpan balik positif
- Kontrak pertemuan selanjutnya
- Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
- Bereskan alat-alat
- Cuci tangan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Kamis/23 Terapi Relaksasi Yoga Untuk S :
September 2021 Mengatasi Stress Siklus - Klien mengatakan
Menstruasi memahami bagaimana
Fase Pra Interaksi : kegunaan dan tata cara
- Informed consent dengan terapi relaksasi yoga
klien - Klien mengatakan
- Siapkan alat-alat merasa tenang, rileks,
- Identifikasi faktor atau dan cemas berkurang
kondisi yang dapat setelah melakukan
menyebabkan terapi relaksasi yoga
kontraindikasi - Klien mengatakan akan
- Cuci tangan melakukan latihan yoga
Fase Orientasi : untuk mengurangi
- Perkenalan diri kecemasan yang
- Evaluasi validasi dialami selama siklus
- Menjelaskan tujuan menstruasi
tindakan
- Kontrak dengan pasien O :
(topik, tempat, waktu) - Klien tampak mengerti
Fase Kerja : dengan penjelasan yang
- Mereview pengetahuan diberikan
pasien tentang latihan yoga - Klien tampak antusias
- Menjelaskan pasien saat mengikuti
langkah-langkah latihan demonstrasi dan terapi
yoga relaksasi yoga
- Mendemonstrasikan latihan - Klien tampak ingin
yoga kepada pasien mecoba terapi yang
- Bersama sama dengan diberikan
pasien melakukan latihan - Klien dapat mengulagi
yoga penjelasan yang
Fase Terminasi : diberikan
- Evaluasi hasil kegiatan
- Simpulkan hasil kegiatan A:
- Berikan umpan balik positif Masalah teratasi
- Kontrak pertemuan
selanjutnya P:
- Akhiri kegiatan dengan Intervensi dilanjutkan ketika
cara yang baik pasien merasa cemas
- Bereskan alat-alat
- Cuci tangan

Dokumentasi :
Jumat/ 25 Terapi Relaksasi Yoga Untuk S :
September 2021 Mengatasi Stress Siklus - Klien mengatakan
Menstruasi memahami bagaimana
Fase Pra Interaksi : tata cara dan langkah-
- Informed consent dengan langkah terapi relaksasi
klien yoga
- Siapkan alat-alat - Klien mengatakan
- Identifikasi faktor atau merasa tenang dan
kondisi yang dapat rileks setelah
menyebabkan melakukan terapi
kontraindikasi relaksasi yoga
- Cuci tangan
Fase Orientasi : O:
- Perkenalan diri - Klien tampak mengerti
- Evaluasi validasi dengan penjelasan yang
- Menjelaskan tujuan diberikan
tindakan - Klien tampak antusias
- Kontrak dengan pasien saat mengikuti
(topik, tempat, waktu) demonstrasi dan terapi
Fase Kerja : relaksasi yoga
- Mereview pengetahuan - Klien tampak ingin
pasien tentang latihan yoga mecoba terapi yang
- Menjelaskan pasien diberikan
langkah-langkah latihan - Klien dapat mengulagi
yoga penjelasan yang
- Mendemonstrasikan latihan diberikan
yoga kepada pasien
- Bersama sama dengan A :
pasien melakukan latihan Masalah teratasi
yoga
Fase Terminasi : P:
- Evaluasi hasil kegiatan Intervensi dilanjutkan ketika
- Simpulkan hasil kegiatan pasien merasa cemas dan
- Berikan umpan balik positif memberikan video latihan
- Kontrak pertemuan terapi relaksasi yoga kepada
selanjutnya pasien
- Akhiri kegiatan dengan
cara yang baik
- Bereskan alat-alat
- Cuci tangan
Dokumentasi :
ISSN 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia INDONESIAN JOURNAL OF NURSING
Tersedia online pada: AND MIDWIFERY
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI

Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan


pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri
Yulinda1, Dewi Purwaningsih1, Cherly Marlina Sudarta1

1
Jurusan kebidanan Bandung Poltekkes Kemenkes Bandung
Jl. Sederhana No.2, Pasteur, Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat 40161
Email: yulinda_aja@yahoo.com

Abstrak
Setiap bulan perempuan berusia 12–49 tahun (WUS), tidak sedang hamil dan belum menopause mengalami
menstruasi. Pada saat menstruasi masalah yang dialami banyak wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa
nyeri. Dismenorea mengakibatkan absentisme dan menimbulkan kerugian, karena mengalami “kelumpuhan”
sementara dalam melakukan aktivitas. Perubahan fungsi sistem syaraf otonom selama fase luteal menstruasi
berhubungan dengan gejala psikosomatik pada fase menstruasi. Alternatif preventif untuk meningkatkan
kesehatan perempuan adalah dengan melakukan yoga. Yoga memberikan manfaat pada kesehatan fisik
dan mental melalui pengaturan sumbu HPA (Hipothalamus Pitutari Adrenal) dan System Syaraf Simpatis,
meningkatkan aktifitas parasimpatis, menurunkan tekanan darah menurunkan stress dan tingkat kecemasan.
Gerakan-gerakan fisik dari yoga merangsang, menguatkan tubuh serta meningkatkan sirkulasi darah. Organ-
organ panggul, otot-otot perineal dan panggul menjadi lebih sehat, mendapatkan asupan oksigen, sehingga
vaskularisasi menuju organ reproduksi menjadi optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
latihan Yoga terhadap tanda tanda vital dan tingkat kecemasan pada siklus menstruasi remaja putri. Penelitian
dilakukan dengan desain quasi eksperimen one group pretest-postest. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan
Kebidanan Bandung, yaitu mahasiswa remaja puteri. Intervensi berupa Yoga pada bulan Mei–Juli 2015.
Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling berdasarkan tingkat serta memenuhi
kriteria inklusi sejumlah 121 orang, diseleksi dengan kriteria inklusi, yaitu sejumlah 58 orang dirandom untuk
yoga dan olahraga. Pengukuran tanda tanda vital dengan pengukuran langsung dan tingkat kecemasan dengan
menggunakan kuesioner. Penurunan tekanan diastolik lebih banyak terjadi pada kelompok olahraga, yaitu
sebesar 4,50 sedangkan yoga sebesar 0,55. Pada kelompok yoga terjadi penurunan frekuensi denyut nadi
yakni sebesar 1,83. Skor kecemasan terjadi penurunan kelompok yoga lebih banyak mengalami penurunan
skor cemas yaitu sebesar 13,5 poin. Kesimpulan tidak terdapat pengaruh yang signifikan latihan yoga terhadap
tekanan sistolik, diastolik, frekuensi nadi dan pernafasan. Yoga secara signifikan dapat menurunkan tingkat
kecemasan remaja puteri pada saat menstruasi (p<0,05).

Kata Kunci: yoga, tanda vital, tingkat kecemasan, mestruasi remaja

Yoga Exercise Can Reduce Anxiety Level


of Girl Adolescent Menstrual Cycle
Abstract
Every month women aged 12-49 years, not pregnant and not yet experienced menopause has menstruation.
During this period, problems experienced by many women are discomfort or pain. Dysmenorrhoea resulted
absenteism and cause disadvantages, due to a temporary "paralysis" while doing activities. The autonomic
nervous system function changes during the luteal phase of the menstrual period, is associated with
psychosomatic symptoms in the menstrual phase. A preventive alternative to improve women's health is
by doing yoga. Yoga provides benefits to physical and mental health through the regulation of the HPA axis
(Hypothalamus Pituitary Adrenal) and the Sympathetic Nervous System, increasing parasympathetic activity,
lowering blood pressure, stress and anxiety levels. The physical movements of yoga stimulates, strengthens
the body and improve blood circulations. Pelvic organs, perineal muscles and pelvic become healthier, get
oxygen, so that the vascularization toward the reproductive organs become optimal. The purpose of this

20 Yulinda, Dewi Purwaningsih, Cherly Marlina Sudarta, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 20-26
research is to know effect of Yoga to vital sign and anxiety level in girl adolescent menstrual cycle. The study
was a quasi-experimental design with one group pretest-posttest. This research was carried at the Bandung
Midwifery Department, to the student girls. Intervention in the form of Yoga was held in May-July 2015. A
number of 121 people were taken as a sample using a stratified random sampling technique based on student
level and inclusion criteria and 58 people selected by inclusion criteria, which were randomly assigned to yoga
and exercise. Vital signs were measured directly and anxiety level using questionnaires. The results showed
that reduction in diastolic pressure occurs more frequently in the exercise group, amounting 4.50 while yoga
at 0.55. In the yoga group decreased pulse frequency which is equal to 1.83. Anxiety scores decreased more
in the yoga group, the reduction in anxiety scores in the amount of 13.5 points. In conclusions there was no
significant effect of yoga exercises to systolic pressure, diastolic, pulse and respiration. Yoga can significantly
reduce the level of girls anxiety during menstruation (p 0.05).

Keywords: yoga, vital signs, anxiety level, menstrual teenagers

Info Artikel:
Artikel dikirim pada 03 Agustus 2016
Artikel diterima pada 10 Maret 2017
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).20-26

PENDAHULUAN Stres premenstrual ditandai dengan adanya


perubahan fisik, psikologi dan perilaku, yang
Setiap bulan perempuan berusia 12–49 tahun
kejadiannya mencapai 75% perempuan usia
wanita usia subur (WUS), tidak sedang hamil dan
produktif. Akibat fluktuasi hormon fisiologis pada
belum menopause pada umumnya mengalami
perempuan yang terjadi secara regular dan siklik.
menstruasi. Pada saat menstruasi masalah yang
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan
dialami banyak perempuan adalah rasa tidak nyaman
fungsi system syaraf otonom selama fase luteal
atau rasa nyeri yang hebat yang disebut dismenorea
berhubungan dengan kejadian gejala psikosomatik
(dysmenorrhoea). Menurut Novia, tidak ada angka
yang muncul pada fase menstruasi, hal ini dapat
pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di
berdampak terhadap produktifitas perempuan
Indonesia. Di Amerika Serikat, nyeri haid didapatkan
pada saat menstruasi (2). Berdasarkan data Survei
30–70% wanita dalam usia reproduksi, serta 60–70%
Ketenagakerjaan Nasional (Sukernas) tahun 2011,
pada perempuan dewasa yang tidak menikah.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan
Penelitian di Swedia dijumpai 30% wanita pekerja
sekitar 52,44%, jika dibandingkan dengan TPAK
industri menurun penghasilannya karena nyeri haid.
laki-laki sebesar 84,30% dapat dikatakan rendah,
Kelainan terjadi pada 60–70% wanita di Indonesia
namun dengan bertambah lamanya pendidikan,
dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas
kebutuhan sosial dan ekonomi keluarga mendorong
mereka menjadi terbatas akibat dismenorea (1).
perempuan untuk dapat berpartisipasi sebagai
Menurut Novia, di Kelurahan Banjar Kemantren
tenaga kerja. Tenaga kerja produktif dituntut untuk
yang mengalami dismenorea primer adalah sebesar
mendapatkan output pekerjaannya. Begitupun
80%. Dari 80% yang mengalami nyeri haid, derajat
remaja perempuan diharapkan dapat tetap produktif
kesakitannya berbeda yaitu 40% mengatakan
meskipun premenstrual sindrom dirasakan ketika
nyeri ringan, 30% nyeri sedang dan 10% nyeri
sedang mengalami menstruasi.
hebat. Sebagian besar dialami oleh remaja yang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
kurang melakukan olahraga. Hal ini berarti bahwa
ditemukan beberapa remaja puteri di Jurusan
penderita dismenorea primer sangat banyak sehingga
kebidanan Bandung seringkali tidak mengikuti proses
dampaknya dapat mempengaruhi absentisme dan
pembelajaran dan tidak dapat hadir saat kuliah
menimbulkan kerugian materi, karena mengalami
karena sakit saat menstruasi yang berakibat pada
“kelumpuhan” sementara untuk melakukan aktivitas.
berkurangnya persentase kehadiran mahasiswa
Dismenorea ini memang tidak terlalu berbahaya
yang berdampak terhadap berkurangnya penguasaan
tetapi selalu dialami oleh perempuan setiap bulannya,
mahasiswa terhadap topik yang tidak dihadiri dan tidak
sehingga merupakan penderitaan tersendiri bagi yang
memenuhinya persyaratan mengikuti ujian. Penelitian
mengalaminya (1).

Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri 21
Zaafrane, menyebutkan sakit saat menstruasi dapat pada Jurusan Kebidanan Bandung. Pelaksanaan
diatasi melalui pemberian obat obatan, namun intervensi berupa latihan Yoga dilaksanakan pada
berefek samping sehingga therapy yang bersifat bulan Mei–Juli 2015. Analisis data dalam penelitian
nonfarmakologis sangat dianjurkan (3). Alternatif ini adalah analisis univaribel dan bivariabel. Analisis
lain yang bersifat preventif dan dapat meningkatkan bivariabel sebelum dan sesudah diberi perlakuan
kesehatan perempuan adalah dengan melakukan maka digunakan uji beda dua mean berpasangan
latihan yoga. Penelitian menunjukkan bahwa latihan (paired sample t-test). Untuk melihat adanya
yoga memberikan manfaat pada kesehatan fisik dan perbedaan nilai rata-rata skor tanda-tanda vital
mental melalui pengaturan sumbu HPA (Hipothalamus (sistolik, diastolik, respirasi dan nadi) dan rata-rata
Pitutari Adrenal) dan System Syaraf Simpatis (4). skor cemas, pada kelompok perlakuan dengan
Terjadi penurunan tingkat kecemasan postmenstrual kelompok kontrol digunakan uji beda dua mean
dan premenstrual pada kelompok setelah latihan yoga tidak berpasangan (independent sample t-test).
adalah 32,4 menjadi 23,5; p=00,1 (4). Pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan
Saat ini latihan fisik telah dilakukan di bangku Psychological parameters: BAI (Beck Anxiety
sekolah dengan latihan yang bersifat umum yang Inventory) (5). Dikelompokkan menjadi 3 tingkatan
diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Latihan yaitu ringan (skor 0-21), sedang (22-35), dan berat
yoga sebagai alternatif latihan dapat mengurangi (>36).
premenstrual syndrome. Belum terdapatnya data
mengenai absentisme akibat dismenorea, jumlah HASIL DAN BAHASAN
ketidakhadiran remaja puteri karena ketidaknyamanan
saat menstruasi serta ketidaktahuan remaja puteri Pengaruh Yoga terhadap Tekanan Sistolik,
untuk mengatasinya menjadi salah satu hal yang Diastolik, Nadi dan Pernafasan
menjadi minat untuk melakukan penelitian ini. Tujuan Responden pada penelitian ini terdiri dari
Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh 30 orang. Distribusi mean pada masing-masing
latihan Yoga terhadap tanda tanda vital dan tingkat perlakuan tampak pada Tabel 1 dan Tabel 2.
kecemasan pada siklus menstruasi remaja putri. Perbedaan mean bulan 1 dan bulan 2 yang
tampak pada Tabel 1 menginformasikan bahwa untuk
BAHAN DAN METODE tekanan sistolik pada kedua kelompok mengalami
penurunan, penurunan lebih besar terjadi pada
Penelitian ini dilakukan dengan desain quasi
kelompok yoga sebesar 3,33 sedangkan pada
eksperimen menggunakan rancangan penelitian one
kelompok olah raga sebesar 0,75. Pada tekanan
group pretest-postest. Lokasi Penelitian remaja puteri

Tabel 1. Distribusi Rata Rata Mean Tanda Tanda Vital dan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri pada
Kelompok Yoga dan Olah Raga Bulan 1 dan 2

Yoga Olah Raga


Variabel Standar Standar
Mean Min Max Mean Min Max
Deviasi Deviasi
Sistolik 1 108,89 10,22 90 130 106,58 7,63 90 119
Sistolik 2 105,56 10,96 90 120 105,83 11,64 90 120
Delta sistolik 3,33 13,28 -20,00 30,00 0,75 7,90 -10,00 10,00
Diastolik 1 70,56 8,02 60 90 72,58 9,55 60 87
Diastolik 2 70,00 9,07 60 80 68,08 6,70 60 80
Delta Diastolik 0,55 9,98 -20,00 10,00 4,50 7,39 -5,00 18,00
Nadi 1 74,00 7,65 68 100 78,50 5,91 66 86
Nadi 2 72,17 4,70 68 89 80,08 7,39 65 88
Delta Nadi 1,83 5,02 -5,00 11,00 -1,58 6,78 -18,00 10,00
Respirasi 1 19,94 1,43 18 23 17,75 1,60 16 20
Respirasi 2 20,56 1,43 18 24 19,08 0,99 17 20
Delta Respirasi -6,11 1,37 -2,00 2,00 -1,33 2,22 -4,00 3,00
Skor Cemas 1 28,11 11,67 8 49 11,92 10,19 2 36
Skor Cemas 2 14,61 8,81 4 42 8,50 8,79 0,26 26
Delta Cemas 13,50 10,33 -8,00 30,00 3,41 9,81 -11,00 29,00

22 Yulinda, Dewi Purwaningsih, Cherly Marlina Sudarta, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 20-26
Tabel 2. Distribusi Mean pada Kelompok Yoga dan Olah Raga Bulan 1 dan 3

Yoga Olah Raga


Variabel Standar Standar
Mean Min Max Mean Min Max
Deviasi Deviasi
Sistolik 1 108,9 10,22 90 130 106,58 7,63 90 119
Sistolik 2 105,56 10,96 90 120 105,83 11,64 90 120
Delta sistolik 3,33 13,28 20 30 0,75 7,94 -10 10,00
Diastolik 1 70,56 8,02 60 90 72,58 9,55 60 87
Diastolik 2 70,00 9,07 60 80 68,08 6,70 60 80
Delta Diastolik 0,55 9,98 -20 10 4,50 7,39 -5,00 18,00
Nadi 1 74,00 7,65 68 100 78,50 5,91 66 86
Nadi 2 72,17 4,70 68 89 80,08 7,39 65 88
Delta Nadi 1,83 5,02 -5,00 11,00 -1,58 6,78 -18,00 10,00
Respirasi 1 19,94 1,43 18 23 17,75 1,60 16 20
Respirasi 2 20,56 1,42 18 24 19,08 0,99 17,00 20,00
Delta Respirasi -0,61 1,37 -2,00 2,00 -1,33 2,22 -4,00 3,00
Skor Cemas 1 28,11 11,67 8 49 11,92 10,19 2 36
Skor Cemas 2 16,00 6,57 6 33 9,42 9,75 1 35
Delta Cemas 13,5 10,33 -8,00 30,00 3,41 9,81 -11,00 29,00

diastolik lebih banyak terjadi penurunan pada penyempitan pada aliran darah aorta selama denyut
kelompok olah raga dibandingkan kelompok yoga sistol (1).
(4,50 dan 0,55). Peningkatan terjadi pada mean Hormon estrogen berperan merangsang
respirasi kedua kelompok, peningkatan lebih besar maturasi pada organ reproduksi dan pemeliharaan
terjadi pada kelompok yoga sebesar 6,11. Skor struktur normal kulit dan pembuluh darah. Jika
kecemasan terjadi penurunan pada kedua kelompok produksi hormon estrogen terus menurun dengan
dan lebih banyak penurunan terjadi pada kelompok bertambahnya usia, maka fungsi untuk pemeliharaan
yoga senilai 13,5. struktur normal pembuluh darah juga akan menurun.
Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan bahwa rata- Penurunan tekanan darah, disebabkan karena
rata mean pada kelompok yoga dan olahraga terdapat responden dalam penelitian dapat mengikuti instruksi
penurunan sistolik, penurunan terjadi juga pada peneliti dengan baik. Sehingga, manfaat pada latihan
tekanan diastolik sebesar 1,83 pada kelompok yoga. yoga selama 12 kali berturut-turut dapat menunjukan
Penurunan tingkat kecemasan terdapat penurunan hasil yang optimal.
pada kedua kelompok intervensi, terutama pada Stress dapat meningkatkan sistem simpathetik
kelompok yoga sebesar 13,5 poin. sehingga meningkatkan kontraksi uterus dengan
Yoga adalah suatu proses penyatuan dari berolahraga aktifitas sistem simpathetic menurun
tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul). Yoga sehingga mengurangi keluhan nyeri. Menurut
mengkombinasikan teknik bernapas, relaksasi Matsumoto, tidak ada perbedaan frekuensi denyut
dan meditasi serta latihan peregangan. Yoga jantung dalam siklus haid. Frekuensi nadi menurun
dianjurkan karena memiliki efek relaksasi yang dapat pada fase luteal dibandingkan pada fase folicullar.
meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Penelitian matsumoto menunjukkan bahwa aktifitas
Sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja sistem syaraf parasimpatis menurun pada fase luteal
jantung yang baik. Penelitian menemukan bahwa dibandingkan pada fase folikular (2).
kombinasi antara yoga, meditasi dapat meningkatkan Latihan yoga secara teratur dapat
metabolisme tubuh. menyeimbangkan sistem saraf  otonom, sehingga
Semakin bertambahnya usia, maka terjadi tubuh menjadi lebih relaks dan pengeluaran hormon-
perubahan struktur dan fungsi pada aorta. Hal ini hormon yang berperan dalam peningkatan tekanan
yang mengakibatkan kekakuan, penurunan elastisitas darah, seperti hormon adrenalin dan eprineprin
dan penebalan pada dinding aorta. Penebalan lebih terkontrol. Latihan yoga membuat system
pada dinding aorta disebabkan oleh peningkatan saraf otonom menjadi seimbang dan tenang yang
serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam bermanfaat untuk  menurunkan tekanan darah.
lapisan medial arteri. Penebalan ini mengakibatkan Ada berbagai macam jenis latihan yoga, yang

Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri 23
intinya menggabungkan antara teknik bernapas Tabel 3. Perbedaan Rerata Tandatanda Vital dan Skor
(pranayama), relaksasi dan meditasi, serta latihan Kecemasan Bulan Pertama dan Bulan ke 2
peregangan. Bernapas dengan cepat dan dangkal Intervensi/variabel Rerata SD p-value CI 95%
akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan Latihan Yoga
otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik. Tekanan Sistolik 2,86 3,66 0,44 -4,65-10,37
Bagian dari proses panik adalah peningkatan denyut Tekanan Diastolik -1,02 3,45 0,76 -8,11-6,05
Nadi 1,44 2,62 0,58 -3,93-6,82
jantung dan peningkatan tekanan darah.
Respirasi 1,52 0,00 0,28 -0,17-2,88
Dengan mengatur napas menjadi lebih pelan
Skor Kecemasan 0,11 0,34 0,00 0,82-0,63
dan dalam akan membuat peregangan pada otot- Olah Raga
otot tubuh, sehingga menyebabkan tubuh dan Tekanan Sistolik 0,75 7,94 0,75 -4,29-5,79
pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan tenang Tekanan Diastolik 4,50 7,39 0,06 -0,19-9,12
yang membuat penurunan pada tekanan darah. Nadi 1,98 6,79 0,43 -5,89-2,73
Pranayama (teknik bernapas) pada yoga berfungsi Respirasi 1,33 2,22 0,63 -2,75-0,08
Skor Kecemasan 3,42 9,81 0,27 -2,82-9,65
untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang membuat
detak jantung lebih tenang sehingga tekanan darah
Tabel 4. Perbedaan Rerata Tanda Tanda Vital dan
dan produksi hormon adrenalin menurun. Skor Kecemasan Bulan Pertama dan Bulan ke Tiga
Yoga bertujuan untuk merangsang gelombang
alfa pada otak yang terhubung dengan kondisi relaksasi Intervensi/variabel Rerata SD p-value CI 95%
Latihan Yoga
yang mendalam dan kesehatan mental, hal ini dapat
Tekanan Sistolik 3,33 12,28 0,30 -3,27-9,94
menurunkan tekanan darah. Latihan peregangan Tekanan Diastolik 0,56 9,98 0,82 -4,40-5,52
secara teratur dapat menguatkan otot jantung yang Nadi 1,83 5,02 0,14 -0,66-4,33
mengakibatkan jantung dapat memompa lebih Respirasi 0,61 1,38 0,08 -1,29-0,07
banyak darah dengan usaha yang minimal. Sehingga, Skor Kecemasan 13,50 10,33 0,00 0,03-0,81
kerja jantung menjadi lebih ringan. Latihan peregangan Olahraga
Tekanan Sistolik 0,75 7,94 0,75 -4,29-5,79
juga dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan
Tekanan Diastolik 4,50 7,39 0,06 -0,19-9,12
menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL)
Nadi 1,98 6,79 0,43 -5,89-2,73
dan meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi Respirasi 1,33 2,22 0,63 -2,75-0,08
dengan meningkatkan denyut jantung dan respon Skor Kecemasan 3,42 9,81 0,27 -2,82-9,65
sistem saraf simpatik, sehingga pembuluh darah
berkontraksi dan tekanan darah dipertahankan.
perlakuan dan setelah perlakuan yoga yakni pada
Latihan yoga secara teratur dijelaskan
skor kecemasan (p<0,05). Berdasarkan hasil uji
sebagai salah satu cara mencegah dan mengobati
statistik tersebut dapat diasumsikan bahwa latihan
dysmenorrhoea, akibat dari tingkat hormon steroid
yoga dapat menurunkan tingkat kecemasan saat
dalam sirkulasi darah pada remaja sehingga
menstruasi pada remaja puteri.
meningkatkan hormon endorphin yang dapat
Latihan yoga menekankan konsentrasi yang
meningkatkan ambang nyeri saat menstruasi (6).
memberi pengaruh positif yaitu ketenangan pikiran.
Yoga memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot,
Konsentrasi bisa menjadi sarana relaksasi pikiran yang
peningkatan beberapa asanas (posisi tubuh) yang
sangat dibutuhkan oleh pikiran yang sedang stress.
dipercaya dapat mempengaruhi sistem saraf otonom
Latihan yoga secara teratur dapat menyeimbangkan
dan kelenjar endokrin yang mengatur fungsi internal
sistem saraf otonom, sehingga tubuh menjadi lebih
termasuk detak jantung dan produksi hormon (7).
relaks dan pengeluaran hormon-hormon yang
berperan dalam peningkatan tekanan darah, seperti
Pengaruh Yoga terhadap Kecemasan
hormon adrenalin dan epineprin lebih terkontrol.
Perbedaan rerata tanda-tanda vital dan skor Teknik senam yoga mengendalikan pernapasan
kecemasan disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. dan pikiran. Latihan ini dapat menguatkan sistem
Berdasarkan Tabel 4 setelah dilakukan uji normalitas pernapasan, menenangkan sistem saraf, membantu
data dengan Kolmogorov-Smirnov, nilai rerata variabel mengurangi dan menghilangkan kekacauan, dan dapat
memiliki distribusi data yang tidak normal sebelum menguatkan sistem kekebalan tubuh. Pernapasan
dan setelah perlakuan. Hasil uji statistik menunjukan juga memainkan peranan penting dalam metabolisme
terdapat pengaruh yang bermakna antara sebelum tubuh, yaitu proses tubuh menguraikan nutrisi.

24 Yulinda, Dewi Purwaningsih, Cherly Marlina Sudarta, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 20-26
Kecemasan merupakan hal wajar yang pernah Yoga yang terjadi pada tubuh diawali dengan
dialami oleh setiap manusia. Kecemasan adalah suatu terciptanya suasana relaksasi alam sadar yang
perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang secara sistematis membimbing pada keadaan
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri relaks yang mendalam. Terciptanya relaksasi akan
yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Kecemasan menghilangkan suara-suara dalam pikiran sehingga
adalah respon terhadap situasi tertentu yang tubuh akan mampu untuk melepas ketegangan
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi otot. Ketika tubuh mulai rileks nafas menjadi santai
menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman dan dalam, sehingga sistem pernapasan dapat
baru atau yang belum pernah dilakukan serta dalam beristirahat (7). Melambatnya ritme pernafasan
menemukan identitas diri dan arti hidup. ini akan membuat detak jantung lebih lambat dan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh memberikan pengaruh positif terhadap keseluruhan
yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di sistem sirkulasi dan jantung untuk beristirahat dan
perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, mengalami proses peremajaan.
sakit kepala, mau buang air kecil atau buang air besar. Kecemasan merupakan hal wajar yang pernah
Perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah
menghindari hal yang dicemaskan (8). Hasil uji statistik dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
menunjukan terdapat pengaruh yang bermakna antara Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan yoga yakni dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
pada skor kecemasan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya
latihan yoga dapat menurunkan tingkat kecemasan saat (11). Kecemasan adalah respon emosional terhadap
menstruasi remaja puteri. Latihan yoga yang diberikan penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir,
pada kelompok intervensi dapat membuat tubuh gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
menjadi lebih rileks dan meningkatkan konsentrasi fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai
sehingga kecemasan responden bisa berkurang. Hal situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu
yang sama diperkuat oleh teori yang menunjukkan kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang
bahwa latihan yoga dihubungkan dengan adanya akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di
peningkatan Gamma Amino Butyric Acis (GABA). perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak,
GABA merupakan neurotransmitter yang memegang sakit kepala, mau buang air kecil atau buang air besar.
peranan penting dalam gejala-gejala gangguan jiwa. Perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk
Fungsi utama GABA adalah menurunkan aurosal lari menghindari hal yang dicemaskan (8). Kecemasan
dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif dalam adalah gejala yang tidak spesifik dan aktifitas saraf
fungsi eksitasi. Yoga merupakan suatu metode yang otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan,
unik untuk menyeimbangkan sistem saraf otonom ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan
dan memberikan pengaruh pada gangguan fisik dan sering kali merupakan emosi yang normal.
gangguan gangguan yang berhubungan dengan stress.
Teknik pernafasan yoga menyebabkan teradinya SIMPULAN DAN SARAN
peningkatan kerja saraf parasimpatis, memberikan
efek relaksasi, merangsang pelepasan oksitoksin dan Terjadi penurunan tanda tanda vital pada
disebut juga dengan latihan pernafasan yoga (7). siklusmentruasi remaja puteri pada kelompok yoga
Di hipotalamus, oksitoksin dibuat di dan olah raga. Secara statistik tidak terdapat pengaruh
magneocelullar neurosecretory cells di supratopik yang signifikan latihan yoga terhadap tekanan sistolik,
dan nucleus paraventrikular. Oksitoksin dapat diastolik, frekuensi nadi dan pernafasan, namun hasil
menginduksi anti stress serta memberikan efek penelitian menunjukkan yoga dapat menurunkan
dalam menurunkan kadar kortisol (9). Pemberian tekanan sistolik, tekanan diastolik menurun lebih
senam yoga dapat meningkatkan kadar oksitoksin banyak terjadi pada kelompok olahraga sebesar
dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang 4,50 sedangkan yoga sebesar 0,55. Pada kelompok
dikeluarkan dapat menurunkan kecemasan. yoga terjadi penurunan frekuensi denyut nadi
Yoga juga meningkatkan produksi endorfin yang yakni sebesar 1,83. Yoga secara signifikan dapat
merupakan hormon ansietas yang tentunya juga menurunkan tingkat kecemasan remaja puteri pada
menurunkan kecemasan (10). saat menstruasi.

Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri 25
Kegiatan olahraga di institusi pendidikan dapat Jan;16(1):3–12. Available from: http://www.ncbi.
dilakukan dengan berbagai variasi tidak hanya nlm.nih.gov/pubmed/20105062.
bentuk olahraga yang konvensional saja. Untuk 5. Beck AT, Steer R. Psychological parameters: BAI
meningkatkan kesehatan reproduksi senam/olahraga (Beck Anxiety Inventory).
khusus untuk remaja puteri yoga sangat dianjurkan. 6. Bare B, Smeltxer S. Buku Ajar Keperawatan
Perlu adanya alokasi waktu khusus untuk fasilitasi Medical Bedah. Jakarta: EGC; 2001.
agar mahasiswa dapat melakukan kegiatan olah 7. Sengupta P. Health Impacts of Yoga and
raga, mengingat waktu pembelajaran mahasiswa D Pranayama: A State-of-the-Art Review. Int J Prev
III Kebidanan cukup padat. Med [Internet]. Medknow Publications; 2012 Jul
[cited 2017 Mar 2];3(7):444–58. Available from:
RUJUKAN http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22891145.
8. Parshad O, Richards A, Asnani M. Impact of yoga
1. Novia I, Puspitasari N. Faktor Risiko yang on haemodynamic function in healthy medical
Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer. students. West Indian Med J [Internet]. 2011
Indones J Public Heal. 2008;4(3):96–103. Mar;60(2):148–52. Available from: http://www.
2. Matsumoto T, Ushiroyama T, Kimura T, Hayashi ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21942118.
T, Moritani T. Altered autonomic nervous 9. Dvivedi J, Dvivedi S, Mahajan KK, Mittal
system activity as a potential etiological factor S, Singhal A. Effect of “61-points relaxation
of premenstrual syndrome and premenstrual technique” on stress parameters in premenstrual
dysphoric disorder. Biopsychosoc Med [Internet]. syndrome. Indian J Physiol Pharmacol [Internet].
2007 Dec 20;1:24. Available from: http://www. 2008;52(1):69–76. Available from: http://www.
ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18096034. ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18831354.
3. Zaafrane F, Faleh R, Melki W, Sakouhi M, Gaha 10. Neuman ID, Landgraf R. Advances in Vasopressin
L. [An overview of premenstrual syndrome]. J and Oxytocin to Behaviour to Disease. British:
Gynecol Obstet Biol Reprod (Paris) [Internet]. Elsevier Publication; 2008.
2007 Nov;36(7):642–52. Available from: http:// 11. Vempati RP, Telles S. Yoga-based guided
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17321695. relaxation reduces sympathetic activity judged
4. Ross A, Thomas S. The health benefits of yoga from baseline levels. Psychol Rep [Internet]. 2002
and exercise: a review of comparison studies. Apr;90(2):487–94. Available from: http://www.
J Altern Complement Med [Internet]. 2010 ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12061588.

26 Yulinda, Dewi Purwaningsih, Cherly Marlina Sudarta, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 20-26

Anda mungkin juga menyukai